Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Animasi 3D: Sebuah Awal Menuju Dunia Imaginasi Tanpa Batas
1. Animasi 3D:
Sebuah Awal Menuju Dunia Imaginasi Tanpa Batas
by hizaro.com
“Sponge bob kembali dari istana negara. Ia baru saja mendapat undangan makan siang
dari SBY. Mendarat di lapangan monas dengan kapal titanic dan dikawal oleh pasukan
berkuda para dewa yunani. Sesampai dirumah, ia kemudian berkunjung ke jaman para
nabi. Berdiskusi dengan Musa, ikut menyebarkan dasa titah. Keesokan harinya, ia sudah
melancong di kawasan mojokerto. Misinya kali ini adalah menyelamatkan situs Trowulan
dari pencuri benda purbakala. Ini dilakukannya semata-mata karena nenek moyang
sponge bob adalah raja Brawijaya V.”
Animasi dan Imajinasi
Bayangkan jika dunia tanpa imajinasi. Mungkin tidak akan ada peradaban. Bisa jadi
dunia hanya sebuah citra gelap dan rutinitas siang malam. Statisme perubahan tanpa
kebaruan lagi.
Imajinasi adalah kekuatan menghasilkan ide. Sebagai proses membangun kembali
persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi pengertian (wikipedia).
Ide biasanya diwujudkan menjadi citra (gambar) dan diolah sedemikian rupa menjadi
sesuatu. Seorang seniman menghasilkan ciptaan dari proses pengendapan ide yang
muncul dari imajinasi dan proses lainnya. Kemudia ia mencoba mempresentasikan
dalam bentuk gambar (sketsa) sampai akhirnya menjadi terjemahan visual. Lewat
media yang ia kuasai, imajinasi dalam ide visual tersebut diproduksi sesuai konsep.
Konsep inilah yang mengandung pesan dan kemudian dikomunikasikan secara visual
dan mempunyai daya ubah terhadap sesuatu.
Gambar: Scene film animasi Cloudy with a Chance of Meatballs (2009)
2. Terlepas dari teknis dasar, animasi adalah media. Media untuk mengubah sesuatu, dari
sebuah imajinasi, ide, konsep, visual, sampai akhirnya memberi pengaruh kepada dunia
(penonton). Tidak ada pembatas dalam dunia animasi. Semua imajinasi, baik berupa
kisah nyata, fiksi, bahkan fantasi radikal, BISA dibuat dalam animasi. Ia tak ubahnya
alam pikir manusia, tanpa batas, ruang, waktu. Hanya ‘dibatasi’ oleh imajinasi si
penciptanya sendiri.
Dalam kontek waktu, animasi bisa menjadi ‘mesin waktu’. Mempresentasikan dunia
lampau atau masa depan. Bisa juga melompat dari waktu ke waktu, jaman ke jaman,
sekali lagi tidak ada batas. Bebas!
Animasi & Industri
“The creative freedom is inspiring, enlightening and makes working
as an animator that much more enjoyable.”
Sejak Walt Disney menghasilkan film animasi panjang pertamanya (Snow White and the
Seven Dwarfs 1937). Industri animasi (modern) khususnya Hollywood berkembang
pesat. Film-film lain diciptakan, singkatnya industri animasi dan segala aktifitasnya
menjadi sumber devisa baru di negeri paman Sam tersebut.
Saat itu animasi hanya dibuat menggunakan teknik 2D. Adegan demi adegan digambar
satu per satu oleh senimannya (animator). Dengan konsep 25 fps s/d 30 fps (Frame per
Second), maka untuk menghasilkan durasi 1 detik dibutuhkan 25 s/d 30 gambar. Ini
berarti skil menggambar manual bagi seorang aniamtor adalah mutlak. Animasi pada
waktu itu menyerap banyak sekali tenaga kerja spesial, dibutuhkan teamwork yang
solid, koordinasi dan penyutradaraan yang handal.
