1. SELAI UBAY JABLAI
Jam istirahat kali ini dimanfaatin Oliv, dkk
dengan makan bakso di kantin. Siapa sih yang nggak
kenal baksonya pak Slamet? Inget kan sama Koko? Yang
rela pindah haluan mendukung Engel waktu pemilihan
ketua OSIS gara-gara bakso? Wow! Bakso pak Slamet
memang tiada taranya. Murah, enak, porsinya banyak,
pas dengan selera anak sekolahan. Tapi, apa yang
terjadi dengan hari ini? Sungguh kontras dengan hari
kemarin. Dagangan pak Slamet yang biasanya langsung
diserbu saat bel istirahat berdentang, kini tidak lagi.
Antian yang mengular di depan gerobak bakso,
sekarang jadi antrian yang mencacing. Bakso di
gerobaknya masih menggunung. Utuh, tak tersentuh.
Oliv seneng banget mendapati dirinya dan tiga
sahabatnya tak perlu ngantri untuk makan. Secara,
perut udah mulai keroncongan akibat diserap otak buat
mikir pelajaran matematika yang susye benget itu. Saat
Oliv dengan asyiknya menikmati bakso nan lezat itu,
semua mata tertuju kepadanya. Termasuk pada ketiga
sohibnya yang lahap menyantap hidangan berkuah itu.
“Rasanya… mak nyusss!” ucap Oliv sambil
mengacungkan jempolnya. “rasa dagingnya terasa
banget pemirsa!” Erly niruin pak Bondan Winarno yang
ngebawain acara wisata kuliner. “Ditaburi bawang
goreng dan daun bawang, ditambah mie kuning yang
nikmat, serta sambelnya itu loh pemirsa, pueddes gak
2. ketulungan, bikin tambah ueeeenake pol” sahut Engel
nggak mau kalah. “Hwa ha ha ha ha ha” mereka
berempat ngakak bareng. Semua mata yang tertuju
padanya jadi empet banget, sambil menahan mual.
“Hoeeek!” Neyna malah muntah beneran. Keempat
gadis manis yang sedang makan bakso jadi sebel
ngelihat Neyna. Semua yang lagi makan disitu langsung
bubar. Nggak tahu udah bayar apa belum.
Rupanya keempat sohib karib ini gak tahu kalo’
ada sebuah isu gak bertanggung jawab tentang pak
Slamet telah berkembang pesat, seperti
microorganisme yang berkembang cepat menjadi
ketombe di kulit kepala. Tak tanggung-tanggung, pak
Slamet digosipkan menjual bakso daging kucing. Ada
yang gak percaya, tapi banyak yang mendukung
pernyataan ini. Hal ini dipicu oleh ketidakhadiran si
Coklat, si Belang, dan Si Putih. Kucing yang biasa
mangkal di kantin untuk mencari sisa makanan.
Maklum, harga daging sapi kian melonjak, apalagi sejak
Pemerintah berupaya menaikkan BBM (lagi!). “Mbak
Oliv jangan percaya sama gossip itu ya” kata Ubay, anak
sekaligus asisten pak Slamet. “Mbak kan pernah lihat
sendiri, saya pagi-pagi ke Mersi, tempat pejagalan sapi”
tambah Pak Slamet lagi. Emang sih, waktu itu Oliv lagi
disuruh Bunda beli sayur di pasar, dan lagi lihat pak
Slamet di pejagalan sapi. Tapi, siapa tahu dia disana
cuma nongkrong doang. “Ya nggak mungkin lah mbak,
saya disana cuma nongkrong doang, ngapain? Mending
kalo’ mau ngeceng di mall sekalian. Ngecengin siapa?
Bakul daging?” Oliv kaget dengan kalimat pak Slamet
barusan. Jangan-jangan dia bisa baca pikiran orang!,
gawat!
3. “ Ya enggak, lah pak. Saya tetep seneng dengan bakso
pak Slamet!” jawab Oliv jujur.
