1. SAHABAT DARI DUNIA LAIN...
Oleh Rhenata Francisca
Mempunyai hidup yang berkecukupan bukanlah alasan utama seseorang ataupun
suatu keluarga untuk meraih kebahagiaan. Kebahagiaan itu diraih bukan karena
harta yang melimpah, tetapi keharmonisan didalam keluarga. Kesibukan orangtua
kadangkala menyebabkan anak-anaknya kurang mendapat kasih sayang. Begitu
pula dengan kehidupanku, karena kesibukan orangtuaku , kini semua kekayaan
orangtuaku tidak akan berarti apa-apa bagiku.
Angin bertiup semilir. Tampak matahari yang memancarkan cahaya oranye nya,
kicauan burung masih terdengar, mereka terbang sesuka hatinya, merasakan
keindahan alam semesta ini, kini mereka mengepakkan sayap-sayap mereka dan
terbangmenuju peraduan. Dan bersamaan dengan itu, diruangan yang cukup
besar, berhiaskan dinding yang berwarna hijau, tepat diatas tempat tidur , aku
masih membaringkan tubuhku. Aku bingung entah apa yang harus kulakuan saat
ini. Aku ingin merasakan kebahagiaan seperti anak-anak burung yang diberi kasih
sayang oleh kedua induknya. Sedangkan aku ? Bagaimana dengan kehidupaku?
Entahlah, aku hidup seperti tidak mempunyai orangtua. Mereka terlalu sibuk
dengan urusan mereka. Bisnis sana, Bisnis sini.
“ Huhhh,, pasti mereka tidak akan pulang malam ini “ bisikku.
“ Lebih baik aku keluar saja malam ini, mencari udara segarr,, “
Jam terus berputar . Dan kini jarum pendek sudah menunjukkan angka 7, kini
senja itu pun mulai hilang.
2. Kulangkahkan kaki menuju garasi rumahku, jaket hitam dan helm merah sudah
terpasang di tempatnya. Tanpa berlama-lama ku nyalakan mesin, dan melajukan
motorku dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Tak sadar, dipersimpangan jalan tetap dengan kecepatan yang tinggi, motor ku
melaju, dan dari arah berlawanan, sebuah truk besar juga dengan kecepatan
tinggi melaju.
Dann, peristiwa naas itu terjadi. Sedikit terdengar olehku teriakan orang-orang
sekitar yang melihat peristiwa itu. Kurasakan aroma yang sangat amis bagiku,
cairan merah itu mengalir dikepalaku. Beruntung nyawaku masih bias
terselamatkan.
Perlahan-lahan kucoba membuka mataku. Tercium olehku aroma khas rumah
sakit. Saat kubuka mata, hanya seorang lelaki yang tampak disampingku. Aku
merasa tak pernah mengenalnya. “apa mungkin dia yang mencelakakan aku “
ucapku dalam hati.
Kucoba melihat lebih luas lagi. Mereka tidak ada. Dimana mereka ? Disaat aku
seperti ini, masihkah merek sibuk dengan urusan mereka sendiri ? “
KETERLALUAN “ batinku tersiksa.
“ Kau sudah sadar ? “ tanyanya.
“ yaa,,yya, ssii,,aa,,paa kau ? “ jawabku dengan suara yang agak terbata-bata.
“ Aku Ilham. Siapa namamu ?”
“ nna,,mmaa,, ku Lena”
“ Oh, ya sudahlah, sebaiknya kau istirahat terlebih dahulu. Sepertinya
keadaanmu belum terlalu baik. “usulnya.
“ Tidak apa-apa. Aku sudah mulai baikan kok. Oh ya, apakah kau melihat
orangtuaku ?” tanyaku penasaran.
“ Eum, sepertinya tidak ada seorangpun yang datang menjengukmu sejak tadi. “
Ia mengernyitkan dahinya dan mencoba mengingat.
Aku kecewa dengan mereka.
“ Sepertinya aku ingin istirahat sebentar “ pintaku.
“ Baiklah, kalau seperti itu maumu, sebaiknya aku keluar saja, agar tidak
mengganggumu” ucap Ilham
Kulihat Ilham begitu cepat menghilang dari hadapanku. Aku masih bingung siapa
sebnarnya dia ? Apakah aku lupa ingatan ? Ahh, tidak mungkin, kalau aku lupa
ingatan tidak mungkin aku ingat dengan kedua orangtuaku. Tapi, siapa dia ? Dan,
dimana semua teman-temanku ? Tak ada satupun diantara mereka yang
3. menjengukku. Apa aku tidak berguna lagi bagi mereka ? Apa salahku? Bukankah
aku selalu hadir disaat mereka susah ? Ini balasan merreka ? kekecewaanku kini
semakin dalam.
***
Malampun tiba, kembali kubuka mataku. Masih tampak Ilham yang setia
menemaniku.
“ CCKKLLEEKK” pintu kamarku terbuka, diikuti oleh masuknya seorang suster
membawa sajian malamku.
“ Hai nona Lena, bagaimana keadaannya ?” Tanya suster itu ramah.
