1. BAB I
INVESTASI : Apa yang Akan Anda Pilih?
Uang yang kita belanjakan memberi manfaat berbeda. Coba bandingkan :
Antara membeli arloji mahal dan membeli saham.
Antara beli mobil mewah dan tanah.
Antara beli handphone dan reksadana
Apa bedanya ?
Barang yang dikonsumsi semakin hari terus mengalami penyusutan sedangkan barang yang
diinvestasikan semakin lama nilainya semakin bertambah. Investasi diibaratkan “Berakir-
rakit ke hulu berenang-renang ketepian”, sedangkan konsumsi sebaliknya.
Beberapa manfaat Investasi adalah :
1. Investasi melindungi dari bahaya inflasi.
2. Berinvestasi untuk berjaga-jaga menghadapi masa depan yang jauh dari pasti.
3. Dengan berinvestasi hidup akan lebih aman terkendali.
Ada berbagai cara untuk berinvestasi, contohnya adalah para petani memelihara anak sapi
dan kambing sebagai tabungan, orang yang punya hobi koleksi lukisan atau prangko, orang
yang membeli emas, tanah, dan rumah sebagai investasi.
Menabung uang di bank aman dan mudah tapi pertumbuhan uang relatif lambat. Padahal
semakin pesat pertumbuhan, semakin baik. Deposito memberikan pertumbuhan lebih pesat,
tapi masih kalah jika dibandingkan dengan Obligasi. Saham memberikan pertumbuhan
terbesar.
Saham memang menawarkan keuntungan paling menggiurkan, tetapi juga memiliki risiko
paling besar. Oleh karena itu perlu belajar seni berinvestasi saham secara benar agar tidak
menjadi pecundang.
Cara pandang menentukan apakah anda berani berinvestasi di saham atau tidak. Saat krisis
keuangan global, seperti tahun 2008 banyak orang rugi besar, kehilangan uang pensiunnya,
bahkan bangkrut karena terlalu berani ambil resiko. Selain itu, harga saham yang dibentuk
2. oleh transaksi antara pembeli dan penjual bisa salah. Aspek psikologis yang mempengaruhi
investor bisa membuat harga terlalu murah atau sebaliknya terlalu mahal. Misalnya,
ketakutan yang berlebihan terhadap dampak krisis keuangan global 2008 membuat harga
saham jauh terlalu dalam. Namun yang lebih sering terjadi adalah keserakahan para pemain
saham membuat harga saham melonjak tinggi di atas nilainya dan membentuk gelembung
keuangan (financial bubble). Contoh bubble di pasar modal adalah “dot-com bubble” yang
terjadi pada pertengahan 1990-an. Periode ini diwarnai dengan Internet Boom. Ketika itu
harga saham bisa dibuat melonjak hanya dengan menambahkan awalan “e” atau akhiran
“.com” pada nama perusahaan.
Kegairahan terhadap potensi bisnis berbasis internet telah membuat investor mengabaikan
harga wajar saham berbasis bisnis internet. Dot-com bubble pecah pada thn 2000 dan
dampaknya luar biasa. Kejatuhan harga saham yang terjadi hingga oktober 2002 telah
meraibkan uang 5 trilyun dolar AS dan menciptakan stunami subprime crisis pada tahun
2008.
Kelebihan berinvestasi pada saham :
1. Dari segi likuiditas yaitu pada saat butuh uang, saham relatif lebih mudah dijual dari
pada properti.
2. Saham menawarkan risiko dan imbal hasil yang lebih luas,
3. Saham yang diperjual belikan di bursa membuka kesempatan bagi para investor
bermodal kecil untuk bisa memiliki perusahaan besar karena dengan memiliki saham
berarti ikut memiliki perusahaan tersebut.
3. BAB II
Apakah saham termasuk judi?
Benjamin Graham seorang investor legendaris mendefinisikan bahwa investasi adalah
kegiatan berdasarkan analisis menyeluruh serta menawarkan keamanan dana investasi dan
imbal hasil yang wajar. Di luar itu adalah spekulasi. Jadi graham menekankan, investasi harus
punya aspek keamanan dan probalitas keberhasilan relatif besar. Dengan kata lain, risiko
sebuah investasi harus masuk akal.
Jika kita membeli saham sebuah perusahaan, kita dianggap sedang berspekulasi, apabila :
1. Kita tidak punya rekam jejak si penjual (no safety of principal)
2. Kita sama sekali buta mengenai bisnis yang ditawarkan (no through analysis)
3. Dan tawaran imbal hasilnya terlalu fantastis (imposible return).
Selain faktor risiko, jangka waktu investasi (holding period) juga membedakan investasi
dari spekulasi. Charles Brandes murid Bejamin Graham menggunakan kriteria itu.
Menurutnya investor sejati seharusnya punya horizon investasi setidaknya 3 tahun, yaitu
panjang minimal sebuah siklus bisnis.
Investor sejati mengharapkan keuntungan jangka panjang, bukan dari spekulasi sesaat.
Namun jangka panjang yang panjang belum tentu merupakan investasi jika probalitas
keberhasilan rendah.
Risiko bermain saham meningkat drastis dengan adanya fasilitas margin trading. Artinya,
kita boleh bermain dengan dana 1,65 kali lipat dari uang yang kita miliki.
2 jenis pemain saham :
1. Investor
Tidak akan khawatir dengan naik turunnya harga saham akibat sentimen sesaat.
2. Trader
Naik turunnya harga saham justru menjadi kesempatan untuk menangguk keuntungan
besar.
Yang termasuk investor sejati adalah pemegang saham pendiri perusahaan atau pemegang
saham pengendali. Umumnya mereka tidak peduli dengan harga saham yang naik turun.
Mereka tidak tertarik menjual sahamnya meskipun harganya naik tajam dan mereka juga
tidak mudah kena jantung ketika harga saham merosot.
4. Bagi investor saham adalah kepemilikan perusahaan, bukan alat spekulasi jangka pendek.
Jadi investor sejati membeli saham dengan tujuan memiliki sebuah bisnis. Seperti petuah
Warren Buffett “belilah saham yang tetap kamu suka meskipun bursa efk ditutup 10
tahun”.
Inilah tujuan normatif sebuah pasar modal : “demokratis ekonomi”. Orang-orang dengan
penghasilan terbatas bisa ikut memiliki bisnis besar yang menguntungkan.
Sedangkan trader, mereka mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga secara jangka
pendek. Menjadi trader memiliki daya tarik. Mereka bisa menikmati keuntungan besar dalam
waktu singkat. Jangan heran jika ada trader bermodal besar bisa untung ratusan juta dalam
sehari dan jangan heran jika mereka juga bisa rugi ratusan juta dalam sehari.
Jadi sebelum kita memutuskan untuk bermain saham, penting untuk menjawab pertanyaan
“mengapa kita bermain saham?”. “apa tujuan kita?”
“spekulasi adalah upaya untuk membuat uang yang sedikit menjadi banyak”, sedangkan
investasi adalah upaya untuk menghindari yang banyak menjadi sedikit”.