SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Download to read offline
Politeknik Telkom                           Pendidikan Kewarganegaraan



                                1 FILSAFAT PANCASILA




                                                                 Overview



Sangat disayangkan, keberadaan Pancasila masih identik dengan kejayaan Orde
Baru. Akibatnya, pasca keruntuhan rezim Orde Baru tahun 1998, nama besar
Pancasila seakan-akan menghilang. Padahal, nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam Pancasila merupakan representasi positif dari akar budaya masyarakat
Indonesia yang terakumulasi sejak ratusan tahun yang lalu. Nilai-nilai yang
menjunjung tinggi moral (Ketuhanan Yang Maha Esa), kemanusiaan,
kerakyatan, persatuan dan kesatuan bangsa, serta prinsip keadilan merupakan
koridor yang dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.
Permasalahan bangsa saat ini sangat memprihatinkan. Praktek korupsi telah
mengakar kuat dari pejabat tinggi hingga pejabat kelurahan. Kasus Narkoba,
pornografi dan pornoaksi, pembunuhan anak kandung maupun orang tua
hingga berantai yang juga disertai mutilasi, perampokan, penculikan, dan lain
sebagainya semakin marak di negeri yang konon ramah dan murah senyum.
Keberadaan nilai-nilai Pancasila semakin dirasakan kebutuhannya.

                                                                    Tujuan



1.    Mahasiswa memahami Pancasila sebagai sistem filsafat.
2.    Mahasiswa memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.
3.    Mengetahui pemahaman mahasiswa tentang materi yang telah dibahas.

1-1                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                               Pendidikan Kewarganegaraan

1.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Sebelum membahas lebih dalam mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat,
terlebih dahulu diuraikan konsep filsafat sehingga didapatkan pemahaman yang
utuh dan tepat sasaran.

1.1.1    Konsep Filsafat
A. Pengertian
Berbagai pandangan mengenai definisi filsafat muncul sejak dulu. Memang
diakui bahwa pada hakikatnya sukar sekali memberikan definisi mengenai
filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif. Oleh karena itu, beberapa
pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini :
  1.    Secara etimologis, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
        bahasa Yunani, yang terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia
        artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, cinta artinya
        hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
        sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
        sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-
        sungguh akan kebenaran sejati.
  2.    Secara terminologis, pengertian filsafat telah dikemukakan oleh para
        ahli sebagai:
        a. Pengetahuan segala yang ada (Plato);
        b. Penjelasan rasional dari segala yang ada; penjaga terhadap realitas
            yang terakhir (James K. Feibleman);
        c. Usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan (Harold
            H. Titus);
        d. Teori tentang perbincangan kritis (John Passmore);
        e. Sistem kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipersoalkan secara
            radikal, sistematik dan universal (Sidi Gazalba);
        f. Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara
            sistematis, diuji secara kritis demi hakikat kebenarannya yang
            terdalam serta demi makna kehidupan manusia di tengah-tengah
            alam semesta (Damardjati Supadjar).



1-2                                                          Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                              Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan uraian mengenai pengertian filsafat di atas, dapat dibuat
kesimpulan bahwa filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran
sejati. Namun perlu diingat bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk
mencapai kebenaran.

B.    Fungsi Filsafat
Filsafat memiliki sejarah yang panjang. Sebagai induk atau ibu dari segala ilmu
pengetahuan saat itu, filsafat dituntut dapat menjawab berbagai permasalahan
yang ada, mulai dari permasalahan manusia, masyarakat, ekonomi, negara,
kesehatan, dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya ilmu
pengetahuan lainnya yang berkembang.
         Dengan semakin berkembangnya masyarakat dan permasalahannya,
filsafat tidak lagi dapat menjadi satu-satunya solusi masyarakat. Oleh karena
itu, satu demi satu pengetahuan lahir akibat tuntutan kebutuhan penyelesaian
permasalahan yang ada. Lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan, Ilmu Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Ilmu Ekonomi,
dan lain-lain telah mampu menjawab permasalahan masyarakat tersebut.
Mereka berkembang secara simultan menjawab tantangan jaman.
         Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya
disiplin ilmu yang semakin spesifik (lebih khusus). Berbagai ilmu spesifik
tersebut bermunculan di muka bumi yang perannya sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sekitar. Spesialisasi yang terjadi sedemikian rupa sehingga
hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan semakin kompleks.
Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat, tetapi ada pula yang telah
jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Ketika ilmu-
ilmu pengetahuan tersebut terus berusaha memperdalam dirinya, maka pada
kedalaman tertentu akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan
keadaan tersebut di atas, filsafat dapat berfungsi sebagai sistem interdisipliner.
Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah
kompleks tersebut. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
         Cara ini dapat pula digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Sebagai ilustrasi, sekelompok ilmuwan yang sedang membuat pesawat terbang
tidak saja wajib meneliti konsep umum tentang pembuatan pesawat terbang

1-3                                                          Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                           Pendidikan Kewarganegaraan

saja., melainkan juga harus mengerti karakteristik angin (aerodinamika),
kekuatan struktur bahan pesawat, sistem avionik, mesin turbin pesawat, dan
sebagainya secara menyeluruh. Artinya, berbagai engineer/ahli teknik dengan
disiplin ilmunya masing-masing dibutuhkan dalam pembuatan pesawat terbang,
seperti teknik penerbangan, teknik elektronika, teknik mesin, teknik
metalurgi, dan lain-lain.
        Dalam menghadapi suatu masalah diharapkan menggunakan berbagai
disiplin untuk mengatasinya. Misalnya ada masalah sosial tentang kenaikan
tingkat kejahatan. Hal ini belum dapat di selesaikan dengan tuntas jika hanya
menghukum para pelanggarnya saja. Di samping itu perlu dicari sebab
pokoknya. Langkah ini mungkin dapat menemukan berbagai sebab yang saling
berkaitan satu sama lain, misalnya adanya tuna karya, tuna wisma, urbanisasi,
kelebihan penduduk, kurangnya lapangan kerja, dan sebagainya. Dari
penemuan ini dapat kita ketahui bahwa masalah kejahatan menyangkut
berbagai disiplin.

C. Guna Filsafat
Dengan memperhatikan uraian penjelasan di atas, filsafat mempunyai
kegunaan sebagai berikut:
  1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtuk dan menyusun hasil pikiran
      tersebut secara sistematik.
  2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir
      dan bersifat sempit dan tertutup.
  3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau
      mengambil kesimpulan mengenai suatu hal secara mendalam dan
      komprehensif.
  4. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi
      berbagai problem.
  5. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleran dan tenggang rasa.
  6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan
      pribadinya maupun dalam hubungan dengan orang lain.
  7. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun
      hubungan dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa



1-4                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

Berfilsafat adalah segala proses berpikir atau merenung secara kritis, radikal,
konseptual, koheren, rasional, komprehensif, universal, spekulatif, sistematik
dan bebas. Filsafat juga memiliki beberapa sifat dasar, yaitu mempunyai tingkat
keumuman yang tinggi, tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta yang ada),
berkaitan dengan makna, berkaitan dengan nilai, dan implikatif (memunculkan
pertanyaan-pertanyaan baru, jawaban yang diperoleh tidak pernah
memuaskan sehingga muncullah pertanyaan baru). Metode dalam filsafat ada
empat macam, yaitu:
    1. Metode Analisis, yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah
          atau pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat
          menangkap makna yang dikandungnya.
    2. Metode Sintesis, yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan
          yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.
    3. Metode Analitiko Sintesis, yaitu penggabungan antara metode
          sintesis dan analisis dengan melakukan perincian terhadap istilah atau
          pernyataan, kemudian mengumpulkan kembali suatu istilah atau
          pengetahuan itu untuk menyusun suatu rumusan umum.
    4. Metode Dialog Sokrates, yang merupakan dialog antara dua
          pendirian yang berbeda.

1.1.2    Pancasila sebagai Falsafah
Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan
filosofis. Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
mendalam mengenai Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara
ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan
bangsa dan negara Indonesia (Syarbaini, 2003). Untuk dapat memahami secara
mendalam dan mendasar akan falsafah Pancasila, dimulai dengan menganalisis
inti serta hakikat dari sila-sila yang membentuk Pancasila tersebut.
        Pengertian Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya adalah suatu nilai
(Kaelan, 2000). Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea IV adalah sebagai berikut:
      - Ketuhanan Yang Maha Esa
      - Kemanusiaan yang adil dan beradab
      - Persatuan Indonesia

1-5                                                         Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                               Pendidikan Kewarganegaraan

      -   Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
          permusyawaratan/perwakilan
      -   Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang
merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai itu
selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara
Indonesia.
        Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari
kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik, berharga. Dengan demikian secara
sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna.
        Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia.
Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan
minat. Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal
yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu
berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik
(interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant).
Adapun ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut:
   - Suatu realitas abstrak
        Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat
        ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang
        memiliki nilai. Misal, gandum akan bernilai kemakmuran bila dibagikan
        dan diterima secara adil. Kemakmuran adalah abstrak, tetapi gandum
        adalah riil. Sebuah pantai akan bernilai keindahan apabila dilukis atau
        difoto. Keindahan adalah abstrak sedangkan pantai bersifat riil.
        Contohnya lagi keadilan, kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan
        adalah hal-hal yang abstrak. Meskipun abstrak, nilai merupakan suatu
        realitas, sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia.
   - Bersifat normatif
        Nilai mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Misalnya nilai
        keadilan, kesederhanaan. Orang hidup mengharapkan mendapat
        keadilan. Kemakmuran adalah keinginan setiap orang. Jadi, nilai bersifat
        normatif, suatu keharusan (das sollen) yang menuntut diwujudkan
        dalam tingkah laku.

1-6                                                           Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                                Pendidikan Kewarganegaraan

  -    Sebagai motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak
       Nilai menjadi pendorong/motivator hidup manusia. Tindakan manusia
       digerakkan oleh nilai. Misalnya, kepandaian. Setiap siswa berharap
       menjadi pandai atau pintar. Karena mengharapkan nilai itu, setiap siswa
       tergerak untuk melakukan berbagai perilaku agar menjadi pandai.
Nilai dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan atau tingkatan.
Menurut Prof. Notonegoro, nilai terdiri atas 3 (tiga) macam, yaitu sebagai
berikut:
     1. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
     2. Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
         melaksanakan kegiatan
     3. Nilai kerohanian yang dibedakan menjadi 4 (empat) macam:
          a. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia (rasio,
               budi, cipta);
          b. Nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia;
          c. Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak
               keras, karsa hati, nurani manusia;
          d. Nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber apada
               keyakinan manusia.
Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
    1. Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah
    2. Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk
    3. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek
Selain itu, nilai juga memiliki tingkatan-tingkatan. Nilai-nilai itu dalam
kenyataannya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan
dengan nilai-nilai lain. Max Scheller mengatakan nilai-nilai itu tidak sama
luhurnya dan tidak sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat
dikelompokkan dalam tingkatan sebagai berikut:
     1. Nilai-nilai kenikmatan
         Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan ataupun
         tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau tidak
         senang.


1-7                                                            Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                               Pendidikan Kewarganegaraan

      2.   Nilai-nilai kehidupan
           Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan,
           seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
      3.   Nilai-nilai kejiwaan
           Dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali tidak
           bergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan.
      4.   Nilai-nilai kerohanian
           Dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai yang suci dan tidak suci.
           Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.
Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
      1. Nilai dasar, yaitu nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar
          adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat sedikt
          banyak mutlak. Kita menerima nilai dasar itu sebagai sesuatu yang
          benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.
      2. Nilai instrumental, yaitu nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai
          dasar. Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
          selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
          lembaga-lembaga negara. Nilai ini dapat mengikuti setiap
          perkembangan zaman, baik dalam negeri maupun dari luar negeri.
          Nilai ini dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dan peraturan perundangan
          yang ada untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila
          sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
      3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
          kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai
          dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat
          Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral. Nilai-nilai dalam
Pancasila termasuk dalam tingkatan nilai dasar. Nilai dasar ini mendasari nilai
berikutnya, yaitu nilai instrumental. Nilai dasar itu mendasari semua aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar bersifat
fundamental dan tetap.



1-8                                                          Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                          Pendidikan Kewarganegaraan

       Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Nilai ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius,
bukan bangsa yang ateis. Pengakuan terhadap Tuhan diwujudkan dengan
perbuatan untuk taat apda perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya sesuai
dengan ajaran atau tuntutan agama yang dianutnya. Nilai ketuhanan juga
memiliki arti bagi adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,
menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku
diskriminasi antarumat beragama.
       Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama
atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya. Manusia perlu diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya, sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya dan sama hak dan
kewajiban asasinya. Berdasarkan nilai ini, secara mutlak ada pengakuan
terhadap hak asasi manusia.
       Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia. Adanya perbedaan bukan sebagai sebab perselisihan tetapi justru
dapat menciptakan kebersamaan. Kesadaran ini tercipta dengan baik bila
sesanti ”Bhinneka Tunggal Ika” sungguh-sungguh dihayati.
       Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat
melalui lembaga-lembaga perwakilan. Berdasarkan nilai ini, diakui paham
demokrasi yang lebih mengutamakan pengambilan keputusan melalui
musyawarah mufakat.
       Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna
sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Berdasar pada nilai ini,
keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh



1-9                                                     Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

bangsa. Negara Indonesia yang diharapkan adalah negara Indonesia yang
berkeadilan.
         Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional dari
negara Indonesia memiliki konsekuensi logis untuk menerima dan menjadikan
nilai-nilai Pancasila sebagai acuan pokok bagi pengaturan penyelenggaraan
bernegara. Hal ini diupayakan dengan menjabarkan nilai Pancasila tersebut ke
dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. UUD
1945 dan peraturan perundang-undangan ini selanjutnya menjadi pedoman
penyelenggaraan bernegara. Sebagai nilai dasar bernegara, nilai Pancasila
diwujudkan menjadi norma hidup bernegara.

