1. Teori Semiotika Media
Oleh: Vicky Destiawan
210110110373
MANKOM A – FIKOM UNPAD
2014
Jean Baudrillard
DOSEN PENGAMPU :
DR. ANTAR VENUS .M.A.COM.M
MERIA OKTAVIANY S.SOS,.M.IKOM
DEPARTEMEN MANAJEMEN KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2. Tradisi Semiotika
Semiotika berasal dari bahasa
Yunani, yaitu semeion yang berarti
“tanda” atau seme yang berarti
“penafsir tanda” (Cobley dan Jansz,
1999:4, dalam Sobur, 2009:16)
Tradisi semiotika terdiri atas
sekumpulan teori tentang
bagaimana tanda-tanda
merepresentasikan benda, ide,
keadaan, situasi, perasaan, dan
kondisi di luar tanda-tanda itu
sendiri
3. - Konsep Dasar -
• Tanda, yaitu stimulus yang
menandakan atau menunjukkan
beberapa kondisi lain. Contohnya,
ketika kita melihat asap berarti itu
menandakan adanya api.
• Simbol, yaitu menandakan tanda
yang kompleks dengan banyak arti,
termasuk arti yang sangat khusus.
Contohnya, burung merpati
melambangkan tanda perdamaian.
Tradisi Semiotika
4. - Tokoh -
• Charles Sanders Peirce,
• Ferdinand de Saussure,
• Louis Hjemslev,
• Roland Barthes,
• Sussane Langer,
• Jacques Derrida,
• Jean Baudrillard, dan sebagianya.
Tradisi Semiotika
5. • Jean Baudrillard adalah seorang pakar teori
kebudayaan, filsuf, komentator politik,
sosiolog dan fotografer asal Perancis.
• He is new Mc Luhan!!
• Baudrillard lahir dalam keluarga miskin di
Reims pada 20 Juni 1929
• Baudrillard tutup usia di usia 77 tahun
tanggal 6 Maret 2007 di Paris. (Wikipedia,
2014)
Teori Semiotika Media
Jean Baudrillard
6. • Tanda-tanda memang terpisah dari objek
yang mereka tandai dan bahwa media telah
menggerakkan proses ini hingga titik
dimana tidak ada yang nyata.
• Media, simulasi, dan apa yang disebut
‘cyberblitz’ telah mengkonstitusi bidang
pengalaman baru, tahapan sejarah dan tipe
masyarakat yang baru.
• Media mendominasi kehidupan kita
dengan informasi yang membentuk apa
yang ktia rasakan sebagai pengalaman
yang nyata, tetapi yang juga dihilangkan
dari hal-hal yang alami.
• Budaya komoditas kita yang didorong
oleh media merupakan salah satu aspek
simulasi tempat kita hidup.
Teori Semiotika Media
- Asumsi Teori -
7. Tanda menjadi salah satu elemen penting bagi
masyarakat konsumer
Teori Semiotika Media
Masyarakat Feodal
Masyarakat Kapitalis
Masyarakat Komunis
Masyarakat Primitif
Masyarakat Hierarkis
Masyarakat Massa
Perubahan
Periodisasi
8. Teori Semiotika Media
- Konsep Dasar Teori -
Hiperealitas
Budaya Simulasi
Nilai Tanda
&
Nilai Simbol
9. Baudrillard menggambarkan dunia ini sebagai
Hiperealitas. Sebagai contoh, media mulai tidak
lagi menjadi cermin realitas melainkan menjadi
realitas atau bahkan lebih real dari realitas (Ritzer
2009 : 678 ).
Hipperealitas adalah efek, keadaan atau
pengalaman kebendaan dan atau ruang yang
dihasilkan dari proses tersebut
( Piliang, 2003 : 150 ).
Baudrillard mengungkapkan bahwa apa yang
direproduksi dalam dunia hiperealitas tidak saja
realiitas yang hilang, tetapi juga dunia tak nyata :
fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau science fiction.
Hipperealitas adalah duplikat dari realitas yang
didekodifikasikan ( Piliang, 2003 : 152).
