SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 54
HUKUM ACARA PERDATA




    PENGANTAR HUKUM INDONESIA
HUKUM ACARA PERDATA

P E N D A H U L U A N


    PENGAJUAN GUGATAN DAN PERMOHONAN


       PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN


        P E M B U K T I A N


       P U T U S A N


     PELAKSANAAN       PUTUSAN


UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN

              2                Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PENDAHULUAN



   3   Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PENGERTIAN
                HUKUM ACARA PERDATA
 Sudikno Mertokusumo
  Hukum Acara Perdata adalah peraturan
  hukum yg mengatur bagaimana caranya
  menjamin ditaatinya hukum perdata materiil
  dengan perantaraan hakim.
 Retnowulan Sutantio
  Hukum Acara Perdata disebut juga hukum
  perdata formil yaitu kesemuanya kaidah
  hukum yg menentukan dan mengatur cara
  bagaimana melaksanakan hak-hak dan
  kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana
  yg diatur dalam hukum perdata materiil

                4            Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
SIFAT
             HUKUM ACARA PERDATA



 Bersifat mengikat / memaksa

 Adanya perkara bergantung pada
  inisiatif penggugat




             5          Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
SUMBER
                                     HUKUM ACARA PERDATA
     Sumber hukum  tempat kita menggali hukum
     Sumber Hukum Acara Perdata :

1.    HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) / Reglemen Indonesia yg diperbaharui : S. 1848 no.
      16, S. 1941 no. 44  u/ daerah Jawa dan Madura
2.    Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten) / Reglemen daerah seberang : S. 1927 no. 227  u/ luar
      Jawa dan Madura
3.    Rv (Reglement op de Burgerlijke rechtsvordering) : S. 1847 no. 52, S. 1849 no. 63  u/ gol.
      Eropa
4.    RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in hed beleid der Justitie in Indonesie) / Reglemen
      tentang Organisasi Kehakiman : S. 1847 no. 23
5.    BW (Burgerlijk Wetboek) terutama Buku ke IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa
6.    WvK (Wetboek van Koophandel)
7.    UU 20/1947 yg mengatur mengenai hukum acara perdata dalam hal banding bagi Pengadilan
      Tinggi  u/ daerah Jawa dan Madura
8.    SEMA 3/1963
9.    UU 14/1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman jo. UU 4/2004 tentang
      Kekuasaan Kehakiman
10.   UU 1/1974 tentang Perkawinan
11.   PP 9/1975 tentang Pelaksanaan UU 1/1974 tentang Perkawinan
12.   UU 7/1989 tentang Peradilan Agama jo. UU 3/2006
13.   UU 14/1985 tentang Mahkamah Agung jo. UU 5/2004
14.   UU 2/1986 tentang Peradilan Umum jo UU 8/2004
15.   UU 5/1986 tentang PTUN
16.   UU 31/1997 tentang Peradilan Militer
17.   UU 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi
18.   Yurisprudensi
19.   Adat kebiasaan para hakim dalam melakukan pemeriksaan perkara perdata
20.   Perjanjian Internasional, misal : Perjanjian Kerja Sama di bidang peradilan antara RI dgn
      Thailand
21.   Doktrin atau ilmu pengetahuan
22.                                      6
      Instruksi & SEMA sepanjang mengatur hukum acara perdata Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
                                                                    & hukum perdata materiil
FUNGSI
            HUKUM ACARA PERDATA



 Melaksanakan dan mempertahankan
  atau menegakkan hukum perdata
  materiil dengan perantaraan
  kekuasaan negara (peradilan)




            7         Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
ASAS – ASAS
                 HUKUM ACARA PERDATA


1.   Hakim bersifat menunggu
2.   Hakim pasif
3.   Sifat terbukanya persidangan
4.   Mendengar kedua belah pihak
5.   Putusan harus disertai alasan – alasan
6.   Beracara dikenakan biaya
7.   Tidak ada keharusan mewakilkan




                  8           Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PENGAJUAN
GUGATAN DAN PERMOHONAN




        9     Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
GUGATAN DAN PERMOHONAN

 Ada 2 perkara yg diajukan yg diajukan
  ke pengadilan yaitu Gugatan dan
  permohonan
       GUGATAN          PERMOHONAN
  Terdapat pihak   Diajukan o/ seorang
  penggugat & pihak pemohon/lebih scr
  tergugat          bersama-sama

  Terdapat suatu   Tidak ada suatu
  sengketa atau     sengketa atau konflik
  konflik

               10          Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
KEWENANGAN MUTLAK dan
                     KEWENANGAN RELATIF
 Dalam Hukum Acara Perdata dikenal 2 macam
  kewenangan :

1.   Kewenangan Mutlak (Absolute Competentie) 
     menyangkut pembagian kekuasaan antar badan-
     badan peradilan, dilihat dari macamnya pengadilan
     menyangkut pemberian kekuasaan u/ mengadili
     (attributie van rechtsmacht)
2.   Kewenangan relatif (Relative Competentie) 
     mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara
     pengadilan yg serupa, tergantung dari tempat
     tinggal tergugat  Ps. 118 HIR
      azas “Actor Sequitur Forum Rei”  yg
     berwenang adalah PN tempat tinggal tergugat


                     11             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
GUGAT LISAN dan GUGAT TERTULIS

 Ps. 118 HIR  gugatan harus diajukan
  secara tertulis dengan “surat gugatan” yg
  di-ttd o/ penggugat atau wakil/kuasanya yg
  sah.
 Ps. 120 HIR  bagi mereka yg buta huruf,
  gugatan dilakukan secara lisan melalui
  Ketua PN yg berwenang u/ mengadili
  perkara itu, Ketua PN akan
  membuat/menyuruh membuat gugatan tsb.
 Ps. 121 (4) HIR  Setelah surat gugatan
  atau gugat lisan dibuat, harus didaftarkan di
  Kepaniteraan PN yg bersangkutan serta
  membayar uang perkara.


                 12            Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PEMERIKSAAN
DI PERSIDANGAN



     13   Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Penggugat mengajukan    Didaftar                                    Penetapan & Penunjukann
 gugatan & melunasi                     Kepaniteraan PN             Majelis Hakim o/ Ketua PN
    biaya perkara




                                                           Majelis Hakim :
     Penyerahan Surat Panggilan Sidang                     1. Menetapkan tgl. Hari sidang;
          & Salinan Surat Gugatan                          2. Memanggil para pihak pd
         kpd Para Pihak o/ Juru Sita.                         hari sidang dgn membawa
                                                              saksi-saksi & bukti-bukti.




         Juru Sita menyerahkan
                                                          PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
            Risalah (Relaas)
                                                               DI PERSIDANGAN
       Panggilan kpd Majelis Hakim.


                                   14                         Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PUTUSAN GUGUR
 Suatu perkara perdata dpt diputus scr :
  1.  contradictoir (kedua belah pihak hadir di persidangan); atau
  2.  di luar hadirnya salah 1 pihak yg berperkara.
      merealisir asas : “audi et alteram partem”  kepentingan kedua pihak
  harus diperhatikan

 Apabila penggugat tdk datang pd hari sidang yg ditetapkan & tdk pula
  mengirim wakilnya menghadap meski telah dipanggil scr patut o/ Juru
  Sita, maka dapat dilakukan pemanggilan kedua. (Ps. 126 HIR; Ps. 150 Rv)

 Apabila setelah pemanggilan kedua, penggugat/wakilnya tdk hadir sedang
  tergugat hadir, maka u/ kepentingan tergugat, haruslah dijatuhi putusan.
  Dalam hal ini gugatan penggugat dinyatakan gugur serta dihukum
  membayar biaya perkara (Ps. 124 HIR; Ps. 148 Rbg).

 Dlm putusan gugur, isi gugatan tdk diperiksa, shg putusan gugur itu tdk
  mengenai isi gugatan.

 Kpd penggugat diberi kesempatan u/ mengajukan gugatan lg dgn
  membayar biaya perkara.

 Apabila penggugat pd hr pertama sidang hadir, tp pd hr sidang berikutnya
  tdk hadir, mk perkara diperiksa scr contradictoir.
                             15                 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
VERSTEK (PUTUSAN DILUAR HADIR)

 Apabila tergugat tdk hadir stl dipanggil scr
  patut, mk gugatan dikabulkan dgn putusan
  diluar hadir atau verstek, kecuali kalau gugatan
  itu melawan hak atau tdk beralasan.

 Kapan boleh dijatuhkan putusan verstek ?

  Ps. 125 HIR; Ps. 149 Rbg  ada 2 pendapat :
  1. pd hr sidang pertama;
  2. tdk hanya pd hr sidang pertama;

  Ps. 126 HIR; Ps. 150 Rbg  memberi peluang
  pemanggilan kedua.

  “HIR tdk mewajibkan tergugat u/ datang di
  persidangan.”
                   16            Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan …..
 VERSTEK (PUTUSAN DILUAR HADIR)
    Putusan verstek tdk berarti selalu dikabulkannya gugatan
     penggugat. Krn pd hakekatnya lembaga verstek bertujuan
     merealisir asas “audi et alteram partem”, shg seharusnya scr
     ex officio hakim harus mempelajari isi gugatan.