1.2        Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara

1.2.1 Definisi Ideologi
Definisi ideologi dapat dilakukan melalui pendekatan bahasa (etimologis) dan
istilah. Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan
logos. Eidos berarti gagasan dan logos berarti berbicara (ilmu). Maka secara
etimologis ideologi adalah berbicara tentang gagasan, atau ilmu yang
mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud di sini adalah gagasan
yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan
masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka
berada.
        Secara istilah, ideologi memiliki beragam makna. Dalam beberapa
kamus atau referensi, dapat terlihat bahwa definisi ideologi ada beberapa
macam. Keanekaragaman definisi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang
keahlian dan fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut. Keanekaragaman
yang dimaksud antara lain terlihat pada definisi berikut:

      a.    Definisi menurut BP-7 Pusat (kini telah dilikuidasi)
            Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori yang diyakini kebenarannya
            yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaan
            dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
            masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
      b.    Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Maswadi Rauf, ahli Ilmu
            Politik Universitas Indonesia

1-10                                                       Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

         Ideologi adalah rangkaian (kumpulan) nilai yang disepakati bersama
         untuk menjadi landasan atau pedoman dalam mencapai tujuan atau
         kesejahteraan bersama.
Berdasarkan definisi Ideologi Pancasila di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang
telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
       Pada dasarnya, Indonesia menganut ideologi yang terbuka. Pengertian
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi yang
lain. Hal ini mengandung arti bahwa Pancasila dapat berinteraksi dengan
ideologi-ideologi lainnya. Artinya, ideologi Pancasila dapat mengikuti
perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang
berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini
disebabkan karena ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis seperti yang sudah disebutkan dalam
penjelasan sebelumnya.

1.2.2. Fungsi dan Peranan Pancasila
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep
Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas
beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah
maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
    a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
    b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
    c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
    d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
    e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
    f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa
        Indonesia
    g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
    h. Pancasila sebagai moral pembangunan
    i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila


1-11                                                        Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                                Pendidikan Kewarganegaraan

1.3    Karakteristik Identitas Nasional

1.3.1. Pengertian Identitas Nasional
Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah ”manifestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa
(nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa
berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya” (Wibisono Koento, 2005).
        Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda,
atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas
yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan,
kelompok, komunitas, atau negara sendiri.
        Kata ”nasional” dalam identitas nasional merupakan identitas yang
melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh
kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa; maupun nonfisik
seperti: keinginan, cita-cita, dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas
bangsa melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diberi atribut
nasional.
        Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam
suatu negara dan tercermin di dalam identitas nasional bukanlah barang jadi
yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu
yang terbuka dan cenderung terus-menerus berkembang karena hasrat
menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya
adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang
berkembang dalam masyarakat.

1.3.2 Parameter Identitas Nasional
Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat
digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu bangsa.
Sesuatu yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang
menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan teknologi, sesuatu yang alami
atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.



1-12                                                           Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                           Pendidikan Kewarganegaraan

Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan menjadi ciri atau identitas
nasional biasanya mempunyai indikator sebagai berikut:
  1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui
       aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-
       istiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada
       orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional
       yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan.
  2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis
       menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini
       biasanya dinyatakan dalam undang-undang, seperti Garuda Pancasila,
       bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
  3. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
       seperti bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang
       berasal dari alat perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan
       tempat ibadah (borobudur, prambanan, masjid, dan gereja), peralatan
       manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi
       (pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain).
  4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari
       tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul,
       prestasi dalam bidang tertentu, seperti di Indonesia dikenal dengan
       bulu tangkis.
Bagi bangsa Indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk
hanya pada individu (adat-istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada
suatu kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang majemuk, maka
kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau parameter pembentuk
identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada
segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia
berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah sebagai berikut:
  1.   Suku Bangsa
       Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif
       (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
       kelamin. Indonesia dikenal bangsa dengan banyak suku bangsa, dan
       menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku

1-13                                                     Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                            Pendidikan Kewarganegaraan

       mempunyai adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda,
       namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam
       suatu negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang
       adil dan makmur.
  2.   Kebudayaan
       Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu
       pengetahuan, teknologi, dan adat-istiadat. Kebudayaan sebagai
       parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat individual.
       Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu
       kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu
       kelompok, artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola
       berpikir dan berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui
       proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu
       yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara
       berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif.
  3.   Bahasa
       Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu
       lambang suatu negara. Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan
       manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup bersama dalam
       masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol yang
       menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun,
       sekalipun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata
       tidak hadir di situ.
           Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili
       banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa Melayu dahulu
       dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami
       kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku-
       suku di nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa
       transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara
       yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang
       asing. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu mengalami perkembangan yang
       sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi



1-14                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                            Pendidikan Kewarganegaraan

       bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah
       kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
  4.   Kondisi Geografis
       Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat alamiah.
       Kedudukan geografis wilayah negara menunjukkan tentang lokasi
       negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk
       waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi.
       Letak geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam
       dan akan dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa
       akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya.
       Letak geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat
       membedakannya dengan negara lain.

1.3.3 Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional
Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur yaitu
sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa Indonesia, suku
bangsa, agama, dan budaya unggul. Namun demikian, unsur-unsur ini tidak
statis dan akan berkembang sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia.
  1.   Unsur Sejarah
       Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan
       kondisi sosial yang berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia
       secara ekonomis dan politik pernah mencapai era kejayaan di wilayah
       Asia Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi bangsa Indonesia pada
       era pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat mengalami
       kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik
       memiliki kekuasaan negara hingga seluruh wilayah nusantara yang
       meliputi wilayah jajahan Belanda (sekarang wilayah NKRI) hingga
       wilayah negara Filipina, Singapura, Malaysia, bahkan sebagian wilayah
       Thailand. Namun, kejayaan ini mengalami keruntuhan akibat
       menghilangnya jiwa kebersamaan (persatuan dan kesatuan) di antara
       bangsa dalam pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya tersebut.
            Keruntuhan pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya ini
       berimplikasi pada terciptanya pemerintahan kerajaan di masing-masing


1-15                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                           Pendidikan Kewarganegaraan

       daerah di seluruh wilayah Indonesia. Sistem pemerintahan kerajaan ini
       menyebabkan bangsa Indonesia menjadi makin lemah untuk
       menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dari negara
       lain yang ingin mencari sumber energi baru bagi negaranya.
       Ketidakmampuan bangsa Indonesia ini pada akhirnya menyebabkan
       bangsa Indonesia jatuh ke tangan negara-negara kolonial (penjajah).
       Sebagaimana kita ketahui negara yang menjajah bangsa Indonesia
       adalah Belanda, Portugis, dan Jepang. Ketiganya masing-masing
       menjajah kita selama 350, 400, dan 3,5 tahun.
             Dampak langsung dari adanya penjajah ini adalah bangsa Indonesia
       mengalami kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, perpecahan, dan
       kehilangan sumber daya alam akibat eksploitasi yang tidak bertanggung
       jawab oleh penjajah untuk dibawa ke negaranya.
             Realitas perjalanan sejarah bangsa tersebut mendorong bangsa
       Indonesia untuk menjadi bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam
       melawan penjajah untuk meraih dan mempertahankan kembali harga
       diri, martabatnya sebagai bangsa, selain itu, dipertahankan semua
       potensi sumber daya alam yang ada agar tidak terus-menerus
       dieksplorasi dan dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan
       kehidupan bangsa Indonesia di masa datang. Perjuangan bangsa
       Indonesia ini tidak berhenti masalah yang tersebut di atas, melainkan
       berlanjut pada perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdakaan
       bangsa dari penjajah.
             Perjuangan demi perjuangan bangsa Indonesia di atas pada
       akhirnya menjadi suatu nilai yang mengkristal dalam jiwa bangsa
       Indonesia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Sekaligus
       semangat juang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut menjadi
       kebanggaan sebagai identitas nasional bagi bangsa Indonesia yang
       membedakan dengan bangsa lain di ASEAN dan dunia pada umumnya.
       Sejarah telah memberikan identitas nasional bahwa bangsa Indonesia
       adalah bangsa pejuang.




1-16                                                     Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

  2.   Kebudayaan
       Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional
       adalah meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban (civility), dan
       pengetahuan (knowledge).
         a. Akal budi
             Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa
             Indonesia dalam interaksinya antara sesama (horizontal) maupun
             antara pimpinan dengan staf, anak dengan orang tua (vertikal),
             atau sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang
             tersebut di atas, adalah hormat-menghormati antarsesama,
             sopan santun dalam sikap dan tutur kata, dan hormat pada
             orang tua.
         b. Peradaban (civility)
             Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia
             adalah dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek
             ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan hankam. Identitas nasional
             dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah:
             (1) Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila
             (2) Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung
                  presiden dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I
                  dan II kabupaten/kota,
             (3) Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi
             (4) Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah,
                  murah senyum, dan setia kawan
             (5) Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling),
                  sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam
                  memberikan informasi bahaya, dan sebagainya
         c. Pengetahuan (knowledge)
             Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional
             meliputi:
             (1) Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis
                  dunia




1-17                                                       Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                           Pendidikan Kewarganegaraan

             (2) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang,
                 yaitu pembuatan pesawat terbang CN 235, di IPTN
                 Bandung, Jawa Barat.
             (3) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu
                 pembuatan kapal laut Phinisi
             (4) Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika
                 dan kimia, dan sebagainya
  3.   Budaya Unggul
       Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai
       kemajuan dengan cara ”kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik,
       kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa”. Dalam UUD 1945,
       menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan
       dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju,
       makmur, serta adil atau berkesejahteraan. Untuk mencapai kualitas
       hidup demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi dan keadilan dijadikan
       landasan ideologis yang secara ideal dan normatif diwujudkan secara
       konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner.
  4.   Suku Bangsa
       Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa
       yang majemuk. Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa dimaksud
       adalah terlihat dari jumlah suku bangsa lebih kurang 300 suku bangsa
       dengan bahasa dan dialek yag berbeda. Populasinya pada tahun 2007
       adalah 225 juta jiwa. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya
       adalah suku bangsa etnis Jawa. Sisanya adalah suku bangsa yang
       mendiami wilayah Indonesia di luar Jawa, seperti suku Makassar-Bugis
       (3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%), dan suku-suku
       lainnya. Sedangkan suku bangsa atau etnis Tionghoa hanya berjumlah
       2,8% tetapi menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan mayoritas
       mereka bermukim di perkotaan.
  5.   Agama
       Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan
       memiliki hubungan antarumat seagama dan antarumat beragama yang
       rukun. Di samping itu, menurut UU no.16/1969, negara Indonesia

1-18                                                     Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                            Pendidikan Kewarganegaraan

       mengakui multiagama yang dianut oleh bangsanya, yaitu Islam, Katholik,
       Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Pada era Orde Baru, agama
       Kong Hu Cu tidak diakui sebagai agama resmi negara Indonesia, tetapi
       sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
       negara dihapuskan. Islam adalah agama mayoritas bangsa Indonesia.
              Indonesia merupakan negara multiagama, karena itu Indonesia
       dikatakan negara yang rawan disintegrasi bangsa. Untuk itu menurut
       Magnis Suseno, salah satu jalan untuk mengurangi risiko konflik
       antaragama perlu diciptakan tradisi saling menghormati antara umat
       agama yang ada. Menghormati berarti mengakui secara positif dalam
       agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain.
  6.   Bahasa
       Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas
       nasional. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang
       merupakan bahasa penghubung (lingua franca) berbagai etnis yang
       mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun 1928
       ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam
       peristiwa Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.



