Presentasi ini disusun dan disajikan oleh Ani Sulistyawati, guru SD Tarakanita Tritis, Sleman, Yogyakarta, pada pertemuan Forum Guru Pendidikan Pusaka Yogyakarta di MI Giriloyo I - II Imogiri, Bantul pada tanggal 21 Maret 2009.
3. Pemberhentian 1 : “ SANGGAR”
Dalam Bahasa Jawa : “Sanggar Pamuja” artinya tempat untuk
memohon pada Tuhan.
Menurut cerita orang tua dahulu “Sanggar” berupa rumah kecil
(gubug) yang oleh para leluhur / nenek moyang warga Turgo di
pakai untuk melakukan Semedi, bertopo, pengajaran ilmu.
Wujudnya sekarang berupa Plataran.
5. Pemberhentian 2: “ PADUPAN”
• Padupan artinya Tempat dupa (tempat membakar dupa / kemenyan )
• Para peziarah yang akan memohon pada Tuhan dengan perantaraan Syekh Jumadil
Kobra biasanya membakar dupa di tempat itu.
• Maksudnya untuk mohon izin masuk sekaligus peneguh kepada para leluhur yang
tinggal di bukit Turgo.
6. Pemberhentian 3 : “ Terowongan atau Gua Jepang “
Letaknya dekat di tengah-tengah perjalanan dari kaki ke puncak Bukit.
Wujud : terowongan tanah yang berukuran panjang + 15 meter lebar 2
meter tinggi 2 meter.
Disebut gua Jepang karena Gua itu dibuat oleh tentara Jepang pada masa
penjajahan Jepang.
Tujuan adalah untuk tempat perlindungan.
8. Pemberhentian 4 : Makam Syekh
Jumadil Qobro
Wujud : batu nisan keramik dan plataran keramik berpagar besi. Luas
plataran 16 m2.
Tujuan terakhir peziarah
Peziarah menyampaikan maksud,ujud, niat permohonan pada Tuhan.
Kegiatan : zikir, bertapa/semedi.
13. Keterangan:
Di Bukit Turgo terdapat 3 Goa Jepang.
Tengah-tengah Bukit Turgo (Terowongan
sisi Tenggara)
Di bawah Puncak Bukit Turgo
Di tengah-tengah Bukit Turgo (sisi utara
gua)
Ada 2 versi pengertian hubungan antara
tempat ini dengan nama Syekh Jumadil
Qobro.
- Sebagai tempat pemakaman.
- Sebagai Petilasan ( Syekh pernah bertapa
disini )