SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 38
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) COLORECTAL
CANCER
                              NUZULUL ZULKARNAIN HAQ

              FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



                                            BAB 1

                                      PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker
kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon
merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada
pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat.
Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap
tahunnya.

Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55
tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat
kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun
kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria.

Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut :
Asendens          : 25%

Transversa        : 10%

Desendens         : 15%

Sigmoid           : 20 %

Rectum            : 30 %

Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada
distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens
pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap
tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar
tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam
diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama
dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan
defekasi atau perdarahan rectal. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan
keperawatan klien dengan colorectal cancer.



1.2 Rumusan Masalah

   1. Bagaimana konsep teori dari colorectal cancer?
   2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan colorectal cancer?



1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

  Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaan
dengan gangguan colorectal cancer.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami definisi colorectal cancer.

2. Mengetahui dan memahami etiologi colorectal cancer.

3. Mengetahui dan memahami patofisiologi colorectal cancer.

4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan
colorectal cancer.

5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan colorectal cancer.

6. Mengetahui dan memahami WOC dari colorectal cancer.

7. Mengetahui dan memahami komplikasi dari colorectal cancer.

8. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan colorectal cancer.



1.4 Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mendapatkan pengetahuan tentang colorectal cáncer.

2. Mendapatkan pengetahuan dan mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada kasus
colorectal cancer.



                                            BAB 2

                                   TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Anatomi dan fisiologi

Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana diketahui sistem pencernaan
dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum,
ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan
rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah
kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan kolon sebelah kiri
(kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian
kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang
berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Usus
besar berbentuk tabung muscular beongga dengan panjang 1,5 meter dan diameter sekitar 6,5 cm
yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani Usus besar di bagi menjadi 3 bagian yaitu sekum,
kolon, dan rectum. Kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse),
kolon menurun (descending), kolon sigmoid.Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan
kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut
dengan "kolon kiri" (http://id.wikipedia.org).

Sekum terdiri dari katup ileosekal dan apendik. Ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum
ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke usus halus. Kolon
ascendant panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari
ileum di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatica. Kolon
transversum panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari kolon ascendant sampai kolon
descenden, berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri
terdapat fleksura lienalis. Kolon descenden panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri bersambung dengan sigmoid. Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon descenden
terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, dn ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum. Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang
menghubungkan interstinum mayor dengan anus.
Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Karena
sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus disalurkan ke
kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna ( misalnya selulosa ), komponen
empedu yang tidak dapat diserap dan sisa cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi
lumennya. Apa yang tersisa untuk dieliminasi di kenal sebagai feses. Fungsi utama usus besar
adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum defekasi. Selulosa dan bahan-bahan lain dalam
makanan yang tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu
mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan menentukan volume isi kolon.

Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir
selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa
feses yang sudah terhidrasi hingga berlangsungnya defekasi.

Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah
pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dari waktu ke waktu otot sirkular akan
berkontraksi untuk mengososngkannya. Gerakan ini menyebabkan gerakan usus bolak-balik dan
meremas-remas sehingga member cukup waktu untuk terjadinya absorpsi.



2.2 Definisi Colorectal Cancer

Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di
tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum,
maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker
kolorektal (Aru, 2006). Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat
tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya
serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah
ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik ( Burkitt, 1971 ).

Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan
rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal
adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir
dan cairan lainnya).



2.3 Klasifikasi

    Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :

A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat
buah.

C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.

D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak
dapat dioperasi lagi.

    Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese).

T = Tumor primer
TO = Tidak ada tumor
TI = Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 = Invasi ke dinding otot
T3 = Tumor menembus dinding otot
N = Kelenjar limfa
N0         = tidak ada metastase
N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2         = Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3         = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M = Metastasis jauh
MO = Tidak ada metastasis jauh
MI         = Ada metastasis jauh

Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok

   1. Tipe menonjol

Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini. Tumor
tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar, permukaan
mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan kolon.
Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.

2. Tipe ulseratif

    Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya
biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling sering
di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada massa
terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank
eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3. Tipe infiltrative

Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus setempat
menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor
seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat,
lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat
sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus,
timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan
bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal.



2.4 Etiologi

Penyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor resiko &
faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah :

   1. Riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena
      kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di
      indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
      tinggi untuk terkena kanker colorectal.
   2. Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada
      keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika
      mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda.
   3. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
   4. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
      buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.

     Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok, atau
menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam
linol) dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker colorectal. Adanya hubungan dengan kebiasaan makan, karena kanker kolorektal (seperti
juga divertikulosis) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk di dunia barat, yang
mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung karbohidrat refined dan rendah serat
kasar, dibandingkan penduduk primitive (Afrika) dengan diet kaya serat kasar. Burkitt (1971)
mengemukakan bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidarat refined mengakibatkan perubahan
pada flora feses dan perubahan degradasi garam – garam empedu atau hasil pemecahan protein
& lemak, dimana sebagian dari zat – zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga
menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih
kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Etiologi lain :

    1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
       gelombang elektromagnetik.
    2. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
       kambing serta tranfusi darah.
    3. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida
       yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
    4. Obesitas.
    5. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
       pengemudi kendaraan umum
    6. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
       atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
       bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
    7. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
       peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
       bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
    8. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin tua.
       Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun
       ke atas.



2.5 Manifestasi Klinis

    Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat
kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan
dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang
umum terjadi.

1. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga
stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar
dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan
hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik).
Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan
mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.

2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat
iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri
cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti
pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat
kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul
sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi
rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian,
serta feses berdarah (Gale, 2000).



Manifestasi klinis kanker kolon secara umum, adalah sebagai berikut :

   1. Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening.
   2. Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta
      adanya tekanan pada rektum.
   3. Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus,
      atau wasir.
   4. Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga
      perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.

Tabel Perbedaan manifestasi klinis dari kolon kanan dan kolon kiri

Kolon kanan                             Kolon kiri
Pasokan darah: a. mesenterika superior, Pasokan darah: a. mesenterika inferior, v.
v. mesenterika superior.                mesenterika inferior

Balikan vena: vena portaàhati kanan       Balikan vena: v. lienalisàvena portaàhati kiri
Besar                                     Kecil
Cair seperti bubur                        Berbentuk kering, padat
Terutama absorbsi air, elektrolit         Storasi feses, defekasi
Umumnya berbentuk benjolan, sering        Umumnya tipe infiltrative, mudah ileus
ulserasi luas, berdarah, infeksi
Massa abdominal, sistemik, perut          Ileus, hematokezia, iritasi usus
kembung, nyeri samar dan gejala tak
khas



2.6 Patofisiologi

Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus ).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer
dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati ).

    Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut
adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada
stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal
adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif
lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian
dari usus besar (Davey, 2006 : 335).

Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa polipoid, besar,
tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam
sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi
polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon ascenden. Secara histologist 95%
kanker kolon dan rektum adalah adenokarsinoma(tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel
usus) yang dapat menyekresi mucus yang jumlah yang berbeda-beda. Sel kanker dapat terlepas
dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).

Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :

      1.   Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
      2.   Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
      3.   Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal.
      4.   Penyebaran secara transperitoneal
      5.   Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
           menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
           ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan
           perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).

Stadium pada Colorectal Cancer

      1. 1.      Stadium Klinis

                  Tabel : stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN
(Tambayong, 2000 : 143).

TIS           Carcinoma in situ

T1            Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler

T2            Sudah mengenai otot dinding

T3            Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar

T4            Sama dengan T3 dengan fistula

N             Limfonodus terkena

M             Ada metastasis



      1. 2.      Stadium Kanker Kolon
1. Stadium A: kedalaman invasi kanker belum menembus tunika muskularis, tak
              ada metastasis kelenjar limfe.
           2. Stadium B: kanker sudah menembus tunika muskularis dalam, dapat menginvasi
              tunika serosa, di luar serosa atau jaringan perirektal, tapi tak ada metastasis
              kelenjar limfe.
           3. Stadium C: kanker disertai metastasis ke kelenjar limfe. Menurut lokasi kelenjar
              limfe yang terkena di bagi menjadi stadium C1 dan C2. C1; kanker disertai
              metastasis kelenjar limfe samping usus dan mesenterium, C2; kanker di sertai
              metastasis kelenjar limfe di pangkal arteri mesenterium.
           4. Stadium D: kanker disertai metastasis organ jauh, atau karena infiltrasi luas local
              atau metastasis luas kelenjar limfe sehingga paska reseksi tak mungkin kuratif
              atau nonresektabel.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan
perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relative baik bila lesi
terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah
terjadi metastase ke kelenjar limfe.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Endoskopi

    Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang
sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun
pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker
kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada
pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan
kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi
tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran
makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada
kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.

2. Radiologis

Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.

3. Ultrasonografi (USG).

    Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

4. Histopatologi.
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah
adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.

     1. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
        perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood)
        secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak.
     2. Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun.
        Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
     3. Barium Enema

d.

Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur
dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat
bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter.
Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.



2.8 Penatalaksanaan

1. Pembedahan (Operasi)

Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal
dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab
itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi
sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira – kira 75 % pasien dengan
kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang terbatas pada
satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon ; massa
tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua
Kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan
pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup
struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ) :

     1. Reseksi segmental dengan anastomosis.
     2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent.
     3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis lanjut dari
        kolostomi permanen atau ileostomi.
     4. Pembedahan Reseksi.
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak
mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat
kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan
dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura
lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di
kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal
transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan
dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan
proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.

   1. Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran
sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat
sementara atau permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus
pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang
rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum
dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma
sementara).

2. Penyinaran (Radioterapi)

            Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic
sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.

3. Kemoterapi

Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah,
sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira
50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena
digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211). Kemoterapi yang
diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang
dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu:
5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya
dilakukan radiasi dan kemoterapi. Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara
berkesinambunagn dengan memperhatikan derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan
dengan pemberian kemoterapi disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM (T = tumor, N
= kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese) yaitu :

M0 = Tidak ada metastasis jauh, sebagai pencegahan perluasan metastase.
MI = Ada metastasis jauh, karena tidak mungkin dilakukan operasi sehingga hanya bisa

     dihambat dengan kemoterapi
N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

TI          = Invasi hingga mukosapat atau sub mukosa, dapat dilakukan pengangkatan dan

    kolaborasi kemoterapi
T2 = Invasi ke dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi
T3 = Tumor menembus dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi

       kemoterapi

4. Diet

     1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
        melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran
        dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus
        akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
     2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
     3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama
        yang terdapat pada daging hewan.
     4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat
        memicu sel karsinogen / sel kanker.
     5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan
     6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

5. Keperawatan

     1.   Dukungan adaptasi dan kemandirian.
     2.    Meningkatkan kenyamanan.
     3.   Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
     4.    Mencegah komplikasi.
     5.   Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
          pengobatan.

6. Pencegahan

Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :

     1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan
        derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
     2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
     3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
     4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus
     5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air
        besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi
ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi,
terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan
kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal Kelas B
dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.



2.9 Komplikasi

Pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

   1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
   2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
   3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
      menyebabkan hemorragi.
   4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
   5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.



DOWNLOAD : WOC COLORECTAL CANCER

                                           BAB 3

                                ASUHAN KEPERAWATAN



3.1 Pengkajian

   1. Anamnesa
         1. Identitas:

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat.

   1. Keluhan utama:

Nyeri abdomen.

