SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 29
1
DAFTAR ISI



Halaman Judul ………………………………………………………..…… 1

Daftar Isi …………………………………………………………….…… 2

Daftar Gambar ……………………………………………………………. 3



Executive Summary ……………………………………………………….. 4

Major and Minor Issuess ……………………………………………….… 5

Theoritical Findings ……………………………………………………… 10

Final Opinion ...…………………………………………………………. 17

Kesimpulan ………………………………………………………….……. 25

Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 28




                        2
DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Gambar 1. Siklus Six Sigma ……………………………………..12


Gambar 2. Gambar 2. Siklus DMAIC pada Six Sigma……………………....14



Gambar 3. Aktualisasi TQM dalam Lembaga Pendidikan………………….. 22



Gambar 4. Indikator-indikator untuk Sekolah dan Hubungannya dengan
            Pengetahuan Siswa……………………………….…………… 23



Gambar 5. Diagram IPO dalam Proses Belajar Mahasiswa …………………23




                                  3
Critical Review

     A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT
         METHODOLOGY IN AN ACADEMIC ENVIRONMENT

1. EXECUTIVE SUMMARY

Abstrak
        Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki
proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances)
sekaliguas mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesidikasi) dengan
menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Fokus utama Six
Sigma sebagai sebuah sistem manajemen adalah pada tiga hal, yaitu fokus pda
konsumen, manajemen proses serta dan data. Dalam Six Sigma, kepuasan
konsumen menjadi fokus utama.
        Tujuan: Metodologi six sigma telah berhasil diterapkan di banyak
organisasi yang mengarah ke peningkatan kualitas luar biasa dalam produk yang
diproduksi dan jasa yang diberikan. Namun, institusi akademik telah tertinggal
organisasi lain dalam melaksanakan six sigma. Tujuan dari makalah ini adalah
untuk menguji tantangan pelaksanaan metodologi dalam dunia akademis dan
mengusulkan sebuah kerangka kerja yang berfungsi sebagai panduan untuk
mengimplementasikan metodologi six sigma di institusi akademik.
        Desain / metodologi / pendekatan: Beberapa aspek unik yang
membedakan lingkungan akademik dari pengaturan manufaktur selama six sigma
yang diidentifikasi. Kerangka kerja untuk mengatur peningkatan metodologi six
sigma dan terkait indikator kinerja akademik ke dalam hirarki yang diusulkan di
tingkat lembaga akademis pemerintahan. Contoh tujuan strategis dan indikator
kinerja dengan tingkat pelaksanaan untuk proses DMAIC (Define, Measure,
Analyze, Improve, Control) juga disediakan.
        Finding/temuan: Temuan menunjukkan bahwa struktur unik dari sebuah
lembaga akademis membuat calon menjadi terarik untuk menerapkan six sigma.
Kerangka bertingkat tiga untuk six sigma dapat digunakan oleh administrator,
staf pengajar, dan mahasiswa sebagai pedoman pelaksanaan.
        Keterbatasan Penelitian/implikasi: Makalah ini menunjukkan bahwa
perbedaan yang signifikan antara lingkungan membuat implementasi di banyak
daerah dalam suatu lembaga akademis menantang. Namun, ada keterbatasan
penerapan six sigma dalam sebuah organisasi akademik. Six sigma metodologi
telah lebih teliti dikembangkan dan disempurnakan dalam lingkungan manufaktur
daripada sistem pelayanan seperti di universitas. Implikasi praktis.
Makalah ini membantu untuk merangsang pemikiran tentang penerapan
metodologi manajemen mutu terbukti pengaturan akademik di mana program
peningkatan terstruktur formal seperti six sigma tidak umum ditemukan.
        Dari hasil temuan penelitian di atas, penulis mencoba mengkaji penerapan
six sigma di dunia akademis di Indonesia khususnya dikaitkan dengan peran
pengawas sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan dan kaitannya dengan
Total Quality Management (TQM) di pendidikan.

Kata kunci: six sigma, manajemen mutu, tujuan strategis, peningkatan kualitas,
            lembaga pendidikan.
                                       4
2. MAJOR AND MINOR ISSUESS

2.1 Pendahuluan

       Mutu sebuah produk termasuk juga produk yang dihasilkan oleh institusi

pendidikan tentunya tidak lepas dari quality assurance atau penjaminan mutu

terhadap lulusan yang dihasilkan, quality assurance memiliki peranan yang

penting dan strategis dalam penjaminan mutu pendidikan.

       Sebagai pelanggan terus menuntut kualitas produk yang lebih baik (jasa),

perusahaan telah menggunakan berbagai pendekatan untuk memenuhi kebutuhan

ini. Penyempurnaan metodologi six sigma adalah salah satu pendekatan yang

telah berhasil digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan

bagian lain dari dunia untuk meningkatkan kualitas produk yang diproduksi atau

layanan yang disampaikan. Nama metodologi, six sigma, menunjukkan bahwa

setiap proses harus menghasilkan hanya 3,4 cacat per sejuta kesempatan. Dengan

kata lain tujuannya adalah untuk membuat cacat proses bebas. Ini harus diperjelas

di sini bahwa proses berlaku untuk manufaktur dan / atau jasa.

       Kisah sukses dari implementasi six         sigma dan perbaikan proses

selanjutnya dapat ditemukan di beberapa jurnal akademik dan publikasi

perdagangan. Fokus dari publikasi namun telah berada di proses industri

(manufaktur dan jasa). Tidak banyak yang telah ditulis pada pelaksanaan six

sigma di lingkungan akademik. Sementara satu dapat membantah bahwa

akademisi merupakan bagian dari industri jasa, kami percaya bahwa ada

karakteristik yang unik untuk dunia akademis menjadikannya sebagai area

aplikasi menarik untuk metodologi six sigma.




                                        5
Keberhasilan penerapan metodologi dalam sebuah organisasi memerlukan

komitmen dari manajemen puncak dan karyawan. Manajemen puncak menjadi

juara untuk metodologi melakukan sumber daya yang diperlukan yang diperlukan

untuk melembagakan metodologi. Karyawan pada bagian mereka memastikan

bahwa mereka mempelajari, menggunakan dan menghargai metodologi untuk

memastikan keberhasilan pelaksanaan. Hal ini dapat dicapai dengan menghadiri

kursus pelatihan yang dilakukan oleh mendaftar, organisasi belajar-sendiri, di

eksternal (sertifikasi) program atau kombinasi di atas.

       Lembaga akademik yang sedikit berbeda dari organisasi bisnis. Mirip

dengan organisasi bisnis, manajemen puncak di universitas menggunakan visi dan

misi pernyataan sebagai alat untuk memberikan arahan untuk universitas. Individu

konstituen dalam universitas, perguruan tinggi akademik, departemen dan unit

administratif, sering mengikuti prinsip kebebasan akademik yang membuat

pelaksanaan setiap kampus yang luas inisiatif menantang. Dalam tulisan ini kita

mengidentifikasi tantangan penerapan six sigma dalam akademik pengaturan dan

kemudian mengusulkan kerangka kerja yang komprehensif untuk menerapkan six

sigma di institusi akademik.

       Salah satu masalah utama di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan

pendidikan, terutama pada pendidikan dasar dan menengah (Wijaya, 2008:85).

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, yaitu

pengembangan muatan kurikulum nasional dan lokal, Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), peningkatan

kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan perbaikan sarana

prasarana sekolah, serta peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah, penerapan
                                         6
sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan lain sebagainya, namun demikian

dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang

berarti, sebagian sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang

menggembirakan, namun sebagian sekolah lainnya masih memprihatinkan.

         Metodologi six sigma telah berhasil diterapkan di banyak organisasi yang

mengarah ke peningkatan kualitas luar biasa dalam produk yang diproduksi dan

jasa yang diberikan. Namun, institusi akademik telah tertinggal organisasi lain

dalam melaksanakan six sigma. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menguji

tantangan pelaksanaan metodologi dalam dunia akademis dan mengusulkan

sebuah     kerangka     kerja   yang    berfungsi    sebagai   panduan     untuk

mengimplementasikan metodologi six sigma di institusi akademik.

         Beberapa aspek unik yang membedakan lingkungan akademik dari

pengaturan manufaktur selama six sigma diidentifikasi. Kerangka bertingkat tiga

untuk mengatur peningkatan metodologi six sigma dan terkait indikator kinerja

akademik ke dalam hirarki yang diusulkan di tingkat lembaga akademis

pemerintahan. Contoh tujuan strategis dan indikator kinerja dengan tingkat

pelaksanaan untuk proses DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)

juga disediakan.



2.2 Isu-isu Utama Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia.

         Salah satu masalah utama pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia

adalah rendahnya mutu pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu pendidikan, namun

demikian dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan

peningkatan yang berarti.
                                        7
Berdasarkan masalah di atas, berbagai pihak mempertanyakan apa yang

salah dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Dari berbagai pengamatan

dan analisis, menurut Wijaya (2008:85) ada tiga faktor penyebab mutu pendidikan

di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara merata, faktor tersebut antara

lain:

    (1) Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan menggunakan pola

        birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai pengelola

        pendidikan yang sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang

        mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang

        dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah setempat.

    (2) Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan selama ini menggunakan

        pendekatan education production function atau analisis input-output yang

        tidak dilakukan secara konsekuen sehingga menempatkan sekolah sebagai

        pusat produksi yang jika dipenuhi semua input yang diperlukan dalam

        proses produksi tersebut, maka sekolah akan menghasilkan output yang

        dikehendaki.

    (3) Peran serta guru dan masyarakat, terutama orang tua siswa dalam

        penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.

        Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka tentunya dibutuhkan upaya

    perbaikan, salah satunya adalah melakukan otonomi sekolah melalui

    penerapan Total Quality Management (TQM) yang diintegrasikan dengan ISO

    9001:2008 dan Six Sigma di lingkungan pendidikan.

        Masalah-masalah lain terkait dengan implementasi TQM di pendidikan

    menurut Sallis (1993:89-92) antara lain:



                                        8
(1)   TQM adalah sebuah kerja keras. Untuk mengembangkan sebuah budaya

      mutu, diperlukan waktu. Kerja keras dan waktu adalah dua hal penting

      yang harus diperhatikan, karena jika dua hal tersebut tidak berjalan dengan

      baik, maka mekanisme kerja mutu akan terhambat.

(2)   TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap

      institusi, karena tidak menutup kemungkinan manajemen senior sendiri

      bisa menjadi problem. Mereka bisa mengharapkan hasil positif yang

      dihasilkan TQM, namun tidak mau memberikan dukungan sepenuh hati

      yang diperlukan.

(3)   Volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah organisasi

      dalam menerapkan TQM. Walaupun program-program mutu disampaikan

      dengan publikasi besar-besaran, seringkali program-program tersebut

      tergilas oleh inisiatif lain.

(4)   Masalah utama dalam penerapan TQM yang sering dialami oleh banyak

      institusi adalah peran yang dimainkan oleh manajemen menengah. Para

      staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekuensi pemberdayaan juga

      bisa menghalangi mutu. Mereka kadangkala cenderung suka terhadap hal-

      hal yang bersifat statis.




