SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 39
Downloaden Sie, um offline zu lesen
KATA PENGANTAR 
Indonesia juga tercatat sebagai salah satu negara yang memanfaatkan sumber 
daya ikan bertulang rawan (hiu dan pari) terbesar di dunia. Ikan hiu yang 
tertangkap bisa sebagai hasil tangkap sampingan maupun sebagai tangkapan 
utama. Beberapa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap hiu dan pari 
sebagai tangkapan utama antara lain adalah berbagai jenis jaring insang, 
pancing rawai dan tombak. Jenis ikan ini juga tertangkap sebagai hasil tangkap 
sampingan oleh nelayan yang menggunakan pukat dasar, pukat udang, jaring 
insang, pancing rawai dan bagan. Indonesia tercatat sebagai negara dengan 
produksi perikanan hiu dan pari terbesar dan diyakini memiliki kekayaan jenis hiu 
dan pari tertinggi di dunia. Pengetahuan mengenai pengenalan jenis hiu dan pari 
yang ada di Indonesia amatlah dibutuhkan seiring dengan tingkat pemanfaatan 
yang amat tinggi terhadap populasi jenis ini, serta untuk memperoleh data yang 
akurat dalam penentuan kebijakan terhadap pengelolaan sumber daya tersebut. 
Buku panduan ini disusun dalam rangka pelaksanaan survei hiu di Jawa Timur, 
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang berisi cara-cara 
pengukuran biologi ikan hiu, cara identifikasi, peralatan yang dibutuhkan dalam 
survei serta form isian bagi enumerator. Dengan harapan dapat menjadi 
panduan dalam melakukan survei hiu dengan baik. 
i 
Gianyar, Juli 2014 
Kepala BPSPL Denpasar 
Ir. Ikram M Sangadji, M.Si
DAFTAR ISI 
Kata Pengantar ............................................................................................ i 
Daftar Isi ....................................................................................................... ii 
Istilah Umum ............................................................................................... 1 
BAGIAN 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 5 
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 6 
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 6 
1.3. Sasaran ................................................................................................. 6 
1.4. Keluaran ................................................................................................ 6 
1.5. Lingkup Kegiatan ................................................................................... 6 
BAGIAN 2 METODOLOGI ........................................................................... 7 
2.1 Kerangka Umum Survei dan Monitoring Hiu .......................................... 7 
2.2 Alur Pelaksanaan Kegiatan .................................................................... 7 
2.3 Rencana Lokasi Kegiatan ...................................................................... 8 
2.4 Metode Pelaksanaan .............................................................................. 8 
2.4.1 Enumerator ................................................................................... 8 
2.4.2 Supervisi ....................................................................................... 8 
2.5 Jenis dan Kebutuhan Data ..................................................................... 9 
BAGIAN 3 TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN HIU ... 
3.1 Metode ........................................................................................... 11 
3.2 Ciri-Ciri Morfologis ........................................................................... 11 
3.3 Teknik Pengukuran ......................................................................... 13 
3.4. Teknik Pengenalan Jenis Kelamin Pada Hiu ...................................... 13 
BAGIAN 4 PERALATAN PENCATATAN DATA IKAN HIU ................ 15 
BAGIAN 5 KUNCI INDENTIFIKASI SUKU/SPESIES .......................... 16 
BAGIAN 6 FORM ISIAN ....................................................................... 31 
ii
Istilah umum 
adelophophagy – metode perkembangan embrio dimana terjadi kanibalisme antar 
embrio di dalam uterus. 
angular – berbentuk persegi. 
anterior – bagian depan suatu objek. 
apex – bagian ujung atau puncak. 
badan – bagian dari tubuh ikan antara kepala dan ekor,mulai dari belakang insang 
hingga pangkal sirip ekor. 
barbel – tonjolan daging yang panjang atau berumbai di bagian kepala (moncong) 
yang berfungsi sebagai organ sensor. 
batang ekor – yang menghubungkan tubuh dengan ekor. 
bathypelagis – bagian bawah dari zona oseanik, dari kedalaman 700 m hingga 2,000 
atau 4,000 m. 
bentik – hidup di dasar perairan. 
bercak – suatu bercak atau area yang berbeda warna dengan daerah di sekitarnya. 
bukaan insang – yang menghubungkan bilik insang dengan bagian luar (biasanya pada 
ikan bertulang rawan). 
celah hidung – celah yang menghubungkan antara mulut dengan lubang hidung. 
celah circumnarial – celah di sekeliling kepala. 
celah oronasal – celah di sekitar hidung. 
celah symphysis – celah di sekitar mulut. 
cepalopoda – kelompok cumi. 
cetacea – kelompok mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus. 
chondrichthyes – kelompok ikan bertulang rawan seperti hiu, pari dan hiu hantu 
(chimaera). 
cuping kepala – lekukan lebar pada dahi pada beberapa jenis pari. 
cuping terminal – cuping bagian pangkal. 
dasar – bagian dasar (misal pada sirip) yang menghubungkan dengan tubuh. 
demersal – hidup di dasar atau dekat dasar perairan. 
dentikel – bentukan seperti gigi yang kecil-sisik plakoid pada ikan bertulang rawan. 
dermal – yang berhubungan dengan kulit. 
dorsal – punggung, bagian atas tubuh. 
duri – bagian yang menonjol dan berujung tajam. 
duri sengat – struktur tulang yang bergerigi dan berujung tajam pada bagian ekor 
beberapa jenis pari. 
ekor – bagian tubuh dari kloaka hingga pangkal sirip ekor.
elasmobranchii – kelompok ikan bertulang rawan seperti hiu dan pari. 
endemik – hidup terbatas di suatu area. 
epipelagis – bagian atas dari zona oseanik, dari permukaan hingga kedalaman sekitar 
200 m. 
estuarin – hidup lebih banyak di daerah ustuaria. 
filter feeding – menyaring partikel makanan di air dengan menggunakan tapis 
insangnya. 
free rear tip – ujung paling belakang sirip setelah dasar sirip. 