1.   Jika gugatan tdk bersandarkan hukum, yaitu apabila peristiwa2
     sbg dasar tuntutan tdk membenarkan tuntutan, mk gugatan akan
     dinyatakan tdk diterima. Putusan tdk diterima ini bermaksud
     menolak gugatan diluar pokok perkara, shg di kmd hr penggugat
     masih dpt mengajukan lg gugatannya.
2.   Jika gugatan tdk beralasan, yaitu apabila tdk diajukan peristiwa2
     yg membenarkan tuntutan, mk gugatan akan ditolak. Penolakan
     mrpk putusan stl hakim mempertimbangkan pokok perkara, shg tdk
     terbuka lg kesempatan u/ mengajukan gugatan tsb u/ kedua kalinya
     kpd hakim yg sama (nebis in idem).

    Dlm putusan verstek dimana penggugat dikalahkan,
     penggugat dpt mengajukan banding.

    Dalam putusan verstek, kalau tergugat hadir pd sidang
     pertama tp tdk hadir pd sidang berikutnya, mk perkaranya
     diperiksa scr contradictoir.

                          17                  Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PERDAMAIAN

 Apabila pd hr sidang pertama kedua belah pihak
  hadir, mk hakim harus berusaha mendamaikan
  mereka (Ps. 130 HIR; Ps. 154 Rbg)

 Demi perdamaian ini, hakim akan mengundur sidang,
  & pd hr sidang berikutnya apabila tjd perdamaian,
  mk harus dinyatakan dlm surat perjanjian dibawah
  tangan yg ditulis di atas kertas bermeterai. Demikian
  sbg dasar bg hakim menjatuhkan putusan, yg isinya
  menghukum kedua belah pihak u/ memenuhi isi
  perdamaian yg telah dibuat diantara pr pihak.

 Apabila tjd perdamaian, mk tdk dimungkinkan u/
  dilaksanakan banding.

 Usaha perdamaian terbuka sepanjang pemeriksaan
  di persidangan.
                    18              Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
JAWABAN

 Ps. 121 ayat 2 HIR; Ps. 145 ayat 2 Rbg  tergugat dpt
  menjawab baik scr tertulis maupun lisan.
 Bentuk Jawaban :
  1. Pengakuan  membenarkan isi gugatan penggugat,
      baik sebagian maupun seluruhnya.
  2. bantahan (verweer)  pd hakekatnya bertujuan
      agar gugatan penggugat ditolak. Bantahan ada 2
  macam :
      a. Tangkisan/Eksepsi  suatu sanggahan /
         bantahan dr pihak tergugat thd gugatan penggugat
         yg tdk langsung mengenai pokok perkara, yg berisi
         tuntutan batalnya gugatan.
      b. Sangkalan  sanggahan yg berhubungan dgn
         pokok perkara.
 Akibat hukum dr adanya jawaban : penggugat tdk
  diperkenankan mencabut gugatannya, kecuali dgn
  persetujuan tergugat.
                      19              Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PEMBUKTIAN




   20   Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
ARTI

    “Membuktikan” mengandung beberapa pengertian :
1.   Dalam arti logis  memberi kepastian yg bersifat
     mutlak, krn berlaku bagi setiap orang & tdk
     memungkinkan adanya bukti lawan.
2.   Dalam arti konvensionil  memberi kepastian yg
     bersifat nisbi/relatif, baik berdasarkan perasaan
     belaka maupun pertimbangan akal.
3.   Dalam hukum acara perdata mempunyai arti yuridis
      memberi dasar-dasar yg cukup kpd hakim yg
     memeriksa perkara guna memberi kepastian ttg
     kebenaran peristiwa yg diajukan
      hanya berlaku bagi pihak-pihak yg berperkara
     atau yg memperoleh hak dari mereka
      tdk menuju kpd kebenaran mutlak
      mrpk pembuktian historis

                     21             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
TUJUAN




 Tujuan Pembuktian  putusan hakim
  yg didasarkan atas pembuktian tsb




             22        Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
BEBAN PEMBUKTIAN

 Hakim membebani para pihak dengan
  pembuktian (bewijs last, burden of proof)
 Asas pembagian beban pembuktian 
  “barang siapa yg mengaku mempunyai hak
  atau yg mendasarkan pada suatu peristiwa
  u/ menguatkan haknya itu atau u/
  menyangkal hak orang lain, harus
  membuktikan adanya hak atau peristiwa
  itu”  Ps. 163 HIR (Ps. 283 Rbg, Ps. 1865
  BW)
  artinya : baik penggugat maupun tergugat
  dpt dibebani dgn pembuktian, terutama
  penggugat wajib membuktikan peristiwa yg
  diajukannya, sedang tergugat berkewajiban
  membuktikan bantahannya.
                23          Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
ALAT – ALAT BUKTI

    Paton  alat bukti dapat bersifat oral, documentary
     atau material.

    Macam-macam alat bukti dalam hukum acara
     perdata (Ps. 164 HIR, 284 Rbg, 1866 BW), a.l. :

1.   Alat Bukti Tertulis
2.   Saksi-saksi
3.   Persangkaan
4.   Pengakuan (Bekentenis Confession)
5.   Sumpah

     Alat bukti lain :

6.   Pemeriksaan setempat (descente)
7.   Keterangan Ahli (Expertise)

                         24          Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Alat Bukti Tertulis

 Dasar hukum :
  Ps. 138, 165, 167 HIR; Ps. 164,
  285 – 305 Rbg; S 1867 no. 29;
  Ps. 1867 – 1894 KUHPerdata;
  Ps. 138 – 147 Rv.
 Alat bukti tertulis  surat

                                        AKTA OTENTIK
                       AKTA
                                           AKTA
     SURAT                            DIBAWAH TANGAN


                   BUKAN AKTA


                  25                Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Saksi-saksi
   Dasar Hukum : Ps. 139-152, 168-172 HIR; Ps. 165-179 Rbg; Ps. 1895, 1902-1912 BW
   Kesaksian adalah kepastian yg diberikan kpd hakim di persidangan tentang peristiwa yg
    disengketakan dgn jalan pemberitahuan secara lisan & pribadi o/ orang yg bukan salah 1
    pihak dlm perkara, yg dipanggil di persidangan
   Ps. 139 HIR, 165 Rbg, 1909 BW  setiap orang yg bukan salah 1 pihak dapat bertindak sbg
    saksi, kecuali :
    I. segolongan orang yg dianggap tdk mampu bertindak sbg saksi :
       a. tidak mampu secara mutlak (absolut)
            1. keluarga sedara & keluarga semenda menurut keturunan yg lurus dr salah 1
               pihak  Ps. 145 (1) sub 1 HIR, 172 (1) Sub 1 Rbg, 1910 alinea 1 BW
            2. suami/istri salah 1 pihak, meski sudah cerai  Ps. 145 (1) sub 2 HIR, 172 (1)
               Sub 3 Rbg, 1910 alinea 1 BW
        b. tidak mampu secara nisbi (relatif)
            1. anak-anak dibawah 15 th  Ps. 145 (1) sub 3 jo. (4) HIR, 172 (1) Sub 4 jo. 173
               Rbg, 1912 BW
            2. orang gila  Ps. 145 (1) sub 4 HIR, 172 (1) Sub 5 Rbg, 1912 BW
    II. Segolongan orang yg a/ permintaan mereka sendiri dibebaskan memberi kesaksian 
        hak ingkar (verschoningsrecht)  Ps. 146 HIR, 174 Rbg, 1909 alinea 2 BW :
        a. saudara pa & pi serta ipar pa & pi dr salah 1 pihak
        b. keluarga sedarah menurut keturunan yg lurus & saudara pa & pi dr suami/istri
           salah 1 pihak
        c. semua orang yg krn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah wajib
           mempunyai rahasia sehubungan dgn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah itu
   Ps. 169 HIR, 306 Rbg, 1905 BW  azas “unus testis nullus testis”  satu saksi bukan saksi
   Ps. 171 (2) HIR, 308 (2) Rbg, 1907 BW  keterangan yg diberikan o/ saksi harus tentang
    peristiwa atau kejadian yg dialaminya sendiri
   Kewajiban seorang saksi : menghadap, bersumpah, memberi keterangan
   Sifat kesaksian sbg alat bukti : tidak memaksa
                                    26                      Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Persangkaan

 Dasar Hukum : Ps. 164, 173 HIR; Ps. 284, 310 Rbg; Ps.
  1866, 1915 - 1922 KUHPerdata.

 Pasal 1915 KUHPerdata  Persangkaan ialah
  kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh Hakim
  ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah
  suatu peristiwa yang tidak diketahui umum. Ada dua
  persangkaan, yaitu persangkaan yang berdasarkan
  undang-undang dan persangkaan yang tidak berdasarkan
  undang-undang.

 Ps. 173 HIR (Ps. 310 Rbg)  hanya mengatur
  persangkaan yg didasarkan a/ kenyataan atau
  praesumptiones facti (feitelijke atau rechterlijke
  vermoedens).