   1. Riwayat penyakit sekarang:
Mual dan muntah lebih dari tiga kali dalam sehari, nyeri tekan dan teraba massa pada abdomen
kuadran bawah.

   1.   Riwayat penyakit dahulu
   2.   Riwayat Kesehatan Keluarga
   3.   Imunisasi
   4.   Pemeriksaan fisik (ROS)

Pemeriksaan fisik terdiri atas pemeriksaan B1 – B6.



3.2 Diagnosa Keperawatan

   1. Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
      kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal
   2. PK Perdarahan
   3. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
   4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
   5. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan tonjolan CA.
   6. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
   7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
   8. Konsep diri berhubungan dengan proses penyakit
   9. Harga diri berhubungan dengan proses penyakit




3.3 Intervensi

Diagnosis      :   Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan
                   serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal
Kriteria hasil :   Setelah dilakukan perawatan 3x24jam pola defekasi pasin normal kembali
                   (2x1hari), bentuk feses lonjong dan lunak, nyeri saat defekasi berkurang
                   skala: 3-4
Tujuan         :   -       Klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang
                   dibutuhkan.

                  -      Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan
                  mengejan.
Intervensi Keperawatan                     Rasional
   1. observasi warna dan konsistensi
       feses, frekuensi, keluarnya flatus,
       bising usus dan nyeri terkan
       abdomen
2. Pantau tanda gejala rupture usus         1. Merupakan tindakan dependent perawat
   dan/atau peritonitis.                       dalam memberikan bantuan defekasi
                                               kepada klien.




1. Observasi faktor penyebab
   konstipasi.



1. Ajarkan klien dalam bantuan
   eleminasi defekasi.
2. Anjurkan klien untuk menghindari
   mengejan selama defekasi.
3. Observasi bisingusus dan peristaltic
   perut klien
4. Konsultasikan pada ahli gizi untuk
   meningkatkan serat dan cairan
   dalam diet.
5. Konsultasikan dengan dokter untuk
   memberikan bantuan eleminasi,
   seperti : diet, pelembut feses, enema
   dan laksatif.
       1. Penting untuk menilai
           keefektifan intervensi, dan
           memudahkan rencana
           selanjutnya.
       2. Keadaan ini dapat menjadi
           penyebab kelemahan otot
           abdomen dan penurunan
           peristaltic usus, yang dapat
           menyebakan konstipasi.
       3. Mengetahui dengan jelas
           factor penyebab
           memudahkan pilihan
           intervensi yang tepat.
       4. Akan meningkatkan pola
           defekasi yang optimal.
       5. Mencegah terjadi perubahan
           tanda vital, sakit kepala atau
           perdarahan.
       6. Untuk mengetahui aktivitas
           kinerja system pencernaan
           klien
7. Pada keadaan kekurangan
                serat dan cairan.



 Diagnosis      :   PK Perdarahan
 Kriteria hasil :   Melena tidak terjadi selama 2x24 jam

                  Hematemesis tidak terjadi selama 2x24 jam
 Tujuan        : -       Perdarahan terhenti
 Intervensi Keperawatan                        Rasional
    1. Posisikan klien                            1. Memberikan posisi nyaman selama
                                                     klien dalam proses perawatan
                                                  2. Perkembangan tanda-tanda vital akan
                                                     menentukan pola intervensi selanjutnya.
    1. Pantau tanda-tanda vital                   3. Meningkatkan keadekuatan tubuh klien
                                                  4. Mengatasi melena dengan konsentrasi
                                                     darah berlebihan tanpa tahanan sfingter
                                                  5. Membantu mengurangi hematemesis
    1. Batasi aktivitas klien
    2. Membantu dan melayani klien dalam
        hal penggunaan Diapers
    3. Kolaborasi rehidrasi kumbah lambung        1. PK kolaborasi:
    4. PK. Kolaborasi:
                                                     Untuk menghentikan perdarahan
        Kolaborasi denngan dokter dalam              sehingga melena dan hematemesis
        pemberian transamin (obat penghenti          dapat berhenti
        perdarahan)                                  Untuk mengambil tumor dan untuk
        Kolaborasi gengan dokter untuk               menutup lesi pada kolom
        dilakukan pembedahan                         Untuk mengganti darah yang telah
        Kolaborasi denan dokter untuk                keluar agar pasien tidak anemi
        transfuse darah



Diagnosis :       Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Kriteria hasil :  Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan
                  yang berarti sesuai toleransi.
Tujuan       : Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Intervensi Keperawatan                              Rasional
                                                       1. Sediakan informasi mengenai
   1. Monitor rasa sakit secara reguler, catat
                                                          kebutuhan/efektivitas intervensi.
       karakteristik, lokasi dan intensiitas (0-10)
   2. Catat munculnya rasa cemas/takut dan
       hubungkan dengan lingkungan dan
persiapan untuk prosedur.                  1. Perhatikan hal-hal yang tidak
                                                      diketahui dan/atau persiapan
                                                      inadekuat (misalnya apendikstomi
                                                      darurat) dapat memperburuk persepsi
    1. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan             pasien akan rasa sakit.
       takikardia, hipertensi dan peningkatan      2. Dapat mengindikasikan rasa sakit
       pernapasan, bahkan jika pasien                 akut dan ketidaknyamanan.
       menyangkal adanya rasa sakit.               3. Pahami penyebab ketidaknyamanan,
    2. Berikan informasi mengenai sifat               sebagai langkah pemberian teknik
       ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.             pengalihan nyeri / relaksasi
                                                   4. Mungkin mengurangi rasa sakit dan
                                                      meningkatkan sirkulasi. Posisi semi –
                                                      Fowler dapat mengurangi tegangan
    1. Lakukan reposisi sesuai petunjuk,              otot abdominal dan otot pungguung
       misalnya semi – Fowler ; miring.               artritis, sedangkan miring
                                                      mengurangi tekanan dorsal.
                                                   5. Respirasi mungkin menurun pada
                                                      pemberian narkotik, dan mungkin
                                                      menimbulkan efek-efek sinergistik
                                                      dengan zat-zat anastesi.
                                                   6. Analgetik IV akan dengan segera
                                                      mencapai pusat rasa saki,
                                                      menimbulkan penghilang yang lebih
                                                      efektif dengan obat dosis kecil.
    1. Observasi efek analgetik.




    1. Kolaborasi, pemberian analgetik IV
       sesuai kebutuhan.




Diagnosis      :   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
                   mual/muntah.
Kriteria hasil :   - klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan
                   berat badan dengan nilai laboratorium normal.

                        - klien melaporkan peningkatan intake makanan.

                        - tidak ada mual/muntah.
Tujuan       :    -     Antropometri : Berat badan pasien bertambah, Nutrisi pasien

                                terpenuhi

                  -     Biochemical : klien tidak terlihat pucat dan turgor bagus

                  -     Clinical sign : Tanda-tanda vital dalam rentang normal

                 -      Diet          : mengerti dan mengikuti anjuran diet
Intervensi Keperawatan                      Rasional
   1. Observasi sejauh mana
       ketidakadekuatan nutrisi klien
   2. Perkirakan/hitung pemasukan kalori,
       jaga komentar tentang nafsu makan
       sampai minimal.



   1. Timbang berat badan sesuai indikasi.
   2. Anjurkan makan sedikit tapi sering.



   1. Anjurkan kebersihan oral sebelum
      makan.
   2. Tawarkan minum saat makan bila
      toleran.
   3. Konsultasi tentang
      kesukaan/ketidaksukaan klien yang
      menyebabkan distres.
   4. Kolaborasi ahli gizi pemberian
      makanan yang bervariasi.
   5. Kolaborasi dengan dokter dalam
      pemberian suplemen dan obat-
      obatan, serta kebutuhan nutrisi
      parenteral dan pemasang pipa
      lambung.
   6. Menganalisa penyebab
      melaksanakan intervensi.
   7. Mengidentifikasi
      kekurangan/kebutuhan nutrisi
      berfokus pada masalah membuat
      suasana negatif dan mempengaruhi
      masukan.
   8. Mengawasi keefektifan secara diet.
   9. Tidak memberi rasa bosan dan
pemasukan nutrisi dapat
        ditingkatkan.
    10. Mulut yang bersih meningkatkan
        nafsu makan.
    11. Dapat mengurangi mual dan
        menghilangkan gas.
    12. Melibatkan pasien dalam
        perencanaan, memampukan pasien
        memiliki rasa kontrol dan
        mendorong untuk makan.
    13. Makanan yang bervariasi dapat
        meningkatkan nafsu makan klien.
    14. Menstimulasi nafsu makan dan
        mempertahankan intake nutrisi yang
        adekuat.




Diagnosis      :   Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA..


Kriteria hasil :   Setelah dilakukan perawatan 3x24jam resiko infeksi dan metastase ke organ
                   lain tidak cepat dan mungkin hilang
Tujuan         :   Meminimalkan proses penyebaran infeksi dan metastase ke organ lain
Intervensi                                     Rasional
Mandiri

    1. Observasi metastase peyebaran ca ke       1. Dengan cara palpasi dapat diketahui
       organ lain dengan cara palpasi ke            metastase ca dan dapat segera di tangani
       daerah purutt sekitar kolon               2. Untuk mengetahui fungsi organ apakah
    2. Observasi bising usus dan peristalaik        ada penurunan atau tidak
       pasien                                    3. Kolaborasi:
    3. Kolaborasi:
                                                     Untuk menanggulangi/mengurangi
        Kolaborasi dengan dokter untuk               resiko inflamasi kolon
        memberikan kortikosteroid                    Untuk mengetahui ,metastase ca ke
        Kolaborasi dengan dokter untuk               organ-organ lain sekitar kolan
        melakukan usg dan ct-scan                    Untuk membunuh kuman dan bakteri
        Kolaborasi dengan dokter untuk               dari darah yang pecah pado masa kolan
        pemberian antibiaotik
Diagnosis      :   Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
Kriteria hasil :   Intake cairan dan haluaran normal selama pemantauan 2x24 jam

                   Turgor kulit normal

Tujuan         :   Memenuhi kebutuhan cairan klien.


Intervensi                                      Rasional
   1. Pantau intake cairan, pastikan sedikitnya    1. Ca colorectal dapat bermetastase ke
       1500 ml cairan per oral, serta pantau          ginjal yang dapat mempengaruhi
       haluaran, pastikan sedikitnya 1000-1500        kerja ginjal, sehingga perlu mengatur
       ml per 24 jam                                  jumlah cairan yang masuk dan
   2. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen         keluar.
       urea darah, urin dan serum, osmolalitas,    2. Menunjukkan pola intervensi
       kreatinin, hematokrit, dan Hb.                 selanjutnya
   3. Kolaborasi pemberian dextros G5



    1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah


                                                      1. Memberikan keadekuatan cairan
                                                         klien selama kemoterapi
                                                      2. Mengimbangi haluaran darah akibat
                                                         perdarahan serta meningkatkan Hb.




Diagnosis      :Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
Kriteria hasil :Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien
Tujuan         :Klien dan perawat dapat bekerja sama dalam menentukan pola koping yang
                sesuai
Intervensi                                 Rasional
   1. Monitor tingkat ansietas klien           1. Menentukanpola intervensi yang akan
                                                  dilakukan
                                               2. Untuk meningkatakan koping dan harga
                                                  diri klien
   1. Berikan edukasi mengenai penyakit        3. Memberikan kenyamanan dalam
       yang diderita.                             berkomunikasi dengan klien, dan
                                                  menawarkan keterbukaan
2. Komunikasi terapeutik                    4. Mengurangi tingkat stres




    1. Singkirkan stimulasi yang berlebihan     1. Meningkatkan kenyamanan psikologis
       (misal : tempatkan klien di ruangan         klien
       yang lebih tenang)
    2. Berikan latihan relaksasi, imajinasi
       terbimbing.