1.4    Proses Berbangsa dan Bernegara

1.4.1 Hakikat Bangsa
Konsep bangsa memiliki dua pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa
dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.
A. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis
   Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan
   hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota
   persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama,
   dan adat istiadat. Jadi, mereka menjadi satu bangsa karena disatukan oleh
   kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya. Ikatan
   demikian disebut ikatan primordial. Persekutuan hidup masyarakat



1-19                                                     Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                              Pendidikan Kewarganegaraan

       semacam ini dalam suatu negara dapat merupakan persekutuan hidup
       yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas.
            Suatu negara dapat terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya Amerika
       Serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa
       Yahudi, dan lain-lainnya, yang dahulunya merupakan kaum pendatang. Sri
       Lanka terdiri dari bangsa Sinhala dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia
       terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari Aceh sampai Irian Jaya,
       seperti Batak, Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar, dan sebagainya.
            Sebuah bangsa dapat pula tersebar di beberapa negara. Misalnya
       bangsa Arab tersebar di berbagai negara di sekitar Timur Tengah.
       Bangsa Yahudi terdapat di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
B.     Bangsa dalam Arti Politis
       Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu
       daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya
       sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, meeeka
       diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara.
             Jadi, bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara
       dan mengakui serta tunduk pada kekuasaan dari negara yang
       bersangkutan. Setelah mereka bernegara, terciptalah bangsa. Misalnya,
       kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara
       Indonesia.
             Bangsa dalam arti sosiologis antropologis sekarang ini lebih dikenal
       dengan istilah etnis, suku, atau suku bangsa. Ini untuk membedakan
       dengan bangsa yang sudah beralih dalam arti politis. Namun, kita masih
       mendengar istilah bangsa dalam arti sosiologis antropologis untuk
       menunjuk pada persekutuan hidup tersebut. Misalnya bangsa Moro,
       bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia (dalam
       arti politis) memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis antropologis)
       seperti suku bangsa Batak, Minangkabau, Jawa, Betawi, Madura, Dayak,
       Asmat, Dani, dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
       heterogen karena ada banyak bangsa di dalamnya.




1-20                                                         Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

1.4.2    Proses Pembentukan Bangsa-Negara
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu
model ortodoks dan model mutakhir (Ramlan Surbakti, 1999).
       Pertama, model ortodoks yaitu bermula dari adanya suatu bangsa
terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa membentuk satu negara tersendiri.
Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa
Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka rezim politik (penguasa)
dirumuskan berdasarkan konstitusi negara yang selanjutnya dikembangkan
oleh partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsa-negara yang
bersangkutan.
      Kedua, model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih
dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara
merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah kemunculan
negara Amerika Serikat pada tahun 1776.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal:
    1.   Ada tidaknya perubahan unsur dalam masyarakat. Model ortodoks
         tidak mengalami perubahan unsur karena satu bangsa membentuk
         satu negara. Model mutakhir mengalami perubahan unsur karena dari
         banyak kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa.
    2.   Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-
         negara. Model ortodoks membutuhkan waktu yang singkat saja, yaitu
         hanya membentuk struktur pemerintahan, bukan pembentukan
         identitas kultural baru. Model mutakhir memerlukan waktu yang
         lama karena harus mencapai kesepakatan tentang identitas kultural
         yang baru.
    3.   Kesadaran politik masyarakat pada model ortodoks muncul setelah
         terbentuknya bangsa-negara, sedangkan dalam model mutakhir,
         kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi
         awal terbentuknya bangsa-negara.
    4.   Derajat partisipasi politik dan rezim politik. Pada model ortodoks,
         partisipasi politik dan rezim politik dianggap sebagai bagian terpisah
         dari proses integrasi nasional. Pada model mutakhir, partisipasi


1-21                                                       Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                          Pendidikan Kewarganegaraan

         politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari
         proses integrasi nasional.

1.4.3.   Hakikat Negara

A. Arti Negara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua pengertian
berikut :
      Pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya.
      Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah
yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak
menentukan tujuan nasionalnya.
Sedangkan pengertian negara menurut pendapat para ahli, antara lain sebagai
berikut :
    1. Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang
          telah berkediaman di wilayah tertentu (Georg Jellinek).
    2. Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
          golongan atau bangsanya sendiri (Kranenburg).
    3. Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur
          atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat (Roger
          F. Soultau).
    4. Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai
          daerah tertentu di mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya
          sebagai sovereign (Soenarko).
    5. Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis
          dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal (George
          Wilhelm Fredrich Hegel).
    6. Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia
          yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama (R.
          Djokosoetono).



1-22                                                    Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

     7.   Negara adalah suatu persekutuan keluarga dengan segala
          kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang
          berdaulat (Jean Bodin).
     8.   Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh
          sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganya ketaatan
          pada perundangan melalui penguasaan kontrol dari kekuasaan yang
          sah (Miriam Budiardjo).

B.     Unsur-unsur Negara
Dari beberapa pendapat mengenai negara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
negara adalah organisasi yang di dalamnya harus ada rakyat, wilayah yang
permanen dan pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar).
Hal di atas disebut unsur-unsur negara, seperti dijelaskan di bawah ini:
  1. Rakyat, yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk
       pada kekuasaan negara dan mendukung negara yang bersangkutan.
  2. Wilayah, yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi
       tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi sumber
       kehidupan rakyat negara. Wilayah negara mencakup wilayah darat,
       laut, dan udara.
  3. Pemerintah yang berdaulat, yaitu adanya penyelenggara negara yang
       memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara
       tersebut. Pemerintah tersebut memilih kedaulatan baik ke dalam
       maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti negara memiliki
       kekuasaan untuk ditaati oleh rakyatnya. Kedaulatan ke luar artinya
       negara mampu mempertahankan diri dari serangan negara lain.
Unsur-unsur di atas; unsur rakyat, wilayah, dan pemerintah yang
berkedaulatan merupakan unsur konstitutif atau unsur pembentuk, yang
harus terpenuhi agar terbentuk negara. Selain ada unsur rakyat, wilayah dan
pemerintah yang berdaulat, ada unsur pengakuan dari negara lain. Pengakuan
dari negara lain merupakan unsur deklaratif. Unsur deklaratif adalah unsur
yang sifatnya menyatakan, bukan unsur yang mutlak.
     Sebagai organisasi kekuasaan, negara memiliki sifat memaksa, monopoli,
dan mencakup semua.


1-23                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                                Pendidikan Kewarganegaraan

     1.    Memaksa, artinya memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan
           ketertiban dengan memakai kekerasan fisik secara legal.
     2.    Monopoli, artinya memiliki hak menetapkan tujuan bersama
           masyarakat. Negara memiliki hak untuk melarang sesuatu yang
           bertentangan dan menganjurkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.
     3.    Mencakup semua, artinya semua peraturan dan kebijakan negara
           berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.

C.        Teori Terjadinya Negara
1.        Proses Terjadinya Negara secara Teoritis
          Para ahli politik dan hukum tatanegara telah membuat teoretisasi
          tentang terjadinya negara. Artinya, proses terjadinya negara yang
          dimaksud di sini merupakan hasil pemikiran para ahli tersebut, bukan
          berdasarkan kenyataan faktualnya.
          Beberapa teori terjadinya negara adalah sebagai berikut:
             a. Teori Hukum Alam
                 Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran yang paling awal,
                 yaitu masa Plato dan Aristoteles. Menurut teori ini, terjadinya
                 negara adalah sesuatu yang alamiah. Bahwa segala sesuatu itu
                 berjalan menurut hukum alam, yaitu mulai dari lahir, berkembang,
                 mencapai puncaknya, laut, dan akhirnya mati. Negara terjadi
                 secara alamiah, bersumber dari manusia sebagai makhluk sosial
                 yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan
                 untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
            b.   Teori Ketuhanan
                 Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama besar di dunia,
                 yaitu Islam dan Kristen. Dengna demikian, teori ini dipengaruhi
                 oleh paham keagamaan. Menurut teori ketuhanan, terjadinya
                 negara adalah kehendak Tuhan, didasari kepercayaan bahwa
                 segala sesuatu berasal dari Tuhan dan terjadi atas kehendak
                 Tuhan.
                       Munculnya paham teori ini karena orang yang beragama
                 yakin bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa (paham monoteisme) dan
                 Dewa-Dewa (paham politeisme) yang menciptakan alam semesta

1-24                                                          Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                            Pendidikan Kewarganegaraan

            dan segala isinya termasuk negara. Tuhan memiliki kekuasaan
            mutlak di dunia. Negara dianggap penjelmaan kekuasaan dari
            Tuhan. Para Raja atau penguasa negara merupakan titisan Tuhan
            atau wakil Tuhan yang memiliki kekuasaan untuk memerintah dan
            menyelenggarakan pemerintahan. Penganjur teori ini antara lain:
            Freiderich Julius Stahl, Thomas Aquinas, dan Agustinus.
       c.   Teori Perjanjian
            Teori perjanjian muncul sebagai reaksi atas teori hukum alam dan
            kedaulatan Tuhan. Mereka menganggap kedua teori tersebut
            belum mampu menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya
            negara. Teori ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa menjelang
            abad Pencerahan. Mereka adalah Thomas Hobbes, John Locke,
            J.J. Rousseau, dan Montesquieu.
                   Menurut teori perjanjian, negara terjadi sebagai hasil
            perjanjian antarmanusia individu. Manusia berada dalam dua
            keadaan, yaitu keadaan sebelum bernegara dan keadaan setelah
            bernegara. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari
            masyarakat sebelum bernegara tersebut untuk kemudian menjadi
            masyarakat bernegara.
                   Pendapat lain dikemukakan oleh G. Jellinek, yaitu terjadinya
            negara dapat dilihat secara primer dan sekunder. Perkembangan
            negara secara primer membicarakan tentang bagaimana
            pertumbuhan negara mulai dari persekutuan atau kelompok
            masyarakat yang sederhana berkembang menjadi negara yang
            modern. Menurut Jellinek, terjadinya negara secara primer
            melalui empat tahapan, yaitu:
             a. Persekutuan masyarakat,
             b. Kerajaan,
             c. Negara, dan
             d. Negara demokrasi.
            Perkembangan negara secara sekunder membicarakan tentang
            bagaimana terbentuknya negara baru yang dihubungkan dengan
            masalah pengakuan. Jadi, yang terpenting adalah muncul tidaknya



1-25                                                       Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

             negara baru tersebut adalah karena ada tidaknya pengakuan dari
             negara lain.

2.     Proses Terjadinya Negara di Zaman Modern
       Menurut pandangan ini dalam kenyataannya, terjadinya negara bukan
       disebabkan oleh teori-teori seperti di atas. Negara-negara di dunia ini
       terbentuk karena melalui beberapa proses, seperti:
          a. Penaklukan atau occupatie, yaitu suatu daerah yang tidak
              dipertuan, kemudian diambil alih dan didirikan negara di wilayah
              itu. Misal, Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara
              oleh para budak Negro yang telah dimerdekakan orang Amerika.
              Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.
          b. Peleburan atau fusi, yaitu suatu penggabungan dua atau lebih
              negara menjadi negara baru. Misal, Jerman Barat dan Jerman
              Timur bergabung menjadi negara Jerman.
          c. Pemecahan, yaitu terbentuknya negara-negara baru akibat
              terpecahnya negara lama sehingga negara sebelumnya menjadi
              tidak ada lagi. Contohnya Yugoslavia terpecah menjadi negara
              Serbia, Bosnia, dan Montenegro. Uni Sovyet terpecah menjadi
              banyak negara baru. Cekoslovakia terpecah menjadi negara Ceko
              dan Slovakia.
          d. Pemisahan diri, yaitu memisahnya suatu bagian wilayah negara
              kemudian terbentuk negara baru. Pemisahan berbeda dengan
              pemecahan di mana negara lama masih ada. Misalnya India
              kemudian terpecah menjadi India, Pakistan, dan Bangladesh.
          e. Perjuangan atau revolusi, merupakan hasil dari rakyat suatu
              wilayah yang umumnya dijajah negara lain kemudian
              memerdekakan diri. Contohnya adalah Indonesia yang melakukan
              perjuangan revolusi sehingga mampu membentuk negara
              merdeka. Kebanyakan kemerdekaan yang diperoleh negara Asia
              Afrika setelah Perang Dunia II adalah hasil perjuangan rakyatnya.
          f. Penyerahan/pemberian adalah pemberian kemerdekaan kepada
              suatu koloni oleh negara lain yang umumnya adalah bekas
              jajahannya. Inggris dan Perancis yang memiliki wilayah jajahan di

1-26                                                       Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                            Pendidikan Kewarganegaraan

             Afrika, banyak memberikan kemerdekaan kepada bangsa di
             daerah tersebut. Contoh: Kongo dimerdekakan oleh Perancis.
        g.   Pendudukan, terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya,
             tetapi tidak berpemerintahan. Misalnya Australia merupakan
             daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat
             suku Aborigin. Daerah Australia selanjutnya dibuat koloni-koloni
             di mana penduduknya didatangkan dari dataran Eropa. Australia
             dimerdekakan tahun 1901.

D.     Fungsi dan Tujuan Negara
Fungsi negara merupakan gambaran apa yang dilakukan negara untuk
mencapai tujuannya. Fungsi negara dapat dikatakan sebagai tugas daripada
negara. Negara sebagai organisasi kekuasaan dibentuk untuk menjalankan
tugas-tugas tertentu.
    Di bawah ini adalah fungsi negara menurut beberapa ahli, antara lain
sebagai berikut:
   1. John Locke, seorang sarjana Inggris, membagi fungsi negara menjadi
        tiga fungsi, yaitu:
         a. Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan,
         b. Fungsi Eksekutif, untuk melaksanakan peraturan,
         c. Fungsi Federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan
              urusan perang dan damai.
   2. Montesquieu membagi fungsi negara sebagai berikut:
         a. Fungsi Legislatif, membuat undang-undang
         b. Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang
         c. Fungsi Yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati
              (fungsi mengadili), yang populer dengan nama Trias Politika.
   3. Van Vollen Hoven, seorang sarjana dari Belanda menyatakan fungsi
        negara dibagi dalam:
         a. Regeling, membuat peraturan;
         b. Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan;
         c. Rechtspraak, fungsi mengadili;
         d. Politie, fungsi ketertiban dan keamanan.
         Ajaran Van Vollen Hoven tersebut terkenal dengan Catur Praja.

