SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERANAN MANAJEMEN KONFLIK PADA SUATU ORANISASI

                       RITHA F. DALIMUNTHE, SE, Msi, CD

                              Jurusan Manajemen
                               Fakultas Ekonomi
                           Universitas Sumatera Utara

                                  PENDAHULUAN
        Dalam sebuah organisai, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja
saling terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di
dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi
yang kurang baik. Demikian pula ketika suatu keputusan yang buruk dihasilkan,
komunikasi yang tidak efektif selalu menjadi kambing hitam.
        Para manajer bergantung kepada ketrampilan berkomunikasi mereka dalam
memperoleh informasi yang diperlukan dalam proses perumusan keputusan,
demikian pula untuk mensosialisasikan hasil keputusan tersebut kepada pihak-pihak
lain. Riset membuktikan bahwa manajer menghabiskan waktu sebanyak 80 persen
dari total waktu kerjanya untuk interaksi verbal dengan orang lain.
        Ketrampilan memproses informasi yang dituntut dari seorang manajer
termasuk kemampuan untuk mengirim dan menerima informasi ketika bertindak
sebagai monitor, juru bicara (Spekesperson), maupun penyusun strategi.
        Sudah menjadi tuntutan alam dalam posisi dan kewajiban sebagai manajer
untuk selalu dihadapkan pada konflik. Salah satu titik pening dari tugas seorang
manajer dalam melaksanakan komunikasi yang efektif didalam organisasi bisnis
yang ditanganinya adalah memastikan bahwa arti yang dimaksud dalam instruksi
yang diberikan akan sama dengan arti yang diterima olh penerima instruksi demikian
pula sebaliknya (the intended meaning of the same). Hal ini harus menjadi tujuan
seorang manejer dalam semua komunikasi yag dilakukannya.
        Dalam hal me-manage bawahannya, manajer selalu dihadapkan pada
penentuan tuntuan pekerjaan dari setiap jabatan yang dipegang dan ditangani oleh
bawahannya (role expectaties) dan konflik dapat menimbulkan ketegangan yang
akan berefleksi buruk kepada sikap kerja dan perilaku individual. Manajer yang baik
akan berusaha untuk meminimasasi konsukensi negatif ini dengan cara membuka
dan mempertahankan komunikasi dua arah yang efektif kepada setiap anggota
bawahannya. Disinilah manajer dituntut untuk memenuhi sisi lain dari ketrampilan
interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk menangani dan menyelesaikan konflik.
        Manajer menghabiskan 20 persen dari waktu kerja mereka berhadapan
dengan konflik. Dalam hal ini, manajer bisa saja sebagai pihak pertama yang
langsung terlibat dalam konflik tersebut, dan bisa saja sebagai pihak pertama yang
langsung terlibat dalam konflik tersebut, dan bisa pula sebagai mediator atau pihak
ketiga, yang perannya tidak lain dari menyelesaikan konflik antar pihak lain yang
mempengaruhi organisasi bisnis maupun individual yang terlibat di dalam organisasi
bisnis yang ditanganinya.
        Paper ini akan membahas apa yang dimaksud dengan konflik itu sendiri,
bagaimana konflik muncul dalam suatu organisasi, dan yang paling penting, cara-
cara untuk me-manage dan menyelesaikan konflik yang disebut juga manajemen
konflik.




© 2003 Digitized by USU digital library                                          1
KONFLIK DAN DEFENISINYA

       Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the
presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak
atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak,
sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-
masing.
       Subtantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan
kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi
kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan.
       Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya,
tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi
(personality clashes).

TINGKAT KONFLIK (LEVELS OF CONFLICT)
       Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam
empat tingkatan:
! Konflik dalam diri individu itu sendiri
       Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload jitu
   dimana ia dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan
   dapat pula terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia harus
   membuat keputusan yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik.
   Perspektif di bawah ini mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutip dari
   tulisan Thomas V. Banoma dan Gerald Zaltman dalam buku Psychology for
   Management:
   1. Appriach-approach conflict, yaitu situasi dimana seseorang harus memilih
       salah satu di antara beberapa alternatif yang sarna baiknya.
   2. Avoidance-avoidance conflict, yaitu keadaan dimana seseorang terpaksa
       memilih salah satu di antara beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya.
   3. Approach-avoidance conflict, merupakan suatu situasi dimana seseorang
       terdorong oleh keinginan yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi di sisi
       lain secara simultan selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek
       tidak menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu
       sendiri.
   4. Multiple aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi dimana seseorang
       terpaksa dihadapkan pada kasus kombinasi ganda dari approach-avoidance
       conflict.
! Konflik interpersonal, yang merupakan konflik antara satu individual dengan
   individual yang lain.
       Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun emotional, bahkan
   merupakan kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manajer dalam hal
   hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas manajerial itu sendiri
! Konflik intergrup
       Konflik intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi
   manapun, dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari
   kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus,
   hubungan integrup harus di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan
   kolaborasi dan menghindari semua konsekuensidisfungsional dari setiap konflik
   yang mungkin timbul.
! Konflik interorganisasi
       Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul di antara
   perusahaan-perusahaan swasta. Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitan



© 2003 Digitized by USU digital library                                           2
dengan isu yang lebih besar lagi, contohnya persetisihan antara serikat buruh
   dengan perusahaan. Dalam setiap kasus, potensi terjadinya konflik melibatkan
   individual yang mewakili organisasi secara keseluruhan, bukan hanya subunit
   internal atau group.

KONFLIK SEBAGAI SUATU PROSES
      Konflik merupakan proses yang dinamis, bukannya kondisi statis. Konflik
memiliki awal, dan melalui banyak tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan
yang baik untuk menggambarkan proses suatu konflik antara lainsebagai berikut :

1. Antecedent Conditions or latent Conflict
       Merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan, atau mengawali
sebuah episode konflik. Terkadang tindakan agresi dapat mengawali proses konflik.
Atecedent conditions dapat tidak terlihat, tidak begitu jelas di permukaan. Perlu
diingat bahwa kondisi-kondisi ini belum tentu mengawali proses suatu konflik.
Sebagai contoh, tekanan yang didapat departemen produksi suatu perusahaan untuk
menekan biaya bisa menjadi sumber frustasi ketika manager penjualan ingin agar
produksi ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang mendesak. Namun
demikian, konflik belum tentu muncul karena kedua belah pihak tidak berkeras
memenuhi keinginannya masing-masing. Disinilah dikatakan konflik bersifat laten,
yaitu berpotensi untuk muncul, tapi dalam kenyataannya tidak terjadi.

2. Perceived Conflict
        Agar konflik dapat berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa
mereka dalam keadaan terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam
ini, salah satu pihak dapat saja melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak
lain, namun tidak disadari sebagai ancaman. Seperti dalam kasus dia atas, bila
manager penjualan dan manager produksi memiliki kebijaksanaan bersama dalam
mengatasi masalah permintaan pasar yang mendesak, bukanya konflik yang akan
muncul melainkan kerjasama yang baik. Tetapi jika perilaku keduanya menimbulkan
perselisihan, proses konflik itu akan cenderung berlanjut.

3. Felt Conflict
        Persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Karena itulah jika orang merasakan
adanya perselisihan baik secara aktual maupun potensial, ketegangan, frustasi, rasa
marah, rasa takut, maupun kegusaran akan bertambah. Di sinilah mulai
diragukannya kepercayaan terhadap pihak lain, sehingga segala sesuatu dianggap
sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana untuk mengatasi situasi dan
ancaman tersebut.

4. Manifest Conflit
       Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap situasi
tersebut. Begitu banyak bentuk reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini;
argumentasi, tindakan agresif, atau bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan
penyelesaian masalah yang konstruktif.

5. Conflict Resolution or Suppression
       Conflict resolution atau hasil suatu konflik dapat muncul dalam berbagai cara.
Kedua belah pihak mungkin mencapai persetujuan yang mengakhiri konflik tersebut.
Mereka bahkan mungkin mulai mengambil langkah-langkah untuk mencegah
terulangnya konflik di masa yang akan datang. Tetapi terkadang terjadi pengacuan
(suppression) dari konflik itu sendiri. Hal ini terjadi jika kedua beJah pihak
menghindari terjadintya reaksi yang keras, atau mencoba mengacuhkan begitu saja



© 2003 Digitized by USU digital library                                            3
ketika terjadi perselisihan. Konflik juga dapat dikatakan selesai jika satu pihak
berhasil mengalahkan pihak yang lain.

6. Conflict Alternatif
        Ketika konflik terselesaikan, tetap ada perasaan yang tertinggal. Terkadang
perasaan lega dan harmoni yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang
dihasilkan dapat menjernihkan persoalan di antara kedua belah pihak dan dapat
meminimasik konflik-konflik yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tetapi
jika yang tertinggal adalah perasaan tidak enak dan ketidakpuasan, hal ini dapat
menjadi kondisi yang potensial untuk episode konflik yang selanjutnya. Pertanyaan
kunci adalah apakah pihak-pihak yang terlibat lebih dapat bekerjasama, atau malah
semakin jauh akibat terjadinya konflik.

                         PENYEBAB TERJADINYA KONFLlK
       Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor
penyebabnya diubah. Penyebab terjadinya konflik dikelompokkan dalam tiga kategori
besar, yaitu karateristik individual, beberapa kondisi umum yang muncul diantara
orang-orang dan group, serta desain dan struktur organisasi itu sendiri.

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL
       Berikut ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin
dapat melibatkan seseorang dalam konflik.
! Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs)
       Perasaan kita tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi
untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan
mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat
menciptakan ketegangan-ketegangan di antara individual dan group dalam suatu
organisasi. Sebagai contoh, ketua serikat pekerja cenderung untuk memiliki nilai-
nilai yang berbeda dengan para manager. Di satu sisi ketua serikat pekerja
mengutamakan kesejahteraan tenaga kerja, sedangkan di sisi yang lain manager
memandang maksimalisasi profit sebagai prioritas utama. Nilai juga bisa menjadi
alasan kenapa orang tertarik untuk bergabung dalam suatu struktur organisasi
tertentu. Orang-orang yang bekerja dalam susunan organisasi yang birokrasi
memiliki sikap yang berbeda dengan orang yang bekerja dalam struktur organisasi
yang dinamis. Dalam organisasi birokrat, orang-orang cenderung memiliki toleransi
yang rendah terhadap keterbukaan interprestasi, individualisme, dan nilai-nilai
profesional. Mereka cenderung tidak suka berhadapan dengan informasi vang
kompleks serta menilai otoritas hierarki dan kekuasaan berdasarkan posisi dalam
organisasi.

! Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality)
       Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara
kebutuhan dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada
perseteruan antar pribadi. Sering muncul kasus di mana orang-orang yang memiliki
kebutuhan kekuasaan dan prestasi yang tinggi cenderung untuk tidak begitu suka
bekerjasama dengan orang lain, karena mereka menganggap prestasi pribadi lebih
penting, sehingga hat ini tentu mempengaruhi pihak-pihak lain dalam organisasi
tersebut.

! Perbedaan Persepsi (Persptual Differences)
        Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Misalnya
saja, jika kita menganggap seseorang sebagai ancaman, kita dapat berubah menjadi
defensif terhadap orang tersebut. Di satu sisi, ia juga nganggap kita tidak



© 2003 Digitized by USU digital library                                            4
bersahabat, sehingga potensial terjadinya konflik muncul dengan sendirinya. Konflik
juga dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah, misalnya dengan men-
stereotype orang lain atau mengajukan tuduhan fundamental yang salah. Perbedaan
perstual sering di dalam situasi yang samar. Kurangnya informasi dan pengetahuan
mengenai suatu situasi mendorong persepsi untuk mengambil alih dalam
memberikan penilaian terhadap situasi tersebut.

FAKTOR SITUASI
! Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi (Opportunity and Need to Interact)
        Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di
antara pihak-pihak yang terlibat, semakin mengikat pula terjadinya konflik. Dalam
bentuk interaksi yang aktif dan kompleks seperti pengambilan keputusan bersama
(joint decision-making), potensi terjadinya koflik bahkan semakin meningkat.

! Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus)
       Ada banyak hal di mana para manager dari departemen yang berbeda harus
memiliki persetujuan bersama, hal ini menolong menekan konflik tingkat minimum.
Tetapi banyak pula hal dimana tiap-tiap departemen harus melakukan konsensus
bersama. Karena demikian banyak pihak yang terlibat dalam masalah-masalah
seperti ini, proses menuju tercapainya konsensus seringkali didahului dengan
munculnya konflik. Sampai setiap manager departemen yang terlibat setuju, banyak
kesulitan yang akan muncul.

! Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to
   Another)
       Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, lak
yang lain juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul.

! Perbedaan Status (Status Differences)
       Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang kongruen dengan
statusnya, konflik dapat muncul. Sebagai contoh dalam bisnis konstruksi, para
insinyur secara tipikal sering menolak ide-ide inovatif yang diajukan oleh diajukan
oleh juru gambar (Draftsmen) karena meraka menganggap juru gambar memiliki
status yang lebih rendah, sehingga tidak sepantasnya juru gambar menjadi sejajar
dalam proses desain suatu konstruksi.

! Rintangan Komunikasi (Communication Barriers)
        Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan
mudah menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi oleh pedang
bermata dua: tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik, tetapi
disisi lain, komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi potensi terjadinya
konflik. Sebagai contoh, informasi yang diterima mengenai pihak lain akan
menyebabkan orang dapat mengindentifikasi situasi perbedaan dalam hal nilai dan
kebutuhan. Hal ini dapat memulai konflik, sebenarnya dapat dihindari dengan
komunikasi yang lebih sedikit.

! Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous
    tesponsibilites and Jurisdictions)
       Orang-orang dengan jabatan dan tanggung ajwab yang jelas dapat
mengetahui apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi
ketidakjelasan tanggung jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi
semakin besar. Sebagai contoh, departemen penjualan terkadang menemukan dan



© 2003 Digitized by USU digital library                                          5
memesan material di saat departemen produksi mengklaim bahwa hal tersebut tidak
diperlukan. Bagian produksi kemudian akan menuduh departemen penjualan
melangkahi jurisdiksi mereka, sehingga konflik pun muncul tak henti-hentinya. Hal
ini dapat menyebabkan terlambatnya dipenuhi permintaan pasar, hilangnya
pelanggan, bahkan mogok kerja.


                                        PENUTUP
        Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manager sudah seharusnya
memiliki keterampilan komunikasi dan penanganan konflik yang tentunya dapat
membantu mereka mengimplementasikan keputusan-keputusan untuk mendukung
proses pencapaian tujuan suatu organsiasi. Untuk dapat mencapai hal ini, manager
harus dapat mengenali hambatan-hambatan yang dapat mengganggu efektivitas
komunikasi yang dapat memacu terjadinya konflik. Keterampilankomunikasi yang
baik dapat mengklarifikasi konflik yang timbul serta dapat memperkecil konsekuensi
negatif dari konflik itu sendiri terhadap individual dan organsiasi.
        Manager dituntut untuk memahami akar dari sebuah konflik, mendiagnosis
situasi konflik untuk dapat menemukan substansi spesifik dan perbedaan emosional
lainnya yang mendasari terjadinya konflik tersebut sehingga dapat ditemukan sebab-
sebab dari perbedaan ini.
        Orang menangani konflik dengan berbagai cara, tetapi hanya pendekatan
penyelesaian masalah yang dapat menghasilkan resolusi konflik yang murni.
Berbagai strategi manajer konflik harus diketahui oleh seorang manager, sehingga
dapat diputuskan strategi mana yang cocok untuk berbagai macam konflik yang
dihadapi.
        Pada akhirnya, hubungan interpersonal seorang manager menghadirkan
kesempatan untuk meningkatkan atau malah mengurangi kesuksesannya dalam
menangani konflik. Terlatihnya seorang manager dalam komunikasi dan proses
konflik akan menempatkan posisinya sebagai salah satu titik yang paling penting
dalam kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan.


                                DAFTAR PUSTAKA

Schermerhom, Jr, John R., James G. Hunt and Richard N. Osborn, Managing
     Organizational Behavior, John Wiley & Sons,lnc., New York, 1985.

Tosi, Henry L. John R. Rizzo,and Stephen J. Carrol. Managing Organizational
     Behavoir, Ballinger Publishing Company, Cambridge, Massachusetts, 1986.




© 2003 Digitized by USU digital library                                         6

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Konflik Pemasaran
Konflik PemasaranKonflik Pemasaran
Konflik Pemasaran
dewantimega
 
Pengaruh Konflik organisasi
Pengaruh Konflik organisasiPengaruh Konflik organisasi
Pengaruh Konflik organisasi
d2gt
 
manajemen konflik
manajemen konflikmanajemen konflik
manajemen konflik
vika
 
Kuliah 4
Kuliah   4Kuliah   4
Kuliah 4
ssjsk
 
OB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasi
OB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasiOB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasi
OB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasi
Andi Iswoyo
 
Perilaku organisasi manajemen konflik
Perilaku organisasi manajemen konflikPerilaku organisasi manajemen konflik
Perilaku organisasi manajemen konflik
salehsmknj
 
6 manajemen konflik
6   manajemen konflik6   manajemen konflik
6 manajemen konflik
audhie senas
 

Was ist angesagt? (20)

Konflik Pemasaran
Konflik PemasaranKonflik Pemasaran
Konflik Pemasaran
 
Pengaruh Konflik organisasi
Pengaruh Konflik organisasiPengaruh Konflik organisasi
Pengaruh Konflik organisasi
 
Yuyunnnnn
YuyunnnnnYuyunnnnn
Yuyunnnnn
 
Perilaku Organisasi Konflik dan negosiasi
Perilaku Organisasi Konflik dan negosiasi Perilaku Organisasi Konflik dan negosiasi
Perilaku Organisasi Konflik dan negosiasi
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
manajemen konflik
manajemen konflikmanajemen konflik
manajemen konflik
 
Kuliah pengantar manajemen konflik
Kuliah pengantar manajemen konflikKuliah pengantar manajemen konflik
Kuliah pengantar manajemen konflik
 
8 konflik-nego
8   konflik-nego8   konflik-nego
8 konflik-nego
 
Kuliah 4
Kuliah   4Kuliah   4
Kuliah 4
 
OB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasi
OB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasiOB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasi
OB2013 - chapter 12 konflik dan negosiasi
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
Konflik Management Keperawatan
Konflik Management KeperawatanKonflik Management Keperawatan
Konflik Management Keperawatan
 