                       27                Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Pengakuan (Bekentenis Confession)
    Dasar hukum : HIR (Ps. 174, 175, 176), Rbg (Ps. 311, 312, 313),
     BW (Ps. 1923 – 1928).
    Pengakuan mrpk keterangan yg membenarkan peristiwa, hak
     atau hubungan hukum yg diajukan o/ lawan.
    Ps. 1923 BW membedakan antara pengakuan yg diberikan di
     muka hakim di persidangan (Ps. 174 HIR, 311 Rbg, 1925 & 1926
     BW) & pengakuan yg diberikan di luar persidangan (Ps. 175 HIR,
     312 Rbg, 1927 & 1928 BW).
    Ps. 176 HIR, Ps. 313 Rbg, Ps. 1924 BW  pengakuan tdk boleh
     dipisah-pisahkan (onsplitsbare aveu).
    Ilmu pengetahuan membagi pengakuan mjd 3 :
1.   Pengakuan murni (aveu pur et-simple), ialah pengakuan yg
     sifatnya sederhana & sesuai sepenuhnya dgn tuntutan pihak
     lawan.
2.   Pengakuan dgn kualifikasi (gequalificeerde bekentenis, aveu
     qualifie), ialah pengakuan yg disertai dgn sangkalan thd sebagian
     dr tuntutan.
3.   Pengakuan dgn klausula (geclausuleerde bekentenis, aveu
     complexe), ialah suatu pengakuan yg disertai dgn keterangan
     tambahan yg bersifat membebaskan.

     Pengakuan dgn kualifikasi maupun dgn klausula harus diterima
     dgn bulat & tdk boleh dipisah-pisahkan dr keterangan
     tambahannya  onsplitsbare aveu.
                           28                  Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan … Pengakuan : Pengakuan yg
     diberikan di muka hakim di persidangan
 Pengakuan yg diberikan di muka hakim di
  persidangan (gerechtelijke bekentenis),
  mrpk keterangan sepihak, baik tertulis
  maupun lisan yg tegas & dinyatakan o/
  salah 1 pihak dalam perkara di persidangan,
  yg membenarkan baik seluruhnya atau
  sebagian dr suatu peristiwa, hak atau
  hubungan hukum yg diajukan o/ lawannya,
  yg mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut
  o/ hakim mjd tidak diperlukan.

 Ps. 1926 BW  pengakuan yg diberikan di
  muka hakim di persidangan tidak dapat
  ditarik kembali, kecuali apabila terbukti
  bahwa pengakuan itu adalah akibat dr suatu
  kesesatan atau kekeliruan.

                 29          Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan … Pengakuan : Pengakuan
         yg diberikan di luar persidangan
    Pengakuan yg diberikan di luar persidangan adalah
     keterangan yg diberikan o/ salah 1 pihak dlm suatu
     perkara perdata di luar persidangan u/
     membenarkan pernyataan-pernyataan yg diberikan
     o/ lawannya.

    Pengakuan yg diberikan di luar persidangan :

1.   Lisan  kekuatan pembuktian diserahkan pd
     pertimbangan hakim  bukan mrpk alat bukti 
     masih harus dibuktikan di persidangan
2.   Tertulis  kekuatan pembuktiannya bebas  mrpk
     alat bukti disamping alat bukti tertulis
    Pengakuan yg diberikan di luar persidangan dapat
     ditarik kembali.


                     30              Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Sumpah

 Dasar hukum : HIR (Ps. 155-158,
  177), Rbg (Ps.182-185, 314), BW
  (Ps. 1929 -1945)
 HIR mengenal 3 macam sumpah
  sebagai alat bukti :
1. Sumpah penambah/pelengkap
   (suppletoir)
2. Sumpah penaksiran (aestimatoir,
   schattingseed)
3. Sumpah pemutus (decisoir)
              31        Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan … Sumpah :
    Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir)
   Dasar hukum : Ps. 155 HIR, 182 Rbg, 1940 BW

   Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir) adalah
    sumpah yg diperintahkan o/ hakim krn jabatannya
    kpd salah 1 pihak u/ melengkapi pembuktian
    peristiwa yg menjadi sengketa sbg dasar
    putusannya

   Syarat : harus ada pembuktian permulaan yg
    lengkap terlebih dahulu

   Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna & masih
    memungkinkan pembuktian lawan

   Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn
    telah dilakukannya sumpah, maka pemeriksaan
    perkara dianggap selesai & hakim tinggal
    menjatuhkan putusannya

                    32             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan … Sumpah : Sumpah penaksiran
               (aestimatoir, schattingseed)
 Dasar hukum : Ps. 155 HIR, Ps. 182 Rbg,
  Ps. 1940 BW

 Sumpah penaksiran (aestimatoir,
  schattingseed) adalah sumpah yg
  diperintahkan o/ hakim karena jabatannya
  kpd penggugat u/ menentukan jumlah
  uang ganti kerugian, demikian apabila
  penggugat telah dapat membuktikan
  haknya a/ ganti kerugian itu serta
  jumlahnya masih belum pasti & tdk ada
  cara lain u/ menentukan jumlah ganti
  kerugian tsb kecuali dgn taksiran

 Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna
  & masih memungkinkan pembuktian lawan
                33          Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan … Sumpah :
               Sumpah pemutus (decisoir)
 Dasar hukum : Ps. 156 HIR, Ps. 183 Rbg, Ps. 1930
  BW

 Sumpah pemutus (decisoir) adalah sumpah yg
  dibebankan atas permintaan salah 1 pihak kpd
  lawannya u/ memutuskan persoalan, menentukan
  siapa yg harus dikalahkan & siapa yg harus
  dimenangkan

 Tidak memerlukan pembuktian permulaan terlebih
  dahulu, sehingga dapat dilakukan setiap saat selama
  pemeriksaan di persidangan

 Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn
  telah dilakukannya sumpah, maka pemeriksaan
  perkara dianggap selesai & hakim tinggal
  menjatuhkan putusannya
                    34             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Pemeriksaan setempat (descente)

 Pemeriksaan setempat (descente) adalah
  pemeriksaan mengenai perkara o/ hakim
  karena jabatannya yg dilakukan diluar gedung
  atau tempat kedudukan pengadilan, agar
  hakim dengan melihat sendiri memperoleh
  gambaran atau keterangan yg memberi
  kepastian ttg peristiwa yg menjadi sengketa.
 Yang diperiksa adalah barang tetap, karena
  tidak bisa dibawa/diajukan di persidangan yg
  berlangsung di gedung pengadilan, misal :
  pemeriksaan letak gedung, batas tanah
 Dasar hukum : Ps. 153 HIR
 Kekuatan pembuktian diserahkan kpd
  pertimbangan hakim.

                 35           Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Keterangan Ahli (Expertise)

 Keterangan ahli adalah keterangan pihak ke 3 yg
  obyektif dan bertujuan u/ membantu hakim dalam
  pemeriksaan guna menambah pengetahuan hakim
  sendiri.
 Dasar hukum : Ps. 154 HIR (Ps. 181 Rbg, 215 Rv)
  Ps. 154 HIR tdk menegaskan apa & siapa ahli itu
 Ahli diangkat o/ hakim selama pemeriksaan
  berlangsung.
 Ahli wajib disumpah u/ menjamin obyektivitas
  keterangannya.
 Ahli dapat menunjuk ahli lain sbg gantinya atau
  hakim dapat mengangkat seorang ahli secara ex
  officio  Ps. 222 Rv
 Seorang ahli yg telah disumpah u/ memberikan
  pendapatnya kmd tdk memenuhi kewajibannya dapat
  dihukum u/ mengganti kerugian  Ps. 225 Rv

                  36            Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan … Keterangan Ahli (Expertise)

 Perbedaan antara saksi dengan ahli :

             SAKSI                                    AHLI
Kedudukannya tidak dapat diganti dgn   Kedudukannya dapat diganti dgn ahli
saksi lain                             lain

Satu saksi bukan saksi                 Satu ahli cukup u/ didengar mengenai
                                       satu peristiwa

Tidak diperlukan mempunyai keahlian    Mempunyai keahlian ttt yg
                                       berhubungan dgn peristiwa yg
                                       disengketakan

Saksi memberi keterangan yg            Ahli memberi pendapat/kesimpulan
dialaminya sendiri sebelum terjadi     ttg peristiwa yg disengketakan selama
proses                                 terjadinya proses
Saksi harus memberikan keterangan      Keterangan ahli yg tertulis tidak
secara lisan, keterangan saksi yg      termasuk dalam alat bukti tertulis
tertulis mrpk alat bukti yg tertulis
Hakim terikat u/ mendengarkan          Hakim bebas u/ mendengar atau tidak
keterangan saksi

                             37                   Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PUTUSAN



  38   Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Definisi Putusan

 Putusan Hakim adalah suatu pernyataan yg o/
  hakim, sbg pejabat negara yg diberi wewenang
  u/ itu, diucapkan di persidangan & bertujuan u/
  mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara
  atau sengketa antara para pihak. (Sudikno
  Mertokusumo)

 Putusan ≠ Penetapan
  Putusan  penyelesaian perkara dalam
  peradilan contentius
  Penetapan  penyelesaian perkara dalam
  peradilan voluntair

                   39            Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Jenis – jenis Putusan

 Ps. 185 ayat 1 HIR (Ps. 196 ayat
  1 Rbg), jenis – jenis putusan :

1. Putusan akhir adalah putusan yg
   mengakhiri suatu sengketa atau perkara
   dalam suatu tingkatan peradilan ttt.
2. Putusan yg bukan putusan
   akhir/putusan sela/putusan antara
   adalah putusan yg fungsinya tdk lain u/
   memperlancar pemeriksaan perkara.