Diagnosis      : Perubahan konsep diri dengan proses penyakit
Kriteria hasil : Meningkatkan rasa penerimaan akan kondisi fisiologis klien
Tujuan         : Klien dan perawat dapat bekerja sama dalam menentukan pola koping yang
                 sesuai untuk meningaktkan konsep diri
Intervensi                                  Rasional
   1. Berikan edukasi mengenai penyakit         1. Untuk meningkatakan koping dan harga
       yang diderita.                              diri klien
   2. Komunikasi terapeutik                     2. Memberikan kenyamanan dalam
                                                   berkomunikasi dengan klien, dan
                                                   menawarkan keterbukaan
                                                3. Mengurangi tingkat stres
                                                4. Meningkatkan kenyamanan psikologis
                                                   klien
   1. Singkirkan stimulasi yang berlebihan      5. Memberikan rangsangan luar agar klien
   2. Berikan latihan relaksasi, imajinasi         dapat memperoleh perhatian lebih,
       terbimbing.                                 sehingga mampu meningkatkan konsep
   3. Komunikasikan dengan keluarga                dirinya.
       pasien bagaiman membangun
       hubungan yang baik selama proses
       perawatan.




Diagnosis      :   Perubahan harga berhubungan dengan proses penyakit
Kriteria hasil :   Meningkatkan kenyamanan pola interaksi klien dengan lingkungan
Tujuan         :   Klien dan perawat dapat bekerja sama dalam menentukan pola koping yang
sesuai aga


Intervensi                                      Rasional
   1. Berikan edukasi mengenai penyakit
       yang diderita.
   2. Komunikasi terapeutik




      1. Singkirkan stimulasi yang berlebihan
      2. Untuk meningkatakan koping dan
         harga diri klien
      3. Memberikan kenyamanan dalam
         berkomunikasi dengan klien, dan
         menawarkan keterbukaan
      4. Mengurangi tingkat stres




3.4     Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Ca Colorectal meliputi :

1. Diagnosa 1 : Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; bentuk feses dalam bentuk
normal

2. Diagnosa 2 : Melena tidak terjadi selama 2x24 jam

                   Hematemesis tidak terjadi selama 2x24 jam

3. Diagnosa 3 : Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan

 yang berarti sesuai toleransi.

4. Diagnosa 4 ; klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan
berat badan dengan nilai laboratorium normal.

            klien mengerti dan mengikuti anjuran diet.

                      melaporkan peningkatan intake makanan.

 tidak ada mual/muntah.

5. Diagnosa 5 : Leukosit normal 10.000-40.000

Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi

6. Diagnosa 6 ; Intake cairan dan haluaran normal selama pemantauan 2x24 jam

Turgor kulit normal

7. Diagnosa 7 : Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien



                                              BAB 4

                                            PENUTUP



4.1 Kesimpulan

Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan
rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar colorectal cancer
adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir
dan cairan lainnya).

Etiologi dari colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor
risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn.
Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi
lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan
bekerja sambil duduk seharian.

Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan colorectal
cancer.



DAFTAR PUSTAKA
Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet
Suryono Spd,KE

Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya : RSUD Dr.Soetomo

Flyfreeforhelp.2010.(online).

..........2010.http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html. diakses pada
tanggal 15 November 2010

……...2010.(online).http://www.soft-ko.co.cc/2010/10/colorectal cancer_06.html. diakses pada
tanggal 19 November 2010

Kusuma. 2009. Askep Carsinoma. http://kusuma.blog.friendster.com/tag/kanker/, di akses
tanggal 29 Desember 2010.
CANCER COLON

1. Definisi

Kanker colon adalah suatu kanker yang yang berada di colon.

Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru (
ACS 1998 )

Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui
sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker
Colon.



2. Patofisiologi

Perubahan Patologi

Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian ( Sthrock
1991 a ) :

       26 % pada caecum dan ascending colon
       10 % pada transfersum colon
       15 % pada desending colon
       20 % pada sigmoid colon
       30 % pada rectum

Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon kanan dan
mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun ( Sthrock ).

Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh
tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak
membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam
tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor
mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus
besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk
dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor
masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah
tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk :

- Kelenjar Adrenalin

- Ginjal
- Kulit

- Tulang

- Otak

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem
sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor
belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah
menuju ke rongga peritonial.



3. Komplikasi

Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau
melelui penyebaran metastase yang termasuk :

-     Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis

-     Pembentukan abses

-     Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina

Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus
besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

Etiologi

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada
usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat
dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker
lainnya.

Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker
pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada
perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak
terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang
juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang
mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus
besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi
sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :

-      Daging merah

-      Lemak hewan

-      Makanan berlemak

-      Daging dan ikan goreng atau panggang

-      Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi:

-       Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (
seperti brokoli,brussels sprouts )

-      Butir padi yang utuh

-      Cairan yang cukup terutama air

Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan
terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous
dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon berasal
dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma
mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.

Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di
karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada
tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.

Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai
resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang
lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih
besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut

Kejadian.

Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker Colon pada tahun 1992 dan
57.000 orang meninggal karena kanker ini pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar
klien pada kanker Colon mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada
laki-laki.

    1. Alternatif Transcultural.
Kejadian Ca Colon pada USA tampaknya mengalami kemunduran dari seluruh bangsa-bangsa
lain kecuali pada laki-laki afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker
ini terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan afrika ini adalah
pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang penduduknya mengalami kejadian yang
rendah terhadap Ca colon mempunyai diet tinggi terhadap buah-buahan,sayuran,ikan dan
sebagian kecil daging.

COLABORATIF MANAGEMENT

PENGKAJIAN

1.Sejarah

Sejarah Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis kelamin,sejarah diet dan
keadaan dari letak geografi diet. Sebagian besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat :

    1.    Sejarah dari keluarga terhadap Ca Colon
    2.    Radang usus besar
    3.    Penyakit Crohn’s
    4.    Familial poliposis
    5.    Adenoma

Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan pada usus besar seperti diare dengan atau tanpa
darah pada feces klien mungkin merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun
tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan .

2. Pemeriksaan fisik.

Tanda-tanda Ca Colon tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah :

-        Perdarahan pada rektal

-        Anemia

-        Perubahan feces

Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau bright-red
stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya
(tetapi bisa tidak banyak) tumor disebelah kiri kolon dan rektum.

Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colon adalah :

          teraba massa
          pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya
          perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri
Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.

3. Pemeriksaan psikososial.

Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena khawatir dengan
diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang
tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi
dini adalah cara untuk mengontrol Ca Colon dan keterlambatan dalam mencoba perawatan
kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran
klien dan keluarga klien.

Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman kesehatan mungkin
merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak
berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan
dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien
untuk bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini.

4. Pemeriksaan laboratorium

Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac
positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus
menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (Tanaman lobak dan Gula bit)
aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai
apakah klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan (ibu profen) Kortikosteroid
atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang gambaran pengobatan
lain.

Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan. Bila sebenarnya tidak
ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang positif.

Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama
sekali tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca Colon. Carsinoma embrionik antigen
(CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca Colon, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan
penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering
menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan
penyakit.

5. Pemeriksaan radiografi

Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi
perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan
tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest
X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.

.

6. Pemeriksaan Diagnosa lainnya.

Tim medis biasanya melakukan sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor.
Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut.

ANALISIS

1. Diagnosa keperawatan utama

Pasien dengan tipe Ca Colon mempunyai diagnosa keperawatan seperti dibawah ini:

    1. Resiko tinggi terhadap luka s.d efek dari tumor dan kemungkinan metastase.
    2. Ketidakefektifan koping individu s.d gangguan konsep diri.

2. Diagnosa keperawatan tambahan

    1. Nyeri s.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang
       lainnya.
    2. Gangguan pemeliharaan kesehatan s.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit,
       program diagnosa dan rencana pengobatan.
    3. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi s.d gangguan pada peran, perubahan gaya
       hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian.
    4. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d program diagnosa.
    5. Ketakutan proses penyakit
    6. Ketidakberdayaan s.d penyakit yang mengancam kehidupan dan pengobatannya.
    7. Gangguan pola sexual s.d gangguan konsep diri.

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

RESIKO TINGGI TERHADAP LUKA

Perencanaan : Tujuan Klien. Tujuan untuk klien adalah :

    1. Pengalaman pengobatan atau memperpanjang kelangsungan hidup.
    2. Pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup.
    3. Tidak ada pengalaman tentang komplikasi kanker termasuk metastase.

Intervensi :
Pembedahan biasanya pengobatan untuk tumor di kolon atau rektal.Tetapi radiasi dan
kemoterapi mungkin juga digunakan untuk membantu pembedahan, untuk mengontrol dan
mencegah kekambuhan kanker.

Pelaksanaan tanpa pembedahan.

Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien untuk menentukan rencana pengobatan yang baik
dengan mempertimbangkan usia, komplikasi penyakit dan kualitas.

Terapi radiasi

Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang menderita Ca kolorektal yang
besar, walaupun ini tidak dilaksanakan secara rutin. Terapi ini dapat menyebabkan kesempatan
yang lebih banyak dari tumor tertentu, yang mana terjadi fasilitas reseksi tumor selama
pembedahan.

Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas penyebaran metastase. Sebagai ukuran nyeri,
terapi radiasi menurunkan nyeri, perdarahan, obstruksi usus besar atau metastase ke paru-paru
dalam perkembangan penyakit.

Perawat menerangkan prosedur terapi radiasi pada klien dan keluarga dan memperlihatkan efek
samping (contohnya diare dan kelelahan). Perawat melaksanakan tindakan untuk menurunkan
efek samping dari terapi .

Kemoterapi

Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca kolorektal kecuali batas tumor pada
anal kanal. Bagaimanapun juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah
direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada penyakit (contoh stadium
III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan untuk
mengontrol gejala-gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi
intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada klien dengan metastasis liver.

Manajemen pembedahan

Reseksi kolon dengan atau tanpa kolostomi dan reseksi perineal abdomen adalah prosedur umum
pembedahan terhadap Ca kolorektal.

Reseksi kolon

Tipe khusus terhadap reseksi dan keputusan untuk membuat kolostomi sementara atau permanen
tergantung pada :

-      Lokasi dan ukuran tumor

-      Tingkat komplikasi (contoh obstruksi atau perforasi)
-      Kondisi klien

Reseksi kolon melibatkan pemotongan pada bagian kolon dengan tumor dan meninggalkan batas
area dengan bersih.

Perawatan Pre operatif

Perawat membantu klien untuk menyiapkan reseksi kolon dengan mempertegas keterangan dari
dokter terhadap prosedur rencana pembedahan. Klien menanyakan kepastian tentang
kemungkinan perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologi setelah pembedahan sebelum
evaluasi pembedahan tumor dan kolon, dokter mungkin tidak dapat menentukan apakah
kolostomo diperlukan sementara atau permanen. Jika ini sebuah penyakit dokter memberikan
pertolongan pada klien tentang kemungkinan kolostomi. Ketika dokter memastikan kolostomi
akan diperlukan, klien bertanya tentang kolostomi sebelum pembedahan. Jika kolostomi pasti
direncanakan, perawat mengkonsulkan terapi enterostomal untuk menasehati penempatan ostomi
yang optimal dan mengintruksikan kepada klien tentang fungsi umum ostomi dan rasionalnya.
Terapi enterostomal adalah perawat yang recatat mempunyai latihan spesialisasi yang lengkap
dan disahkan dalam perwatan ostomi.