                                       9
3. TEORETICAL FINDING
3.1 Pengertian Six Sigma
       Secara etimologi six sigma tersusun dari 2 kata yaitu : six yang berarti
enam dan sigma yang merupakan simbol dari standard deviasi atau dapat pula
diartikan sebagai ukuran satuan statistik yang menggambarkan kemampuan suatu
proses dan ukuran nilai sigma dinyatakan dalam DPU (Defect Per Unit) atau PPM
(Part Per Milion). Dapat dikatakan bahwa proses dengan nilai sigma yang lebih
tinggi (pada suatu proses) akan mempunyai defect yang lebih sedikit (baik jumlah
defect maupun jenis defect). Semakin bertambah nilai sigma maka semakin
berkurang Quality Cost dan Cycle time.
       Secara epistimologi six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur
untuk memperbaiki suatu proses dengan memfokuskan pada usaha-usaha untuk
memperkecil variasi yang terjadi (process variance) sekaliguas mengurangi cacat
ataupun prosuk atau jasa yang keluar dari spesifikasi     dengan menggunakan
metode statistik dan tools quality lainnya secara insentif. Umumnya six sigma
dituliskan dalam simbol 6 sigma.
       Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki
proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances)
sekaliguas mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesidikasi) dengan
menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Fokus utama Six
Sigma sebagai sebuah sistem manajemen adalah pada tiga hal, yaitu fokus pda
konsumen, manajemen proses serta dan data. Dalam Six Sigma, kepuasan
konsumen menjadi fokus utama.
       Manajemen memandang bisnis dan proses sebagai sebuah sistem yang
saling mempengaruhi agar dapat memenuhi persyaratan konsumen dan mencapai
target. Setiap langkah dalam Six Sigma harus berbasis fakta dan data untuk
meningkatkan objektivitas dalam pengambilan keputusan. Six Sigma digunakan
untuk mengukur dan membandingkat kemampuan proses dengan pernyataan
konsumen yang penting, Six Sigma adalah sebuah target yang mendekati
sempurna, yakni 99,9997% memenuhi persyaratan konsumen atau hanya 3,4
kegagalan (defect) dalam satu juta kesempatan.
       Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk
mengganti Total Quality Management (TQM) sangat terfokus terhadap
                                         10
pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara
keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, menagkas
waktu pembuatan produk, dan menghilangkan biaya. Six Sigma juga disebut
sistem komprehensif, maksudnya adalah strategi, disiplin, dan alat-alat untuk
mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis.
        Six Sigma disebut strategi karena terfokus pada peningkatan kepuasan
pelanggan, disebeut disiplin ilmu karena mengikuti model formal, yaitu DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Control) dan alat kareka digunakan bersamaan dengan
yang lainnya, seperti Diagaram Pareto (Pareto Chart) dan Histogram. Kesuksesan
peningkatan kualitas dan kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Kemampuan ini adalah hal
fundamental dalam filosofi six sigma.
        Dibandingkan dengan metode pengendalian kualitas sebelumnya,
six sigma memiliki keunggulan pada fungsi-fungsi proses, six sigma tidak
hanya sekedar berorientasi pada kualitas produk/jasa, tetapi juga pada
seluruh aspek operasional bisnis dengan penekanan dalam fungsi-fungsi
proses.
        Six Sigma didasarkan pada beberapa konsep kunci (Brue, 2002)
antara lain (a) cacat (defect), (b) variasi (variation), (c) krisis terhadap
kualitas (ritical-to-quality, CTQ), (c) kemampuan proses (process capability),
dan (d) desain untuk Six Sigma (design for six sigma, DFSS).
        Menurut Peter Pande, dkk, (2000) dalam bukunya The Six Sigma Way :
Team Fieldbook, adalah enam komponen utama konsep Six Sigma sebagai
strategi bisnis;
        1) Benar-benar mengutamakan pelanggan : seperti kita sadari
            bersama, penggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga berarti
            rekan kerja kita, team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah,
            masyarakat umum pengguna jasa.
        2) Manajemen yang berdasarkandata dan fakta: bukan berdasarkan
            opini, atau pendapat tanpa dasar.
        3) Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan; Six Sigma sangat
            tergantung kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan
            manajemen yang bagus untuk melakukan perbaikan.
                                         11
4) Manajemen yang proaktif: peran pemimpin dan manajer sangat
           penting   dalam   mengarahkan    keberhasilan   dalam   melakukan
           perubahan.
       5) Kolaborasi tanpa batas: kerja sama antara tim yang harus mulus.
       6) Selalu mengejar kesemprnaan.
       Dalam Six Sigma ada siklus 5 fase DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improve, Control) yaitu proses peningkatan terus menerus menuju target six
sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik berdasarkan pengetahuan dan fakta.
DMAIC merupakan suatu proses closed–loop yang menghilangkan langkah–
langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran–
pengukuran baru dan menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju
target six sigma.


3.2 Fase-fase dalam Six Sigma
Fase-fase dalam six sigma meliputi DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improve, Control) dapat digambarkan dalam siklus berikut ini:




                        Gambar 1. Siklus Six Sigma
(1) Tahap Define (D)
Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasikan produk dan/atau proses
yang akan diperbaiki dan menentukan sumber daya apa yang dibutuhkan
dalam proyek (perbaikan Six Sigma). Dalam fase ini tim Six Sigma
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi proyek yang potensial,
memprioritaskan usaha, dan menentukan tujuan. Ini biasanya dicapai
melalui proses identifikasi kesempatan, penaksiran, dan prioritas.
(2) Tahap Measure (M)

                                     12
Tahap ini bertujuan untuk menentukan critical to quality (CTQ) yang terkait
langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan dan pengukuran
kinerja sekarang dalam ukuran nilai sigma. Pengukuran yang dilakukan
mempertimbangkan setiap dimensi layanan pada usaha jasa atau dimensi
produk dalam industri manufaktur untuk mengetahui variabel proses yang
mempengaruhi          terjadinya   penyimpangan      yang      menyebabkan
terganggunya
kapabilitas proses.
(3) Tahap Analyze (A)
Tahap ini bertujuan untuk menguji data yang dikumpulkan pada fase
measure untuk menentukan daftar prioritas dari sumber variasi. Dalam fase
tersebut tim proyek mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam akan
proses yang diukur. Langkah berikutnya adalah mencari variable utama
penyebab terjadinya kecacatan atau ketidakpuasan yang terjadi saat ini
untuk segera dapat diperbaiki sehingga dapat meminimalkan terjadinya
permasalahan yang sama pada masa akan datang. Sebagai alat bantu
untuk melaksanakan analisis ini dapat digunakan metode fisbone diagram,
brainstorming, statistical test, modelling&root cause analysis. Pada tahap ini
juga dilakukan konversi banyaknya kegagalan ke dalam kemunginan
terjadinya oportunity cost.
(4) Tahap Improve ( I )
Tahap ini bertujuan untuk mengoptimasi solusi dan mengkonfirmasi
bahwa solusi yang ditawarkan akan memenuhi atau melebihi tujuan
perbaikan dari proyek. Selama fase tersebut, tim proyek mengoptimasi
proses kritis mereka melalui metode tertentu, misalnya Design of
Experiment (DOE) dan mendesain ulang proses sebagaimana dibutuhkan.
(5) Tahap Control (C)
Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa perbaikan pada proses,
sekali diimplementasikan akan bertahan dan bahwa proses tidak akan
kembali pada keadaan sebelumnya. Dalam fase ini tim proyek
mengkomunikasikan proses baru dan parameternya ke lapangan.
Personel operasional memonitor proses tersebut dan memastikan bahwa
ini berfungsi dalam batas yang dispesifikasikan. Manajemen perusahaan
                                     13
harus mempermudah tim proyek dalam mengkomunikasikan proses baru
pada tim operasional dengan batas oparasional yang diidentifikasi dengan
jelas. Pada fase ini juga dilakukan pendokumentasian akan segala
sesuatu tentang proses setelah melewati fase control.




               Gambar 2. Siklus DMAIC pada Six Sigma
       Sumber: Pande, P.S., Neuman, R. P.; and Cavanagh, R.R. (2000).

3.3 Manfaat Six Sigma
          Penerapan Six Sigma yang berhasil dapat memberikan manfaat
teerhadap organisasi atau perusahaan, antara lain sebagai berikut :

          1) Menurut Cost of loss, perbaikan kualitas dan service produk serta
              kepuasan konsumen.
          2) Dapat mengurangi secondary process (rework) dan claim.
                                        14
3) Membuat keputusan berdasarkan data dan tidak hanya berdasar
             praduga saja.
         4) Dapat diterapkan disegala bidang baik bidang industri maupun
             bidang financial.
         5) Fokus terhadap 3P (product, Process, People). Tidak hanya produk
             dan jasa saja, tapi juga proses dan kualitas sumber daya manusia
             dapat mencapai tujuan melalui pengukuran sigma level.
         6) Sangat berdampak terhadap investasi
         7) Berdampak terhadap biaya
         8) Pengolahan data sangat mudah dengan menggunakan statistik.
             Melalui analisa data eksperimen hal yang samar menjadi jelas.
             Tidak berdasrkan praduha dan pengalaman karena dibantuk dengan
             statistic Sofware (Minitab).
         Manfaat lain dari penerapan Six Sigma adalah :

         1) Meningkatkan pemahaman terhadap konsumen :
             a) Memahami perilaku konsumen
             b) Memicu kepuasan dan kesetiaan konsumen,
         2) Meningkatkan hasil guna (efektivitas);
             a) Memenuhi persyaratan konsumen secara konsisten
             b) Mengurangi waktu, variasi, dan kesalahan (zero defect),
             c) Meningkatkan produktivitas, laba dan pangsa pasar.
         3) Memperbaiki efisiensi :
             a) Mengurangi biaya karena kesalahan, re-work, inventory, dan
                waktu tunggu;
         4) Transformasi Manajemen;
             a) Membuat keputusan lebih baik dan kolaborasi lebih fokus,
             b) Memberikan manfaat kepada konsumen dan stakeholders.


3.4 Penelitian tentang Six Sigma di Pendidikan
      Meskipun berbagai akademisi telah ditulis pada six sigma di lembaga-
lembaga akademik, Penelitian memiliki fokus yang sangat sempit. Sementara
beberapa fokus penelitian pada pelaksanaan six sigma untuk membantu

                                       15
administrator universitas dengan pengambilan keputusan tentang isu-isu seperti
mempertahankan mahasiswa dalam program akademik berdasarkan analisis data
yang luas, yang lain fokus pada mengintegrasikan metodologi six sigma dalam
program akademik (engineering, statistik, dll), sekolah atau perguruan tinggi.
Dalam paragraf berikut kita membahas beberapa penelitian kunci dan temuan
mereka.
       Beberapa penulis meneliti peran six sigma untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam ilmu dan rekayasa program di dua universitas yang berbeda
(Burtner, 2004; Hargrove dan Burge, 2002). Burtner (2004) menyarankan
penggunaan metodologi six sigma pada Mercer University School of Engineering
untuk "memberikan administrator universitas dengan data yang mereka butuhkan
untuk membuat perubahan yang efektif dalam pemrograman dan kebijakan
"Empat proyek diidentifikasi sebagai potensi six sigma proyek di Mercer
University Sekolah Teknik dan isu-isu alamat proyek mulai dari retensi dan
keberhasilan siswa di kelas matematika, pengurangan jumlah. waktu yang
dibutuhkan oleh siswa untuk lulus dari program rekayasa, dan kisah sukses
perempuan sebagai mahasiswa teknik. Sebuah studi percontohan dilakukan untuk
"menilai, mengevaluasi, dan memantau variasi dalam kinerja siswa dalam
kurikulum dan merekomendasikan metode untuk perbaikan" (Hargrove dan
Burge, 2002). Fokusnya adalah pada kinerja minoritas dan kurang terwakili
mahasiswa dalam program sains dan teknik. Six            sigma metodologi yang
digunakan dan hasil awal mengidentifikasi tiga faktor: "perlu untuk bantuan
keuangan meningkat, pengembangan fakultas dan peningkatan kualitas instruksi
sebagai penting untuk keberhasilan" yang sangat penting untuk "mempertahankan
para siswa saat ini terdaftar, meningkatkan tingkat kelulusan , dan hasilnya adalah
proses yang lebih efisien memproduksi berkualitas baik insinyur untuk memenuhi
kebutuhan teknologi bangsa kita. "
       Penelitian yang dilakukan oleh Jenicke, L.O , Kumar, A. and Holmes,
M.C., (2005) Temuan menunjukkan bahwa struktur unik dari sebuah lembaga
akademis membuat calon yang menarik untuk menerapkan six sigma. Kerangka
bertingkat tiga untuk six sigma dapat digunakan oleh administrator, staf pengajar,
dan mahasiswa sebagai pedoman pelaksanaan.              Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara lingkungan membuat
                                        16
implementasi di banyak daerah dalam suatu lembaga akademis adalah suatu
tantangan.    Namun, ada keterbatasan penerapan six sigma dalam sebuah
organisasi akademik. Six sigma metodologi telah lebih teliti dikembangkan dan
disempurnakan dalam lingkungan manufaktur daripada sistem pelayanan seperti
di universitas.   Implikasi praktisnya membantu untuk merangsang pemikiran
tentang penerapan metodologi manajemen mutu terbukti pengaturan akademik di
mana program peningkatan terstruktur formal seperti six sigma tidak umum
ditemukan.


