SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
Downloaden Sie, um offline zu lesen
ek
SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
PENGEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN
SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DI INDONESIA
Aziz Budianta *
Abstract
The aim of National development is generally to create prosperous society and equal
development around Indonesian, that it has not been solved yet. One of the problems which we
may encounters is the un improvement of border regions in Indonesia territory which is identically
with rural, agricultural, poor areas, etc. In order that it can be well developed, it needs
appropriate policies in the local scale. It designed based on the result of potency identification
and limitation factors in border regions.
Key words : development, region, regional development, border region
Abstrak
Pembangunan Nasional Negara Indonesia yang tujuan umumnya adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat dan pemerataannya di seluruh wilayahnya, sampai dengan saat ini masih
banyak timbul masalah. Salah satu masalah yang masih dijumpai adalah belum berkembangnya
wilayah perbatasan antar wilayah administrasi dalam Negara Indonesia. Wilayah perbatasan
selama ini identik dengan wilayah perdesaan, wilayah pertanian, wilayah miskin, dll. Untuk
pengembangannya diperlukan kebijaksanaan yang sesuai secara lokalita, yang disusun
berdasarkan hasil identifikasi potensi dan hambatan pengembangan di wilayah perbatasan
tersebut.
Kata Kunci : pengembangan/pembangunan, wilayah, pembangunan wilayah, wilayah
perbatasan
* Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
1. Pendahuluan
Pembangunan Nasional Negara
Indonesia secara umum ditujukan untuk
mewujudkan kesejahteraan kehidupan
masyarakat secara adil dan merata
diseluruh pelosok wilayah NKRI, baik
yang tinggal di daerah perdesaan (rural
area) maupun daerah perkotaan
(urban area). Dalam pelaksanaan
pembangunan Nasional tersebut
sampai saat ini masih banyak ditemukan
masalah yang belum dapat
dipecahkan, beberapa yang terpenting
diantaranya masalah kemiskinan,
kesenjangan kemajuan antara wilayah
di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan
Kawasan Timur Indonesia (KTI),
kesenjangan kemajuan antara kota-
desa, masalah ketenaga-kerjaan,
masalah lingkungan hidup, dsb. Salah
satu wilayah yang perkembangannya
cukup tertinggal dibandingkan wilayah
lain adalah wilayah perbatasan. Selama
ini wilayah perbatasan identik dengan
daerah perdesaan, daerah pinggiran,
daerah tertinggal, atau daerah miskin
yang cenderung termarginalkan.
Terdapat dua pengertian
wilayah perbatasan dalam konteks
pembangunan Nasional di Indonesia.
Dalam konteks Negara, wilayah
perbatasan melingkupi daerah-daerah
yang berbatasan langsung dengan
wilayah teritorial negara tetangga,
sedangkan dalam tulisan ini wilayah
perbatasan lebih diartikan sebagai
Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan
Pembangunan Wilayah Indonesia
(Aziz Budianta)
bagian dari suatu wilayah
administrasi tertentu yang
berbatasan langsung dengan
wilayah administrasi lain di
sekitarnya dalam kerangka NKRI.
Kedua tipe wilayah perbatasan
tersebut merupakan bagian integral
pelaksanaan pembangunan
Nasional Negara Indonesia.
Berbagai upaya dilakukan
Pemerintah NKRI untuk lebih
memeratakan pembangunan dan
hasil-hasil pembangunan ke seluruh
pelosok Negara. Dalam rangka
pengurangan ketimpangan antar
wilayah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJM-
Nasional) tahun 2004 – 2009 (Perpres
No. 7/2005) telah mengamanatkan
bahwa pengembangan daerah
tertinggal termasuk wilayah
perbatasan terintegrasi dalam suatu
sistem wilayah pengembangan
ekonomi, melalui keterkaitan mata
rantai proses produksi dan distribusi
antara wilayah-wilayah tertinggal
dengan Wilayah Strategis Cepat
Tumbuh.
Fakta menunjukkan sampai
dengan saat ini sektor pertanian
masih merupakan sektor paling
dominan di Indonesia dan menjadi
mata pencaharian terbesar
penduduk. Usaha-usaha di sektor
pertanian lebih banyak dilakukan di
daerah perdesaan (termasuk di
dalamnya wilayah perbatasan),
oleh karena itu pembahasan dalam
rangka pengembangan daerah
perbatasan tidak dapat dipisahkan
dengan pembangunan sektor
pertanian dan pembangunan
perdesaan secara umum.
2. Daerah Perbatasan dalam
Konteks Pembangunan Nasional
Pada hakekatnya
pembangunan Nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan
berkesinambungan yang meliputi
seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pembangunan dilaksanakan untuk
mewujudkan tujuan Nasional
sebagaimana termaktub dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu
melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial. Pembangunan
Nasional dilaksanakan secara
terencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, bertahap, dan
berkelanjutan untuk memacu
peningkatan kemampuan Nasional,
dalam rangka mewujudkan
kehidupan yang sejajar dan
sederajat dengan bangsa lain yang
telah maju. Pembangunan Nasional
dilaksanakan bersama oleh
masyarakat dan pemerintah.
Masyarakat adalah pelaku utama
pebangunan, dan pemerintah
berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing, serta menciptakan
suasana yang menunjang sehingga
akan saling mengisi, saling
melengkapi dalam kesatuan
langkah menuju tercapainya tujuan
pembangunan Nasional.
Pembangunan Nasional
meliputi pembangunan daerah
yang dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan
seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini
berarti pembangunan daerah harus
merata di seluruh wilayah dan
diselenggarakan dari, oleh, dan
untuk rakyat. Secara umum
pembangunan Nasional Indonesia
bertujuan untuk: (a) Mewujudkan
keseimbangan antar daerah dalam
73
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82
hal tingkat pertumbuhannya; (b)
Memperkokoh kesatuan ekonomi
Nasional, serta (c) Memelihara efisiensi
pertumbuhan Nasional. Poernomosidi H
(1975) dalam Listiyah M (1996)
menyatakan bahwa salah satu diantara
ke tiga tujuan tersebut merupakan
sentral, yaitu keseimbangan antar
daerah dalam hal pertumbuhan.
Keseimbangan antar daerah akan
memenuhi keadilan sosial, mengurangi
kesenjangan pertumbuhan antar
daerah, dan merupakan bagian untuk
mencapai pemerataan pembangunan
ke seluruh wilayah Indonesia sebagai
pemantapan perwujudan Wawasan
Nusantara.
Dalam rangka pemerataan
pembangunan ke seluruh wilayah, telah
diupayakan pelaksanaan Otonomi
Daerah (Otoda) dengan
mempertimbangkan kemampuan
pembangunan daerah yang
bersangkutan. Dalam pelaksanaan
pembangunan masih diperlukan
perhatian yang lebih besar khususnya
kepada daerah yang terbelakang,
daerah yang padat dan daerah yang
sangat kurang penduduknya, daerah
transmigrasi, daerah terpencil dan
daerah perbatasan, serta daerah yang
memiliki ciri khas seperti daerah tertentu
di KTI. Hal tersebut sudah tercantum
sejak masih diberlakukannya Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) tahun
1993. Pembangunan daerah sebagai
bagian integral dari pembangunan
Nasional, dilaksanakan secara serasi,
terpadu, dan berkelanjutan, berhasil
guna dan berdaya guna, pada tiap
tingkat pemerintahan. Pelaksanaan
pembangunan daerah diupayakan
sesuai dengan potensi dan prioritas
daerah yang bersangkutan.
Pada umumnya terdapat
kecenderungan bahwa daerah yang
telah berkembang menjadi pusat