Tidak berfungsinya alat sexual adalah suatu masalah yang potensial untuk laki-laki dan wanita
yang mengalami Ca bedah rektal.Pembicaraan dokter ini tentang resiko terhadap klien,dan yang
mendukung klien dalam usaha ini.Perawat mempersiapkan klien untuk bedah abdomen dengan
anestesi umum.

Jika usus tidak obstruktif atau perforasi,rencananya adalah bedah elektif. Klien menerima dengan
sungguh-sungguh pembersihan dari usus, atau “persiapan pembersihan usus”, untuk
meminimalkan pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya komplikasi, untuk persiapan
pembersihan usus klien mengintruksikan untuk menentukan diet mereka untuk membersikan
cairan cairan 1-2 hari sebelum pembedahan. Pembersihan mekanik akan sempurna dengan
pencuci perut dan pemasukan cairan ke dalam poros usus atau dengan melavement seluruh isi
perut. Untuk melavement seluruh isi perut, kuantitas besar makanan klien pada sodium sulfat dan
poliyethilene glycol solution. Solusi yang melebihi kapasitas absobsi pada usus kecil dan colon
bersih dari feces. Untuk mengurangi bahaya infeksi, para ilmuwan memberikan antibiotik oral
atau intravena untuk di berikan pada hari sebelum pembedahan

Prosedur Operatif

Ahli bedah membuat insisi dalam perut dan memeriksa rongga abdomen untuk menentukan letak
reseksi dari tumor tersebut. Bagian dari colon dengan tumor adalah menghilangkan dan terkhir
membuka dua pada usus yang di irigasi sebelum hubungannya dengan colon. Jika hubungan ini
tidak dapat dijalankan karena lokasi pada tumor atau kondisi pada usus.(Contoh inflamasi)
,kolostomi meningkat. Ahli bedah membuat colostomi dengan membuat pembukaan dalam
lubang. Pada kolon ( Lubang kolostomi) atau dengan membagi kolon dan terakir membawa
keluar satu (Akhir terminal kolostomi ), sisa setoma adalah sisa lubang menjahit luka untuk kulit
pada abdomen. Kolostomi mungkin dapat meningkat pada kolon
ascending,transversum,descending atau kolon sikmoit
Prosedur Hartman sering kali di lakukan ketika kolostomi sementara yang menghendaki untuk
istirahat dan beberapa bagian usus. Kolon proksimal di gunakan untuk membuat kolostomi. Ahli
bedah menjahit ujung distal dari kolon dan tempat dalam rongga abdomen atau eksterior pada
mucus fitula.

Perawatan post operatif

Klien yang mempunyai kerusakan kolon tanpa menerima perawatan kolostomi sejenis, untuk
klien yang menderita sedikit bedah abdomen.

Pasien yang mempunyai kolostomi dapat kembali dari pembedahan dengan sebuah sistem
kantung ostomi pada tempatnya. Bila tidak ada sistem kantung pada tempatnya, Perawat
meletakkan pembalut petrolatum tipis pada seluruh setoma untuk menjaganya untuk tetap
lembab. Kemudian, stoma ditutup dengan pembalut steril yang kering. Perpaduan dengan terapi
enterostomal (ET), perawat meletakkan sistem kantung sesegera mungkin. Sistem kantung
kolostomi membuat lebih nyaman dan pengumpulan feces lebih bisa di terima dari pada dengan
pembalutan.

Perawat mengobserfasi untuk :

-     Nekrosis jaringan

-     Perdarahan yang tidak biasa

-     Warna pucat, yang mengindikasikan kurang sirkulasi

Stoma yang sehat berwarna merah muda-kemerahan-dan lembab. Sejumlah kecil perdarahan
pada stoma adalah biasa tetapi perdarahan lain dilaporkan pada dokter bedah. Perawat juga
secara berfrekuensi memeriksa sistem katung untuk mengetahui kondisinya tetap baik dan tanda-
tand kebocoran.

Colostomi harus mulai berfungsi 2 – 4 hari setelah operasi. Ketika colostomi mulai berfungsi ,
kantung perlu dikosongkan secara berfrekuensi untuk menghilangkan gas yang terkumpul.
Kantung harus di kosongkan bila sudah 1/3 –1/2 nya sudah penuh feces. Feces berbentuk cair
sesudah operasi, tetapi menjadi lebih padat, tergantung pada di mana stoma diletakkan pada
kolon. Sebagai contoh feces dari kolostomi dalam kolon bagaian atas yang naik adalah cair, feces
di kolostomi dalam kolon melintang berbentuk pasta (mirip dengan feces seperti biasanya yang
dikeluarkan dari rektum).

Aspek penting yang lain dari kolostomi adalah perawatan kulit. Barier pelindung di letakkan
pada kulit sebelum kantung di pasang. Perawat mengamati kulit di sekitar stoma, untuk kulit
kemerahan atau kerusakan kulit dan memberitahukan pada dkter atau ahli terapi atau fisik bila
terjadi iritasi kulit.

Pemindahan Abdominal – Perineal
Bila ada tumor rektal, struktur pendukung rektum dan rektal dapat perlu di pindahkan.
Pemindahan abdominal perineal biasanya membutuhkan kolostomi yang permanen untuk
evaluasi. Bagaimanapun dengan improfisasi pada teknik pembedahan, banyak pasien dapat
menjalani pemindahan kolon dengan spincter rektal dibiarkan utuh. Dengan demikian kebutuhan
kolostomi dapat di hindari.

Perawatan pra operasi

Perawatan pra operasi untuk pasien yang menjalani pemindahan A/P sama dengan yang
diberikan pada pasien yang menjalani pemindahan kolon (lihat bagian awal).

Prosedur Operasi

Dokter bedah membuka kolon sigmoit, kolon rekto sigmoid, rektum dan anus melalui kombinasi
irisan pada abdominal dan perineal. Di buat akiran yang permanen dari kolostomi sigmoid.

Perawatan pasca operasi

Perawatan pasca operasi setelah pemindahan A/P adalah sama dengan perawatan yang diberikan
setelah pemindahan kolon dengan pembuatan kolostomi sigmoid. Perawat bekerja sama dengan
dokter ET untuk menyediakan perawatan kolostomi dan pasien serta pendidikan untuk keluarga.

Ada 3 metode dalam pembedahan untuk menutup luka :

       Luka dibiarkan terbuka, kasa diletakkan pada luka, dibiarkan pada tempatnya selama 2-5
       hari. Bila ahli bedah melakukan pendekatan ini, irigasi luka dan kasa absorben
       digunakam sampai tahap penyembuhan.
       Luka dapat sebagian saja ditutup karena penggunaan jahitan luka atau bedah penrose
       yang diletakkan untuk pengeringan cairan yang terkumpul didalam luka.
       Luka dapat ditutup seluruhnya , kateter diletakkan melalui luka sayatan sepanjang sisi
       luka perineal dan dibiarkan selama 4-6 hari. Satu kateter digunakan untuk irigasi luka
       dengan salin isotoni yang steril dan kateter yang lain dihubungkan pada pengisapan yang
       bawah.

Pengeringan dari luka parineal dan rongga perut adalah penting karena kemungkinan infeksi dan
pembentukan abses. Pengeringan copius serosa nguineous dari luka perineal adalah diharapkan
penyembuhan luka perineal dapat memerlukan 6-8 bulan. Luka dapat menjadi sumber rasa tidak
nyaman pada irisan abdominal dan ostomi. Dan perlu perawatan yang lebih baik dan intensif.
Pasien dapat dihantui rasa sakit pada rektal karena inerfasi simpatik untuk kontrol rektal tidak
diganggu. Sakit dan rasa gatal kadang-kadang bisa terjadi srtelah penyembuhan. Tidak ada
penjelasan secara fisiologis untuk rasa ini. Intervensi dapat termasuk pengobatan anti puritis
seperti bezocain dan sitz baths. Perawat :

       Menjelaskan fisiologi dari sensasi perineal pada pasien
       Secara berkelanjutan menilai tanda infeksi, nanah atau komplikasi lainnya.
       Metode pelaksanaan menbentuk pengeringan luka dan kenyamanan
PENANGGULANGAN SECARA INDIVIDUAL YANG TAK EFEKTIF

Rencana: Tujuan pasien

Tujuannya adalah bahwa pasien akan mengidentifikasi, mengembangkan dan menggunakan
metode penanggulangan yang efektif dalam persetujuan dengan meluhat perubahan dan takut
kehilangan pengalaman.

INTERVENSI

Pasien dan keluarganya dihadapkan dengan isu atau rumor penyakit kanker kemungkinan
kehilangan fungsi tubuh dan perubahan fungsi tubuh.

Perawat mengamati dan mengidentifikasi :

       Metode baru penanggulangan pasien dan keluarganya
       Sumber dukungan atau semangat yang efektif digunakan pada saat setelah krsisis

PERENCANAAN PERAWATAN

* Persiapan perawatan rumah

Perawat menilai semua pasien mempunyai kemampuan melakukan perawatan insisi dan aktifitas
hidup sehari-hari (ADL) dalam batas-batas tertentu.

Untuk pasien yang menjalani kolostomi, perawat menimbang situasi rumah untuk membantu
pasien dalam pengaturan perawatan. Jadi ostomi akan berfungsi secara tepat, pasien dan keluarga
harus menjaga persediaan ostomi di daerah (kamar mandi lebih disukai) dimana temperatur tidak
panas juga tidak dungin (rintangan kulit dapat menjadi keras atau meleleh dalam temperataur
ekstrim).

Tidah ada perubahan yang di butuhkan dalam akomodasi tidur. Beberapa pasien pindah ke
ruangan tersendiri atau ke tempat tidur kembar. Ini dapat menuntun jarak fisik dan emosionil dari
suami atau istri dan yang penting lainnya. Penutup karet pada awalnya dapat di tempatkan di atas
kasur tempat tidur jika pasien merasa gelisah tentang sistem kantung.

* Pengajaran kesehatan

Pasien yang menjalani reseksi kolon tanpa kolostomi menerima instruksi untuk kebutuhan
spesifik di berokan sama pada pasien yang menjalani bedah abdomen. Di samping informasi ini,
perawat mengajar semua pasien dengan reseksi kolon untuk melihat dan manifestasi laporan
klinik untuk opstruksi usus dan perforasi.

Rehabilitasi sesudah bedah ostomi mengharuskan pasien dan keluarga belajar prinsip perawatan
kolostomi dan kemampuan psikomotor untuk memudahkan perawatan ini. Memberikan
informasi adalah penting, tetapi perawat juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada
pasien untuk belajar kemampuan psikomotor yang terlibat dalam perawatan ostomi sebelum
pelaksanaan. Waktu latihan yang cukup direncanakan untuk pasien dan keluarga atau yang
penting lainnya. Sehingga mereka dapat mengurus, memasang dan menggunakan semua
perawatan ostomi. Perawat mengajar pasien dan keluarga :

-     Tentang stoma

-     Pengunaan, perawatan dan pelaksanaan sistem kantung

-     Pelindung kulit

-     Kontrol diet atau makanan

-     Kontrol gas dan bau

-     Potensial masalah dan solusi

-     Tips bagaimana melanjutkan aktifitas normal, termasuk bekerja, perjalanan dan hubungan
seksual.

