1. LAPORAN
PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
ACARA VIII
HUJAN – II DAN KLASIFIKASI IKLIM
NAMA : LISA NURI
NPM : E1J010093
HARI/TANGGAL : SENIN 26 NOVEMBER 2012
NAMA CO,AST : RIAN FERRY ANDREAS
LABORATORIUM AGROKLIMAT
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENKULU
2012
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hujan adalah butir-butir air yang jatuh ke bumi dari atmosfer. Awan adalah titik-
titik air yang melayang-layang di atmosfer dan merupakan bahan baku hujan.Hujan
juga merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi itu sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan
kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak
semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh
melalui udara kering. Kadang-kadang butir-butir air yang jatuh akan menguap
kembali sebelum mencapai permukaan bumi. Pola dalam satu hari saat turunnya hujan
suatu daerah bisa berbeda-beda ketika sudah memasuki musim hujan. Meskipun
belum banyak penelitian, ada daerah yang mengalami hujan yang hampir setiap
malam hari. Tetapi ada tempat lain yang hujan tidak menentu kadang pagi, siang sore
dan malam hari.
Data hujan dianalisa untuk mengetahui jeluknya (rainfall depth), jujuh
hujan (rainfall duration), dan kelebatan hujan (rainfall intensity). Sifat-sifat hujan
tersebut penting diketahui karena ia berperan atas terjadinya runoff (limpasan), erosi,
dan dapat menentukan dan berpengaruh pada peristiwa dan kejadian alam, peristiwa
biologik, dan lain-lain. Pendataan hujan, seperti pendataan unsur-unsur iklim lainnya
diperlukan untuk digunakan dalam hampir setiap perencanaan di bidang pertanian,
pembangunan jembatan, gedung dan lain-lain. Pendataan hujan dan unsur iklim
lainnya sering diperlukan untuk menunjang penelitian yang berkenaan dengan alam
terbuka.
Klasifikasi Iklim
Pada hakekatnya klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk
memperolah efesiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Oleh
karena itu analisis statistik unsur-unsur iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan
memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana. Iklim
merupakan keadaan rata-rata cuaca dalam jangka panjang waktu panjang. Setiap
tempat dapat mempunyai iklim yang berbeda dengan tempat lainnya sesuai dengan
3. kondisi masing-masing unsur-unsur iklim. Tujuan klasifikasi iklim adalah
menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar
aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau
perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam
dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan
adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks
suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
1.2 Tujuan
Tujuan pratikum pada Hujan adalah :
Mengetahui cara pengolahan data hujan harian, bulanan, tahunan, dan dapat
membuat grafik pola hujan suatu tempat.
Dapat menganalisa data hujan rekaman kontinyu dan mengerti sifat hujan dari
data tersebut.
Tujuan pratikum pada Klasifikasi Iklim adalah :
Menentukan klas iklim suatu tempat dengan menggunakan cara klasifikasi
Schmeith dan Ferguson, dan cara klasifikasi oldemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hujan, Analisa Data Hujan
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi
sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti
embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari
awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap
ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga. Hujan
memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap,
berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke
bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi
daur ulang itu semula. (www.google.com)
4. Ada tiga jenis hujan, yaitu:
a. Hujan konvektif
Hujan konvektif biasanya tidak efaktif untuk pertumbuhan tanaman karena air
hujan sebagian besar akan hilang dalam bentuk arus permukaan.
b. Hujan orografik
Hujan orografik yaitu jika gerakan udara melalui pegunungan atau bukit yang
tinggi, maka udara akan dipaksa naik. Setelah terjadi kondensasi, tumbuh awan
pada lereng diatas angin (windward sade) dan hujannya disebut hujan orografik.
c. Hujan konvergensi dan frontal
Kenaikan udara didaerah konvergen dapat menyebabkan pertumbuhan awan dan
hujan. Bidang batas antara dua massa udara yang berbeda sifat fisisnys disebut
front. Hujan paling melimpah terdapat didaerah ekuator dan berkurang menuju
daerah kutup. Distribusi curah hujan menunjukkan bahwa didaerah udara naik,
yaitu didaerah tekanan rendah jumlah curah hujan sangat besar. Sebaliknya,
didaerah udara turun seperti didaerah tekanan tinggi subtropis, jumlah curah
hujan jauh lebih kecil.
