SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
EKOTON Vol. 2, No. 1: 17-24, April 2002                                               ISSN 1412-3487

                                      HASIL PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC TERHADAP
        PERKEMBANGAN AWAL EM BRIO BULU BABI
                ECHINOMETRA MATHAEI

              Markus T. Lasut 1) 4), Deiske A. Sumilat 2) 4) & Deddy T. Arbie 3)
                            1)
                               Laboratorium Toksikologi & Farmasitika Kelautan,
                                  2)
                                     Laboratorium Bioteknologi Kelautan,
                        3)
                           Dinas Bahari, Pemerintah Kota Manado, Sulawesi Utara
       4)
          Program Studi Ilmu Kelautan, Fak. Perikanan & Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

     Abstract. Diazinon is one of insecticides used to control pests and other organisms.
     However, diazinon may have negative impact to aquatic ecosystem since its application
     in agriculture is uncontrolled. The present experiment aims to determine the effect of
     diazinon (insecticide) in sublethal concentration on embryonic development of sea urchin
     Echinometra mathaei. The experiment was designed by using toxicity test technique in
     which a number of eggs and sperms of the sea urchin were exposed into seawater with
     0.3, 0.6, and 3 ppm of diazinon concentrations and a control (0 ppm). Percentage of
     developing larvae were accounted and time of each embryonic development stage was
     recorded. The result shows the range of sublethal concentration of diazinon is 0.06 to 0.6
     ppm. Mean percentage of developed larvae for concentration of 0.3, 0.6, 3 and the control
     are 29.23, 40.07, 62.11, and 82.28, respectively. Mean time for the first, second, third,
     fourth, morula, hatching and larvae development stages are 87.41, 158.08, 188.75,
     227.83, 269.83, 523.75, and 2122.41 minutes, respectively. Even though diazinon in
     sublethal concentration was not affect the development time, it is for mortality of larvae.

     Keywords: toxicity test, sea urchin, Echinometra mathaei, diazinon, insecticide.



            PENDAHULUAN                              negatifnya terhadap lingkungan umum
Salah satu masalah serius yang selalu                (Sembel dkk. 1991).
dibicarakan oleh masyarakat dan pemerintah                  Ekosistem perairan merupakan wadah
adalah pencemaran lingkungan. Bahan                  penampungan dari berbagai limbah.
pencemar (polutan) yang masuk ke                     Demikian juga dengan ekosistem daerah
lingkungan, baik darat maupun laut, dapat            pesisir sangat dipengaruhi oleh tekanan-
mengancam kehidupan manusia.                         tekanan pencemaran/polusi. Organisme yang
      Di Indonesia, sebagian besar petani            hidup di daerah ini dapat terganggu oleh
memiliki pendidikan yang rendah, usaha               karena adanya buangan limbah, baik dari
penanggulangan hama dan penyakit pada                suatu sumber tertentu (misalnya limbah
tanaman selalu dilakukan dengan cara                 sampah dan industri) maupun dari daerah
pengendalian     kimia,   yaitu    dengan            yang bukan merupakan sumber buangan
menggunakan pestisida. Namun dalam                   (misalnya aktifitas pelabuhan dan saluran
penggunaannya di lapangan, para petani               limbah pertanian). Daerah-daerah yang
sering menggunakan pestisida secara                  terkena pengaruh pencemaran ini sering
berlebihan tanpa menghiraukan dampak                 merupakan daerah yang penting bagi
                                   ___________________________________________________________
                                  © Pusat Penelitian Lingkungan Hidup & Sumberdaya Alam (PPLH-SDA),
                                       Lembaga Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia,
                                                                                             April 2002
18           PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC

perikanan dan pariwisata. Oleh karena itu,        Kecamatan Molas. Kotamadya Manado,
merupakan suatu hal yang sangat penting           Propinsi Sulawesi Utara.
untuk membuat suatu teknik pemantauan
pencemaran yang dapat digunakan untuk             Persiapan
memantau         pencemaran      yang     dapat   Hewan Uji
membahayakan kehidupan manusia dan                        Bulu babi yang digunakan sebagai
organisme perairan.                               hewan uji dalam penelitian ini diambil dari
        Dalam hubungan dengan teknik              spesies E. mathaei. Hal ini didasarkan atas
pemantauan lingkungan, khususnya yang             beberapa          pertimbangan,         seperti
menggunakan organisme laut, tahap                 ketersediaannya di alam, mudah untuk
perkembangan awal dari suatu organisme            diambil, dan pembentukan             membran
perairan telah ditemukan lebih peka terhadap      fertilisasinya terlihat dengan jelas. Hewan
pencemaran/polusi        yang     terjadi    di   uji dewasa diambil dari perairan pantai
lingkungan        daripada    tahap     dewasa    Tongkaina (tempat pengambilan sampel).
organisme tersebut (Ringwood 1992).               Diusahakan sampel bulu babi yang diambil
        Berhubung dengan hal itu, embrio          berada pada fase dewasa, agar sampel yang
bulu babi adalah bahan yang telah sering          diambil benar-benar telah matang gonad
digunakan dalam uji biologis untuk                yaitu yang berukuran besar, sehingga mudah
mengukur toksisitas suatu bahan/substansi di      dalam proses pembedahan. Hewan uji
perairan laut karena mempunyai prosedur           kemudian dimasukkan dalam wadah plastik
yang cepat, sensitif dan biaya yang relatif       yang telah diisi air laut, dan diberi aerasi
murah (Dinnel dkk. 1987).                         yang baik. Hewan uji yang diperoleh dibawa
        Didasari atas beberapa alasan tersebut    ke Laboratorium, dan dipelihara di dalam
di atas, maka timbul keinginan untuk              akuarium kaca berukuran 40 x 30 x 30 cm
melaksanakan penelitian mengenai pengaruh         dengan menggunakan metode statis (air
pestisida terhadap embrio bulu babi hasil         tidak mengalir).
fertilisasi buatan. Diharapkan penelitian ini           Sebelum      fertilisasi   dilaksanakan,
dapat berguna bagi penelitian selanjutnya         terlebih dahulu sampel dibersihkan dengan
dan mempunyai manfaat dalam pengelolaan           air tawar. Duri-duri yang terletak pada
sumberdaya pantai pada umumnya, juga              permukaan luar digunting. Selanjutnya
dapat menambah informasi mengenai                 dibilas dengan air laut yang telah disaring.
fertilisasi buatan bulu babi yang dipengaruhi
oleh bahan pencemar pada khususnya.               Larutan Uji
        Penelitian ini bertujuan untuk                  Larutan uji yang dingunakan adalah
mengetahui pengaruh diazinon (pestisida)          Diazinon 60 EC yang mengandung 600 g/l
terhadap tingkat keberhasilan larva yang          bahan aktif. Rumus kimia senyawa diazinon
terbentuk dan waktu dari setiap tahap             adalah    (O,O-diethyl   O-(2-isopropyl-6-
perkembangan embrio bulu babi jenis               methyl-4-pyrimidil) phosphoro-thioate), dan
Echinometra mathaei.                              merupakan insektisida organofosfat dengan
                                                  tingkat kelarutan dalam air pada 20 o C
         METODE PENELITIAN                        adalah 40 ppm. Diazinon dapat diperoleh
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan            dengan cara dibeli di tempat-tempat yang
Oktober 1997 sampai April 1999 di                 menyediakan perlengkapan pertanian.
Laboratorium Toksikologi dan Farmasitika
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu             Air Wadah
Kelautan, Unsrat. Lokasi pengambilan                    Semua air wadah diambil dari perairan
sampel adalah perairan pantai Tongkaina.          laut (air laut) dimana sampel hewan uji
                                                  diperoleh. Air laut kemudian dibawa ke
M.T. LASUT dkk.                                         19

