Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas analisis penempatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Pasirbajing, Garut; (2) Beberapa persyaratan lokasi TPA diantaranya tidak boleh di daerah rawan bencana alam, rawan hidrogeologis, dan rawan topografi; (3) Hasil analisis menunjukkan lokasi TPA Pasirbajing sudah memenuhi syarat-syarat tersebut.
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)
1. Analisis Penempatan Ruang Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Pasirbajing
Kabupaten Garut
Disusun Oleh :
Rizki Gumilar 201129002
2. BAB I
PENDAHULUAN
Diskursus mengenai sampah masih menjadi problema
hampir disetiap wilayah di Indonesia, terlebih di kota-kota besar
yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Akan tetapi tidak
hanya terbatas di kota-kota besar saja, problematika sampah juga
terjadi di Kabupaten Garut. Permasalahan sampah ini tidak bisa
dipandang biasa, karena tidak dapat di pungkiri bahwa
permasalahan sampah ini dalam tingkat yang cukup serius dan
sungguh sangat memprihatinkan.
Hal tersebut terjadi bukan hanya karena masalah
pengelolaan yang minim, tapi juga karena suatu budaya buruk
akan masyarakat yang senantiasa tidak peduli akan kebersihan
lingkungan.
3. Jika sampah sudah di buang maka masalah sudah selesai.
Tapi benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai?
Mereka lupa bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat
penting, karena sebenarnya sampah yang tidak dibuang pada
tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang
dibuang secara sembarangan di jalan akan membuat kota menjadi
kotor, sampah yang dibuang di sungai akan mencemari sungai dan
menimbulkan banjir, bahkan sampah yang dibuang di tempat
pembuangan akhir pun bisa menjadi masalah pengelolaan sampah
yang selama ini dilakukan apakah telah dikelola dengan baik
sesuai mekanisme yang disarankan atau tidak jelas kita tidak tahu.
Maka perlu dicermati setiap detail dari permasalah sampah
tersebut diatas karena tanpa kita ketahui dan sadari penempatan
pembuangan akhir yang tidak sesuai dengan penataan ruang akan
menjadi masalah yang mengancam.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Sampah
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah
spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
5. Sumber-Sumber Sampah
Sumber-sumber sampah dibedakan menjadi beberapa macam,
antara lain :
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
c. Sampah yang berasal dari perkantoran
d. Sampah yang berasal dari jalan raya
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
g. Sampah yang berasal dari pertambangan
h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan
6. Jenis Sampah
Jenis-jenis sampah juga dapat dibedakan menjadi beberapa,
yakni:
a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
Sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak
dapat membusuk.
Misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan
sebagainya.
Sampah organic, adalah sampah yang pada umumnya
dapat membusuk.
Misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan
dan sebagainya
7. b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar
Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet,
kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.
Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-
kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
c. Sampah berdasarkan karakteristiknya - Abu (Ashes)
Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,
baik di rumah, di kantor maupun industri
Sampah Jalanan (Street Sweeping), berasal dari
pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas,
kotoran dan daun-daunan.
Bangkai Binatang (Dead Animal), yaitu bangkai binatang
yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
Sampah pemukiman (Household refuse), yaitu sampah
campuran yang berasal dari daerah perumahan
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas
Sampah
Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun
kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf
hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :
a. Jumlah Penduduk
b. Keadaan sosial ekonomi
c. Kemajuan Teknologi
d. Tingkat pendidikan
9. Penerapan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah
misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R.
Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah
dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan
kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan 4-R
ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R
selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant
(menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting
untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat
perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat
mengurangi biaya pengelolaan sampah.
10. Reduce
Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan
minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin
banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah
yang dihasilkan.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program reduce:
Hindari pemakaian dan pembelian produk yang
menghasilkan sampah dalam jumlah besar
Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang
sama atau fungsi lain
Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang
memerlukan
Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi
makanan segar, kurangi makanan kaleng/instan)
Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan
sachet)
11. Reuse
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih
barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari
pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi
sampah.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program reuse:
Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah
Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau
tempat sampah
Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-
macam kerajinan
12. Recycle
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-
barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak
semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program recycle:
Mengubah sampah plastik menjadi souvenir
Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan
miniatur
13. Replace
Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan
barang yang digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-
barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan
yang ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan
keranjang saat berbelanja, atau hindari penggunaan styrofoam
karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.