“Terima kasih neng, eh mbak!” pak Slamet menjawab
dengan wajah berbinar. Setidaknya masih ada orang
yang mau mempercayainya.
“Mbak, cobain ini deh!” Ubay menawarkan roti
bakar isi coklat pada Oliv. “Apaan ini bay?” sahut OLiv
sambil mencomot roti bakar itu. “Alternatif lain mbak,
saya mau banting setir, mau jualan roti bakar aja. Kan
belum pernah ada gossip roti bakar kucing kan mbak?”
Tanya Ubay, “gimana enak gak mbak?” katanya lagi.
Oliv mencicipi sedikit. “eeeehm, enak sih, tapi kurang
special. Roti bakar coklat mah, udah biasa bay, mesti
cari inovasi lain biar jadi special” kata Oliv memberi
masukan. Ubay mengangguk senang. Ubay, anak pak
Slamet itu, menurut Oliv termasuk anak yang berbakti
pada orang tua. Usianya tiga tahun diatas Oliv, dan dia
cukup dewasa. Pagi kerja, sore sekolah. Meski sempat
tertinggal kelas ampe 3 kali, Ubay tak pernah patah
semangat. Menurutnya, kegagalan itu bukan karena dia
bodoh, tapi, kondisi fisik dan psikisnya sudah lelah
setelah bekerja seharian. Ubay jablai, julukan anak-anak
pada dirinya. Cowok ceking nan kampleng (tinggi kurus)
bagaikan junkies. Dia kurus bukan karena madat, tapi
emang kurang gizi. Kalo’ sarapan sih emang sering pake’
narkoba (Nasi Rames Karo Bakwan) he he he he. Kata
jablai merupakan imbuhan yang merujuk dia emang gak
pernah punya pacar alias jomblo. Mulanya sih mau
dipanggil Ubay jomblo, tapi kedengarannya gak enak,
Ubay Jablai lebih merdu di telinga. Pun, dia tidak
keberatan diberi nama itu. Malah katanya dia jadi
tambah beken.
4. Ubay masih terus menggali inspirasi untuk roti
bakarnya. Dicarinya di internet, tabloid, majalah,
sampai terakhir di Koran SINDO yang suka di tempel di
Koran dinding sekolah, soalnya Koran itu berslogan
“Cari Inspirasi? Baca Koran SINDO!”. Dan hasilnya
adalah kolaborasi roti bakar dan burjo alias bubur
kacang ijo. “Nah! Ini baru special! Roti bakar dengan
selai kacang ijo. Rotinya sumber karbohidrat, kacang ijo
sumber protein!” komentar Oliv pada ide cemerlang
Ubay. “Lu mesti cari rasa lain, soalnya orang terbiasa
senang dengan banyak pilihan!” tambah Oliv. Ubay
girang bukan kepalang, maka terciptalah roti bakar selai
kacang merah, roti bakar selai ketan hitam, dan roti
bakar selai sea food. Oliv terus mencicipi semua karya
Ubay. Pokoknya, setiap ke kantin, Oliv jadi “njatah” roti
bakar. Lumayan, ngirit uang jajan. Tapi, Oliv paling
merasa paling aneh pada selai sea food. Dari semua
makanan yang pernah mampir di lambungnya, Cuma
makanan ini yang bikin dia langsung mual-mual tak
karuan. “Hoeeek! Hoeek!” Oliv muntah nggak bisa
nahan. Persis seperti Neyna yang mual karena
membayangkan bakso pak Slamet yang katanya dari
daging kucing. Kontan semua mata tertuju padanya.
Dan untuk yang kedua kalinya, semua yang sedang
makan disitu bubar jalan meninggalkan meja beserta
hidangan pesanannya. Entah sudah bayar atau belum.
“yeeee! Kalo’ mau muntah jangan disini dong,
bikin selera makan gue terganggu!” sungut Pompi kesel.