gigi – bagian yang keras pada rahang, berguna untuk menggigit dan menghancurkan 
makanan. 
gigi rostral – tonjolan seperti gigi pada tiap sisi moncong hiu gergaji. 
gigi taring – bagian ujung gigi yang lancip. 
granulasi – membentuk butiran-butiran. 
gurat bibir – kerutan di sekitar bibir. 
gurat interdorsal – guratan kulit di antara kedua sirip punggung. 
gurat sisi – guratan menonjol di bagian sisi tubuh. 
habitat – suatu kondisi lingkungan tempat organisme hidup. 
histotrofi – pola perkembangan embrio dimana embrio menerima nutrisi kaya lemak 
histotrof atau susu dari uterus, yang diperoleh dari perpanjangan dinding uterus yang 
dinamai troponemata. 
insang – organ pernafasan yang menyaring oksigen dari air. 
insersi – celah antara sirip dengan bagian tubuh ikan. 
interdorsal – jarak antara sirip punggung pertama dengan sirip punggung kedua. 
jarak internarial – jarak antara dua lubang hidung. 
jarak interorbital – daerah di antara mata pada bagian atas kepala. 
juvenil – ikan muda, bentuk sama dengan ikan dewasa tapi belum matang secara sex-ual. 
kasplet – gigi taring yang kecil, biasa terdapat di samping gigi taring utama. 
kepala – bagian depan tubuh binatang tempat mulut dan organ-organ perasa yang 
penting lainnya berada. 
ketebalan – tinggi kepala atau tubuh dari atas ke bawah-atau jarak dari permukaan ke 
dasar. 
klasper kepala – bagian tubuh berukuran kecil pada bagian dahi ikan chimaera jantan 
dewasa. 
klasper – modifikasi dari bagian sirip perut pada ikan bertulang rawan jantan yang 
berfungsi untuk menyalurkan sperma ke tubuh ikan betina pada saat kawin. 
kloaka – lubang anus yang berfungsi pula sebagai organ reproduksi. 
krustasea – kelompok udang-udangan, kepiting, lobster.
kuadrangular – berbentuk segi empat. 
lateral – bagian sisi/samping. 
lempengan tubuh – gabungan dari kepala, tubuh dan pembesaran sirip dada dari 
ikan-ikan bertulang belakang yang memiliki tubuh pipih, contoh: pari. 
lereng benua – bagian lereng yang curam,mulai dari perbatasan dengan paparan 
benua hingga kedalaman 2,000 m. 
longitudinal – membujur. 
lubang hidung – bagian terluar dari organ penciuman. 
lunas – guratan/tonjolan daging pada pangkal ekor. 
mesopelagis – hidup di perairan lepas pada kedalaman antara 200 dan 1,000m. 
moncong – bagian ujung kepala di depan mata. 
nama ilmiah – nama ilmiah suatu organisme yang terdini dari nama marga dan nama 
jenis-hanya satu nama per jenis. 
nekton – organisme yang berenang dan bergerak aktif di kolom air. 
nokturnal – aktif mencari makan di malam hari. 
oseanik – hidup di laut lepas. 
ocellus – tanda bintik seperti mata atau melingkar seperti tepi cincin. 
okular – berhubungan dengan mata. 
oophagy – metoda perkembangan embrio dimana embrio mendapatkan nutrisi den-gan 
memakan telur yang tidak dibuahi di dalam uterus. 
oral – berhubungan dengan mulut. 
orbit – tulang mata, bagian tulang di tengkorak tempat menyimpan bola mata. 
organ listrik – organ tubuh yang dapat menghantarkan listrik bertegangan rendah. 
ovipar – bertelur, telur menetas setelah dikeluarkan dari dalam tubuh betina yang telah 
matang. 
pancing rawai – alat tangkap yang memiliki banyak mata pancing. 
pangkal – bagian pangkal. 
panjang total – pada ikan, diukur dari ujung moncong hingga batas paling belakang 
sirip ekor bagian atas. 
paparan benua – bagian laut mulai dari daerah pantai hingga kedalaman 200 m. 
papila – tonjolan daging seperti kutil pada langit-langit atau dasar mulut. 
payau – perairan yang menghubungkan air laut dengan air tawar. 
pelagis – berenang bebas di laut atau perairan terbuka dan tidak berasosiasi dengan 
dasar perairan. 
pembutiran – membentuk butiran-butiran. 
pipih – tubuh pendek dan melebar ke samping. 
plankton – organisme kecil yang hidup hanyut mengikuti arus air.
populasi – unit biologi yang mewakili kelompok individual dari satu jenis hewan yang 
hidup di suatu area. 
pori – lubang kecil sebagai alat sekresi atau organ sensor. 
pori hyomandibular – garis yang terdiri dari lubang pori yang membesar, memanjang 
ke belakang dari sudut mulut. 
pukat – alat tangkap jaring yang ditarik di belakang kapal. 
retikulasi – tanda atau pola seperti jaring. 
rhomboidal – berbentuk seperti berlian. 
rostrum – perpanjangan dari moncong. 
rumbai hidung – sama dengan rumbai internasal. 
rumbai kulit – bagian kulit yang berkembang berupa rumbai-rumbai. 
rumbai internasal – rumbai atau tonjolan-tonjolan daging yang memanjang di antara 
lubang hidung, sebagian kadang menutupi mulut. 
salinitas – kadar garam. 
saluran mukosa – saluran lendir. 
selaput dorsal – selaput di bagian atas. 
selaput mata – selaput transparan yang melindungi mata. 
selaput ventral – selaput di bagian bawah. 
sirip perut – sepasang sirip yang berada di bagian bawah tubuh antara kepala dan 
kloaka. 
sisi preventral – bagian sisi di depan perut. 
squalene – minyak yang dihasilkan dari hati beberapa jenis ikan hiu. 
substrat – substansi yang membentuk dasar perairan. 
subterminal – berada di dekat ujung suatu objek-posisi mulut agak di bawah kepala, 
dimana rahang atas tidak sejajar dengan rahang bawah. 
symphysis – berhubungan dengan bagian tengah persimpangan pada rahang atas dan 
rahang bawah. 
takik ekor – lekukan membujur atau melintang di bagian pangkal sirip ekor pada 
beberapa jenis hiu. 
taksonomi – ilmu tentang klasifikasi hewan dan tumbuhan. 
teleost – kelompok ikan bertulang sejati. 
tendril – sungut yang memanjang, ramping dan melengkung. 
tengkuk – bagian kepala di atas dan belakang mata. 
terminal – berada di ujung suatu objek-posisi mulut berada di ujung kepala dimana 
rahang atas sejajar dengan rahang bawahnya. 
thorn – dentikel yang membesar dan berbentuk seperti duri pada permukaan tubuh 
pari. 
ventral – berhubungan dengan bagian bawah tubuh atau perut.
