2. KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang maha besar, berkat rahmat dan karunia-Nya makalah
ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan baik.
Makalah ini sudah dicermati dengan sebaik-baiknya. Perubahan menuju perbaikan selalu
diusahakan dan dikerjakan atau lakukan supaya para pembaca tidak susah mengeja dan tidak
salah mengartikan serta mengerti tentang isi makalah ini.
Harapannya, makalah ini bisa membuat para pembaca mengerti dan lebih memahami
bagaimana “Bencana Alam Gelombang Tsunami”.
Saran dan kritik yang membangun selalu kami harapkan, sehingga makalah ini bisa jauh lebih
baik dan lebih dimengerti.
Penyusun
3. DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Gelombang Tsunami
Termotologi
Karakteristik Tsunami
Penyebab Gelombang Tsunami
Tahapan Mitigasi
Tindakan Dalam Menghadapi Tsunami
4. GELOMBANG TSUNAMI
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi
manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis,
taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Tapi kali ini kita akan mempelajari
tentang gelombang tsunami.
1. TERMOTOLOGI
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang.
Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi.
Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-
tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas
peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini
dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke
daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama,
sehingga memberikan kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun
pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki
kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak
hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak
merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak
ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam
Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia,
bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat
Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa
Sigulai, emong berarti tsunami.
Tsunami juga dikenal sebagai gelombang pasang surut sebab ketika mendekati daratan yang
menerima karakteristik dari suatu gelombang pasang bergerak maju dengan sangat cepat
dibandingkan jambul ombak yang dibentuk oleh angin di samudra, orang kebanyakan lebih
mengenal jenis ombak ini dibandingkan gelombang yang dapat menghasilkan tsunami.
Tsunami merupakan sederetan gelombang laut yang mempunyai energi sangat besar, yang
dibangkitkan oleh pergerakan bumi khususnya pergerakan/perubahan dasar samudra secara
tiba-tiba. Secara umum tsunami terdiri dari 3 – 5 gelombang, di mana gelombang pertama
tidak selalu paling besar. Di dalam laut, tsunami mempunyai karakter sebagai berikut :
1) Amplitudo gelombangnya antara beberapa puluh centimeter sampai dengan 1 meter.
2) Periode gelombangnya antara 10 menit sampai dengan 20 menit.
3) Panjang gelombangnya antara 100 kilometer sampai dengan 200 kilometer.
Jika dibandingkan dengan karakter gelombang laut akibat pengaruh angin, perbedaannya
sangat jauh. Karakter gelombang laut akibat pengaruh angin adalah :
1) Amplitudo gelombangnya kurang lebih 10 meter.
2) Periode gelombangnya antara 6 – 12detik (60 kali lebih rendah dari tsunami).
3) Panjang gelombangnya 10 meter sampai dengan 200 meter (1000 kali lebih rendah dari
tsunami)
Dari karakteristik gelombang laut akibat tsunami dapat ditentukan bahwa penjalaran
gelombang tsunami di laut dalam tidak terlalu berbahaya untuk kapal-kapal/benda-benda
yang dilaluinya. Akan tetapi akan sangat fatal akibatnya untuk daerah di sekitar pantai yang
dilalui gelombang tsunami.
5. 2. KARAKTERISTIK TSUNAMI
a) Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan gravitasi
di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan kecepatan
pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan tsunami semakin
berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b) Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika
kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh
centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan
ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah bentuk
pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
• Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan oleh
slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa
pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 – 2 meter.
• Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini berlaku
prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya berkurang
maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan pecahnya
gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan
meter.