laboratorium lalu disaring (0,45 ?m). Hal ini   sperma dari hasil pengenceran dan
dimaksudkan agar air laut bersih dari           dimasukkan ke dalam gelas arloji yang berisi
kotoran-kotoran serta organisme-organisme       telur. Fertilisasi yang terjadi dapat dilihat
lain yang ikut terbawa. Setelah disaring, air   dengan menggunakan mikroskop, yang
laut disterilkan (menggunakan autoclave,        ditandai dengan adanya pembentukkan
suhu 1210 C). sebelum digunakan air laut        membran fertilisasi. Selanjutnya dilakukan
disimpan dalam wadah tertutup.                  pengamatan pada tahap-tahap pembelahan
                                                sel dan waktu pembentukan untuk setiap
Kondisi Percobaan                               perkembangan embrio.
      Parameter suhu air, salinitas dan pH
yang diukur selama percobaan masing-            Percobaan
masing adalah suhu 280 C, salinitas 34 ppt      Fertilisasi yang dipengaruhi oleh Diazinon
dan pH 7. parameter-parameter tersebut                 Percobaan ini bertujuan untuk
diukur masing-masing dengan Thermometer,        mengetahui pengaruh diazinon (dalam
Refrakto-salinometer dan kertas lakmus.         beberapa         konsentrasi)          terhadap
                                                perkembangan awal pada Echinometra
Fertilisasi Buatan pada E. mathaei              mathaei. Untuk itu fertilisasi buatan dan
       Bulu babi yang telah dipersiapkan,       mengkontaminasi embrio setelah fertilisasi
pada bagian oralnya dibedah dengan              terjadi dengan diazinon melalui air wadah.
gunting. Lentera Aristoteles yang terdapat      Pelaksanaannya dilakukan dalam 2 tahap,
pada daerah tersebut dikeluarkan sehingga       yaitu Tahap Pendahuluan dan Pengukuran.
gonad dapat terlihat; gonad terlebih dahulu            Pada Tahap Pendahuluan, Uji
dibedakan antara jantan dan betina. Untuk       pendahuluan dilakukan dengan maksud
membedakan antara gonad jantan dan betina,      untuk menentukan konsentrasi subletal
dilakukan pengamatan visual pada sebagian       (tidak terjadi mortalitas) diazinon yang akan
gonad yang diambil dengan pinset dan            digunakan dalam percobaan. Konsentrasi
dioleskan pada kaca objek. Gonad betina         larutan uji yang dip ilih pada tahap ini adalah
ditandai dengan adanya butiran-butiran telur    0,0001; 0,001; 0,01 dan 0,1 ml/diazinon
yang berukuran kecil dan transparan. Telur      yang mengandung 0,06; 0,6; 6 dan 60 mg/l
akan terlihat lebih jelas bila diamati di       (ppm) bahan aktif diazinon ditambah satu
bawah mikroskop. Gonad jantan apabila           kontrol.
dioleskan     pada     gelas    objek    akan          Telur yang telah dibuahi yang
mengeluarkan cairan putih seperti susu.         diperoleh dari hewan uji ditempatkan pada
       Prosedur fertilisasi dimodifikasi dari   gelas arloji yang berisi 10 ml untuk masing-
Horstadius (1973), Dinnel dkk. (1987), dan      masing larutan uji. Setelah 36 jam, jumlah
Ringwood (1992). Telur dirangsang keluar        larva yang terbentuk dihitung. Apabila
dengan menggunakan 0.5 M KCI, dengan            proporsi jumlah larva yang terbentuk tidak
cara menginjeksikan pada bagian oral yang       melebihi ½ bagian atau hampir keseluruhan,
telah dibedah. Telur yang keluar ditampung      maka dianggap pada konsentrasi tersebut
pada gelas beker. Kemudian diambil 0.1 ml       merupakan konsentrasi kritis (konsentrasi
telur dengan pipet dan dimasukkan pada          yang mengakibatkan mortalitas). Setelah
gelas arloji berisi air laut yang telah         mendapatkan kisaran konsentrasi tersebut
dipersiapkan. Selanjutnya, telur dicuci.        kemudian dipilih 3 konsentrasi ditambah
     Sperma dapat langsung dikeluarkan          dengan 1 kontrol untuk digunakan pada
dengan menggunakan pinset dan ditampung         tahap berikutnya.
pada petri disk. Kemudian, sperma (0,1 ml)           Pada Tahap Pengukuran, ada dua
diencerkan dalam 1 ml air laut di dalam         parameter yang diamati/diukur yaitu (1)
gelas arloji. Sesudah itu diambil 0.1 ml        persentase jumlah larva dan (2) waktu dari
20          PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC


                                 100


                                 80



                    Larvae (%)
                                 60


                                 40


                                 20


                                  0
                                       Kontrol   0.06       0.6        6       60
                                                 Konsentrasi Diazinon (ppm)


        Gambar 1. Prosentase larva bulu babi E. mathaei terbentuk pada uji pendahuluan
                 untuk melihat fertilisasi buatan yang dipengaruhi oleh diazinon selama
                 36 jam


setiap perkembangan embrio. Persentase                   yang berbeda dengan jumlah larva yang
jumlah larva ditentukan berdasarkan                      dihasilkan, juga untuk mengetahui pengaruh
persentasi jumlah larva yang terbentuk                   konsentrasi diazinon yang berbeda terhadap
setelah fertilisasi buatan dari jumlah telur             waktu yang diperlukan untuk setiap tahap
yang dimasukkan mula -mula. Sperma dan                   pembelahan. Dengan demikian analisis
telur yang telah diketahui jumlahnya                     dilakukan dengan cara menghitung beberapa
dimasukkan secara bersamaan pada gelas                   parameter yang diperoleh selama penelitian,
arloji yang berisi 5 ml untuk masing-masing              jumlah larva yang diperoleh diekspresikan
larutan uji. Larva yang terbentuk dihitung               dalam persentase dimana persentase tersebut
dan dicatat. Dilakukan 3 ulangan untuk                   merupakan jumlah larva untuk masing-
setiap percobaan. Pengamatan terhadap                    masing perlakuan dan kontrol dibagi jumlah
waktu dari setiap perkembangan embrio                    larva kontrol.
(menit) dimulai setelah membran fertilisasi                    Analisis statistik dilakukan dengan
terbentuk, dimana setelah itu embrio akan                menggunakan       ANOVA        satu    arah.
memasuki tahapan pembelahan sel. Waktu                   Rancangan percobaan terdiri dari 1 faktor
yang      diperlukan     untuk    melakukan              yaitu    konsentrasi    konsentrasi    yang
pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel dan                  digunakan adalah 0,3; 0,6 dan 6 ppm dan
selanjutnya ditentukan dan kemudian                      satu kontrol.
dibandingkan dengan kontrol. Pengamatan
dilakukan untuk setiap konsentrasi larutan                                 HASIL
uji dan kontrol. Ada 3 ulangan untuk setiap              Tahap 1 : Pendahuluan
pengamatan.                                                    Setelah 36 jam, rata-rata jumlah larva
                                                         yang terbentuk pada konsentrasi 0,06; 0,6; 6,
Analisis Data                                            dan 60 ppm masing-masing adalah 99.04,
     Analisis data dilakukan selain untuk                56,03; 9,47; dan 0%, sedangkan pada kontrol
mengetahui pengaruh konsentrasi diazinon                 adalah 100% (Gambar 1).
M.T. LASUT dkk.                                     21


                             100



                             80




                Larvae (%)
                             60



                             40



                             20



                              0
                                   Kontrol        0.3          0.6        3
                                             Konsentrasi Diazinon (ppm)


        Gambar 2. Persentase larva yang terbentuk pada pengukuran fertilisasi buatan
                bulu babi E. mathaei yang dipengaruhi oleh diazinon selama 36 jam.



