Virus influenza tipe A (H5N1) merupakan penyebab penyakit flu burung. Penyakit ini menular dari unggas ke manusia melalui kontak langsung atau debu kotoran unggas. Gejalanya pada manusia mulai dari demam, batuk hingga pneumonia dan bisa mengancam jiwa. Model epidemiologinya menggunakan model segitiga epidemiologi dimana interaksi antara inang, agen, dan lingkungan berperan dalam penyebarannya.
1. MAKALAH EPIDEMIOLOGI
“Epidemiologi Flu Burung (H5N1)”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Kesehatan A
Disusun Oleh :
Nama : Intan Dwi Sari
NIM : (P07133112025)
Semester : II
DIII JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012/2013
2. A. Pengertian Penyakit Flu Burung
Flu burung (avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.
B. Faktor Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit flu burung adalah virusinfluenza tipe A (H5N1) yang
berasal dari famili orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A ini memiliki
hospes perantara yaitu unggas, babi, kuda, kadang-kadang mamalia lain
misalnya cerpelai, anjing laut, dan ikan paus.
C. Interaksi Host, Agent, Environtmentnya
Penyakit flu burung ini memiliki host, agent, dan environtment sebagai
berikut :
1. Host
Host adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu
keadaan menimbulkan suatu penyakit pada organisme tersebut. Host dari
penyakit flu burung adalah manusia.
2. Agent
Penyebab penyakit flu burung ( agent) adalah virus. Virus penyebab flu
burung tergolong family orthomyxoviridae2. Virus terdiri atas 3 tipe
antigenik yang berbeda, yaitu A, B, dan C. Virus influenza A bisa
terdapat pada unggas, manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang mamalia
yang lain, misalnya cerpelai, anjing laut, dan ikan paus. Namun,
sebenarnya horpes alamiahnya adalah unggas liar. Sebaliknya, virus
influenza B dan C hanya ditemukan pada manusia1. Penyakit flu burung
yang disebut pula avian influenza disebabkan oleh virus influenza A2.
Virus ini merupakan virus RNA dan mempunyai aktivitas haemaglutinin
(HA) dan neurominidase (NA). Pembagian subtipe virus berdasarkan
permukaan antigen, permukaan hamagluinin, dan neurominidase yang
dimilikinya1.
3. Environtment
a. Lingkungan Biologis
Lingkungan biologisnya yaitu agent. Agent adalah sesuatu yang
merupakan sumber terjadinya penyakit dalam hal ini adalah virus
aviant influenza (H5N1).
b. Lingkungan fisik
3. Lingkungan fisik sebagai factor dari penyakit flu burung ini adalah
sebagai berikut :
a) Suhu
Suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi
mauoun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan
tubuh seseorang pada saat itu.
b) Musim
Musim akan berpengaruh bagi penyebaran penyakit (virus) flu
burung karena adanya factor kebiasaan burung untuk bermigrasi
ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin
c) Tempat Tinggal
Factor tempat tinggal pada penyakit flu burung adalah apakah
tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau
tidak,
c. Lingkungan Sosial
Factor lingkungan social meliputi kebiasaan social, norma serta
hukum yang membuat seseorang beresiko untuk tertular penyakit.
Misalnya, kebiasaan masyarakat bali yang menggunakan daging
mentah yang belum di masak terlebih dahulu untuk dijadikan
makanan tradisional begitu pula dengan orang-orang dieropa yang
terbiasa mengonsumsi daging panggang yang setengah matang atau
bahkan hanya ¼ matang. Selain itu pada tradisi sambung ayam akan
membuat resiko penyakit flu burung menular kepada pemilik ayam
semakin besar.
Jadi, interaksi yang terjadi antara 3 faktor ini sangat berkaitan.
Misalnya penyebaran virus flu burung ke manusia. Flu burung
sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah terinfeksi,
namun jalan untuk penularan itu akan semakin mudah apabila
seseorang itu berada dalam kondisi yang lemah dan tidak memiliki
system imun yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang
masih tidak percaya dan terkesan meremehkan bahaya penyakit
ini. virus pada unggas dapat berperan pada perubahan struktur
genetik virus influenza pada manusia dengan menyumbangkan gen
pada virus galur manusia.