Dekade 1990 teknik pembuatan animasi semakin beragam semenjak ditemukan
komputer grafis yang digawangi PIXAR. Animasi menjadi lebih beragam dan mulai
merambah ke dunia 3 dimensi. Toy Story (1995) adalah film panjang pertama dari PIXAR
yang sukses besar menyihir jutaan penggemar animasi. Berturut-turut PIXAR
melahirkan Bugs Life (1998), Toy Story 2 (1999), Monsters, Inc. (2001), Finding Nemo
(2003), The Incredibles (2004), Cars (2006), Ratatouille (2007), WALL-E (2008), Up (2009),
Toy Stiry 3 (2010).
Sejak itu animasi 3D berikutnya lahir dan mulai dikombinasikan dengan animasi 2D dan
real shoot. Studio pesaing mulai bermunculan, sebut saja Dreamworks SKG (Shrek), Blue
Sky (Ice Age), Sony Pictures (Cloudy with a Chance of Meatballs), dll. Tak ketinggalan
studio skala kecil dan berbagai serial animasi 3D menjamur di etiap negara. Genre dan
style animasi kian berkembang dan masing-masing mempunyai karakter. Baik dari segi
grafis (visual) maupun storytelling (script).
3. Gambar: Scene Snow White and the Seven Dwarfs (1937 film)
Di Asia Jepang, Korea dan India menjadi trend setter tersendiri bagi kawasan ini.
Beberapa negara berkembang juga mengalami grafik pertumbuhan yang signifikan.
India terkenal dengan serial Little Krisna, Malaysia maju dengan serial Upin & Upin,
Indonesia? Anda bisa jawab sendiri ;)
“When your work makes people laugh or smile or just gives them a
few moments of uninterrupted joy, that makes it all worthwhile.”
4. Blender 3D & Animasi
Blender 3D? Mungkin masih sebagian kecil dari Anda yang benar-benar mengerti
software canggih ini. Sebagian lain mendengar rumornya di berbagai media, sebagian
lain belum tentu kenal. Bahkan seseorang dari kalian mungkin bercletuk, “Yeah,
software untuk bikin juice!”.
Gambar: Antarmuka Blender 2.5x
Baik. Blender adalah perangkat lunak untuk grafis 3 dimensi (www.blender.org).
Software open source dan bisa didapatkan secara gratis (free). Free disini mengandung
arti ‘freedom’ atau kemerdekaan dalam mendownload, menggunakan, memodifikasi
kode sumbernya, bahkan mengkomersilkannya. Blender dikembangkan di Amsterdam
Belanda dibawah naungan Blender Institute pimpinan Ton Rossendaal. Walaupun
dikembangkan di Belanda, namun karena distribusinya yang free (Baca: GPL - General
Public License), Blender cepat sekali menyebar melalui komunitas dan merubah mindset
industri animasi khususnya 3D. Blender berhasil menyihir ribuan pengguna software 3D
hingga melahirkan beberapa karya film 3D fenomenal.
Pada tahun 2006 lahir film 3D (open movie) pertama di dunia, Elephant Dream.
Berturut-turut Big Buck Bunny (2007), Sintel (2010) dan Open Games Yo Franky! (2008).
Sebuah film pendek dan Games yang hampir seluruhnya menggunakan perangkat lunak
(kecuali audio) open source.
5.
6. Gambar: Open movie (1) Elephant Dream 2006 (2) Big Buck Bunny 2007 (3) Sintel 2010
Open Game: Yo Franky! (2008)
Kehadiran Blender dalam daftar perangkat lunak 3D berhasil merubah mindset Industri.
Jika tadinya sebuah produksi animasi membutuhkan biaya pembelian lisensi software
(Maya, 3DS Max, XSI Softimage, dll) yang menguras sebagian besar budget produksi, kini
dengan Blender Anda tidak perlu BAYAR alias GRATIS. Hal ini membuka peluang baru
industri studio independent dan skala kecil. Tidak terkecuali animator freelance, dimana
mereka bisa berkarya secara legal tanpa dibatasi pembelian lisensi software. Awesome!