4. FINAL OPINION
4.1 Cara Melaksanakan Six Sigma Dalam Bidang Pendidikan
         Pelaksanan Six Sigma dalam bidang pendidikan berkaitan dengan
program perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Pihak-pihak yang terkait
dengan peningkatan mutu pendidikan adalah mulai dari Kementerian Pendidikan
Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP), Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pengawas Pendidikan, Kepala
Sekolah, Guru, dan Orangtua.
         Komponen atau unsur yang berhubungan langsung dengan proses
pendidikan di sekolah adalah pengawas, kepala sekolah, dan guru. Ketiga
komponen ini dapat menggunakan Six Sigma dalam proses peningkatan mutu
pendidikan, mengatasi atau mengurangi masalah. Contoh penerapan Six Sigma
dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut :
     1) Pengawas dapat menggunakan Six Sigma dalam pelaksanaan supervisi
         baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial,
     2) Kepala sekolah dengan tim guru dapat menggunakan Six Sigma dalam
         penyelesaian masalah di sekolah, misalnya :
         a) Mengatasi masalah siswa yang terlambat,
         b) Mengatasi masalah siswa yang tidak menjaga kebersihan
     3) Guru dapat menggunakan Six Sigma dalam menyelesaikan masalah
         dalam proses pembelajaran di kelas, misalnya :
         a) Mengatasi masalah siswa yang menyontek,
         b) Mengatasi masalah prestasi siswa yang rendah,


                                      17
c) Mengatasi      masalah     ketidak-aktifan   siswa    dalam      proses
             pembelajaran.
        Seperti disebut sebelumnya, Six Sigma adalah suatu metode yang sangat
terstruktur yang terdiri dari paling sedikit lima tahapan yaitu : Define, Measure,
Analyze, Improve, dan Control yang disingkat DMAIC. Lima tahapan dalam Six
Sigma ini harus dilaksanakan oleh setiap komponen yang berperan dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Berikut ini akan dijelaskan tahapan yang
dapat dilakukan oleh komponen yang berkaitan langsung dengan proses evaluasi
pendidikan di sekolah yaitu pengawas pendidikan.
         Salah satu tenaga kependidikan yang berwenang dalam menghubungkan
mutu pendidikan di sekolah adalah pengawas satuan pendidikan. Tugas pokok
pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan
dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik seperti adalah akademik
maupun supervisi manajerial.
         Adapun tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang
meliputi :
         1) Melaksanakan pengawas penyelenggaraan pendidikana di sekolah
             sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.
             Hal ini berkaitan supervisi manajerial.
         2) Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil
             prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan
             pendidikan. Hal ini berkaitan supervisi akademis.
Ragam kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawas
sekolah meliputi :
   1) Pelaksanaan analisis kebutuhan
   2) Penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja tenaga
   3) Penialaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja tenaga
       kependidikan lain (Tata Usaha, Laboran, dan pustakawan)
   4) Pembinaan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lain.
   5) Pemantauan kegiatan sekolah serta sumber daya pendidikan yang meliputi
       sarana belajar, prasarana pendidikan, biaya dan lingkungan sekolah.
   6) Pengolahan dan analisis data hasil penilaian, pemantauan, dan pembinaan
   7) Evaluasi proses dan hasil pengawasan
                                         18
8) Penyusunan laporan hasil pengawasan
   9) Tindak lanjut hasil pengawasan untuk pengawasan berikutnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan supervisi adalah melalui
tahap-tahap dan pra-observasi, observasi, dan pasca observasi.
   1) Pra-observasi (Pertemuan awal) :
       a) Menciptakan suasana akrab dengan guru
       b) Membuat persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan
           mengenai aspek yang menjadi fokus pengamatan.
       c) Menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan.
   2) Observasi (Pengamatan Pembelajaran) :
       a) Mengamatan difokuskan pada aspek yang telah disepakati,
       b) Menggunakan instrumen observasi
       c) Di samping instrumen, pengawas juga membuat catatan (fiednotes)
           yang meliputi perilaku guru dan siswa.
       d) Observasi yang dilakukan oleh pengawas tidak mengganggu proses
           pembelajaran.
   3) Pasa-observasi (Pertemuan Balikan);
       a) Dilaksanakan segera setelah observasi,
       b) Menanyakan bagaimana pendapat guru mengenai proses pembelajaran
           yang baru berlangsung,
       c) Menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan) – memberi
           kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,
       d) Mendiskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama pada aspek
           yang telah disepakati (kontrak) – berikan penguatan terhadap
           penampilan guru, Pengawas menghindari kesan menyalahkan.
           Usahakan guru mampu memperbaiki kekurangannya.
       e) Memberikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki
           kekuranganannya.
       f) Secara bersama-sama menentukan rencana pembelajaran dan supervisi
           berikutnya.
Penerapan langkah-langkah Six Sigma oleh pengawas sekolah menurut Husaini
(2012) adalah sebagai berikut :
   1) Define
                                       19
Pada           tahap        ini         pengawas        mengidentifikasikan
   permasalahan,mendefinisikan spesifikasi pelanggan, dan menentukan
   tujuan (pengurangan cacat/biaya dan target waktu). Inti tahapan ini adalah
   menentukan masalah. Dalam hal supervisi, pengawas dapat melakukan
   langkah-langkah :
   a) Mengidentifikasikan permasalahan dengan menggunakan instrumen,
      observasi, wawancara dan dokumentasi.
   b) Mengdefinisikan spesifikasi guru berdasarkan hasil pengamatan.
   c) Menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya dan target waktu) yaoti
      untuk memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran.
2) Measure
           Pada     tahap     ini     pengawas   menvalidasi    permasalahan,
   pengukur/menganalisis permasalahan dari data yang ada di mana
   pengawas mengidentifikasi permasalahan yang paling dominan yang
   dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Melalui tahap ini
   pengawas        dapat     membandingkan       antara    kenyataan     yang
   digambarkan/ditunjukkan oleh hasil observasi dengan perilaku ideal yang
   seharusnya. Seorang pengawas dapat menentukan apakah seorang guru
   sudah “sempurna” atau masih memiliki kekurangan dan dilakukan
   pembinaan lebih lanjut.
           Data-data hasil instrumen kemudian disusun dalam bentuk tabel
   untuk mendapatkan gambaran umum permasalahan. Dari tabel tersebut
   dapat dibuat diagram pareto untuk melihat persentasi faktor penyebab
   suatu masalah.
3) Analyze
          Pada tahap ini pengawas menentukan faktor-faktor yang paling
   mempengaruhi proses; artinya mencari satu atau yang kalau itu diperbaiki
   akan memperbaiki proses secara dramatis. Pada tahap ini pengawas
   menentukan faktor-faktor yang paling dominan yang dialami guru dan
   akan menjadi fokus pembinaan pengawas.
          Dari    diagram    pareto   pada   langkah   sebelumnya,   pengawas
   mempelajari lebih mendalam penyebab yang paling dominan dari suatu
   masalah. Langkah ini dapat menggunakan diagram tulang ikan (fishbone).
                                      20
4) Improve
              Pada tahap ini pengawas dan guru yang dibina mendiskusikan ide-
       ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran berdasarkan hasil analisa
       terdahulu. Melalui diskusi ini pengawas dan guru mengidentifikasi
       tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses.
       Selanjutnya menyepakati dan merumuskan jenis tindakan yang akan
       dilakukan, dan melakukan percobaan untuk melihat hasilnya. Jika hasilnya
       bagus kemudian dibuatkan prosedur bakunya atau SOP (Standard
       Operating Procedure).
   5) Control
              Pada tahap ini pengawas harus membuat rencana dan desain
       pengukuran   agar   hasil   yang sudah    bagus    dari   perbaikan   bisa
       berkesinambungan. Dalam tahap ini pengawas membuat semacam metrics
       untuk selalu dimonitor dan dikoreksi bila sudah mulai menurun ataupun
       untuk melakukan perbaikan lagi. Pada tahap ini, pengawas menentukan
       alat ukur melihat apakah program kegiatan perbaikan yang telah disepakati
       sudah atau belum dilaksanakan sesuai dengan SOP.


4.2 Penerapan Prinsip-Prinsip Integrasi Six Sigma dan             TQM dalam
    Pendidikan

       Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha
pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan
kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan
tersebut. Mereka yang belajar tersebut bisa merupakan pelajar/murid/peserta
belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers).
Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga
tersebut. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga
pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan
mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers).
Pelanggan lainnya yang bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah
maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers).
Selain itu, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu

                                      21
yang berasal dari interen lembaga; mereka itu adalah para guru/guru/tutor dan
tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan
(internal customers). Walaupun para para guru/guru/tutor dan tenaga administrasi,
serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa,
tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen.
Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin
maju dan berkualitas mereka diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun
finansial.
        Seperti disebut di atas bahwa program peningkatan mutu harus
berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan
suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas.
Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan
pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan
pendidikan.
        Menurut Mufidah (2009:94) Aktualisasi TQM dalam lembaga pendidikan
didasarkan pada lima kunci, yaitu: (1) visi (vision), (2) strategi dan tujuan
(strategy and goals), (3) tim (team), (4) alat (tools), (5) three Cs of TQM yang
meliputi: a). budaya (culture), b). komitmen (commitment), c). komunikasi
(communication). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:




             Gambar 3. Aktualisasi TQM dalam Lembaga Pendidikan
                         Sumber: Mufidah (2009: 95)

        Mayer, D.P., et al. (2000) mengatakan bahwa: “ mutu sekolah
mempengaruhi pengetahuan siswa melalui pelatihan dan talenta dari tenaga guru,
apakah berlangsung di dalam ruang kelas, serta seluruh budaya dan atmosfir



                                       22
sekolah”. Pada ketiga bidang ini ada 13 indikator mutu sekolah yang berkaitan
dengan pengetahuan siswa yang digambarkan di bawah ini:




Gambar 4. Indikator-indikator untuk Sekolah dan Hubungannya dengan
          Pengetahuan Siswa.
          Sumber: Wijaya (2008:87)

       Berdasarkan hal-hal diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa pada intinya
mutu pendidikan merupakan akumulasi dari semua mutu jasa pelayan yang ada di
lembaga pendidikan yang diterima oleh para pelanggannya. Layanan pendidikan
adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh
kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil
akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu
terpadu”.
       Contoh penerapan diagram IPO (input, proses, output) untuk memperbaiki
proses akademik seorang mahasiswa dapat digambarkan sebagai berikut:




               Gambar 5. Diagram IPO dalam Proses Belajar Mahasiswa
                             (Sumber: Manggala, 2005)

                                     23
Dasar-dasar penerapan TQM di pendidikan adalah sebagai upaya
peningkatan kualitas dalam pelayanan, peningkatan kualitas lulusan, dan
penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), target dalam penerapan TQM
meliputi: (a) tersertifikasi ISO, (b) pembelajaran dengan menggunakan konsep
Internet, Technology and Computer (ITC), (c) perpustakaan sekolah dengan
menggunakan konsep digital, (d) setiap siswa mampu bersaing di tingkat
internasional dengan menggunakan acuan tes curriculum Cambridge. Penerapan
TQM terhadap empowering (pemberdayaan) Sumber Daya Manusia (SDM)
menuju SBI merupakan sebuah usaha untuk menjaga dan meningkatkan mutu,
serta untuk pemenuhan penerapan program SBI.
       Keuntungan-keuntungan yang diperoleh sekolah dalam penerapan Total
Quality Management (TQM) terhadap empowering SDM menuju Sekolah
Bertaraf Internasional, antara lain: (a) lulusan yang berkualitas, (b) pelayanan
yang cepat, tepat, dan akuntabel, (c) kemudahan akses informasi, (d) transparansi
pendanaan, (e) efektif dalam pembiayaan. Model peningkatan TQM terhadap
empowering     SDM menuju SBI, yaitu: (a) manual mutu, (b) pengendalian
dokumen, (c) penataan ruang lingkup manajemen mutu.