                 40           Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Putusan Akhir

 Jenis – jenisnya :
1. Putusan Condemnatoir adalah putusan yg bersifat
   menghukum pihak yg dikalahkan u/ memenuhi
   prestasi.
2. Putusan Constitutif adalah putusan yg meniadakan
   atau menciptakan suatu kedaan hukum, misal :
   pemutusan perkawinan, pengangkatan wali,
   pemberian pengampuan, pernyataan pailit,
   pemutusan perjanjian, dsb.
3. Putusan Declaratoir adalah putusan yg isinya
   bersifat menerangkan atau menyatakan apa yg sah,
   misal : putusan dalam sengketa mengenai anak sah.

 Pd hakekatnya semua putusan baik
  condemnatoir maupun constitutif bersifat
  declaratoir.
                   41             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Putusan yg Bukan Putusan
 Akhir/Putusan Sela/Putusan Antara


 Putusan sela tetap harus diucapkan di dalam
  persidangan tdk dibuat scr terpisah, tetapi
  ditulis dlm berita acara persidangan.
  (Ps. 185 ayat 1 HIR; Ps. 196 ayat 1 Rbg)

 Putusan sela hanya dapat dimintakan banding
  bersama-sama dengan permintaan banding
  thd putusan akhir.
  (Ps. 190 ayat 1 HIR; Ps. 201 ayat 1 Rbg)


                 42           Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Lanjutan ….. Putusan yg Bukan Putusan
 Akhir/Putusan Sela/Putusan Antara
 Jenis – jenis Putusan Sela/Putusan
  Antara :
1.   Putusan Praeparatoir adalah putusan sbg persiapan putusan
     akhir, tanpa mempunyai pengaruh a/ pokok perkara atau
     putusan akhir, misal : putusan u/ menggabungkan 2 perkara,
     putusan u/ menolak diundurkannya pemeriksaan saksi.
2.   Putusan Interlocutoir adalah putusan yg isinya
     memerintahkan pembuktian, misal : putusan ini dpt
     mempengaruhi putusan akhir, misal : putusan u/
     dilaksanakannya pemeriksaan saksi atau pemeriksaan setempat
     (rekonstruksi).
3.   Putusan Insidentil adalah putusan yg berhubungan dgn
     insident, yaitu peristiwa yg menghentikan prosedur peradilan
     biasa. Putusan ini belum berhubungan dgn pokok perkara.
4.   Putusan Provisionil adalah putusan yg menjawab tuntutan
     provisionil, yaitu permintaan pihak ybs agar sementara diadakan
     tindakan pendahuluan guna kepentingan salah 1 pihak, sebelum
     putusan akhir dijatuhkan.


                         43                  Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PELAKSANAAN PUTUSAN




       44   Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Hakekat Pelaksanaan Putusan
 Pelaksanaan Putusan/Eksekusi pd hakekatnya
  adalah realisasi drpd kewajiban pihak ybs u/
  memenuhi prestasi yg tercantum dlm putusan tsb.

 Putusan hakim mempunyai kekuatan
  eksekutorial, yaitu kekuatan u/ dilaksanakan apa yg
  ditetapkan dalam putusan itu secara paksa o/ alat2
  negara.
  “Demi Keadilan berdasarkan ke-Tuhanan Yang
  Maha Esa”

 Hanya putusan Condemnatoir sj yg dapat
  dilaksanakan scr paksa o/ pengadilan. Putusan
  declaratoir & constitutif tdk memerlukan sarana
  pemaksa dlm melaksanakannya, krn tdk memuat hak
  a/ suatu prestasi.
                    45             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
Jenis – jenis Pelaksanaan Putusan

1.   Eksekusi putusan yg menghukum pihak yg
     dikalahkan u/ membayar sejumlah uang. (Ps. 196
     HIR; Ps. 208 Rbg)
2.   Eksekusi putusan yg menghukum orang u/
     melakukan suatu perbuatan. Orang tdk dpt
     dipaksakan u/ memenuhi prestasi yg brp
     perbuatan. Akan tetapi pihak yg dimenangkan dpt
     meminta kpd hakim agar kepentingan yg akan
     diperolehnya dinilai dgn uang. (Ps. 225 HIR; Ps.
     259 Rbg)
3.   Eksekusi Riil, mrpk pelaksanaan prestasi yg
     dibebankan kpd debitur o/ putusan hakim scr
     langsung. (Ps. 1033 RV; Ps. 200 ayat 11 HIR; Ps.
     218 ayat 2 Rbg)
4.   Eksekusi langsung (Parate Executie), tjd apabila
     seorang kreditur menjual barang2 ttt milik debitur
     tanpa mempunyai titel eksekutorial (Ps. 1155. 1175
     ayat 2 KUHPerdata)
                     46             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
UPAYA HUKUM
TERHADAP PUTUSAN



     47   Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
 Upaya hukum adalah upaya atau alat u/
  mencegah atau memperbaiki kekeliruan
  dlm suatu putusan.
                                   PERLAWANAN /
                                      VERZET

                    BIASA            BANDING


                                      KASASI
 UPAYA HUKUM

                              PENINJAUAN KEMBALI /
                                 REQUEST CIVIL
                ISTIMEWA
                             PERLAWANAN PIHAK KE-3 /
                                 DERDENVERZET


               48           Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PERLAWANAN / VERZET


 Dasar hukum : Ps. 125 ayat 3 jo. 129
  HIR; Ps. 149 ayat 3 jo. 153 Rbg.

 Perlawanan mrpk upaya hukum thd
  putusan yg dijatuhkan di luar hadirnya
  tergugat (putusan verstek). Perlawanan
  pd asanya disediakan bg pihak tergugat yg
  umumnya dikalahkan.


                49          Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
BANDING


 UU 4/2004 Ps. 21 (1) : Terhadap
  putusan pengadilan tingkat pertama
  dapat dimintakan banding kepada
  pengadilan tinggi oleh pihak-pihak
  yang bersangkutan, kecuali undang-
  undang menentukan lain.




              50        Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
KASASI


 UU 4/2004 Ps. 22 : Terhadap putusan
  pengadilan dalam tingkat banding
  dapat dimintakan kasasi kepada
  Mahkamah Agung oleh pihak-pihak
  yang bersangkutan, kecuali undang-
  undang menentukan lain.




              51        Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PENINJAUAN KEMBALI /
 REQUEST CIVIL
 UU 4/2004 Ps. 23 ayat (1) : Terhadap
  putusan pengadilan yang telah memperoleh
  kekuatan hukum tetap, pihakpihak yang
  bersangkutan dapat mengajukan peninjauan
  kembali kepada Mahkamah Agung, apabila
  terdapat hal atau keadaan tertentu yang
  ditentukan dalam undangundang.

 Yang dimaksud dengan ”hal atau keadaan
  tertentu” dalam ketentuan ini antara lain adalah
  ditemukannya bukti baru (novum) dan/atau
  adanya kekhilafan/kekeliruan hakim dalam
  menerapkan hukumnya.
                   52             Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
PERLAWANAN PIHAK KE-3 /
 DERDENVERZET
 Asas : Putusan hanya mengikat para pihak yg
  berperkara & tdk mengikat pihak ke-3 (Ps. 1917
  KUHPerdata).

 Apabila ada PPihak ke-3 yg hak2 nya dirugikan o/
  suatu putusan, mk ia dpt mengajukan perlawanan
  thd putusan tsb (Ps. 378 Rv).

 Perlawanan ini diajukan kpd hakim yg menjatuhkan
  putusan yg dilawan itu dgn menggugat pr pihak ybs
  dgn cara biasa (Ps. 379 Rv).

 Apabila derdenverzet dikabulkan, mk putusan yg
  dilawan itu diperbaiki sepanjang merugikan pihak
  ke-3 (Ps. 382 Rv).