3. PENYEBAB GELOMBANG TSUNAMI
Ada 3 (tiga) kejadian di laut yang mengakibatkan timbulnya tsunami yaitu :
1) Gempa bumi
Secara umum gempa bumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempa bumi tektonik
yang terjadi di laut dan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Sumber gempa bumi berada di laut
• Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
• Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
• Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempa bumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup
besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu
massa air yang sangat besar, seperti suatu gempa bumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor
atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari
gempa bumi di bawah permukaan laut. Gempa bumi kecil bisa saja menciptakan tsunami
akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudra yang mampu untuk
membangkitkan tsunami Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudra berubah bentuk
secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan
secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang
disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk
6. menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudra slip di bawah lempeng kontinen,
proses ini disebut juga dengan subduksi.
2) Land Slide (Tanah Longsor)
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di
dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi
tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akibat gempa bumi.
3) Gunung Berapi aktif yang berada di tengah laut, ketika meletus akan dapat menimbulkan
tsunami.
Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar kecilnya letusan
gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada ditengah laut di seluruh dunia.
Untuk di Indonesia , yang paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di
tengah laut sekitar Selat Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat,
sehingga menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa
maupun harta benda. Dampak dari bencana ini juga dirasakan kedashyatannya di negara lain.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempa bumi yang besar;
seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat
mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudra. Jika
terjadi letusan gunung api dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air
akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami.
Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau. Gelombang terbentuk akibat perpindahan
massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai keseimbangan dan
bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam akan terbentuk
gelombang melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya
percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas
vulkanik dan peristiwa lainnya. Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang besar,
sebagai energi dari material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang ditransfer ke
air sehingga terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak sama
dengan tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi, biasanya
menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena area yang
terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang kejut lokal
yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang terjadi di Teluk
Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan mencapai area
pegunungan yang jaraknya 524 m. Bagaimanapun juga , suatu tanah longsor yang besar dapat
menghasilkan mega tsunami yang mungkin berdampak pada samudra.
4) Patahan (FAULT)
Patahan merupakan struktur permukaan bumi yang sangat berpengaruh pada terjadinya
tsunami. Saat terjadi gempa besar dan dangkal di bawah permukaan laut karena adanya
perubahan patahan (fault displacement) sangat memungkinkan terjadinya tsunami.
Secara umum, ada 3(tiga) tipe/ bentuk patahan yang dikenal sampai saat ini yakni:
• Patahan Turun (Normal Fault)
Salah satu bagian patahan relatif bergerak turun terhadap bagian patahan yang lain.
• Patahan Naik (Thrush Fault)
Salah satu bagian patahn relatif bergerak naik terhadap bagian patahan yang lainnya.
7. • Patahan Mendatar (Lateral Slip Fault)
Salah satu bagian patahan bergerak relatif ke kiri atau ke kanan terhadap bagian patahan yang
lainnya.
Dari ketiga jenis patahan di atas, ada 2 (dua) jenis patahan yang biasanya menimbulkan
terjadinya tsunami yaitu patahan naik dan patahan turun. Hal ini disebabkan karena kedua
jenis patahan ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dasar samudra. Semakin
besar perubahan bentuk dasar samudra, semakin besar pula tsunami yang dihasilkan. Untuk
kasus tsunami di Aceh, penurunan dasar samudra mencapai kurang lebih 2 (dua) meter
4. TAHAPAN MITIGASI
Dalam mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami, perlu dilaksanakan tindakan berikut,
yaitu :
1) Hazard Assessment (Mengadakan analisis bahaya yang akan ditimbulkan)
Gempa bumi berakibat langsung dan tak langsung. Akibat langsung adalah getaran, bangunan
rusak/roboh, gerakan tanah (tanah terbelah, bergeser), longsor, liquification (berubah sifat
menjadi cairan), tsunami dan lain-lain. Sedangkan akibat tidak langsung adalah gejolak
sosial, kelumpuhan ekonomi, wabah penyakit, gangguan ekonomi, kebakaran dan lain-lain.
Sebenarnya akibat gempa ini tergantung dari kekuatan gempa dan lokasi kejadian. Lokasi
kejadian apakah di kota , di desa atau di hutan, tentunya tingkat bahaya akan lebih tinggi bila
terjadi di kota.
2) Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia
Untuk melaksanakan mitigasi bencana , salah satu tindakan adalah membuat suatu sistem
peringatan dini. Seperti kita ketahui bahwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh
tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah menelan banyak korban dan kerusakan di berbagai
negara dan Indonesia mengalami dampak paling parah. Ratusan ribu orang meninggal dunia,
sebagian besar infrastruktur (bangunan) di Aceh terutama yang berada di pinggir pantai rata
dengan tanah dan ekonomi di Aceh mengalami kelumpuhan. Korban dan kerusakan itu
terjadi terutama dampak/akibat dari terjangan tsunami.
Prinsip dasar pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah bahwa ada selang/jeda
waktu antara terjadinya gempa bumi dengan tsunami. Jeda waktu antara kejadian gempa
bumi dengan tsunami yang tiba di pantai terjadi karena dalam pembentukan tsunami perlu
proses dan adanya perbedaan kecepatan antara gelombang gempa bumi dengan tsunami.
Kecepatan gelombang gempa bumi jauh lebih cepat dibandingkan dengan gelombang
tsunami. Sehingga gelombang gempa bumi akan lebih dahulu sampai di pantai dibandingkan
gelombang tsunami.
Saat ini BMG telah mengoperasikan sistem TREMORS (Tsunami Risk Evaluation Through
Seismic Moment from a Real-time System) untuk mendeteksi gempa bumi yang
menimbulkan tsunami . Namun belum efektif, karena informasi yang keluar lebih dari 30
menit setelah gempa bumi terjadi. Hal ini karena TREMORS bekerja berdasarkan pembacaan
8. waktu tiba gelombang primer, gelombang sekunder, gelombang permukaan dan amplitudo.
Hal ini menyebabkan sistem ini tidak efektif sebagai peringatan dini tsunami lokal.
Berdasarkan perbedaan waktu dan tempat kejadian, tsunami dibagi 3 tipe, yaitu :
• Tsunami lokal, waktu tsunami antara 0 – 30 menit setelah gempabumi
• Tsunami regional, waktu tsunami 30 menit – 2 jam setelah gempabumi
• Tsunami jauh, waktu tsunami 2 jam atau lebih setelah gempabumi.
Tsunami lokal yang sering terjadi di wilayah Indonesia memerlukan waktu hanya beberapa
menit untuk sampai di pantai. Untuk itu diperlukan konsep peringatan dini yang cepat,
kurang dari 5 menit agar ada waktu untuk memberikan informasi dan melakukan evakuasi.
Untuk itu BMG telah mengajukan usulan ke pemerintah guna membangun peringatan dini
tsunami yang terdiri atas :
a) Sensor gempabumi 160 stasiun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang terbagi dlam
10 wilayah (10 region).
b) Sensor Accelerograph 500 stasiun
c) DART 15 unit
d) Tide Gauges 50 stasiun
e) Pusat regional 10 lokasi
f) Pusat Nasioal 1 lokasi
g) Sistem komunikasi
Untuk menerbitkan peringatan dini tsunami, harus memenuhi beberapa kristeria yang sudah
dijelaskan di atas, serta diproses melalui beberapa tahap seperti :
a) Menerima data dari seismograph dan langsung diproses secara otomatis dalam waktu kurang
dari 3 menit.
b) Menerima data strongmotion dari stasiun accelerograph yang terdekat dalam waktu kurang
dari 1 menit.
c) Menerima data pressure gauge dari DART buoy terdekat dalam waktu 1 menit atau lebih.
d) Operator melakukan verifikasi dalam waktu 2 menitsetelah proses otomatis selesai dengan
mencocokan data dari gauge dan DART buoy.
e) Operator melakukan verifikasi dengan koordinator atau pihak berwenang untuk menerbitkan
jenis peringatan.
f) Peringatan disebarluaskan ke daerah yang terancam tsunami dan jaringan komunikasi
internasional.