Teori Semiotika Media
- Hiperealitas-
10. Media, menjadikan manusia tenggelam
dalam hipperealitas. Manusia
mengalami sesuatu yang melebihi
realitas dan semakin lama kehilangan
realitas atau kehidupan sebenarnya
yang real.
Hiperealitas juga membuat dunia nyata
dan dunia maya menjadi susah
dibedakan, bahkan hiperealitas
melebihi dunia nyata tersebut
Teori Semiotika Media
- Hiperealitas-
11. Budaya komoditas dunia kini didorong oleh media dan
membuat simulasi di tempat kita hidup. Lingkungan
tiruan memberitahu kita apa yang harus dilakukan,
karena lingkunganlah yang membentuk selera,
pilihan, kesukaan, dan kebutuhan kita.
Budaya konsumerisme menjadi salah satu budaya yang
kuat sekarang ini hampir di setiap negara, termasuk
Indonesia. Mengonsumsi menjadi hal yang sangat
penting bagi setiap individu walaupun barang yang kita
konsumsi itu tidak benar-benar kita inginkan atau
kita butuhkan.
Teori Semiotika Media
- Budaya Simulasi-
12. Baudrillard menyatakan bahwa dalam masyarakat
kapitalisme-lanjut (late capitalism), nilai-guna dan
nilai-tukar telah dikalahkan oleh sebuah nilai baru,
yakni nilai-tanda dan nilai-simbol.
Nilai-tanda dan nilai-simbol, yang lahir bersamaan dengan
semakin meningkatnya taraf ekonomi masyarakat
Barat, lebih memandang makna simbolik sebuah objek
ketimbang manfaat atau harganya, melainkan
berdasarkan prestise dan makna simbolisnya
Teori Semiotika Media
- Nilai Tanda & Nilai Simbol -
13. 1. Kebudayaan postmodern adalah
kebudayaan uang, excremental culture.
Uang mendapatkan peran yang sangat
penting dalam masyarakat postmodern.
Berbeda dengan masa-masa sebelumnya,
fungsi dan makna uang dalam budaya
postmodern tidaklah sekedar sebagai alat-
tukar, melainkan lebih dari itu merupakan
simbol, tanda dan motif utama
berlangsungnya kebudayaan.
2. Kebudayaan postmodern lebih
mengutamakan penanda (signifier)
ketimbang petanda (signified), media
(medium) ketimbang pesan (message), fiksi
(fiction) ketimbang fakta (fact), sistem tanda
(system of signs) ketimbang sistem objek
(system of objects), serta estetika (aesthetic)
ketimbang etika (ethic).
Teori Semiotika Media
- Simpulan Teori-
14. 3. Kebudayaan postmodern adalah sebuah
dunia simulasi, yakni dunia yang
terbangun dengan pengaturan tanda,
citra dan fakta melalui produksi maupun
reproduksi secara tumpang tindih dan
berjalin kelindan.
4. Sebagai konsekuensi logis karakter
simulasi, budaya postmodern ditandai
dengan sifat hiperrealitas, dimana citra
dan fakta bertubrukan dalam satu
ruang kesadaran yang sama, dan lebih
jauh lagi realitas semu (citra)
mengalahkan realitas yang
sesungguhnya (fakta).
5. Kebudayaan postmodern ditandai dengan
meledaknya budaya massa, budaya
Teori Semiotika Media
- Simpulan Teori-
15. Aduh, Orang-Orang Ini Menikah Bukan Dengan Manusia
Senin, 21 Oktober 2013 10:45
Vemale.com - Seorang wartawan dari CNN telah melakukan wawancara secara langsung dan ekslusif
dengan pria yang sedang menjadi bahan pembicaraan publik ini. Tanpa ragu dan malu, pria asal negri
sakura ini menyatakan bahwa dirinya sangat jatuh cinta dengan salah satu karakter wanita dalam game
yang sudah ia mainkan sejak bertahun-tahun tersebut. Yup, karakter cantik dan imut yang berada pada
game nitendo tersebut ia beri nama Nene.