Replant
Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau
lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran,
pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini
sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari
sampah
14. Hambatan dalam Pengelolaan Sampah
Menurut Slamet (2004) masalah pengelolaan sampah di
Indonesia merupakan masalah yang rumit karena :
1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada
kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami
persoalan persampahan
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai
dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan
3. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien
menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan estetika
dan memperbanyak populasi lalat dan tikus
15. 4. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat
pembuangan akhir sampah, selain tanah serta formasi tanah yang
tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi
yang semakin rumit akan penggunaan tanah.
5. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa
daerahnya dipakai tempat pembuangan sampah
6. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan
7. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk,
karena cuaca yang panas.
8. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang
sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan.
9. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai
saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.
Pengelolaan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang
memperhatikan faktor non teknis seperti partisipasi masyarakat
dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.
16. Landasan Hukum
Landasan hukum :
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun
2011 - 2031
Peraturan Daerah Kabupaten Garut No. 6 s/d 11 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Garut
17. BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat
dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya
sejak mulai timbul disumber, pengumpulan, pemindahan/
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan
tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.
Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama
ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering
dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampahBeberapa
jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih
lambat bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah
sampai puluhan tahun; misalnya plastik.. Karenanya masih
diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.
18. Metoda Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam
pelaksanaannya yaitu:
a. Open Dumping
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara
pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada
suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan
setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan
cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana,
dll). Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya
potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:
Perkembangan vektor penyakitseperti lalat, tikus, dll
Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan
Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang
timbul
Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang
kotor
19. b. Control Landfill
Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping
dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup
dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan
lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga
dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk
diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan
metoda ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya:
Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
Pos pengendalian operasional
Fasilitas pengendalian gas metan
Alat berat
20. Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai
secara interansional dimana penutupan sampah dilakukan setiap
hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan.
Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana
yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai
saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan
21. Persyaratan Lokasi TPA
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; yang diantaranya
dalam kriteria regional dicantumkan :
1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan
longsor, rawan gempa, dll)
2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi
kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah
meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi
harus dilakukan masukan teknologi)bukan daerah rawan topografis
(kemiringan lahan lebih dari 20%)
3. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara
(jarak minimal 1,5 – 3 km)
4. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi
Dari hasil data yang diperoleh mengenai lokasi penempatan
TPA Pasirbajing sudah dikategorikan ideal karena telah memenuhi
syarat diatas. TPA Pasirbajing berada di lokasi perbukitan dengan
kemiringan 30-40 derajat, jauh dari pemukiman, jauh dari sungai,
tidak ada sumber air resapan dan lain-lain.
22. Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA
a. Prasarana Jalan
Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan
pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan
semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi
keduanya menjadi tinggi. Konstruksi jalan TPA cukup beragam
disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga dikenal jalan TPA
dengan konstruksi :
a. Hotmix
b. Beton
c. Aspal
d. Perkerasan situ
e. Kayu
23. b. Prasarana Drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran
limpasan air hujan dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang
masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air hujan
merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan.
Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan
sampah akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan yang
pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unitpengolahannya.
Berdasarkan data yang diperoleh,drainase yang terdapat di
TPA pasirbajing ada yang aktif dan ada yang tidak aktif,itu
artinya sebagai komponen penting dalam pengolahan sampah
drainase ini menjadi titik pangkal yang apabila kinerjanya tidak
maksimal maka akan menimbulkan ekses yang cukup
mengkhawatirkan.jelas tidak begitu berarti ketika musim
kemarau, namun akan menjadi bencana ketika musim penghujan.
24. c. Fasilitas Penerimaan
Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan
sampah yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk
sampah. Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di
pintu masuk TPA. Pada TPA besar dimana kapasitas pembuangan telah
melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan penggunaan jembatan timbang
untuk efisiensi dan ketepatan pendataan. Sementara TPA kecil bahkan
dapat memanfaatkan postersebut sekaligus sebagai kantor TPA
sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan.