Daerah hujan berkaitan dengan sabuk (belts) konvergensi cenderung bergerak
keutara jika belahan bumi utara musim panas dan bergerak keselatan jika belahan
bumi selatan musim panas. Didaerah ekuator yang secara tetap dibawah pengaruh
konvergensi ekuator, jumlah curah hujan berlimpah sepanjang tahun, tetapi didaerah
beberapa derajat di utara atau di selatan ekuator, yaitu basah pada musim pans dan
kering pada musim dingin. (Ir. Ance Gunarsih Kartasapoetra,1993)
Untuk kepentingan kajian, hujan dibedakan menurut terjadinya, ukuran
butirannya, atau curah hujannya.
Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya :
Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai
dengan angin berputar.
Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat
pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian
angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator
yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
5. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air
yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara
menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar
pegunungan.
Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu
dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu
disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di
bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan
frontal.
Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim
(Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya
pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik
Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April.
Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus
muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.
Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya
Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
Hujan batu es, curahan batu es yang trun dalam cuaca panas dari awan yang
suhunya dibawah 0° Celsius
Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0°
Celsius dengan diameter ±7 mm
Jenis-jenis hujan berdasarkan curah hujan (definisi BMG)
hujan sedang, 20 - 50 mm per hari
hujan lebat, 50-100 mm per hari
hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari. (www.google.com)
Air hujan terdiri atas : ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlo, bikarbinat, dan
sulfat ynag merupakan jumlah yang besar bersama-sama. Ammonia, nitra, nitrit,
nitrogen, dan susunan-susunan nitrogen lain. Bagian yang kecil misalnya: iodine,
bromine, boron, besi, almunium, dan silica. Asal unsure-unsur ini adalah lautan,
6. sungai-sungai atau danau, permukaan tanah, vegetasi, industri, dan gunung-gunung
berapi. Air hujan pH-nya berkisar antara 3,0-9,8. (Wisnubroto, 1981)
Dari data analisa data hujan kita dapat mengetahui sifat-sifat hujan yang
berperan penting atas terja
dinya limpasan, erosi, dan depot berpengaruh pada peristiwa dan kejadian alam. Dan
dari data analisa depot pula diketahui hujan harian yang merupakan curah hujan yang
diukur berdasarkan jangka waktu satu hari (24 jam),kemudian hujan kumulatif yang
merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu priode tertentu,dan hari hujan yang
merupakan kejadian hujan dengan curah hujan lebih besar atau sama dengan 0,5 mm.
Dari data tersebut kita juga dapat mengetahui hujan jangka pendek atau yang lebih
tepat disebut dengan intensitas hujan yaitu hujan yang diukur kontinyu selama waktu
pendek. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan atau kelebatan hujan
selama kejadian hujan.(S. Nur Muin 2008)
Hujan harian adalah curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu
hari (24 jam). Hujan kumulatif merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu
periode tertentu seperti mingguan, 10 harian, dan bulanan, serta tahunan. Hujan
jangka pendek atau intensitas hujan adalah hujan yang diukur kontinyu selama waktu
pendek seperti setiap satu jam, setengah jam, dua jam, dan sebagainya. Pengukuran
ini dilakukan intuk mengetahui kekuatan atau kelebatan hujan selama kejadian hujan.
Disini hujan dapat didefenisikan sebagai bentuk endapan yang sering
dijumpai,dan endapan merupakan curah hujan.Endapan disini dapat berbentuk seperti
hujan, gerimis, salju, dan batu es hujan (hail). Didaerah tropis hujannya lebih lebat
dari pada didaerah lintang tinggi. Garis yang menghubungkan titik-titik dengan curah
hujan sama selama periode tertentu disebut isohyet. Distribusi curah hujan bulanannya
kebalikan dari jenis monsoon. Pola curah hujan jenis local lebih banayk dipengaruh
oleh local. Daerah yang memiliki jenis local yang sangat sedikit yaitu daerah ambon.
(Bayong Tjasjono 1999)
Klasifikasi Iklim
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan
dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu
dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang
7. didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau
kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim
sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan
dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut
(Lakitan, 2002).