BAGIAN 1 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Sebagai Negara kepulauan beriklim tropis, Indonesia memiliki 
keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi, termasuk berbagai 
jenis ikan hiu. Pemanfaatan ikan hiu ini sudah berlangsung sejak lama 
dan merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat dan Negara 
dari sektor perikanan. Perhatian dan sorotan internasional terhadap 
perikanan hiu di Indonesia saat ini mulai meningkat, hal ini tidak hanya 
disebabkan karena tingginya angka penanngkapan ikan hiu, tetapi juga 
disebabkan karena belum semua bagian ikan hiu yang dimanfaatkan, 
banyak nelayan yang hanya mengambil siripnya saja sedangkan bagian 
lainnya dibuang ke laut. Penangkapan ikan hiu secara besar-besaran 
tanpa didukung dengan data yang baik telah menyebabkan kekhawatiran 
akan ancaman kepunahan beberapa spesies hiu yang ada di Indonesia. 
Beberapa spesies hiu yang dikhawatirkan mengalami ancaman 
kepunahan dan diusulkan oleh CITES untuk masuk dalam Appendiks II 
CITES diantaranya Carcharhinus Plumbeus, Carcharhinus Obscurus, 
Carcharhinus Longimanus, Sphyrna Leweni, sphyrna Mokarran, Sphyrna 
Zygaena. Selain itu Indonesian Ocean Tuna Commission (IOTC) 
berdasarkan resolusi IOTC 10/12 mengeluarkan larangan penangkapan 
hiu Spesies Alopias Pelagicus, Alopias Superciliosus dan Alopias 
Vulpinus. Dari ketiga spesies tersebut dua spesies diantaranya 
terdapat di Indonesia yakni Alopias Pelagicus dan Alopias 
Superciliosus. 
Bagi Indonesia pelarangan penangkapan beberapa jenis ikan hiu 
tersebut akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap 
sumber pendapatan masyarakat nelayan dan menyulitkan dalam 
aspek pengawasannya dilapangan. Namun demikian juga disadari 
bahwa pemanfaatan ikan hiu tersebut harus diatur, sehingga kegiatan 
pemanfaatan ikan hiu ini dapat berlangsung secara berkesinambungan 
dan tidak hanya untuk masa sekarang tetapi juga untuk masa yang akan 
datang. Dalam rangka pengelolaan berkelanjutan ikan hiu tersebut, 
khususnya spesies yang diindikasikan rawan mengalami ancaman 
kepunahan diperlukan data dan informasi. 
Sumber daya hiu telah menjadi penghasilan utama di beberapa 
kalangan masyarakat tertentu, terutama mereka yang menggantungkan 
hidupnya pada produk perikanan perikanan tersebut, mulai dari nelayan 
penangkap, pengumpul, penjual dan pengolah hasil perikanan hiu di 
daerah-daerah dimana hiu menjadi target perikanan mereka. Dalam 
beberapa dekade terakhir, tren penangkapan hiu telah makin 
berkembang mulai dari perikanan longline berskala kecil menjadi 
perikanan komersial dengan target beberapa jenis ikan yang bernilai 
tinggi, baik sebagai target maupun tangkapan sampingan. 
Kepedulian terhadap status konservasi ikan hiu yang terancam 
punah di Indonesia muncul setelah banyak tekanan dan permintaan 
dunia internasional agar Indonesia turut dalam program perlindungan 
spesies yang terancam punah. Namun, masih kurangnya informasi 
mengenai data tangkapan, potensi, keragaman jenis, biologi, dan tingkat 
eksploitasi ikan hiu di Indonesia menjadi kendala dalam menentukan 
dasar rasional bagi penerapan pengelolaan hiu yang berkelanjutan.
1.2. Maksud dan Tujuan 
Kegiatan “Survei dan Monitoring Sebaran Ikan Hiu dilaksanakan 
dengan maksud dan tujuan : 
a. Melakukan inventarisasi dan identifikasi data serta informasi 
tentang potensi dan sebaran hiu yang meliputi jenis, jumlah dan 
kondisi sebaran hiu; 
b. Melakukan analisis tingkat pemanfaatan hiu; 
c. Menyusun peta perkiraan penyebaran potensi hiu; dan 
d. Menyusun arahan rekomendasi pengelolaan dan status 
perlindungan hiu di wilayah kerja BPSPL Denpasar 
1.3. Sasaran 
a. Tersedianya data dan informasi tentang potensi dan kondisi sebaran 
hiu sebagai dasar dalam penyusunan rencana pengelolaan dan 
penyusunan kebijakan pengelolaan konservasi hiu. 
b. Tersedianya data spasial tentang perkiraan sebaran populasi dan 
pemanfaatan hiu. 
1.4. Keluaran 
Hasil akhir dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah dokumen 
laporan survei/monitoring Hiu di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa 
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Adapun dokumen laporan 
memuat informasi sebagai berikut : 
a. Kelimpahan populasi dan sebaran hiu; 
b. Kondisi habitat hiu; 
c. Hasil analisis kecenderungan jumlah dan ukuran populasi hiu (status 
dan tren populasi) berdasarkan data primer dan sekunder; 
d. Tingkat pemanfaatan hiu diantaranya perdagangan, penangkapan, 
pelaku pemanfataan dan sebagainya; 
e. Analisis tentang ancaman pemanfataan hiu terhadap kepunahan; 
f. Peta perkiraan penyebaran potensi hiu, tingkat pemanfaatan, dan 
jalur distribusi perdagangan. 
1.5. Lingkup Kegiatan 
Lingkup pelaksanaan kegiatan “Survei dan Monitoring Hiu" di 
wilayah kerja BPSPL Denpasar adalah: 
a. Persiapan dan penyusunan rencana kegiatan; 
b. Kajian data sekunder yang memuat informasi tentang aspek 
biologi, ekologi, pemanfaatan, perdagangan, sosial, ekonomi dan lain-lain; 
c. Survei lapangan yang meliputi pengamatan aspek biologi, 
ekologi, dan sosial ekonomi; 
d. Analisis data lapangan; 
e. Pembuatan peta; 
f. Penyusunan laporan
BAGIAN 2 
METODOLOGI 
2.1 Kerangka Umum Survei dan Monitoring Hiu 
IUCN STATUS 
Appendix II CITES 
Pada Beberapa 
Spesies 
2.2 Alur Pelaksanaan Kegiatan 
Sebaran Populasi HIU 
Potensi Spesies Manajemen 
Konservasi 
Pendataan Lapang Wawancara 
Pelabuhan 
Perikanan 
Enumerator 
Pengolahan Pemasaran 
Wawancara Wawancara dan 
Supervisi 
Data Primer dan 
Sekunder 
Analisis Data 
LAPORAN 
Kuisioner
2.3 Rencana Lokasi Kegiatan 
No Provinsi Nama Pelabuhan 
1. Jawa Timur PPN Prigi Trenggalek 
PPN Brondong Lamongan 
2. Bali CPP Kedonganan Badung 
Pelabuhan Benoa 
3. Nusa Tenggara Barat PPP Labuhan Lombok 
PPI Tanjung Luar 
4 Nusa Tenggara Timur PPP Tenau Kupang 
CPP Oeba Kupang 
2.4 Metode Pelaksanaan 
Kegiatan ini akan dilaksakan dengan menggunakan metode 
observasi di lapang dan wawancara. Metode observasi dilakukan melalui 
pencatatan data Hiu oleh enumerator di lapang sehingga diperoleh data 
jenis, jumlah dan ukuran hiu yang ditangkap oleh nelayan. Sedangkan 
wawancara dilakukan untuk menggali lebih jauh mengenai sosial ekonomi 
masyarakat, jalur distribusi dan perdagangan serta lokasi penangkapan Hiu 
oleh nelayan. Wawancara nantinya akan dilaksanakan oleh enumerator dan 
staf BPSPL Denpasar pada waktu pelaksanaan supervisi. 
2.4.1 Enumerator 
Dalam aktifitasnya, enumerator nantinya akan bertugas sebagai berikut : 
a. Identifikasi Spesies 
Identifikasi spesies dilakukan terhadap ikan hiu yang didaratkan di 
Pelabuhan Perikanan dengan mengacu pada buku panduan 
identifikasi yang telah disiapkan. Enumerator sebelumnya sudah 
diberikan pembekalan mengenai cara-cara identifikasi Hiu 
b. Pendataan Hasil Tangkap 
Selain melakukan identifikasi spesies, enumerator diharapkan 
melakukan pengukuran panjang total ikan hiu yang didaratkan. 
Panjang total tersebut adalah panjang yang diukur dari ujung mulut 
sampai dengan ujung ekor, dengan tingkat ketelitian sampai dengan 
satuan cm. Pengumpulan data tersebut dilakukan setiap hari, dengan 
waktu pengumpulan data disesuaikan dengan waktu pendaratan ikan 
di pelabuhan perikanan setempat, umumnya dimulai waktu subuh 
sampai jam 10:00 pagi. Selain itu enumerator diharapkan 
mengumpulkan data tangkapan harian ikan hiu yang didaratkan di 
pelabuhan perikanan setempat berdasarkan data pelelangan. Apabila 
tidak dilakukan kegiatan lelang, maka data dapat diperoleh dari 
pencatatan yang dilakukan oleh pelabuhan perikanan setempat. 
Adapun kriteria emumerator adalah sebagai berikut : 
a. Sarjana perikanan/mahasiswa tingkat akhir/masyarakat lokal yang 
mengetahui cara pengambilan data perikanan; 
b. Bersedia ditempatkan di lokasi survei selama durasi tertentu dan dapat 
melakukan pencatatan dan analisis data 
2.4.2 Supervisi 
Supervisi dilakukan oleh staf BPSPL Denpasar untuk mendapatkan 
data sosial ekonomi masyarakat, data produksi perikanan, serta informasi 
mengenai jalur distribusi pemasaran dan pengolahan ikan Hiu.
2.5 Jenis dan Kebutuhan Data 
Jenis data yang dikumpulkan dalam survei dan monitoring Hiu di 
wilayah kerja BPSPL Denpasar adalah data primer dan data sekunder. Data 
primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya. 
Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai 
sumber dan instansi. Adapun kebutuhan data dalam survei adalah : 
Data Primer 
No Kebutuhan Data Pengambil Data 
Enumerator Supervisi 
1. Data spesies/genus Hiu þ - 
2. Data ukuran Hiu þ - 
3. Data jumlah þ - 
4. Data sebaran lokasi penangkapan Hiu 
(wawancara) þ þ 
5. Data pemanfaatan Hiu (wawancara) þ þ 
6. Data jalur distribusi dan pemasaran þ þ 
7. Data penggunaan alat tangkap þ þ 
Data Sekunder 
No Kebutuhan Data Pengambil Data 
Enumerator Supervisi 
1. Data Sosial Ekonomi Masyarakat - þ 
2. Profil Pelabuhan Perikanan - þ 
3. Data Produksi Perikanan termasuk Hiu 
2010-2014 - þ 
4. Data armada tangkap 2010-2014 - þ 
5. Data alat tangkap 2010-2014 - þ 
6. Jumlah nelayan 2010-2014 - þ 
7. Peta daerah penangkapan ikan - þ
BAGIAN 3 
TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK 
PADA IKAN HIU 
3.1 Metode 
Identifikasi jenis-jenis ikan hiu mengacu pada Fahmi dan Dharmadi 
(2013). Pengukuran panjang menggunakan meteran dalam satuan 
centimeter, ketelitian 0,1 cm. Penimbangan bobot ikan menggunakan 
timbangan, dalam satuan kilogram dengan ketelitian 0,1 kg 
3.2 Ciri-Ciri Morfologis 
Ikan hiu pada umumnya bersifat predator. Habitatnya bervariasi dari 
perairan dekat pantai (inshore) sampai palung dalam (trench). Ikan 
cucut mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai berikut: 