1-27                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                            Pendidikan Kewarganegaraan

    4.   Goodnow menyatakan, fungsi negara secara prinsipil dibagi menjadi
         dua bagian:
          a. Policy Making, yaitu kebijaksanaan negara untuk waktu tertentu,
              untuk seluruh masyarakat.
          b. Policy Executing, yaitu kebijaksanaan yang harus dilaksanakan
              untuk tercapainya policy making.
              Ajaran Goodnow ini terkenal dengan sebutan Dwipraja
              (dichotomy).
    5.   Miriam Budiardjo, menuliskan fungsi pokok negara sebagai berikut:
          a. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan
              mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat. Dapat
              dikatakan bahwa negara bertindak sebagai stabilisator.
          b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
              Fungsi ini dijalankan dengan melaksanakan pembangunan di
              segala bidang.
          c. Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan
              serangan dair luar. Untuk ini negara dilengkapi dengan alat-alat
              pertahanan.
          d. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan
              peradilan.
Keseluruhan fungsi negara tersebut diselenggarakan oleh pemerintah untuk
mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan bersama.
     Adapun tujuan suatu negara berbeda-beda. Di bawah ini adalah beberapa
tujuan negara menurut para ahli:
    1. Roger H. Soultau menyatakan bahwa tujuan negara adalah
         memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya
         ciptanya sebebas mungkin.
    2. Harold J. Laski menyatakan bahwa tujuan negara adalah menciptakan
         keadaan di mana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-
         keinginan secara maksimal.
    3. Plato menyatakan bahwa tujuan negara adalah memajukan kesusilaan
         manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.



1-28                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

     4.   Thomas Aquino dan Agustinus menyatakan bahwa tujuan negara
          adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan
          tenteram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan.
          Pemimpin negara menjalankan kekuasaan hanyalah berdasarkan
          kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya.

E.     Klasifikasi Negara
Klasifikasi negara dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator, seperti jumlah
orang yang berkuasa, bentuk negara, dan asas pemerintahan.
1.     Jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan
       Jumlah orang yang berkuasa dapat berjumlah satu orang, sekelompok
       orang, atau banyak orang. Sedangkan orientasi kekuasaan dapat
       berorientasi kepada kepentingan pihak yang berkuasa (disebut bentuk
       negatif), atau berorientasi demi kepentingan umum (disebut bentuk
       positif).
          Berdasarkan jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan,
       terdapat enam bentuk klasifikasi negara.

             Jumlah penguasa          Bentuk positif      Bentuk negatif
             Satu orang                 Monarki               Tirani
             Sekelompok orang          Aristokrasi           Oligarki
             Banyak orang              Demokrasi            Monokrasi

2.     Bentuk negara ditinjau dari sisi konsep dan teori modern terbagi
       menjadi dua, yaitu:
         a. Negara Kesatuan, yaitu negara yang merdeka dan berdaulat,
             dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur
             seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terbagi
             dua, yaitu:
                   Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, di mana seluruh
                   persoalan yang berkaitan dengan negara langsung diatur dan
                   diurus oleh pemerintah pusat.



1-29                                                       Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                              Pendidikan Kewarganegaraan

                    Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, di mana
                    kepala daerah diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk
                    mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan
                    otonomi daerah atau swatantra.
         b. Negara Serikat (Federasi), yaitu bentuk negara yang merupakan
              gabungan dari beberapa negara bagian dari negara serikat.
              Kekuasaan asli dalam negara federasi merupakan negara bagian,
              karena ia berhubungan langsung dengan rakyatnya. Sementara,
              negara federasi bertugas untuk menjalankan hubungan luar
              negeri, pertahanan negara, keuangan, dan urusan pos.
 3.    Asas penyelenggaraan kekuasaan, yaitu berbagai tipe negara menurut
       kondisinya, seperti:
         a. Menurut ekonomi: negara agraris, negara industri, negara
              berkembang, negara sedang berkembang, dan negara belum
              berkembang. Selain itu, dikenal juga negara-negara utara dan
              negara-negara selatan (negara utara: negara maju/kaya, negara
              selatan: negara sedang berkembang/miskin).
         b. Menurut politik: negara demokratis, negara otoriter, negara
              totaliter, negara satu partai, negara multipartai, dan sebagainya.
         c. Menurut sistem pemerintahan: sistem pemerintahan presidentil,
              parlementer, junta militer, dan sebagainya.
         d. Menurut ideologi bangsa: negara sosialis, negara liberal, negara
              komunis, negara fasis, negara agama, dan sebagainya.

F.     Elemen Kekuatan Negara
Kekuatan suatu negara tergantung pada beberapa elemen seperti sumber
daya manusia, sumber daya alam, kekuatan militer, dan teritorial negara
tersebut.
 1. Sumber Daya Manusia (SDM)
     Kekuatan negara tergantung pada jumlah penduduk, tingkat pendidikan
     warga, nilai budaya masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat.
     Semakin banyak jumlah penduduk, semakin berkualitas SDM, dan
     semakin tinggi tingkat kesehatan, maka negara akan semakin maju dan
     kuat.

1-30                                                        Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                             Pendidikan Kewarganegaraan

2.     Teritorial Negara
       Kekuatan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang
       terdiri atas darat, laut, dan udara, letak geografis dan situasi negara
       tetangga. Semakin luas dan strategis, maka negara tersebut akan semakin
       kuat.
3.     Sumber Daya Alam
       Kekuatan negara tergantung pada kondisi alam atau material buminya,
       berupa kandungan mineral, kesuburan, kekayaan laut, dan hutan.
       Semakin tinggi kekayaan alam, maka negara tersebut semakin kuat,
       negara yang kaya akan minyak, agroindustri, dan manufaktur akan
       menjadi negara yang tangguh.
4.     Kapasitas Pertanian dan Industri
       Sektor pertanian mempengaruhi kekuatan negara, karena pertanian
       memasok kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk.
       Tingkat budaya, usaha warga negara dalam bidang pertanian, industri dan
       perdagangan yang maju, menjamin kecukupan pangan atau swasembada
       pangan sehingga negara menjadi kuat.
5.     Kekuatan Militer dan Mobilitasnya
       Kekuatan militer dan mobilitasnya sangat menentukan kekuatan negara,
       negara yang mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel
       dan peralatan yang baik akan meningkatkan kemampuan militer dalam
       mempertahankan kedaulatan negara.
6.     Elemen Kekuatan yang Tidak Berwujud
       Segala faktor yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian
       dan kepemimpinan, efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan
       internasional, reputasi bangsa (nasionalisme), dan sebagainya.

1.4.4     Proses Berbangsa dan Bernegara Indonesia
Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu mengetahui proses terjadinya
pembentukan negara ini, sehingga dapat menambah kecintaan kita pada tanah
air ini.
         Para pendiri negara Indonesia (the founding fathers) menyadari bahwa
negara Indonesia yang hendak didirikan haruslah mampu berada di atas semua
kelompok dan golongan yang beragam. Hal yang diharapkan adalah keinginan

1-31                                                       Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                          Pendidikan Kewarganegaraan

hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib,
cita-cita, dan karena berasal dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama.
Kesadaran demikian melahirkan paham nasionalisme, paham kebangsaan, yang
pada gilirannya melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari belenggu
penjajahan. Selanjutnya nasionalisme memunculkan semangat untuk
mendirikan negara bangsa dalam merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan
tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
        Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting
bagi pembentukan bangsa Indonesia antara lain:
 1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan
      bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.
 2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
      belenggu penjajahan.
 3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
      membentang dari Sabang sampai Merauke.
 4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
      suatu bangsa.
Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan Indonesia diraih
dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan pemberian. Terjadinya negara
Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang berkesinambungan.
Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai dengan keempat
alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis, perkembangan negara
Indonesia terjadi sebagai berikut:
 1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya
      pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa
      Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan
      penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber
      motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan UUD 1945).
 2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan
      panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah
      mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi
      tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah
      menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur
      (Alinea II Pembukaan UUD 1945).

1-32                                                    Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                                   Pendidikan Kewarganegaraan

3.     Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa
       Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah
       kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan
       bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya
       motivasi spiritual (Alinea III Pembukaan UUD 1945).
4.     Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang
       meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara,
       UUD negara, dan dasar negara. Dengan demikian, semakin sempurna
       proses terjadinya negara Indonesia (Alinea IV Pembukaan UUD 1945).
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara Indonesia
bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau
penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui
proses perjuangan (revolusi). Dokumentasi proses perjuangan dan
pengorbanan dalam pembentukan negara ini tertata rapi dalam unsur produk
hukum negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945.


                                  ---------------




1-33                                                          Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                              Pendidikan Kewarganegaraan




                                                                  Rangkuman



1.   Filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun
     perlu diingat bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk mencapai
     kebenaran.
2.   Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis
     dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara
     Indonesia
3.   Pengertian Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya adalah suatu nilai
4.   Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal
     yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu
     berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik
     (interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant).
5.   Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila
     Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
     alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
6.   Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan
     hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota
     persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan
     adat istiadat.
7.   Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu
     daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai
     suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, meeeka diikat oleh
     kekuasaan politik, yaitu negara.
8.   Unsur-unsur negara adalah: rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat




1-34                                                         Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                            Pendidikan Kewarganegaraan




                                                       Kuis Benar Salah




1. Filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta, yang
    terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan.
2. Rumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea III
3. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
4. Nilai dinamis merupakan nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
    kenyataan.
5. Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu
    daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai
    suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.
6. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup
    masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan
    hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat
7. Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia yang
    berada di bawah suatu pemerintahan yang sama
8. Menurut Montesquieu, fungsi Legislatif adalah fungsi untuk membuat
    undang-undang
9. Menurut John Locke, Fungsi Federatif artinya untuk mengurusi urusan luar
    negeri dan urusan perang dan damai.
10. Negara Serikat (Federasi), yaitu bentuk negara yang merupakan gabungan
    dari beberapa negara bagian dari negara serikat.




1-35                                                      Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                              Pendidikan Kewarganegaraan




                                                                 Pilihan Ganda


 1.     Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa __________
 A.     Arab                                 D. China
 B.     Sansekerta                           E. Yunani
 C.     Inggris

2.    Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi:
      1.      Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah
      2.      Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk
      3.      Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek
      4.       Nilai pragmatika, yaitu nilai yang biasa digunakan

A.    1,2,3                               D.   4
B.    1,3                                 E.   1,2,3,4
C.    2,4

3.    Metode dalam filsafat dengan melakukan perincian terhadap istilah-istilah
      atau pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat
      menangkap makna yang dikandungnya adalah metode __________

A.    Analisis                            D.   Dialog Sokrates
B.    Sintesis                            E.   Dialisis
C.    Analitiko Sintesis

4.    Ciri-ciri nilai adalah
           1. Suatu realitas abstrak
           2. Bersifat normatif
           3. Sebagai motivator
           4. Tanpa makna
A.    1,2,3                               D.   2,4
B.    1,3                                 E.   1,2,3,4
C.    4

 1-36                                                        Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                           Pendidikan Kewarganegaraan



5.   Pada dasarnya, Indonesia menganut ideologi yang terbuka. Pengertian
     Ideologi terbuka adalah ideologi yang _________

A.   Dapat diubah setiap waktu
B.   Dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain.
C.   Dapat menerima semua nilai dari ideologi lain
D.   Dapat menekan ideologi lain
E.   Dapat menggantikan ideologi lain

6.
     Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan ukuran
     parameter sosiologis adalah sebagai berikut:_____
        5.   Suku Bangsa
        6.   Kebudayaan
        7.   Bahasa
        8.   Kondisi Geografis
A.   1,2,3                             D.   4
B.   1,3                               E.   1,2.3.4
C.   2.4

7    Unsur – unsur negara terdiri dari ____
        4. Rakyat
        5. Wilayah
        6. Pemerintah yang berdaulat
        7. Bendera dan lagu kebangsaan
A    1,2,3                              D 4
B    1,3                                E   1,2,3,4
C    2,4

8    Indonesia memperoleh kemerdekaan dengan cara ________
A    Revolusi                      D Pemecahan
B    Memisahkan diri               E    Peleburan atau fusi
C    Penyerahan/pemberian



 1-37                                                  Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                           Pendidikan Kewarganegaraan

9    Van Vollen Hoven, seorang sarjana dari Belanda menyatakan fungsi negara
     dibagi dalam:
      1.     Regeling, membuat peraturan;
      2.     Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan;
      3.     Rechtspraak, fungsi mengadili;
      4.     Politie, fungsi ketertiban dan keamanan.

A    1,2,3                            D    1,2,4
B    1,3,4                            E    1,2,3,4
C    2,3,4

10
     Berikut ini yang merupakan faktor pendorong munculnya nasionalisme
     pembentukan Indonesia adalah _______
      5. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah
          penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.
      6. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
          belenggu penjajahan.
      7. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
          membentang dari Sabang sampai Merauke.
      8. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
          suatu bangsa.