4.3 Hambatan-Hambatan dan Solusi Implementasi Integrasi Six Sigma dan
    TQM di Institusi Pendidikan di Indonesia.


       Penelitian implementasi metodologi six sigma yang dilakukan oleh
Jenicke, L.O., Kumar, A., Holmes, M.C. (2008) di institusi pendidikan di
Amerika Serikat, belum tentu bisa diterapkan di Indonesia, karena adanya
perbedaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat Amerika, di
samping itu dukungan stake holder pendidikan juga berbeda. Oleh karena itu perlu
adanya penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi budaya dan tingkat kemajuan
pendidikan serta kesiapan sarana dan prasarana pendukung yang ada di Indonesia.
       Beberapa penelitian menyoroti kesulitan menerapkan six sigma dalam
lingkungan universitas. Daftar tantangan unik implementasi six sigma dalam
lingkungan universitas yang dihasilkan meskipun penulis tidak membahas
tantangan (Holmes et al., 2005). Tantangan termasuk kesulitan dalam menentukan
pelanggan untuk sebuah universitas, sifat produk, dan sulitnya mengukur kualitas
                                       24
dan sistem penghargaan bagi karyawan (Holmes et al., 2005). Hoerl dan Bryce
(2004) membahas status six sigma di universitas-universitas serta pengaruh
potensial dalam lingkungan akademik. Sebagai bukti sukses di banyak organisasi
bisnis, maka sebagian besar di bawah diterapkan dalam pengaturan universitas.
Menerapkan six sigma di universitas adalah sulit karena sifat dari produk
pendidikan tidak berwujud, keragaman tujuan departemen / individu dan sudut
pandang, dan fokus pada administrasi mencari dana untuk program universitas
(Hoerl dan Bryce, 2004). Area aplikasi terbaik mungkin dalam non-akademik
daerah dukungan. Sebuah studi sebelumnya menunjukkan beberapa alasan untuk
kesulitan menerapkan TQM dalam dunia akademis (Bolton, 1995). Alasan
menyatakan itu        pelanggan definisi jelas, kurangnya pengukuran kualitas,
penekanan    pada      individu   bukannya   prestasi   kelompok,   keseragaman
memaksakan, oposisi terhadap kerja tim dan resistensi terhadap perubahan.
       Meskipun banyak yang telah ditulis tentang six sigma dalam lembaga
akademis, ada studi yang mengidentifikasi faktor-faktor penting untuk
mengimplementasikan six sigma dalam cara yang terorganisasi dan terkoordinasi
di seluruh lembaga akademis. Penelitian ini berfokus pada mengidentifikasi
faktor-faktor penting untuk mengimplementasikan six sigma perusahaan yang luas
di lembaga akademis. Faktor-faktor yang digunakan untuk mengusulkan kerangka
kerja yang komprehensif yang akan memandu institusi akademik berencana untuk
mengimplementasikan six sigma.
       Six sigma merupakan pendekatan yang sudah lama diimplementasikan di
dunia bisnis, namun relatif baru diadopsi di dunia pendidikan. Six sigma
memerlukan perubahan atas paradigma manajemen konvensional, komitmen
jangka panjang, kesatuan tujuan dan pelatihan-pelatihan. Adapun hambatan-
hambatan yang kemungkinan dijumpai dalam implementasi six sigma di
pendidikan adalah :
(1) Adanya perbedaan budaya di lingkungan industri manufaktur dengan
    lingkungan pendidikan, sehingga diperlukan penyesuaian-penyesuaian.
(2) Keengganan warga pendidikan untuk merubah metode lama ke metode baru.
(3) Belum memahami metodologi six sigma.
(4) Adanya keragu-raguan staf tata usaha dan karyawan dalam menerima konsep
    dan implementasi six sigma.
                                        25
Sebab-sebab umum kegagalan penerapan TQM di dunia pendidikan
menurut Sallis (1993) antara lain mencakup: desain kurikulum yang lemah,
bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan
prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang
kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Sementara sebab-sebab
khusus kegagalan sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti,
meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan
komunikasi dan kesalahpahaman.
           Sallis (1993) mengemukakan langkah-langkah penting dan sederhana
dalam mengimplementasikan TQM di pendidikan antara lain: (1) kepemimpinan
dan komitmen terhadap mutu harus dari pimpinan, (2) kepuasan pelanggan adalah
tujuan TQM, (3) menunjuk fasilitator mutu, (4) membentuk kelompok pengendali
mutu, (5) menunjuk coordinator mutu, (6) mengadakan seminar manajemen senior
untuk mengevaluasi program, (7) menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada,
(8) menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain, (9)
mempekerjakan konsultan eksternal, (9) memprakarsai pelatihan mutu dari para
staf, (10) mengkomunikasikan pesan mutu, (11) mengukur biaya mutu, (12)
mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelompok kerja
yang efektif, (13) mengevaluasi program dalam interval yang teratur.
           Langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh Sallis di atas dapat
dijadikan sebagai panduan dalam mengimplementasikan TQM di dunia
pendidikan/ sekolah, serta mengatasi kemungkinan masalah-masalah yang akan
terjadi.


5. KESIMPULAN
           Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki
proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances)
sekaliguas mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesidikasi) dengan
menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Fokus utama Six
Sigma sebagai sebuah sistem manajemen adalah pada tiga hal, yaitu fokus pda
konsumen, manajemen proses serta dan data. Dalam Six Sigma, kepuasan
konsumen menjadi fokus utama.


                                        26
Metodologi six sigma telah berhasil diterapkan di banyak organisasi yang
mengarah ke peningkatan kualitas luar biasa dalam produk yang diproduksi dan
jasa yang diberikan. Namun, institusi akademik telah tertinggal organisasi lain
dalam melaksanakan six sigma. Penerapan six sigma di institusi akademik
berbeda dengan penerapan di industri manufaktur sehingga perlu beberapa
penyesuaian.
       Keberhasilan penerapan metodologi dalam sebuah organisasi memerlukan
komitmen dari manajemen puncak dan karyawan. Manajemen puncak menjadi
juara untuk metodologi melakukan sumber daya yang diperlukan yang diperlukan
untuk melembagakan metodologi. Karyawan pada bagian mereka memastikan
bahwa mereka mempelajari, menggunakan dan menghargai metodologi untuk
memastikan keberhasilan pelaksanaannya.




                                      27
Daftar Pustaka

Arcaro, J.S. (1995). Quality in Education: An Implementation Handbook.
       Florida: St Lucie Press.
Bolton, A. (1995), “A rose by any other name: TQM in higher education”,
      Quality Assurance in Education, Vol. 3 No. 2, pp. 13-18.
Brue, G. (2005). Six Sigma for Managers. New York: McGraw-Hill Companies,
        Inc.
Burtner, J. (2004), “The adaptation of six sigma methodology to the engineering
        education enterprise”, Proceedings of the ASEE Southeast Section
        Conference        4-6     April     2004,    Auburn,   AL,     available
        at:http://cee.citadel.edu/aseese/proceedings/ASEE2004/ASEE2004SE.htm
Crosby, P. B. (1978). Quality is free: the art of making quality certain. New
       York: Mc. Graw Hill Book Company.
Deming, W. Edwards. (1986). Out of the Crisis. Cambridge: Cambridge
      University Press.
Departemen Pendidikan Nasional (2009). Dimensi Kompetensi Supervisi
      Akademik. Jakarta : Dirjen PMPTK.
Eko Supriyanto, (2006). Pedoman Pelaksanaan Supervisi Klinis di Sekolah.
      Jakarta PMPTK.
Gaspersz Vincent. (2007). Lean Six Sigma for Manufacturing and Service
        Industries. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, V. (2001). Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Jakarta:
        Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
George, M.L., (2008). Lean Six Sigma for Service: How to Use Lean Speed and
      Six Sigma Quality to Improve Services and Transactions. New York:
      MCGraw-Hill.
Goetsch, D. and Davis, S. (2000). Quality Management: Introduction to Total
      Quality Management for Production, Processing, and Services. Prentice
      Hall, Englewood Clifffs, NJ.
Hargrove, S.L. and Burge, L. (2002), “Developing a six sigma methodology for
      improving retention in engineering education”, Proceedings of the 32nd
      ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference, November 6-9, Boston,
      MA, pp. 20-4.
Hidayat, Anang. (2007). Strategi Six Sigma: Peta Pengembangan Kualitas dan
        Kinerja Bisnis. Jakarta: Elex Media Computindo.
Hoerl, R. and Bryce, G.R. (2004), “What influence is the six sigma movement
      having in universities? What influence should it be having?”, ASQ six
      sigma Forum Magazine, Vol. 3 No. 2, p. 37.
Jenicke, L.O , Kumar, A. and Holmes, M.C., (2005), “A framework for applying
        six sigma improvement methodology in an academic environment”,
        Issues in The TQM Journal Vol. 20 No. 5, 2008 pp. 453-462.
Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S. 2008. An Organizational Learning
      Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture.
                                      28
International Journal of Quality and Reliability Management, Vol. 25 No. 3,
       2008, p 238-255.
Manggala, D. (2005). Mengenal Six Sigma secara Sederhana.
Mayer, D.P., et al. (2000). Monitoring School Quality: An Indicators Report.
       US: US Department of Education.
Mc Adam, R., Leitch, C. and Harisson, R. (1998). The Link between
       Organizational Learning and Total Quality: A Critical Review. Journal of
       European Industrial Training, Vol. 22 No.2 pp. 8-11.
Mufidah, L.N . (2009). Aktualisasi TQM dalam Meningkatkan Profesionalisme
       Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Tadris, Volume 4 Nomor 1
       Tahun 2009, halaman 91-105.
Pande, P.S., Neuman, R. P.; and Cavanagh, R.R. (2000). The Six Sigma Way-
         How GE, Motorola, and Top Companies are Honing Their Performance.
         The McGraw-Hill Companies, Inc.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas
       Sekolah/Madrasah.
Salis, E. (1993). Total Quality Management in Education. Kogan Page London
Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,
       Strategi dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, H. (2012). Six Sigma. Materi Kuliah Program Magister Manajemen
         Universitas Gadjah Mada.
Wijaya, D. (2008). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam
       Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur,
       No.10/Tahun ke-7, Juni 2008, hal. 84-94.