                   53              Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
www.themegallery.com

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa
Metode Alternatif Penyelesaian SengketaMetode Alternatif Penyelesaian Sengketa
Metode Alternatif Penyelesaian SengketaBilly Adam Fisher
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2villa kuta indah
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumAnto Neo Madani
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaBagus Edi Prayogo
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaLeks&Co
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Idik Saeful Bahri
 

Was ist angesagt? (20)

Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa
Metode Alternatif Penyelesaian SengketaMetode Alternatif Penyelesaian Sengketa
Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
 
Contoh Surat Tuntutan
Contoh Surat TuntutanContoh Surat Tuntutan
Contoh Surat Tuntutan
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 

Andere mochten auch

22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slideMael Aja
 
Pemekaran wilayah
Pemekaran wilayahPemekaran wilayah
Pemekaran wilayahLisa SYP
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumAndrew Fritz
 
Analisis perbuatan pemerintah
Analisis perbuatan pemerintahAnalisis perbuatan pemerintah
Analisis perbuatan pemerintahLisa SYP
 
Peran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesia
Peran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesiaPeran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesia
Peran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesiaLisa SYP
 
Pengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum IndonesiaPengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum IndonesiaAryo Adiwoso
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 
Luka perdarahan syok dan penanganannya
Luka perdarahan syok dan penanganannyaLuka perdarahan syok dan penanganannya
Luka perdarahan syok dan penanganannyaDnr Creatives
 
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh PurwaningsihPERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh PurwaningsihDnr Creatives
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK Dnr Creatives
 
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELIETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELIDnr Creatives
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYADnr Creatives
 
Bahan Ajar Farmakologi Keperawatan
Bahan Ajar Farmakologi  Keperawatan Bahan Ajar Farmakologi  Keperawatan
Bahan Ajar Farmakologi Keperawatan Sainal Edi Kamal
 
Materi Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata NegaraMateri Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata NegaraDnr Creatives
 
Perdarahan Post Partum dan Syok
Perdarahan Post Partum dan SyokPerdarahan Post Partum dan Syok
Perdarahan Post Partum dan SyokDnr Creatives
 
Interaksi obat
Interaksi obat Interaksi obat
Interaksi obat Dedi Kun
 

Andere mochten auch (20)

22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
 
Pemekaran wilayah
Pemekaran wilayahPemekaran wilayah
Pemekaran wilayah
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Analisis perbuatan pemerintah
Analisis perbuatan pemerintahAnalisis perbuatan pemerintah
Analisis perbuatan pemerintah
 
Peran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesia
Peran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesiaPeran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesia
Peran hukum dalam penegakkan hak asasi manusia di indonesia
 
Pengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum IndonesiaPengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum Indonesia
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Interaksi obat
Interaksi obatInteraksi obat
Interaksi obat
 
Interaksi obat & reseptor
Interaksi obat & reseptorInteraksi obat & reseptor
Interaksi obat & reseptor
 
Luka perdarahan syok dan penanganannya
Luka perdarahan syok dan penanganannyaLuka perdarahan syok dan penanganannya
Luka perdarahan syok dan penanganannya
 
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh PurwaningsihPERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
 
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELIETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
 
Bahan Ajar Farmakologi Keperawatan
Bahan Ajar Farmakologi  Keperawatan Bahan Ajar Farmakologi  Keperawatan
Bahan Ajar Farmakologi Keperawatan
 
Materi Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata NegaraMateri Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata Negara
 
Perdarahan Post Partum dan Syok
Perdarahan Post Partum dan SyokPerdarahan Post Partum dan Syok
Perdarahan Post Partum dan Syok
 
Interaksi obat
Interaksi obat Interaksi obat
Interaksi obat
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 

Ähnlich wie Ppt hukum acara perdata

PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptasifsardari
 
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.pptAZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.pptMuhAsyriZR
 
Peradilan islam
Peradilan islamPeradilan islam
Peradilan islamEmirSyarif
 
Eksepsi kasus tanah
Eksepsi kasus tanahEksepsi kasus tanah
Eksepsi kasus tanahAndi Alfian
 
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptxMateri PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptxkamdina35
 
162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.ppt162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.pptSuryoHilal4
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxhikpknlgto
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tunMoel Ryadhie
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxWaginemYogya
 
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptxHukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptxAgusRozakSamsudin
 
Laporan Mingguan PPL Perdata..pdf
Laporan Mingguan PPL Perdata..pdfLaporan Mingguan PPL Perdata..pdf
Laporan Mingguan PPL Perdata..pdfPebriyana3
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
Panduan Beracara di PHI
Panduan Beracara di PHIPanduan Beracara di PHI
Panduan Beracara di PHIFardalaw Labor
 
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)arjunowidya
 

Ähnlich wie Ppt hukum acara perdata (20)

PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.pptAZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
 
Peradilan islam
Peradilan islamPeradilan islam
Peradilan islam
 
Hukum ac perdata
Hukum ac perdataHukum ac perdata
Hukum ac perdata
 
Eksepsi kasus tanah
Eksepsi kasus tanahEksepsi kasus tanah
Eksepsi kasus tanah
 
Putusan Gugur Fenti
Putusan Gugur FentiPutusan Gugur Fenti
Putusan Gugur Fenti
 
Acaraperdata
AcaraperdataAcaraperdata
Acaraperdata
 
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptxMateri PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
 
162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.ppt162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.ppt
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptx
 
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptxHukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
 
Laporan Mingguan PPL Perdata..pdf
Laporan Mingguan PPL Perdata..pdfLaporan Mingguan PPL Perdata..pdf
Laporan Mingguan PPL Perdata..pdf
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
Gugatan Sederhana.pptx
Gugatan Sederhana.pptxGugatan Sederhana.pptx
Gugatan Sederhana.pptx
 
Panduan Beracara di PHI
Panduan Beracara di PHIPanduan Beracara di PHI
Panduan Beracara di PHI
 