1. Bentuk tubuh seperti torpedo dan memiliki ekor yang kuat. 
2. Insang terletak di sisi kiri dan kanan bagian belakang kepala. 
Insang tidak memiliki tutup, tetapi berupa celah insang (gill 
openings atau gill slit). Jumlah celah insang antara 5-7 buah. 
3. Mulut terletak di bagian ujung terdepan bagian bawah. 
4. Gigi triangular. 
Ekor pada umumnya berbentuk heterocercal yaitu bentuk cagak dengan 
cuping bagian atasnya lebih berkembang di banding bagian cuping 
bawahnya. Bentuk ekor demikian sangat membantu pergerakannya 
sebagai ikan predator sejati (Nontji dalam Anonimus, 2005). 
Bentuk ikan cucut dan bagian-bagiannya 
Gambar 3.1 Struktur Ikan Hiu
Gambar 3.2. Struktur Sirip Dorsal 
Gambar 3.3. Struktur Kepala Bagian Bawah Ikan Hiu 
Gambar 3.4 Struktur Sirip Caudal
3.3 Teknik Pengukuran 
Terdapat banyak karakter pada teknik pengukuran, namun dalam survei 
ini hanya terdapat 3 karaker yang akan diuukur. Pengukuran morfometrik 
dilakukan terhadap 3 karakter, sebagai berikut: 
1. TL = total length, diukur mulai dari bagian terdepan 
moncong mulut sampai ujung ekor atas (panjang total) 
2. FL = fork length, diukur mulai dari bagian terdepan 
moncong mulut sampai pangkal cabang ekor (panjang 
cagak) 
3. SL = precaudal length, diukur mulai dari bagian terdepan 
moncong mulut sampai ujung gurat sisi (panjang 
standar) 
SL 
FL 
3.4. Teknik Pengenalan Jenis Kelamin Pada Hiu 
TL 
Hiu secara seksual dimorfik dimana ada perbedaan visual antara jantan 
dan betina. Hiu jantan memiliki panggul yang dimodifikasi menjadi 
claspers sirip pelvis yang digunakan untuk pengiriman sperma. Gulungan 
Claspers terbentuk dari tulang rawan. Hiu jantan juga telah memiliki 
testis. Testis internal terletak di ujung anterior tubuh di dalam rongga 
organ epigonal. Kantung kemih dan saluran reproduksi bergabung 
bersama untuk membentuk sinus urogenital. Dari sinus urogenitak ini 
akhirnya sperma dilepaskan ke dalam alur dari claspers dan kemudian 
disampaikan ke betina selama kopulasi. 
Cara yang paling mudah untuk mengenai jenis kelamin Ikan Hiu adah 
dengan melihat adanya Claspers pada ikan tersebut. Kalau terdampat 
Claspers maka ikan tersebut adalah jantan. Kalau tidak ada, berarti ikan 
tersebut adalah betina. 
Pada hiu betina memiliki ovarium internal yang ditemukan di anterior 
dalam rongga tubuh dan berpasangan. Ovarium kiri sering lisis atau tidak 
ada telur. Sekali telur dilepaskan dan dibuahi, sebuah horny shell atau
membran dikeluarkan disekitar membran ketika telur melewati kelenjar. 
Beberapa hiu menghasilkan sebuah shell yang tangguh dan dapat 
melindungi anaknya. Dalam spesies lain telur berkenbang dan menetas 
didalam rahim betina. Telur yang dihasilkan oleh tiap spesies sangat 
bervariasi. Ukuran diameter telur hiu sekitar 60 atau 70 mm dan 
terbungkus dalam kulit hingga diameter keseluruhannya dapat mencapai 
300 mm. 
Jantan/Male 
Kode : M 
Betina/Female 
Code : F 
Ada tiga model reproduksi dalam hiu. Secara umum kebanyakan hiu 
bersifat ovovivipar, namun ada beberapa hiu yang bertelur. Bentuk yang 
paling maju disebut viviparity. Hal ini terjadi ketika hiu betina 
menyediakan makanan bagi embrio yang ada dalam tubuhnya. Makanan 
ini disebut sebagai sekresi susu uterus atau melalui koneksi plasenta. 
Reproduksi hiu yang kedua disebut ovoviviparity. Hal ini mirip dengan 
viviparity karena telur dibuahi, menetas dan berkembang di dalam tubuh 
hiu betina kemudian anak di lahirkan. Dalam hal ini embrio tidak 
menerima makanan langsung dari ibunya melainkan dari cadangan 
makana daris sel telur. Cara reproduksi hiu yang terakhir adalah 
oviparity. Telur hiu diletakkan di ganggang atau koral. Setelah telur aman 
telur tidak menerima perlindungan atau makanan dari induknya.
BAGIAN 4 
PERALATAN PENCATATAN DATA IKAN HIU 
Dalam melakukan pencatatan data di pelabuhan/lokasi pendaratan ikan hiu, 
diperlukan beberapa peralatan penunjang yaitu : 
1. Surat Tugas = Surat tugas dikeluarkan oleh Kepala BPSPL 
Denpasar dan disampaikan kepada enumerator 
melalui wilker/satker di wilayah yang 
bersangkutan. Bersama dengan petugas 
wilker/satker, surat tugas ditunjukkan atau 
disampaikan kepada instansi yang membawahi 
langsung pelabuhan/lokasi pendaratan ikan. 