Pasien dengan kolostomi sigmoit mungkin beruntung dari irigasi kolostomi untuk mengantur
eliminasi. Perawat mendiskusikan teknik ini dengan pasien dan keluarga untuk menentukan itu
dikerjakan dan dirasakan berharga. Jika metode ini di pilih, perawat mengajar pasien dan
keluaraga bagaimana melakukan irigasi kolostomi. Berbagai macam alat ajar dapat di gunakan.
Instruksi tertulis menolong sebab clien dapat mengambil contoh ini sebagai acuan untuk waktu
yang akan datang. Reposisin sangat diperlukan dalam mengajarkan pada pasien tentang
kemampuan ini. Kegelisahan, ketakutan, rasa tidak nyaman dan semua bentuk tekanan
mengubah pasien dan kemampuan keluarga pasien untuk belajar dan mengumpulkan informasi.

Dalam rangka menginstruksikan pada pasien tentang manifestasi klinis dari gangguan
penyumbatan dengan dibuatnya lubang. Perawat juga menyarankan pada pasien dengan
kolostomi untuk melaporkan adanya demam ataupun adanya serangan sakit yang timbul
mendadak atau pun rasa berdenyut/ bergelombang pada sekitar stoma.

Persiapan Psikososial

Diagnosa kanker dapat menghentikan emosional klien dan keluarga atau orang penting lainnya,
tetapi pengobatan di sambut sebab itu memberikan harapan dalam mengontrol penyakit. Perawat
memeriksa reaksi sakit pasien dan persepsi dari interfensi yang di rencanakan.

Reaksi pasien terhadap pembedahan ostomi,yang mana mungkin termasuk pengrusakan dan
melibatkan :

-     Perasaan sakit hati terhadap yang lain

-     Perasaan kotor, dengan penurunan nilai rasa
-     Takut sebagai penolakan

Perawat mengijinkan pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaannya. Dengan
mengajarkan pasien bagaimana fisiknya mengatur ostomi, perawat membantu pasien dalam
memperbaiki harga diri dan meningkatkan body image, yang mana memiliki peranan penting
dalam hubungan yang kokoh dengan yang lain. Pemasukan keluarga dan orang lain yang penting
dalam proses rehabilitasi, juga menolong mempertahankan persahabatan dan meningkatkan
harga diri pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (18)

CA Rectum
CA RectumCA Rectum
CA Rectum
 
Referat ca rekti Egy
Referat ca rekti EgyReferat ca rekti Egy
Referat ca rekti Egy
 
Dd
DdDd
Dd
 
Ca colon muhammad sobri maulana
Ca colon muhammad sobri maulanaCa colon muhammad sobri maulana
Ca colon muhammad sobri maulana
 
Tugas individu buli buli
Tugas individu buli  buliTugas individu buli  buli
Tugas individu buli buli
 
Kanker kandung kemih
Kanker kandung kemihKanker kandung kemih
Kanker kandung kemih
 
Refca colonfh
Refca colonfhRefca colonfh
Refca colonfh
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasan
 
Rbd ileus fix
Rbd ileus fix Rbd ileus fix
Rbd ileus fix
 
Kanker Payudara
Kanker PayudaraKanker Payudara
Kanker Payudara
 
Askep kista coledocal
Askep kista coledocalAskep kista coledocal
Askep kista coledocal
 
130565941 ca-mamae-ppt
130565941 ca-mamae-ppt130565941 ca-mamae-ppt
130565941 ca-mamae-ppt
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Apakah kanker ginjal itu
Apakah kanker ginjal ituApakah kanker ginjal itu
Apakah kanker ginjal itu
 
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Kanker
KankerKanker
Kanker
 

Ähnlich wie ASKEP KOLOREKTAL

fdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.pptfdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.pptOdesyafar
 
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaTumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaRFFooraa
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalRizky maulana
 
Tumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaTumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaRiedha Poenya
 
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptxPanduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptxboscco
 
Penyuluhan kanker usus besar (dr. selonan)
Penyuluhan kanker usus besar (dr.  selonan)Penyuluhan kanker usus besar (dr.  selonan)
Penyuluhan kanker usus besar (dr. selonan)INOVINDO
 
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatanReferat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatanFATIM77
 
1 refarat-ileus-paralitik
 1 refarat-ileus-paralitik 1 refarat-ileus-paralitik
1 refarat-ileus-paralitikBaiturrahmah
 
CO COLON KEL 3.pptx
CO COLON KEL 3.pptxCO COLON KEL 3.pptx
CO COLON KEL 3.pptxDianaAjeng3
 
materi KANKER KOLON / kanker usus besar.pptx
materi KANKER KOLON / kanker usus besar.pptxmateri KANKER KOLON / kanker usus besar.pptx
materi KANKER KOLON / kanker usus besar.pptxssuser869bf7
 
Tugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : KankerTugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : KankerAri Intan
 
217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ul217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ulhomeworkping9
 
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etcBreast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etcVina Habibah
 

Ähnlich wie ASKEP KOLOREKTAL (20)

Makalah kanker kolon print
Makalah kanker kolon printMakalah kanker kolon print
Makalah kanker kolon print
 
fdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.pptfdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.ppt
 
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaTumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
 
Tumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaTumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedha
 
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptxPanduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal_Zamra Sirakawa.pptx
 
Biologi - Kolon
Biologi - KolonBiologi - Kolon
Biologi - Kolon
 
Penyuluhan kanker usus besar (dr. selonan)
Penyuluhan kanker usus besar (dr.  selonan)Penyuluhan kanker usus besar (dr.  selonan)
Penyuluhan kanker usus besar (dr. selonan)
 
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatanReferat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
 
1 refarat-ileus-paralitik
 1 refarat-ileus-paralitik 1 refarat-ileus-paralitik
1 refarat-ileus-paralitik
 
CO COLON KEL 3.pptx
CO COLON KEL 3.pptxCO COLON KEL 3.pptx
CO COLON KEL 3.pptx
 
Presentation2 imser
Presentation2 imserPresentation2 imser
Presentation2 imser
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
materi KANKER KOLON / kanker usus besar.pptx
materi KANKER KOLON / kanker usus besar.pptxmateri KANKER KOLON / kanker usus besar.pptx
materi KANKER KOLON / kanker usus besar.pptx
 
Jurnal reading
Jurnal readingJurnal reading
Jurnal reading
 
Tugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : KankerTugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : Kanker
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Kanker kolon
Kanker kolonKanker kolon
Kanker kolon
 
217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ul217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ul
 
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etcBreast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
 