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
 

Ppt hukum acara perdata

  • 1. HUKUM ACARA PERDATA PENGANTAR HUKUM INDONESIA
  • 2. HUKUM ACARA PERDATA P E N D A H U L U A N PENGAJUAN GUGATAN DAN PERMOHONAN PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN P E M B U K T I A N P U T U S A N PELAKSANAAN PUTUSAN UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN 2 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 3. PENDAHULUAN 3 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 4. PENGERTIAN HUKUM ACARA PERDATA  Sudikno Mertokusumo Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.  Retnowulan Sutantio Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil 4 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 5. SIFAT HUKUM ACARA PERDATA  Bersifat mengikat / memaksa  Adanya perkara bergantung pada inisiatif penggugat 5 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 6. SUMBER HUKUM ACARA PERDATA  Sumber hukum  tempat kita menggali hukum  Sumber Hukum Acara Perdata : 1. HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) / Reglemen Indonesia yg diperbaharui : S. 1848 no. 16, S. 1941 no. 44  u/ daerah Jawa dan Madura 2. Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten) / Reglemen daerah seberang : S. 1927 no. 227  u/ luar Jawa dan Madura 3. Rv (Reglement op de Burgerlijke rechtsvordering) : S. 1847 no. 52, S. 1849 no. 63  u/ gol. Eropa 4. RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in hed beleid der Justitie in Indonesie) / Reglemen tentang Organisasi Kehakiman : S. 1847 no. 23 5. BW (Burgerlijk Wetboek) terutama Buku ke IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa 6. WvK (Wetboek van Koophandel) 7. UU 20/1947 yg mengatur mengenai hukum acara perdata dalam hal banding bagi Pengadilan Tinggi  u/ daerah Jawa dan Madura 8. SEMA 3/1963 9. UU 14/1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman jo. UU 4/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman 10. UU 1/1974 tentang Perkawinan 11. PP 9/1975 tentang Pelaksanaan UU 1/1974 tentang Perkawinan 12. UU 7/1989 tentang Peradilan Agama jo. UU 3/2006 13. UU 14/1985 tentang Mahkamah Agung jo. UU 5/2004 14. UU 2/1986 tentang Peradilan Umum jo UU 8/2004 15. UU 5/1986 tentang PTUN 16. UU 31/1997 tentang Peradilan Militer 17. UU 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi 18. Yurisprudensi 19. Adat kebiasaan para hakim dalam melakukan pemeriksaan perkara perdata 20. Perjanjian Internasional, misal : Perjanjian Kerja Sama di bidang peradilan antara RI dgn Thailand 21. Doktrin atau ilmu pengetahuan 22. 6 Instruksi & SEMA sepanjang mengatur hukum acara perdata Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma & hukum perdata materiil
  • 7. FUNGSI HUKUM ACARA PERDATA  Melaksanakan dan mempertahankan atau menegakkan hukum perdata materiil dengan perantaraan kekuasaan negara (peradilan) 7 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 8. ASAS – ASAS HUKUM ACARA PERDATA 1. Hakim bersifat menunggu 2. Hakim pasif 3. Sifat terbukanya persidangan 4. Mendengar kedua belah pihak 5. Putusan harus disertai alasan – alasan 6. Beracara dikenakan biaya 7. Tidak ada keharusan mewakilkan 8 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 9. PENGAJUAN GUGATAN DAN PERMOHONAN 9 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 10. GUGATAN DAN PERMOHONAN  Ada 2 perkara yg diajukan yg diajukan ke pengadilan yaitu Gugatan dan permohonan GUGATAN PERMOHONAN Terdapat pihak Diajukan o/ seorang penggugat & pihak pemohon/lebih scr tergugat bersama-sama Terdapat suatu Tidak ada suatu sengketa atau sengketa atau konflik konflik 10 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 11. KEWENANGAN MUTLAK dan KEWENANGAN RELATIF  Dalam Hukum Acara Perdata dikenal 2 macam kewenangan : 1. Kewenangan Mutlak (Absolute Competentie)  menyangkut pembagian kekuasaan antar badan- badan peradilan, dilihat dari macamnya pengadilan menyangkut pemberian kekuasaan u/ mengadili (attributie van rechtsmacht) 2. Kewenangan relatif (Relative Competentie)  mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara pengadilan yg serupa, tergantung dari tempat tinggal tergugat  Ps. 118 HIR  azas “Actor Sequitur Forum Rei”  yg berwenang adalah PN tempat tinggal tergugat 11 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 12. GUGAT LISAN dan GUGAT TERTULIS  Ps. 118 HIR  gugatan harus diajukan secara tertulis dengan “surat gugatan” yg di-ttd o/ penggugat atau wakil/kuasanya yg sah.  Ps. 120 HIR  bagi mereka yg buta huruf, gugatan dilakukan secara lisan melalui Ketua PN yg berwenang u/ mengadili perkara itu, Ketua PN akan membuat/menyuruh membuat gugatan tsb.  Ps. 121 (4) HIR  Setelah surat gugatan atau gugat lisan dibuat, harus didaftarkan di Kepaniteraan PN yg bersangkutan serta membayar uang perkara. 12 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 13. PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN 13 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 14. Penggugat mengajukan Didaftar Penetapan & Penunjukann gugatan & melunasi Kepaniteraan PN Majelis Hakim o/ Ketua PN biaya perkara Majelis Hakim : Penyerahan Surat Panggilan Sidang 1. Menetapkan tgl. Hari sidang; & Salinan Surat Gugatan 2. Memanggil para pihak pd kpd Para Pihak o/ Juru Sita. hari sidang dgn membawa saksi-saksi & bukti-bukti. Juru Sita menyerahkan PELAKSANAAN PEMERIKSAAN Risalah (Relaas) DI PERSIDANGAN Panggilan kpd Majelis Hakim. 14 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 15. PUTUSAN GUGUR  Suatu perkara perdata dpt diputus scr : 1. contradictoir (kedua belah pihak hadir di persidangan); atau 2. di luar hadirnya salah 1 pihak yg berperkara. merealisir asas : “audi et alteram partem”  kepentingan kedua pihak harus diperhatikan  Apabila penggugat tdk datang pd hari sidang yg ditetapkan & tdk pula mengirim wakilnya menghadap meski telah dipanggil scr patut o/ Juru Sita, maka dapat dilakukan pemanggilan kedua. (Ps. 126 HIR; Ps. 150 Rv)  Apabila setelah pemanggilan kedua, penggugat/wakilnya tdk hadir sedang tergugat hadir, maka u/ kepentingan tergugat, haruslah dijatuhi putusan. Dalam hal ini gugatan penggugat dinyatakan gugur serta dihukum membayar biaya perkara (Ps. 124 HIR; Ps. 148 Rbg).  Dlm putusan gugur, isi gugatan tdk diperiksa, shg putusan gugur itu tdk mengenai isi gugatan.  Kpd penggugat diberi kesempatan u/ mengajukan gugatan lg dgn membayar biaya perkara.  Apabila penggugat pd hr pertama sidang hadir, tp pd hr sidang berikutnya tdk hadir, mk perkara diperiksa scr contradictoir. 15 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 16. VERSTEK (PUTUSAN DILUAR HADIR)  Apabila tergugat tdk hadir stl dipanggil scr patut, mk gugatan dikabulkan dgn putusan diluar hadir atau verstek, kecuali kalau gugatan itu melawan hak atau tdk beralasan.  Kapan boleh dijatuhkan putusan verstek ? Ps. 125 HIR; Ps. 149 Rbg  ada 2 pendapat : 1. pd hr sidang pertama; 2. tdk hanya pd hr sidang pertama; Ps. 126 HIR; Ps. 150 Rbg  memberi peluang pemanggilan kedua. “HIR tdk mewajibkan tergugat u/ datang di persidangan.” 16 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 17. Lanjutan ….. VERSTEK (PUTUSAN DILUAR HADIR)  Putusan verstek tdk berarti selalu dikabulkannya gugatan penggugat. Krn pd hakekatnya lembaga verstek bertujuan merealisir asas “audi et alteram partem”, shg seharusnya scr ex officio hakim harus mempelajari isi gugatan. 1. Jika gugatan tdk bersandarkan hukum, yaitu apabila peristiwa2 sbg dasar tuntutan tdk membenarkan tuntutan, mk gugatan akan dinyatakan tdk diterima. Putusan tdk diterima ini bermaksud menolak gugatan diluar pokok perkara, shg di kmd hr penggugat masih dpt mengajukan lg gugatannya. 2. Jika gugatan tdk beralasan, yaitu apabila tdk diajukan peristiwa2 yg membenarkan tuntutan, mk gugatan akan ditolak. Penolakan mrpk putusan stl hakim mempertimbangkan pokok perkara, shg tdk terbuka lg kesempatan u/ mengajukan gugatan tsb u/ kedua kalinya kpd hakim yg sama (nebis in idem).  Dlm putusan verstek dimana penggugat dikalahkan, penggugat dpt mengajukan banding.  Dalam putusan verstek, kalau tergugat hadir pd sidang pertama tp tdk hadir pd sidang berikutnya, mk perkaranya diperiksa scr contradictoir. 17 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 18. PERDAMAIAN  Apabila pd hr sidang pertama kedua belah pihak hadir, mk hakim harus berusaha mendamaikan mereka (Ps. 130 HIR; Ps. 154 Rbg)  Demi perdamaian ini, hakim akan mengundur sidang, & pd hr sidang berikutnya apabila tjd perdamaian, mk harus dinyatakan dlm surat perjanjian dibawah tangan yg ditulis di atas kertas bermeterai. Demikian sbg dasar bg hakim menjatuhkan putusan, yg isinya menghukum kedua belah pihak u/ memenuhi isi perdamaian yg telah dibuat diantara pr pihak.  Apabila tjd perdamaian, mk tdk dimungkinkan u/ dilaksanakan banding.  Usaha perdamaian terbuka sepanjang pemeriksaan di persidangan. 18 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 19. JAWABAN  Ps. 121 ayat 2 HIR; Ps. 145 ayat 2 Rbg  tergugat dpt menjawab baik scr tertulis maupun lisan.  Bentuk Jawaban : 1. Pengakuan  membenarkan isi gugatan penggugat, baik sebagian maupun seluruhnya. 2. bantahan (verweer)  pd hakekatnya bertujuan agar gugatan penggugat ditolak. Bantahan ada 2 macam : a. Tangkisan/Eksepsi  suatu sanggahan / bantahan dr pihak tergugat thd gugatan penggugat yg tdk langsung mengenai pokok perkara, yg berisi tuntutan batalnya gugatan. b. Sangkalan  sanggahan yg berhubungan dgn pokok perkara.  