pelayanan (misalnya daerah
perkotaan), akan menyerap lebih
banyak investasi dan intervensi
pembangunan. Pertumbuhan suatu
wilayah akan saling terkait dengan
perkembangan fasilitas pelayanan,
disebabkan pertumbuhan wilayah
membutuhkan dukungan pengadaan
dan perluasan pelayanan. Ketersediaan
pelayanan di suatu wilayah tersebut
pada gilirannya akan menstimulir
pertumbuhan wilayah. Hal ini
disebabkan kebijaksanaan
pembangunan wilayah berjalan
bersama-sama dengan perwujudan
pelayanan sosial, ekonomi, dan
infrastruktur wilayah lainnya.
Sejak dimulainya Repelita VI
telah digariskan bahwa koordinasi
keseluruhan pembangunan di daerah
perlu mencakup segi spasial yang akan
memberikan dasar pada masing-masing
kawasan, baik pada kawasan khusus,
kawasan perdesaan, termasuk dalam
hal ini wilayah perbatasan antar
propinsi. Dalam rangka pemerataan
pembangunan wilayah secara internal,
daerah perbatasan merupakan bagian
wilayah yang perlu mendapatkan
perhatian khusus karena beberapa
kecenderungan yang terjadi di daerah
perbatasan, dalam hal pertumbuhan
dan perkembangannya yaitu: (a)
Pertumbuhan daerah perbatasan
cenderung lambat, dan (b) Daerah
perbatasan cenderung kurang mampu
berkembang secara optimal karena
keterbatasan antara lain: (i) lahan pada
umumnya marginal, (ii) jauh dari pusat
kegiatan, dan (iii) investasi dan intervensi
dari luar sangat terbatas.
3. Tipe-Tipe Daerah Perbatasan
Wilayah perbatasan merupakan
wilayah pertemuan antara dua wilayah
administrasi, namun sumberdaya alam
(natural resources) dan masyarakatnya
bisa menjadi bagian komplementer
pada satu satuan sistem fungsional bagi
pengembangan wilayah yang didukung
74
Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan
Pembangunan Wilayah Indonesia
(Aziz Budianta)
oleh sistem prasarana wilayah bersama.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Bappeda Provinsi D.I Yogyakarta
bekerjasama dengan Lembaga
Penelitian P4N UGM tahun 1993, wilayah
perbatasan dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe (Listiyah M, 1996),
yaitu:
a. Wilayah buntu, dicirikan oleh: (1)
posisi pada ujung jaringan atau
bahkan belum terjangkau oleh sistem
jaringan yang merangkai tempat
tersebut dengan pusat pelayanan
hirarkhi terendah dalam sistem
wilayah yang membawahinya atau
dengan perkotaan lain; (2) terletak
pada lahan marginal karena sifat
geologi wilayahnya (seperti:
morfologi, lereng, batuan, dan
tanah); (3) kepadatan penduduk
rendah; dan (4) proyek
pengembangan sangat terbatas
karena faktor ekologis;
b. Wilayah perbatasan jalur perifer,
dicirikan oleh: (1) terlewati sistem
jaringan jalan yang merangkai
tempat tersebut dengan sistem
wilayah yang membawahinya,
maupun dengan sistem seberang
perbatasan; (2) terletak pada
wilayah dengan kegiatan ekonomi
sedang; dan (3) prospek
pengembangan sangat tergantung
wilayah yang secara langsung
terangkai menjadi satu kesatuan
wilayah atau kesatuan sistem
jaringan dengan wilayah tersebut;
c. Wilayah perbatasan kontak tinggi,
dicirikan oleh: (1) posisi antar wilayah
utama; (2) intensitas kegiatan
ekonomi pada satu sisi atau pada
kedua sisi pembatas; (3) kepadatan
penduduk relatif tinggi; dan (4)
terdapat aglomerasi penduduk dan
pusat pelayanan yang melayani
kebutuhan penduduk pada kedua
sisi perbatasan.
4. Permasalahan Daerah Perbatasan
Beberapa permasalahan yang
secara umum dijumpai di daerah
perbatasan meliputi: (a) Sering timbul
permasalahan dalam hal kebijaksanaan
yang harus diterapkan; (b) Terdapat
kecenderungan tumbuh lebih lambat
(untuk tipe wilayah perbatasan a dan
b); (c) Benturan dua kepentingan
berbeda antar dua wilayah; dan (d)
Belum ada kesatuan dalam
perencanaan wilayah perbatasan itu
sendiri yang menimbulkan
ketidakserasian persepsi dan aspirasi
pembangunan, yang kemudian akan
berakibat pada ketidakserasian
program-program pembangunan, baik
yang dilaksanakan oleh masyarakat
maupun oleh pemerintah di daerah
perbatasan tersebut.
Telah ditegaskan bahwa
pelaksanaan pembangunan di daerah
harus selaras dengan potensi dan
peluang pengembangan, dan sejalan
dengan prioritas yang telah digariskan
oleh peraturan yang berlaku pada
masing-masing wilayah. Khusus untuk
wilayah perbatasan, diperlukan
koordinasi yang matang antara dua
wilayah administrasi untuk memadukan
dua atau lebih kepentingan yang
berbeda. Untuk mencapai optimalisasi
pembangunan di wilayah perbatasan,
terlebih dahulu perlu diketahui
karakteristik wilayahnya, dengan
melakukan identifikasi potensi, kendala,
dan peluang pengembangannya.
Dengan demikian maka penyusunan
rencana pengembangan wilayah
perbatasan tersebut akan menghasilkan
rencana intervensi pembangunan, baik
dalam bentuk program atau proyek
yang berhasil guna dan berdaya guna.
Pada umumnya daerah-daerah
perbatasan termasuk ke dalam
kriteria desa miskin dengan
pertumbuhan cenderung lebih
lambat dibandingkan dengan
desa-desa di sekitarnya. Beberapa
75
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82
faktor penyebab lambatnya
pertumbuhan desa-desa di daerah
perbatasan diantaranya: (a) Belum
ditemu-kenalinya secara
mendalam dan menyeluruh
mengenai potensi sosial-ekonomi
masyarakat di daerah perbatasan,
yang pada dasarnya merupakan
faktor pendukung ketahanan
masyarakat di wilayah perbatasan
tersebut; (b) Lemahnya
kemampuan pelayanan sosial dan
ekonomi masyarakat di wilayah
perbatasan dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang harus
dilayani; dan (c) Kurang
terdistribusinya secara merata
pelayanan sosial dan ekonomi di
wilayah perbatasan dilihat atas
dasar lokasi atau agihan keruangan
(spatial distribution) (Listiyah
Miniarti, 1996).
Di samping faktor-faktor
tersebut, lambatnya
perkembangan daerah-daerah
perbatasan juga masih ditambah
lagi oleh imbas dampak
kesenjangan antara desa – kota,
seperti investasi ekonomi (dalam
bidang infrastruktur dan
kelembagaan) yang cenderung
terkonsentrasi di daerah perkotaan,
yang berakibat pada lebih
cepatnya wilayah perkotaan
tumbuh dan berkembang,
sedangkan wilayah perdesaan
relatif tertinggal (urban bias).
Ketertinggalan tingkat kemajuan
wilayah perdesaan juga
disebabkan oleh masih rendahnya
produktivitas, kwalitas petani, dan
pertanian, terbatasnya akses
petani terhadap sumberdaya
permodalan, serta rendahnya
kwalitas dan kwantitas infrastruktur
pertanian dan perdesaan. Sebagai
akibatnya kesejahteraan
masyarakat di perdesaan, yang
mencakup sekitar 60 persen
penduduk Indonesia, khususnya
petani masih sangat rendah
tercermin dari jumlah
pengangguran dan jumlah
penduduk miskin yang lebih besar
dibandingkan wilayah perkotaan
(Anonimus, 2005).
5. Daerah Perbatasan dan
Pembangunan Perdesaan
Daerah perbatasan yang
pada umumnya berupa wilayah
perdesaan adalah merupakan
bagian dari Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP) yang
diharapkan akan tumbuh dan
berkembang sejajar dengan
daerah lain. Dalam konteks
kewilayahan, terdapat
kecenderungan di daerah
perbatasan pertumbuhan
wilayahnya lebih lambat
dibandingkan dengan wilayah
bukan perbatasan, hal ini
disebabkan adanya isolasi fisik
untuk daerah perbatasan yang
sekaligus merupakan wilayah
pedalaman dan terjadinya isolasi
perhatian dari pemerintah yang
lebih tinggi serta sering terjadi
benturan dari kebijaksanaan yang
berbeda dalam peruntukkan lahan
di daerah perbatasan (Mubyarto,
dkk (1991) dalam Listiyah M (1996)).
Terjadinya konflik-konflik di daerah