“iya nih, dasar anak ngeyel! Udah tau disitu jualan bakso
kucing, masih aja demen ngicipin makanan buatan pak
Slamet dan anaknya! Dasar orang miskin, segitunya
minta makan gratis, tapi kesehatan gak dipikirin! Kalo’
5. nggak punya duit puasa aja kek! Lebih berpahala
ketimbang makan jajanan murahan kayak gitu!” Neyna
ngomelin Oliv panjang bener kayak antrian minyak
tanah. Oliv yang lagi mual jadi tambah enek. Dan “
Hooooek!” Oliv muntah lagi, Kali ini di sepatunya
Neyna.
“aduh bay, sorry banget soal kemarin, gue
bener-bener gak sengaja. Gue sebetulnya seneng ama
sea food, tapi selai sea food yang kemarin itu bener-
bener payah menurutku. Gak enak sama sekali!” kata
Oliv jujur. “nggak papa mbak, saya yang salah, itu
sebenarnya selai ubur-ubur. Idenya saya dapatkan saat
saya ikut menonton film kartun Spongebob squarepants
yang dilihat adik saya, saya pikir itu ide bagus mbak”
jawab Ubay lugu. “Pantesan! Gila aja lu, film khayal
dijadiin panutan!” sungut Oliv. “Jadi gimana dong?”
Tanya Oliv lagi. “Kayaknya saya nggak jadi jualan roti
bakar mbak, saya nggak bakat, biarin aja jualan bakso,
keahlian saya dan bapak ya cuma ini. Bisnis ini kelak
akan diturunkan kepada saya. Ya udah mbak, terima
nasib aja” Ubay berkata menahan sedih. “Gue prihatin
bay, tapi masih ada satu cara lagi untuk mengembalikan
kepercayaan orang buat makan disini lagi, yaitu dengan
menghadirkan kembali 3 sosok kucing yang hilang itu!”
kata Oliv penuh semangat. Ubay yang menunduk lesu
raut mukanya berubah cerah seketika.
Maka dimulailah investigasi untuk mencari
keberadaan ketiga kucing itu. Oliv menggambarkan
ketiga kucing itu dalam bentuk sketsa dan berjudul
“WANTED”. Dicari tiga kucing dengan ciri-ciri : berwarna
coklat, putih dan belang. Si Coklat berjenis kelamin
jantan, dan si putih berjenis kelamin betina. Si belang,
6. anak dari pasangan ini, berwarna putih belang coklat,
dan ada kumisnya. Kumis yang dimaksud disini bukan
misai kucing, tapi ada bercak coklat pada hidungnya
yang menyerupai kumisnya gogon, anggota srimulat.
Dia juga biasa dipanggil gogon. Bagi yang
menemukannya harap menghubungi OLIV : 0281-
7648358. Begitulah kira-kira bunyi selebaran itu.
Langkah kedua, petunjuk! Oliv dan Ubay
mencari petunjuk dengan mewawancarai setiap
pedagang di kantin mengenai hilangnya keluarga kucing
nan misterius itu. Dari hasil wawancara, orang yang
terakhir melihat kucing itu adalah pak Ahmad,
pedagang somay. “saya melihat kucing itu terakhir hari
Jumat mbak, 3 hari sebelum gossip bakso kucing.” Pada
hari Jumat yang disebutkan pak Ahmad, disinyalir ada 2
pedagang yang masih mangkal disitu ampe sore yaitu
Ibu Isah, penjual POP Ice, dan Pak Darsun penjual soto.
Soto pak Darsun emang agak seret lakunya. Hal ini bisa
dijadikan motif untuk menjatuhkan nama baik pak
Slamet. Saingan dagang. Maka, saksi-saksi merujuk pada
nama pak Darsun sebagai dalangnya.
Tetapkan tersangka! Oliv menguntit pak Darsun
sampai ke rumah. Dia pura-pura bertamu sambil
celingukan di setiap sudut rumah pak Darsun. Berharap
menemukan sosok tiga kucing yang paling dicari itu.