MANAJEMEN KONFLIK DAN KOLABORASI
MANAJEMEN KONFLIK DAN KOLABORASIMANAJEMEN KONFLIK DAN KOLABORASI
MANAJEMEN KONFLIK DAN KOLABORASI
 
Makalah Manajemen Konflik
Makalah Manajemen KonflikMakalah Manajemen Konflik
Makalah Manajemen Konflik
 
Perilaku organisasi manajemen konflik
Perilaku organisasi manajemen konflikPerilaku organisasi manajemen konflik
Perilaku organisasi manajemen konflik
 
9. manajemen konflik
9. manajemen konflik9. manajemen konflik
9. manajemen konflik
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
6 manajemen konflik
6   manajemen konflik6   manajemen konflik
6 manajemen konflik
 
Manajemen konflik dalam_organisasi
Manajemen konflik dalam_organisasiManajemen konflik dalam_organisasi
Manajemen konflik dalam_organisasi
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 

Ähnlich wie Manajemen ritha5

Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna
Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna
Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna
Operator Warnet Vast Raha
 
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNAMenejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNAMenejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna
Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna
Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna
Operator Warnet Vast Raha
 
6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah
6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah
6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah
Sitti Hartinah
 
Konflik organisasi
Konflik organisasiKonflik organisasi
Konflik organisasi
Fokgusta
 

Ähnlich wie Manajemen ritha5 (20)

Menejemen konflik kelompok 3
Menejemen konflik kelompok 3Menejemen konflik kelompok 3
Menejemen konflik kelompok 3
 
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
 
Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna
Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna
Menejemen konflik kelompok 3 akbid paramata muna
 
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNAMenejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
 
Menejemen konflik kelompok 3
Menejemen konflik kelompok 3Menejemen konflik kelompok 3
Menejemen konflik kelompok 3
 
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNAMenejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
Menejemen konflik kelompok 3 AKPER PEMKAB MUNA
 
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Konflik dan Negosiasi
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Konflik dan NegosiasiTEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Konflik dan Negosiasi
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Konflik dan Negosiasi
 
Manajemen konflik
Manajemen konflikManajemen konflik
Manajemen konflik
 
Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna
Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna
Menejemen konflik akbid paramata muna akbid paramata muna
 
Menejemen konflik akbid paramata muna
Menejemen konflik akbid paramata muna Menejemen konflik akbid paramata muna
Menejemen konflik akbid paramata muna
 
6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah
6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah
6 manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah
 
Menejemen konflik
Menejemen konflikMenejemen konflik
Menejemen konflik
 
Makalah mengatasi dan menyelesaikan konflik dalam perusahaan
Makalah mengatasi dan menyelesaikan konflik dalam perusahaanMakalah mengatasi dan menyelesaikan konflik dalam perusahaan
Makalah mengatasi dan menyelesaikan konflik dalam perusahaan
 
Konflik organisasi
Konflik organisasiKonflik organisasi
Konflik organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
konflik-organisasi.ppt
konflik-organisasi.pptkonflik-organisasi.ppt
konflik-organisasi.ppt
 
Konflik Dalam Organisasi
Konflik Dalam OrganisasiKonflik Dalam Organisasi
Konflik Dalam Organisasi
 
Hubungan manaemen konflik dengan kinerja
Hubungan manaemen konflik dengan kinerjaHubungan manaemen konflik dengan kinerja
Hubungan manaemen konflik dengan kinerja
 