Hey, pertanyaan basa-basi yang terlalu basi menurutku. Udah pasti keadaanku
masih sakit.
“ Hmmm, ya seperti ini lah sus,, “ jawabku .
“ Dimana keluarga nona ? sepertinya sedari tadi tidak ada yang menjenguk.. ?”
Hhhaahh ? Aku sangat terkejut mendengar pertanyaan nya.
Hey suster, tidakkah kau lihat, seorang pria disana ?
“ Hmmmm,, mungkin mereka sibuk sus..”
“ Oh, ya sudahlah, Janganlupa dimakan yah makanannya, dan ini obatnya. “ sambil
memberika sebungkus plastic yang berisi beberapa butir obat.
Suster itupun berlalu pergi. Tetapi aku masih bingung , mengapa suster itu
mengatakan bahwa tidak ada orang yang menjengukku ? Ahh,, mungkin dia tidak
memperhatikan Ilham
“ Hey Lenna, jangan melamun.. Ntar kesambet loh ?” candanya.
“ Ahh, tidak, aku tidak melamun.. “
“ Ya sudah, ayo kau harus makan “ sambungnya, sambil mengambil piring yang
terletak diatas lemari kecil .
“ Tidak, aku tidak selera makan. “ tolakku.
“ Heey, ayolahh, supaya kau cepat keluar dari sini. Apakah kau mau tinggal
berlama-lama disini ? “Tanya Chiko.
“ Ya tidak lah, tempat ini sangat aku benci. Tapi, aku juga tidak mau tinggal
dirumah.. “
“ Mengapa begitu ?“ ucapnyapenuh tanya
“ Aku merasa bosan tinggal dirumah. Dirumah aku tidak mempunyai teman,
bahkan kasihsayang orangtuaku , tidak pernah kurasakan. Mereka hanya sibuk
dengan urusan kantor mereka. “ aku mulai curhat dengannya.
“ Kau sebaiknya jangan melihat dari sisi negatifnya saja, lihat jugalah sisi
positifnya. Bukankah mereka melakukan itu demi kepentingan hidupmu juga ?”
4. respon Ilham.
“ Ya, memang benar, tapi harta itu tidak menjamin kebahagiaanku.. “ sambungku.
“ ya, benar juga apa yang kau katakana. Ya sudah, sebaiknya sekarang kau
habiskan terlebih dahulu makananmu ini.. “ saran Ilham.
Hatiku merasa lega, setelah aku menceritakn kehidupanku kepada Ilham. Tak
pernah ada seorangpun yang bias menjadi tempat aku mencurahkan isi hati. Kini
kutemukan dia, aku menganggapnya SAHABAT.
“ Oh ya, kau tidak pulang ? “ tanyaku kepada Ilham.
“ Iya, sebentar lagi aku pulang, aku akan pulang setelah kau tidur.. “ ucapnya.
“ Baiklah, sekarang aku akan tidur, kelihatannya kau sudah lelah “ Kucoba
memejamkan mataku, dan akhirnya akupun tertidur.
***
Kini malam berganti pagi, cahaya matahari pagi membangunkanku. Kucoba
membuka mataku. Dan aku kembali kecewa. Tapi kekecewaanku tidaklah begitu
besar, karena kehadiran sahabat baruku Ilham. Tetap saja mereka tidak
menjengukku.
“ Selamat pagi Lenna.. J” sapa Ilham sambil memancarkan senyum indahnya.
“ Pagi juga Ilham.. “ jawabku membalas senyumnya.
“ Gimana ? sudah lebih baik ?”
“ Yaa, sudah lumayan… “
“ Oh iya, sepertinya aku harus keluar sebentar, dan nanti aku akan kembali lagi.
Tidak apa-apa kan? “ tanyanya.” Iya, tidak apa-apa kok… “
Ilham pun beranjak keluar. Dan,, ehh pintu itu dapat ditembusnya ?
Ahh,, mungkin hanya halusinasiku saja.
Kini aku sendiri lagi, tidak ada yang menemaniku sekarang. Tapi aku juga tidak
boleh memaksakan kehendakku.
Kembali kuingat kekesalanku kepada orangtua dan teman-temanku. Sudah 2 hari
aku menetap ditempat ini. Dan tak pernah sekalipun mereka menjengukku ?
Mungkinka aku tidak berguna lagi ? Apakah lebih baik aku pergi ?
Saat itu entah makhluk apa yang merasuk tubuhku, hingga aku mencoba untuk
menghilangkan nyawaku.
“ Lebih baik aku mati .. “ batinku tersiksa
Kulangkahkan kaki ku menuju lantai rumah sakit yang paling atas.
5. Kuberdiri dipinggiran sisi lantai loteng itu. Kini tangisku mulai meledak, tetesan
bulir bening itu mulai berjatuhan membasahi pipiku. Kuingat semua kehidupanku ,
dimana tak ada kebahagiaan. Tak ada sedikitpun tersirat kenangan indah
dihidupku.
Kini tinggal beberpa langkah lagi jarak antara aku dengan lantai dasar.
" Selamat Tinggal Semuaaa…. “ isak tangisku kembali terdengar.