                                       29

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Summary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko PrasetiyoSummary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko PrasetiyoJoko Prasetiyo
 
Analisis kebijakan pemekaran
Analisis kebijakan pemekaranAnalisis kebijakan pemekaran
Analisis kebijakan pemekaransmpn1tgt
 
Tugas critical review sistem informasi strategis
Tugas critical review sistem informasi strategisTugas critical review sistem informasi strategis
Tugas critical review sistem informasi strategisbagus aji
 
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif Joko Prasetiyo
 
Format laporan project work (ariep jaenul)
Format laporan project work (ariep jaenul)Format laporan project work (ariep jaenul)
Format laporan project work (ariep jaenul)Ariep Jaenul
 

Andere mochten auch (6)

Summary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko PrasetiyoSummary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
 
Analisis kebijakan pemekaran
Analisis kebijakan pemekaranAnalisis kebijakan pemekaran
Analisis kebijakan pemekaran
 
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
 
Tugas critical review sistem informasi strategis
Tugas critical review sistem informasi strategisTugas critical review sistem informasi strategis
Tugas critical review sistem informasi strategis
 
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
 
Format laporan project work (ariep jaenul)
Format laporan project work (ariep jaenul)Format laporan project work (ariep jaenul)
Format laporan project work (ariep jaenul)
 

Ähnlich wie Six Sigma Implementation Framework for Academic Institutions

ISO 21001_SMOP EMOS.pptx
ISO 21001_SMOP EMOS.pptxISO 21001_SMOP EMOS.pptx
ISO 21001_SMOP EMOS.pptxssuser856d4e
 
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amirMakalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amirAmir Net
 
Makalah model addie
Makalah model addieMakalah model addie
Makalah model addieEvi Masyur
 
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...Joko Prasetiyo
 
Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)
Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)
Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)Pispian Rahman
 
Standar pengembangan-kkg-mgmp
Standar pengembangan-kkg-mgmpStandar pengembangan-kkg-mgmp
Standar pengembangan-kkg-mgmpErmayantiRachman1
 
Menghilangkan penyebab kegagalan kinerja
Menghilangkan penyebab kegagalan kinerjaMenghilangkan penyebab kegagalan kinerja
Menghilangkan penyebab kegagalan kinerjaSetiono Winardi
 
Makalah Manajemen Stratejik Ke-2
Makalah Manajemen Stratejik Ke-2Makalah Manajemen Stratejik Ke-2
Makalah Manajemen Stratejik Ke-2AliMusaaa
 
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docxMAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docxSTKIP Muhamamdiyah Kalabahi
 
Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...
Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...
Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...Lila Setiyani
 
Skripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapana
Skripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapanaSkripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapana
Skripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapanaotto bakapana
 
151180.preview.pdf
151180.preview.pdf151180.preview.pdf
151180.preview.pdfyusuf15708
 
Manajemen produksi klp. 6
Manajemen produksi klp. 6Manajemen produksi klp. 6
Manajemen produksi klp. 6Fanichy Fir
 
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptxSHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptxJaanPamuji
 

Ähnlich wie Six Sigma Implementation Framework for Academic Institutions (20)

Penjaminan mutu
Penjaminan mutu Penjaminan mutu
Penjaminan mutu
 
ISO 21001_SMOP EMOS.pptx
ISO 21001_SMOP EMOS.pptxISO 21001_SMOP EMOS.pptx
ISO 21001_SMOP EMOS.pptx
 
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amirMakalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
 
Tugas review prof syamsir
Tugas review prof syamsirTugas review prof syamsir
Tugas review prof syamsir
 
Makalah model addie
Makalah model addieMakalah model addie
Makalah model addie
 
Total quality management (menciptakan budaya perbaikan)
Total quality management (menciptakan budaya perbaikan)Total quality management (menciptakan budaya perbaikan)
Total quality management (menciptakan budaya perbaikan)
 
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
 
Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)
Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)
Standar pengembangan-kkg-mgmp (1)
 
Standar pengembangan-kkg-mgmp
Standar pengembangan-kkg-mgmpStandar pengembangan-kkg-mgmp
Standar pengembangan-kkg-mgmp
 
Bab i ana
Bab i anaBab i ana
Bab i ana
 
Menghilangkan penyebab kegagalan kinerja
Menghilangkan penyebab kegagalan kinerjaMenghilangkan penyebab kegagalan kinerja
Menghilangkan penyebab kegagalan kinerja
 
Makalah Manajemen Stratejik Ke-2
Makalah Manajemen Stratejik Ke-2Makalah Manajemen Stratejik Ke-2
Makalah Manajemen Stratejik Ke-2
 
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docxMAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
 
TQM
TQMTQM
TQM
 
Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...
Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...
Implementasi Manajemen Strategi pada level Mikro (Pendidikan Dasar dan Meneng...
 
Skripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapana
Skripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapanaSkripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapana
Skripsi s1 balanced scorecard a.n. otto bakapana
 
Perkenalan iso
Perkenalan isoPerkenalan iso
Perkenalan iso
 
151180.preview.pdf
151180.preview.pdf151180.preview.pdf
151180.preview.pdf
 
Manajemen produksi klp. 6
Manajemen produksi klp. 6Manajemen produksi klp. 6
Manajemen produksi klp. 6
 
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptxSHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
 

Mehr von Joko Prasetiyo

MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...Joko Prasetiyo
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenJoko Prasetiyo
 
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi KepriPendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi KepriJoko Prasetiyo
 
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau JawaTuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau JawaJoko Prasetiyo
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahJoko Prasetiyo
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenJoko Prasetiyo
 
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap KerjaPendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap KerjaJoko Prasetiyo
 
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko PrasetiyoPresentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko PrasetiyoJoko Prasetiyo
 
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko PrasetiyoBest Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko PrasetiyoJoko Prasetiyo
 
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...Joko Prasetiyo
 
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...Joko Prasetiyo
 
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.Joko Prasetiyo
 
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Joko Prasetiyo
 
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian KinerjaMembayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian KinerjaJoko Prasetiyo
 
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...Joko Prasetiyo
 
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarTransparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarJoko Prasetiyo
 
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Joko Prasetiyo
 
The 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective PeopleThe 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective PeopleJoko Prasetiyo
 
Sistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada MesinSistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada MesinJoko Prasetiyo
 

Mehr von Joko Prasetiyo (20)

MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi KepriPendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
 
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau JawaTuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap KerjaPendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
 
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko PrasetiyoPresentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
 
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko PrasetiyoBest Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko Prasetiyo
 
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
 
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
 
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
 
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
 
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian KinerjaMembayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
 
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
 
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarTransparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
 
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
 
The 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective PeopleThe 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective People
 
ISO 9000
ISO 9000ISO 9000
ISO 9000
 
Sistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada MesinSistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada Mesin
 