Dari hasil data yang diperoleh sampah yang masuk ke TPA
pasirbajing bisa mencapai 70 ton/hari. Jumlah ini memang tidak tetap
per harinya, namun berdasarkan materi diatas dapat diketahui bahwa
kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari, maka dianjurkan
untuk menggunakan jembatan timbang. Namun pada kenyataan di
lapangan, jembatan timbang di Pasirbajing sudah tidak berfungsi.
Kembali lagi alasan krusialnya adalah dana sebagai sumber penyokong.
25. d. Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air
lindi yang terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di
bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dibentuk di seluruh
permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding. Bila tersedia
di tempat, tanah lempung setebal +50 cm merupakan alternative
yang baik sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak
dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya
dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi.
Berdasarkan data yang diperoleh, untuk lapisan kedap air
di TPA Pasirbajing ternyata tidak ada, alhasil air lindi yang
terbentuk di dasar TPA menjadi bersatu dengan sisa-sisa sampah
yang ada di sepanjang jalan zona aktif dan tidak aktif di TPA. Hal
ini membuat akses menuju zona aktif pengolahan sampah
menjadi begitu becek dan tak karuan.
26. e. Fasilitas Pengamanan Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas
karbondioksida dan metan dengan komposisi hampir sama,
disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas
tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global
terutama gas metan, karenanya perlu dilakukan pengendalian agar
gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosferUntuk itu perlu
dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan
sampah pada titik-titik tertentu.
Dari data yang diperoleh fasilitas pengamanan gas yang ada
di TPA Pasirbajing telah tersedia dengan baik dimana hampir di
sekeliling zona aktif pengolahan sampah telah terpasang pipa-pipa
ventilasi dengan kedalaman 3meter dan 3meter diatas permukaan
tanah, hal ini tentu sangat baik mengingat gas metan yang dihasilkan
dari tumpukan sampah akan menjadi penyumbang terbesar
terjadinya efek pemanasan global jika terlepas bebas ke atmosfer,
hal ini tentu akan mengakibatkan semakin menipisnya lapisan ozon
dan mengancam keberlangsungan kehidupan di bumi.
27. f. Fasilitas Pengamanan Lindi
Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan
sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada
sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik
sangat tinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran
air baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu ditangani
dengan baik. Tahap pertama pengamanan adalah dengan
membuat fasilitas pengumpul lindi yang dapat terbuat dari:
perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun
pengaturan kemiringan dasar TPA
28. Dari hasil data yang diperoleh fasilitas pengaman lindi di
TPA Pasirbajing ternyata tidak ada, entah karena SDM yang
kurang memadai atau karena dana yang menjadi hambatan utama
namun apapun alasannya fasilitas pengamanan lindi ini
seharusnya menjadi konsen penting dari pihak pengelola sampah
di TPA mengingat banyaknya senyawa yang memiliki kandungan
pencemar yang sangat tinggi sehingga memicu pencemaran air
tanah maupun permukaan tanah.menurut salah satu pengelola
TPA mengatakan bahwa warga Desa Leuweung Tiis sampai Desa
Warung Peuteuy tidak ada yang menggunakan air tanah (sumur)
dirumah mereka, melainkan menggunakan air yang berasal dari
mata air sekitar gunung di kawasan tersebut. Tentu hal tersebut
tidak menjadi pembenar dalam ketiadaan fasilitas pengaman lindi
di TPA karena jelas selain mencemari air tanah, lindi juga
merusak unsur hara tanah yang ada disekitarnya akibat
terserapnya air ke dalam tanah.
29. g. Alat Berat
Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya
berupa: bulldozer,excavator dan loader. Setiap jenis perlatan
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam
operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan
dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian.
Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang
dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam
pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam
kemampuan pemadatan. Untuk TPA kecil disarankan dapat
memiliki bulldozer atau excavator, sementara TPA yang besar
umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut
30. Dari hasil data yang diperoleh jumlah alat berat yang
terdapat di TPA Pasirbajing adalah Buldozer sebanyak 1 unit dan
loader sebanyak 2 unit. Bisa dibayangkan dengan jumlah volume
sampah yang tak menentu setiap harinya, jumlah alat berat yang
ada di TPA Psirbajing ini masihlah jauh dari kategori memadai,
mengingat masing-masing dari peralatan tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda, otomatis antara satu alat berat dengan
alat berat yang lain tentu akan saling melengkapi dalam hal
operasionalnya, minimal TPA Pasirbajing ini memliki baik
bulldozer, loader dan excavator meskipun dalam unit yang
terbatas tapi ada, sehingga proses pengolahan sampah mulai dari
perataan, pemadatan, penggalian, ataupun pemindahan tanah dan
sampah dapat berjalan secara efektif dan efisien.
31. h. Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa
maksud diantaranya adalah: peningkatan estetika lingkungan,
sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang
berlebihan.
Berdasarkan data yang diperoleh kegiatan di TPA
Pasirbajing ini ternyata tidak begitu baik, bila merujuk pada salah
satu tujuan penghijaun adalah sebagai buffer zone untuk
pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan yang ditemukan dilapangan bahwa 200 meter
dari zona aktif pengolahan sampah saja bau menyengat itu telah
begitu jelas tercium terlebih ketika berada di zona aktif
pengolahan sampah, lalat yang berterbangan begitu banyaknya,
sehingga sampai pada kesimpulan bahwa indikasi penghijauan di
TPA Pasirbajing ini memang tidak maksimal.
32. i. Fasilitas Penunjang
Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk
membantu pengoperasian TPA yang baik diantaranya : pemadam
kebakaran, mesin pengasap/ mistblower, kesehatan/keselamatan
kerja, toilet, dan lain lain.
Dari data yang berhasil diperoleh sarana atau fasilitas
penunjang di TPA Pasirbajing ini nyaris tidak ditemukan,
mistblower atau alat pemadam kebakaran tidak ada, kemudian
toilet tidak berfungsi sementara fasilitas penunjang kesehatan
yang paling sederhana seperti masker atau tergos tidak ada, hal
ini atas apa yang terlihat di lapangan bahwa petugas baik
kordinator lapangan, petugas kantor sampai operator alat
beratpun tidak ada yang menggunakan alat atau fasilitas
penunjang kesehatan seperti itu.
33. BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai hasis ekonomi,
bahkan dapat mempunyai hasil ekonomi yang negatif karena dalam
penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya
memerukan biaya yang sangat besar. Sampah dan pengelolaannya
kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota di
Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penangan yang baik akan
mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan
yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari
lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Karena itu untuk
mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan penanganan dan
pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan
menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya
jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan semakin
majunya kebudayaan. Oleh karena itu penangan sampah di
perkotaan relative lebih sulit dibanding sampah di desa-desa.
34. Tempat pembuangan akhir (TPA) Pasirbajing yang telah
menerapkan sistem control landfill, pada kenyataannya masih
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga
secara operasional diperlukan penyempurnaan melalui proses
monitoring dan evaluasi secara berkala. Dampak negatif yang
perlu mendapat perhatian secara serius adalah teradinya
akumulasi berbagai bahan pencemar baik pada air, udara dan
tanah dan adanya bencana longsor sampah. Strategi pengelolaan
sistem lama yang mengandalkan sistem pengangkutan,
pembuangan, dan pengolahan menjadi bahan urugan perlu diubah
karena dirasakan sangat tidak ekonomis (cost centre). Disamping
memerlukan biaya operasional dan lahan bagi pembuangan akhir
yang besar jug amenimbulkan banyak dampak yang kurang
menguntungkan bagi kehidupan masyarakat serta akan
menumbuhkan masyarakat yang kurang peduli akan
lingkungannya.
35. Saran
Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun
dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari
konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan
telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni
jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman
namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan
sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai
dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah
seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian
peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah
seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas
dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan
yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka
perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih
unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata
ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut
terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut,
karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita
bersama.