7. Open Movie dan Kolaborasi
Open movie adalah seuah film yang diproduksi dan didistribusikan dengan
menggunakan perangkat lunak open source. Open movie juga identik dengan
kolaborasi. Kolaborasi yang dimaksud adalah sebuah proses produksi yang
dikoordinasikan secara terbuka melalui komunitas. Peran komunitas tidak hanya
sebagai penonton pasif, melainkan penyumbang produksi secara aktif. Biasanya
prosesnya melalui cloud computing (manajemen file) dan blog (news, update, report).
Konsep produksi inilah yang berhasil diusung Blender dan komunitasnya. Pada awalnya
mereka saling support & sharing teknis melalui blenderartist.org, kemudian muncul
banyak sekali animator berbakat dan programer, sampai akhirnya diadakan perekrutan
team yang dinilai dari portofolio/showreel.
Gambar: Proses produksi Sintel
Proses pengerjaan open movie Blender rata-rata berlangsung setahun. Elephant dream
membutuhkan 8 bulan (durasi 10 min 54 sec), BigBuckBunny 7 bulan produksi (9
minutes 56 sec), dan Sintel 1 tahun produksi (14 minutes 48 sec). Yang menarik dalam
produksi open movie Blender adalah proses pengembangan software itu sendiri. Secara
bersamaan Blender mengalami pengembangan dari produksi open movie. Animator dan
programer secra berkala membangun kembali kode-kode software menjadi lebih stabil
dan user friendly. Revolusi signifikan Blender terjadi dari rilis 2.49b ke 2.56. Developer
membutuhkan 3 th untuk proses awal hingga versi stabil. Sebuah kerja besar yang luar
biasa. Sekali lagi, komunitas berperan sangat besar dalam hal ini!
9. Blender 3D, Komunitas, dan peluang di Indonesia
Sampai hari ini belum terjadi ‘fenomena’ mengejutkan dunia animasi di Indonesia.
Beberapa karya animasi memang berhasil diciptakan ‘datang dan pergi’. Sejak awal
animasi pertama lahir (“Si Doel Memilih” karya Dukut Hendronoto 1955), Si Huma
(1980-an) sampai Janus Prajurit Terakhir (2001), Homeland (2004), Meraih Mimpi (2009) -
versi Indonesia SIng to The Dawn (2008), animasi Indonesia mengalami “Quo Vadis”
berlarut-larut.
Selain beberapa faktor penyebab, faktor dana sering menjadi kendala utama dalam
produksi animasi. Mahalnya software animasi, editing video, grafis, dll. menjadi
kambing hitam yang ‘tepat’ seraya mempersalahkan iklim bisnis film dalam negeri.
Wajar jika produser film keberatan dengan ongkos produksi yang berbanding terbalik
dengan hasil/keuntungannya. Alhasil pergerakan animasi Indonesia justru ramai
mewarnai dunia iklan (TVC) di berbagai stasiun TV. Peluang lain muncul dalam dunia
arsitektural yang semakin membutuhkan animasi dan visualisasi dalam bentuk 3D.
Mahalnya software animasi dan suburnya ‘bajak-membajak’ perangkat lunak dan OS
inilah yang melatarbelakangi lahirnya komunitas Blender Indonesia pada tahun 2009.
Beberapa animator mulai mempertimbangkan Blender. Contoh film pendek “langganan’
INAICTA (2x juara), SI HEBRING berhasil menyita penonton dan terkenal berkat jejaring
sosial maupun komunitas. Bahkan sempat menjadi Best Animation dalam Suzane Award
(Kompetisi film animasi tahunan Blender).