perbatasan tersebut secara
langsung maupun tidak langsung
akan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan wilayah
tersebut.
Berkaitan dengan
pendekatan keruangan pada studi
geografi, untuk mengembangkan
wilayah perbatasan yang pada
umumnya berupa perdesaan, suatu
kebijaksanaan pembangunan
keruangan sudah seharusnya
mempromosikan pertumbuhan
76
Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan
Pembangunan Wilayah Indonesia
(Aziz Budianta)
pusat-pusat pelayanan perdesaan
yang dapat menghubungkan
pusat-pusat atau kota-kota dengan
daerah buriloka termasuk daerah di
sepanjang perbatasan.
Kebijaksanaan ini harus dilengkapi
dengan (Huisman, 1987): (a)
Ekstensifikasi pasar untuk
menampung kelebihan produksi
pertanian dan output daerah
perdesaan yang lain; (b)
Pengagihan input yang dibutuhkan
untuk produksi pertanian yang
telah meningkat tersebut (seperti
benih, pupuk, dsb); (c) Pengagihan
pelayanan-pelayanan seperti
pelayanan kesehatan, pendidikan,
persediaan air bersih, angkutan
umum, dan tentu saja penyebaran
pelayanan ekonomi yang lebih luas
dan merata; (d) Penciptaan
kesempatan lapangan kerja baru
baik di bidang produksi sekunder
yang berhubungan dengan
pertanian maupun jenis industri
perdesaan lainnya; dan (e)
Memperlambat laju migrasi desa-
kota.
Kebijaksanaan yang
mempromosikan pertumbuhan
pusat-pusat kegiatan perdesaan
akan efektif apabila dipacu
dengan pertumbuhan dan
pembenahan prasarana dan
sarana sosial dan ekonomi yang
mampu mendukung pertumbuhan
ekonomi wilayah. Pedesaan
sebagai hirarkhi bertingkat tiga
yaitu sebagai pusat pelayanan
desa (village service centres),
merupakan titik tolak dari
perencanaan suatu kegiatan
dalam konteks pembangunan
wilayah atau program
pembangunan perdesaan terpadu.
Perencanaan
pengembangan wilayah pada
hakekatnya merupakan kelanjutan
dari program pembangunan yang
berupaya meningkatkan
pemanfaatan sumberdaya agar
lebih bermanfaat untuk mendukung
kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dalam
perkembangannya suatu wilayah
secara struktur sosial dan
ekonominya akan ditentukan oleh
potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, dan aspek
kelembagaan terutama
menyangkut teknologi, kesiapan
aparat, dan sumber pendanaan
(Sugandy (1987) dalam Listiyah M
(1996)). Interaksi di antara
komponen tersebut pada gilirannya
akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan suatu wilayah.
Pemahaman terhadap potensi
yang sebenarnya ada pada suatu
wilayah sangat diperlukan agar
interaksi yang terjadi adalah
interaksi yang seimbang dan
pertumbuhan wilayah tersebut
benar-benar berbasis dari potensi
wilayahnya senidiri.
Dalam kaitannya dengan
pengembangan wilayah desa-desa
perbatasan agar dapat serasi
dengan kondisi desa perlu dilihat
potensi desa yang ada. Potensi
desa adalah sumber-sumber alami
dan sumber-sumber manusiawi
yang dapat dimanfaatkan untuk
kelangsungan hidup masyarakat
desa setempat. Potensi desa
tersebut dapat dibedakan dalam
potensi fisik dan non fisik (Bintarto,
1983).
Untuk memudahkan
identifikasi potensi menurut
Direktorat Tata Kota dan Tata
Daerah, Dirjen Cipta Karya DPU
1990, maka potensi wilayah dapat
dikelompokkan menjadi: (a) Potensi
sumberdaya alam yang berupa
lahan yang subur, hasil hutan,
77
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82
pertambangan dan energi, dsb; (b)
Potensi sumberdaya manusia
berupa tenaga kerja, keahlian,
partisipasi, kekayaan, serta
kelembagaan sosial; dan (c)
Potensi ruang yang dapat berupa
letak daerah yang strategis. Dalam
operasional di lapangan,
komponen potensi tersebut dapat
berkembang sesuai dengan tujuan
kegiatan perencanaan.
Potensi desa tidak sama,
karena lingkungan geografi dan
keadaan penduduknya berbeda,
luas tanah, macam tanah, dan
tingkat kesuburan tanah yang tidak
sama. Sumber air dan tata air yang
berbeda menyebabkan cara
penyesuaian atau corak kehidupan
yang berbeda. Dalam hal ini maju
mundurnya desa dapat tergantung
pada beberapa faktor antara lain:
(a) Potensi desa yang mencakup
potensi sumberdaya alam, potensi
penduduk warga desa beserta
pamongnya; (b) Interaksi antara
desa dengan kota, antara desa
dengan desa, tercakup di
dalamnya perkembangan fasilitas
pelayanan sosial dan ekonomi dan
infrastrukturnya; dan (c) Lokasi desa
terhadap daerah-daerah di
sekitarnya.
Perbedaan potensi desa
akan mempengaruhi tingkat
perkembangan suatu daerah.
Untuk melakukan penilaian
terhadap tingkat perkembangan
desa dapat dilakukan dengan
melakukan analisis sumberdaya
wilayah melalui analisis inter dan
intra regional. Analisis inter regional
yaitu dengan membandingkan
perkembangan dari setiap sub
wilayah dilihat dari aspek
sumberdaya, karakteristik sosial dan
ekonomi atau perbandingan
komponen wilayah dari daerah
perencanaan. Untuk menilai tingkat
perkembangan wilayah dapat
dinyatakan dalam bentuk indeks
yang disebut sebagai indeks tingkat
perkembangan wilayah. Indeks ini
digunakan untuk mengukur
perbedaan tingkat atau derajad
perkembangan wilayah berbasis
pada sosial dan ekonomi wilayah.
Teknik perhitungan indeks terdiri
dari beberapa langkah, yaitu: (a)
Menentukan variabel dan indikator
sosial-ekonomi beserta parameter
masing-masing; (b) Mengumpulkan
dan mengisi data ke dalam tabel;
(c) Pemberian bobot; (d)
Menghitung indeks perkembangan
setiap unit wilayah perencanaan;
dan (e) Interpretasi hasi berdasar
nilai total indeks.
Kebanyakan di Negara
Sedang Berkembang/NSB
(developing countries), jurang
pemisah pertumbuhan dapat
dilihat di antara kemajuan sosial
dan ekonomi pusat-pusat
perkotaan yang relatif maju
dengan daerah-daerah perdesaan
atau pedalaman dan sekaligus
perbatasan yang kurang maju.
Salah satu sebabnya adalah tidak
adanya fasilitas-fasilitas dan jasa di
daerah tersebut. Apabila ada,
tidak terdistribusi secara merata
dan masih berada di bawah daya
layannya (IDAP, 1985).
Pelayanan ekonomi dalam
hubungannya dengan
perencanaan pengembangan
wilayah perdesaan dapat dibagi
atas pelayanan pendukung
pertanian dan pelayanan lainnya
yang berhubungan dengan fungsi
pengembangan potensi
sumberdaya wilayah. Sektor
pertanian mencakup sub sektor
pertanian tanaman pangan,
tanaman perkebunan, perikanan,
78
Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan
Pembangunan Wilayah Indonesia
(Aziz Budianta)
dan peternakan. Sedangkan yang
dimaksud dengan pelayanan-
pelayanan pendukung pertanian
adalah berbagai pelayanan
pertanian terhadap pertanian itu
sendiri, yang meliputi penelitian,
penyuluhan, dan distribusi input.
Dalam dasawarsa terakhir ini
strategi yang dikumandangkan PBB
dan Bank Dunia dalam bidang
pembangunan khususnya
perdesaan difokuskan pada tekat
untuk memerangi kemiskinan, dan
mengurangi kesenjangan
pertumbuhan antara desa dan
kota. Dalam pernyataannya Bank
Dunia (1985) mengungkapkan
bahwa pembangunan perdesaan
diartikan ”...a strategy designed to
improve the economic and social
life of the rural poor”. Hal ini
mengandung pengertian bahwa
aspek sosial dan ekonomi yang
menyangkut peningkatan
pendapatan masyarakat desa lebih
diutamakan daripada aspek fisik
lingkungan binaan perdesaan,
selain itu upaya ini lebih ditekankan
pada proses perubahan yang
berkesinambungan. Strategi di atas
dijabarkan dalam empat aspek
utama yaitu: (a) Pendayagunaan
potensi sumberdaya alam; (b)
Penciptaan dan diversivikasi
lapangan pekerjaan baru,
khususnya sektor non pertanian,
