SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 4
History of Harry van Jogja



Haryadi adalah seorang pengemudi becak asal Yogyakarta yang menggunakan Facebook sebagai
sarana berkomunikasi dengan calon penumpangnya. Bahkan calon penumpang dari luar
negeripun bisa “ membooking “ dia jauh hari sebelumnya. Nama sebutannya adalah“Harry Van
Yogya”, seorang lelaki dengan 3 orang anak, dia harus membesarkan anak anaknya sendiri
karena isterinya meninggal saat gempa besar melanda Jogja di tahun 2006 yang lalu. Ternyata
berkat bantuan Facebook, dia menjadi mudah berkomunikasi dengan pelanggan pelanggannya.
Mengapa saya senang? Karena berarti Facebook yang selama ini dicaci maki bahkan hampir
hampir dilarang ini ternyata juga mempunyai manfaat yang membanggakan. Kalau saja si Mark
si penemu Facebook juga mendengar “khasiat” Facebooknya ini sangat manjur untuk
berkomunikasi dan “menjual” jasa maka pasti ia pun akan senang. Nah dengan adanya manfaat
positif ini semoga saja semakin terbukalah mata mereka yang membenci dan antipati dengan
Facebook.




Sejarah harry Van Jogja

Haryadi was a pedicab driver from Yogyakarta who use Facebook as a means
of communicating with prospective passengers. Even passengers from abroad could
be booking. The name they call is "Harry Van Yogya", a man with 3 children,
he must raise his own children because his wife died during the massive
earthquake struckYogyakarta in 2006 ago. Apparently thanks to the help of Facebook,
he became easily communicate with his customers. Why am I happy?
Because this means Facebook is for even the most reviled almost forbidden, it is
also has the benefit of the plume. If only the inventor of Facebook's Mark also heard
the "efficacy" Facebook is very effective to communicate and "sell" services,
then surely he would be happy. Well with the existence of these positive
benefits may be more opened their eyes that hate and antipathy with Facebook.
Mengayuh Becak Menyusuri Dunia Maya
Kalau Anda hendak datang ke Yogyakarta, cobalah pesan becak sejak jauh-jauh hari pada Blasius
Haryadi.

Anda bisa mencarinya lewat Facebook, Twitter, atau masuk ke blog pribadinya.

Harry van Jogja, begitu dia lebih banyak dikenal.

Jebolan Jurusan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini sehari-hari mengakrabi
internet, sembari mengayuh becak.

Reporter KBR68H Suryawijayanti berbincang panjang dengan Harry van Jogja soal becak dan dunia
maya.


Tengah hari di Yogyakarta, yang masih berselimut abu vulkanik dari Gunung Merapi. Sejumlah tukang becak
tampak menunggu penumpang. Masih sepi, terutama pasca letusan Gunung Merapi.

Harry van Jogja mengambil telfon selularnya, lantas memperbarui status di akun Facebook-nya.

“Bangun tidur disambut hujan dan suruh antar seorang ibu ke pasar. Lumayan ada olahraga ringan.”

Siapakah Harry van Jogja ini?

“Good morning! Hallo, my name is Harry. My complete name is Blasius Haryadi, but people called me just
Harry. I'm 42 years old and I work as a becak driver in Yogyakarta.”

Laki-laki ini bukan orang Belanda, tapi asli kelahiran Bantul, Yogyakarta. Sehari-hari mengayuh becak,
mangkal di kampung turis Prawirotaman, ujung selatan Yogyakarta. Ia sengaja mencantumkan „Van Jogja‟ di
belakang namanya, karena ia mengaku suka berbahasa Belanda.

“Saya mulai narik becak itu tahun 1990, waktu masih tercatat sebagai mahasiswa MIPA jurusan Matematika
IKIP Sanatadarma. Saya menjadi supir becak karena permasalahan biaya. Jadi saya berpikir bagaimana
mencari solusi atau jalan bagaimana bisa mendapat uang tanpa mengganggu aktivitas kuliah. Satu-satunya
jalan mbecak. Jadi kalau kuliah kuliah, trus malamnya mbecak.”

Lulusan SMA Kolese de Britto, Yogyakarta, ini pernah menjadi mahasiswa Jurusan Matematika di Universitas
Sanata Dharma.