Unggas yang menderita flu burung dapat mengeluarkan virus
berjumlah besar dalam kotoran (feses) maupun sekreta yang
dikeluarkannya. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan eskret
unggas yang terinfeksi. Virus flu burung mampu bertahan hidup
4. dalam air sampai 4 hari pada suhu 22 derajat celius dan lebih dari 30
hari pada suhu 0 derajat celcius. Di dalam tinja unggas dan dalam
tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, namun
akan mati pada pemanasan 60 detajat celcius selama 30 menit atau
90 derajat celcius selama 1 menit. Jadi, dalam penyebarannya factor
lingkungan juga sangat berperan dimana jika keadaan lingkungan
mendukung mutasi dari virus dan penyebaran unggas maka
penyebaran penyakit flu burung akan semakin meningkat begitu pula
sebaliknya.
D. Riwayat Alamiah Penyakit
Riwayat dari penyakit flu burung ini adalah:
a. Suscebtibility (fase rentan)
Fase rentan (suscebtibility) adalah tahap berlangsungnya proses etiologis,
dimana faktor penyebab pertama untuk pertama kalinya bertemu dengan
pejamu (Host). Faktor penyebab pertama ini belum menimbulkan
penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya
penyakit di kemudian hari. Faktor penyebab pertama ini disebut juga
faktor resiko karena kehadirannya meninggalkan kemungkinan terhadap
terjadinya penyakit sebelum fase ireverbilitas. Tahap rentan pada flu
burung adalah orang yang berada di daerah endemik. Pada tahap ini
terjadi penyebaran dan penularan virus tapi proses penyebarannya belum
dipahami secara menyeluruh. Bebek dan angsa merupakan pembawa
(carrier) virus influenza A subtipe H5 dan H7. Unggas air liar ini juga
menjadi reservoir alami untuk semua virus influenza. Diperkirakan
penyebaran virus flu burung karena adanya migrasi dari unggas liar
tersebut. Sehingga, terjadinya mutasi virus H5N1 di lingkungan
masyarakat.
Sebagai contoh: adanya kebiasaan masyarakat untuk memelihara unggas
di sekitar tempat tinggalnya sendiri.
b. Fase presymtomatic
Virus mempunyai masa inkubasi yang pendek, yaitu antara beberapa jam
sampai 3 hari, tergantung pada jumlah virus yang masuk, rute kontak, dan
5. spesies unggas yang terserang. Pada unggas masa inkubasi mencapai 1
minggu. Setelahnya unggas mulai menujukkan gejala-gejala sakit seperti ;
kerontokan bulu, penurunan produksi telur, pembengkakan didaerah
kepala, kelemahan, gangguan respirasi.
c. Fase klinik
Masa infeksi virus ini 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul
gejala. Pada anak bisa sampai 21 hari. Pada fase ini mulai muncul gejala
penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi
masalah kesehatan seperti :
a) Demam (suhu badan diatas 38 °C
b) Batuk dan nyeri tenggorokan
c) Radang saluran pernapasan atas
d) Pneumonia
e) Infeksi mata
f) Nyeri otot..
d. Fase terminal (disability)
Manusia yang tertular virus flu burung diketahui dengan gejala-gejala
umumnya orang terkena flu biasa seperti pilek, demam dengan suhu
badan tidak stabil, batuk, nyeri otot, sakit tenggorokan dan sesak napas.
Apabila keadaan memburuk bisa menimbulkan penyakit saluran
pernapasan akut sampai mengancam jiwa seseorang dan menyebabakan
kematiaan.
E. Model Epidemiologi Penyakit
Pada penyakit flu burung dikenal model epidemiologinya adalah
model segitiga epidemiologi atau triangle epid. Flu burung bisa menulari
manusia bila manusia bersing-gungan langsung dengan ayam atau unggas
yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan
unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui
tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk
inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.
Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke
manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran
dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia
lewat daging yang di-konsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat
menyebar. dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu
burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada
manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara
6. langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang
itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para
peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat
jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.
Ada empat gambaran pengaruh interaksi faktor agen-inang dan
lingkungan, sebagai berikut :
1. Kemampuan agen untuk menginfeksi inang meningkat, sehingga pada
inang terjadi penyakit. Contoh : Mutasi strain virus influenza tipe A
(H5N1) menjadi semakin virulen sehingga inang menjadi tidak kebal.
H
E
A
2. Kepekaan inang terhadap agen meningkat, misalnya karena angka
kelahiran jauh lebih tinggi dari angka kematian yang akan berakibat
pada pertumbuhan penduduk yang meningkat
H
E
A
3. Lingkungan berubah sehingga agen penyakit menjadi menyebar
dilingkungan
H
E
A
7. 4. Lingkungan merubah inang menjadi lebih retan, misalnya jika terdapat
kandang ayam atau pun peternakan yang jaraknya dekat dengan penduduk.
H
E
A