2. Buku Panduan 
Untuk 
Enumerator 
= Buku panduan enumerator berisi tugas 
enumerator, jenis data yang dikoleksi, tata cara 
pengambilan data dan kunci identifikasi hiu. 
3. Buku 
Pengenalan 
Jenis Ikan Hiu 
= Buku ini merupakan buku identifikasi sampai pada 
level spesies yang digunakan untuk menentukan 
spesies hiu yang telah didata 
4. Logbok/Form 
isian 
= Form isian digunakan untuk merekam aktifitas 
pencatatan data ikan hiu oleh enumerator 
5. Alat Tulis = Peralatan tulis 
6. Kamera Digital = Digunakan untuk merekam aktifitas pencatatan, 
serta membantu untuk merekam/ 
mendokumentasikan spesies hiu di 
pelabuhan/lokasi pendaratan ikan 
7. Meteran = Digunakan untuk mengukur panjang ikan 
8. Timbangan = Digunakan untuk mengukur berat ikan 
9. Lampu 
LED/senter 
= Digunakan oleh enumerator apabila waktu 
pencatatan dan datangnya ikan pada waktu 
petang/pagi hari. 
10. Rain Coat/Jas 
Hujan 
= Digunakan untuk melindungi enumerator apabila 
terjadi hujan 
11. Obat-obatan 
pendukung 
= Disiapkan dan dibawa oleh enumerator agar siap 
di segala kondisi 
Peralatan tersebut disiapkan dan dibawa oleh enumerator ke lokasi 
pelabuhan/lokasi pendaraan ikan hiu.
BAGIAN 5 
KUNCI INDENTIFIKASI SUKU/SPESIES
25 
Key to families Kunci identifikasi suku 
1a. Single gill opening on each side of head 
(fig. 1) ............ Chimaeridae, chimaeras 
.............................................fig. 3; 308 
Terdapat satu buah celah insang di tiap 
sisi kepala (gambar 1)............................ 
....................... Chimaeridae, hiu hantu 
......................................gambar 3; 308 
1b. 5–7 gill openings on each side of head 
(fig. 2) ............................................... 2 
5–7 celah insang di tiap sisi kepala (gam-bar 
2) ................................................ 2 
2a. Gill slits on undersurface of head (fig. 4); 
body somewhat flattened, ray-like (fig. 
4) ...................................................... 3 
Insang berada di bagian bawah kepala 
(gambar 4); bentuk tubuh memipih, 
seperti pari (gambar 4)....................... 3 
2b. Gill slits on sides of head (fig. 5); body 
more or less fusiform, shark-like (fig. 5) 
....................................................... 14 
Insang berada di samping kepala (gam-bar 
5); tubuh seperti cerutu, bentuk hiu 
(gambar 5)....................................... 14 
3a. Snout saw-like, flattened, armed with 
lateral teeth (fig. 6) .. Pristidae, sawfishes 
.............................................fig. 6; 196 
Moncong seperti gergaji, pipih, 
dilengkapi dengan gigi-gigi samping 
(rostrum) (gambar 6) ............................ 
............................ Pristidae, hiu gergaji 
..................................... gambar 6; 196 
fig./gambar 1 
fig./gambar 2 
fig./gambar 3 
fig./gambar 4 
fig./gambar 5 fig./gambar 6
26 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 
3b. Snout not saw-like, no rostral teeth ... 4 
Moncong tidak seperti gergaji, tidak 
memiliki gigi rostrum ...................... 4 
4a. Two prominent dorsal fins (fig. 7); 1st 
dorsal fin originating closer to pelvic 
fins than to tail tip (fig. 7) ................. 5 
Terdapat dua sirip punggung (gambar 7); 
pangkal sirip punggung pertama lebih 
dekat ke sirip perut daripada ke ujung 
ekor (gambar 7) ................................ 5 
4b. 0–2 dorsal fins; 1st dorsal fin originating 
closer to tail tip than to pelvic-fin inser-tions 
when 2 fins are present (fig. 8) .... 
......................................................... 8 
0–2 sirip punggung; pangkal sirip pung-gung 
pertama lebih dekat ke ujung ekor 
daripada ke celah di belakang sirip 
perut bila kedua sisip ada (gambar 8) .... 
......................................................... 8 
5a. Ventral lobe of caudal fin well developed 
(fig. 9); pectoral and pelvic fins not 
touching (fig. 9) ............................... 6 
Terdapat lubang yang jelas di pangkal 
ekor bagian atas (gambar 9); sirip dada 
dan sirip perut tidak bersentuhan (gam-bar 
9) ............................................... 6 
5b. Ventral lobe of caudal fin not well 
defined (fig. 7); pectoral and pelvic fins 
touching or overlapping (fig. 7) ........ 7 
Lubang di pangkal ekor bagian atas tidak 
jelas atau tidak ada (gambar 7); sirip dada 
dan sirip perut bersentuhan atau 
tumpang tindih (gambar 7) ................ 7 
6a. Snout triangular (fig. 10); back with 
small thorns only ................................. 
............... Rhynchobatidae, guitarfishes 
...........................................fig. 10; 208 
fig./gambar 7 
fig./gambar 8 
fig./gambar 9 
fig./gambar 10
Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 27 
Bentuk moncong segitiga (gambar 10); 
punggung memiliki gerigi kecil ........... 
.................. Rhynchobatidae, liong bun 
.....................................gambar 10; 208 
6b. Snout broadly rounded (fig. 11); back 
with ridges lined with large thorns (fig. 
11) ....................... Rhinidae, shark rays 
.......................................... fig. 11; 198 
Moncong bulat melebar (gambar 11); 
punggung dengan gurat-gurat menon-jol, 
dilengkapi dengan gerigi atau duri 
yang besar-besar (gambar 11) ............... 