Saat Oliv ngintip di dapur yang sedari tadi bunyi
gedubrak-gedubruk, pak Darsun datang
mengagetkannya. “ada apa sih non? Rumah bapak
memang banyak tikusnya. Tapi bapak gak perlu jauh-
jauh nyari kucing buat ngusirnya. Apalagi, istri bapak
pernah terserang toxoplasma pada tri mester
kehamilannya, anak saya jadi kena Hydrocepallus. Saya
7. pun, nggak akan tega memfitnah pak Slamet cuma
karena saingan bisnis. Saya tidak menyembunyikan
kucing-kucing itu. Istri saya sangat trauma dengan
kucing.” Pak Darsun berbicara panjang lebar. Seolah dia
tahu maksud kedatangan Oliv untuk menyelidikinya.
Bahkan, demi melihat anaknya yang cacat, Oliv jadi
tergerak hatinya untuk sekedar membeli sotonya suatu
hari nanti.
Oliv tak punya tersangka lain, hatinya mencelos,
lalu minta maaf dan pamitan pulang. Kasihan pak
Darsun, paling tidak, udah rejekinya pas-pasan, anaknya
sakit, dicurigai pula. Sungguh tidak adil! Lalu siapa orang
yang tega memfitnah pak Slamet? Trrrr trrrr, HP Oliv
bergetar. Ada sms masuk. “saya tahu dimana kucing itu”
pesan yang cukup singkat. Oliv terlonjak girang, ampe
HPnya ikut mental ke pojok kasur. Dengan segera Oliv
menelepon nomor tak dikenal itu. Tapi tak ada jawaban,
malah dimatikan, sial! Tak lama ada sms masuk lagi.
“ketemu di halaman sekolah, sekarang!”
Tanpa pikir panjang Oliv segera bergegas dari
ranjangnya. Saking semangatnya dia sampai nggak
sadar kalo’ sepatu yang dipakainya selen alias beda
sebelah!
Di halaman sekolah telah menunggu seorang
wanita cantik bertubuh langsing, berkulit kuning
langsat, dan bergaya anggun. Warna kulitnya serasi
dengan suasana langit sore yang kuning jingga menuju
senja. “hallo” sapanya lembut, sambil membelai si
belang. Tak salah lagi! Ini si belang, kumisnya itu lo…
persis kayak gogon. “hai…” “kenalkan aku Oliv, “ Oliv
mengulurkan tangannya. “aku Manda, Amanda, kelas
satu” “Ngomong-ngomong, benarkah kamu
8. menginginkan kucing yang cantik ini?” tanyanya dengan
nada sedih.
“enggak juga sih, Cuma gini, ada seseorang yang butuh
bantuan kamu” kata Oliv. Oliv lalu menjelaskan tentang
gossip yang menimpa pak Slamet, dan Manda dengan
senang hati mau membantu.
Pagi harinya, manda buat pengumuman lewat
pengeras suara “teman-teman saya harap kalian mau
makan bakso lagi, ketiga kucing itu sekarang sedang
saya pelihara. Sama sekali bukan dibantai. Apalagi
dijadiin bakso. Bagi yang nyebarin berita murahan,
semoga diberi ampunan dari Tuhan. Biar Dia yang maha
tahu yang membalas. Sekian” Anak-anak pun bersorak
lega. Begitupun pak Slamet, juga Ubay. Apalagi Koko,
yang puasa makan bakso selama seminggu. Semua
tepuk tangan. Meriah.. anak-anak pun bubaran ke kelas
masing-masing. Namun, alangkah terkejutnya mereka
karena ada selebaran lagi yang ditempelkan di setiap
sudut ruangan kelas.
WANTED!
Bagi siapa yang menemukan sepatu warna merah
merek YONGKI KOMALADI sebelah kanan, harap segera
menghubungi saya : KIKI 0281-7649901.
Semua mata tertuju pada Oliv…..