Akibat hukum dr adanya jawaban : penggugat tdk diperkenankan mencabut gugatannya, kecuali dgn persetujuan tergugat. 19 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 20. PEMBUKTIAN 20 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 21. ARTI  “Membuktikan” mengandung beberapa pengertian : 1. Dalam arti logis  memberi kepastian yg bersifat mutlak, krn berlaku bagi setiap orang & tdk memungkinkan adanya bukti lawan. 2. Dalam arti konvensionil  memberi kepastian yg bersifat nisbi/relatif, baik berdasarkan perasaan belaka maupun pertimbangan akal. 3. Dalam hukum acara perdata mempunyai arti yuridis  memberi dasar-dasar yg cukup kpd hakim yg memeriksa perkara guna memberi kepastian ttg kebenaran peristiwa yg diajukan  hanya berlaku bagi pihak-pihak yg berperkara atau yg memperoleh hak dari mereka  tdk menuju kpd kebenaran mutlak  mrpk pembuktian historis 21 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 22. TUJUAN  Tujuan Pembuktian  putusan hakim yg didasarkan atas pembuktian tsb 22 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 23. BEBAN PEMBUKTIAN  Hakim membebani para pihak dengan pembuktian (bewijs last, burden of proof)  Asas pembagian beban pembuktian  “barang siapa yg mengaku mempunyai hak atau yg mendasarkan pada suatu peristiwa u/ menguatkan haknya itu atau u/ menyangkal hak orang lain, harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu”  Ps. 163 HIR (Ps. 283 Rbg, Ps. 1865 BW) artinya : baik penggugat maupun tergugat dpt dibebani dgn pembuktian, terutama penggugat wajib membuktikan peristiwa yg diajukannya, sedang tergugat berkewajiban membuktikan bantahannya. 23 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 24. ALAT – ALAT BUKTI  Paton  alat bukti dapat bersifat oral, documentary atau material.  Macam-macam alat bukti dalam hukum acara perdata (Ps. 164 HIR, 284 Rbg, 1866 BW), a.l. : 1. Alat Bukti Tertulis 2. Saksi-saksi 3. Persangkaan 4. Pengakuan (Bekentenis Confession) 5. Sumpah Alat bukti lain : 6. Pemeriksaan setempat (descente) 7. Keterangan Ahli (Expertise) 24 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 25. Alat Bukti Tertulis  Dasar hukum : Ps. 138, 165, 167 HIR; Ps. 164, 285 – 305 Rbg; S 1867 no. 29; Ps. 1867 – 1894 KUHPerdata; Ps. 138 – 147 Rv.  Alat bukti tertulis  surat AKTA OTENTIK AKTA AKTA SURAT DIBAWAH TANGAN BUKAN AKTA 25 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 26. Saksi-saksi  Dasar Hukum : Ps. 139-152, 168-172 HIR; Ps. 165-179 Rbg; Ps. 1895, 1902-1912 BW  Kesaksian adalah kepastian yg diberikan kpd hakim di persidangan tentang peristiwa yg disengketakan dgn jalan pemberitahuan secara lisan & pribadi o/ orang yg bukan salah 1 pihak dlm perkara, yg dipanggil di persidangan  Ps. 139 HIR, 165 Rbg, 1909 BW  setiap orang yg bukan salah 1 pihak dapat bertindak sbg saksi, kecuali : I. segolongan orang yg dianggap tdk mampu bertindak sbg saksi : a. tidak mampu secara mutlak (absolut) 1. keluarga sedara & keluarga semenda menurut keturunan yg lurus dr salah 1 pihak  Ps. 145 (1) sub 1 HIR, 172 (1) Sub 1 Rbg, 1910 alinea 1 BW 2. suami/istri salah 1 pihak, meski sudah cerai  Ps. 145 (1) sub 2 HIR, 172 (1) Sub 3 Rbg, 1910 alinea 1 BW b. tidak mampu secara nisbi (relatif) 1. anak-anak dibawah 15 th  Ps. 145 (1) sub 3 jo. (4) HIR, 172 (1) Sub 4 jo. 173 Rbg, 1912 BW 2. orang gila  Ps. 145 (1) sub 4 HIR, 172 (1) Sub 5 Rbg, 1912 BW II. Segolongan orang yg a/ permintaan mereka sendiri dibebaskan memberi kesaksian  hak ingkar (verschoningsrecht)  Ps. 146 HIR, 174 Rbg, 1909 alinea 2 BW : a. saudara pa & pi serta ipar pa & pi dr salah 1 pihak b. keluarga sedarah menurut keturunan yg lurus & saudara pa & pi dr suami/istri salah 1 pihak c. semua orang yg krn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah wajib mempunyai rahasia sehubungan dgn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah itu  Ps. 169 HIR, 306 Rbg, 1905 BW  azas “unus testis nullus testis”  satu saksi bukan saksi  Ps. 171 (2) HIR, 308 (2) Rbg, 1907 BW  keterangan yg diberikan o/ saksi harus tentang peristiwa atau kejadian yg dialaminya sendiri  Kewajiban seorang saksi : menghadap, bersumpah, memberi keterangan  Sifat kesaksian sbg alat bukti : tidak memaksa 26 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 27. Persangkaan  Dasar Hukum : Ps. 164, 173 HIR; Ps. 284, 310 Rbg; Ps. 1866, 1915 - 1922 KUHPerdata.  Pasal 1915 KUHPerdata  Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum. Ada dua persangkaan, yaitu persangkaan yang berdasarkan undang-undang dan persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang.  Ps. 173 HIR (Ps. 310 Rbg)  hanya mengatur persangkaan yg didasarkan a/ kenyataan atau praesumptiones facti (feitelijke atau rechterlijke vermoedens). 27 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 28. Pengakuan (Bekentenis Confession)  Dasar hukum : HIR (Ps. 174, 175, 176), Rbg (Ps. 311, 312, 313), BW (Ps. 1923 – 1928).  Pengakuan mrpk keterangan yg membenarkan peristiwa, hak atau hubungan hukum yg diajukan o/ lawan.  Ps. 1923 BW membedakan antara pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan (Ps. 174 HIR, 311 Rbg, 1925 & 1926 BW) & pengakuan yg diberikan di luar persidangan (Ps. 175 HIR, 312 Rbg, 1927 & 1928 BW).  Ps. 176 HIR, Ps. 313 Rbg, Ps. 1924 BW  pengakuan tdk boleh dipisah-pisahkan (onsplitsbare aveu).  Ilmu pengetahuan membagi pengakuan mjd 3 : 1. Pengakuan murni (aveu pur et-simple), ialah pengakuan yg sifatnya sederhana & sesuai sepenuhnya dgn tuntutan pihak lawan. 2. Pengakuan dgn kualifikasi (gequalificeerde bekentenis, aveu qualifie), ialah pengakuan yg disertai dgn sangkalan thd sebagian dr tuntutan. 3. Pengakuan dgn klausula (geclausuleerde bekentenis, aveu complexe), ialah suatu pengakuan yg disertai dgn keterangan tambahan yg bersifat membebaskan. Pengakuan dgn kualifikasi maupun dgn klausula harus diterima dgn bulat & tdk boleh dipisah-pisahkan dr keterangan tambahannya  onsplitsbare aveu. 28 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 29. Lanjutan … Pengakuan : Pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan  Pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan (gerechtelijke bekentenis), mrpk keterangan sepihak, baik tertulis maupun lisan yg tegas & dinyatakan o/ salah 1 pihak dalam perkara di persidangan, yg membenarkan baik seluruhnya atau sebagian dr suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yg diajukan o/ lawannya, yg mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut o/ hakim mjd tidak diperlukan.  Ps. 1926 BW  pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan tidak dapat ditarik kembali, kecuali apabila terbukti bahwa pengakuan itu adalah akibat dr suatu kesesatan atau kekeliruan. 29 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 30. Lanjutan … Pengakuan : Pengakuan yg diberikan di luar persidangan  Pengakuan yg diberikan di luar persidangan adalah keterangan yg diberikan o/ salah 1 pihak dlm suatu perkara perdata di luar persidangan u/ membenarkan pernyataan-pernyataan yg diberikan o/ lawannya.  Pengakuan yg diberikan di luar persidangan : 1. Lisan  kekuatan pembuktian diserahkan pd pertimbangan hakim  bukan mrpk alat bukti  masih harus dibuktikan di persidangan 2. Tertulis  kekuatan pembuktiannya bebas  mrpk alat bukti disamping alat bukti tertulis  Pengakuan yg diberikan di luar persidangan dapat ditarik kembali. 30 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 31. Sumpah  Dasar hukum : HIR (Ps. 155-158, 177), Rbg (Ps.182-185, 314), BW (Ps. 1929 -1945)  HIR mengenal 3 macam sumpah sebagai alat bukti : 1. Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir) 2. Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed) 3. Sumpah pemutus (decisoir) 31 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 32. Lanjutan … Sumpah : Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir)  Dasar hukum : Ps. 155 HIR, 182 Rbg, 1940 BW  Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir) adalah sumpah yg diperintahkan o/ hakim krn jabatannya kpd salah 1 pihak u/ melengkapi pembuktian peristiwa yg menjadi sengketa sbg dasar putusannya  Syarat : harus ada pembuktian permulaan yg lengkap terlebih dahulu  Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna & masih memungkinkan pembuktian lawan  Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn telah dilakukannya sumpah, maka pemeriksaan perkara dianggap selesai & hakim tinggal menjatuhkan putusannya 32 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 33. Lanjutan … Sumpah : Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed)  Dasar hukum : Ps. 155 HIR, Ps. 182 Rbg, Ps. 1940 BW  Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed) adalah sumpah yg diperintahkan o/ hakim karena jabatannya kpd penggugat u/ menentukan jumlah uang ganti kerugian, demikian apabila penggugat telah dapat membuktikan haknya a/ ganti kerugian itu serta jumlahnya masih belum pasti & tdk ada cara lain u/ menentukan jumlah ganti kerugian tsb kecuali dgn taksiran  Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna & masih memungkinkan pembuktian lawan 33 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 34. Lanjutan … Sumpah : Sumpah pemutus (decisoir)  Dasar hukum : Ps. 156 HIR, Ps. 183 Rbg, Ps. 1930 BW  Sumpah pemutus (decisoir) adalah sumpah yg dibebankan atas permintaan salah 1 pihak kpd lawannya u/ memutuskan persoalan, menentukan siapa yg harus dikalahkan & siapa yg harus dimenangkan  Tidak memerlukan pembuktian permulaan terlebih dahulu, sehingga dapat dilakukan setiap saat selama pemeriksaan di persidangan  Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn telah dilakukannya sumpah, maka pemeriksaan perkara dianggap selesai & hakim tinggal menjatuhkan putusannya 34 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 35. Pemeriksaan setempat (descente)  Pemeriksaan setempat (descente) adalah pemeriksaan mengenai perkara o/ hakim karena jabatannya yg dilakukan diluar gedung atau tempat kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yg memberi kepastian ttg peristiwa yg menjadi sengketa.  