Macam-macam klasifikasi iklim. Berdasarkan cara penentuan kriteria klasifikasinya
maka klasifikasi iklim dapat dibagi menjadi:
1. Klasifkasi iklim secara genetikyaitu klasifikasi iklim yang mendasarkan
kriterianya pada faktor-faktor iklim peyebab seperti aliran masa udara, zona-zona
angin, benua dan lautan atau perbedaan penerimaan radiasi surya. Umumnya
menghasilkan klasifikasi daerah yang luas tetapi kurang teliti..
Klasifikasi iklim menurut daerah penerimaan radiasi surya
Ini adalah klasifikasi iklim ynag paling sederhana menurut ahli yunani kuno.
Yang membagi bumi menjadi lima wilayah yaitu tropika, dua iklim subtropika
dan dua iklim kutub. Yang masing-masing dibatasi oleh empat garis astronomi
parallel (garis lintang). iklim tropis berada pada 23.5 LU-23,5 LS, iklim kutub
berada 66,5 LU/LS sampai kutub. Sedangkan iklim subtropik berada antara
iklim tropika dan iklim kutub.
Klasifikasi iklim berdasarkan sirkulasi udara
Dasar penentuan iklim pada klasifikasi ini adalah pada sirkulasi udara yang
dapat menghubungkan dengan iklim wilayah sesuai dengan zona angin dan
masa udara. Tahun 1950 Fohn mengusulkan klasifikasi iklim berikut
berdasarkan aliran angin dan karakteristik hujan:
2. Klasifikasi ilklim secara empiric
a) Klasifikasi iklim berdasarkan Ratio Moisture Budget
8. Salah satu klasifiksi ini dikembangkan oleh Thorntwaite pada tahun 1984.
konsep dasar yang digunakan adalah evapotranspirasi potensial dan neraca air.
Nilai IM Tipe iklim PE Wilayah suhu
>100 perhumid A >114 megathermal A
20-100 Humid B1-B4 57-114 Mesothermal B1-B4
0-20 Subhumid C2 28,5-57 Microthermal C1-C2
lembab
-33-0 Sub humid C1 14,2-28,5 Tundra D
kering
-67—33 Semi arid D <14,2 Frost E
-100—67 Arid E
Etp dihitung menggunakan data suhu rata-rata bulanan, dengan koreksi
panjang hari. Perhitungan ETP untuk 30 hari panjang hari 12 jam
ETP=1.6 (10 T/I)a
A adalah fungsi dari I
dan nilai a dihitung dengan rumus.
dan im IM =100 (S_D)/ETP=100(P/ETP-1) dimana P adalah curah hujan tahunan.
(Handoko,1986)
b) Klasifikasi iklim berdasarkan pertumbuhan Vegetasi
9. Klasifikasi ini merupakan klasifikasi utama yang berdasarkan pada hubungan antara
iklim dan pertumbuhan vegetasi. Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan rata-rata
bulanan maupun tahunan yang dihubungkan dengan keadan vegetasi alami
berdasarkan peta vegatasi de candolle(1874). Menurut Koppen vegetasi yang hidup
secara alami tempat tumbuhnya. Vegetasi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai
dengan hujan efektif yaitu kesseeimbangan antara hujan, suhu, dan evapotrasirasi
(Oldeman,1975).
1. Klasifikasi Koppen
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman membagi iklim
berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
Klasifikasi ini adalah klasifikasi yang utama berdasarkan pada hubungan antara
iklim dan pertumbuhan vegetasi. Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata-rata
bulanan maupun tahunan yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami
berdasarkan peta vegetasi De Candolle (1874)
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah
hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang
didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim
ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim
hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates),
iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim
D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E
adalah tipe iklim kutub (polar climates) . (Safi’i, 1995).
10. Klasifikasi ini disusun berdasarkan lambang atau symbol: Huruf
pertama(huruf besar) menyatakan tipe utama, Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan
pengaruh hujan, Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan suhu udara, Huruf ke empat
(huruf, kecil) menyatakan sifat-sifat khusus. Tipe utama terdiri dari lima kelas :
A iklim hujan tropik suhu bulanan terdingin > 18 C
B iklim kering, evaporasi >presipitasi
C iklim sedang berhujan, suhu bulanan terdingin berkisar antara -3 C sampai
18 C dan suhu bulanan terpanas >10 C
D Iklim hujan dingin (Boreal) suhu bulanan terdingin <-3 C dan suhu bulanan
terpanas >10 C
E Iklim kutub, suhu bulanan terpanas <10> 60 mm
s : bulan-bulan kering jatuh pada musim panas
S: semi arid (stepa atau padang rumput)
w : bulan-bulan kering jaruh pada musim dingin
W: arid padang pasir
m: khusus untuk kelompok tipe A digunakan lambing m monsoon yang berarti
musim kemarau pendek. Tetapi curah hujan tahuan a cukup tinggi sehingga tanah
cukup lembab dengan vegetasi hutah hujan tropic
F: daerah tertutup es abadi
Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama maka ada 12 tipe iklim menurut Koppen:
1. Daerah iklim hujan tropic : AF, Aw, dan Am
2. Daerah iklim kering : BS, BW
3. Daerah iklim sedang berhujan: CF, Cs, Cw
4. Daerah iklim hujan dingin : Df, Dw
5. Daerah iklim kutub: Ew, EF
6. .Klasifikasi Schmidth-Ferguson
Sistem ini banyak digunakan di Indonesia terumata dalam bidang perkebunan
dan kehutanan. Penentuan iklim pada klasifikasi ini hanya mempertimbangkan
unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun
. krieteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab, dan
bulan basah dengan pengertian seebagai berikut:
11. Bulan Kering (BK) : bulan dengan hujan < 60 mm
Bulan Lembab (BL) : bulan dengan hujan antara 60 – 100 mm
Bulan Basah (BB) : bulan dengan hujan > 100 mm
Penentuan tipe iklim berdasarkan pada nilai Q.
Nilai Q dihitung dengan menggunakan persamaan:
Q= rata-rata bulan kering/Rata-rata bulan Basah x 100%
Dari perhitungan nilai Q dan dengan menggunakan segi tiga Schmidth Ferguson maka
didapatkan 8 tipe iklim
A daerah sangat basah,nilai Q = 0 – 14,3 % dengan vegetasi hutan hujan tropika
B daerah basah, nilai Q = 14,3 – 33,3 % dengan vegetasi masih hutan hujan tropika.
C daerah agak basah, nilai Q = 33,3 – 60 % , dengan vegetasi hutan rimba
diataranya terdapat jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau
misalnya jati
D daerah sedang, nilai Q = 60 – 100 % , dengan vegetasi hutan musim E daerah
agak kering dengan vegetasi hutan sabana
E daerah agak kering, nilai Q = 100 – 167 % vegetasi hutan sabana
F daerah kering, nilai Q = 167 – 300 % vegetasi hutan sabana
G daerah sangat kering, nilai Q = 300 – 700 % dengan vegetasi padang ilalang
H daerah ekstrim kering, nilai Q = lebih dari 700 % dengan vegetasi padang
ilalang .
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Penyusunan peta iklim menurut
klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.
Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan
basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim
Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim
12. Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering
atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun
pengamatan (n). (Irianto, dkk 2000)
Table Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
(Syamsulbahri, 1987).
d. Sistem Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah
kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya
berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut. Oldeman,
mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan
sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa
peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan
air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan,
sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah
hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan
basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan
bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim
merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi
dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering
13. berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu
zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone
berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun.
Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun.
Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi
yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem
gogo rancah.
Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam.
Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik.
(Oldeman, 1975)
Tabel klasifikasi iklim menurut Oldemen :
BAB
14. BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Hujan –II (Analisa Data Hujan)
3.1.1 Alat dan Bahan
Data hujan harian dan bulanan
Data hujan dari penakar otomatis
3.1.2 Tempat dan Waktu
Data disalin dari lembar data yang diberikan di dalam laboratorium
3.1.3 Cara Kerja
Data hujan harian/bulanan
1. Menyalin data yang diberikan di dalam laboratorium
2. Membuat curah hujan bulannya untuk setiap bulan selama satu tahun pada suatu
tahun (sesuai data yang diberikan Co-ast)
3. Membuat rata-rata data hujan bulanan
4. Menghitung hari hujan untuk setiap bulannya dan merata-ratakan dari sejumlah
tahun data yang ada
5. Membuat grafik dari data tersebut
6. Menentukan kapan kira-kira musim hujan/basah mulai dan kapan berakhir
Data hujan kontinyu
1. menentukan curah hujan dengan kelebatan tertinggi pada suatu kejadian
hujan. Kemudian mencari pula yang tertinggi dalam suatu bulan
2. Menentukan berapa lama kejadian hujan yang paling panjang
3. Menentukan pula lama hujan yang paling sering terjadi
3.2 KLASIFIKASI IKLIM
3.2.1 Bahan dan Alat
Data hujan jangka panjang
15. 3.2.2 Cara Kerja
1. mengumpulkan data hujan dari beberapa stasiun dalam kawasan
berdekatan yang mempunyai masa pendataan lebih dari 10 tahun.
2. Membuat rataan bulanan masing-masing data tersebut
3. Mengklasifikasikan data iklim tersebut menurut cara klasifikasi Schmith
& Ferguson dan cara klasifikasi Oldeman
Menjelaskan hasil dua macam klasifikasi tersebut apabila terjadi perbedaan
16. BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
KOORDINAT : 3o 21’ 22’ LS / 10o 04’ 08’BT
STASIUN : LUBUK BANYAU ELEVASI : + 79
M
Bulan
Tahun
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November De
1979 219 215 84 304 314 246,5 228,9 70 137,3 415,5 239
1980 0 0 0 0 0 0 111,5 172,5 0 0 0
1982 225,4 152,6 380,6 319,8 236,0 145,6 78,4 272,0 73,0 180,6 297,2
1984 256,5 82,9 283,8 281,5 182,5 135,3 260,6 156,8 155,8 127,5 260,5
1985 276,7 318,6 160,1 75,6 109,3 155,5 174,8 204,1 129,7 270,3 221,8
1986 203,6 91,2 263,4 184,0 217,0 172,5 97,0 90,4 273,6 233,5 0
1987 331,8 122,6 291,3 316,6 157,9 120,0 151,4 96,5 93,0 178,0 262,8
1988 316,0 138,0 176 180,7 90,2 136,2 124,8 180,3 320,3 149,4 283,4
1990 164,3 298,5 299,5 0 186,0 46,0 86,0 0 151,0 294,7 385,1
1991 210,6 130,6 350,0 199,0 207,2 46,0 30,0 63,0 27,2 370,5 0
1992 408 399 670 277 293 152 144,6 460 531 449 292
JUMLAH 2612 1949 2959 2138 1993 1356 1488 1766 1892 2669 2242
RATA-
RATA 237 177 269 194 181 123 135 161 172 243 204
17. 4.2. Pembahasan
4.2.1. Klasifikasi menurut metode Scmith dan Ferguson
Tahun Bulan basah Bulan kering
1979 10 0
1980 2 0
1982 10 0
1984 11 0
1985 11 0
1986 7 0
1987 9 0
1988 10 0
1990 8 1
1991 7 3
1992 11 0
Sehingga :
rata rataBK
Q = 100 0 0
rata rataBB
4
= 100 0 0
96
= 0.04166667 %
Dari hasil yang didapat klasifikasi di daerah Lubuk Banyu adalah klasifisi kelas A
18. 4.2.2. Klasifikasi menurut Oldeman
Bulan Rata – Rata Bulan Basah Bulan Bulan Kering
Curah Lembab
Hujan
Januari 261 √ - -
Februari 195 - √ -
Maret 296 √ - -
April 238 √ - -
Mei 199 - √ -
Juni 136 - √ -
Juli 135 - √ -
Agustus 177 - √ -
September 189 - √ -
Oktober 267 √ - -
Novenber 280 √ - -
Desember 275 √ - -
Dimana jika :
Curah hujan rata – rata ≤ 100 tergolong pada bulan kering.
Curah hujan rata – rata ≥200 tergolong pada bulan basah.
Dari data yang ada diketahui bahwa kejadian bulan basah yang berurutan adalah
sebanyak 4 kali, yaitu dari bulan oktober sanpai pada bulan januari. Sedangkan kejadian
19. untuk bulan kering tidak ada. Sehingga masuk pada kategori D1 (tanaman padi umur pendek
satu kali, produksi dapat tinggi, waktu tanam palawija cukup)
Pada praktikum yang telah dilakukan, yaitu cara-cara mengamati hujan buatan. Pada
percobaan ini , yaitu praktikum yang ke VII dalam acara hujan I dengan menggunakan
ombrometer dan ombrograf menghasilkan data sebagai berikut ,
Setelah menyiapkan ember yang telah berisi air secukupnya, kemudian dibawa
ketaman alat penakar hujan. Di taman alat penakar hujan kita menemukan alat untuk
mengukur curah hujan yaitu Ombrometer dengan dua kali pengulangan dan hasilnya dirata-
rata sebagai hasil akhir. Pada awal percobaan, memasukkan 100 ml air kedalam ombrometer
secara perlahan-lahan, setelah semua air dimasukkan kemudian membuka keran yang ada
pada ombrometer dan menampung air ke dalam gelas ukur. Air yamg keluar berjumlah 10
mm. Pada percobaan kedua, memasukkan sebanyak 200 ml kedalam ombrometer dan
menampung air kedalam gelas ukur seperti perlakuan pada percobaan pertama, dan hasilnya
air yang keluar sebanyak 20 mm. Pada percobaan ketiga yaitu sebanyak 250 ml air
dimasukkuan kedalam ombrometer secara perlahan-lahan seperti hal nya pada percobaan
sebelumnya, kemudian membuka keran pada ombrometer dan menampung air ke dalam gelas
ukur dan ternyata air yang keluar sebanyak 25 mm. Pada percobaan ini sebanyak air yang
dimasukkan dalam bentuk ml dan akan keluar sebanyak air tersebut tetapi dalam bentuk mm.
Pada percobaan dengan menggunakan Ombrograf, menghasilkan data dimana
padapercobaan pertama, setelah memasukkan sebanyak 150 ml air kedalam ombrograf maka
pena pemcatat pada ombrograf akan mencatat air yang keluar yaitu sebanyak 7,55 mm. Pada
200 ml air yang di masukkan ke dalam ombrograf maka hasilnya pena pencatat pada
ombrograf mencatat air yang keluar adalah 9,4 mm. Pada percobaan selanjutnya yaitu
sebanyak 250 ml air yang dimasukkan, menghasilkan sebanyak 9,75 air yang keluar atau
yang tercatat pada pena pencatat yang terdapat pada ombrograf.
Pada pratikum dengan menggunakan ombrograf, air tidak keluar seperti hal nya pada
ombrometer, tetapi air yang keluar tercatat pada kertas pias dengan pena yang tercatat pada
ombrograf. Data yang diperoleh pada percobaab dengan ombrograf didapat dengan hasil rata-
rata karena percobaan dilakukan sebanyak dua kali.
20. KESIMPULAN
Hujan merupakan penentu dan pengedali iklim
Alat yang digunakan dalam mengukur curah hujan adalah Ombrometer dan
Ombrograf
Pada alat pengukur hujan, dengan luas penampang 10 cm maka berapapun jumlah ml
air yamh masuk akan dibagi luas penampang tersebut dan hasilnya dalam bentuk mm
Praktikan dapat mengetahui cara-cara pengukuran curah hujan.
Alat yang digunakan dalam pengukuran curah hujan adalah Ombrometer dan
Ombrograf.
Dalam praktikum Ombrograf terdapat di laboratorium, dan Ombrometer terdapat di
lapangan (stasiun).
Hasil yang didapatkan dalam pengukuran dengan menggunakan Ombrograf
didapatkan hasil yang beraneka ragam, dan dengan menggunakan Ombrometer, hasil
yang digunakan sangat menrntukan dari banyaknya air yang ditampung, jika air yang
tertampung 100 ml, maka hasil yang didapatkan 10 mm, begitu seterusnya.
21. DAFTAR PUSTAKA
Muin N.S.2008, penuntun praktikum agroklimatologi, Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Handoko.1993.Klimatologi Dasat. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu-unsur
Iklim. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB, Bogor.
Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982. Asas-asas Meteorologi Pertanian,
Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta, dan Ghalia
Indonasia, Jakarta.
Daldjumi. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni. Bandung.
Hasan,U.M.1970. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian.PT.Soeroenngan, Jakarta