1. Presented By : Anis Yulianti Purnianingsih Riza Fatkhur Rokhim Al-jabar (Syariah-Financing) Bimbingan : Yekti Nur R Tyas
2. Perancangan Sistem Micro Financing Perbankan Syariah pada Produk Jual Beli Menggunakan Akad Murabahah 8/23/2010 Tim Skripsi Perbankan Syariah ( Teh Hijau )
3. “ Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” ( QS Al Baqarah [2] : 275) “ Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil” (Qs Al-Anam [6] : 152) “ Transaksi orang muslim itu sesuai dengan syarat-syarat antara mereka (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim dari Abu Hurairah) “ Sesungguhnya para pedagang itu banyak melakukan dosa.”Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual beli?” Rasulullah menjawab, “Ya, tapi mereka bersumpah, maka mereka berdosa. Mereka berbicara, namun berdusta.” (HR. Ahmad) “ Celaka benar, bagi orang-orang yang curang, (yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” (Qs Al-Muthaffiffiin [83] : 1-6
6. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
7. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
8. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
9. Kedua, Ketentuan Murabahah kepada Nasabah: 1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. 5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
10.
11. Ketiga, Jaminan dalam Murabahah: 1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
12. Keempat, Hutang dalam Murabahah: 1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. 2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. 3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan .
13. Kelima, Penundaan Pembayaran dalam Murabahah: 1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya. 2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah .
14. Keenam, Bangkrut dalam Murabahah: 1. Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. Ditetapkan di: Jakarta Tanggal: 26 Dzulhijjah 1420 H / 1 April 2000 M
15. Pendahuluan 1. Kegiatan penyaluran dana yang umumnya dilakukan secara manual dapat ditangani oleh sebuah aplikasi yang dapat mengotomatisasi kegiatan penyaluran dana tersebut tentunya berbasis syariah. 2. Perancangan sistem financing perbankan syariah yang pada umumnya masih menggunakan teknologi lama dikembangkan dengan menggunakan teknologi baru yaitu BlueOxygen Technology.
16. Overview Berdasarkan pendahuluan tersebut, kami mencoba untuk merancang sistem micro financing perbankan syariah dengan harapan memberikan kemudahan kepada pegawai Bank dalam menangani Kredit Pembiayaan serta memberikan akses security Bank yang aman dan fleksibel. Program ini berjalan secara web-based dan terdiri dari modul-modul terpisah, baik program maupun datanya akan tetapi saling terhubung (Integrated)
17. Bank Konvensional Bank Syariah Peranan Sebagai peminjam dan sebagai pemberi pinjaman Sebagai penyimpan harta, sebagai pengusaha dan atau sebagai pemodal Simpanan Berdasarkan tingkat bunga yang dijanjikan Simpanan yang dijamin atau investasi Pembiayaan Pinjaman berdasarkan tingkat bunga Jual beli berdasarkan sistem margin Perbandingan Sistem Perbankan
18. Produk Perbankan Syariah Produk perbankan Syariah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Produk Penyaluran dana, 2. Produk Penghimpunan dana, 3. Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.
19. Produk Penyaluran Dana Dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang dibedakan berdasar tujuan penggunaannya : 1. transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dilakukan dengan prinsip jual beli 2. transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa 3. transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapat sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
20. Produk Jual Beli (Murabahah) Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) merupakan akad jual beli yang dalam istilah fiqh islam disebut dengan al ba’i murabahah dimana bank menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan termasuk harga pembelian dan keuntungan (margin) yang diambil (sistem terbuka). Bank bertindak sebagai penjual Nasabah bertindak sebagai pembeli Harga jual = harga beli bank dari supplier + keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad (flat). Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan ( bi tsaman ajil ). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh