Adam Malik (1917-1984) adalah politikus dan diplomat Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ketiga dan Menteri Luar Negeri. Ia memulai kariernya sebagai wartawan dan tokoh pergerakan kemerdekaan dengan mendirikan kantor berita Antara. Malik aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan terlibat dalam proklamasi kemerdekaan. Selama karier politiknya, ia memegang berbagai jabatan penting di pemerintahan term
3. Informasi pribadi
Lahir
22 Juli 1917
Pematangsiantar, Sumatera Utara,
Hindia Belanda
Meninggal
5 September 1984 (umur 67)
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik Golongan Karya
Agama Islam
Tanda tangan
4. Wakil Presiden Indonesia ke-3
Masa jabatan
23 Maret 1978 – 11 Maret 1983
Presiden Soeharto
Didahului oleh Hamengkubuwono IX
Digantikan oleh Umar Wirahadikusumah
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ke-7
Masa jabatan
1977 – 1978
Presiden Soeharto
Didahului oleh Idham Chalid
Digantikan oleh Daryatmo
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-11
Masa jabatan
28 Maret 1966 – 23 Maret 1978
Presiden
Soekarno
Soeharto
Didahului oleh Soebandrio
Digantikan oleh Mochtar Kusumaatmadja
Menteri Perdagangan Republik Indonesia ke-15
Masa jabatan
13 November 1963 – 27 Agustus 1964
Presiden Soekarno
Didahului oleh Suharto
Digantikan oleh Achmad Yusuf
Wakil Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat
Masa jabatan
29 Agustus 1945 – Februari 1950
Presiden Soekarno
Ketua KNIP Kasman Singodimedjo
5. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN
Adam Malik adalah anak dari pasangan Abdul
Malik Batubara dan Salamah Lubis.[2][3] Ayahnya,
Abdul Malik, adalah seorang pedagang kaya di
Pematangsiantar.[2] Adam Malik adalah anak ketiga
dari sepuluh bersaudara.[2] Adam Malik menempuh
pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche
School Pematangsiantar. Ia melanjutkan di Sekolah
Agama Madrasah Sumatera Thawalib Parabek di
Bukittinggi, namun hanya satu setengah tahun saja
karena kemudian pulang kampung dan membantu
orang tua berdagang.[2]
Keinginannya untuk maju dan berbakti
kepada bangsa mendorong Adam Malik untuk pergi
merantau ke Jakarta. Pada usia 20 tahun, ia
bersama dengan Soemanang, Sipahutar, Armijn
Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna
memelopori berdirinya Kantor Berita Antara.[3]
6. Adam Malik Batubara (lahir di
Pematangsiantar, Sumatera Utara,
22 Juli 1917 – meninggal di
Bandung, Jawa Barat, 5
September 1984 pada umur 67
tahun) adalah mantan Menteri
Indonesia pada beberapa
Departemen, antara lain ia pernah
menjabat menjadi Menteri Luar
Negeri. Ia juga pernah menjadi
Wakil Presiden Indonesia yang
ketiga. Adam Malik ditetapkan
sebagai salah seorang Pahlawan
Nasional Indonesia pada tanggal 6
November 1998 berdasarkan
Keppres Nomor 107/TK/1998.[1]
Kariernya diawali sebagai wartawan
dan tokoh pergerakan kebangsaan
yang dilakukannya secara autodidak.
Di masa mudanya, ia sudah aktif ikut
pergerakan nasional
memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, antara lain melalui
pendirian Kantor Berita Antara yang
berkantor pada waktu itu di Buiten
Tijgerstraat 38 Noord Batavia (Jl.
Pinangsia II Jakarta Utara) kemudian
pindah JI. Pos Utara 53 Pasar Baru,
Jakarta Pusat. Sebagai Direktur
diangkat Mr. Soemanang, dan Adam
Malik menjabat Redaktur merangkap
Wakil Direktur. Dengan modal satu
meja tulis tua, satu mesin tulis tua,
dan satu mesin roneo tua, mereka
menyuplai berita ke berbagai surat
kabar nasional..
7. Sebelumnya, ia sudah sering menulis
antara lain di koran Pelita Andalas dan
Majalah Partindo. Tahun 1941 sebagai
utusan Mr. Soemanang bersama Djohan
Sjahroezah datang ke rumah Sugondo
Djojopuspito minta agar Soegondo
bersedia menjadi Direktur Antara, dan
Adam Malik tetap sebagai Redaktur
merangkap Wakil Direktur.
Pada tahun 1934-1935, ia memimpin
Partai Indonesia (Partindo) Pematang
Siantar dan Medan. Pada tahun 1940-
1941 menjadi anggota Dewan Pimpinan
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di
Jakarta. Pada 1945, menjadi anggota
Pimpinan Gerakan Pemuda untuk
persiapan Kemerdekaan Indonesia di
Jakarta.
Di zaman penjajahan Jepang, Adam
Malik juga aktif bergerilya dalam
gerakan pemuda memperjuangkan
kemerdekaan. Menjelang 17
Agustus 1945, bersama Sukarni,
Chaerul Saleh, dan Wikana, ia
pernah membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok
untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Demi
mendukung kepemimpinan
Soekarno-Hatta, ia menggerakkan
rakyat berkumpul di lapangan
Ikada, Jakarta.
8. Karier Adam Malik di dunia
internasional terbentuk ketika
diangkat menjadi Duta Besar luar
biasa dan berkuasa penuh untuk
negara Uni Soviet dan Polandia.
Pada tahun 1962, ia menjadi
Ketua Delegasi Republik
Indonesia untuk perundingan
Indonesia dengan Belanda
mengenai wilayah Irian Barat di
Washington D.C, Amerika
Serikat. Yang kemudian
pertemuan tersebut menghasilkan
Persetujuan Pendahuluan
mengenai Irian Barat. Pada bulan
September 1962, ia menjadi
anggota Dewan Pengawas
Lembaga di lembaga yang
didirikannya,yaitu Kantor Berita
Antara.
Pada tahun 1963, Adam Malik
pertama kalinya masuk ke dalam
jajaran kabinet, yaitu Kabinet
yang bernama Kabinet Kerja IV
sebagai Menteri Perdagangan
sekaligus menjabat sebagai Wakil
Panglima Operasi ke-I Komando
Tertinggi Operasi Ekonomi
(KOTOE). Pada masa semakin
menguatnya pengaruh Partai
Komunis Indonesia, Adam Malik
bersama Roeslan Abdulgani dan
Jenderal Abdul Haris Nasution
dianggap sebagai musuh PKI dan
dicap sebagai trio sayap kanan
yang kontra-revolusi.
9. Karier tertingginya dicapai ketika berhasil memangku
jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang diangkat oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1978.
Ia merupakan Menteri Luar Negeri RI di urutan kedua yang
cukup lama dipercaya untuk memangku jabatan tersebut
setelah Dr. Soebandrio. Sebagai Menteri Luar Negeri dalam
pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan penting
dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain
termasuk penjadwalan ulang utang Indonesia peninggalan
Orde Lama. Bersama Menteri Luar Negeri negara-negara
ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN
tahun 1967.
10. Sebagai seorang diplomat, wartawan bahkan birokrat, Adam
Malik sering mengatakan “semua bisa diatur”. Sebagai diplomat
ia memang dikenal selalu mempunyai 1001 jawaban atas segala
macam pertanyaan dan permasalahan yang dihadapkan
kepadanya. Tapi perkataan “semua bisa diatur” itu juga
sekaligus sebagai lontaran kritik bahwa di negara ini “semua
bisa di atur” dengan uang.
11. Meninggal Dunia
Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya,
H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September
1984 karena kanker lever. Jenazahnya dikebumikan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata. Kemudian, isteri dan
anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan
Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan
berbagai tanda kehormatan. Atas jasa-jasanya, Adam Malik
dianugerahi berbagai macam penghargaan, diantaranya
adalah Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971, Bintang
Adhi Perdana kl.II pada tahun 1973, dan diangkat sebagai
Pahlawan Nasional pada tahun 1998.
12. Jabatan politik
Didahului oleh:
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Wakil Presiden Republik Indonesia
1978–1983
Diteruskan oleh:
Umar Wirahadikusumah
Didahului oleh:
K.H. Idham Chalid
Ketua DPR/MPR
1977–1978
Diteruskan oleh:
Daryatmo
Didahului oleh:
Subandrio
Menteri Luar Negeri Indonesia
1966–1978
Diteruskan oleh:
Mochtar Kusumaatmadja