ASKEP KOLOREKTAL

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) COLORECTAL CANCER NUZULUL ZULKARNAIN HAQ FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria. Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut : Asendens : 25% Transversa : 10% Desendens : 15% Sigmoid : 20 % Rectum : 30 % Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
  • 2. kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan colorectal cancer. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep teori dari colorectal cancer? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan colorectal cancer? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaan dengan gangguan colorectal cancer. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui dan memahami definisi colorectal cancer. 2. Mengetahui dan memahami etiologi colorectal cancer. 3. Mengetahui dan memahami patofisiologi colorectal cancer. 4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan colorectal cancer. 5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan colorectal cancer. 6. Mengetahui dan memahami WOC dari colorectal cancer. 7. Mengetahui dan memahami komplikasi dari colorectal cancer. 8. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan colorectal cancer. 1.4 Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
  • 3. 1. Mendapatkan pengetahuan tentang colorectal cáncer. 2. Mendapatkan pengetahuan dan mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada kasus colorectal cancer. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisiologi Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana diketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid. Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Usus besar berbentuk tabung muscular beongga dengan panjang 1,5 meter dan diameter sekitar 6,5 cm yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani Usus besar di bagi menjadi 3 bagian yaitu sekum, kolon, dan rectum. Kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid.Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri" (http://id.wikipedia.org). Sekum terdiri dari katup ileosekal dan apendik. Ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke usus halus. Kolon ascendant panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatica. Kolon transversum panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari kolon ascendant sampai kolon descenden, berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis. Kolon descenden panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan sigmoid. Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon descenden terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, dn ujung bawahnya berhubungan dengan rectum. Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan interstinum mayor dengan anus.
  • 4. Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna ( misalnya selulosa ), komponen empedu yang tidak dapat diserap dan sisa cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang tersisa untuk dieliminasi di kenal sebagai feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum defekasi. Selulosa dan bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan menentukan volume isi kolon. Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa feses yang sudah terhidrasi hingga berlangsungnya defekasi. Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengososngkannya. Gerakan ini menyebabkan gerakan usus bolak-balik dan meremas-remas sehingga member cukup waktu untuk terjadinya absorpsi. 2.2 Definisi Colorectal Cancer Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal (Aru, 2006). Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik ( Burkitt, 1971 ). Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya). 2.3 Klasifikasi Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) : A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
  • 5. B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa. B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria. C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah. C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah. D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi. Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese). T = Tumor primer TO = Tidak ada tumor TI = Invasi hingga mukosa atau sub mukosa T2 = Invasi ke dinding otot T3 = Tumor menembus dinding otot N = Kelenjar limfa N0 = tidak ada metastase N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral N2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateral N3 = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional M = Metastasis jauh MO = Tidak ada metastasis jauh MI = Ada metastasis jauh Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok 1. Tipe menonjol Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini. Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar, permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik. 2. Tipe ulseratif Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
  • 6. 3. Tipe infiltrative Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal. 2.4 Etiologi Penyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor resiko & faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah : 1. Riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal. 2. Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda. 3. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis. 4. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah- buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani. Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol) dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal. Adanya hubungan dengan kebiasaan makan, karena kanker kolorektal (seperti juga divertikulosis) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk di dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung karbohidrat refined dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitive (Afrika) dengan diet kaya serat kasar. Burkitt (1971) mengemukakan bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidarat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam – garam empedu atau hasil pemecahan protein & lemak, dimana sebagian dari zat – zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
  • 7. Etiologi lain : 1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik. 2. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah. 3. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon. 4. Obesitas. 5. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum 6. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. 7. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar. 8. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas. 2.5 Manifestasi Klinis Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi. 1. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium. 2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi
  • 8. rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000). Manifestasi klinis kanker kolon secara umum, adalah sebagai berikut : 1. Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening. 2. Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta adanya tekanan pada rektum. 3. Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus, atau wasir. 4. Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa. Tabel Perbedaan manifestasi klinis dari kolon kanan dan kolon kiri Kolon kanan Kolon kiri Pasokan darah: a. mesenterika superior, Pasokan darah: a. mesenterika inferior, v. v. mesenterika superior. mesenterika inferior Balikan vena: vena portaàhati kanan Balikan vena: v. lienalisàvena portaàhati kiri Besar Kecil Cair seperti bubur Berbentuk kering, padat Terutama absorbsi air, elektrolit Storasi feses, defekasi Umumnya berbentuk benjolan, sering Umumnya tipe infiltrative, mudah ileus ulserasi luas, berdarah, infeksi Massa abdominal, sistemik, perut Ileus, hematokezia, iritasi usus kembung, nyeri samar dan gejala tak khas 2.6 Patofisiologi Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus ). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati ). Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif
  • 9. lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335). Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa polipoid, besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon ascenden. Secara histologist 95% kanker kolon dan rektum adalah adenokarsinoma(tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus) yang dapat menyekresi mucus yang jumlah yang berbeda-beda. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : 1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih. 2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. 3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal. 4. Penyebaran secara transperitoneal 5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177). Stadium pada Colorectal Cancer 1. 1. Stadium Klinis Tabel : stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong, 2000 : 143). TIS Carcinoma in situ T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler T2 Sudah mengenai otot dinding T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar T4 Sama dengan T3 dengan fistula N Limfonodus terkena M Ada metastasis 1. 2. Stadium Kanker Kolon
  • 10. 1. Stadium A: kedalaman invasi kanker belum menembus tunika muskularis, tak ada metastasis kelenjar limfe. 2. Stadium B: kanker sudah menembus tunika muskularis dalam, dapat menginvasi tunika serosa, di luar serosa atau jaringan perirektal, tapi tak ada metastasis kelenjar limfe. 3. Stadium C: kanker disertai metastasis ke kelenjar limfe. Menurut lokasi kelenjar limfe yang terkena di bagi menjadi stadium C1 dan C2. C1; kanker disertai metastasis kelenjar limfe samping usus dan mesenterium, C2; kanker di sertai metastasis kelenjar limfe di pangkal arteri mesenterium. 4. Stadium D: kanker disertai metastasis organ jauh, atau karena infiltrasi luas local atau metastasis luas kelenjar limfe sehingga paska reseksi tak mungkin kuratif atau nonresektabel. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relative baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah terjadi metastase ke kelenjar limfe. 2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Endoskopi Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. 2. Radiologis Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru. 3. Ultrasonografi (USG). Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati. 4. Histopatologi.
  • 11. Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. 1. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. 2. Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat. 3. Barium Enema d. Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi. 2.8 Penatalaksanaan 1. Pembedahan (Operasi) Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira – kira 75 % pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon ; massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ) : 1. Reseksi segmental dengan anastomosis. 2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent. 3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis lanjut dari kolostomi permanen atau ileostomi. 4. Pembedahan Reseksi.
  • 12. Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal. 1. Kolostomi Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara). 2. Penyinaran (Radioterapi) Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan. 3. Kemoterapi Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211). Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi. Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan memperhatikan derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese) yaitu : M0 = Tidak ada metastasis jauh, sebagai pencegahan perluasan metastase. MI = Ada metastasis jauh, karena tidak mungkin dilakukan operasi sehingga hanya bisa dihambat dengan kemoterapi
  • 13. N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral N2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateral N3 = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional TI = Invasi hingga mukosapat atau sub mukosa, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi T2 = Invasi ke dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi T3 = Tumor menembus dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi 4. Diet 1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker. 2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari) 3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan. 4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker. 5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan 6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. 5. Keperawatan 1. Dukungan adaptasi dan kemandirian. 2. Meningkatkan kenyamanan. 3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. 4. Mencegah komplikasi. 5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. 6. Pencegahan Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut : 1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. 2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu. 3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin. 4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus 5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
  • 14. 6. Hidup rileks dan kurangi stress. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis. 2.9 Komplikasi Pada pasien dengan kanker kolon yaitu: 1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. 2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung. 3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi. 4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. 5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. DOWNLOAD : WOC COLORECTAL CANCER BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1. Anamnesa 1. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat. 1. Keluhan utama: Nyeri abdomen. 1. Riwayat penyakit sekarang:
  • 15. Mual dan muntah lebih dari tiga kali dalam sehari, nyeri tekan dan teraba massa pada abdomen kuadran bawah. 1. Riwayat penyakit dahulu 2. Riwayat Kesehatan Keluarga 3. Imunisasi 4. Pemeriksaan fisik (ROS) Pemeriksaan fisik terdiri atas pemeriksaan B1 – B6. 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal 2. PK Perdarahan 3. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah. 5. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan tonjolan CA. 6. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi 7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit 8. Konsep diri berhubungan dengan proses penyakit 9. Harga diri berhubungan dengan proses penyakit 3.3 Intervensi Diagnosis : Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal Kriteria hasil : Setelah dilakukan perawatan 3x24jam pola defekasi pasin normal kembali (2x1hari), bentuk feses lonjong dan lunak, nyeri saat defekasi berkurang skala: 3-4 Tujuan : - Klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang dibutuhkan. - Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan. Intervensi Keperawatan Rasional 1. observasi warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri terkan abdomen