A    1,2,3                            D    1,2,4
B    1,3,4                            E    1,2,3,4
C    2,3,4




1-38                                                    Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom                          Pendidikan Kewarganegaraan




                                                                Latihan


1.  Berkaitan dengan Filsafat,
             a. apakah yang dimaksud dengan filsafat?
             b. apa gunanya?
             c. apa fungsinya?
2. Sebutkan metode-metode dalam filsafat!
3. Sebutkan ciri-ciri nilai!
4. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan Negara?
5. Sebutkan maka fungsi dan peranan Pancasila !
6. Sebutkan unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia
    berdasarkan ukuran parameter sosiologis!
7. Sebutkan unsur-unsur suatu negara!
8. Sebutkan teori tentang terjadinya sebuah negara!
9. Sebutkan elemen kekuatan negara!
10. Sebutkan faktor-faktor yang penting bagi pembentukan bangsa Indonesia!




1-39                                                   Filsafat Pancasila

More Related Content

What's hot

Filsafat Etika Komunikasi 2
Filsafat Etika Komunikasi 2Filsafat Etika Komunikasi 2
Filsafat Etika Komunikasi 2Afril Wibisono
 
Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum Dion tomy
 
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmumas karebet
 
Sesi 1 ruang lingkup filsafat ilmu
Sesi 1 ruang lingkup filsafat ilmuSesi 1 ruang lingkup filsafat ilmu
Sesi 1 ruang lingkup filsafat ilmuMifta ヌズリナ
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiOperator Warnet Vast Raha
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17Sri Suwanti
 
Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Yeni Purwati
 
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...Rostina Tina
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiAfril Wibisono
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabAlmayszaroh
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.elia_deardy
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuAbidaAnggun
 

What's hot (20)

Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Jawaban mid
Jawaban midJawaban mid
Jawaban mid
 
Filsafat Etika Komunikasi 2
Filsafat Etika Komunikasi 2Filsafat Etika Komunikasi 2
Filsafat Etika Komunikasi 2
 
Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum
 
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
 
Filsafat dan etika komunikasi
Filsafat dan etika komunikasi Filsafat dan etika komunikasi
Filsafat dan etika komunikasi
 
Sesi 1 ruang lingkup filsafat ilmu
Sesi 1 ruang lingkup filsafat ilmuSesi 1 ruang lingkup filsafat ilmu
Sesi 1 ruang lingkup filsafat ilmu
 
Contoh soal filsafat ilmu
Contoh soal filsafat ilmuContoh soal filsafat ilmu
Contoh soal filsafat ilmu
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
 
Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni
 
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika Komunikasi
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
 
Problema Pokok Fisafat Pendidikan
Problema Pokok Fisafat PendidikanProblema Pokok Fisafat Pendidikan
Problema Pokok Fisafat Pendidikan
 

Similar to Filsafat Pancasila

Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Filsafat pend
Filsafat pendFilsafat pend
Filsafat pendUNIB
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Warnet Raha
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Warnet Raha
 
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai Sistem FilsafatPancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai Sistem FilsafatMira Veranita
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatDea_tita
 
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tikkelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik02_WandaOcta
 
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptMateri 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptRasyAlam
 
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxbungashoumizahro
 
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskjfilsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskjAfifahNuri
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Msdinyrusdiananda
 

Similar to Filsafat Pancasila (20)

Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Filsafat pend
Filsafat pendFilsafat pend
Filsafat pend
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3 (2)
Makalah filsafat 3 (2)Makalah filsafat 3 (2)
Makalah filsafat 3 (2)
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai Sistem FilsafatPancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafat
 
Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)
 
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tikkelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
 
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptMateri 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4
 
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskjfilsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
 

More from Ilan Surf ﺕ

Membuat em4 dan aplikasinya
Membuat em4 dan aplikasinyaMembuat em4 dan aplikasinya
Membuat em4 dan aplikasinyaIlan Surf ﺕ
 
Bs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemula
Bs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemulaBs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemula
Bs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemulaIlan Surf ﺕ
 
Membuat animasi alam dengan corel bryce
Membuat animasi alam dengan corel bryceMembuat animasi alam dengan corel bryce
Membuat animasi alam dengan corel bryceIlan Surf ﺕ
 
Membangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphi
Membangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphiMembangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphi
Membangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphiIlan Surf ﺕ
 
Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004
Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004
Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004Ilan Surf ﺕ
 
Cara pintar menguasai macromedia free hand mx
Cara pintar menguasai macromedia free hand mxCara pintar menguasai macromedia free hand mx
Cara pintar menguasai macromedia free hand mxIlan Surf ﺕ
 
Buku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemula
Buku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemulaBuku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemula
Buku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemulaIlan Surf ﺕ
 
Auto cad 2004 2d jilid 1 msm
Auto cad 2004 2d jilid 1 msmAuto cad 2004 2d jilid 1 msm
Auto cad 2004 2d jilid 1 msmIlan Surf ﺕ
 
Asyiknya belajar struktur data di planet c++
Asyiknya belajar struktur data di planet c++Asyiknya belajar struktur data di planet c++
Asyiknya belajar struktur data di planet c++Ilan Surf ﺕ
 
123 tip & trik action script flash mx 2004
123 tip & trik action script flash mx 2004123 tip & trik action script flash mx 2004
123 tip & trik action script flash mx 2004Ilan Surf ﺕ
 
101 tip & trik ms word 2003
101 tip & trik ms word 2003101 tip & trik ms word 2003
101 tip & trik ms word 2003Ilan Surf ﺕ
 
101 tip & trik ms power point 2003
101 tip & trik ms power point 2003101 tip & trik ms power point 2003
101 tip & trik ms power point 2003Ilan Surf ﺕ
 
101 tip & trik ms excel 2003
101 tip & trik ms excel 2003101 tip & trik ms excel 2003
101 tip & trik ms excel 2003Ilan Surf ﺕ
 
25 kreasi corel draw12
25 kreasi corel draw1225 kreasi corel draw12
25 kreasi corel draw12Ilan Surf ﺕ
 
87 teknik profesional photoshop cs2
87 teknik profesional photoshop cs287 teknik profesional photoshop cs2
87 teknik profesional photoshop cs2Ilan Surf ﺕ
 
101 tip & trik adobe photoshop cs
101 tip & trik adobe photoshop cs101 tip & trik adobe photoshop cs
101 tip & trik adobe photoshop csIlan Surf ﺕ
 
101 tip & trik access project
101 tip & trik access project101 tip & trik access project
101 tip & trik access projectIlan Surf ﺕ
 
95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xp95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xpIlan Surf ﺕ
 
36 jbk borland delphi 7
36 jbk borland delphi 736 jbk borland delphi 7
36 jbk borland delphi 7Ilan Surf ﺕ
 

More from Ilan Surf ﺕ (20)

BUDAYA DEMOKRASI
BUDAYA  DEMOKRASIBUDAYA  DEMOKRASI
BUDAYA DEMOKRASI
 
Membuat em4 dan aplikasinya
Membuat em4 dan aplikasinyaMembuat em4 dan aplikasinya
Membuat em4 dan aplikasinya
 
Bs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemula
Bs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemulaBs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemula
Bs menganalisis data spasial dg arc view gis 3.3 untuk pemula
 
Membuat animasi alam dengan corel bryce
Membuat animasi alam dengan corel bryceMembuat animasi alam dengan corel bryce
Membuat animasi alam dengan corel bryce
 
Membangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphi
Membangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphiMembangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphi
Membangun sistem akuisisi data berbasis database dengan delphi
 
Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004
Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004
Cara ampuh menguasai macromedia flash mx 2004
 
Cara pintar menguasai macromedia free hand mx
Cara pintar menguasai macromedia free hand mxCara pintar menguasai macromedia free hand mx
Cara pintar menguasai macromedia free hand mx
 
Buku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemula
Buku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemulaBuku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemula
Buku latihan maya unlimited 5.0 untuk pemula
 
Auto cad 2004 2d jilid 1 msm
Auto cad 2004 2d jilid 1 msmAuto cad 2004 2d jilid 1 msm
Auto cad 2004 2d jilid 1 msm
 
Asyiknya belajar struktur data di planet c++
Asyiknya belajar struktur data di planet c++Asyiknya belajar struktur data di planet c++
Asyiknya belajar struktur data di planet c++
 
123 tip & trik action script flash mx 2004
123 tip & trik action script flash mx 2004123 tip & trik action script flash mx 2004
123 tip & trik action script flash mx 2004
 
101 tip & trik ms word 2003
101 tip & trik ms word 2003101 tip & trik ms word 2003
101 tip & trik ms word 2003
 
101 tip & trik ms power point 2003
101 tip & trik ms power point 2003101 tip & trik ms power point 2003
101 tip & trik ms power point 2003
 
101 tip & trik ms excel 2003
101 tip & trik ms excel 2003101 tip & trik ms excel 2003
101 tip & trik ms excel 2003
 
25 kreasi corel draw12
25 kreasi corel draw1225 kreasi corel draw12
25 kreasi corel draw12
 
87 teknik profesional photoshop cs2
87 teknik profesional photoshop cs287 teknik profesional photoshop cs2
87 teknik profesional photoshop cs2
 
101 tip & trik adobe photoshop cs
101 tip & trik adobe photoshop cs101 tip & trik adobe photoshop cs
101 tip & trik adobe photoshop cs
 
101 tip & trik access project
101 tip & trik access project101 tip & trik access project
101 tip & trik access project
 
95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xp95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xp
 
36 jbk borland delphi 7
36 jbk borland delphi 736 jbk borland delphi 7
36 jbk borland delphi 7
 

Recently uploaded

PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 

Recently uploaded (20)

PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 

Filsafat Pancasila

  • 1. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 1 FILSAFAT PANCASILA Overview Sangat disayangkan, keberadaan Pancasila masih identik dengan kejayaan Orde Baru. Akibatnya, pasca keruntuhan rezim Orde Baru tahun 1998, nama besar Pancasila seakan-akan menghilang. Padahal, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila merupakan representasi positif dari akar budaya masyarakat Indonesia yang terakumulasi sejak ratusan tahun yang lalu. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi moral (Ketuhanan Yang Maha Esa), kemanusiaan, kerakyatan, persatuan dan kesatuan bangsa, serta prinsip keadilan merupakan koridor yang dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Permasalahan bangsa saat ini sangat memprihatinkan. Praktek korupsi telah mengakar kuat dari pejabat tinggi hingga pejabat kelurahan. Kasus Narkoba, pornografi dan pornoaksi, pembunuhan anak kandung maupun orang tua hingga berantai yang juga disertai mutilasi, perampokan, penculikan, dan lain sebagainya semakin marak di negeri yang konon ramah dan murah senyum. Keberadaan nilai-nilai Pancasila semakin dirasakan kebutuhannya. Tujuan 1. Mahasiswa memahami Pancasila sebagai sistem filsafat. 2. Mahasiswa memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. 3. Mengetahui pemahaman mahasiswa tentang materi yang telah dibahas. 1-1 Filsafat Pancasila
  • 2. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 1.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Sebelum membahas lebih dalam mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat, terlebih dahulu diuraikan konsep filsafat sehingga didapatkan pemahaman yang utuh dan tepat sasaran. 1.1.1 Konsep Filsafat A. Pengertian Berbagai pandangan mengenai definisi filsafat muncul sejak dulu. Memang diakui bahwa pada hakikatnya sukar sekali memberikan definisi mengenai filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif. Oleh karena itu, beberapa pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini : 1. Secara etimologis, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh- sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh- sungguh akan kebenaran sejati. 2. Secara terminologis, pengertian filsafat telah dikemukakan oleh para ahli sebagai: a. Pengetahuan segala yang ada (Plato); b. Penjelasan rasional dari segala yang ada; penjaga terhadap realitas yang terakhir (James K. Feibleman); c. Usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan (Harold H. Titus); d. Teori tentang perbincangan kritis (John Passmore); e. Sistem kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipersoalkan secara radikal, sistematik dan universal (Sidi Gazalba); f. Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara sistematis, diuji secara kritis demi hakikat kebenarannya yang terdalam serta demi makna kehidupan manusia di tengah-tengah alam semesta (Damardjati Supadjar). 1-2 Filsafat Pancasila
  • 3. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan uraian mengenai pengertian filsafat di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun perlu diingat bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk mencapai kebenaran. B. Fungsi Filsafat Filsafat memiliki sejarah yang panjang. Sebagai induk atau ibu dari segala ilmu pengetahuan saat itu, filsafat dituntut dapat menjawab berbagai permasalahan yang ada, mulai dari permasalahan manusia, masyarakat, ekonomi, negara, kesehatan, dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya ilmu pengetahuan lainnya yang berkembang. Dengan semakin berkembangnya masyarakat dan permasalahannya, filsafat tidak lagi dapat menjadi satu-satunya solusi masyarakat. Oleh karena itu, satu demi satu pengetahuan lahir akibat tuntutan kebutuhan penyelesaian permasalahan yang ada. Lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan, Ilmu Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Ilmu Ekonomi, dan lain-lain telah mampu menjawab permasalahan masyarakat tersebut. Mereka berkembang secara simultan menjawab tantangan jaman. Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya disiplin ilmu yang semakin spesifik (lebih khusus). Berbagai ilmu spesifik tersebut bermunculan di muka bumi yang perannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Spesialisasi yang terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan semakin kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat, tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Ketika ilmu- ilmu pengetahuan tersebut terus berusaha memperdalam dirinya, maka pada kedalaman tertentu akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut di atas, filsafat dapat berfungsi sebagai sistem interdisipliner. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah kompleks tersebut. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Cara ini dapat pula digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Sebagai ilustrasi, sekelompok ilmuwan yang sedang membuat pesawat terbang tidak saja wajib meneliti konsep umum tentang pembuatan pesawat terbang 1-3 Filsafat Pancasila
  • 4. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan saja., melainkan juga harus mengerti karakteristik angin (aerodinamika), kekuatan struktur bahan pesawat, sistem avionik, mesin turbin pesawat, dan sebagainya secara menyeluruh. Artinya, berbagai engineer/ahli teknik dengan disiplin ilmunya masing-masing dibutuhkan dalam pembuatan pesawat terbang, seperti teknik penerbangan, teknik elektronika, teknik mesin, teknik metalurgi, dan lain-lain. Dalam menghadapi suatu masalah diharapkan menggunakan berbagai disiplin untuk mengatasinya. Misalnya ada masalah sosial tentang kenaikan tingkat kejahatan. Hal ini belum dapat di selesaikan dengan tuntas jika hanya menghukum para pelanggarnya saja. Di samping itu perlu dicari sebab pokoknya. Langkah ini mungkin dapat menemukan berbagai sebab yang saling berkaitan satu sama lain, misalnya adanya tuna karya, tuna wisma, urbanisasi, kelebihan penduduk, kurangnya lapangan kerja, dan sebagainya. Dari penemuan ini dapat kita ketahui bahwa masalah kejahatan menyangkut berbagai disiplin. C. Guna Filsafat Dengan memperhatikan uraian penjelasan di atas, filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematik. 2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersifat sempit dan tertutup. 3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif. 4. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem. 5. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleran dan tenggang rasa. 6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadinya maupun dalam hubungan dengan orang lain. 7. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa 1-4 Filsafat Pancasila
  • 5. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Berfilsafat adalah segala proses berpikir atau merenung secara kritis, radikal, konseptual, koheren, rasional, komprehensif, universal, spekulatif, sistematik dan bebas. Filsafat juga memiliki beberapa sifat dasar, yaitu mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta yang ada), berkaitan dengan makna, berkaitan dengan nilai, dan implikatif (memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, jawaban yang diperoleh tidak pernah memuaskan sehingga muncullah pertanyaan baru). Metode dalam filsafat ada empat macam, yaitu: 1. Metode Analisis, yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat menangkap makna yang dikandungnya. 2. Metode Sintesis, yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. 3. Metode Analitiko Sintesis, yaitu penggabungan antara metode sintesis dan analisis dengan melakukan perincian terhadap istilah atau pernyataan, kemudian mengumpulkan kembali suatu istilah atau pengetahuan itu untuk menyusun suatu rumusan umum. 4. Metode Dialog Sokrates, yang merupakan dialog antara dua pendirian yang berbeda. 1.1.2 Pancasila sebagai Falsafah Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan filosofis. Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara Indonesia (Syarbaini, 2003). Untuk dapat memahami secara mendalam dan mendasar akan falsafah Pancasila, dimulai dengan menganalisis inti serta hakikat dari sila-sila yang membentuk Pancasila tersebut. Pengertian Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya adalah suatu nilai (Kaelan, 2000). Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah sebagai berikut: - Ketuhanan Yang Maha Esa - Kemanusiaan yang adil dan beradab - Persatuan Indonesia 1-5 Filsafat Pancasila
  • 6. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan - Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan - Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai itu selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara Indonesia. Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik, berharga. Dengan demikian secara sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna. Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat. Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik (interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant). Adapun ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut: - Suatu realitas abstrak Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Misal, gandum akan bernilai kemakmuran bila dibagikan dan diterima secara adil. Kemakmuran adalah abstrak, tetapi gandum adalah riil. Sebuah pantai akan bernilai keindahan apabila dilukis atau difoto. Keindahan adalah abstrak sedangkan pantai bersifat riil. Contohnya lagi keadilan, kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan adalah hal-hal yang abstrak. Meskipun abstrak, nilai merupakan suatu realitas, sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia. - Bersifat normatif Nilai mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Misalnya nilai keadilan, kesederhanaan. Orang hidup mengharapkan mendapat keadilan. Kemakmuran adalah keinginan setiap orang. Jadi, nilai bersifat normatif, suatu keharusan (das sollen) yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku. 1-6 Filsafat Pancasila
  • 7. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan - Sebagai motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak Nilai menjadi pendorong/motivator hidup manusia. Tindakan manusia digerakkan oleh nilai. Misalnya, kepandaian. Setiap siswa berharap menjadi pandai atau pintar. Karena mengharapkan nilai itu, setiap siswa tergerak untuk melakukan berbagai perilaku agar menjadi pandai. Nilai dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan atau tingkatan. Menurut Prof. Notonegoro, nilai terdiri atas 3 (tiga) macam, yaitu sebagai berikut: 1. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia 2. Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan 3. Nilai kerohanian yang dibedakan menjadi 4 (empat) macam: a. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia (rasio, budi, cipta); b. Nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia; c. Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak keras, karsa hati, nurani manusia; d. Nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber apada keyakinan manusia. Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1. Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah 2. Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk 3. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek Selain itu, nilai juga memiliki tingkatan-tingkatan. Nilai-nilai itu dalam kenyataannya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai lain. Max Scheller mengatakan nilai-nilai itu tidak sama luhurnya dan tidak sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokkan dalam tingkatan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai kenikmatan Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan ataupun tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau tidak senang. 1-7 Filsafat Pancasila
  • 8. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 2. Nilai-nilai kehidupan Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran. 3. Nilai-nilai kejiwaan Dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali tidak bergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan. 4. Nilai-nilai kerohanian Dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi. Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. 1. Nilai dasar, yaitu nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat sedikt banyak mutlak. Kita menerima nilai dasar itu sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. 2. Nilai instrumental, yaitu nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai dasar. Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara. Nilai ini dapat mengikuti setiap perkembangan zaman, baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Nilai ini dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dan peraturan perundangan yang ada untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral. Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk dalam tingkatan nilai dasar. Nilai dasar ini mendasari nilai berikutnya, yaitu nilai instrumental. Nilai dasar itu mendasari semua aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar bersifat fundamental dan tetap. 1-8 Filsafat Pancasila
  • 9. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, bukan bangsa yang ateis. Pengakuan terhadap Tuhan diwujudkan dengan perbuatan untuk taat apda perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya sesuai dengan ajaran atau tuntutan agama yang dianutnya. Nilai ketuhanan juga memiliki arti bagi adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminasi antarumat beragama. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Manusia perlu diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya dan sama hak dan kewajiban asasinya. Berdasarkan nilai ini, secara mutlak ada pengakuan terhadap hak asasi manusia. Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Adanya perbedaan bukan sebagai sebab perselisihan tetapi justru dapat menciptakan kebersamaan. Kesadaran ini tercipta dengan baik bila sesanti ”Bhinneka Tunggal Ika” sungguh-sungguh dihayati. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Berdasarkan nilai ini, diakui paham demokrasi yang lebih mengutamakan pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Berdasar pada nilai ini, keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh 1-9 Filsafat Pancasila
  • 10. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan bangsa. Negara Indonesia yang diharapkan adalah negara Indonesia yang berkeadilan. Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional dari negara Indonesia memiliki konsekuensi logis untuk menerima dan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai acuan pokok bagi pengaturan penyelenggaraan bernegara. Hal ini diupayakan dengan menjabarkan nilai Pancasila tersebut ke dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan ini selanjutnya menjadi pedoman penyelenggaraan bernegara. Sebagai nilai dasar bernegara, nilai Pancasila diwujudkan menjadi norma hidup bernegara. 1.2 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara 1.2.1 Definisi Ideologi Definisi ideologi dapat dilakukan melalui pendekatan bahasa (etimologis) dan istilah. Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan logos. Eidos berarti gagasan dan logos berarti berbicara (ilmu). Maka secara etimologis ideologi adalah berbicara tentang gagasan, atau ilmu yang mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud di sini adalah gagasan yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka berada. Secara istilah, ideologi memiliki beragam makna. Dalam beberapa kamus atau referensi, dapat terlihat bahwa definisi ideologi ada beberapa macam. Keanekaragaman definisi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang keahlian dan fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut. Keanekaragaman yang dimaksud antara lain terlihat pada definisi berikut: a. Definisi menurut BP-7 Pusat (kini telah dilikuidasi) Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori yang diyakini kebenarannya yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaan dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara. b. Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Maswadi Rauf, ahli Ilmu Politik Universitas Indonesia 1-10 Filsafat Pancasila
  • 11. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Ideologi adalah rangkaian (kumpulan) nilai yang disepakati bersama untuk menjadi landasan atau pedoman dalam mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama. Berdasarkan definisi Ideologi Pancasila di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada dasarnya, Indonesia menganut ideologi yang terbuka. Pengertian Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain. Hal ini mengandung arti bahwa Pancasila dapat berinteraksi dengan ideologi-ideologi lainnya. Artinya, ideologi Pancasila dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis seperti yang sudah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya. 1.2.2. Fungsi dan Peranan Pancasila Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi: a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia h. Pancasila sebagai moral pembangunan i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila 1-11 Filsafat Pancasila
  • 12. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 1.3 Karakteristik Identitas Nasional 1.3.1. Pengertian Identitas Nasional Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah ”manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya” (Wibisono Koento, 2005). Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan, kelompok, komunitas, atau negara sendiri. Kata ”nasional” dalam identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa; maupun nonfisik seperti: keinginan, cita-cita, dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diberi atribut nasional. Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara dan tercermin di dalam identitas nasional bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka dan cenderung terus-menerus berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. 1.3.2 Parameter Identitas Nasional Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan teknologi, sesuatu yang alami atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis. 1-12 Filsafat Pancasila