Biaya kuliah sekitar 20 tahun lalu itu Rp 10 ribu per bulan. Ayahnya yang juga tukang becak, tak kuat
menopang biaya kuliah Harry. Terpaksalah, ia ikut menggenjot becak ke jalan raya demi mencari tambahan
biaya sekolah.

“Bapak saya tukang becak juga, tapi meski demikian saya belum pernah memegang, menyentuh becak
apalagi mencoba mengendarainya. Sama sekali belum pernah. Karena pertama kali, saya bingung, makanya
dari persewaan becak. Saya ambil lalu saya tuntun, saya dorong sampai di jalan raya. Setelah sampai di jalan
raya, saya duduk pinggir jalan. Bertanya-tanya bisa gak ya..bisa gak ya...”

“ Waktu itu untuk sewa becak sehari masih 250 rupiah. Pendapatan pertama kali berkisar antara 8000 sampai
10 ribu. Waktu itu sudah lumayan banyak di tahun 90an.. Uang kuliah saya itu gak per semester tapi per bulan.
Dan sebulannya 10 ribu.”

Bangku kuliah ia tinggalkan ketika baru setahun bergelar mahasiswa. Tak punya uang, kata dia. Harry muda
memutuskan untuk menekuni profesi menjadi tukang becak, yang awalnya hanya sambilan.
“Karena sebulan 60 ribu, ternyata dari narik becak, kadang dapet, kadang tidak, lalu kebutuhan juga banyak,
sehingga gak bisa menyisihkan uang. Lalu minta ke orangtua nggak bisa, akhirnya saya memutuskan tak
melanjutkan. Dan saya tak mengajukan pemberitahuan secara resmi, jadi cuti nggak, keluar juga nggak.
Pokoknya tak ada konfirmasi sampai sekarang. Khan otomatis di DO.”

Kemampuannya berbahasa Inggris, ia manfaatkan untuk menarik para turis yang berwisata di Yogyakarta.
Hingga pada sekitar 1994, seorang turis bule asal Amerika Serikat meminta agar Harry membuat sebuah akun
surat elektronik untuk mempermudah komunikasi.

“Pertama kali saya dikenalkan sebatas email, supaya untuk memudahkan komunikasi dengan bule Amerika,
langganan saya. Karena kalau pakai telepon mahal dan kalau pakai surat terlalu lama. Akhirnya saya diajari
dan diberi account email. Pertama kali yang saya akses ya email. Kalau saya masuk warnet dan cek email,
paling-paling habis 1000 rupiah doang. Lalu saya mencoba untuk lebih lama di warnet, dan mengandalkan
history yang dipakai user sebelumnya. Dan akhirnya jadi tau.”

Turis asal Amerika Serikat itulah yang membuka cakrawala Harry untuk bersentuhan dengan dunia maya.
Lewat internet, Harry mulai jeli menjaring pelanggan baru. Nyaris semua situs jejaring sosial diikuti, mulai dari
Friendster, Facebook hingga Twitter. Kalau mau sewa becak Harry Van Jogja, cukup tinggalkan pesan di sana.
Sejak itu pula, hidup Harry berubah.

Bermodalkan telfon selular, Harry kini punya hampir empat ribuan teman di Facebook. Beragam hal ia
ungkapkan di dunia maya lewat situs jejaring sosial.

“Dalam keseharian untuk ngakses internet, di mana pun juga dengan handphone. Misalnya saya nganter
penumpang ke Malioboro, disuruh nunggu. Begitu penumpang turun, saya buka HP, liat status atau update
kasus saya sedang di sini, di sana, lagi ini, lagi itu dan sebagainya.”

Bapak tiga anak ini pun rajin mampir ke warung internet untuk mengecek email dari pelanggan becaknya.
Harry membuat dua grup di Facebook, yaitu Becak Jogja dan Bellongg Independent Tour. Dari situ, ia banyak
dapat permintaan untuk berwisata di sekitar Yogya dengan becak.

Harry juga sering membuat tulisan panjang saat mampir ke warung internet. Sebagian besar dipublikasikan di
blog pribadinya harryjgj.multiply.com dan schrijfen.blogspot.com.