10. Gambar: Komik & Film pendek ‘Hebring’ karya Main Studio, Jakarta
Beberapa studio kecil dan komunitas regional sesama pengguna Blender bermunculan
di kota-kota besar maupun kecil. Rupanya indikasi ‘gratis’ inilah yang membuat Blender
cepat menyebar. Meraka berlomba melakukan research untuk meningkatkan skil
animasi, aik secara visual maupun cerita. Beberapa berkolaborasi dan mencoba
mengikuti cara Blender melalui berbagai project internal, maupun komunitas
(serulingproject.blogspot.com). Semakin banyak lomba animasi yang karyanya
menggunakan Blender 3D dan software open source pendukung.
Jakarta, Bandung, Jogja, Semarang, Malang, Kediri, Surabaya, dan berbagai kota lainnya
tersebar komunitas regional. Meraka bahu membahu membuat film dengan modal
semampunya. Secara sadar memang industri dan peluang bisnislah yang memotivasi
komunitas berkompetisi dan bekerjasama. Namun research produksi dan kerja
teamwork-lah yang ‘memaksa’ mereka menemukan karakter animasi Indonesia dalam
proses produksinya.
11. Gambar: Scen film pendek ‘Dagelan Bakoel’ karya Cleomotion Studio, Jogja
12. Gambar: Film pendek “Ibu Pertiwi” karya SIANIMA studio, Malang
Tidak dipungkiri lagi secara otomatis gerakan open source, baik itu sistem operasi
(LINUX) maupun perangkat lunak semakin terkenal dan didukung pemerintah melalui
IGOS (Indonesia Goes Open Source). Blender dan animasi berperan didalamnya.
Animasi adalah indikasi puncak perkembangan teknologi. Baik itu hardware maupun
software. Kenapa? Semua cabang ilmu (fotografi, seni rupa, desain, teater, multimedia,
pemograman, dll) ada dalam produksi animasi. Peluang pekerjaan, sumber daya
manuasia, dan kreatifitas tanpa batas ada disini. Sungguh!
Dimasa depan terdapat peluang yang menantang kamu menapakinya. Karena kualitas
animasi kita ditentukan oleh kreatifitas dan kerjasama semua pihak terkait. Baik itu
animatornya sendiri, prosuses, pebisnis kreatif, agency/producton house, penonton,
kritikus, dan tentu saja dukungan pemerintah. Yang terakhir disebut tentu saja bersedia
memfasilitasi industri ini jika inisiatif dari pelakunya lebih dulu ada.
Komunitas Blender Indonesia berperan cukup baik untuk menjaga iklim belajar dan
saling berkolaborasi dalam bidang animasi. Ditahun ketiganya semakin kuat
‘mempengaruhi’ dan ‘merubah’ midset produksi animasi yang terkenal mahal dan
bajakan. Nilai gotong-royong dan keinginan ‘berubah’ menjadi lebih baik ada dalam
karakter komunitas ini.
13. Gambar: Scene open movie Seruling Project
Generasi animasi berikutnya butuh ‘revolusi’! Indonesia mempunyai sumber daya
manusia dan kreatifitas hebat. Kekayaan visual, warna, ide cerita, dan budaya yang
belum tergali secara profesional. Sepatutnya kedepan kita berharap muncul film-film
animasi berkualitas dan diproduksi secara ‘legal’. Tidak menggunakan software tanpa
lisensi (bajakan) dan dikemas berkualitas serta menjual. Ini butuh Anda!
---------------
HizaRo adalah founder Blender Indonesia ORG. Serius mendalami animasi sejak 2004 dan Blender
sejak 2007. Karir profesional dimulai sejak 1998 sebagai desainer di beberapa studio dan agency,
pengajar di sekolah multimedia, dan animator di sebuah game developer (2007-2009). Saat ini total
mengembangkan konsep industri animasi open source di Indonesia, aktif di forum Blender, workshop,
seminar, dan komunitas animasi di berbagai kota. Membangun jejaring ekosistem Open Source Artist
lewat Open Studio Society (openstudio.web.id) untuk memfasilitasi dan mengembangkan Digital ART
berbasis FOSS di indonesia.
Website:
hizaro.com ; slideshare.net/hizaro
Portal & forum:
blenderindonesia.org ; /forum