  • 13. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan menjadi ciri atau identitas nasional biasanya mempunyai indikator sebagai berikut: 1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat- istiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan. 2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang, seperti Garuda Pancasila, bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan. 3. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan tempat ibadah (borobudur, prambanan, masjid, dan gereja), peralatan manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain). 4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu, seperti di Indonesia dikenal dengan bulu tangkis. Bagi bangsa Indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk hanya pada individu (adat-istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada suatu kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang majemuk, maka kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau parameter pembentuk identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah sebagai berikut: 1. Suku Bangsa Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal bangsa dengan banyak suku bangsa, dan menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku 1-13 Filsafat Pancasila
  • 14. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda, namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam suatu negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang adil dan makmur. 2. Kebudayaan Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan adat-istiadat. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat individual. Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu kelompok, artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif. 3. Bahasa Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu lambang suatu negara. Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup bersama dalam masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun, sekalipun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata tidak hadir di situ. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa Melayu dahulu dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku- suku di nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang asing. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi 1-14 Filsafat Pancasila
  • 15. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. 4. Kondisi Geografis Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat alamiah. Kedudukan geografis wilayah negara menunjukkan tentang lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi. Letak geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam dan akan dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya. Letak geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat membedakannya dengan negara lain. 1.3.3 Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur yaitu sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa Indonesia, suku bangsa, agama, dan budaya unggul. Namun demikian, unsur-unsur ini tidak statis dan akan berkembang sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia. 1. Unsur Sejarah Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan kondisi sosial yang berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia secara ekonomis dan politik pernah mencapai era kejayaan di wilayah Asia Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi bangsa Indonesia pada era pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat mengalami kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik memiliki kekuasaan negara hingga seluruh wilayah nusantara yang meliputi wilayah jajahan Belanda (sekarang wilayah NKRI) hingga wilayah negara Filipina, Singapura, Malaysia, bahkan sebagian wilayah Thailand. Namun, kejayaan ini mengalami keruntuhan akibat menghilangnya jiwa kebersamaan (persatuan dan kesatuan) di antara bangsa dalam pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya tersebut. Keruntuhan pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya ini berimplikasi pada terciptanya pemerintahan kerajaan di masing-masing 1-15 Filsafat Pancasila
  • 16. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan daerah di seluruh wilayah Indonesia. Sistem pemerintahan kerajaan ini menyebabkan bangsa Indonesia menjadi makin lemah untuk menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dari negara lain yang ingin mencari sumber energi baru bagi negaranya. Ketidakmampuan bangsa Indonesia ini pada akhirnya menyebabkan bangsa Indonesia jatuh ke tangan negara-negara kolonial (penjajah). Sebagaimana kita ketahui negara yang menjajah bangsa Indonesia adalah Belanda, Portugis, dan Jepang. Ketiganya masing-masing menjajah kita selama 350, 400, dan 3,5 tahun. Dampak langsung dari adanya penjajah ini adalah bangsa Indonesia mengalami kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, perpecahan, dan kehilangan sumber daya alam akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab oleh penjajah untuk dibawa ke negaranya. Realitas perjalanan sejarah bangsa tersebut mendorong bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam melawan penjajah untuk meraih dan mempertahankan kembali harga diri, martabatnya sebagai bangsa, selain itu, dipertahankan semua potensi sumber daya alam yang ada agar tidak terus-menerus dieksplorasi dan dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia di masa datang. Perjuangan bangsa Indonesia ini tidak berhenti masalah yang tersebut di atas, melainkan berlanjut pada perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdakaan bangsa dari penjajah. Perjuangan demi perjuangan bangsa Indonesia di atas pada akhirnya menjadi suatu nilai yang mengkristal dalam jiwa bangsa Indonesia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Sekaligus semangat juang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut menjadi kebanggaan sebagai identitas nasional bagi bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain di ASEAN dan dunia pada umumnya. Sejarah telah memberikan identitas nasional bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. 1-16 Filsafat Pancasila
  • 17. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 2. Kebudayaan Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban (civility), dan pengetahuan (knowledge). a. Akal budi Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam interaksinya antara sesama (horizontal) maupun antara pimpinan dengan staf, anak dengan orang tua (vertikal), atau sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang tersebut di atas, adalah hormat-menghormati antarsesama, sopan santun dalam sikap dan tutur kata, dan hormat pada orang tua. b. Peradaban (civility) Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia adalah dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan hankam. Identitas nasional dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah: (1) Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila (2) Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung presiden dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I dan II kabupaten/kota, (3) Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi (4) Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah, murah senyum, dan setia kawan (5) Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling), sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam memberikan informasi bahaya, dan sebagainya c. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi: (1) Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis dunia 1-17 Filsafat Pancasila
  • 18. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan (2) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang, yaitu pembuatan pesawat terbang CN 235, di IPTN Bandung, Jawa Barat. (3) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu pembuatan kapal laut Phinisi (4) Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika dan kimia, dan sebagainya 3. Budaya Unggul Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai kemajuan dengan cara ”kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik, kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa”. Dalam UUD 1945, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju, makmur, serta adil atau berkesejahteraan. Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi dan keadilan dijadikan landasan ideologis yang secara ideal dan normatif diwujudkan secara konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner. 4. Suku Bangsa Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa yang majemuk. Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa dimaksud adalah terlihat dari jumlah suku bangsa lebih kurang 300 suku bangsa dengan bahasa dan dialek yag berbeda. Populasinya pada tahun 2007 adalah 225 juta jiwa. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya adalah suku bangsa etnis Jawa. Sisanya adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia di luar Jawa, seperti suku Makassar-Bugis (3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%), dan suku-suku lainnya. Sedangkan suku bangsa atau etnis Tionghoa hanya berjumlah 2,8% tetapi menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan mayoritas mereka bermukim di perkotaan. 5. Agama Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan memiliki hubungan antarumat seagama dan antarumat beragama yang rukun. Di samping itu, menurut UU no.16/1969, negara Indonesia 1-18 Filsafat Pancasila
  • 19. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan mengakui multiagama yang dianut oleh bangsanya, yaitu Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Pada era Orde Baru, agama Kong Hu Cu tidak diakui sebagai agama resmi negara Indonesia, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan. Islam adalah agama mayoritas bangsa Indonesia. Indonesia merupakan negara multiagama, karena itu Indonesia dikatakan negara yang rawan disintegrasi bangsa. Untuk itu menurut Magnis Suseno, salah satu jalan untuk mengurangi risiko konflik antaragama perlu diciptakan tradisi saling menghormati antara umat agama yang ada. Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain. 6. Bahasa Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas nasional. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung (lingua franca) berbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun 1928 ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. 1.4 Proses Berbangsa dan Bernegara 1.4.1 Hakikat Bangsa Konsep bangsa memiliki dua pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis. A. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi, mereka menjadi satu bangsa karena disatukan oleh kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya. Ikatan demikian disebut ikatan primordial. Persekutuan hidup masyarakat 1-19 Filsafat Pancasila
  • 20. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan semacam ini dalam suatu negara dapat merupakan persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas. Suatu negara dapat terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya Amerika Serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi, dan lain-lainnya, yang dahulunya merupakan kaum pendatang. Sri Lanka terdiri dari bangsa Sinhala dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari Aceh sampai Irian Jaya, seperti Batak, Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar, dan sebagainya. Sebuah bangsa dapat pula tersebar di beberapa negara. Misalnya bangsa Arab tersebar di berbagai negara di sekitar Timur Tengah. Bangsa Yahudi terdapat di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat. B. Bangsa dalam Arti Politis Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, meeeka diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara. Jadi, bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta tunduk pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan. Setelah mereka bernegara, terciptalah bangsa. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara Indonesia. Bangsa dalam arti sosiologis antropologis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah etnis, suku, atau suku bangsa. Ini untuk membedakan dengan bangsa yang sudah beralih dalam arti politis. Namun, kita masih mendengar istilah bangsa dalam arti sosiologis antropologis untuk menunjuk pada persekutuan hidup tersebut. Misalnya bangsa Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia (dalam arti politis) memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis antropologis) seperti suku bangsa Batak, Minangkabau, Jawa, Betawi, Madura, Dayak, Asmat, Dani, dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang heterogen karena ada banyak bangsa di dalamnya. 1-20 Filsafat Pancasila
  • 21. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 1.4.2 Proses Pembentukan Bangsa-Negara Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu model ortodoks dan model mutakhir (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks yaitu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa membentuk satu negara tersendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka rezim politik (penguasa) dirumuskan berdasarkan konstitusi negara yang selanjutnya dikembangkan oleh partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsa-negara yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah kemunculan negara Amerika Serikat pada tahun 1776. Kedua model ini berbeda dalam empat hal: 1. Ada tidaknya perubahan unsur dalam masyarakat. Model ortodoks tidak mengalami perubahan unsur karena satu bangsa membentuk satu negara. Model mutakhir mengalami perubahan unsur karena dari banyak kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa. 2. Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa- negara. Model ortodoks membutuhkan waktu yang singkat saja, yaitu hanya membentuk struktur pemerintahan, bukan pembentukan identitas kultural baru. Model mutakhir memerlukan waktu yang lama karena harus mencapai kesepakatan tentang identitas kultural yang baru. 3. Kesadaran politik masyarakat pada model ortodoks muncul setelah terbentuknya bangsa-negara, sedangkan dalam model mutakhir, kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa-negara. 4. Derajat partisipasi politik dan rezim politik. Pada model ortodoks, partisipasi politik dan rezim politik dianggap sebagai bagian terpisah dari proses integrasi nasional. Pada model mutakhir, partisipasi 1-21 Filsafat Pancasila
  • 22. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses integrasi nasional. 1.4.3. Hakikat Negara A. Arti Negara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua pengertian berikut : Pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya. Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya. Sedangkan pengertian negara menurut pendapat para ahli, antara lain sebagai berikut : 1. Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu (Georg Jellinek). 2. Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri (Kranenburg). 3. Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat (Roger F. Soultau). 4. Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai daerah tertentu di mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sovereign (Soenarko). 5. Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal (George Wilhelm Fredrich Hegel). 6. Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama (R. Djokosoetono). 1-22 Filsafat Pancasila
  • 23. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 7. Negara adalah suatu persekutuan keluarga dengan segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang berdaulat (Jean Bodin). 8. Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganya ketaatan pada perundangan melalui penguasaan kontrol dari kekuasaan yang sah (Miriam Budiardjo). B. Unsur-unsur Negara Dari beberapa pendapat mengenai negara tersebut, dapat disimpulkan bahwa negara adalah organisasi yang di dalamnya harus ada rakyat, wilayah yang permanen dan pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar). Hal di atas disebut unsur-unsur negara, seperti dijelaskan di bawah ini: 1. Rakyat, yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk pada kekuasaan negara dan mendukung negara yang bersangkutan. 2. Wilayah, yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah negara mencakup wilayah darat, laut, dan udara. 3. Pemerintah yang berdaulat, yaitu adanya penyelenggara negara yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara tersebut. Pemerintah tersebut memilih kedaulatan baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh rakyatnya. Kedaulatan ke luar artinya negara mampu mempertahankan diri dari serangan negara lain. Unsur-unsur di atas; unsur rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berkedaulatan merupakan unsur konstitutif atau unsur pembentuk, yang harus terpenuhi agar terbentuk negara. Selain ada unsur rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat, ada unsur pengakuan dari negara lain. Pengakuan dari negara lain merupakan unsur deklaratif. Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur yang mutlak. Sebagai organisasi kekuasaan, negara memiliki sifat memaksa, monopoli, dan mencakup semua. 1-23 Filsafat Pancasila
  • 24. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 1. Memaksa, artinya memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan ketertiban dengan memakai kekerasan fisik secara legal. 2. Monopoli, artinya memiliki hak menetapkan tujuan bersama masyarakat. Negara memiliki hak untuk melarang sesuatu yang bertentangan dan menganjurkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat. 3. Mencakup semua, artinya semua peraturan dan kebijakan negara berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. C. Teori Terjadinya Negara 1. Proses Terjadinya Negara secara Teoritis Para ahli politik dan hukum tatanegara telah membuat teoretisasi tentang terjadinya negara. Artinya, proses terjadinya negara yang dimaksud di sini merupakan hasil pemikiran para ahli tersebut, bukan berdasarkan kenyataan faktualnya. Beberapa teori terjadinya negara adalah sebagai berikut: a. Teori Hukum Alam Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran yang paling awal, yaitu masa Plato dan Aristoteles. Menurut teori ini, terjadinya negara adalah sesuatu yang alamiah. Bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut hukum alam, yaitu mulai dari lahir, berkembang, mencapai puncaknya, laut, dan akhirnya mati. Negara terjadi secara alamiah, bersumber dari manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya. b. Teori Ketuhanan Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama besar di dunia, yaitu Islam dan Kristen. Dengna demikian, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Menurut teori ketuhanan, terjadinya negara adalah kehendak Tuhan, didasari kepercayaan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan terjadi atas kehendak Tuhan. Munculnya paham teori ini karena orang yang beragama yakin bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa (paham monoteisme) dan Dewa-Dewa (paham politeisme) yang menciptakan alam semesta 1-24 Filsafat Pancasila