Bab 14
Bab 14Bab 14
Bab 14
 
Konflik
KonflikKonflik
Konflik
 

Manajemen ritha5

  • 1. PERANAN MANAJEMEN KONFLIK PADA SUATU ORANISASI RITHA F. DALIMUNTHE, SE, Msi, CD Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Dalam sebuah organisai, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik. Demikian pula ketika suatu keputusan yang buruk dihasilkan, komunikasi yang tidak efektif selalu menjadi kambing hitam. Para manajer bergantung kepada ketrampilan berkomunikasi mereka dalam memperoleh informasi yang diperlukan dalam proses perumusan keputusan, demikian pula untuk mensosialisasikan hasil keputusan tersebut kepada pihak-pihak lain. Riset membuktikan bahwa manajer menghabiskan waktu sebanyak 80 persen dari total waktu kerjanya untuk interaksi verbal dengan orang lain. Ketrampilan memproses informasi yang dituntut dari seorang manajer termasuk kemampuan untuk mengirim dan menerima informasi ketika bertindak sebagai monitor, juru bicara (Spekesperson), maupun penyusun strategi. Sudah menjadi tuntutan alam dalam posisi dan kewajiban sebagai manajer untuk selalu dihadapkan pada konflik. Salah satu titik pening dari tugas seorang manajer dalam melaksanakan komunikasi yang efektif didalam organisasi bisnis yang ditanganinya adalah memastikan bahwa arti yang dimaksud dalam instruksi yang diberikan akan sama dengan arti yang diterima olh penerima instruksi demikian pula sebaliknya (the intended meaning of the same). Hal ini harus menjadi tujuan seorang manejer dalam semua komunikasi yag dilakukannya. Dalam hal me-manage bawahannya, manajer selalu dihadapkan pada penentuan tuntuan pekerjaan dari setiap jabatan yang dipegang dan ditangani oleh bawahannya (role expectaties) dan konflik dapat menimbulkan ketegangan yang akan berefleksi buruk kepada sikap kerja dan perilaku individual. Manajer yang baik akan berusaha untuk meminimasasi konsukensi negatif ini dengan cara membuka dan mempertahankan komunikasi dua arah yang efektif kepada setiap anggota bawahannya. Disinilah manajer dituntut untuk memenuhi sisi lain dari ketrampilan interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk menangani dan menyelesaikan konflik. Manajer menghabiskan 20 persen dari waktu kerja mereka berhadapan dengan konflik. Dalam hal ini, manajer bisa saja sebagai pihak pertama yang langsung terlibat dalam konflik tersebut, dan bisa saja sebagai pihak pertama yang langsung terlibat dalam konflik tersebut, dan bisa pula sebagai mediator atau pihak ketiga, yang perannya tidak lain dari menyelesaikan konflik antar pihak lain yang mempengaruhi organisasi bisnis maupun individual yang terlibat di dalam organisasi bisnis yang ditanganinya. Paper ini akan membahas apa yang dimaksud dengan konflik itu sendiri, bagaimana konflik muncul dalam suatu organisasi, dan yang paling penting, cara- cara untuk me-manage dan menyelesaikan konflik yang disebut juga manajemen konflik. © 2003 Digitized by USU digital library 1
  • 2. KONFLIK DAN DEFENISINYA Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing- masing. Subtantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes). TINGKAT KONFLIK (LEVELS OF CONFLICT) Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam empat tingkatan: ! Konflik dalam diri individu itu sendiri Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload jitu dimana ia dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia harus membuat keputusan yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik. Perspektif di bawah ini mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan Thomas V. Banoma dan Gerald Zaltman dalam buku Psychology for Management: 1. Appriach-approach conflict, yaitu situasi dimana seseorang harus memilih salah satu di antara beberapa alternatif yang sarna baiknya. 2. Avoidance-avoidance conflict, yaitu keadaan dimana seseorang terpaksa memilih salah satu di antara beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya. 3. Approach-avoidance conflict, merupakan suatu situasi dimana seseorang terdorong oleh keinginan yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi di sisi lain secara simultan selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu sendiri. 4. Multiple aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi dimana seseorang terpaksa dihadapkan pada kasus kombinasi ganda dari approach-avoidance conflict. ! Konflik interpersonal, yang merupakan konflik antara satu individual dengan individual yang lain. Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun emotional, bahkan merupakan kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manajer dalam hal hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas manajerial itu sendiri ! Konflik intergrup Konflik intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun, dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan integrup harus di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua konsekuensidisfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul. ! Konflik interorganisasi Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul di antara perusahaan-perusahaan swasta. Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitan © 2003 Digitized by USU digital library 2