3) Educational Program (Program Pendidikan)
Pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana alam sangat penting untuk semua lapisan
masyarakat, sehingga perlu dimasukkan dalam program pendidikan sejak usia dini atau sejak
pendidikan dasar. Sebelum resmi masuk di dalam kurikulum pendidikan maka BMG Wilayah
I telah melakukan sosialisasi tentang peningkatan pemahaman masyarakat ini ke sekolah-
sekolah di Sumatera Utara, tujuannya adalah agar siswa paham bahwa di wilayah Indonesia
khususnya Sumatera Utara ini merupakan daerah yang rawan bencana alam. Sejak dini para
siswa diharapkan mampu mengantisipasi bila bencana datang agar dampak bencana dapat
diminimalkan.
Selain itu, Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah I Medan bekerja sama dengan
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sejak dua tahun terakhir melaksanakan program
sosialisasi dengan kelompok target yang lebih luas antara lain : para tokoh masyarakat,
instansi terkait, aparat satuan pelaksana penanggulangan bencana alam dan pengungsi, pelajar
9. dan para kelompok masyarakat lainnya. Program ini dimaksudkan agar setiap anggota
masyarakat mampu dan sanggup menghadapi berbagai bencana alam dalam rangka
mengurangi dampak.
4) Land Use
Dalam penggunaan lahan juga sangat perlu diperhatikan kemungkinan terjadi bencana.
Misalnya : untuk mengurangi laju arus tsunami di pinggir pantai perlu dipelihara/ditanam
tanaman yang mampu mengurangi laju gelombanga tsunami, mislanya mangrove harus tetap
dipertahankan, menanam pohon-pohon dengan skala luas di sekitar pantai dsb.
5) Building Code
Building Code pada prinsipnya membangun bangunan tahan gempa, berdasarkan zonasi
tingkat kerawanan gempa atau percepatan tanah. Dari zona-zona kerawanan gempa tersebut
bangunan akan dirancang bangunan bagaimana yang harus tahan gempa.
5. TINDAKAN DALAM MENGHADAPI GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
a) Sebelum gempa bumi terjadi
b) Mengetahui dengan jelas gempa bumi dan akibatnya
c) Mengenali lingkungan sekitar
d) Membangun gedung yang tahan gempa
e) Memilih dan menata interior
f) Menyiapkan fasilitas untuk menghadapi keadaan darurat
g) Mempersiapkan fisik dan mental tiap individu
h) Saat terjadi gempa bumi
• Jika berada di dalam ruangan
I. Menjauh dari jendela, barang yang bergantung, tertempel, lemari dan barang-
barang yang membahayakan dan lain-lain.
II. Tetap tenang bertahan di lantai yang sama jangan panik atau turun
III. Jangan gunakan lift dan jangan keluar berebutan
• Jika berada di luar ruangan
I. Segeralah menuju areal yang bebas dari gedung dan bangunan, tiang listrik,
pohon, rambu dan kendaraan.
• Jika berada di dalam kendaraan
I. Tepikan kendaraan di tempat yang aman
II. Hindari perempatan, jembatan, pohon, tiang listrik, rambu dan lampu lalulintas,
kemacetan.
III. Tetap bertahan dalam kendaraan samapi goncangan berhenti.
10. • Jika berada di pinggir pantai
I. Menjauh dari pantai, waspadai kemungkinan tsunami
II. Jika berada di keramaian jangan panik, cari tempat berlindung yang paling
aman dan berusaha menenangkan orang-orang sekitar.
• Jika berada di pegunungan
I. Hindari daerah yang kemungkinan longsor
II. Sesudah terjadi gempa
III. Keluar dengan tertib cari tempat yang aman.
IV. Hindari benda-benda yang berbahaya
V. Periksa jika ada yang terluka
VI. Periksa jika ada yang terluka
VII. Periksa lingkungan sekitar
VIII. Waspada terhadap kebakaran dan retakan tanah
IX. Dengarkan instruksi dari terkait
X. Waspada terhadap gempa susulan
XI. Jangan menggunakan telepon berlebihan