Kürzlich hochgeladen

PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 

Six Sigma Implementation Framework for Academic Institutions

  • 1. 1
  • 2. DAFTAR ISI Halaman Judul ………………………………………………………..…… 1 Daftar Isi …………………………………………………………….…… 2 Daftar Gambar ……………………………………………………………. 3 Executive Summary ……………………………………………………….. 4 Major and Minor Issuess ……………………………………………….… 5 Theoritical Findings ……………………………………………………… 10 Final Opinion ...…………………………………………………………. 17 Kesimpulan ………………………………………………………….……. 25 Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 28 2
  • 3. DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 1. Siklus Six Sigma ……………………………………..12 Gambar 2. Gambar 2. Siklus DMAIC pada Six Sigma……………………....14 Gambar 3. Aktualisasi TQM dalam Lembaga Pendidikan………………….. 22 Gambar 4. Indikator-indikator untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Pengetahuan Siswa……………………………….…………… 23 Gambar 5. Diagram IPO dalam Proses Belajar Mahasiswa …………………23 3
  • 4. Critical Review A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY IN AN ACADEMIC ENVIRONMENT 1. EXECUTIVE SUMMARY Abstrak Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaliguas mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesidikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Fokus utama Six Sigma sebagai sebuah sistem manajemen adalah pada tiga hal, yaitu fokus pda konsumen, manajemen proses serta dan data. Dalam Six Sigma, kepuasan konsumen menjadi fokus utama. Tujuan: Metodologi six sigma telah berhasil diterapkan di banyak organisasi yang mengarah ke peningkatan kualitas luar biasa dalam produk yang diproduksi dan jasa yang diberikan. Namun, institusi akademik telah tertinggal organisasi lain dalam melaksanakan six sigma. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menguji tantangan pelaksanaan metodologi dalam dunia akademis dan mengusulkan sebuah kerangka kerja yang berfungsi sebagai panduan untuk mengimplementasikan metodologi six sigma di institusi akademik. Desain / metodologi / pendekatan: Beberapa aspek unik yang membedakan lingkungan akademik dari pengaturan manufaktur selama six sigma yang diidentifikasi. Kerangka kerja untuk mengatur peningkatan metodologi six sigma dan terkait indikator kinerja akademik ke dalam hirarki yang diusulkan di tingkat lembaga akademis pemerintahan. Contoh tujuan strategis dan indikator kinerja dengan tingkat pelaksanaan untuk proses DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) juga disediakan. Finding/temuan: Temuan menunjukkan bahwa struktur unik dari sebuah lembaga akademis membuat calon menjadi terarik untuk menerapkan six sigma. Kerangka bertingkat tiga untuk six sigma dapat digunakan oleh administrator, staf pengajar, dan mahasiswa sebagai pedoman pelaksanaan. Keterbatasan Penelitian/implikasi: Makalah ini menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara lingkungan membuat implementasi di banyak daerah dalam suatu lembaga akademis menantang. Namun, ada keterbatasan penerapan six sigma dalam sebuah organisasi akademik. Six sigma metodologi telah lebih teliti dikembangkan dan disempurnakan dalam lingkungan manufaktur daripada sistem pelayanan seperti di universitas. Implikasi praktis. Makalah ini membantu untuk merangsang pemikiran tentang penerapan metodologi manajemen mutu terbukti pengaturan akademik di mana program peningkatan terstruktur formal seperti six sigma tidak umum ditemukan. Dari hasil temuan penelitian di atas, penulis mencoba mengkaji penerapan six sigma di dunia akademis di Indonesia khususnya dikaitkan dengan peran pengawas sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan dan kaitannya dengan Total Quality Management (TQM) di pendidikan. Kata kunci: six sigma, manajemen mutu, tujuan strategis, peningkatan kualitas, lembaga pendidikan. 4
  • 5. 2. MAJOR AND MINOR ISSUESS 2.1 Pendahuluan Mutu sebuah produk termasuk juga produk yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tentunya tidak lepas dari quality assurance atau penjaminan mutu terhadap lulusan yang dihasilkan, quality assurance memiliki peranan yang penting dan strategis dalam penjaminan mutu pendidikan. Sebagai pelanggan terus menuntut kualitas produk yang lebih baik (jasa), perusahaan telah menggunakan berbagai pendekatan untuk memenuhi kebutuhan ini. Penyempurnaan metodologi six sigma adalah salah satu pendekatan yang telah berhasil digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan bagian lain dari dunia untuk meningkatkan kualitas produk yang diproduksi atau layanan yang disampaikan. Nama metodologi, six sigma, menunjukkan bahwa setiap proses harus menghasilkan hanya 3,4 cacat per sejuta kesempatan. Dengan kata lain tujuannya adalah untuk membuat cacat proses bebas. Ini harus diperjelas di sini bahwa proses berlaku untuk manufaktur dan / atau jasa. Kisah sukses dari implementasi six sigma dan perbaikan proses selanjutnya dapat ditemukan di beberapa jurnal akademik dan publikasi perdagangan. Fokus dari publikasi namun telah berada di proses industri (manufaktur dan jasa). Tidak banyak yang telah ditulis pada pelaksanaan six sigma di lingkungan akademik. Sementara satu dapat membantah bahwa akademisi merupakan bagian dari industri jasa, kami percaya bahwa ada karakteristik yang unik untuk dunia akademis menjadikannya sebagai area aplikasi menarik untuk metodologi six sigma. 5
  • 6. Keberhasilan penerapan metodologi dalam sebuah organisasi memerlukan komitmen dari manajemen puncak dan karyawan. Manajemen puncak menjadi juara untuk metodologi melakukan sumber daya yang diperlukan yang diperlukan untuk melembagakan metodologi. Karyawan pada bagian mereka memastikan bahwa mereka mempelajari, menggunakan dan menghargai metodologi untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan. Hal ini dapat dicapai dengan menghadiri kursus pelatihan yang dilakukan oleh mendaftar, organisasi belajar-sendiri, di eksternal (sertifikasi) program atau kombinasi di atas. Lembaga akademik yang sedikit berbeda dari organisasi bisnis. Mirip dengan organisasi bisnis, manajemen puncak di universitas menggunakan visi dan misi pernyataan sebagai alat untuk memberikan arahan untuk universitas. Individu konstituen dalam universitas, perguruan tinggi akademik, departemen dan unit administratif, sering mengikuti prinsip kebebasan akademik yang membuat pelaksanaan setiap kampus yang luas inisiatif menantang. Dalam tulisan ini kita mengidentifikasi tantangan penerapan six sigma dalam akademik pengaturan dan kemudian mengusulkan kerangka kerja yang komprehensif untuk menerapkan six sigma di institusi akademik. Salah satu masalah utama di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada pendidikan dasar dan menengah (Wijaya, 2008:85). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, yaitu pengembangan muatan kurikulum nasional dan lokal, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan perbaikan sarana prasarana sekolah, serta peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah, penerapan 6
  • 7. sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan lain sebagainya, namun demikian dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti, sebagian sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang menggembirakan, namun sebagian sekolah lainnya masih memprihatinkan. Metodologi six sigma telah berhasil diterapkan di banyak organisasi yang mengarah ke peningkatan kualitas luar biasa dalam produk yang diproduksi dan jasa yang diberikan. Namun, institusi akademik telah tertinggal organisasi lain dalam melaksanakan six sigma. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menguji tantangan pelaksanaan metodologi dalam dunia akademis dan mengusulkan sebuah kerangka kerja yang berfungsi sebagai panduan untuk mengimplementasikan metodologi six sigma di institusi akademik. Beberapa aspek unik yang membedakan lingkungan akademik dari pengaturan manufaktur selama six sigma diidentifikasi. Kerangka bertingkat tiga untuk mengatur peningkatan metodologi six sigma dan terkait indikator kinerja akademik ke dalam hirarki yang diusulkan di tingkat lembaga akademis pemerintahan. Contoh tujuan strategis dan indikator kinerja dengan tingkat pelaksanaan untuk proses DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) juga disediakan. 2.2 Isu-isu Utama Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia. Salah satu masalah utama pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu pendidikan, namun demikian dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. 7
  • 8. Berdasarkan masalah di atas, berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Dari berbagai pengamatan dan analisis, menurut Wijaya (2008:85) ada tiga faktor penyebab mutu pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara merata, faktor tersebut antara lain: (1) Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan menggunakan pola birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai pengelola pendidikan yang sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah setempat. (2) Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan selama ini menggunakan pendekatan education production function atau analisis input-output yang tidak dilakukan secara konsekuen sehingga menempatkan sekolah sebagai pusat produksi yang jika dipenuhi semua input yang diperlukan dalam proses produksi tersebut, maka sekolah akan menghasilkan output yang dikehendaki. (3) Peran serta guru dan masyarakat, terutama orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka tentunya dibutuhkan upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan otonomi sekolah melalui penerapan Total Quality Management (TQM) yang diintegrasikan dengan ISO 9001:2008 dan Six Sigma di lingkungan pendidikan. Masalah-masalah lain terkait dengan implementasi TQM di pendidikan menurut Sallis (1993:89-92) antara lain: 8
  • 9. (1) TQM adalah sebuah kerja keras. Untuk mengembangkan sebuah budaya mutu, diperlukan waktu. Kerja keras dan waktu adalah dua hal penting yang harus diperhatikan, karena jika dua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka mekanisme kerja mutu akan terhambat. (2) TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap institusi, karena tidak menutup kemungkinan manajemen senior sendiri bisa menjadi problem. Mereka bisa mengharapkan hasil positif yang dihasilkan TQM, namun tidak mau memberikan dukungan sepenuh hati yang diperlukan. (3) Volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah organisasi dalam menerapkan TQM. Walaupun program-program mutu disampaikan dengan publikasi besar-besaran, seringkali program-program tersebut tergilas oleh inisiatif lain. (4) Masalah utama dalam penerapan TQM yang sering dialami oleh banyak institusi adalah peran yang dimainkan oleh manajemen menengah. Para staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekuensi pemberdayaan juga bisa menghalangi mutu. Mereka kadangkala cenderung suka terhadap hal- hal yang bersifat statis. 9
  • 10. 3. TEORETICAL FINDING 3.1 Pengertian Six Sigma Secara etimologi six sigma tersusun dari 2 kata yaitu : six yang berarti enam dan sigma yang merupakan simbol dari standard deviasi atau dapat pula diartikan sebagai ukuran satuan statistik yang menggambarkan kemampuan suatu proses dan ukuran nilai sigma dinyatakan dalam DPU (Defect Per Unit) atau PPM (Part Per Milion). Dapat dikatakan bahwa proses dengan nilai sigma yang lebih tinggi (pada suatu proses) akan mempunyai defect yang lebih sedikit (baik jumlah defect maupun jenis defect). Semakin bertambah nilai sigma maka semakin berkurang Quality Cost dan Cycle time. Secara epistimologi six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki suatu proses dengan memfokuskan pada usaha-usaha untuk memperkecil variasi yang terjadi (process variance) sekaliguas mengurangi cacat ataupun prosuk atau jasa yang keluar dari spesifikasi dengan menggunakan metode statistik dan tools quality lainnya secara insentif. Umumnya six sigma dituliskan dalam simbol 6 sigma. Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaliguas mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesidikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Fokus utama Six Sigma sebagai sebuah sistem manajemen adalah pada tiga hal, yaitu fokus pda konsumen, manajemen proses serta dan data. Dalam Six Sigma, kepuasan konsumen menjadi fokus utama. Manajemen memandang bisnis dan proses sebagai sebuah sistem yang saling mempengaruhi agar dapat memenuhi persyaratan konsumen dan mencapai target. Setiap langkah dalam Six Sigma harus berbasis fakta dan data untuk meningkatkan objektivitas dalam pengambilan keputusan. Six Sigma digunakan untuk mengukur dan membandingkat kemampuan proses dengan pernyataan konsumen yang penting, Six Sigma adalah sebuah target yang mendekati sempurna, yakni 99,9997% memenuhi persyaratan konsumen atau hanya 3,4 kegagalan (defect) dalam satu juta kesempatan. Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk mengganti Total Quality Management (TQM) sangat terfokus terhadap 10
  • 11. pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, menagkas waktu pembuatan produk, dan menghilangkan biaya. Six Sigma juga disebut sistem komprehensif, maksudnya adalah strategi, disiplin, dan alat-alat untuk mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis. Six Sigma disebut strategi karena terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan, disebeut disiplin ilmu karena mengikuti model formal, yaitu DMAIC (Define, Measure, Analyze, Control) dan alat kareka digunakan bersamaan dengan yang lainnya, seperti Diagaram Pareto (Pareto Chart) dan Histogram. Kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Kemampuan ini adalah hal fundamental dalam filosofi six sigma. Dibandingkan dengan metode pengendalian kualitas sebelumnya, six sigma memiliki keunggulan pada fungsi-fungsi proses, six sigma tidak hanya sekedar berorientasi pada kualitas produk/jasa, tetapi juga pada seluruh aspek operasional bisnis dengan penekanan dalam fungsi-fungsi proses. Six Sigma didasarkan pada beberapa konsep kunci (Brue, 2002) antara lain (a) cacat (defect), (b) variasi (variation), (c) krisis terhadap kualitas (ritical-to-quality, CTQ), (c) kemampuan proses (process capability), dan (d) desain untuk Six Sigma (design for six sigma, DFSS). Menurut Peter Pande, dkk, (2000) dalam bukunya The Six Sigma Way : Team Fieldbook, adalah enam komponen utama konsep Six Sigma sebagai strategi bisnis; 1) Benar-benar mengutamakan pelanggan : seperti kita sadari bersama, penggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga berarti rekan kerja kita, team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah, masyarakat umum pengguna jasa. 2) Manajemen yang berdasarkandata dan fakta: bukan berdasarkan opini, atau pendapat tanpa dasar. 3) Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan; Six Sigma sangat tergantung kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang bagus untuk melakukan perbaikan. 11