Tak pikir panjang, pria yang nama aslinya masih belum diketahui tersebut pun ingin membuktikan rasa
cintanya dengan menikahi Nene. Dalam sebuah gedung, lelaki ini mengundang beberapa temannya
untuk hadir dalam acara janji setianya dengan Nene sang karakter wanita dalam game yang ia gemari.
Tak tanggung-tanggung, pria ini pun kerap membawa Nene, bahkan hampir setiap saat ke mana pun ia
pergi. Sesibuk apapun, Nene akan selalu menjadi pendamping setianya di saat tidur, makan, mandi,
bahkan berenang. Nampaknya, kecantikan yang dimiliki oleh Nene telah membuat pria ini sangat
tergila-gila padanya yah ladies.
Contoh Kasus
16. • Bila dilihat dari kasus tersebut, lelaki tersebut telah masuk ke dalam
hiperealitas yang dibuat oleh media manga Jepang. Lelaki tersebut
tenggelam dalam hiperealitas yang dibuatnya. Manga membuat karakter
anime yang ‘seakan-akan’ nyata dan memiliki karakter wanita yang
sempurna bagi lelaki tersebut sehingga akibat terlalu sering bermain
dengan anime tersebut, ia pun menjadi jatuh cinta dan dunia ‘nyata’ bagi
lelaki tersebut adalah dunia manga.
• Jepang adalah salah satu negara maju yang memiliki perkembangan
teknologi media yang sangat baik. Jepang pun sering mengembangkan
game-game yang bentuknya semakin dekat dengan kehidupan nyata.
Sehingga bagi mereka yang kecanduan dengan permainan tersebut akan
sulit lepas. Karena bagi mereka dunia permainan tersebut adalah dunia
yang sesuai dengan keinginan mereka dan lebih membuat mereka senang
ketimbang dunia asli
Analisis Kasus
17. • Media memang berhasil membuat realitas baru yang selalu
mengedepankan hal-hal yang sempurna yang membuai manusia. Sebagai
contoh adalah masalah “kecantikan”. Media begitu apik membuat realitas
tentang kecantikan, bahwa kecantikan itu adalah wanita dengan kulit
putih, hidung mancung, alis rapih, dan sebagainya, sehingga setiap wanita
yang ingin tampil cantik maka ia harus memiliki kulit putih, hidung
mancung, dan sebagainya. Hal ini pun terjadi pada diri lelaki tersebut
dimana media berhasil menciptakan realitas dimana lelaki tersebut akan
mendapatkan perempuan yang diinginkan yang ia tidak dapatkan di dunia
nyata yang sesungguhnya. Oleh karena itu media berhasil menciptakan
tanda-tanda sebagai realitas yang baru yang lebih baik dari realitas yang
sesungguhnya.
Analisis Kasus
18. Daftar Pustaka
• Ahlikomunikasi. (2012, November 1). Jean Baudrillad : Semiotik Media. Retrieved
Maret 5, 2014, from ahlikomunikasi.wordpress.com:
http://ahlikomunikasi.wordpress.com/2012/11/01/jean-baudrillard-semiotik-media/
• Hidayat, M. A. (2008, April 15). Kebudayaan Posmodern Menurut Jean Baudrillard.
Retrieved Maret 5, 2014, from fordiletante.wordpress.com:
http://fordiletante.wordpress.com/2008/04/15/kebudayaan-postmodern-menurut-
jean-baudrillard/
• Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Theories of Human Communication. Singapore:
CENGAGE Learning.
• Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna.
Bandung: Jalasutra.
• Ritzer, G. R., & Goodman, D. J. (2009). Teori Sosiologi : Dari Teori Sosiologi Klasik
sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
• Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Rosda Karya.
• Vemale.com. (2013, Oktober 21). Aduh, Orang-Orang Ini Menikah Bukan Dengan
Manusia. Retrieved Maret 18, 2014, from Vemale.com:
http://www.vemale.com/ragam/39607-aduh-orang-orang-ini-menikah-bukan-dengan-
manusia-2.html
• Wikipedia. (2014, Februari 4). Jean Baudrillad. Retrieved Maret 5, 2013, from
id.wikipedia.org: http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Baudrillard