untuk meningkatkan pendapatan
dan mengurangi ketimpangan; (c)
Peningkatan kwalitas sumberdaya
manusia melalui jalur pendidikan
dan ketrampilan formal maupun
informal; dan (d) Pendayagunaan
infrastruktur kelembagaan
perdesaan. Upaya ini harus diikuti
dengan penyediaan infrastruktur
fisik, sosial dan ekonomi beserta
pemerataan dan penyebarannya,
sehingga mampu meningkatkan
aksesibilitas daerah perdesaan
terhadap pusat-pusat
pembangunan sekaligus mengatasi
keterasingan untuk sebagian
wilayah perbatasan.
6. Strategi Pengembangan Daerah
Perbatasan
Untuk mengatasi
permasalahan di daerah
perbatasan, tidak dapat
dilepaskan dengan pembangunan
pertanian dan daerah perdesaan
secara umum. Dalam upaya
mengurangi kesenjangan
perkembangan antar wilayah,
RPJM Nasional 2004 – 2009 telah
menggariskan bahwa sasaran
pembangunan yang dilakukan
adalah meningkatkan peran
perdesaan sebagai basis
pertumbuhan ekonomi agar
mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di
pedesaan, meningkatkan
pembangunan pada daerah-
daerah terbelakang dan tertinggal,
meningkatkan perkembangan
wilayah yang didorong oleh daya
saing kawasan dan produk-produk
unggulan daerah, serta
meningkatkan keseimbangan
pertumbuhan pembangunan antar
kota-kota metropolitan, besar,
menengah, dan kecil dengan
memperhatikan keserasian
pemanfaatan ruang dan
penatagunaan tanah.
Guna mencapai sasaran
tersebut, telah disusun prioritas
pembangunan dan arah kebijakan
pembangunan perdesaan dan
pengurangan ketimpangan
pembangunan antar wilayah.
Pembangunan perdesaan
dilakukan dengan
mengembangkan diversifikasi
kegiatan ekonomi perdesaan;
meningkatkan promosi dan
79
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82
pemasaran produk-produk
pertanian dan perdesaan lainnya;
memperluas akses masyarakat
perdesaan ke sumber daya-sumber
daya produktif, pelayanan publik
dan pasar; meningkatkan
keberdayaan masyarakat
perdesaan melalui peningkatan
kwalitas penduduknya, penguatan
kelembagaan dan modal sosial
masyarakat perdesaan;
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perdesaan serta
meminimalkan risiko kerentanan;
serta mengembangkan praktek-
praktek budidaya pertanian dan
usaha non pertanian yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan.
Sedangkan pengurangan
ketimpangan pembangunan
wilayah dilakukan dengan: (a)
mendorong percepatan
pembangunan dan pertumbuhan
wilayah-wilayah strategis dan
cepat tumbuh yang selama ini
masih belum berkembang secara
optimal, sehingga dapat menjadi
motor penggerak bagi wilayah-
wilayah tertinggal di sekitarnya
dalam suatu ‘sistem wilayah
pengembangan ekonomi’ yang
sinergis; (b) meningkatkan
keberpihakan pemerintah untuk
mengembangkan wilayah-wilayah
tertinggal dan terpencil sehingga
wilayah-wilayah tersebut dapat
tumbuh dan berkembang secara
lebih cepat dan dapat mengejar
ketertinggalan pembangunannya
dengan daerah lain; (c)
mengembangkan wilayah-wilayah
perbatasan dengan mengubah
arah kebijakan pembangunan yang
selama ini cenderung berorientasi
inward looking menjadi outward
looking, sehingga kawasan tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara
tetangga, baik dengan
menggunakan pendekatan
pembangunan melalui peningkatan
kesejahteraan (prosperity
approach) maupun keamanan
(security approach); (d)
menyeimbangkan pertumbuhan
pembangunan antar kota-kota
metropolitan, besar, menengah,
dan kecil secara hirarkis dalam
suatu ‘sistem pembangunan
perkotaan nasional;’ (e)
meningkatkan keterkaitan kegiatan
ekonomi yang berada di wilayah
perdesaan dengan yang berada di
perkotaan; (f)
mengoperasionalisasikan ’Rencana
Tata Ruang’ sesuai dengan hirarki
perencanaan (RTRW-Nasional,
RTRW-Pulau, RTRW-Provinsi, RTRW-
Kabupaten/Kota) sebagai acuan
koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan antar sektor dan
antar wilayah.
Untuk mengurangi
kesenjangan antar wilayah langkah
prioritas jangka pendek yang
dilakukan menitik beratkan pada
percepatan pembangunan
infrastruktur, yang dilakukan antara
lain dengan: (i) penyediaan sarana
irigasi, air bersih, dan sanitasi dasar
terutama daerah-daerah langka
sumber air bersih; (ii)
pembangunan jalan, jembatan,
dan dermaga terutama daerah
terisolasi dan tertinggal; (iii)
redistribusi sumber dana kepada
daerah-daerah yang memiliki
pendapatan rendah dengan
instrumen Dana Alokasi Khusus
(DAK) (Sri Mulyani Indrawati, 2005).
7. Kesimpulan
a. Guna mendukung
pengembangan wilayah
perbatasan masih perlu dilakukan
80
Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan
Pembangunan Wilayah Indonesia
(Aziz Budianta)
penelitian mendalam untuk
menemu-kenali faktor-faktor
penyebab lambatnya
pertumbuhan daerah perbatasan
dalam berbagai aspek
kewilayahan. Beberapa aspek
penting yang perlu dikaji lebih
lanjut diantaranya: (1)
Karakteristik potensi wilayah
(terutama potensi fisik wilayah);
(2) Kondisi sosial-ekonomi serta
sosial-budaya penduduk
setempat; (3) Jenis, ketersediaan,
dan daya layan dari berbagai
macam prasarana dan sarana
pelayanan penduduk; serta (4)
Kebijaksanaan pembangunan
daerah perbatasan dan
perumusan strategi
pengembangan yang tepat
secara umum dan lokalita;
b. Dalam RPJM-Nasional tahun 2004
– 2009 pengembangan daerah
perdesaan dan pengurangan
ketimpangan antar wilayah
(termasuk di dalamnya daerah
perbatasan) merupakan prioritas
dan arah kebijakan
pembangunan yang ditujukan
untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat;
c. Pengembangan dan/atau
pembangunan daerah
perbatasan juga identik dengan
pembangunan perdesaan yang
berbasis pada sektor usaha
pertanian. Dalam
implementasinya masih banyak
terdapat kesulitan untuk
memadukan berbagai macam
program dan proyek pemerintah
daerah yang dikelola oleh
berbagai macam instansi terkait,
sehingga masih terkesan terdapat
tumpang tindih (overlaping)
program dan proyek pemerintah.
Padahal untuk menghasilkan
kemajuan yang cukup signifikan
di daerah perbatasan diperlukan
sinergi dan keterpaduan program
dan proyek instansional.
8. Daftar Pustaka
Anonimus, 2000. Garis-Garis Besar
Haluan Negara Tahun
1999 - 2004. Cetakan I.
Surabaya: Arkola.
________, 2005. Peraturan Presiden
No. 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Nasional (RPJM-Nasional)
Tahun 2004 - 2009.
Jakarta: Kesekretariatan
Negara
________, 2008. Kajian Implementasi
Kebijakan
Pengembangan Wilayah
Strategis Cepat Tumbuh
dalam Rangka
Mendorong
Pengembangan Wilayah
Tertinggal. Maret 2008.
Jakarta: Direktorat
Kawasan Khusus dan
Daerah Tertinggal
Kementerian Negara
PPN/Bappenas
Conyers, D. dan P. Hills, 1984. An
Introduction to
Development Planning in
the Third World.
Chicester.
ESCAP, 1979. Guidelines for Rural
Center Planning. New
York: United Nations
Huisman, Henk, 1987. Perencanaan
Pelayanan dan Pusat
Pelayanan, RRDP Series
Number VII. Yogyakarta:
Fak. Geografi UGM
Listiyah Miniarti, 1996. Peranan
Potensi Prasarana dan
81
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82
Sarana Sosial dan
Ekonomi dalam
Pengembangan Wilayah
Perbatasan di Kab.
Gunung Kidul Provinsi D.I.
Yogyakarta, Skripsi S1.
Yogyakarta: Fak.
Geografi UGM
Sri Mulyani Indrawati, 2005. Laporan
Perkembangan
Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium
(Millennium Development
Goals/MDGs) Negara
Indonesia Tahun 2005
Sumaatmadja, Nursid, 1988. Studi
Geografi: Suatu
Pendekatan dan Analisa
Keruangan, Cetakan I.
Bandung: Alfabetha
82