  • 16. 2. Pantau tanda gejala rupture usus 1. Merupakan tindakan dependent perawat dan/atau peritonitis. dalam memberikan bantuan defekasi kepada klien. 1. Observasi faktor penyebab konstipasi. 1. Ajarkan klien dalam bantuan eleminasi defekasi. 2. Anjurkan klien untuk menghindari mengejan selama defekasi. 3. Observasi bisingusus dan peristaltic perut klien 4. Konsultasikan pada ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet. 5. Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan bantuan eleminasi, seperti : diet, pelembut feses, enema dan laksatif. 1. Penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya. 2. Keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltic usus, yang dapat menyebakan konstipasi. 3. Mengetahui dengan jelas factor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat. 4. Akan meningkatkan pola defekasi yang optimal. 5. Mencegah terjadi perubahan tanda vital, sakit kepala atau perdarahan. 6. Untuk mengetahui aktivitas kinerja system pencernaan klien
  • 17. 7. Pada keadaan kekurangan serat dan cairan. Diagnosis : PK Perdarahan Kriteria hasil : Melena tidak terjadi selama 2x24 jam Hematemesis tidak terjadi selama 2x24 jam Tujuan : - Perdarahan terhenti Intervensi Keperawatan Rasional 1. Posisikan klien 1. Memberikan posisi nyaman selama klien dalam proses perawatan 2. Perkembangan tanda-tanda vital akan menentukan pola intervensi selanjutnya. 1. Pantau tanda-tanda vital 3. Meningkatkan keadekuatan tubuh klien 4. Mengatasi melena dengan konsentrasi darah berlebihan tanpa tahanan sfingter 5. Membantu mengurangi hematemesis 1. Batasi aktivitas klien 2. Membantu dan melayani klien dalam hal penggunaan Diapers 3. Kolaborasi rehidrasi kumbah lambung 1. PK kolaborasi: 4. PK. Kolaborasi: Untuk menghentikan perdarahan Kolaborasi denngan dokter dalam sehingga melena dan hematemesis pemberian transamin (obat penghenti dapat berhenti perdarahan) Untuk mengambil tumor dan untuk Kolaborasi gengan dokter untuk menutup lesi pada kolom dilakukan pembedahan Untuk mengganti darah yang telah Kolaborasi denan dokter untuk keluar agar pasien tidak anemi transfuse darah Diagnosis : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit Kriteria hasil : Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti sesuai toleransi. Tujuan : Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang. Intervensi Keperawatan Rasional 1. Sediakan informasi mengenai 1. Monitor rasa sakit secara reguler, catat kebutuhan/efektivitas intervensi. karakteristik, lokasi dan intensiitas (0-10) 2. Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan
  • 18. persiapan untuk prosedur. 1. Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui dan/atau persiapan inadekuat (misalnya apendikstomi darurat) dapat memperburuk persepsi 1. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan pasien akan rasa sakit. takikardia, hipertensi dan peningkatan 2. Dapat mengindikasikan rasa sakit pernapasan, bahkan jika pasien akut dan ketidaknyamanan. menyangkal adanya rasa sakit. 3. Pahami penyebab ketidaknyamanan, 2. Berikan informasi mengenai sifat sebagai langkah pemberian teknik ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan. pengalihan nyeri / relaksasi 4. Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowler dapat mengurangi tegangan 1. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, otot abdominal dan otot pungguung misalnya semi – Fowler ; miring. artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal. 5. Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergistik dengan zat-zat anastesi. 6. Analgetik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa saki, menimbulkan penghilang yang lebih efektif dengan obat dosis kecil. 1. Observasi efek analgetik. 1. Kolaborasi, pemberian analgetik IV sesuai kebutuhan. Diagnosis : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah. Kriteria hasil : - klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal. - klien melaporkan peningkatan intake makanan. - tidak ada mual/muntah.
  • 19. Tujuan : - Antropometri : Berat badan pasien bertambah, Nutrisi pasien terpenuhi - Biochemical : klien tidak terlihat pucat dan turgor bagus - Clinical sign : Tanda-tanda vital dalam rentang normal - Diet : mengerti dan mengikuti anjuran diet Intervensi Keperawatan Rasional 1. Observasi sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien 2. Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal. 1. Timbang berat badan sesuai indikasi. 2. Anjurkan makan sedikit tapi sering. 1. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan. 2. Tawarkan minum saat makan bila toleran. 3. Konsultasi tentang kesukaan/ketidaksukaan klien yang menyebabkan distres. 4. Kolaborasi ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi. 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obat- obatan, serta kebutuhan nutrisi parenteral dan pemasang pipa lambung. 6. Menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. 7. Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan. 8. Mengawasi keefektifan secara diet. 9. Tidak memberi rasa bosan dan
  • 20. pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan. 10. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan. 11. Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. 12. Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan. 13. Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien. 14. Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat. Diagnosis : Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA.. Kriteria hasil : Setelah dilakukan perawatan 3x24jam resiko infeksi dan metastase ke organ lain tidak cepat dan mungkin hilang Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi dan metastase ke organ lain Intervensi Rasional Mandiri 1. Observasi metastase peyebaran ca ke 1. Dengan cara palpasi dapat diketahui organ lain dengan cara palpasi ke metastase ca dan dapat segera di tangani daerah purutt sekitar kolon 2. Untuk mengetahui fungsi organ apakah 2. Observasi bising usus dan peristalaik ada penurunan atau tidak pasien 3. Kolaborasi: 3. Kolaborasi: Untuk menanggulangi/mengurangi Kolaborasi dengan dokter untuk resiko inflamasi kolon memberikan kortikosteroid Untuk mengetahui ,metastase ca ke Kolaborasi dengan dokter untuk organ-organ lain sekitar kolan melakukan usg dan ct-scan Untuk membunuh kuman dan bakteri Kolaborasi dengan dokter untuk dari darah yang pecah pado masa kolan pemberian antibiaotik
  • 21. Diagnosis : Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi Kriteria hasil : Intake cairan dan haluaran normal selama pemantauan 2x24 jam Turgor kulit normal Tujuan : Memenuhi kebutuhan cairan klien. Intervensi Rasional 1. Pantau intake cairan, pastikan sedikitnya 1. Ca colorectal dapat bermetastase ke 1500 ml cairan per oral, serta pantau ginjal yang dapat mempengaruhi haluaran, pastikan sedikitnya 1000-1500 kerja ginjal, sehingga perlu mengatur ml per 24 jam jumlah cairan yang masuk dan 2. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen keluar. urea darah, urin dan serum, osmolalitas, 2. Menunjukkan pola intervensi kreatinin, hematokrit, dan Hb. selanjutnya 3. Kolaborasi pemberian dextros G5 1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah 1. Memberikan keadekuatan cairan klien selama kemoterapi 2. Mengimbangi haluaran darah akibat perdarahan serta meningkatkan Hb. Diagnosis :Ansietas berhubungan dengan proses penyakit Kriteria hasil :Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien Tujuan :Klien dan perawat dapat bekerja sama dalam menentukan pola koping yang sesuai Intervensi Rasional 1. Monitor tingkat ansietas klien 1. Menentukanpola intervensi yang akan dilakukan 2. Untuk meningkatakan koping dan harga diri klien 1. Berikan edukasi mengenai penyakit 3. Memberikan kenyamanan dalam yang diderita. berkomunikasi dengan klien, dan menawarkan keterbukaan
  • 22. 2. Komunikasi terapeutik 4. Mengurangi tingkat stres 1. Singkirkan stimulasi yang berlebihan 1. Meningkatkan kenyamanan psikologis (misal : tempatkan klien di ruangan klien yang lebih tenang) 2. Berikan latihan relaksasi, imajinasi terbimbing. Diagnosis : Perubahan konsep diri dengan proses penyakit Kriteria hasil : Meningkatkan rasa penerimaan akan kondisi fisiologis klien Tujuan : Klien dan perawat dapat bekerja sama dalam menentukan pola koping yang sesuai untuk meningaktkan konsep diri Intervensi Rasional 1. Berikan edukasi mengenai penyakit 1. Untuk meningkatakan koping dan harga yang diderita. diri klien 2. Komunikasi terapeutik 2. Memberikan kenyamanan dalam berkomunikasi dengan klien, dan menawarkan keterbukaan 3. Mengurangi tingkat stres 4. Meningkatkan kenyamanan psikologis klien 1. Singkirkan stimulasi yang berlebihan 5. Memberikan rangsangan luar agar klien 2. Berikan latihan relaksasi, imajinasi dapat memperoleh perhatian lebih, terbimbing. sehingga mampu meningkatkan konsep 3. Komunikasikan dengan keluarga dirinya. pasien bagaiman membangun hubungan yang baik selama proses perawatan. Diagnosis : Perubahan harga berhubungan dengan proses penyakit Kriteria hasil : Meningkatkan kenyamanan pola interaksi klien dengan lingkungan Tujuan : Klien dan perawat dapat bekerja sama dalam menentukan pola koping yang
  • 23. sesuai aga Intervensi Rasional 1. Berikan edukasi mengenai penyakit yang diderita. 2. Komunikasi terapeutik 1. Singkirkan stimulasi yang berlebihan 2. Untuk meningkatakan koping dan harga diri klien 3. Memberikan kenyamanan dalam berkomunikasi dengan klien, dan menawarkan keterbukaan 4. Mengurangi tingkat stres 3.4 Evaluasi Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Ca Colorectal meliputi : 1. Diagnosa 1 : Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; bentuk feses dalam bentuk normal 2. Diagnosa 2 : Melena tidak terjadi selama 2x24 jam Hematemesis tidak terjadi selama 2x24 jam 3. Diagnosa 3 : Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti sesuai toleransi. 4. Diagnosa 4 ; klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan
  • 24. berat badan dengan nilai laboratorium normal. klien mengerti dan mengikuti anjuran diet. melaporkan peningkatan intake makanan. tidak ada mual/muntah. 5. Diagnosa 5 : Leukosit normal 10.000-40.000 Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi 6. Diagnosa 6 ; Intake cairan dan haluaran normal selama pemantauan 2x24 jam Turgor kulit normal 7. Diagnosa 7 : Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar colorectal cancer adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya). Etiologi dari colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan colorectal cancer. DAFTAR PUSTAKA
  • 25. Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya : RSUD Dr.Soetomo Flyfreeforhelp.2010.(online). ..........2010.http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html. diakses pada tanggal 15 November 2010 ……...2010.(online).http://www.soft-ko.co.cc/2010/10/colorectal cancer_06.html. diakses pada tanggal 19 November 2010 Kusuma. 2009. Askep Carsinoma. http://kusuma.blog.friendster.com/tag/kanker/, di akses tanggal 29 Desember 2010.
  • 26. CANCER COLON 1. Definisi Kanker colon adalah suatu kanker yang yang berada di colon. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 ) Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker Colon. 2. Patofisiologi Perubahan Patologi Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian ( Sthrock 1991 a ) : 26 % pada caecum dan ascending colon 10 % pada transfersum colon 15 % pada desending colon 20 % pada sigmoid colon 30 % pada rectum Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun ( Sthrock ). Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk : - Kelenjar Adrenalin - Ginjal
  • 27. - Kulit - Tulang - Otak Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial. 3. Komplikasi Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk : - Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis - Pembentukan abses - Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker. Etiologi Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya. Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
  • 28. Makanan yang harus dihindari : - Daging merah - Lemak hewan - Makanan berlemak - Daging dan ikan goreng atau panggang - Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring) Makanan yang harus dikonsumsi: - Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts ) - Butir padi yang utuh - Cairan yang cukup terutama air Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna. Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun. Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut Kejadian. Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker Colon pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker ini pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar klien pada kanker Colon mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki. 1. Alternatif Transcultural.
  • 29. Kejadian Ca Colon pada USA tampaknya mengalami kemunduran dari seluruh bangsa-bangsa lain kecuali pada laki-laki afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker ini terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan afrika ini adalah pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang penduduknya mengalami kejadian yang rendah terhadap Ca colon mempunyai diet tinggi terhadap buah-buahan,sayuran,ikan dan sebagian kecil daging. COLABORATIF MANAGEMENT PENGKAJIAN 1.Sejarah Sejarah Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis kelamin,sejarah diet dan keadaan dari letak geografi diet. Sebagian besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat : 1. Sejarah dari keluarga terhadap Ca Colon 2. Radang usus besar 3. Penyakit Crohn’s 4. Familial poliposis 5. Adenoma Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan pada usus besar seperti diare dengan atau tanpa darah pada feces klien mungkin merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan . 2. Pemeriksaan fisik. Tanda-tanda Ca Colon tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah : - Perdarahan pada rektal - Anemia - Perubahan feces Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya (tetapi bisa tidak banyak) tumor disebelah kiri kolon dan rektum. Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colon adalah : teraba massa pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri
  • 30. Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia. 3. Pemeriksaan psikososial. Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca Colon dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien dan keluarga klien. Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini. 4. Pemeriksaan laboratorium Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (Tanaman lobak dan Gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan (ibu profen) Kortikosteroid atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang gambaran pengobatan lain. Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang positif. Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca Colon. Carsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca Colon, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit. 5. Pemeriksaan radiografi Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