  • 3. dengan isu yang lebih besar lagi, contohnya persetisihan antara serikat buruh dengan perusahaan. Dalam setiap kasus, potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang mewakili organisasi secara keseluruhan, bukan hanya subunit internal atau group. KONFLIK SEBAGAI SUATU PROSES Konflik merupakan proses yang dinamis, bukannya kondisi statis. Konflik memiliki awal, dan melalui banyak tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan yang baik untuk menggambarkan proses suatu konflik antara lainsebagai berikut : 1. Antecedent Conditions or latent Conflict Merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan, atau mengawali sebuah episode konflik. Terkadang tindakan agresi dapat mengawali proses konflik. Atecedent conditions dapat tidak terlihat, tidak begitu jelas di permukaan. Perlu diingat bahwa kondisi-kondisi ini belum tentu mengawali proses suatu konflik. Sebagai contoh, tekanan yang didapat departemen produksi suatu perusahaan untuk menekan biaya bisa menjadi sumber frustasi ketika manager penjualan ingin agar produksi ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang mendesak. Namun demikian, konflik belum tentu muncul karena kedua belah pihak tidak berkeras memenuhi keinginannya masing-masing. Disinilah dikatakan konflik bersifat laten, yaitu berpotensi untuk muncul, tapi dalam kenyataannya tidak terjadi. 2. Perceived Conflict Agar konflik dapat berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka dalam keadaan terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini, salah satu pihak dapat saja melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain, namun tidak disadari sebagai ancaman. Seperti dalam kasus dia atas, bila manager penjualan dan manager produksi memiliki kebijaksanaan bersama dalam mengatasi masalah permintaan pasar yang mendesak, bukanya konflik yang akan muncul melainkan kerjasama yang baik. Tetapi jika perilaku keduanya menimbulkan perselisihan, proses konflik itu akan cenderung berlanjut. 3. Felt Conflict Persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Karena itulah jika orang merasakan adanya perselisihan baik secara aktual maupun potensial, ketegangan, frustasi, rasa marah, rasa takut, maupun kegusaran akan bertambah. Di sinilah mulai diragukannya kepercayaan terhadap pihak lain, sehingga segala sesuatu dianggap sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana untuk mengatasi situasi dan ancaman tersebut. 4. Manifest Conflit Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap situasi tersebut. Begitu banyak bentuk reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini; argumentasi, tindakan agresif, atau bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah yang konstruktif. 5. Conflict Resolution or Suppression Conflict resolution atau hasil suatu konflik dapat muncul dalam berbagai cara. Kedua belah pihak mungkin mencapai persetujuan yang mengakhiri konflik tersebut. Mereka bahkan mungkin mulai mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya konflik di masa yang akan datang. Tetapi terkadang terjadi pengacuan (suppression) dari konflik itu sendiri. Hal ini terjadi jika kedua beJah pihak menghindari terjadintya reaksi yang keras, atau mencoba mengacuhkan begitu saja © 2003 Digitized by USU digital library 3
  • 4. ketika terjadi perselisihan. Konflik juga dapat dikatakan selesai jika satu pihak berhasil mengalahkan pihak yang lain. 6. Conflict Alternatif Ketika konflik terselesaikan, tetap ada perasaan yang tertinggal. Terkadang perasaan lega dan harmoni yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan persoalan di antara kedua belah pihak dan dapat meminimasik konflik-konflik yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tetapi jika yang tertinggal adalah perasaan tidak enak dan ketidakpuasan, hal ini dapat menjadi kondisi yang potensial untuk episode konflik yang selanjutnya. Pertanyaan kunci adalah apakah pihak-pihak yang terlibat lebih dapat bekerjasama, atau malah semakin jauh akibat terjadinya konflik. PENYEBAB TERJADINYA KONFLlK Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor penyebabnya diubah. Penyebab terjadinya konflik dikelompokkan dalam tiga kategori besar, yaitu karateristik individual, beberapa kondisi umum yang muncul diantara orang-orang dan group, serta desain dan struktur organisasi itu sendiri. KARAKTERISTIK INDIVIDUAL Berikut ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin dapat melibatkan seseorang dalam konflik. ! Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs) Perasaan kita tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat menciptakan ketegangan-ketegangan di antara individual dan group dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, ketua serikat pekerja cenderung untuk memiliki nilai- nilai yang berbeda dengan para manager. Di satu sisi ketua serikat pekerja mengutamakan kesejahteraan tenaga kerja, sedangkan di sisi yang lain manager memandang maksimalisasi profit sebagai prioritas utama. Nilai juga bisa menjadi alasan kenapa orang tertarik untuk bergabung dalam suatu struktur organisasi tertentu. Orang-orang yang bekerja dalam susunan organisasi yang birokrasi memiliki sikap yang berbeda dengan orang yang bekerja dalam struktur organisasi yang dinamis. Dalam organisasi birokrat, orang-orang cenderung memiliki toleransi yang rendah terhadap keterbukaan interprestasi, individualisme, dan nilai-nilai profesional. Mereka cenderung tidak suka berhadapan dengan informasi vang kompleks serta menilai otoritas hierarki dan kekuasaan berdasarkan posisi dalam organisasi. ! Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality) Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara kebutuhan dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan antar pribadi. Sering muncul kasus di mana orang-orang yang memiliki kebutuhan kekuasaan dan prestasi yang tinggi cenderung untuk tidak begitu suka bekerjasama dengan orang lain, karena mereka menganggap prestasi pribadi lebih penting, sehingga hat ini tentu mempengaruhi pihak-pihak lain dalam organisasi tersebut. ! Perbedaan Persepsi (Persptual Differences) Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Misalnya saja, jika kita menganggap seseorang sebagai ancaman, kita dapat berubah menjadi defensif terhadap orang tersebut. Di satu sisi, ia juga nganggap kita tidak © 2003 Digitized by USU digital library 4