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pedoman penyusunan proposal program pembangunan desa
Pedoman penyusunan proposal program pembangunan desaPedoman penyusunan proposal program pembangunan desa
Pedoman penyusunan proposal program pembangunan desamuhammad hamdi
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaFitri Indra Wardhono
 
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahOperator Warnet Vast Raha
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...DIANTO IRAWAN
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Strategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat
Strategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakatStrategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat
Strategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakatPekerja Sosial Masyarakat
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Operator Warnet Vast Raha
 
Partisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitian
Partisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitianPartisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitian
Partisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitianMuhammad Salim
 
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerah
5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerahnurul khaiva
 
Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan
Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan
Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan elkana.catur
 
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)Windows112
 
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)Andy Safa
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanSari Faizah
 
DESA PUSAT PERTUMBUHAN
DESA PUSAT PERTUMBUHANDESA PUSAT PERTUMBUHAN
DESA PUSAT PERTUMBUHANArdi Novra
 
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desaSkripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desaOperator Warnet Vast Raha
 
Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten Bantul
Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten BantulMenghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten Bantul
Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten BantulRusman R. Manik
 
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Operator Warnet Vast Raha
 

Was ist angesagt? (19)

Pedoman penyusunan proposal program pembangunan desa
Pedoman penyusunan proposal program pembangunan desaPedoman penyusunan proposal program pembangunan desa
Pedoman penyusunan proposal program pembangunan desa
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
 
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
 
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Strategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat
Strategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakatStrategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat
Strategi dan kebijakan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
 
Partisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitian
Partisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitianPartisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitian
Partisipasi pembangunan infrastruktur desa penelitian
 
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerah
5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerah
 
Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan
Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan
Kerjasama Antar Daerah di Kawasan Perkotaan
 
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
(M.irfani maulana 0484) pemberdayaan badan usaha milik desa (1)
 
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
Se djck pedoman_umum_kotaku (1)
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 
DESA PUSAT PERTUMBUHAN
DESA PUSAT PERTUMBUHANDESA PUSAT PERTUMBUHAN
DESA PUSAT PERTUMBUHAN
 
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desaSkripsi  peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
Skripsi peranan kepala desa dalam melaksanakan tugas administrasi desa
 
Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten Bantul
Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten BantulMenghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten Bantul
Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Melalui LKD di Kabupaten Bantul
 
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
 

Andere mochten auch

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)Dadang Solihin
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah TertinggalArah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah TertinggalKPDT
 
Mkn 56-for-web
Mkn 56-for-webMkn 56-for-web
Mkn 56-for-webgirnana
 
1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisata1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisataEfry Ghani
 
Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...
Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...
Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...KPDT
 
2508 4917-1-pb
2508 4917-1-pb2508 4917-1-pb
2508 4917-1-pbAgus P
 
Artikel desa wisata
Artikel desa wisataArtikel desa wisata
Artikel desa wisataedi sofyan
 
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan KemiskinanSistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan KemiskinanOswar Mungkasa
 
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Fitri Indra Wardhono
 
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional Dadang Solihin
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Penataan Ruang
 
Mekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNMekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNJogo Hera
 
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010Tatang Suwandi
 
Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara Tatang Suwandi
 
Praktek Anggaran Berbasis Kinerja
Praktek Anggaran Berbasis KinerjaPraktek Anggaran Berbasis Kinerja
Praktek Anggaran Berbasis KinerjaJuwarto Tulungagung
 
Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah
Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah
Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 

Andere mochten auch (20)

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah TertinggalArah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
 
Mkn 56-for-web
Mkn 56-for-webMkn 56-for-web
Mkn 56-for-web
 
1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisata1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisata
 
Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...
Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...
Aspek Legal Regional Management dalam Sistem Pemerintahan Daerah Menurut UU N...
 
2508 4917-1-pb
2508 4917-1-pb2508 4917-1-pb
2508 4917-1-pb
 
Artikel desa wisata
Artikel desa wisataArtikel desa wisata
Artikel desa wisata
 
Data berkualitas
Data berkualitasData berkualitas
Data berkualitas
 
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan KemiskinanSistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
 
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
 
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
 
Mekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNMekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBN
 
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeuPaparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
 
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
 
Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara
 
Praktek Anggaran Berbasis Kinerja
Praktek Anggaran Berbasis KinerjaPraktek Anggaran Berbasis Kinerja
Praktek Anggaran Berbasis Kinerja
 
Pengertian pembangunan menurut para ahli
Pengertian pembangunan menurut para ahliPengertian pembangunan menurut para ahli
Pengertian pembangunan menurut para ahli
 
Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah
Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah
Dukungan Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah
 

Ähnlich wie Jurnal pengembangan wilayah perbatasan

PPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptx
PPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptxPPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptx
PPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptxJeremieTanRambe
 
pengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunan
pengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunanpengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunan
pengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunanMesyMelinda
 
NITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdf
NITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdfNITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdf
NITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdfNitaEkaWahyuni
 
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaMakalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaSeptian Muna Barakati
 
Tugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdf
Tugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdfTugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdf
Tugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdfTiaradewi50
 
Tugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
Tugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerahTugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
Tugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerahMuhamadFajar IndraJaya
 
Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...
Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...
Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...Surya Delima
 
ppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptxppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptxRaulGonzalez98900
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahifa_talita
 
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerahperekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerahSuhanda Handa
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahLutfiyah Siti
 
Refleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemuda
Refleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemudaRefleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemuda
Refleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemudaGiffari Muslih
 
Charisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomiCharisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomiCharisma Al-ma'arij
 

Ähnlich wie Jurnal pengembangan wilayah perbatasan (20)

PPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptx
PPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptxPPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptx
PPT TEORI PEMBANGUNAN_JEREMIE TAN RAMBE _21102068.pptx
 
pengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunan
pengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunanpengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunan
pengembangan wilaway perbatasan sebagai upaya pemerataan pembangunan
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
Pembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak imanPembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak iman
 
Teori Pembangunan.pptx
Teori Pembangunan.pptxTeori Pembangunan.pptx
Teori Pembangunan.pptx
 
NITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdf
NITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdfNITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdf
NITA EKA WAHYUNI ( 21102001 ) IP REG..pdf
 
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaMakalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
 
Tugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdf
Tugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdfTugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdf
Tugas Teori Pembangunan pdf_20220422_220247_0000.pdf
 
Tugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
Tugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerahTugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
Tugas perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
 
Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...
Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...
Tugas Teknologi Informasi Pemerintahan _Surya Delima 20102016 Ilmu Pemerintah...
 
Makalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desaMakalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desa
 
BAB 1 (Autosaved).docx
BAB 1 (Autosaved).docxBAB 1 (Autosaved).docx
BAB 1 (Autosaved).docx
 
ppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptxppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptx
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerahperekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
 
Makalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desaMakalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desa
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Up
UpUp
Up
 
Refleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemuda
Refleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemudaRefleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemuda
Refleksi wawasan nusantara sebagai geopolitik indonesia di kalangan pemuda
 
Charisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomiCharisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomi
 

Kürzlich hochgeladen

AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 

Kürzlich hochgeladen (20)

AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 

Jurnal pengembangan wilayah perbatasan

  • 1. ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO PENGEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DI INDONESIA Aziz Budianta * Abstract The aim of National development is generally to create prosperous society and equal development around Indonesian, that it has not been solved yet. One of the problems which we may encounters is the un improvement of border regions in Indonesia territory which is identically with rural, agricultural, poor areas, etc. In order that it can be well developed, it needs appropriate policies in the local scale. It designed based on the result of potency identification and limitation factors in border regions. Key words : development, region, regional development, border region Abstrak Pembangunan Nasional Negara Indonesia yang tujuan umumnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan pemerataannya di seluruh wilayahnya, sampai dengan saat ini masih banyak timbul masalah. Salah satu masalah yang masih dijumpai adalah belum berkembangnya wilayah perbatasan antar wilayah administrasi dalam Negara Indonesia. Wilayah perbatasan selama ini identik dengan wilayah perdesaan, wilayah pertanian, wilayah miskin, dll. Untuk pengembangannya diperlukan kebijaksanaan yang sesuai secara lokalita, yang disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan hambatan pengembangan di wilayah perbatasan tersebut. Kata Kunci : pengembangan/pembangunan, wilayah, pembangunan wilayah, wilayah perbatasan * Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu 1. Pendahuluan Pembangunan Nasional Negara Indonesia secara umum ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat secara adil dan merata diseluruh pelosok wilayah NKRI, baik yang tinggal di daerah perdesaan (rural area) maupun daerah perkotaan (urban area). Dalam pelaksanaan pembangunan Nasional tersebut sampai saat ini masih banyak ditemukan masalah yang belum dapat dipecahkan, beberapa yang terpenting diantaranya masalah kemiskinan, kesenjangan kemajuan antara wilayah di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), kesenjangan kemajuan antara kota- desa, masalah ketenaga-kerjaan, masalah lingkungan hidup, dsb. Salah satu wilayah yang perkembangannya cukup tertinggal dibandingkan wilayah lain adalah wilayah perbatasan. Selama ini wilayah perbatasan identik dengan daerah perdesaan, daerah pinggiran, daerah tertinggal, atau daerah miskin yang cenderung termarginalkan. Terdapat dua pengertian wilayah perbatasan dalam konteks pembangunan Nasional di Indonesia. Dalam konteks Negara, wilayah perbatasan melingkupi daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah teritorial negara tetangga, sedangkan dalam tulisan ini wilayah perbatasan lebih diartikan sebagai
  • 2. Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah Indonesia (Aziz Budianta) bagian dari suatu wilayah administrasi tertentu yang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi lain di sekitarnya dalam kerangka NKRI. Kedua tipe wilayah perbatasan tersebut merupakan bagian integral pelaksanaan pembangunan Nasional Negara Indonesia. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah NKRI untuk lebih memeratakan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan ke seluruh pelosok Negara. Dalam rangka pengurangan ketimpangan antar wilayah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM- Nasional) tahun 2004 – 2009 (Perpres No. 7/2005) telah mengamanatkan bahwa pengembangan daerah tertinggal termasuk wilayah perbatasan terintegrasi dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi, melalui keterkaitan mata rantai proses produksi dan distribusi antara wilayah-wilayah tertinggal dengan Wilayah Strategis Cepat Tumbuh. Fakta menunjukkan sampai dengan saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor paling dominan di Indonesia dan menjadi mata pencaharian terbesar penduduk. Usaha-usaha di sektor pertanian lebih banyak dilakukan di daerah perdesaan (termasuk di dalamnya wilayah perbatasan), oleh karena itu pembahasan dalam rangka pengembangan daerah perbatasan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan sektor pertanian dan pembangunan perdesaan secara umum. 2. Daerah Perbatasan dalam Konteks Pembangunan Nasional Pada hakekatnya pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan Nasional sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pembangunan Nasional dilaksanakan secara terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan Nasional, dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju. Pembangunan Nasional dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pebangunan, dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang sehingga akan saling mengisi, saling melengkapi dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional meliputi pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti pembangunan daerah harus merata di seluruh wilayah dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Secara umum pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk: (a) Mewujudkan keseimbangan antar daerah dalam 73
  • 3. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82 hal tingkat pertumbuhannya; (b) Memperkokoh kesatuan ekonomi Nasional, serta (c) Memelihara efisiensi pertumbuhan Nasional. Poernomosidi H (1975) dalam Listiyah M (1996) menyatakan bahwa salah satu diantara ke tiga tujuan tersebut merupakan sentral, yaitu keseimbangan antar daerah dalam hal pertumbuhan. Keseimbangan antar daerah akan memenuhi keadilan sosial, mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar daerah, dan merupakan bagian untuk mencapai pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah Indonesia sebagai pemantapan perwujudan Wawasan Nusantara. Dalam rangka pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah, telah diupayakan pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) dengan mempertimbangkan kemampuan pembangunan daerah yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pembangunan masih diperlukan perhatian yang lebih besar khususnya kepada daerah yang terbelakang, daerah yang padat dan daerah yang sangat kurang penduduknya, daerah transmigrasi, daerah terpencil dan daerah perbatasan, serta daerah yang memiliki ciri khas seperti daerah tertentu di KTI. Hal tersebut sudah tercantum sejak masih diberlakukannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan Nasional, dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkelanjutan, berhasil guna dan berdaya guna, pada tiap tingkat pemerintahan. Pelaksanaan pembangunan daerah diupayakan sesuai dengan potensi dan prioritas daerah yang bersangkutan. Pada umumnya terdapat kecenderungan bahwa daerah yang telah berkembang menjadi pusat pelayanan (misalnya daerah perkotaan), akan menyerap lebih banyak investasi dan intervensi pembangunan. Pertumbuhan suatu wilayah akan saling terkait dengan perkembangan fasilitas pelayanan, disebabkan pertumbuhan wilayah membutuhkan dukungan pengadaan dan perluasan pelayanan. Ketersediaan pelayanan di suatu wilayah tersebut pada gilirannya akan menstimulir pertumbuhan wilayah. Hal ini disebabkan kebijaksanaan pembangunan wilayah berjalan bersama-sama dengan perwujudan pelayanan sosial, ekonomi, dan infrastruktur wilayah lainnya. Sejak dimulainya Repelita VI telah digariskan bahwa koordinasi keseluruhan pembangunan di daerah perlu mencakup segi spasial yang akan memberikan dasar pada masing-masing kawasan, baik pada kawasan khusus, kawasan perdesaan, termasuk dalam hal ini wilayah perbatasan antar propinsi. Dalam rangka pemerataan pembangunan wilayah secara internal, daerah perbatasan merupakan bagian wilayah yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena beberapa kecenderungan yang terjadi di daerah perbatasan, dalam hal pertumbuhan dan perkembangannya yaitu: (a) Pertumbuhan daerah perbatasan cenderung lambat, dan (b) Daerah perbatasan cenderung kurang mampu berkembang secara optimal karena keterbatasan antara lain: (i) lahan pada umumnya marginal, (ii) jauh dari pusat kegiatan, dan (iii) investasi dan intervensi dari luar sangat terbatas. 3. Tipe-Tipe Daerah Perbatasan Wilayah perbatasan merupakan wilayah pertemuan antara dua wilayah administrasi, namun sumberdaya alam (natural resources) dan masyarakatnya bisa menjadi bagian komplementer pada satu satuan sistem fungsional bagi pengembangan wilayah yang didukung 74