  • 31. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. . 6. Pemeriksaan Diagnosa lainnya. Tim medis biasanya melakukan sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor. Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut. ANALISIS 1. Diagnosa keperawatan utama Pasien dengan tipe Ca Colon mempunyai diagnosa keperawatan seperti dibawah ini: 1. Resiko tinggi terhadap luka s.d efek dari tumor dan kemungkinan metastase. 2. Ketidakefektifan koping individu s.d gangguan konsep diri. 2. Diagnosa keperawatan tambahan 1. Nyeri s.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang lainnya. 2. Gangguan pemeliharaan kesehatan s.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, program diagnosa dan rencana pengobatan. 3. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi s.d gangguan pada peran, perubahan gaya hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian. 4. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d program diagnosa. 5. Ketakutan proses penyakit 6. Ketidakberdayaan s.d penyakit yang mengancam kehidupan dan pengobatannya. 7. Gangguan pola sexual s.d gangguan konsep diri. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI RESIKO TINGGI TERHADAP LUKA Perencanaan : Tujuan Klien. Tujuan untuk klien adalah : 1. Pengalaman pengobatan atau memperpanjang kelangsungan hidup. 2. Pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup. 3. Tidak ada pengalaman tentang komplikasi kanker termasuk metastase. Intervensi :
  • 32. Pembedahan biasanya pengobatan untuk tumor di kolon atau rektal.Tetapi radiasi dan kemoterapi mungkin juga digunakan untuk membantu pembedahan, untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan kanker. Pelaksanaan tanpa pembedahan. Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien untuk menentukan rencana pengobatan yang baik dengan mempertimbangkan usia, komplikasi penyakit dan kualitas. Terapi radiasi Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidak dilaksanakan secara rutin. Terapi ini dapat menyebabkan kesempatan yang lebih banyak dari tumor tertentu, yang mana terjadi fasilitas reseksi tumor selama pembedahan. Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas penyebaran metastase. Sebagai ukuran nyeri, terapi radiasi menurunkan nyeri, perdarahan, obstruksi usus besar atau metastase ke paru-paru dalam perkembangan penyakit. Perawat menerangkan prosedur terapi radiasi pada klien dan keluarga dan memperlihatkan efek samping (contohnya diare dan kelelahan). Perawat melaksanakan tindakan untuk menurunkan efek samping dari terapi . Kemoterapi Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca kolorektal kecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala-gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada klien dengan metastasis liver. Manajemen pembedahan Reseksi kolon dengan atau tanpa kolostomi dan reseksi perineal abdomen adalah prosedur umum pembedahan terhadap Ca kolorektal. Reseksi kolon Tipe khusus terhadap reseksi dan keputusan untuk membuat kolostomi sementara atau permanen tergantung pada : - Lokasi dan ukuran tumor - Tingkat komplikasi (contoh obstruksi atau perforasi)
  • 33. - Kondisi klien Reseksi kolon melibatkan pemotongan pada bagian kolon dengan tumor dan meninggalkan batas area dengan bersih. Perawatan Pre operatif Perawat membantu klien untuk menyiapkan reseksi kolon dengan mempertegas keterangan dari dokter terhadap prosedur rencana pembedahan. Klien menanyakan kepastian tentang kemungkinan perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologi setelah pembedahan sebelum evaluasi pembedahan tumor dan kolon, dokter mungkin tidak dapat menentukan apakah kolostomo diperlukan sementara atau permanen. Jika ini sebuah penyakit dokter memberikan pertolongan pada klien tentang kemungkinan kolostomi. Ketika dokter memastikan kolostomi akan diperlukan, klien bertanya tentang kolostomi sebelum pembedahan. Jika kolostomi pasti direncanakan, perawat mengkonsulkan terapi enterostomal untuk menasehati penempatan ostomi yang optimal dan mengintruksikan kepada klien tentang fungsi umum ostomi dan rasionalnya. Terapi enterostomal adalah perawat yang recatat mempunyai latihan spesialisasi yang lengkap dan disahkan dalam perwatan ostomi. Tidak berfungsinya alat sexual adalah suatu masalah yang potensial untuk laki-laki dan wanita yang mengalami Ca bedah rektal.Pembicaraan dokter ini tentang resiko terhadap klien,dan yang mendukung klien dalam usaha ini.Perawat mempersiapkan klien untuk bedah abdomen dengan anestesi umum. Jika usus tidak obstruktif atau perforasi,rencananya adalah bedah elektif. Klien menerima dengan sungguh-sungguh pembersihan dari usus, atau “persiapan pembersihan usus”, untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya komplikasi, untuk persiapan pembersihan usus klien mengintruksikan untuk menentukan diet mereka untuk membersikan cairan cairan 1-2 hari sebelum pembedahan. Pembersihan mekanik akan sempurna dengan pencuci perut dan pemasukan cairan ke dalam poros usus atau dengan melavement seluruh isi perut. Untuk melavement seluruh isi perut, kuantitas besar makanan klien pada sodium sulfat dan poliyethilene glycol solution. Solusi yang melebihi kapasitas absobsi pada usus kecil dan colon bersih dari feces. Untuk mengurangi bahaya infeksi, para ilmuwan memberikan antibiotik oral atau intravena untuk di berikan pada hari sebelum pembedahan Prosedur Operatif Ahli bedah membuat insisi dalam perut dan memeriksa rongga abdomen untuk menentukan letak reseksi dari tumor tersebut. Bagian dari colon dengan tumor adalah menghilangkan dan terkhir membuka dua pada usus yang di irigasi sebelum hubungannya dengan colon. Jika hubungan ini tidak dapat dijalankan karena lokasi pada tumor atau kondisi pada usus.(Contoh inflamasi) ,kolostomi meningkat. Ahli bedah membuat colostomi dengan membuat pembukaan dalam lubang. Pada kolon ( Lubang kolostomi) atau dengan membagi kolon dan terakir membawa keluar satu (Akhir terminal kolostomi ), sisa setoma adalah sisa lubang menjahit luka untuk kulit pada abdomen. Kolostomi mungkin dapat meningkat pada kolon ascending,transversum,descending atau kolon sikmoit
  • 34. Prosedur Hartman sering kali di lakukan ketika kolostomi sementara yang menghendaki untuk istirahat dan beberapa bagian usus. Kolon proksimal di gunakan untuk membuat kolostomi. Ahli bedah menjahit ujung distal dari kolon dan tempat dalam rongga abdomen atau eksterior pada mucus fitula. Perawatan post operatif Klien yang mempunyai kerusakan kolon tanpa menerima perawatan kolostomi sejenis, untuk klien yang menderita sedikit bedah abdomen. Pasien yang mempunyai kolostomi dapat kembali dari pembedahan dengan sebuah sistem kantung ostomi pada tempatnya. Bila tidak ada sistem kantung pada tempatnya, Perawat meletakkan pembalut petrolatum tipis pada seluruh setoma untuk menjaganya untuk tetap lembab. Kemudian, stoma ditutup dengan pembalut steril yang kering. Perpaduan dengan terapi enterostomal (ET), perawat meletakkan sistem kantung sesegera mungkin. Sistem kantung kolostomi membuat lebih nyaman dan pengumpulan feces lebih bisa di terima dari pada dengan pembalutan. Perawat mengobserfasi untuk : - Nekrosis jaringan - Perdarahan yang tidak biasa - Warna pucat, yang mengindikasikan kurang sirkulasi Stoma yang sehat berwarna merah muda-kemerahan-dan lembab. Sejumlah kecil perdarahan pada stoma adalah biasa tetapi perdarahan lain dilaporkan pada dokter bedah. Perawat juga secara berfrekuensi memeriksa sistem katung untuk mengetahui kondisinya tetap baik dan tanda- tand kebocoran. Colostomi harus mulai berfungsi 2 – 4 hari setelah operasi. Ketika colostomi mulai berfungsi , kantung perlu dikosongkan secara berfrekuensi untuk menghilangkan gas yang terkumpul. Kantung harus di kosongkan bila sudah 1/3 –1/2 nya sudah penuh feces. Feces berbentuk cair sesudah operasi, tetapi menjadi lebih padat, tergantung pada di mana stoma diletakkan pada kolon. Sebagai contoh feces dari kolostomi dalam kolon bagaian atas yang naik adalah cair, feces di kolostomi dalam kolon melintang berbentuk pasta (mirip dengan feces seperti biasanya yang dikeluarkan dari rektum). Aspek penting yang lain dari kolostomi adalah perawatan kulit. Barier pelindung di letakkan pada kulit sebelum kantung di pasang. Perawat mengamati kulit di sekitar stoma, untuk kulit kemerahan atau kerusakan kulit dan memberitahukan pada dkter atau ahli terapi atau fisik bila terjadi iritasi kulit. Pemindahan Abdominal – Perineal
  • 35. Bila ada tumor rektal, struktur pendukung rektum dan rektal dapat perlu di pindahkan. Pemindahan abdominal perineal biasanya membutuhkan kolostomi yang permanen untuk evaluasi. Bagaimanapun dengan improfisasi pada teknik pembedahan, banyak pasien dapat menjalani pemindahan kolon dengan spincter rektal dibiarkan utuh. Dengan demikian kebutuhan kolostomi dapat di hindari. Perawatan pra operasi Perawatan pra operasi untuk pasien yang menjalani pemindahan A/P sama dengan yang diberikan pada pasien yang menjalani pemindahan kolon (lihat bagian awal). Prosedur Operasi Dokter bedah membuka kolon sigmoit, kolon rekto sigmoid, rektum dan anus melalui kombinasi irisan pada abdominal dan perineal. Di buat akiran yang permanen dari kolostomi sigmoid. Perawatan pasca operasi Perawatan pasca operasi setelah pemindahan A/P adalah sama dengan perawatan yang diberikan setelah pemindahan kolon dengan pembuatan kolostomi sigmoid. Perawat bekerja sama dengan dokter ET untuk menyediakan perawatan kolostomi dan pasien serta pendidikan untuk keluarga. Ada 3 metode dalam pembedahan untuk menutup luka : Luka dibiarkan terbuka, kasa diletakkan pada luka, dibiarkan pada tempatnya selama 2-5 hari. Bila ahli bedah melakukan pendekatan ini, irigasi luka dan kasa absorben digunakam sampai tahap penyembuhan. Luka dapat sebagian saja ditutup karena penggunaan jahitan luka atau bedah penrose yang diletakkan untuk pengeringan cairan yang terkumpul didalam luka. Luka dapat ditutup seluruhnya , kateter diletakkan melalui luka sayatan sepanjang sisi luka perineal dan dibiarkan selama 4-6 hari. Satu kateter digunakan untuk irigasi luka dengan salin isotoni yang steril dan kateter yang lain dihubungkan pada pengisapan yang bawah. Pengeringan dari luka parineal dan rongga perut adalah penting karena kemungkinan infeksi dan pembentukan abses. Pengeringan copius serosa nguineous dari luka perineal adalah diharapkan penyembuhan luka perineal dapat memerlukan 6-8 bulan. Luka dapat menjadi sumber rasa tidak nyaman pada irisan abdominal dan ostomi. Dan perlu perawatan yang lebih baik dan intensif. Pasien dapat dihantui rasa sakit pada rektal karena inerfasi simpatik untuk kontrol rektal tidak diganggu. Sakit dan rasa gatal kadang-kadang bisa terjadi srtelah penyembuhan. Tidak ada penjelasan secara fisiologis untuk rasa ini. Intervensi dapat termasuk pengobatan anti puritis seperti bezocain dan sitz baths. Perawat : Menjelaskan fisiologi dari sensasi perineal pada pasien Secara berkelanjutan menilai tanda infeksi, nanah atau komplikasi lainnya. Metode pelaksanaan menbentuk pengeringan luka dan kenyamanan
  • 36. PENANGGULANGAN SECARA INDIVIDUAL YANG TAK EFEKTIF Rencana: Tujuan pasien Tujuannya adalah bahwa pasien akan mengidentifikasi, mengembangkan dan menggunakan metode penanggulangan yang efektif dalam persetujuan dengan meluhat perubahan dan takut kehilangan pengalaman. INTERVENSI Pasien dan keluarganya dihadapkan dengan isu atau rumor penyakit kanker kemungkinan kehilangan fungsi tubuh dan perubahan fungsi tubuh. Perawat mengamati dan mengidentifikasi : Metode baru penanggulangan pasien dan keluarganya Sumber dukungan atau semangat yang efektif digunakan pada saat setelah krsisis PERENCANAAN PERAWATAN * Persiapan perawatan rumah Perawat menilai semua pasien mempunyai kemampuan melakukan perawatan insisi dan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) dalam batas-batas tertentu. Untuk pasien yang menjalani kolostomi, perawat menimbang situasi rumah untuk membantu pasien dalam pengaturan perawatan. Jadi ostomi akan berfungsi secara tepat, pasien dan keluarga harus menjaga persediaan ostomi di daerah (kamar mandi lebih disukai) dimana temperatur tidak panas juga tidak dungin (rintangan kulit dapat menjadi keras atau meleleh dalam temperataur ekstrim). Tidah ada perubahan yang di butuhkan dalam akomodasi tidur. Beberapa pasien pindah ke ruangan tersendiri atau ke tempat tidur kembar. Ini dapat menuntun jarak fisik dan emosionil dari suami atau istri dan yang penting lainnya. Penutup karet pada awalnya dapat di tempatkan di atas kasur tempat tidur jika pasien merasa gelisah tentang sistem kantung. * Pengajaran kesehatan Pasien yang menjalani reseksi kolon tanpa kolostomi menerima instruksi untuk kebutuhan spesifik di berokan sama pada pasien yang menjalani bedah abdomen. Di samping informasi ini, perawat mengajar semua pasien dengan reseksi kolon untuk melihat dan manifestasi laporan klinik untuk opstruksi usus dan perforasi. Rehabilitasi sesudah bedah ostomi mengharuskan pasien dan keluarga belajar prinsip perawatan kolostomi dan kemampuan psikomotor untuk memudahkan perawatan ini. Memberikan informasi adalah penting, tetapi perawat juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada
  • 37. pasien untuk belajar kemampuan psikomotor yang terlibat dalam perawatan ostomi sebelum pelaksanaan. Waktu latihan yang cukup direncanakan untuk pasien dan keluarga atau yang penting lainnya. Sehingga mereka dapat mengurus, memasang dan menggunakan semua perawatan ostomi. Perawat mengajar pasien dan keluarga : - Tentang stoma - Pengunaan, perawatan dan pelaksanaan sistem kantung - Pelindung kulit - Kontrol diet atau makanan - Kontrol gas dan bau - Potensial masalah dan solusi - Tips bagaimana melanjutkan aktifitas normal, termasuk bekerja, perjalanan dan hubungan seksual. Pasien dengan kolostomi sigmoit mungkin beruntung dari irigasi kolostomi untuk mengantur eliminasi. Perawat mendiskusikan teknik ini dengan pasien dan keluarga untuk menentukan itu dikerjakan dan dirasakan berharga. Jika metode ini di pilih, perawat mengajar pasien dan keluaraga bagaimana melakukan irigasi kolostomi. Berbagai macam alat ajar dapat di gunakan. Instruksi tertulis menolong sebab clien dapat mengambil contoh ini sebagai acuan untuk waktu yang akan datang. Reposisin sangat diperlukan dalam mengajarkan pada pasien tentang kemampuan ini. Kegelisahan, ketakutan, rasa tidak nyaman dan semua bentuk tekanan mengubah pasien dan kemampuan keluarga pasien untuk belajar dan mengumpulkan informasi. Dalam rangka menginstruksikan pada pasien tentang manifestasi klinis dari gangguan penyumbatan dengan dibuatnya lubang. Perawat juga menyarankan pada pasien dengan kolostomi untuk melaporkan adanya demam ataupun adanya serangan sakit yang timbul mendadak atau pun rasa berdenyut/ bergelombang pada sekitar stoma. Persiapan Psikososial Diagnosa kanker dapat menghentikan emosional klien dan keluarga atau orang penting lainnya, tetapi pengobatan di sambut sebab itu memberikan harapan dalam mengontrol penyakit. Perawat memeriksa reaksi sakit pasien dan persepsi dari interfensi yang di rencanakan. Reaksi pasien terhadap pembedahan ostomi,yang mana mungkin termasuk pengrusakan dan melibatkan : - Perasaan sakit hati terhadap yang lain - Perasaan kotor, dengan penurunan nilai rasa
  • 38. - Takut sebagai penolakan Perawat mengijinkan pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaannya. Dengan mengajarkan pasien bagaimana fisiknya mengatur ostomi, perawat membantu pasien dalam memperbaiki harga diri dan meningkatkan body image, yang mana memiliki peranan penting dalam hubungan yang kokoh dengan yang lain. Pemasukan keluarga dan orang lain yang penting dalam proses rehabilitasi, juga menolong mempertahankan persahabatan dan meningkatkan harga diri pasien. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata. Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.