  • 5. bersahabat, sehingga potensial terjadinya konflik muncul dengan sendirinya. Konflik juga dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah, misalnya dengan men- stereotype orang lain atau mengajukan tuduhan fundamental yang salah. Perbedaan perstual sering di dalam situasi yang samar. Kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai suatu situasi mendorong persepsi untuk mengambil alih dalam memberikan penilaian terhadap situasi tersebut. FAKTOR SITUASI ! Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi (Opportunity and Need to Interact) Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di antara pihak-pihak yang terlibat, semakin mengikat pula terjadinya konflik. Dalam bentuk interaksi yang aktif dan kompleks seperti pengambilan keputusan bersama (joint decision-making), potensi terjadinya koflik bahkan semakin meningkat. ! Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus) Ada banyak hal di mana para manager dari departemen yang berbeda harus memiliki persetujuan bersama, hal ini menolong menekan konflik tingkat minimum. Tetapi banyak pula hal dimana tiap-tiap departemen harus melakukan konsensus bersama. Karena demikian banyak pihak yang terlibat dalam masalah-masalah seperti ini, proses menuju tercapainya konsensus seringkali didahului dengan munculnya konflik. Sampai setiap manager departemen yang terlibat setuju, banyak kesulitan yang akan muncul. ! Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to Another) Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, lak yang lain juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul. ! Perbedaan Status (Status Differences) Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang kongruen dengan statusnya, konflik dapat muncul. Sebagai contoh dalam bisnis konstruksi, para insinyur secara tipikal sering menolak ide-ide inovatif yang diajukan oleh diajukan oleh juru gambar (Draftsmen) karena meraka menganggap juru gambar memiliki status yang lebih rendah, sehingga tidak sepantasnya juru gambar menjadi sejajar dalam proses desain suatu konstruksi. ! Rintangan Komunikasi (Communication Barriers) Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan mudah menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi oleh pedang bermata dua: tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik, tetapi disisi lain, komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi potensi terjadinya konflik. Sebagai contoh, informasi yang diterima mengenai pihak lain akan menyebabkan orang dapat mengindentifikasi situasi perbedaan dalam hal nilai dan kebutuhan. Hal ini dapat memulai konflik, sebenarnya dapat dihindari dengan komunikasi yang lebih sedikit. ! Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous tesponsibilites and Jurisdictions) Orang-orang dengan jabatan dan tanggung ajwab yang jelas dapat mengetahui apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi ketidakjelasan tanggung jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi semakin besar. Sebagai contoh, departemen penjualan terkadang menemukan dan © 2003 Digitized by USU digital library 5
  • 6. memesan material di saat departemen produksi mengklaim bahwa hal tersebut tidak diperlukan. Bagian produksi kemudian akan menuduh departemen penjualan melangkahi jurisdiksi mereka, sehingga konflik pun muncul tak henti-hentinya. Hal ini dapat menyebabkan terlambatnya dipenuhi permintaan pasar, hilangnya pelanggan, bahkan mogok kerja. PENUTUP Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manager sudah seharusnya memiliki keterampilan komunikasi dan penanganan konflik yang tentunya dapat membantu mereka mengimplementasikan keputusan-keputusan untuk mendukung proses pencapaian tujuan suatu organsiasi. Untuk dapat mencapai hal ini, manager harus dapat mengenali hambatan-hambatan yang dapat mengganggu efektivitas komunikasi yang dapat memacu terjadinya konflik. Keterampilankomunikasi yang baik dapat mengklarifikasi konflik yang timbul serta dapat memperkecil konsekuensi negatif dari konflik itu sendiri terhadap individual dan organsiasi. Manager dituntut untuk memahami akar dari sebuah konflik, mendiagnosis situasi konflik untuk dapat menemukan substansi spesifik dan perbedaan emosional lainnya yang mendasari terjadinya konflik tersebut sehingga dapat ditemukan sebab- sebab dari perbedaan ini. Orang menangani konflik dengan berbagai cara, tetapi hanya pendekatan penyelesaian masalah yang dapat menghasilkan resolusi konflik yang murni. Berbagai strategi manajer konflik harus diketahui oleh seorang manager, sehingga dapat diputuskan strategi mana yang cocok untuk berbagai macam konflik yang dihadapi. Pada akhirnya, hubungan interpersonal seorang manager menghadirkan kesempatan untuk meningkatkan atau malah mengurangi kesuksesannya dalam menangani konflik. Terlatihnya seorang manager dalam komunikasi dan proses konflik akan menempatkan posisinya sebagai salah satu titik yang paling penting dalam kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Schermerhom, Jr, John R., James G. Hunt and Richard N. Osborn, Managing Organizational Behavior, John Wiley & Sons,lnc., New York, 1985. Tosi, Henry L. John R. Rizzo,and Stephen J. Carrol. Managing Organizational Behavoir, Ballinger Publishing Company, Cambridge, Massachusetts, 1986. © 2003 Digitized by USU digital library 6