Yang diperiksa adalah barang tetap, karena tidak bisa dibawa/diajukan di persidangan yg berlangsung di gedung pengadilan, misal : pemeriksaan letak gedung, batas tanah  Dasar hukum : Ps. 153 HIR  Kekuatan pembuktian diserahkan kpd pertimbangan hakim. 35 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 36. Keterangan Ahli (Expertise)  Keterangan ahli adalah keterangan pihak ke 3 yg obyektif dan bertujuan u/ membantu hakim dalam pemeriksaan guna menambah pengetahuan hakim sendiri.  Dasar hukum : Ps. 154 HIR (Ps. 181 Rbg, 215 Rv) Ps. 154 HIR tdk menegaskan apa & siapa ahli itu  Ahli diangkat o/ hakim selama pemeriksaan berlangsung.  Ahli wajib disumpah u/ menjamin obyektivitas keterangannya.  Ahli dapat menunjuk ahli lain sbg gantinya atau hakim dapat mengangkat seorang ahli secara ex officio  Ps. 222 Rv  Seorang ahli yg telah disumpah u/ memberikan pendapatnya kmd tdk memenuhi kewajibannya dapat dihukum u/ mengganti kerugian  Ps. 225 Rv 36 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 37. Lanjutan … Keterangan Ahli (Expertise)  Perbedaan antara saksi dengan ahli : SAKSI AHLI Kedudukannya tidak dapat diganti dgn Kedudukannya dapat diganti dgn ahli saksi lain lain Satu saksi bukan saksi Satu ahli cukup u/ didengar mengenai satu peristiwa Tidak diperlukan mempunyai keahlian Mempunyai keahlian ttt yg berhubungan dgn peristiwa yg disengketakan Saksi memberi keterangan yg Ahli memberi pendapat/kesimpulan dialaminya sendiri sebelum terjadi ttg peristiwa yg disengketakan selama proses terjadinya proses Saksi harus memberikan keterangan Keterangan ahli yg tertulis tidak secara lisan, keterangan saksi yg termasuk dalam alat bukti tertulis tertulis mrpk alat bukti yg tertulis Hakim terikat u/ mendengarkan Hakim bebas u/ mendengar atau tidak keterangan saksi 37 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 38. PUTUSAN 38 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 39. Definisi Putusan  Putusan Hakim adalah suatu pernyataan yg o/ hakim, sbg pejabat negara yg diberi wewenang u/ itu, diucapkan di persidangan & bertujuan u/ mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. (Sudikno Mertokusumo)  Putusan ≠ Penetapan Putusan  penyelesaian perkara dalam peradilan contentius Penetapan  penyelesaian perkara dalam peradilan voluntair 39 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 40. Jenis – jenis Putusan  Ps. 185 ayat 1 HIR (Ps. 196 ayat 1 Rbg), jenis – jenis putusan : 1. Putusan akhir adalah putusan yg mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan ttt. 2. Putusan yg bukan putusan akhir/putusan sela/putusan antara adalah putusan yg fungsinya tdk lain u/ memperlancar pemeriksaan perkara. 40 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 41. Putusan Akhir  Jenis – jenisnya : 1. Putusan Condemnatoir adalah putusan yg bersifat menghukum pihak yg dikalahkan u/ memenuhi prestasi. 2. Putusan Constitutif adalah putusan yg meniadakan atau menciptakan suatu kedaan hukum, misal : pemutusan perkawinan, pengangkatan wali, pemberian pengampuan, pernyataan pailit, pemutusan perjanjian, dsb. 3. Putusan Declaratoir adalah putusan yg isinya bersifat menerangkan atau menyatakan apa yg sah, misal : putusan dalam sengketa mengenai anak sah.  Pd hakekatnya semua putusan baik condemnatoir maupun constitutif bersifat declaratoir. 41 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 42. Putusan yg Bukan Putusan Akhir/Putusan Sela/Putusan Antara  Putusan sela tetap harus diucapkan di dalam persidangan tdk dibuat scr terpisah, tetapi ditulis dlm berita acara persidangan. (Ps. 185 ayat 1 HIR; Ps. 196 ayat 1 Rbg)  Putusan sela hanya dapat dimintakan banding bersama-sama dengan permintaan banding thd putusan akhir. (Ps. 190 ayat 1 HIR; Ps. 201 ayat 1 Rbg) 42 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 43. Lanjutan ….. Putusan yg Bukan Putusan Akhir/Putusan Sela/Putusan Antara  Jenis – jenis Putusan Sela/Putusan Antara : 1. Putusan Praeparatoir adalah putusan sbg persiapan putusan akhir, tanpa mempunyai pengaruh a/ pokok perkara atau putusan akhir, misal : putusan u/ menggabungkan 2 perkara, putusan u/ menolak diundurkannya pemeriksaan saksi. 2. Putusan Interlocutoir adalah putusan yg isinya memerintahkan pembuktian, misal : putusan ini dpt mempengaruhi putusan akhir, misal : putusan u/ dilaksanakannya pemeriksaan saksi atau pemeriksaan setempat (rekonstruksi). 3. Putusan Insidentil adalah putusan yg berhubungan dgn insident, yaitu peristiwa yg menghentikan prosedur peradilan biasa. Putusan ini belum berhubungan dgn pokok perkara. 4. Putusan Provisionil adalah putusan yg menjawab tuntutan provisionil, yaitu permintaan pihak ybs agar sementara diadakan tindakan pendahuluan guna kepentingan salah 1 pihak, sebelum putusan akhir dijatuhkan. 43 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 44. PELAKSANAAN PUTUSAN 44 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 45. Hakekat Pelaksanaan Putusan  Pelaksanaan Putusan/Eksekusi pd hakekatnya adalah realisasi drpd kewajiban pihak ybs u/ memenuhi prestasi yg tercantum dlm putusan tsb.  Putusan hakim mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan u/ dilaksanakan apa yg ditetapkan dalam putusan itu secara paksa o/ alat2 negara. “Demi Keadilan berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa”  Hanya putusan Condemnatoir sj yg dapat dilaksanakan scr paksa o/ pengadilan. Putusan declaratoir & constitutif tdk memerlukan sarana pemaksa dlm melaksanakannya, krn tdk memuat hak a/ suatu prestasi. 45 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 46. Jenis – jenis Pelaksanaan Putusan 1. Eksekusi putusan yg menghukum pihak yg dikalahkan u/ membayar sejumlah uang. (Ps. 196 HIR; Ps. 208 Rbg) 2. Eksekusi putusan yg menghukum orang u/ melakukan suatu perbuatan. Orang tdk dpt dipaksakan u/ memenuhi prestasi yg brp perbuatan. Akan tetapi pihak yg dimenangkan dpt meminta kpd hakim agar kepentingan yg akan diperolehnya dinilai dgn uang. (Ps. 225 HIR; Ps. 259 Rbg) 3. Eksekusi Riil, mrpk pelaksanaan prestasi yg dibebankan kpd debitur o/ putusan hakim scr langsung. (Ps. 1033 RV; Ps. 200 ayat 11 HIR; Ps. 218 ayat 2 Rbg) 4. Eksekusi langsung (Parate Executie), tjd apabila seorang kreditur menjual barang2 ttt milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial (Ps. 1155. 1175 ayat 2 KUHPerdata) 46 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 47. UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN 47 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 48.  Upaya hukum adalah upaya atau alat u/ mencegah atau memperbaiki kekeliruan dlm suatu putusan. PERLAWANAN / VERZET BIASA BANDING KASASI UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI / REQUEST CIVIL ISTIMEWA PERLAWANAN PIHAK KE-3 / DERDENVERZET 48 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 49. PERLAWANAN / VERZET  Dasar hukum : Ps. 125 ayat 3 jo. 129 HIR; Ps. 149 ayat 3 jo. 153 Rbg.  Perlawanan mrpk upaya hukum thd putusan yg dijatuhkan di luar hadirnya tergugat (putusan verstek). Perlawanan pd asanya disediakan bg pihak tergugat yg umumnya dikalahkan. 49 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 50. BANDING  UU 4/2004 Ps. 21 (1) : Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang- undang menentukan lain. 50 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 51. KASASI  UU 4/2004 Ps. 22 : Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang- undang menentukan lain. 51 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 52. PENINJAUAN KEMBALI / REQUEST CIVIL  UU 4/2004 Ps. 23 ayat (1) : Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihakpihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undangundang.  Yang dimaksud dengan ”hal atau keadaan tertentu” dalam ketentuan ini antara lain adalah ditemukannya bukti baru (novum) dan/atau adanya kekhilafan/kekeliruan hakim dalam menerapkan hukumnya. 52 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma
  • 53. PERLAWANAN PIHAK KE-3 / DERDENVERZET  Asas : Putusan hanya mengikat para pihak yg berperkara & tdk mengikat pihak ke-3 (Ps. 1917 KUHPerdata).  Apabila ada PPihak ke-3 yg hak2 nya dirugikan o/ suatu putusan, mk ia dpt mengajukan perlawanan thd putusan tsb (Ps. 378 Rv).  Perlawanan ini diajukan kpd hakim yg menjatuhkan putusan yg dilawan itu dgn menggugat pr pihak ybs dgn cara biasa (Ps. 379 Rv).  Apabila derdenverzet dikabulkan, mk putusan yg dilawan itu diperbaiki sepanjang merugikan pihak ke-3 (Ps. 382 Rv). 53 Disajikan oleh Amelia Sri Kusuma