      Dari hasil tersebut di atas maka dapat            2. Waktu Dari Tiap Tahap Perkembangan
ditentukan kisaran konsentrasi subletal                         Tabel 1 memperlihatkan hasil
secara sederhana yaitu terletak diantara                pengukuran waktu (menit) rata-rata dari
konsentrasi 0.06 dan 0.6 ppm. Konsentrasi               setiap tahap perkembangan embrio pada
sublethal ini kemudian menjadi patokan bagi             fertilisasi buatan yang dipengaruhi oleh
pemilihan konsentrasi pada percobaan                    beberapa konsentrasi diazinon.
selanjutnya.                                                    Pembelahan pertama rata -rata antara
                                                        85,66 – 89,33 menit yang membagi telur
Tahap 2. Pengukuran                                     menjadi dua bagian. Pembelahan kedua rata-
1. Persentasi Larva                                     rata terjadi antara 155,35 – 159,33 menit
       Nilai rata-rata persentase larva                 menyebabakan embrio menjadi empat sel.
terbentuk yang diperoleh selama 36 jam                  Tahapan delapan sel membutuhkan waktu
percobaan pada konsentrasi 3; 0,6; dan 3                antara 187 –189,66 menit.
ppm masing-masing adalah 35,52; 48,69;                          Waktu yang diperlukan pada tahap
dan 75,48 %, sedangkan pada kontrol,                    enam belas sel dan tahap morula rata-rata
sebesar 100 % (Gambar 2).                               lebih singkat dari waktu yang diperlukan
       Hasil pengujian statistika menunjuk-             pada tahap-tahap sebelumnya, yaitu antara
kan bahwa antara setiap perlakuan dengan                223,66 – 230,33 dan 268.83 – 271.66 menit.
kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat               Setelah pembelahan kesepuluh (blastula),
signifikan     (p>0.01)     dan    diazinon             embrio akan menetas (hatcing) dan mulai
berpengaruh secara nyata (signifikan) mulai             melakukan gerakan-gerakan untuk berenang.
konsetrasi 0,3 ppm.                                     Tahapan ini rata-rata dicapai dalam waktu
                                                        523,33 – 526,33 menit. Kemudian larva
                                                        pluteus akan terbentuk rata-rata 2121,3 –
                                                        2123,7 menit setelah inseminasi.
22           PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC

 Tabel 1. Waktu (menit) rata-rata tiap tahapan perkembangan embrio bulu babi E. mathaei pada
          fertilisasi buatan yang dipengaruh oleh beberapa konsentrasi diazinon.

         Konsentrasi    2 sel    4 sel    8 sel    16 sel   Morula   Hatching    Larva
          Kontrol      86.33    155.33   187.00   223.66    268.33    523.33    2122.00
          0.3 ppm      85.66    159.33   189.33   228.00    271.66    526.33    2122.70
          0.6 ppm      88.33    159.33   189.00   229.33    270.66    524.33    2121.30
           3 ppm       89.33    159.00   189.66   230.33    268.66    524.33    2123.70



      Pengujian statistik dilakukan untuk         dimulai setelah terserap kedalam tubuh
melihat pengaruh waktu pendedahan/                melalui kulit atau mulut atau saluran
kontaminasi larutan uji diazinon terhadap         pencernaan dan pernapasan.
setiap perkembangan embrio. Pada tahap                   Secara fisiologis, pestisida berikatan
perkembangan 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel,         dengan enzim yang berfungsi mengatur kerja
morula, blastula, dan perkembangan yang           saraf, yaitu ensim Kholinesterase. Apabila
dipengaruhi     oleh     diazinon    tidak        Kholinesterase terikat, enzim ini tidak dapat
menunjukkan perbedaan yang signifikan             melaksanakan tugasnya terutama untuk
(p>0.05)                                          meneruskan perintah pada otot-otot tertentu,
                                                  sehingga otot-otot senantiasa bergerak tanpa
3. Perkembangan Abnormal                          dapat dikendalikan.
      Perkembangan abnormal embrio bulu                  Pada penelitian ini diperoleh informasi
babi E. mathaei juga ditemukan dalam              mengenai persentase larva yang dihasilkan
pengamatan yang dilakukan, terutama pada          setelah dikontaminasikan dengan diazinon.
konsentrasi 3 ppm. Pada konsentrasi uji yang      Semakin besar konsentrasi maka akan
lain ditemukan juga bentuk pertumbuhan            semakin kecil persentase larva yang akan
baik yang normal maupun abnormal.                 terbentuk. Kemudian pendedahan diazinon
                                                  tidak memberikan pengaruh terhadap waktu
              PEMBAHASAN                          perkembangan embrio bulu babi E. mathaei.
Besarnya tingkat keberhasilan larva yang                 Selain pengaruh pada aspek persentase
terbentuk dari suatu fertilisasi buatan dalam     larva yang dihasilkan, perkembangan embrio
wadah yang berisi bahan pencemar                  bulu babi juga dapat terpengaruh dengan
mengindikasikan         besarnya       tingkat    bahan racun lainnya pada aspek yang lain
penghambatan (inhibition) dari bahan              pula.      Misalnya,       Lintong      (1998)
tersebut (Kobayashi 1994). Selanjutnya            mengemukakan bahwa pengaruh racun
dijelaskan    bahwa      konsentrasi      yang    sianida dapat menghasilkan bentuk 3 sel,
menyebabkan kematian dan/atau malformasi          multi-sel (poly permy) dan exogastrula.
pluteus    sebesar     30-49      %    disebut           Bentuk 3 sel terjadi ketika satu sel
penghambatan sedang (moderate inhibition).        dalam embrio membelah sedangkan sel yang
Dengan demikian, konsentrasi 0.6 dan 3            lainnya tidak dapat melakukan pembelahan,
ppm dapat digolongkan sebagai penghambat          sehingga sel yang terbentuk hanya tiga.
kuat, dan konsentrasi 0.3 ppm digolongkan         Perkembangan multi-sel disebabkan oleh
sebagai penghambat sedang.                        penetrasi dari beberapa sperma ke dalam
       Cara kerja racun diazinon (insektisida)    sebuah telur (poly spermy). Sehingga telur
adalah sebagai pestisida kontak, yang berarti     akan terbelah menjadi beberapa sel dalam
mempunyai daya bunuh setelah tubuh                bentuk yang tidak seimbang. Perkembangan
terkontaminasi dengan zat tersebut. Menurut       3 sel dan multi-sel lambat laun akan rusak
Subiyakto (1991), toksisitas diazinon             sehingga      tidak     dapat     melanjutkan
M.T. LASUT dkk.                                           23