  • 4. Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah Indonesia (Aziz Budianta) oleh sistem prasarana wilayah bersama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bappeda Provinsi D.I Yogyakarta bekerjasama dengan Lembaga Penelitian P4N UGM tahun 1993, wilayah perbatasan dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) tipe (Listiyah M, 1996), yaitu: a. Wilayah buntu, dicirikan oleh: (1) posisi pada ujung jaringan atau bahkan belum terjangkau oleh sistem jaringan yang merangkai tempat tersebut dengan pusat pelayanan hirarkhi terendah dalam sistem wilayah yang membawahinya atau dengan perkotaan lain; (2) terletak pada lahan marginal karena sifat geologi wilayahnya (seperti: morfologi, lereng, batuan, dan tanah); (3) kepadatan penduduk rendah; dan (4) proyek pengembangan sangat terbatas karena faktor ekologis; b. Wilayah perbatasan jalur perifer, dicirikan oleh: (1) terlewati sistem jaringan jalan yang merangkai tempat tersebut dengan sistem wilayah yang membawahinya, maupun dengan sistem seberang perbatasan; (2) terletak pada wilayah dengan kegiatan ekonomi sedang; dan (3) prospek pengembangan sangat tergantung wilayah yang secara langsung terangkai menjadi satu kesatuan wilayah atau kesatuan sistem jaringan dengan wilayah tersebut; c. Wilayah perbatasan kontak tinggi, dicirikan oleh: (1) posisi antar wilayah utama; (2) intensitas kegiatan ekonomi pada satu sisi atau pada kedua sisi pembatas; (3) kepadatan penduduk relatif tinggi; dan (4) terdapat aglomerasi penduduk dan pusat pelayanan yang melayani kebutuhan penduduk pada kedua sisi perbatasan. 4. Permasalahan Daerah Perbatasan Beberapa permasalahan yang secara umum dijumpai di daerah perbatasan meliputi: (a) Sering timbul permasalahan dalam hal kebijaksanaan yang harus diterapkan; (b) Terdapat kecenderungan tumbuh lebih lambat (untuk tipe wilayah perbatasan a dan b); (c) Benturan dua kepentingan berbeda antar dua wilayah; dan (d) Belum ada kesatuan dalam perencanaan wilayah perbatasan itu sendiri yang menimbulkan ketidakserasian persepsi dan aspirasi pembangunan, yang kemudian akan berakibat pada ketidakserasian program-program pembangunan, baik yang dilaksanakan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah di daerah perbatasan tersebut. Telah ditegaskan bahwa pelaksanaan pembangunan di daerah harus selaras dengan potensi dan peluang pengembangan, dan sejalan dengan prioritas yang telah digariskan oleh peraturan yang berlaku pada masing-masing wilayah. Khusus untuk wilayah perbatasan, diperlukan koordinasi yang matang antara dua wilayah administrasi untuk memadukan dua atau lebih kepentingan yang berbeda. Untuk mencapai optimalisasi pembangunan di wilayah perbatasan, terlebih dahulu perlu diketahui karakteristik wilayahnya, dengan melakukan identifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangannya. Dengan demikian maka penyusunan rencana pengembangan wilayah perbatasan tersebut akan menghasilkan rencana intervensi pembangunan, baik dalam bentuk program atau proyek yang berhasil guna dan berdaya guna. Pada umumnya daerah-daerah perbatasan termasuk ke dalam kriteria desa miskin dengan pertumbuhan cenderung lebih lambat dibandingkan dengan desa-desa di sekitarnya. Beberapa 75
  • 5. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82 faktor penyebab lambatnya pertumbuhan desa-desa di daerah perbatasan diantaranya: (a) Belum ditemu-kenalinya secara mendalam dan menyeluruh mengenai potensi sosial-ekonomi masyarakat di daerah perbatasan, yang pada dasarnya merupakan faktor pendukung ketahanan masyarakat di wilayah perbatasan tersebut; (b) Lemahnya kemampuan pelayanan sosial dan ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani; dan (c) Kurang terdistribusinya secara merata pelayanan sosial dan ekonomi di wilayah perbatasan dilihat atas dasar lokasi atau agihan keruangan (spatial distribution) (Listiyah Miniarti, 1996). Di samping faktor-faktor tersebut, lambatnya perkembangan daerah-daerah perbatasan juga masih ditambah lagi oleh imbas dampak kesenjangan antara desa – kota, seperti investasi ekonomi (dalam bidang infrastruktur dan kelembagaan) yang cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan, yang berakibat pada lebih cepatnya wilayah perkotaan tumbuh dan berkembang, sedangkan wilayah perdesaan relatif tertinggal (urban bias). Ketertinggalan tingkat kemajuan wilayah perdesaan juga disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas, kwalitas petani, dan pertanian, terbatasnya akses petani terhadap sumberdaya permodalan, serta rendahnya kwalitas dan kwantitas infrastruktur pertanian dan perdesaan. Sebagai akibatnya kesejahteraan masyarakat di perdesaan, yang mencakup sekitar 60 persen penduduk Indonesia, khususnya petani masih sangat rendah tercermin dari jumlah pengangguran dan jumlah penduduk miskin yang lebih besar dibandingkan wilayah perkotaan (Anonimus, 2005). 5. Daerah Perbatasan dan Pembangunan Perdesaan Daerah perbatasan yang pada umumnya berupa wilayah perdesaan adalah merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) yang diharapkan akan tumbuh dan berkembang sejajar dengan daerah lain. Dalam konteks kewilayahan, terdapat kecenderungan di daerah perbatasan pertumbuhan wilayahnya lebih lambat dibandingkan dengan wilayah bukan perbatasan, hal ini disebabkan adanya isolasi fisik untuk daerah perbatasan yang sekaligus merupakan wilayah pedalaman dan terjadinya isolasi perhatian dari pemerintah yang lebih tinggi serta sering terjadi benturan dari kebijaksanaan yang berbeda dalam peruntukkan lahan di daerah perbatasan (Mubyarto, dkk (1991) dalam Listiyah M (1996)). Terjadinya konflik-konflik di daerah perbatasan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan wilayah tersebut. Berkaitan dengan pendekatan keruangan pada studi geografi, untuk mengembangkan wilayah perbatasan yang pada umumnya berupa perdesaan, suatu kebijaksanaan pembangunan keruangan sudah seharusnya mempromosikan pertumbuhan 76
  • 6. Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah Indonesia (Aziz Budianta) pusat-pusat pelayanan perdesaan yang dapat menghubungkan pusat-pusat atau kota-kota dengan daerah buriloka termasuk daerah di sepanjang perbatasan. Kebijaksanaan ini harus dilengkapi dengan (Huisman, 1987): (a) Ekstensifikasi pasar untuk menampung kelebihan produksi pertanian dan output daerah perdesaan yang lain; (b) Pengagihan input yang dibutuhkan untuk produksi pertanian yang telah meningkat tersebut (seperti benih, pupuk, dsb); (c) Pengagihan pelayanan-pelayanan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, persediaan air bersih, angkutan umum, dan tentu saja penyebaran pelayanan ekonomi yang lebih luas dan merata; (d) Penciptaan kesempatan lapangan kerja baru baik di bidang produksi sekunder yang berhubungan dengan pertanian maupun jenis industri perdesaan lainnya; dan (e) Memperlambat laju migrasi desa- kota. Kebijaksanaan yang mempromosikan pertumbuhan pusat-pusat kegiatan perdesaan akan efektif apabila dipacu dengan pertumbuhan dan pembenahan prasarana dan sarana sosial dan ekonomi yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah. Pedesaan sebagai hirarkhi bertingkat tiga yaitu sebagai pusat pelayanan desa (village service centres), merupakan titik tolak dari perencanaan suatu kegiatan dalam konteks pembangunan wilayah atau program pembangunan perdesaan terpadu. Perencanaan pengembangan wilayah pada hakekatnya merupakan kelanjutan dari program pembangunan yang berupaya meningkatkan pemanfaatan sumberdaya agar lebih bermanfaat untuk mendukung kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam perkembangannya suatu wilayah secara struktur sosial dan ekonominya akan ditentukan oleh potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan aspek kelembagaan terutama menyangkut teknologi, kesiapan aparat, dan sumber pendanaan (Sugandy (1987) dalam Listiyah M (1996)). Interaksi di antara komponen tersebut pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu wilayah. Pemahaman terhadap potensi yang sebenarnya ada pada suatu wilayah sangat diperlukan agar interaksi yang terjadi adalah interaksi yang seimbang dan pertumbuhan wilayah tersebut benar-benar berbasis dari potensi wilayahnya senidiri. Dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah desa-desa perbatasan agar dapat serasi dengan kondisi desa perlu dilihat potensi desa yang ada. Potensi desa adalah sumber-sumber alami dan sumber-sumber manusiawi yang dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup masyarakat desa setempat. Potensi desa tersebut dapat dibedakan dalam potensi fisik dan non fisik (Bintarto, 1983). Untuk memudahkan identifikasi potensi menurut Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, Dirjen Cipta Karya DPU 1990, maka potensi wilayah dapat dikelompokkan menjadi: (a) Potensi sumberdaya alam yang berupa lahan yang subur, hasil hutan, 77