  • 25. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan dan segala isinya termasuk negara. Tuhan memiliki kekuasaan mutlak di dunia. Negara dianggap penjelmaan kekuasaan dari Tuhan. Para Raja atau penguasa negara merupakan titisan Tuhan atau wakil Tuhan yang memiliki kekuasaan untuk memerintah dan menyelenggarakan pemerintahan. Penganjur teori ini antara lain: Freiderich Julius Stahl, Thomas Aquinas, dan Agustinus. c. Teori Perjanjian Teori perjanjian muncul sebagai reaksi atas teori hukum alam dan kedaulatan Tuhan. Mereka menganggap kedua teori tersebut belum mampu menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya negara. Teori ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa menjelang abad Pencerahan. Mereka adalah Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, dan Montesquieu. Menurut teori perjanjian, negara terjadi sebagai hasil perjanjian antarmanusia individu. Manusia berada dalam dua keadaan, yaitu keadaan sebelum bernegara dan keadaan setelah bernegara. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari masyarakat sebelum bernegara tersebut untuk kemudian menjadi masyarakat bernegara. Pendapat lain dikemukakan oleh G. Jellinek, yaitu terjadinya negara dapat dilihat secara primer dan sekunder. Perkembangan negara secara primer membicarakan tentang bagaimana pertumbuhan negara mulai dari persekutuan atau kelompok masyarakat yang sederhana berkembang menjadi negara yang modern. Menurut Jellinek, terjadinya negara secara primer melalui empat tahapan, yaitu: a. Persekutuan masyarakat, b. Kerajaan, c. Negara, dan d. Negara demokrasi. Perkembangan negara secara sekunder membicarakan tentang bagaimana terbentuknya negara baru yang dihubungkan dengan masalah pengakuan. Jadi, yang terpenting adalah muncul tidaknya 1-25 Filsafat Pancasila
  • 26. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan negara baru tersebut adalah karena ada tidaknya pengakuan dari negara lain. 2. Proses Terjadinya Negara di Zaman Modern Menurut pandangan ini dalam kenyataannya, terjadinya negara bukan disebabkan oleh teori-teori seperti di atas. Negara-negara di dunia ini terbentuk karena melalui beberapa proses, seperti: a. Penaklukan atau occupatie, yaitu suatu daerah yang tidak dipertuan, kemudian diambil alih dan didirikan negara di wilayah itu. Misal, Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak Negro yang telah dimerdekakan orang Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847. b. Peleburan atau fusi, yaitu suatu penggabungan dua atau lebih negara menjadi negara baru. Misal, Jerman Barat dan Jerman Timur bergabung menjadi negara Jerman. c. Pemecahan, yaitu terbentuknya negara-negara baru akibat terpecahnya negara lama sehingga negara sebelumnya menjadi tidak ada lagi. Contohnya Yugoslavia terpecah menjadi negara Serbia, Bosnia, dan Montenegro. Uni Sovyet terpecah menjadi banyak negara baru. Cekoslovakia terpecah menjadi negara Ceko dan Slovakia. d. Pemisahan diri, yaitu memisahnya suatu bagian wilayah negara kemudian terbentuk negara baru. Pemisahan berbeda dengan pemecahan di mana negara lama masih ada. Misalnya India kemudian terpecah menjadi India, Pakistan, dan Bangladesh. e. Perjuangan atau revolusi, merupakan hasil dari rakyat suatu wilayah yang umumnya dijajah negara lain kemudian memerdekakan diri. Contohnya adalah Indonesia yang melakukan perjuangan revolusi sehingga mampu membentuk negara merdeka. Kebanyakan kemerdekaan yang diperoleh negara Asia Afrika setelah Perang Dunia II adalah hasil perjuangan rakyatnya. f. Penyerahan/pemberian adalah pemberian kemerdekaan kepada suatu koloni oleh negara lain yang umumnya adalah bekas jajahannya. Inggris dan Perancis yang memiliki wilayah jajahan di 1-26 Filsafat Pancasila
  • 27. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Afrika, banyak memberikan kemerdekaan kepada bangsa di daerah tersebut. Contoh: Kongo dimerdekakan oleh Perancis. g. Pendudukan, terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, tetapi tidak berpemerintahan. Misalnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah Australia selanjutnya dibuat koloni-koloni di mana penduduknya didatangkan dari dataran Eropa. Australia dimerdekakan tahun 1901. D. Fungsi dan Tujuan Negara Fungsi negara merupakan gambaran apa yang dilakukan negara untuk mencapai tujuannya. Fungsi negara dapat dikatakan sebagai tugas daripada negara. Negara sebagai organisasi kekuasaan dibentuk untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. Di bawah ini adalah fungsi negara menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: 1. John Locke, seorang sarjana Inggris, membagi fungsi negara menjadi tiga fungsi, yaitu: a. Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan, b. Fungsi Eksekutif, untuk melaksanakan peraturan, c. Fungsi Federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai. 2. Montesquieu membagi fungsi negara sebagai berikut: a. Fungsi Legislatif, membuat undang-undang b. Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang c. Fungsi Yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili), yang populer dengan nama Trias Politika. 3. Van Vollen Hoven, seorang sarjana dari Belanda menyatakan fungsi negara dibagi dalam: a. Regeling, membuat peraturan; b. Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan; c. Rechtspraak, fungsi mengadili; d. Politie, fungsi ketertiban dan keamanan. Ajaran Van Vollen Hoven tersebut terkenal dengan Catur Praja. 1-27 Filsafat Pancasila
  • 28. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 4. Goodnow menyatakan, fungsi negara secara prinsipil dibagi menjadi dua bagian: a. Policy Making, yaitu kebijaksanaan negara untuk waktu tertentu, untuk seluruh masyarakat. b. Policy Executing, yaitu kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk tercapainya policy making. Ajaran Goodnow ini terkenal dengan sebutan Dwipraja (dichotomy). 5. Miriam Budiardjo, menuliskan fungsi pokok negara sebagai berikut: a. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai stabilisator. b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Fungsi ini dijalankan dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang. c. Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dair luar. Untuk ini negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan. d. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan peradilan. Keseluruhan fungsi negara tersebut diselenggarakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan bersama. Adapun tujuan suatu negara berbeda-beda. Di bawah ini adalah beberapa tujuan negara menurut para ahli: 1. Roger H. Soultau menyatakan bahwa tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin. 2. Harold J. Laski menyatakan bahwa tujuan negara adalah menciptakan keadaan di mana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan- keinginan secara maksimal. 3. Plato menyatakan bahwa tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. 1-28 Filsafat Pancasila
  • 29. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 4. Thomas Aquino dan Agustinus menyatakan bahwa tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan. Pemimpin negara menjalankan kekuasaan hanyalah berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya. E. Klasifikasi Negara Klasifikasi negara dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator, seperti jumlah orang yang berkuasa, bentuk negara, dan asas pemerintahan. 1. Jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan Jumlah orang yang berkuasa dapat berjumlah satu orang, sekelompok orang, atau banyak orang. Sedangkan orientasi kekuasaan dapat berorientasi kepada kepentingan pihak yang berkuasa (disebut bentuk negatif), atau berorientasi demi kepentingan umum (disebut bentuk positif). Berdasarkan jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan, terdapat enam bentuk klasifikasi negara. Jumlah penguasa Bentuk positif Bentuk negatif Satu orang Monarki Tirani Sekelompok orang Aristokrasi Oligarki Banyak orang Demokrasi Monokrasi 2. Bentuk negara ditinjau dari sisi konsep dan teori modern terbagi menjadi dua, yaitu: a. Negara Kesatuan, yaitu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terbagi dua, yaitu: Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, di mana seluruh persoalan yang berkaitan dengan negara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat. 1-29 Filsafat Pancasila
  • 30. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, di mana kepala daerah diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan otonomi daerah atau swatantra. b. Negara Serikat (Federasi), yaitu bentuk negara yang merupakan gabungan dari beberapa negara bagian dari negara serikat. Kekuasaan asli dalam negara federasi merupakan negara bagian, karena ia berhubungan langsung dengan rakyatnya. Sementara, negara federasi bertugas untuk menjalankan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan, dan urusan pos. 3. Asas penyelenggaraan kekuasaan, yaitu berbagai tipe negara menurut kondisinya, seperti: a. Menurut ekonomi: negara agraris, negara industri, negara berkembang, negara sedang berkembang, dan negara belum berkembang. Selain itu, dikenal juga negara-negara utara dan negara-negara selatan (negara utara: negara maju/kaya, negara selatan: negara sedang berkembang/miskin). b. Menurut politik: negara demokratis, negara otoriter, negara totaliter, negara satu partai, negara multipartai, dan sebagainya. c. Menurut sistem pemerintahan: sistem pemerintahan presidentil, parlementer, junta militer, dan sebagainya. d. Menurut ideologi bangsa: negara sosialis, negara liberal, negara komunis, negara fasis, negara agama, dan sebagainya. F. Elemen Kekuatan Negara Kekuatan suatu negara tergantung pada beberapa elemen seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, kekuatan militer, dan teritorial negara tersebut. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Kekuatan negara tergantung pada jumlah penduduk, tingkat pendidikan warga, nilai budaya masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin berkualitas SDM, dan semakin tinggi tingkat kesehatan, maka negara akan semakin maju dan kuat. 1-30 Filsafat Pancasila
  • 31. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 2. Teritorial Negara Kekuatan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang terdiri atas darat, laut, dan udara, letak geografis dan situasi negara tetangga. Semakin luas dan strategis, maka negara tersebut akan semakin kuat. 3. Sumber Daya Alam Kekuatan negara tergantung pada kondisi alam atau material buminya, berupa kandungan mineral, kesuburan, kekayaan laut, dan hutan. Semakin tinggi kekayaan alam, maka negara tersebut semakin kuat, negara yang kaya akan minyak, agroindustri, dan manufaktur akan menjadi negara yang tangguh. 4. Kapasitas Pertanian dan Industri Sektor pertanian mempengaruhi kekuatan negara, karena pertanian memasok kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk. Tingkat budaya, usaha warga negara dalam bidang pertanian, industri dan perdagangan yang maju, menjamin kecukupan pangan atau swasembada pangan sehingga negara menjadi kuat. 5. Kekuatan Militer dan Mobilitasnya Kekuatan militer dan mobilitasnya sangat menentukan kekuatan negara, negara yang mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel dan peralatan yang baik akan meningkatkan kemampuan militer dalam mempertahankan kedaulatan negara. 6. Elemen Kekuatan yang Tidak Berwujud Segala faktor yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian dan kepemimpinan, efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan internasional, reputasi bangsa (nasionalisme), dan sebagainya. 1.4.4 Proses Berbangsa dan Bernegara Indonesia Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu mengetahui proses terjadinya pembentukan negara ini, sehingga dapat menambah kecintaan kita pada tanah air ini. Para pendiri negara Indonesia (the founding fathers) menyadari bahwa negara Indonesia yang hendak didirikan haruslah mampu berada di atas semua kelompok dan golongan yang beragam. Hal yang diharapkan adalah keinginan 1-31 Filsafat Pancasila
  • 32. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan karena berasal dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama. Kesadaran demikian melahirkan paham nasionalisme, paham kebangsaan, yang pada gilirannya melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Selanjutnya nasionalisme memunculkan semangat untuk mendirikan negara bangsa dalam merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting bagi pembentukan bangsa Indonesia antara lain: 1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun. 2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan. 3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang sampai Merauke. 4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan suatu bangsa. Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan Indonesia diraih dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan pemberian. Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai dengan keempat alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis, perkembangan negara Indonesia terjadi sebagai berikut: 1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan UUD 1945). 2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur (Alinea II Pembukaan UUD 1945). 1-32 Filsafat Pancasila
  • 33. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 3. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual (Alinea III Pembukaan UUD 1945). 4. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan dasar negara. Dengan demikian, semakin sempurna proses terjadinya negara Indonesia (Alinea IV Pembukaan UUD 1945). Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara Indonesia bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui proses perjuangan (revolusi). Dokumentasi proses perjuangan dan pengorbanan dalam pembentukan negara ini tertata rapi dalam unsur produk hukum negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945. --------------- 1-33 Filsafat Pancasila
  • 34. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Rangkuman 1. Filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun perlu diingat bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk mencapai kebenaran. 2. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara Indonesia 3. Pengertian Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya adalah suatu nilai 4. Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik (interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant). 5. Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. 6. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. 7. Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, meeeka diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara. 8. Unsur-unsur negara adalah: rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat 1-34 Filsafat Pancasila
  • 35. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Kuis Benar Salah 1. Filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. 2. Rumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea III 3. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia 4. Nilai dinamis merupakan nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. 5. Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. 6. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat 7. Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama 8. Menurut Montesquieu, fungsi Legislatif adalah fungsi untuk membuat undang-undang 9. Menurut John Locke, Fungsi Federatif artinya untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai. 10. Negara Serikat (Federasi), yaitu bentuk negara yang merupakan gabungan dari beberapa negara bagian dari negara serikat. 1-35 Filsafat Pancasila
  • 36. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Pilihan Ganda 1. Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa __________ A. Arab D. China B. Sansekerta E. Yunani C. Inggris 2. Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi: 1. Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah 2. Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk 3. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek 4. Nilai pragmatika, yaitu nilai yang biasa digunakan A. 1,2,3 D. 4 B. 1,3 E. 1,2,3,4 C. 2,4 3. Metode dalam filsafat dengan melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat menangkap makna yang dikandungnya adalah metode __________ A. Analisis D. Dialog Sokrates B. Sintesis E. Dialisis C. Analitiko Sintesis 4. Ciri-ciri nilai adalah 1. Suatu realitas abstrak 2. Bersifat normatif 3. Sebagai motivator 4. Tanpa makna A. 1,2,3 D. 2,4 B. 1,3 E. 1,2,3,4 C. 4 1-36 Filsafat Pancasila
  • 37. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 5. Pada dasarnya, Indonesia menganut ideologi yang terbuka. Pengertian Ideologi terbuka adalah ideologi yang _________ A. Dapat diubah setiap waktu B. Dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain. C. Dapat menerima semua nilai dari ideologi lain D. Dapat menekan ideologi lain E. Dapat menggantikan ideologi lain 6. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah sebagai berikut:_____ 5. Suku Bangsa 6. Kebudayaan 7. Bahasa 8. Kondisi Geografis A. 1,2,3 D. 4 B. 1,3 E. 1,2.3.4 C. 2.4 7 Unsur – unsur negara terdiri dari ____ 4. Rakyat 5. Wilayah 6. Pemerintah yang berdaulat 7. Bendera dan lagu kebangsaan A 1,2,3 D 4 B 1,3 E 1,2,3,4 C 2,4 8 Indonesia memperoleh kemerdekaan dengan cara ________ A Revolusi D Pemecahan B Memisahkan diri E Peleburan atau fusi C Penyerahan/pemberian 1-37 Filsafat Pancasila
  • 38. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 9 Van Vollen Hoven, seorang sarjana dari Belanda menyatakan fungsi negara dibagi dalam: 1. Regeling, membuat peraturan; 2. Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan; 3. Rechtspraak, fungsi mengadili; 4. Politie, fungsi ketertiban dan keamanan. A 1,2,3 D 1,2,4 B 1,3,4 E 1,2,3,4 C 2,3,4 10 Berikut ini yang merupakan faktor pendorong munculnya nasionalisme pembentukan Indonesia adalah _______ 5. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun. 6. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan. 7. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang sampai Merauke. 8. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan suatu bangsa. A 1,2,3 D 1,2,4 B 1,3,4 E 1,2,3,4 C 2,3,4 1-38 Filsafat Pancasila
  • 39. Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan Latihan 1. Berkaitan dengan Filsafat, a. apakah yang dimaksud dengan filsafat? b. apa gunanya? c. apa fungsinya? 2. Sebutkan metode-metode dalam filsafat! 3. Sebutkan ciri-ciri nilai! 4. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan Negara? 5. Sebutkan maka fungsi dan peranan Pancasila ! 6. Sebutkan unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan ukuran parameter sosiologis! 7. Sebutkan unsur-unsur suatu negara! 8. Sebutkan teori tentang terjadinya sebuah negara! 9. Sebutkan elemen kekuatan negara! 10. Sebutkan faktor-faktor yang penting bagi pembentukan bangsa Indonesia! 1-39 Filsafat Pancasila