perkembangan secara normal (Kobayashi              Anthocidaris crassispina pada suhu 280 C.
1984). Exogastrula terjadi apabila air laut        Tercatat     bahwa     membran       fertilisasi
terkontaminasi bahan-bahan toksik. Selama          terbentuk 3 menit setelah inseminasi, tahap
proses      glastrulasi      jaringan      yang    dua sel terjadi selama 45 menit, dan blastula
menghubungkan endoderm menjulur ke luar,           akhir terbentuk setelah 8 jam. Tahap
sehingga Archenteron tidak terbentuk               pertengahan glastrula terjadi 12 jam, dan
(Waterman 1937).                                   pluteus terbentuk dalam 24 jam.
       Perkembangan abnormal bulu babi E.                Bila dibandingkan dengan penelitian
mathaei nampaknya ditemukan dalam                  ini (walaupun perbandingan tersebut harus
percobaan ini, walaupun pengamatannya              dilakukan       secara    hati-hati     karena
tidak dilakukan secara detail. Sebagian besar      mempunyai perbedaan dalam kondisi
perkembangan embrio yang tidak normal              percobaan, organisme uji, dll), dapat
(malformasi) tersebut ditemukan pada               diketahui bahwa waktu perkembangan rata-
kosentrasi 3 ppm, pada konsentrasi uji yang        rata bulu babi E. mathaei lebih lama dari A.
lain (0.3 dan 0.6 ppm) bentuk perkembangan         crassispina.
yang ditemukan selain normal juga terdapat               Tahap yang terpenting dari seluruh
malformasi.                                        tahapan perkembangan embrio adalah tahap
       Penelitian untuk melihat efek diazinon      pembelahan pertama. Menurut Kobayashi
terhadap organisme laut telah banyak               (1984), telur hasil fertilisasi tidak akan
dilakukan, diantaranya oleh Lasut dkk. 1997        mengalami pembelahan di saat telur atau
mendeterminasi efek diazinon terhadap              sperma berada dalam kondisi yang buruk
aspek lethal dan sublethal zooplankton             atau jika air laut mengandung substansi
rotifer Brachionus rottundiformis, Kaligis &       beracun. Perkembangan juga akan terhenti
Lasut 1997 untuk mengevaluasi efek                 pada tahap blastula bila air laut mengandung
diazinon dan salinitas terhadap kerang laut        substansi beracun. Pada penelitian ini
Haliotis varia , Lasut dkk. 2001 menganalisis      konsentrasi larutan uji hanya berpengaruh
pengaruh konsentrasi sublethal diazinon dan        pada mortalitas embrio. Embrio yang
glifosat terhadap k  onsumsi oksigen kerang        tahan/survive akan terus mengala mi
laut Septifer bilocularis (Bivalvia).              perkembangan pada tahap-tahap selanjutnya
       Pengujian juga telah dilakukan              dengan periode waktu yang relatif sama.
sebelumnya terhadap beberapa pestisida
organoklor (endrin, DDT dan Methoxychlor)                         KESIMPULAN
yang dilakukan pada suhu 200 dan                   Dari hasil percobaan-percobaan dapat
konsentrasi 7 ppm dengan menggunakan               disimpulkan :
hewan       uji     Paracentrotus       lividus,   1. Kisaran konsentrasi sublethal diazinon
menunjukkan bahwa pada endrin hanya                    terhadap perkembangan awal embrio
mengakibatkan efek yang kecil; DDT dapat               bulu babi E. mathaei terdapat pada
menyebabkan pertumbuhan embrio yang                    konsentrasi 0.6 dan 0.06 ppm.
tidak normal; sedangkan methoxychlor               2. Diazinon menyebabkan bentuk (formasi)
sangat     beracun      bagi     embrio     dan        yang terjadi dalam perkembangan awal
menyebabkan cytolysis (Bresch & Ahrendt                embrio bulu babi E. mathaei menjadi
1977).                                                 tidak normal.
       Pengamatan        pada       tahap-tahap    3. Diazinon berpengaruh secara nyata pada
perkembangan embrio melalui fertilisasi                perkembangan embrio yang berhasil
buatan diperoleh data waktu dari tiap tahap            mencapai tahap larva. Semakin besar
perkembangan. Penelitian serupa juga                   konsentrasi larutan uji, maka akan
pernah dilakukan oleh Kobayashi (1984)                 semakin kecil persentase larva yang
dengan       menggunakan          hewan      uji       berhasil terbentuk.
24           PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC

                REFERENSI                       Lintong, O. 1998. Efek lanjut sianida (KCN)
Bresch, H. & U. Ahrendt. 1977. Influence of         terhadap keberhasilan reproduksi bulu
    different of organochlorine pesticides on       babi Echinometra mathaei. Skripsi.
    the development of the sea urchin               Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
    embryo. Environmental Research 13:              Program Studi Ilmu Kelautan Unsrat.
    121-128.                                        hal. 34
Dinnel, P.A., J.M. Link & Q.J. Stober. 1987.    Ringwood, A.H. 1992. Comparative
    Improved methodology for sea urchin             sensitivity of gametes and early
    sperm cell bioassay for marine waters.          development stages of sea urchin species
    Archieves         of       Environmental        (Echinometra mathaei) and bivalve
    Contamination and Toxicology 16: 288-           species     (Isognomon       californicum)
    295.                                            during metal exposure. Archieves of
Hortadius,      S.    1973.      Experimental       Environmental      Contamination       and
    embriology of echinoderms. Clarendon            Toxicology 16: 23-32.
    Press. Oxford. Hal. 13-30.                  Sembel, D.T., F. Kaseger, J. Pongoh & D.
Kaligis, F.G. & M.T. Lasut. 1997. Effects of        Kandowangko.         1991.     Pengkajian
    salinity and diazinon on the abalone            terhadap penggunaan pestisida oleh
    Haliotis varia (Gastropoda: Haliotidae).        petani di Kab. Minahasa dan Bolaang
    Phuket Marine Biological Special                Mongondow, Prop. Sulawesi Utara.
    Publication 17(1): 115-120.                     Jurnal Fakultas Perikanan Unsrat 1(4):
Kobayashi,         N.     1984.        Marine       6-13.
    ecotoxicological        testing      with   Subiyakto, S. 1991. Pestisida. Penerbit
    echinoderms. State University of Ghent          Kanisius. Yogyakarta.
    and Inst. Marine Scient. Res., Bredene,     Waterman, A.J. 1937. Effect of salts of
    Belgium. Vol. 1, 798 hal.                       heavy metals on development of sea
Kobayashi, N. 1994. Application of eggs of          urchin Arbacia punctulata. Dalam N.
    the sea urchin Diadema setosum in               Kobayashi          (1984).         Marine
    marine pollution bioassays. Phuket              ecotoxicology testing with echinoderms.
    Marine Biological Center Research               State Univ. Ghent and Inst. Mar. Scient.
    Bulletin 59: 91-94.                             Res., Belgia. Vol. 1, 798 hal.
Lasut, M.T., F.G. Kaligis & A.H. Watung.
    2001. Pengaruh konsentrasi sublethal
    pestisida (diazinon dan glifosat)
    terhadap konsumsi oksigen kerang laut
    Septifer bilocularis (Bivalvia). Ekoton
    1(2): 49-57.
Lasut, M.T., I.F.M. Rumengan, J. Paulus &
    J. Rimper. 1997. Effect of diazinon
    (insecticide) on lethal and sublethal
    aspects of zooplanton rotifer Brachionus
    rotundiformis. Berita Fakultas Perikanan
    Unsrat 5(1-2): 49-56.

More Related Content

What's hot

Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...BBAP takalar
 
Daya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap Uv
Daya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap UvDaya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap Uv
Daya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap UvBBAP takalar
 
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi BakteriEfektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi BakteriBBAP takalar
 
Andrew hidayat 129612-none-4cf91c5f
 Andrew hidayat   129612-none-4cf91c5f Andrew hidayat   129612-none-4cf91c5f
Andrew hidayat 129612-none-4cf91c5fAndrew Hidayat
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairRiska_21
 
Penentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiPenentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiAnjas Asmara, S.Si
 
Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiKeylala Hawkins
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-smmorila mei
 
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di PembenihanUltraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di PembenihanBBAP takalar
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiDian Khairunnisa
 
Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...
Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...
Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...Kekire Nate Penanto Niate
 
Penggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan StrilisasiPenggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan Strilisasidinmaul
 
Efektivitas Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas  Filter Cartridge SederhanaEfektivitas  Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas Filter Cartridge SederhanaBBAP takalar
 

What's hot (20)

Identifikasi bakteri patogen
Identifikasi bakteri patogenIdentifikasi bakteri patogen
Identifikasi bakteri patogen
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
 
Daya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap Uv
Daya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap UvDaya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap Uv
Daya Tahan Beberapa Jenis Bakteri Terhadap Uv
 
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi BakteriEfektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
 
Jurnal fitoremediasi
Jurnal fitoremediasiJurnal fitoremediasi
Jurnal fitoremediasi
 
Andrew hidayat 129612-none-4cf91c5f
 Andrew hidayat   129612-none-4cf91c5f Andrew hidayat   129612-none-4cf91c5f
Andrew hidayat 129612-none-4cf91c5f
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cair
 
Nugroho, galih adi
Nugroho, galih adiNugroho, galih adi
Nugroho, galih adi
 
Penentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiPenentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungai
 
Fitoremediasi
Fitoremediasi Fitoremediasi
Fitoremediasi
 
Laporan toksikologi
Laporan toksikologiLaporan toksikologi
Laporan toksikologi
 
Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasi
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm
 
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di PembenihanUltraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
Ultraviolet Sebagai Alat Disinfektan Penting Di Pembenihan
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
 
Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...
Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...
Journal pengaruh lama penyimpanan dan media perendaman terhadap viabilitas be...
 
Penggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan StrilisasiPenggunaan Alat dan Strilisasi
Penggunaan Alat dan Strilisasi
 
Efektivitas Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas  Filter Cartridge SederhanaEfektivitas  Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas Filter Cartridge Sederhana
 

Similar to Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton

Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Merlia Donna
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Merlia Donna
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosPT. SASA
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKRepository Ipb
 
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...IsmedsyahSyah1
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
 
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologiPerbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologiIndaru Meinika Adnin
 
Jihan indira PPT KULIAH universitas Riau
Jihan indira PPT KULIAH universitas  RiauJihan indira PPT KULIAH universitas  Riau
Jihan indira PPT KULIAH universitas Riaussuserf604f7
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...Repository Ipb
 
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...Repository Ipb
 
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...Repository Ipb
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...Repository Ipb
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
 

Similar to Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton (20)

Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
Identifikasi bakteri patogen
Identifikasi bakteri patogenIdentifikasi bakteri patogen
Identifikasi bakteri patogen
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
 
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologiPerbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
Perbedaan biomonitoring dan ekotoksikologi
 
Jihan indira PPT KULIAH universitas Riau
Jihan indira PPT KULIAH universitas  RiauJihan indira PPT KULIAH universitas  Riau
Jihan indira PPT KULIAH universitas Riau
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
 
3 rofiq1
3 rofiq13 rofiq1
3 rofiq1
 
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
 
Laporan praktikum fix
Laporan praktikum fixLaporan praktikum fix
Laporan praktikum fix
 
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
 
Plankton.pptx
Plankton.pptxPlankton.pptx
Plankton.pptx
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 

More from Markus T Lasut

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMarkus T Lasut
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanMarkus T Lasut
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMarkus T Lasut
 
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Markus T Lasut
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaMarkus T Lasut
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningMarkus T Lasut
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairMarkus T Lasut
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautMarkus T Lasut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaMarkus T Lasut
 
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraAccumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraMarkus T Lasut
 

More from Markus T Lasut (20)

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
 
Mt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jmsMt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jms
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
 
Mt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cmsMt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cms
 
Mt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cmsMt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cms
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair Peternakan
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
 
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
 
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraAccumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
 

Recently uploaded

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Recently uploaded (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton

  • 1. EKOTON Vol. 2, No. 1: 17-24, April 2002 ISSN 1412-3487 HASIL PENELITIAN PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC TERHADAP PERKEMBANGAN AWAL EM BRIO BULU BABI ECHINOMETRA MATHAEI Markus T. Lasut 1) 4), Deiske A. Sumilat 2) 4) & Deddy T. Arbie 3) 1) Laboratorium Toksikologi & Farmasitika Kelautan, 2) Laboratorium Bioteknologi Kelautan, 3) Dinas Bahari, Pemerintah Kota Manado, Sulawesi Utara 4) Program Studi Ilmu Kelautan, Fak. Perikanan & Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Abstract. Diazinon is one of insecticides used to control pests and other organisms. However, diazinon may have negative impact to aquatic ecosystem since its application in agriculture is uncontrolled. The present experiment aims to determine the effect of diazinon (insecticide) in sublethal concentration on embryonic development of sea urchin Echinometra mathaei. The experiment was designed by using toxicity test technique in which a number of eggs and sperms of the sea urchin were exposed into seawater with 0.3, 0.6, and 3 ppm of diazinon concentrations and a control (0 ppm). Percentage of developing larvae were accounted and time of each embryonic development stage was recorded. The result shows the range of sublethal concentration of diazinon is 0.06 to 0.6 ppm. Mean percentage of developed larvae for concentration of 0.3, 0.6, 3 and the control are 29.23, 40.07, 62.11, and 82.28, respectively. Mean time for the first, second, third, fourth, morula, hatching and larvae development stages are 87.41, 158.08, 188.75, 227.83, 269.83, 523.75, and 2122.41 minutes, respectively. Even though diazinon in sublethal concentration was not affect the development time, it is for mortality of larvae. Keywords: toxicity test, sea urchin, Echinometra mathaei, diazinon, insecticide. PENDAHULUAN negatifnya terhadap lingkungan umum Salah satu masalah serius yang selalu (Sembel dkk. 1991). dibicarakan oleh masyarakat dan pemerintah Ekosistem perairan merupakan wadah adalah pencemaran lingkungan. Bahan penampungan dari berbagai limbah. pencemar (polutan) yang masuk ke Demikian juga dengan ekosistem daerah lingkungan, baik darat maupun laut, dapat pesisir sangat dipengaruhi oleh tekanan- mengancam kehidupan manusia. tekanan pencemaran/polusi. Organisme yang Di Indonesia, sebagian besar petani hidup di daerah ini dapat terganggu oleh memiliki pendidikan yang rendah, usaha karena adanya buangan limbah, baik dari penanggulangan hama dan penyakit pada suatu sumber tertentu (misalnya limbah tanaman selalu dilakukan dengan cara sampah dan industri) maupun dari daerah pengendalian kimia, yaitu dengan yang bukan merupakan sumber buangan menggunakan pestisida. Namun dalam (misalnya aktifitas pelabuhan dan saluran penggunaannya di lapangan, para petani limbah pertanian). Daerah-daerah yang sering menggunakan pestisida secara terkena pengaruh pencemaran ini sering berlebihan tanpa menghiraukan dampak merupakan daerah yang penting bagi ___________________________________________________________ © Pusat Penelitian Lingkungan Hidup & Sumberdaya Alam (PPLH-SDA), Lembaga Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia, April 2002
  • 2. 18 PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC perikanan dan pariwisata. Oleh karena itu, Kecamatan Molas. Kotamadya Manado, merupakan suatu hal yang sangat penting Propinsi Sulawesi Utara. untuk membuat suatu teknik pemantauan pencemaran yang dapat digunakan untuk Persiapan memantau pencemaran yang dapat Hewan Uji membahayakan kehidupan manusia dan Bulu babi yang digunakan sebagai organisme perairan. hewan uji dalam penelitian ini diambil dari Dalam hubungan dengan teknik spesies E. mathaei. Hal ini didasarkan atas pemantauan lingkungan, khususnya yang beberapa pertimbangan, seperti menggunakan organisme laut, tahap ketersediaannya di alam, mudah untuk perkembangan awal dari suatu organisme diambil, dan pembentukan membran perairan telah ditemukan lebih peka terhadap fertilisasinya terlihat dengan jelas. Hewan pencemaran/polusi yang terjadi di uji dewasa diambil dari perairan pantai lingkungan daripada tahap dewasa Tongkaina (tempat pengambilan sampel). organisme tersebut (Ringwood 1992). Diusahakan sampel bulu babi yang diambil Berhubung dengan hal itu, embrio berada pada fase dewasa, agar sampel yang bulu babi adalah bahan yang telah sering diambil benar-benar telah matang gonad digunakan dalam uji biologis untuk yaitu yang berukuran besar, sehingga mudah mengukur toksisitas suatu bahan/substansi di dalam proses pembedahan. Hewan uji perairan laut karena mempunyai prosedur kemudian dimasukkan dalam wadah plastik yang cepat, sensitif dan biaya yang relatif yang telah diisi air laut, dan diberi aerasi murah (Dinnel dkk. 1987). yang baik. Hewan uji yang diperoleh dibawa Didasari atas beberapa alasan tersebut ke Laboratorium, dan dipelihara di dalam di atas, maka timbul keinginan untuk akuarium kaca berukuran 40 x 30 x 30 cm melaksanakan penelitian mengenai pengaruh dengan menggunakan metode statis (air pestisida terhadap embrio bulu babi hasil tidak mengalir). fertilisasi buatan. Diharapkan penelitian ini Sebelum fertilisasi dilaksanakan, dapat berguna bagi penelitian selanjutnya terlebih dahulu sampel dibersihkan dengan dan mempunyai manfaat dalam pengelolaan air tawar. Duri-duri yang terletak pada sumberdaya pantai pada umumnya, juga permukaan luar digunting. Selanjutnya dapat menambah informasi mengenai dibilas dengan air laut yang telah disaring. fertilisasi buatan bulu babi yang dipengaruhi oleh bahan pencemar pada khususnya. Larutan Uji Penelitian ini bertujuan untuk Larutan uji yang dingunakan adalah mengetahui pengaruh diazinon (pestisida) Diazinon 60 EC yang mengandung 600 g/l terhadap tingkat keberhasilan larva yang bahan aktif. Rumus kimia senyawa diazinon terbentuk dan waktu dari setiap tahap adalah (O,O-diethyl O-(2-isopropyl-6- perkembangan embrio bulu babi jenis methyl-4-pyrimidil) phosphoro-thioate), dan Echinometra mathaei. merupakan insektisida organofosfat dengan tingkat kelarutan dalam air pada 20 o C METODE PENELITIAN adalah 40 ppm. Diazinon dapat diperoleh Penelitian ini dilaksanakan pada bulan dengan cara dibeli di tempat-tempat yang Oktober 1997 sampai April 1999 di menyediakan perlengkapan pertanian. Laboratorium Toksikologi dan Farmasitika Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Air Wadah Kelautan, Unsrat. Lokasi pengambilan Semua air wadah diambil dari perairan sampel adalah perairan pantai Tongkaina. laut (air laut) dimana sampel hewan uji diperoleh. Air laut kemudian dibawa ke
  • 3. M.T. LASUT dkk. 19 laboratorium lalu disaring (0,45 ?m). Hal ini sperma dari hasil pengenceran dan dimaksudkan agar air laut bersih dari dimasukkan ke dalam gelas arloji yang berisi kotoran-kotoran serta organisme-organisme telur. Fertilisasi yang terjadi dapat dilihat lain yang ikut terbawa. Setelah disaring, air dengan menggunakan mikroskop, yang laut disterilkan (menggunakan autoclave, ditandai dengan adanya pembentukkan suhu 1210 C). sebelum digunakan air laut membran fertilisasi. Selanjutnya dilakukan disimpan dalam wadah tertutup. pengamatan pada tahap-tahap pembelahan sel dan waktu pembentukan untuk setiap Kondisi Percobaan perkembangan embrio. Parameter suhu air, salinitas dan pH yang diukur selama percobaan masing- Percobaan masing adalah suhu 280 C, salinitas 34 ppt Fertilisasi yang dipengaruhi oleh Diazinon dan pH 7. parameter-parameter tersebut Percobaan ini bertujuan untuk diukur masing-masing dengan Thermometer, mengetahui pengaruh diazinon (dalam Refrakto-salinometer dan kertas lakmus. beberapa konsentrasi) terhadap perkembangan awal pada Echinometra Fertilisasi Buatan pada E. mathaei mathaei. Untuk itu fertilisasi buatan dan Bulu babi yang telah dipersiapkan, mengkontaminasi embrio setelah fertilisasi pada bagian oralnya dibedah dengan terjadi