  • 7. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82 pertambangan dan energi, dsb; (b) Potensi sumberdaya manusia berupa tenaga kerja, keahlian, partisipasi, kekayaan, serta kelembagaan sosial; dan (c) Potensi ruang yang dapat berupa letak daerah yang strategis. Dalam operasional di lapangan, komponen potensi tersebut dapat berkembang sesuai dengan tujuan kegiatan perencanaan. Potensi desa tidak sama, karena lingkungan geografi dan keadaan penduduknya berbeda, luas tanah, macam tanah, dan tingkat kesuburan tanah yang tidak sama. Sumber air dan tata air yang berbeda menyebabkan cara penyesuaian atau corak kehidupan yang berbeda. Dalam hal ini maju mundurnya desa dapat tergantung pada beberapa faktor antara lain: (a) Potensi desa yang mencakup potensi sumberdaya alam, potensi penduduk warga desa beserta pamongnya; (b) Interaksi antara desa dengan kota, antara desa dengan desa, tercakup di dalamnya perkembangan fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi dan infrastrukturnya; dan (c) Lokasi desa terhadap daerah-daerah di sekitarnya. Perbedaan potensi desa akan mempengaruhi tingkat perkembangan suatu daerah. Untuk melakukan penilaian terhadap tingkat perkembangan desa dapat dilakukan dengan melakukan analisis sumberdaya wilayah melalui analisis inter dan intra regional. Analisis inter regional yaitu dengan membandingkan perkembangan dari setiap sub wilayah dilihat dari aspek sumberdaya, karakteristik sosial dan ekonomi atau perbandingan komponen wilayah dari daerah perencanaan. Untuk menilai tingkat perkembangan wilayah dapat dinyatakan dalam bentuk indeks yang disebut sebagai indeks tingkat perkembangan wilayah. Indeks ini digunakan untuk mengukur perbedaan tingkat atau derajad perkembangan wilayah berbasis pada sosial dan ekonomi wilayah. Teknik perhitungan indeks terdiri dari beberapa langkah, yaitu: (a) Menentukan variabel dan indikator sosial-ekonomi beserta parameter masing-masing; (b) Mengumpulkan dan mengisi data ke dalam tabel; (c) Pemberian bobot; (d) Menghitung indeks perkembangan setiap unit wilayah perencanaan; dan (e) Interpretasi hasi berdasar nilai total indeks. Kebanyakan di Negara Sedang Berkembang/NSB (developing countries), jurang pemisah pertumbuhan dapat dilihat di antara kemajuan sosial dan ekonomi pusat-pusat perkotaan yang relatif maju dengan daerah-daerah perdesaan atau pedalaman dan sekaligus perbatasan yang kurang maju. Salah satu sebabnya adalah tidak adanya fasilitas-fasilitas dan jasa di daerah tersebut. Apabila ada, tidak terdistribusi secara merata dan masih berada di bawah daya layannya (IDAP, 1985). Pelayanan ekonomi dalam hubungannya dengan perencanaan pengembangan wilayah perdesaan dapat dibagi atas pelayanan pendukung pertanian dan pelayanan lainnya yang berhubungan dengan fungsi pengembangan potensi sumberdaya wilayah. Sektor pertanian mencakup sub sektor pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan, 78
  • 8. Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah Indonesia (Aziz Budianta) dan peternakan. Sedangkan yang dimaksud dengan pelayanan- pelayanan pendukung pertanian adalah berbagai pelayanan pertanian terhadap pertanian itu sendiri, yang meliputi penelitian, penyuluhan, dan distribusi input. Dalam dasawarsa terakhir ini strategi yang dikumandangkan PBB dan Bank Dunia dalam bidang pembangunan khususnya perdesaan difokuskan pada tekat untuk memerangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan pertumbuhan antara desa dan kota. Dalam pernyataannya Bank Dunia (1985) mengungkapkan bahwa pembangunan perdesaan diartikan ”...a strategy designed to improve the economic and social life of the rural poor”. Hal ini mengandung pengertian bahwa aspek sosial dan ekonomi yang menyangkut peningkatan pendapatan masyarakat desa lebih diutamakan daripada aspek fisik lingkungan binaan perdesaan, selain itu upaya ini lebih ditekankan pada proses perubahan yang berkesinambungan. Strategi di atas dijabarkan dalam empat aspek utama yaitu: (a) Pendayagunaan potensi sumberdaya alam; (b) Penciptaan dan diversivikasi lapangan pekerjaan baru, khususnya sektor non pertanian, untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi ketimpangan; (c) Peningkatan kwalitas sumberdaya manusia melalui jalur pendidikan dan ketrampilan formal maupun informal; dan (d) Pendayagunaan infrastruktur kelembagaan perdesaan. Upaya ini harus diikuti dengan penyediaan infrastruktur fisik, sosial dan ekonomi beserta pemerataan dan penyebarannya, sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas daerah perdesaan terhadap pusat-pusat pembangunan sekaligus mengatasi keterasingan untuk sebagian wilayah perbatasan. 6. Strategi Pengembangan Daerah Perbatasan Untuk mengatasi permasalahan di daerah perbatasan, tidak dapat dilepaskan dengan pembangunan pertanian dan daerah perdesaan secara umum. Dalam upaya mengurangi kesenjangan perkembangan antar wilayah, RPJM Nasional 2004 – 2009 telah menggariskan bahwa sasaran pembangunan yang dilakukan adalah meningkatkan peran perdesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan, meningkatkan pembangunan pada daerah- daerah terbelakang dan tertinggal, meningkatkan perkembangan wilayah yang didorong oleh daya saing kawasan dan produk-produk unggulan daerah, serta meningkatkan keseimbangan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil dengan memperhatikan keserasian pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah. Guna mencapai sasaran tersebut, telah disusun prioritas pembangunan dan arah kebijakan pembangunan perdesaan dan pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Pembangunan perdesaan dilakukan dengan mengembangkan diversifikasi kegiatan ekonomi perdesaan; meningkatkan promosi dan 79
  • 9. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82 pemasaran produk-produk pertanian dan perdesaan lainnya; memperluas akses masyarakat perdesaan ke sumber daya-sumber daya produktif, pelayanan publik dan pasar; meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui peningkatan kwalitas penduduknya, penguatan kelembagaan dan modal sosial masyarakat perdesaan; meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan serta meminimalkan risiko kerentanan; serta mengembangkan praktek- praktek budidaya pertanian dan usaha non pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sedangkan pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah dilakukan dengan: (a) mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh yang selama ini masih belum berkembang secara optimal, sehingga dapat menjadi motor penggerak bagi wilayah- wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’ yang sinergis; (b) meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain; (c) mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking, sehingga kawasan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga, baik dengan menggunakan pendekatan pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan (prosperity approach) maupun keamanan (security approach); (d) menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasional;’ (e) meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi yang berada di wilayah perdesaan dengan yang berada di perkotaan; (f) mengoperasionalisasikan ’Rencana Tata Ruang’ sesuai dengan hirarki perencanaan (RTRW-Nasional, RTRW-Pulau, RTRW-Provinsi, RTRW- Kabupaten/Kota) sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah. Untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah langkah prioritas jangka pendek yang dilakukan menitik beratkan pada percepatan pembangunan infrastruktur, yang dilakukan antara lain dengan: (i) penyediaan sarana irigasi, air bersih, dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih; (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga terutama daerah terisolasi dan tertinggal; (iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) (Sri Mulyani Indrawati, 2005). 7. Kesimpulan a. Guna mendukung pengembangan wilayah perbatasan masih perlu dilakukan 80
  • 10. Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah Indonesia (Aziz Budianta) penelitian mendalam untuk menemu-kenali faktor-faktor penyebab lambatnya pertumbuhan daerah perbatasan dalam berbagai aspek kewilayahan. Beberapa aspek penting yang perlu dikaji lebih lanjut diantaranya: (1) Karakteristik potensi wilayah (terutama potensi fisik wilayah); (2) Kondisi sosial-ekonomi serta sosial-budaya penduduk setempat; (3) Jenis, ketersediaan, dan daya layan dari berbagai macam prasarana dan sarana pelayanan penduduk; serta (4) Kebijaksanaan pembangunan daerah perbatasan dan perumusan strategi pengembangan yang tepat secara umum dan lokalita; b. Dalam RPJM-Nasional tahun 2004 – 2009 pengembangan daerah perdesaan dan pengurangan ketimpangan antar wilayah (termasuk di dalamnya daerah perbatasan) merupakan prioritas dan arah kebijakan pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. Pengembangan dan/atau pembangunan daerah perbatasan juga identik dengan pembangunan perdesaan yang berbasis pada sektor usaha pertanian. Dalam implementasinya masih banyak terdapat kesulitan untuk memadukan berbagai macam program dan proyek pemerintah daerah yang dikelola oleh berbagai macam instansi terkait, sehingga masih terkesan terdapat tumpang tindih (overlaping) program dan proyek pemerintah. Padahal untuk menghasilkan kemajuan yang cukup signifikan di daerah perbatasan diperlukan sinergi dan keterpaduan program dan proyek instansional. 8. Daftar Pustaka Anonimus, 2000. Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004. Cetakan I. Surabaya: Arkola. ________, 2005. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional) Tahun 2004 - 2009. Jakarta: Kesekretariatan Negara ________, 2008. Kajian Implementasi Kebijakan Pengembangan Wilayah Strategis Cepat Tumbuh dalam Rangka Mendorong Pengembangan Wilayah Tertinggal. Maret 2008. Jakarta: Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Kementerian Negara PPN/Bappenas Conyers, D. dan P. Hills, 1984. An Introduction to Development Planning in the Third World. Chicester. ESCAP, 1979. Guidelines for Rural Center Planning. New York: United Nations Huisman, Henk, 1987. Perencanaan Pelayanan dan Pusat Pelayanan, RRDP Series Number VII. Yogyakarta: Fak. Geografi UGM Listiyah Miniarti, 1996. Peranan Potensi Prasarana dan 81
  • 11. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 72 - 82 Sarana Sosial dan Ekonomi dalam Pengembangan Wilayah Perbatasan di Kab. Gunung Kidul Provinsi D.I. Yogyakarta, Skripsi S1. Yogyakarta: Fak. Geografi UGM Sri Mulyani Indrawati, 2005. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) Negara Indonesia Tahun 2005 Sumaatmadja, Nursid, 1988. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, Cetakan I. Bandung: Alfabetha 82