  • 12. 4) Manajemen yang proaktif: peran pemimpin dan manajer sangat penting dalam mengarahkan keberhasilan dalam melakukan perubahan. 5) Kolaborasi tanpa batas: kerja sama antara tim yang harus mulus. 6) Selalu mengejar kesemprnaan. Dalam Six Sigma ada siklus 5 fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) yaitu proses peningkatan terus menerus menuju target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik berdasarkan pengetahuan dan fakta. DMAIC merupakan suatu proses closed–loop yang menghilangkan langkah– langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran– pengukuran baru dan menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target six sigma. 3.2 Fase-fase dalam Six Sigma Fase-fase dalam six sigma meliputi DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) dapat digambarkan dalam siklus berikut ini: Gambar 1. Siklus Six Sigma (1) Tahap Define (D) Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasikan produk dan/atau proses yang akan diperbaiki dan menentukan sumber daya apa yang dibutuhkan dalam proyek (perbaikan Six Sigma). Dalam fase ini tim Six Sigma bertanggung jawab untuk mengidentifikasi proyek yang potensial, memprioritaskan usaha, dan menentukan tujuan. Ini biasanya dicapai melalui proses identifikasi kesempatan, penaksiran, dan prioritas. (2) Tahap Measure (M) 12
  • 13. Tahap ini bertujuan untuk menentukan critical to quality (CTQ) yang terkait langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan dan pengukuran kinerja sekarang dalam ukuran nilai sigma. Pengukuran yang dilakukan mempertimbangkan setiap dimensi layanan pada usaha jasa atau dimensi produk dalam industri manufaktur untuk mengetahui variabel proses yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan yang menyebabkan terganggunya kapabilitas proses. (3) Tahap Analyze (A) Tahap ini bertujuan untuk menguji data yang dikumpulkan pada fase measure untuk menentukan daftar prioritas dari sumber variasi. Dalam fase tersebut tim proyek mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam akan proses yang diukur. Langkah berikutnya adalah mencari variable utama penyebab terjadinya kecacatan atau ketidakpuasan yang terjadi saat ini untuk segera dapat diperbaiki sehingga dapat meminimalkan terjadinya permasalahan yang sama pada masa akan datang. Sebagai alat bantu untuk melaksanakan analisis ini dapat digunakan metode fisbone diagram, brainstorming, statistical test, modelling&root cause analysis. Pada tahap ini juga dilakukan konversi banyaknya kegagalan ke dalam kemunginan terjadinya oportunity cost. (4) Tahap Improve ( I ) Tahap ini bertujuan untuk mengoptimasi solusi dan mengkonfirmasi bahwa solusi yang ditawarkan akan memenuhi atau melebihi tujuan perbaikan dari proyek. Selama fase tersebut, tim proyek mengoptimasi proses kritis mereka melalui metode tertentu, misalnya Design of Experiment (DOE) dan mendesain ulang proses sebagaimana dibutuhkan. (5) Tahap Control (C) Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa perbaikan pada proses, sekali diimplementasikan akan bertahan dan bahwa proses tidak akan kembali pada keadaan sebelumnya. Dalam fase ini tim proyek mengkomunikasikan proses baru dan parameternya ke lapangan. Personel operasional memonitor proses tersebut dan memastikan bahwa ini berfungsi dalam batas yang dispesifikasikan. Manajemen perusahaan 13
  • 14. harus mempermudah tim proyek dalam mengkomunikasikan proses baru pada tim operasional dengan batas oparasional yang diidentifikasi dengan jelas. Pada fase ini juga dilakukan pendokumentasian akan segala sesuatu tentang proses setelah melewati fase control. Gambar 2. Siklus DMAIC pada Six Sigma Sumber: Pande, P.S., Neuman, R. P.; and Cavanagh, R.R. (2000). 3.3 Manfaat Six Sigma Penerapan Six Sigma yang berhasil dapat memberikan manfaat teerhadap organisasi atau perusahaan, antara lain sebagai berikut : 1) Menurut Cost of loss, perbaikan kualitas dan service produk serta kepuasan konsumen. 2) Dapat mengurangi secondary process (rework) dan claim. 14
  • 15. 3) Membuat keputusan berdasarkan data dan tidak hanya berdasar praduga saja. 4) Dapat diterapkan disegala bidang baik bidang industri maupun bidang financial. 5) Fokus terhadap 3P (product, Process, People). Tidak hanya produk dan jasa saja, tapi juga proses dan kualitas sumber daya manusia dapat mencapai tujuan melalui pengukuran sigma level. 6) Sangat berdampak terhadap investasi 7) Berdampak terhadap biaya 8) Pengolahan data sangat mudah dengan menggunakan statistik. Melalui analisa data eksperimen hal yang samar menjadi jelas. Tidak berdasrkan praduha dan pengalaman karena dibantuk dengan statistic Sofware (Minitab). Manfaat lain dari penerapan Six Sigma adalah : 1) Meningkatkan pemahaman terhadap konsumen : a) Memahami perilaku konsumen b) Memicu kepuasan dan kesetiaan konsumen, 2) Meningkatkan hasil guna (efektivitas); a) Memenuhi persyaratan konsumen secara konsisten b) Mengurangi waktu, variasi, dan kesalahan (zero defect), c) Meningkatkan produktivitas, laba dan pangsa pasar. 3) Memperbaiki efisiensi : a) Mengurangi biaya karena kesalahan, re-work, inventory, dan waktu tunggu; 4) Transformasi Manajemen; a) Membuat keputusan lebih baik dan kolaborasi lebih fokus, b) Memberikan manfaat kepada konsumen dan stakeholders. 3.4 Penelitian tentang Six Sigma di Pendidikan Meskipun berbagai akademisi telah ditulis pada six sigma di lembaga- lembaga akademik, Penelitian memiliki fokus yang sangat sempit. Sementara beberapa fokus penelitian pada pelaksanaan six sigma untuk membantu 15
  • 16. administrator universitas dengan pengambilan keputusan tentang isu-isu seperti mempertahankan mahasiswa dalam program akademik berdasarkan analisis data yang luas, yang lain fokus pada mengintegrasikan metodologi six sigma dalam program akademik (engineering, statistik, dll), sekolah atau perguruan tinggi. Dalam paragraf berikut kita membahas beberapa penelitian kunci dan temuan mereka. Beberapa penulis meneliti peran six sigma untuk mendukung pengambilan keputusan dalam ilmu dan rekayasa program di dua universitas yang berbeda (Burtner, 2004; Hargrove dan Burge, 2002). Burtner (2004) menyarankan penggunaan metodologi six sigma pada Mercer University School of Engineering untuk "memberikan administrator universitas dengan data yang mereka butuhkan untuk membuat perubahan yang efektif dalam pemrograman dan kebijakan "Empat proyek diidentifikasi sebagai potensi six sigma proyek di Mercer University Sekolah Teknik dan isu-isu alamat proyek mulai dari retensi dan keberhasilan siswa di kelas matematika, pengurangan jumlah. waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk lulus dari program rekayasa, dan kisah sukses perempuan sebagai mahasiswa teknik. Sebuah studi percontohan dilakukan untuk "menilai, mengevaluasi, dan memantau variasi dalam kinerja siswa dalam kurikulum dan merekomendasikan metode untuk perbaikan" (Hargrove dan Burge, 2002). Fokusnya adalah pada kinerja minoritas dan kurang terwakili mahasiswa dalam program sains dan teknik. Six sigma metodologi yang digunakan dan hasil awal mengidentifikasi tiga faktor: "perlu untuk bantuan keuangan meningkat, pengembangan fakultas dan peningkatan kualitas instruksi sebagai penting untuk keberhasilan" yang sangat penting untuk "mempertahankan para siswa saat ini terdaftar, meningkatkan tingkat kelulusan , dan hasilnya adalah proses yang lebih efisien memproduksi berkualitas baik insinyur untuk memenuhi kebutuhan teknologi bangsa kita. " Penelitian yang dilakukan oleh Jenicke, L.O , Kumar, A. and Holmes, M.C., (2005) Temuan menunjukkan bahwa struktur unik dari sebuah lembaga akademis membuat calon yang menarik untuk menerapkan six sigma. Kerangka bertingkat tiga untuk six sigma dapat digunakan oleh administrator, staf pengajar, dan mahasiswa sebagai pedoman pelaksanaan. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara lingkungan membuat 16
  • 17. implementasi di banyak daerah dalam suatu lembaga akademis adalah suatu tantangan. Namun, ada keterbatasan penerapan six sigma dalam sebuah organisasi akademik. Six sigma metodologi telah lebih teliti dikembangkan dan disempurnakan dalam lingkungan manufaktur daripada sistem pelayanan seperti di universitas. Implikasi praktisnya membantu untuk merangsang pemikiran tentang penerapan metodologi manajemen mutu terbukti pengaturan akademik di mana program peningkatan terstruktur formal seperti six sigma tidak umum ditemukan. 4. FINAL OPINION 4.1 Cara Melaksanakan Six Sigma Dalam Bidang Pendidikan Pelaksanan Six Sigma dalam bidang pendidikan berkaitan dengan program perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Pihak-pihak yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan adalah mulai dari Kementerian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pengawas Pendidikan, Kepala Sekolah, Guru, dan Orangtua. Komponen atau unsur yang berhubungan langsung dengan proses pendidikan di sekolah adalah pengawas, kepala sekolah, dan guru. Ketiga komponen ini dapat menggunakan Six Sigma dalam proses peningkatan mutu pendidikan, mengatasi atau mengurangi masalah. Contoh penerapan Six Sigma dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut : 1) Pengawas dapat menggunakan Six Sigma dalam pelaksanaan supervisi baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial, 2) Kepala sekolah dengan tim guru dapat menggunakan Six Sigma dalam penyelesaian masalah di sekolah, misalnya : a) Mengatasi masalah siswa yang terlambat, b) Mengatasi masalah siswa yang tidak menjaga kebersihan 3) Guru dapat menggunakan Six Sigma dalam menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran di kelas, misalnya : a) Mengatasi masalah siswa yang menyontek, b) Mengatasi masalah prestasi siswa yang rendah, 17
  • 18. c) Mengatasi masalah ketidak-aktifan siswa dalam proses pembelajaran. Seperti disebut sebelumnya, Six Sigma adalah suatu metode yang sangat terstruktur yang terdiri dari paling sedikit lima tahapan yaitu : Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control yang disingkat DMAIC. Lima tahapan dalam Six Sigma ini harus dilaksanakan oleh setiap komponen yang berperan dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Berikut ini akan dijelaskan tahapan yang dapat dilakukan oleh komponen yang berkaitan langsung dengan proses evaluasi pendidikan di sekolah yaitu pengawas pendidikan. Salah satu tenaga kependidikan yang berwenang dalam menghubungkan mutu pendidikan di sekolah adalah pengawas satuan pendidikan. Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik seperti adalah akademik maupun supervisi manajerial. Adapun tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang meliputi : 1) Melaksanakan pengawas penyelenggaraan pendidikana di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA. Hal ini berkaitan supervisi manajerial. 2) Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Hal ini berkaitan supervisi akademis. Ragam kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah meliputi : 1) Pelaksanaan analisis kebutuhan 2) Penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja tenaga 3) Penialaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja tenaga kependidikan lain (Tata Usaha, Laboran, dan pustakawan) 4) Pembinaan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lain. 5) Pemantauan kegiatan sekolah serta sumber daya pendidikan yang meliputi sarana belajar, prasarana pendidikan, biaya dan lingkungan sekolah. 6) Pengolahan dan analisis data hasil penilaian, pemantauan, dan pembinaan 7) Evaluasi proses dan hasil pengawasan 18
  • 19. 8) Penyusunan laporan hasil pengawasan 9) Tindak lanjut hasil pengawasan untuk pengawasan berikutnya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan supervisi adalah melalui tahap-tahap dan pra-observasi, observasi, dan pasca observasi. 1) Pra-observasi (Pertemuan awal) : a) Menciptakan suasana akrab dengan guru b) Membuat persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus pengamatan. c) Menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan. 2) Observasi (Pengamatan Pembelajaran) : a) Mengamatan difokuskan pada aspek yang telah disepakati, b) Menggunakan instrumen observasi c) Di samping instrumen, pengawas juga membuat catatan (fiednotes) yang meliputi perilaku guru dan siswa. d) Observasi yang dilakukan oleh pengawas tidak mengganggu proses pembelajaran. 3) Pasa-observasi (Pertemuan Balikan); a) Dilaksanakan segera setelah observasi, b) Menanyakan bagaimana pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung, c) Menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan) – memberi kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya, d) Mendiskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama pada aspek yang telah disepakati (kontrak) – berikan penguatan terhadap penampilan guru, Pengawas menghindari kesan menyalahkan. Usahakan guru mampu memperbaiki kekurangannya. e) Memberikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki kekuranganannya. f) Secara bersama-sama menentukan rencana pembelajaran dan supervisi berikutnya. Penerapan langkah-langkah Six Sigma oleh pengawas sekolah menurut Husaini (2012) adalah sebagai berikut : 1) Define 19
  • 20. Pada tahap ini pengawas mengidentifikasikan permasalahan,mendefinisikan spesifikasi pelanggan, dan menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya dan target waktu). Inti tahapan ini adalah menentukan masalah. Dalam hal supervisi, pengawas dapat melakukan langkah-langkah : a) Mengidentifikasikan permasalahan dengan menggunakan instrumen, observasi, wawancara dan dokumentasi. b) Mengdefinisikan spesifikasi guru berdasarkan hasil pengamatan. c) Menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya dan target waktu) yaoti untuk memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran. 2) Measure Pada tahap ini pengawas menvalidasi permasalahan, pengukur/menganalisis permasalahan dari data yang ada di mana pengawas mengidentifikasi permasalahan yang paling dominan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Melalui tahap ini pengawas dapat membandingkan antara kenyataan yang digambarkan/ditunjukkan oleh hasil observasi dengan perilaku ideal yang seharusnya. Seorang pengawas dapat menentukan apakah seorang guru sudah “sempurna” atau masih memiliki kekurangan dan dilakukan pembinaan lebih lanjut. Data-data hasil instrumen kemudian disusun dalam bentuk tabel untuk mendapatkan gambaran umum permasalahan. Dari tabel tersebut dapat dibuat diagram pareto untuk melihat persentasi faktor penyebab suatu masalah. 3) Analyze Pada tahap ini pengawas menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi proses; artinya mencari satu atau yang kalau itu diperbaiki akan memperbaiki proses secara dramatis. Pada tahap ini pengawas menentukan faktor-faktor yang paling dominan yang dialami guru dan akan menjadi fokus pembinaan pengawas. Dari diagram pareto pada langkah sebelumnya, pengawas mempelajari lebih mendalam penyebab yang paling dominan dari suatu masalah. Langkah ini dapat menggunakan diagram tulang ikan (fishbone). 20