dengan diazinon melalui air wadah. gunting. Lentera Aristoteles yang terdapat Pelaksanaannya dilakukan dalam 2 tahap, pada daerah tersebut dikeluarkan sehingga yaitu Tahap Pendahuluan dan Pengukuran. gonad dapat terlihat; gonad terlebih dahulu Pada Tahap Pendahuluan, Uji dibedakan antara jantan dan betina. Untuk pendahuluan dilakukan dengan maksud membedakan antara gonad jantan dan betina, untuk menentukan konsentrasi subletal dilakukan pengamatan visual pada sebagian (tidak terjadi mortalitas) diazinon yang akan gonad yang diambil dengan pinset dan digunakan dalam percobaan. Konsentrasi dioleskan pada kaca objek. Gonad betina larutan uji yang dip ilih pada tahap ini adalah ditandai dengan adanya butiran-butiran telur 0,0001; 0,001; 0,01 dan 0,1 ml/diazinon yang berukuran kecil dan transparan. Telur yang mengandung 0,06; 0,6; 6 dan 60 mg/l akan terlihat lebih jelas bila diamati di (ppm) bahan aktif diazinon ditambah satu bawah mikroskop. Gonad jantan apabila kontrol. dioleskan pada gelas objek akan Telur yang telah dibuahi yang mengeluarkan cairan putih seperti susu. diperoleh dari hewan uji ditempatkan pada Prosedur fertilisasi dimodifikasi dari gelas arloji yang berisi 10 ml untuk masing- Horstadius (1973), Dinnel dkk. (1987), dan masing larutan uji. Setelah 36 jam, jumlah Ringwood (1992). Telur dirangsang keluar larva yang terbentuk dihitung. Apabila dengan menggunakan 0.5 M KCI, dengan proporsi jumlah larva yang terbentuk tidak cara menginjeksikan pada bagian oral yang melebihi ½ bagian atau hampir keseluruhan, telah dibedah. Telur yang keluar ditampung maka dianggap pada konsentrasi tersebut pada gelas beker. Kemudian diambil 0.1 ml merupakan konsentrasi kritis (konsentrasi telur dengan pipet dan dimasukkan pada yang mengakibatkan mortalitas). Setelah gelas arloji berisi air laut yang telah mendapatkan kisaran konsentrasi tersebut dipersiapkan. Selanjutnya, telur dicuci. kemudian dipilih 3 konsentrasi ditambah Sperma dapat langsung dikeluarkan dengan 1 kontrol untuk digunakan pada dengan menggunakan pinset dan ditampung tahap berikutnya. pada petri disk. Kemudian, sperma (0,1 ml) Pada Tahap Pengukuran, ada dua diencerkan dalam 1 ml air laut di dalam parameter yang diamati/diukur yaitu (1) gelas arloji. Sesudah itu diambil 0.1 ml persentase jumlah larva dan (2) waktu dari
  • 4. 20 PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC 100 80 Larvae (%) 60 40 20 0 Kontrol 0.06 0.6 6 60 Konsentrasi Diazinon (ppm) Gambar 1. Prosentase larva bulu babi E. mathaei terbentuk pada uji pendahuluan untuk melihat fertilisasi buatan yang dipengaruhi oleh diazinon selama 36 jam setiap perkembangan embrio. Persentase yang berbeda dengan jumlah larva yang jumlah larva ditentukan berdasarkan dihasilkan, juga untuk mengetahui pengaruh persentasi jumlah larva yang terbentuk konsentrasi diazinon yang berbeda terhadap setelah fertilisasi buatan dari jumlah telur waktu yang diperlukan untuk setiap tahap yang dimasukkan mula -mula. Sperma dan pembelahan. Dengan demikian analisis telur yang telah diketahui jumlahnya dilakukan dengan cara menghitung beberapa dimasukkan secara bersamaan pada gelas parameter yang diperoleh selama penelitian, arloji yang berisi 5 ml untuk masing-masing jumlah larva yang diperoleh diekspresikan larutan uji. Larva yang terbentuk dihitung dalam persentase dimana persentase tersebut dan dicatat. Dilakukan 3 ulangan untuk merupakan jumlah larva untuk masing- setiap percobaan. Pengamatan terhadap masing perlakuan dan kontrol dibagi jumlah waktu dari setiap perkembangan embrio larva kontrol. (menit) dimulai setelah membran fertilisasi Analisis statistik dilakukan dengan terbentuk, dimana setelah itu embrio akan menggunakan ANOVA satu arah. memasuki tahapan pembelahan sel. Waktu Rancangan percobaan terdiri dari 1 faktor yang diperlukan untuk melakukan yaitu konsentrasi konsentrasi yang pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel dan digunakan adalah 0,3; 0,6 dan 6 ppm dan selanjutnya ditentukan dan kemudian satu kontrol. dibandingkan dengan kontrol. Pengamatan dilakukan untuk setiap konsentrasi larutan HASIL uji dan kontrol. Ada 3 ulangan untuk setiap Tahap 1 : Pendahuluan pengamatan. Setelah 36 jam, rata-rata jumlah larva yang terbentuk pada konsentrasi 0,06; 0,6; 6, Analisis Data dan 60 ppm masing-masing adalah 99.04, Analisis data dilakukan selain untuk 56,03; 9,47; dan 0%, sedangkan pada kontrol mengetahui pengaruh konsentrasi diazinon adalah 100% (Gambar 1).
  • 5. M.T. LASUT dkk. 21 100 80 Larvae (%) 60 40 20 0 Kontrol 0.3 0.6 3 Konsentrasi Diazinon (ppm) Gambar 2. Persentase larva yang terbentuk pada pengukuran fertilisasi buatan bulu babi E. mathaei yang dipengaruhi oleh diazinon selama 36 jam. Dari hasil tersebut di atas maka dapat 2. Waktu Dari Tiap Tahap Perkembangan ditentukan kisaran konsentrasi subletal Tabel 1 memperlihatkan hasil secara sederhana yaitu terletak diantara pengukuran waktu (menit) rata-rata dari konsentrasi 0.06 dan 0.6 ppm. Konsentrasi setiap tahap perkembangan embrio pada sublethal ini kemudian menjadi patokan bagi fertilisasi buatan yang dipengaruhi oleh pemilihan konsentrasi pada percobaan beberapa konsentrasi diazinon. selanjutnya. Pembelahan pertama rata -rata antara 85,66 – 89,33 menit yang membagi telur Tahap 2. Pengukuran menjadi dua bagian. Pembelahan kedua rata- 1. Persentasi Larva rata terjadi antara 155,35 – 159,33 menit Nilai rata-rata persentase larva menyebabakan embrio menjadi empat sel. terbentuk yang diperoleh selama 36 jam Tahapan delapan sel membutuhkan waktu percobaan pada konsentrasi 3; 0,6; dan 3 antara 187 –189,66 menit. ppm masing-masing adalah 35,52; 48,69; Waktu yang diperlukan pada tahap dan 75,48 %, sedangkan pada kontrol, enam belas sel dan tahap morula rata-rata sebesar 100 % (Gambar 2). lebih singkat dari waktu yang diperlukan Hasil pengujian statistika menunjuk- pada tahap-tahap sebelumnya, yaitu antara kan bahwa antara setiap perlakuan dengan 223,66 – 230,33 dan 268.83 – 271.66 menit. kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat Setelah pembelahan kesepuluh (blastula), signifikan (p>0.01) dan diazinon embrio akan menetas (hatcing) dan mulai berpengaruh secara nyata (signifikan) mulai melakukan gerakan-gerakan untuk berenang. konsetrasi 0,3 ppm. Tahapan ini rata-rata dicapai dalam waktu 523,33 – 526,33 menit. Kemudian larva pluteus akan terbentuk rata-rata 2121,3 – 2123,7 menit setelah inseminasi.
  • 6. 22 PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC Tabel 1. Waktu (menit) rata-rata tiap tahapan perkembangan embrio bulu babi E. mathaei pada fertilisasi buatan yang dipengaruh oleh beberapa konsentrasi diazinon. Konsentrasi 2 sel 4 sel 8 sel 16 sel Morula Hatching Larva Kontrol 86.33 155.33 187.00 223.66 268.33 523.33 2122.00 0.3 ppm 85.66 159.33 189.33 228.00 271.66 526.33 2122.70 0.6 ppm 88.33 159.33 189.00 229.33 270.66 524.33 2121.30 3 ppm 89.33 159.00 189.66 230.33 268.66 524.33 2123.70 Pengujian statistik dilakukan untuk dimulai setelah terserap kedalam tubuh melihat pengaruh waktu pendedahan/ melalui kulit atau mulut atau saluran kontaminasi larutan uji diazinon terhadap pencernaan dan pernapasan. setiap perkembangan embrio. Pada tahap Secara fisiologis, pestisida berikatan perkembangan 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, dengan enzim yang berfungsi mengatur kerja morula, blastula, dan perkembangan yang saraf, yaitu ensim Kholinesterase. Apabila dipengaruhi oleh diazinon tidak Kholinesterase terikat, enzim ini tidak dapat menunjukkan perbedaan yang signifikan melaksanakan tugasnya terutama untuk (p>0.05) meneruskan perintah pada otot-otot tertentu, sehingga otot-otot senantiasa bergerak tanpa 3. Perkembangan Abnormal dapat dikendalikan. Perkembangan abnormal embrio bulu Pada penelitian ini diperoleh informasi babi E. mathaei juga ditemukan dalam mengenai persentase larva yang