........................... Rhinidae, hiu barong 
.................................... gambar 11; 198 
7a. Snout broadly rounded (fig. 12); body 
surface entirely smooth; electric organs 
present ............ Narcinidae, numbfishes 
...........................................fig. 12; 210 
Moncong bulat melebar (gambar 12); 
permukaan tubuh halus; terdapat organ 
listrik ................ Narcinidae, pari listrik 
.....................................gambar 12; 210 
7b. Snout triangular (fig. 13); body surface 
rough with thorns or fine denticles; no 
electric organs ..................................... 
.............. Rhinobatidae, shovelnose rays 
...........................................fig. 13; 200 
Bentuk moncong segitiga (fig. 13); per-mukaan 
tubuh kasar, memiliki gerigi 
atau dentikel; tidak memiliki organ 
listrik ............. Rhinobatidae, pari gitar 
.....................................gambar 13; 200 
8a. Pelvic fin divided into two distinct lobes 
(fig. 14) ........................ Rajidae, skates 
...........................................fig. 15; 212 
Sirip perut terbagi menjadi dua cuping 
(gambar 14) ......... Rajidae, pari luncur 
.....................................gambar 15; 212 
fig./gambar 11 
fig./gambar 12 
fig./gambar 13 
fig./gambar 14 
fig./gambar 15
28 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 
8b. Pelvic fin with only one lobe (fig. 16) .. 
......................................................... 9 
Sirip perut memiliki satu cuping (gam-bar 
16) ............................................. 9 
9a. Anterior part of head not extended 
beyond disc (fig. 17); eyes located dor-sally 
and well medial to disc margin (fig. 
17) ................................................. 10 
Bagian depan kepala tidak berkembang 
memanjang dari lempengan tubuhnya 
(gambar 17); posisi mata di bagian tepi 
atas lempengan tubuhnya (gambar 17) . 
....................................................... 10 
9b. Anterior part of head extended beyond 
disc (fig. 18); eyes located laterally on 
side of head (fig. 18) ....................... 12 
Bagian depan kepala berkembang 
memanjang dari lempengan tubuhnya 
(gambar 18); posisi mata di samping 
kepala (gambar 18) ......................... 12 
10a. Disc very broad, width more than 1.5 
times length (fig. 19); tail very short, fil-amentous 
(fig. 19) ................................ 
................... Gymnuridae, butterfly rays 
...........................................fig. 19; 274 
Lempengan tubuh sangat lebar, lebarnya 
lebih dari 1.5 kali panjang tubuhnya 
(gambar 19); ekor sangat pendek dan 
berselaput (gambar 19) ........................ 
................. Gymnuridae, pari kelelawar 
.....................................gambar 19; 274 
10b. Disc only moderately broad (fig. 20); tail 
moderately to very long (fig. 20) ..... 11 
Lempengan tubuh agak melebar (gam-bar 
20); panjang ekor sedang hingga 
sangat panjang (gambar 20) ............. 11 
fig./gambar 17 
fig./gambar 16 
fig./gambar 18 
fig./gambar 19 
fig./gambar 20
Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 29 
11a. Caudal fin present (fig. 21) .................. 
............... Plesiobatidae, giant stingarees 
...........................................fig. 21; 302 
Sirip ekor ada (gambar 21) .................. 
.................... Plesiobatidae, pari minyak 
.....................................gambar 21; 302 
11b. Caudal fin absent (fig. 22) .................... 
............................ Dasyatidae, stingrays 
...........................................fig. 22; 218 
Sirip ekor tidak ada (gambar 22) .......... 
........................... Dasyatidae, pari biasa 
.....................................gambar 22; 218 
12a. A pair of long, cephalic lobes located 
laterally on front of head (fig. 23); teeth 
minute ................................................ 
.......... Mobulidae,manta and devil rays 
...........................................fig. 23; 280 
Terdapat sepasang cuping yang panjang 
di bagian sisi depan kepala (gambar 23); 
gigi kecil .. Mobulidae, pari lampengan 
.....................................gambar 23; 280 
12b. No cephalic lobes present, but with a 
single subrostral lobe (fig. 24); teeth large 
....................................................... 13 
Tidak ada cuping di kepala, tapi bagian 
depan kepala memanjang seperti paruh 
(gambar 24); gigi besar-besar ........... 13 
13a. Margin of subrostral lobe with a deep 
central notch (fig. 25) .......................... 
............... Rhinopteridae, cownose rays 
...........................................fig. 25; 304 
Bagian tengah ujung paruhnya memiliki 
lekukan yang dalam (gambar 25) ......... 
.................... Rhinopteridae, pari elang 
.....................................gambar 25; 304 
13b. Margin of subrostral lobe rounded (fig. 
26) ................. Myliobatidae, eagle rays 
...........................................fig. 26; 290 
fig./gambar 21 
fig./gambar 22 
fig./gambar 23 
fig./gambar 24 
fig./gambar 25 
fig./gambar 26
30 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 
Bagian ujung paruhnya membundar 
(gambar 26) ......................................... 
................... Myliobatidae, pari burung 
.....................................gambar 26; 290 
14a. A single dorsal fin (fig. 27); 6 or 7 gill 
slits on each side of head ..................... 
..................... Hexanchidae, cow sharks 
.............................................fig. 27; 40 
Memiliki satu sirip punggung (gambar 
27); 6 atau 7 celah insang di bagian sisi 
kepalanya ..... Hexanchidae, hiu kucing 
.......................................gambar 27; 40 
14b. 2 dorsal fins (fig. 28); 5 gill slits on each 
side of head (fig. 28) ....................... 15 
Memiliki dua sirip punggung (gambar 
28); 5 buah celah insang di bagian sisi 
kepala (gambar 28) ......................... 15 
15a. Anal fin absent (fig. 29) ................... 16 
Tidak memiliki sirip anus (gambar 29) . 
....................................................... 16 
15b. Anal fin present (fig. 28) ................. 20 
Memiliki sisip anus (gambar 28) ...... 20 
16a. Mouth terminal on head; body flat; pec-toral 
fins very large, with anterior lobes 
overlapping gill slits (fig. 30) ................ 