“ TTTUUUNNGGGUUUU……. “ suara teriakkan terdengar dari belakangku, dan
mengentikan langkahku.
Ku balikkan tubuhku dan ku berlari kearahnya, memeluk tubuh nya.
“ Ham, aku tidak tahan lagi hidup di dunia ini. Tidak ada satu orangpun yang
peduli denganku. Lebih baik aku mati. “ ucapku sambil terisak.
“ Mati bukanlah jalan terbaik. Masih banyak orang yang menyayangimu disana,
Mati itu tidaklah menyenangkan. Kau akan merasakan apa yang kurasakan. Tidak
dapat menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan .. “ ucap Ilham.
“ Maksudmu ? merasakan apa yang kau rasakan ? “ tanyaku heran dan melepaskan
pelukanku, lalu menatap matanya. Kulihat kesedihan yang mendalam disana, dan
wajahnya yang pucat.
“ Yah, aku akan memberitahumu sesuatu. Sebenarnya aku ini adalah arwah yang
telah meninggal. Dan aku meninggal dengan cara terbodoh yang pernah ada. Yaitu
menjatuhkan tubuhku disini. Tepat dimana kau ingin menghilangkan nyawamu. Dan
aku sangat menyesali perbuatanku itu. “ jawabnya sedih.
“ Jadi, maksudmu , kau ini adalah Hantu ? Lantas, bagaimana aku bisa melihatmu
? “ tanyaku heran.
“ Ya, seperti itulah. Aku ditugaskan untuk memperingatkan mu. Jadi, kau dapat
melihat wujudku. . . “ Jelasnya.
“ Oh, pantas saja suster itu tidak dapat melihatmu. Dan kau juga dapat melewati
pintu , kamar itu,, “
“ Ya begitulah, sebaiknya, kau hapus air matamu itu, dan kita sekarang kembali ke
kamar, tenangkan dirimu.. “ bujuknya.
“ Baiklah.. “
Kami berjalan menuju kamar, tak kusangka, sahabat pertamaku itu adalah
sesosok makhluk dari dunia yang berbeda denganku. Terngiang dipikiranku
ucapan-ucapan yang terlontar dari bibirnya.
Kini kami sampai didepan kamarku. Kubuka pintu, dan ada sesuatu hal yang dapat
membuatku sangat terkejut. Mereka datang ? Ada angin apa gerangan? Bukankah
mereka sibuk dengan urusan mereka ?
6. Kusimpan didalam hati kebahagiaan kecil itu . Dengan wajah murung kulangkahkan
kakiku kedalam.
“ Sayang, kamu dari mana saja ? Maafkan mama dan papa sayang, kami terlalu
sibuk dengan urusan kami, sehingga kamu jadi begini. Maafkan mama.. L “
tangisan penuh penyesalan tampak dari wajahnya sambil memelukku, terasa
dipundakku seperti ada sesuatu. Cairan bening dari matanya mulai membasahi
pundakku.
Mereka memelukku, penuh kasih sayang, baru kali ini , kurasakan kebahagiaan itu.
“ Sudahlah ma, aku sudah memaafkan mama dan papa , lupakan masa lalu, kita
mulai lembaran baru. “ ucapku.
“ Baiklah sayang.. J” ucap mamaku.
Disisi lain kulihat Ilham tersenyum kearahku.
Kubalas senyumannya itu.
Kini aku merasa bahagia, akhirnya aku merasakan kebahagiaan itu….
Keesokan harinya, hari dimana aku telah diijinkan untuk meninggalkan tempat
membosankan ini..
Disampingku telah ada kedua orangtuaku yang membantuku untuk mengemas
barang-barangku.
Tapi, ada yang aneh, dimana Ilham ? Kenapa dia tidak kelihatan hari ini ?
Tak sengaja, aku melihat diatas meja secarik amplop terletak disana. Perlahan
kubuka isi amplop itu..
Dan kubaca..
Dear Lenna,,
Hai cantik, sudah sembuhkan ?Bagus kalau begitu..
Nah, dengan sembuhnya kau, tugasku pun kini telah selesai,,,
Kau telah mendapatkan kebahagiaanmu , dan kasih sayang dari kedua orang
tuamu..
Sekian yah, surat perpisahan dariku.
Selamat tinggal Lenna.. J
I will miss You..
Ilham
Dengan sigap kulangkahkan kaki ku dengan kecepatan yang cukup tinggi, menuju
loteng rumah sakit.
Dan sesampainya disana , kudapati sosok seseorang yang tersenyum kearahku..
“ ILHHHAAAMM… “ teriakku dan berlari memeluknya.
“ Sudahlah, kau tidak usah bersedih, bukanah kebahagiaan sudah ada ditanganmu
7. ? Kini aku harus pergi, tugasku sudah selesai. .. “ pamitnya, dan melepaskan
pelukan itu.
“ SELAMAT TINGGAL LENNA.. J “ ucapnya dan melangkah menjauhiku,, semakin
lama ia hilang dari pandanganku,,,
“ SELAMAT TINGGAL ILHAM ,,,
Kau adalah sahabat terbaikku, SAHABAT DARI DUNIA LAIN .