dihasilkan pengamatan yang dilakukan, terutama pada setelah dikontaminasikan dengan diazinon. konsentrasi 3 ppm. Pada konsentrasi uji yang Semakin besar konsentrasi maka akan lain ditemukan juga bentuk pertumbuhan semakin kecil persentase larva yang akan baik yang normal maupun abnormal. terbentuk. Kemudian pendedahan diazinon tidak memberikan pengaruh terhadap waktu PEMBAHASAN perkembangan embrio bulu babi E. mathaei. Besarnya tingkat keberhasilan larva yang Selain pengaruh pada aspek persentase terbentuk dari suatu fertilisasi buatan dalam larva yang dihasilkan, perkembangan embrio wadah yang berisi bahan pencemar bulu babi juga dapat terpengaruh dengan mengindikasikan besarnya tingkat bahan racun lainnya pada aspek yang lain penghambatan (inhibition) dari bahan pula. Misalnya, Lintong (1998) tersebut (Kobayashi 1994). Selanjutnya mengemukakan bahwa pengaruh racun dijelaskan bahwa konsentrasi yang sianida dapat menghasilkan bentuk 3 sel, menyebabkan kematian dan/atau malformasi multi-sel (poly permy) dan exogastrula. pluteus sebesar 30-49 % disebut Bentuk 3 sel terjadi ketika satu sel penghambatan sedang (moderate inhibition). dalam embrio membelah sedangkan sel yang Dengan demikian, konsentrasi 0.6 dan 3 lainnya tidak dapat melakukan pembelahan, ppm dapat digolongkan sebagai penghambat sehingga sel yang terbentuk hanya tiga. kuat, dan konsentrasi 0.3 ppm digolongkan Perkembangan multi-sel disebabkan oleh sebagai penghambat sedang. penetrasi dari beberapa sperma ke dalam Cara kerja racun diazinon (insektisida) sebuah telur (poly spermy). Sehingga telur adalah sebagai pestisida kontak, yang berarti akan terbelah menjadi beberapa sel dalam mempunyai daya bunuh setelah tubuh bentuk yang tidak seimbang. Perkembangan terkontaminasi dengan zat tersebut. Menurut 3 sel dan multi-sel lambat laun akan rusak Subiyakto (1991), toksisitas diazinon sehingga tidak dapat melanjutkan
  • 7. M.T. LASUT dkk. 23 perkembangan secara normal (Kobayashi Anthocidaris crassispina pada suhu 280 C. 1984). Exogastrula terjadi apabila air laut Tercatat bahwa membran fertilisasi terkontaminasi bahan-bahan toksik. Selama terbentuk 3 menit setelah inseminasi, tahap proses glastrulasi jaringan yang dua sel terjadi selama 45 menit, dan blastula menghubungkan endoderm menjulur ke luar, akhir terbentuk setelah 8 jam. Tahap sehingga Archenteron tidak terbentuk pertengahan glastrula terjadi 12 jam, dan (Waterman 1937). pluteus terbentuk dalam 24 jam. Perkembangan abnormal bulu babi E. Bila dibandingkan dengan penelitian mathaei nampaknya ditemukan dalam ini (walaupun perbandingan tersebut harus percobaan ini, walaupun pengamatannya dilakukan secara hati-hati karena tidak dilakukan secara detail. Sebagian besar mempunyai perbedaan dalam kondisi perkembangan embrio yang tidak normal percobaan, organisme uji, dll), dapat (malformasi) tersebut ditemukan pada diketahui bahwa waktu perkembangan rata- kosentrasi 3 ppm, pada konsentrasi uji yang rata bulu babi E. mathaei lebih lama dari A. lain (0.3 dan 0.6 ppm) bentuk perkembangan crassispina. yang ditemukan selain normal juga terdapat Tahap yang terpenting dari seluruh malformasi. tahapan perkembangan embrio adalah tahap Penelitian untuk melihat efek diazinon pembelahan pertama. Menurut Kobayashi terhadap organisme laut telah banyak (1984), telur hasil fertilisasi tidak akan dilakukan, diantaranya oleh Lasut dkk. 1997 mengalami pembelahan di saat telur atau mendeterminasi efek diazinon terhadap sperma berada dalam kondisi yang buruk aspek lethal dan sublethal zooplankton atau jika air laut mengandung substansi rotifer Brachionus rottundiformis, Kaligis & beracun. Perkembangan juga akan terhenti Lasut 1997 untuk mengevaluasi efek pada tahap blastula bila air laut mengandung diazinon dan salinitas terhadap kerang laut substansi beracun. Pada penelitian ini Haliotis varia , Lasut dkk. 2001 menganalisis konsentrasi larutan uji hanya berpengaruh pengaruh konsentrasi sublethal diazinon dan pada mortalitas embrio. Embrio yang glifosat terhadap k onsumsi oksigen kerang tahan/survive akan terus mengala mi laut Septifer bilocularis (Bivalvia). perkembangan pada tahap-tahap selanjutnya Pengujian juga telah dilakukan dengan periode waktu yang relatif sama. sebelumnya terhadap beberapa pestisida organoklor (endrin, DDT dan Methoxychlor) KESIMPULAN yang dilakukan pada suhu 200 dan Dari hasil percobaan-percobaan dapat konsentrasi 7 ppm dengan menggunakan disimpulkan : hewan uji Paracentrotus lividus, 1. Kisaran konsentrasi sublethal diazinon menunjukkan bahwa pada endrin hanya terhadap perkembangan awal embrio mengakibatkan efek yang kecil; DDT dapat bulu babi E. mathaei terdapat pada menyebabkan pertumbuhan embrio yang konsentrasi 0.6 dan 0.06 ppm. tidak normal; sedangkan methoxychlor 2. Diazinon menyebabkan bentuk (formasi) sangat beracun bagi embrio dan yang terjadi dalam perkembangan awal menyebabkan cytolysis (Bresch & Ahrendt embrio bulu babi E. mathaei menjadi 1977). tidak normal. Pengamatan pada tahap-tahap 3. Diazinon berpengaruh secara nyata pada perkembangan embrio melalui fertilisasi perkembangan embrio yang berhasil buatan diperoleh data waktu dari tiap tahap mencapai tahap larva. Semakin besar perkembangan. Penelitian serupa juga konsentrasi larutan uji, maka akan pernah dilakukan oleh Kobayashi (1984) semakin kecil persentase larva yang dengan menggunakan hewan uji berhasil terbentuk.
  • 8. 24 PENGARUH KONSENTRASI SUBLETHAL DIAZINON 60 EC REFERENSI Lintong, O. 1998. Efek lanjut sianida (KCN) Bresch, H. & U. Ahrendt. 1977. Influence of terhadap keberhasilan reproduksi bulu different of organochlorine pesticides on babi Echinometra mathaei. Skripsi. the development of the sea urchin Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. embryo. Environmental Research 13: Program Studi Ilmu Kelautan Unsrat. 121-128. hal. 34 Dinnel, P.A., J.M. Link & Q.J. Stober. 1987. Ringwood, A.H. 1992. Comparative Improved methodology for sea urchin sensitivity of gametes and early sperm cell bioassay for marine waters. development stages of sea urchin species Archieves of Environmental (Echinometra mathaei) and bivalve Contamination and Toxicology 16: 288- species (Isognomon californicum) 295. during metal exposure. Archieves of Hortadius, S. 1973. Experimental Environmental Contamination and embriology of echinoderms. Clarendon Toxicology 16: 23-32. Press. Oxford. Hal. 13-30. Sembel, D.T., F. Kaseger, J. Pongoh & D. Kaligis, F.G. & M.T. Lasut. 1997. Effects of Kandowangko. 1991. Pengkajian salinity and diazinon on the abalone terhadap penggunaan pestisida oleh Haliotis varia (Gastropoda: Haliotidae). petani di Kab. Minahasa dan Bolaang Phuket Marine Biological Special Mongondow, Prop. Sulawesi Utara. Publication 17(1): 115-120. Jurnal Fakultas Perikanan Unsrat 1(4): Kobayashi, N. 1984. Marine 6-13. ecotoxicological testing with Subiyakto, S. 1991. Pestisida. Penerbit echinoderms. State University of Ghent Kanisius. Yogyakarta. and Inst. Marine Scient. Res., Bredene, Waterman, A.J. 1937. Effect of salts of Belgium. Vol. 1, 798 hal. heavy metals on development of sea Kobayashi, N. 1994. Application of eggs of urchin Arbacia punctulata. Dalam N. the sea urchin Diadema setosum in Kobayashi (1984). Marine marine pollution bioassays. Phuket ecotoxicology testing with echinoderms. Marine Biological Center Research State Univ. Ghent and Inst. Mar. Scient. Bulletin 59: 91-94. Res., Belgia. Vol. 1, 798 hal. Lasut, M.T., F.G. Kaligis & A.H. Watung. 2001. Pengaruh konsentrasi sublethal pestisida (diazinon dan glifosat) terhadap konsumsi oksigen kerang laut Septifer bilocularis (Bivalvia). Ekoton 1(2): 49-57. Lasut, M.T., I.F.M. Rumengan, J. Paulus & J. Rimper. 1997. Effect of diazinon (insecticide) on lethal and sublethal aspects of zooplanton rotifer Brachionus rotundiformis. Berita Fakultas Perikanan Unsrat 5(1-2): 49-56.