“Sebenarnya dalam kehidupan di masyarakat kita banyak yang bisa kita tampilkan dalam bentuk tulisan, tapi
karena saya bukan penulis, ada kendala untuk mengungkapkan, kalau melihat sebuah kejadian untuk
menceritakan ke orang lain tak gampang. Sering saya menulis, coret-coret lalu dibuang. Menulis itu
membutuhkan ide, kadang ngalir terus, tapi kadag mentok.”

Tulisan Harry seringkali masuk ke surat kabar, seperti Kompas, Suara Merdeka, Harian Jogja dan Kedaulatan
Rakyat.

“Yang terakhir saya tulis, di koran lokal, Harian Jogjakarta. Dengan judul „Membangun Pariwisata Jogja‟.
Tentunya saya menyorot pelaku pariwisata, baik tukang becak termasuk pedagang. Karena saya melihat
banyak yang perlu dikoreksi dan diperbaiki, termasuk pedagang asongan yang menjual barang dagangan
sembarangan entah di trotoar terus di depan-depan hotel. Khan becak juga dirugikan, ketika di depan hotel
sudah berubah menjadi pasar, khan turis tinggal nyari barang depan hotel. Saya juga menyoroti lesehan di
Malioboro.”

Sudah hampir 20 tahun, Harry van Jogja mengayuh becak, juga berselancar di dunia maya.

Berkat pergaulannya di internet, ia dihadiahi rumah oleh wisatawan Inggris yang dikenalnya di situs jejaring
sosial, Facebook. Di rumah itu, Harry sendirian membesarkan ketiga anaknya, setelah istrinya meninggal
akibat gempa Yogyakarta 2006.

Dari membecak, Harry bisa mengantongi penghasilan sekitar 1,5 juta rupiah per bulan.

Harry mengaku bakal terus jadi tukang becak. Karena ia ingin jadi manusia merdeka, kata dia.
“Saya termasuk orang yang tak suka diatur-atur. Beda kalau kerja di kantor, berangkat jam 7 lalu pulang jam 3
sore dan saya selalu di situ, setia dan harus laksanakan pemerintah. Menjadi tukang becak itu

Weitere ähnliche Inhalte

Empfohlen

Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 

Empfohlen (20)

Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 

History of harry van jogja

  • 1. History of Harry van Jogja Haryadi adalah seorang pengemudi becak asal Yogyakarta yang menggunakan Facebook sebagai sarana berkomunikasi dengan calon penumpangnya. Bahkan calon penumpang dari luar negeripun bisa “ membooking “ dia jauh hari sebelumnya. Nama sebutannya adalah“Harry Van Yogya”, seorang lelaki dengan 3 orang anak, dia harus membesarkan anak anaknya sendiri karena isterinya meninggal saat gempa besar melanda Jogja di tahun 2006 yang lalu. Ternyata berkat bantuan Facebook, dia menjadi mudah berkomunikasi dengan pelanggan pelanggannya. Mengapa saya senang? Karena berarti Facebook yang selama ini dicaci maki bahkan hampir hampir dilarang ini ternyata juga mempunyai manfaat yang membanggakan. Kalau saja si Mark si penemu Facebook juga mendengar “khasiat” Facebooknya ini sangat manjur untuk berkomunikasi dan “menjual” jasa maka pasti ia pun akan senang. Nah dengan adanya manfaat positif ini semoga saja semakin terbukalah mata mereka yang membenci dan antipati dengan Facebook. Sejarah harry Van Jogja Haryadi was a pedicab driver from Yogyakarta who use Facebook as a means of communicating with prospective passengers. Even passengers from abroad could be booking. The name they call is "Harry Van Yogya", a man with 3 children, he must raise his own children because his wife died during the massive earthquake struckYogyakarta in 2006 ago. Apparently thanks to the help of Facebook, he became easily communicate with his customers. Why am I happy? Because this means Facebook is for even the most reviled almost forbidden, it is also has the benefit of the plume. If only the inventor of Facebook's Mark also heard the "efficacy" Facebook is very effective to communicate and "sell" services, then surely he would be happy. Well with the existence of these positive benefits may be more opened their eyes that hate and antipathy with Facebook.
  • 2. Mengayuh Becak Menyusuri Dunia Maya Kalau Anda hendak datang ke Yogyakarta, cobalah pesan becak sejak jauh-jauh hari pada Blasius Haryadi. Anda bisa mencarinya lewat Facebook, Twitter, atau masuk ke blog pribadinya. Harry van Jogja, begitu dia lebih banyak dikenal. Jebolan Jurusan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini sehari-hari mengakrabi internet, sembari mengayuh becak. Reporter KBR68H Suryawijayanti berbincang panjang dengan Harry van Jogja soal becak dan dunia maya. Tengah hari di Yogyakarta, yang masih berselimut abu vulkanik dari Gunung Merapi. Sejumlah tukang becak tampak menunggu penumpang. Masih sepi, terutama pasca letusan Gunung Merapi. Harry van Jogja mengambil telfon selularnya, lantas memperbarui status di akun Facebook-nya. “Bangun tidur disambut hujan dan suruh antar seorang ibu ke pasar. Lumayan ada olahraga ringan.” Siapakah Harry van Jogja ini? “Good morning! Hallo, my name is Harry. My complete name is Blasius Haryadi, but people called me just Harry. I'm 42 years old and I work as a becak driver in Yogyakarta.” Laki-laki ini bukan orang Belanda, tapi asli kelahiran Bantul, Yogyakarta. Sehari-hari mengayuh becak, mangkal di kampung turis Prawirotaman, ujung selatan Yogyakarta. Ia sengaja mencantumkan „Van Jogja‟ di belakang namanya, karena ia mengaku suka berbahasa Belanda. “Saya mulai narik becak itu tahun 1990, waktu masih tercatat sebagai mahasiswa MIPA jurusan Matematika IKIP Sanatadarma. Saya menjadi supir becak karena permasalahan biaya. Jadi saya berpikir bagaimana mencari solusi atau jalan bagaimana bisa mendapat uang tanpa mengganggu aktivitas kuliah. Satu-satunya jalan mbecak. Jadi kalau kuliah kuliah, trus malamnya mbecak.” Lulusan SMA Kolese de Britto, Yogyakarta, ini pernah menjadi mahasiswa Jurusan Matematika di Universitas Sanata Dharma. Biaya kuliah sekitar 20 tahun lalu itu Rp 10 ribu per bulan. Ayahnya yang juga tukang becak, tak kuat menopang biaya kuliah Harry. Terpaksalah, ia ikut menggenjot becak ke jalan raya demi mencari tambahan biaya sekolah. “Bapak saya tukang becak juga, tapi meski demikian saya belum pernah memegang, menyentuh becak apalagi mencoba mengendarainya. Sama sekali belum pernah. Karena pertama kali, saya bingung, makanya dari persewaan becak. Saya ambil lalu saya tuntun, saya dorong sampai di jalan raya. Setelah sampai di jalan raya, saya duduk pinggir jalan. Bertanya-tanya bisa gak ya..bisa gak ya...” “ Waktu itu untuk sewa becak sehari masih 250 rupiah. Pendapatan pertama kali berkisar antara 8000 sampai 10 ribu. Waktu itu sudah lumayan banyak di tahun 90an.. Uang kuliah saya itu gak per semester tapi per bulan. Dan sebulannya 10 ribu.” Bangku kuliah ia tinggalkan ketika baru setahun bergelar mahasiswa. Tak punya uang, kata dia. Harry muda memutuskan untuk menekuni profesi menjadi tukang becak, yang awalnya hanya sambilan.