  • 21. 4) Improve Pada tahap ini pengawas dan guru yang dibina mendiskusikan ide- ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran berdasarkan hasil analisa terdahulu. Melalui diskusi ini pengawas dan guru mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses. Selanjutnya menyepakati dan merumuskan jenis tindakan yang akan dilakukan, dan melakukan percobaan untuk melihat hasilnya. Jika hasilnya bagus kemudian dibuatkan prosedur bakunya atau SOP (Standard Operating Procedure). 5) Control Pada tahap ini pengawas harus membuat rencana dan desain pengukuran agar hasil yang sudah bagus dari perbaikan bisa berkesinambungan. Dalam tahap ini pengawas membuat semacam metrics untuk selalu dimonitor dan dikoreksi bila sudah mulai menurun ataupun untuk melakukan perbaikan lagi. Pada tahap ini, pengawas menentukan alat ukur melihat apakah program kegiatan perbaikan yang telah disepakati sudah atau belum dilaksanakan sesuai dengan SOP. 4.2 Penerapan Prinsip-Prinsip Integrasi Six Sigma dan TQM dalam Pendidikan Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Mereka yang belajar tersebut bisa merupakan pelajar/murid/peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers). Selain itu, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu 21
  • 22. yang berasal dari interen lembaga; mereka itu adalah para guru/guru/tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal customers). Walaupun para para guru/guru/tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas mereka diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun finansial. Seperti disebut di atas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan. Menurut Mufidah (2009:94) Aktualisasi TQM dalam lembaga pendidikan didasarkan pada lima kunci, yaitu: (1) visi (vision), (2) strategi dan tujuan (strategy and goals), (3) tim (team), (4) alat (tools), (5) three Cs of TQM yang meliputi: a). budaya (culture), b). komitmen (commitment), c). komunikasi (communication). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 3. Aktualisasi TQM dalam Lembaga Pendidikan Sumber: Mufidah (2009: 95) Mayer, D.P., et al. (2000) mengatakan bahwa: “ mutu sekolah mempengaruhi pengetahuan siswa melalui pelatihan dan talenta dari tenaga guru, apakah berlangsung di dalam ruang kelas, serta seluruh budaya dan atmosfir 22
  • 23. sekolah”. Pada ketiga bidang ini ada 13 indikator mutu sekolah yang berkaitan dengan pengetahuan siswa yang digambarkan di bawah ini: Gambar 4. Indikator-indikator untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Pengetahuan Siswa. Sumber: Wijaya (2008:87) Berdasarkan hal-hal diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa pada intinya mutu pendidikan merupakan akumulasi dari semua mutu jasa pelayan yang ada di lembaga pendidikan yang diterima oleh para pelanggannya. Layanan pendidikan adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu terpadu”. Contoh penerapan diagram IPO (input, proses, output) untuk memperbaiki proses akademik seorang mahasiswa dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 5. Diagram IPO dalam Proses Belajar Mahasiswa (Sumber: Manggala, 2005) 23
  • 24. Dasar-dasar penerapan TQM di pendidikan adalah sebagai upaya peningkatan kualitas dalam pelayanan, peningkatan kualitas lulusan, dan penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), target dalam penerapan TQM meliputi: (a) tersertifikasi ISO, (b) pembelajaran dengan menggunakan konsep Internet, Technology and Computer (ITC), (c) perpustakaan sekolah dengan menggunakan konsep digital, (d) setiap siswa mampu bersaing di tingkat internasional dengan menggunakan acuan tes curriculum Cambridge. Penerapan TQM terhadap empowering (pemberdayaan) Sumber Daya Manusia (SDM) menuju SBI merupakan sebuah usaha untuk menjaga dan meningkatkan mutu, serta untuk pemenuhan penerapan program SBI. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh sekolah dalam penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap empowering SDM menuju Sekolah Bertaraf Internasional, antara lain: (a) lulusan yang berkualitas, (b) pelayanan yang cepat, tepat, dan akuntabel, (c) kemudahan akses informasi, (d) transparansi pendanaan, (e) efektif dalam pembiayaan. Model peningkatan TQM terhadap empowering SDM menuju SBI, yaitu: (a) manual mutu, (b) pengendalian dokumen, (c) penataan ruang lingkup manajemen mutu. 4.3 Hambatan-Hambatan dan Solusi Implementasi Integrasi Six Sigma dan TQM di Institusi Pendidikan di Indonesia. Penelitian implementasi metodologi six sigma yang dilakukan oleh Jenicke, L.O., Kumar, A., Holmes, M.C. (2008) di institusi pendidikan di Amerika Serikat, belum tentu bisa diterapkan di Indonesia, karena adanya perbedaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat Amerika, di samping itu dukungan stake holder pendidikan juga berbeda. Oleh karena itu perlu adanya penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi budaya dan tingkat kemajuan pendidikan serta kesiapan sarana dan prasarana pendukung yang ada di Indonesia. Beberapa penelitian menyoroti kesulitan menerapkan six sigma dalam lingkungan universitas. Daftar tantangan unik implementasi six sigma dalam lingkungan universitas yang dihasilkan meskipun penulis tidak membahas tantangan (Holmes et al., 2005). Tantangan termasuk kesulitan dalam menentukan pelanggan untuk sebuah universitas, sifat produk, dan sulitnya mengukur kualitas 24
  • 25. dan sistem penghargaan bagi karyawan (Holmes et al., 2005). Hoerl dan Bryce (2004) membahas status six sigma di universitas-universitas serta pengaruh potensial dalam lingkungan akademik. Sebagai bukti sukses di banyak organisasi bisnis, maka sebagian besar di bawah diterapkan dalam pengaturan universitas. Menerapkan six sigma di universitas adalah sulit karena sifat dari produk pendidikan tidak berwujud, keragaman tujuan departemen / individu dan sudut pandang, dan fokus pada administrasi mencari dana untuk program universitas (Hoerl dan Bryce, 2004). Area aplikasi terbaik mungkin dalam non-akademik daerah dukungan. Sebuah studi sebelumnya menunjukkan beberapa alasan untuk kesulitan menerapkan TQM dalam dunia akademis (Bolton, 1995). Alasan menyatakan itu pelanggan definisi jelas, kurangnya pengukuran kualitas, penekanan pada individu bukannya prestasi kelompok, keseragaman memaksakan, oposisi terhadap kerja tim dan resistensi terhadap perubahan. Meskipun banyak yang telah ditulis tentang six sigma dalam lembaga akademis, ada studi yang mengidentifikasi faktor-faktor penting untuk mengimplementasikan six sigma dalam cara yang terorganisasi dan terkoordinasi di seluruh lembaga akademis. Penelitian ini berfokus pada mengidentifikasi faktor-faktor penting untuk mengimplementasikan six sigma perusahaan yang luas di lembaga akademis. Faktor-faktor yang digunakan untuk mengusulkan kerangka kerja yang komprehensif yang akan memandu institusi akademik berencana untuk mengimplementasikan six sigma. Six sigma merupakan pendekatan yang sudah lama diimplementasikan di dunia bisnis, namun relatif baru diadopsi di dunia pendidikan. Six sigma memerlukan perubahan atas paradigma manajemen konvensional, komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan dan pelatihan-pelatihan. Adapun hambatan- hambatan yang kemungkinan dijumpai dalam implementasi six sigma di pendidikan adalah : (1) Adanya perbedaan budaya di lingkungan industri manufaktur dengan lingkungan pendidikan, sehingga diperlukan penyesuaian-penyesuaian. (2) Keengganan warga pendidikan untuk merubah metode lama ke metode baru. (3) Belum memahami metodologi six sigma. (4) Adanya keragu-raguan staf tata usaha dan karyawan dalam menerima konsep dan implementasi six sigma. 25
  • 26. Sebab-sebab umum kegagalan penerapan TQM di dunia pendidikan menurut Sallis (1993) antara lain mencakup: desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Sementara sebab-sebab khusus kegagalan sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi dan kesalahpahaman. Sallis (1993) mengemukakan langkah-langkah penting dan sederhana dalam mengimplementasikan TQM di pendidikan antara lain: (1) kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus dari pimpinan, (2) kepuasan pelanggan adalah tujuan TQM, (3) menunjuk fasilitator mutu, (4) membentuk kelompok pengendali mutu, (5) menunjuk coordinator mutu, (6) mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program, (7) menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada, (8) menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain, (9) mempekerjakan konsultan eksternal, (9) memprakarsai pelatihan mutu dari para staf, (10) mengkomunikasikan pesan mutu, (11) mengukur biaya mutu, (12) mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif, (13) mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh Sallis di atas dapat dijadikan sebagai panduan dalam mengimplementasikan TQM di dunia pendidikan/ sekolah, serta mengatasi kemungkinan masalah-masalah yang akan terjadi. 5. KESIMPULAN Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaliguas mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesidikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Fokus utama Six Sigma sebagai sebuah sistem manajemen adalah pada tiga hal, yaitu fokus pda konsumen, manajemen proses serta dan data. Dalam Six Sigma, kepuasan konsumen menjadi fokus utama. 26
  • 27. Metodologi six sigma telah berhasil diterapkan di banyak organisasi yang mengarah ke peningkatan kualitas luar biasa dalam produk yang diproduksi dan jasa yang diberikan. Namun, institusi akademik telah tertinggal organisasi lain dalam melaksanakan six sigma. Penerapan six sigma di institusi akademik berbeda dengan penerapan di industri manufaktur sehingga perlu beberapa penyesuaian. Keberhasilan penerapan metodologi dalam sebuah organisasi memerlukan komitmen dari manajemen puncak dan karyawan. Manajemen puncak menjadi juara untuk metodologi melakukan sumber daya yang diperlukan yang diperlukan untuk melembagakan metodologi. Karyawan pada bagian mereka memastikan bahwa mereka mempelajari, menggunakan dan menghargai metodologi untuk memastikan keberhasilan pelaksanaannya. 27
  • 28. Daftar Pustaka Arcaro, J.S. (1995). Quality in Education: An Implementation Handbook. Florida: St Lucie Press. Bolton, A. (1995), “A rose by any other name: TQM in higher education”, Quality Assurance in Education, Vol. 3 No. 2, pp. 13-18. Brue, G. (2005). Six Sigma for Managers. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Burtner, J. (2004), “The adaptation of six sigma methodology to the engineering education enterprise”, Proceedings of the ASEE Southeast Section Conference 4-6 April 2004, Auburn, AL, available at:http://cee.citadel.edu/aseese/proceedings/ASEE2004/ASEE2004SE.htm Crosby, P. B. (1978). Quality is free: the art of making quality certain. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Deming, W. Edwards. (1986). Out of the Crisis. Cambridge: Cambridge University Press. Departemen Pendidikan Nasional (2009). Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik. Jakarta : Dirjen PMPTK. Eko Supriyanto, (2006). Pedoman Pelaksanaan Supervisi Klinis di Sekolah. Jakarta PMPTK. Gaspersz Vincent. (2007). Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, V. (2001). Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. George, M.L., (2008). Lean Six Sigma for Service: How to Use Lean Speed and Six Sigma Quality to Improve Services and Transactions. New York: MCGraw-Hill. Goetsch, D. and Davis, S. (2000). Quality Management: Introduction to Total Quality Management for Production, Processing, and Services. Prentice Hall, Englewood Clifffs, NJ. Hargrove, S.L. and Burge, L. (2002), “Developing a six sigma methodology for improving retention in engineering education”, Proceedings of the 32nd ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference, November 6-9, Boston, MA, pp. 20-4. Hidayat, Anang. (2007). Strategi Six Sigma: Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis. Jakarta: Elex Media Computindo. Hoerl, R. and Bryce, G.R. (2004), “What influence is the six sigma movement having in universities? What influence should it be having?”, ASQ six sigma Forum Magazine, Vol. 3 No. 2, p. 37. Jenicke, L.O , Kumar, A. and Holmes, M.C., (2005), “A framework for applying six sigma improvement methodology in an academic environment”, Issues in The TQM Journal Vol. 20 No. 5, 2008 pp. 453-462. Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S. 2008. An Organizational Learning Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture. 28
  • 29. International Journal of Quality and Reliability Management, Vol. 25 No. 3, 2008, p 238-255. Manggala, D. (2005). Mengenal Six Sigma secara Sederhana. Mayer, D.P., et al. (2000). Monitoring School Quality: An Indicators Report. US: US Department of Education. Mc Adam, R., Leitch, C. and Harisson, R. (1998). The Link between Organizational Learning and Total Quality: A Critical Review. Journal of European Industrial Training, Vol. 22 No.2 pp. 8-11. Mufidah, L.N . (2009). Aktualisasi TQM dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Tadris, Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009, halaman 91-105. Pande, P.S., Neuman, R. P.; and Cavanagh, R.R. (2000). The Six Sigma Way- How GE, Motorola, and Top Companies are Honing Their Performance. The McGraw-Hill Companies, Inc. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Salis, E. (1993). Total Quality Management in Education. Kogan Page London Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Usman, H. (2012). Six Sigma. Materi Kuliah Program Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Wijaya, D. (2008). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur, No.10/Tahun ke-7, Juni 2008, hal. 84-94. 29