  • 3. “Karena sebulan 60 ribu, ternyata dari narik becak, kadang dapet, kadang tidak, lalu kebutuhan juga banyak, sehingga gak bisa menyisihkan uang. Lalu minta ke orangtua nggak bisa, akhirnya saya memutuskan tak melanjutkan. Dan saya tak mengajukan pemberitahuan secara resmi, jadi cuti nggak, keluar juga nggak. Pokoknya tak ada konfirmasi sampai sekarang. Khan otomatis di DO.” Kemampuannya berbahasa Inggris, ia manfaatkan untuk menarik para turis yang berwisata di Yogyakarta. Hingga pada sekitar 1994, seorang turis bule asal Amerika Serikat meminta agar Harry membuat sebuah akun surat elektronik untuk mempermudah komunikasi. “Pertama kali saya dikenalkan sebatas email, supaya untuk memudahkan komunikasi dengan bule Amerika, langganan saya. Karena kalau pakai telepon mahal dan kalau pakai surat terlalu lama. Akhirnya saya diajari dan diberi account email. Pertama kali yang saya akses ya email. Kalau saya masuk warnet dan cek email, paling-paling habis 1000 rupiah doang. Lalu saya mencoba untuk lebih lama di warnet, dan mengandalkan history yang dipakai user sebelumnya. Dan akhirnya jadi tau.” Turis asal Amerika Serikat itulah yang membuka cakrawala Harry untuk bersentuhan dengan dunia maya. Lewat internet, Harry mulai jeli menjaring pelanggan baru. Nyaris semua situs jejaring sosial diikuti, mulai dari Friendster, Facebook hingga Twitter. Kalau mau sewa becak Harry Van Jogja, cukup tinggalkan pesan di sana. Sejak itu pula, hidup Harry berubah. Bermodalkan telfon selular, Harry kini punya hampir empat ribuan teman di Facebook. Beragam hal ia ungkapkan di dunia maya lewat situs jejaring sosial. “Dalam keseharian untuk ngakses internet, di mana pun juga dengan handphone. Misalnya saya nganter penumpang ke Malioboro, disuruh nunggu. Begitu penumpang turun, saya buka HP, liat status atau update kasus saya sedang di sini, di sana, lagi ini, lagi itu dan sebagainya.” Bapak tiga anak ini pun rajin mampir ke warung internet untuk mengecek email dari pelanggan becaknya. Harry membuat dua grup di Facebook, yaitu Becak Jogja dan Bellongg Independent Tour. Dari situ, ia banyak dapat permintaan untuk berwisata di sekitar Yogya dengan becak. Harry juga sering membuat tulisan panjang saat mampir ke warung internet. Sebagian besar dipublikasikan di blog pribadinya harryjgj.multiply.com dan schrijfen.blogspot.com. “Sebenarnya dalam kehidupan di masyarakat kita banyak yang bisa kita tampilkan dalam bentuk tulisan, tapi karena saya bukan penulis, ada kendala untuk mengungkapkan, kalau melihat sebuah kejadian untuk menceritakan ke orang lain tak gampang. Sering saya menulis, coret-coret lalu dibuang. Menulis itu membutuhkan ide, kadang ngalir terus, tapi kadag mentok.” Tulisan Harry seringkali masuk ke surat kabar, seperti Kompas, Suara Merdeka, Harian Jogja dan Kedaulatan Rakyat. “Yang terakhir saya tulis, di koran lokal, Harian Jogjakarta. Dengan judul „Membangun Pariwisata Jogja‟. Tentunya saya menyorot pelaku pariwisata, baik tukang becak termasuk pedagang. Karena saya melihat banyak yang perlu dikoreksi dan diperbaiki, termasuk pedagang asongan yang menjual barang dagangan sembarangan entah di trotoar terus di depan-depan hotel. Khan becak juga dirugikan, ketika di depan hotel sudah berubah menjadi pasar, khan turis tinggal nyari barang depan hotel. Saya juga menyoroti lesehan di Malioboro.” Sudah hampir 20 tahun, Harry van Jogja mengayuh becak, juga berselancar di dunia maya. Berkat pergaulannya di internet, ia dihadiahi rumah oleh wisatawan Inggris yang dikenalnya di situs jejaring sosial, Facebook. Di rumah itu, Harry sendirian membesarkan ketiga anaknya, setelah istrinya meninggal akibat gempa Yogyakarta 2006. Dari membecak, Harry bisa mengantongi penghasilan sekitar 1,5 juta rupiah per bulan. Harry mengaku bakal terus jadi tukang becak. Karena ia ingin jadi manusia merdeka, kata dia.
  • 4. “Saya termasuk orang yang tak suka diatur-atur. Beda kalau kerja di kantor, berangkat jam 7 lalu pulang jam 3 sore dan saya selalu di situ, setia dan harus laksanakan pemerintah. Menjadi tukang becak itu