...................... Squatinidae, angel sharks 
.............................................fig. 30; 76 
Letak mulut diujung kepala; tubuh 
pipih; sirip dada sangat besar dengan 
cuping bagian depan bertumpang tindih 
dengan celah insang (gambar 30) ......... 
........................ Squatinidae, hiu kodok 
.......................................gambar 30; 76 
fig./gambar 27 
fig./gambar 28 
fig./gambar 29 
fig./gambar 30
Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 31 
16b. Mouth on undersurface of head (fig. 
31); body cylindrical to slightly flat-tened; 
pectoral fins relatively small, 
without anterior lobes (fig. 31) ....... 17 
Posisi mulut berada di bagian bawah 
kepala (gambar 31); tubuh silindris 
hingga hampir pipih; sirip dada relatif 
kecil, tanpa cuping depan (gambar 31) . 
....................................................... 17 
17a. Both dorsal fins without fin spines (fig. 
32) ................ Dalatiidae, kitefin sharks 
.............................................fig. 32; 60 
Kedua sirip punggung tidak memiliki 
duri keras/taji (gambar 32) .................. 
............................. Dalatiidae, hiu tikus 
.......................................gambar 32; 60 
17b. A fin spine present at origin of both 
dorsal fins (although sometimes very 
small) (fig. 33) ................................. 18 
Terdapat sebuah duri/taji di tiap pangkal 
sirip punggungnya (kadang sangat kecil) 
(gambar 33) .................................... 18 
18a. Teeth in both jaws similar in shape and 
size ............... Squalidae, dogfish sharks 
.............................................fig. 34; 66 
Gigi di kedua rahang sama bentuk dan 
ukurannya ............ Squalidae, hiu botol 
.......................................gambar 34; 66 
18b. Upper-jaw teeth markedly different in 
shape and/or size to lower-jaw teeth 
(fig. 35) .......................................... 19 
Gigi pada rahang atas berbeda bentuk 
dan/atau ukurannya dengan gigi pada 
rahang bawah (gambar 35) .............. 19 
fig./gambar 31 
fig./gambar 32 
fig./gambar 33 
fig./gambar 34 
fig./gambar 35 
a 
b
32 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 
19a. Upper-jaw teeth rather broad, nearly as 
broad as tall near base of cusp (fig. 35a) 
............. Centrophoridae, gulper sharks 
.............................................fig. 36; 46 
Gigi pada rahang atas agak lebar, lebar 
dasar giginya hampir sama panjang den-gan 
tingginya (gambar 35a) .................. 
...................... Centrophoridae, hiu taji 
.......................................gambar 36; 46 
19b. Upper-jaw teeth rather narrow, much 
narrower than tall near base of cusp (fig. 
37) ............ Somniosidae, sleeper sharks 
.............................................fig. 38; 64 
Gigi pada rahang atas agak ramping, 
lebar dasar giginya jauh lebih ramping 
dari tingginya (gambar 37) ................... 
......................... Somniosidae, hiu tikus 
.......................................gambar 38; 64 
20a. Head with lateral expansions, hammer-shaped 
(fig. 39) .................................... 
.......... Sphyrnidae, hammerhead sharks 
...........................................fig. 39; 180 
Bentuk kepala melebar ke samping, 
seperti martil (gambar 39) .................... 
......................... Sphyrnidae, hiu martil 
.....................................gambar 39; 180 
20b. Head not expanded laterally ........... 21 
Kepala tidak melebar ke samping .... 21 
21a. Caudal-fin upper lobe equal to or more 
than half total length, lower lobe distinct 
(fig. 40) ........ Alopiidae, thresher sharks 
.............................................fig. 40; 94 
Panjang sirip ekor bagian atas hampir 
sama atau lebih panjang dari separuh 
panjang totalnya, bagian bawah berbeda 
(gambar 40) ...... Alopiidae, hiu monyet 
.......................................gambar 40; 94 
fig./gambar 36 
fig./gambar 37 
fig./gambar 38 
fig./gambar 39 
fig./gambar 40
Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 33 
21b. Length of upper caudal-fin lobe much 
less than half total length (about equal to 
half in Stegostoma but without distinct 
lower lobe, fig. 49) .......................... 22 
Panjang sirip ekor bagian atas jauh lebih 
pendek dari separuh panjang totalnya 
(hampir sama dengan separuhnya pada 
Stegostoma tapi tanpa perbedaan bagian 
bawah, gambar 49) .......................... 22 
22a. Whole mouth forward of front margin 
of eye (fig. 41); deep nasoral grooves 
connecting nostrils and mouth (fig. 43) 
....................................................... 23 
Seluruh bagian mulut berada lebih ke 
depan daripada mata (gambar 41); terda-pat 
celah dalam yang menghubungkan 
mulut dengan lubang hidung (gambar 
43) ................................................. 23 
22b. Mouth partly beneath or behind front 
margin of eye (fig. 42); nasoral grooves 
usually absent (fig. 44) .................... 27 
Sebagian mulut berada di bawah atau 
belakang batas mata (gambar 42); celah 
yang menghubungkan mulut dengan 
lubang hidung biasanya tidak ada (gam-bar 
44) ........................................... 27 
23a. Mouth very broad, terminal; caudal fin 
forked (fig. 45) .................................... 
............. Rhincodontidae, whale sharks 
.............................................fig. 45; 90 
Mulut sangat lebar, berada di ujung 
kepala, sirip ekor berbentuk cagak (gam-bar 
45) ........ Rhincodontidae, hiu paus 
.......................................gambar 45; 90 
23b. Mouth smaller, subterminal; caudal fin 
not forked (fig. 46) ......................... 24 
fig./gambar 41 
fig./gambar 42 
fig./gambar 43 
fig./gambar 44 
fig./gambar 45 
fig./gambar 46
34 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 
Mulut lebih kecil, subterminal, sirip ekor 
tidak seperti cagak (gambar 46) ....... 24 
24a. No fleshy lobe or groove around edges 
of nostrils (fig. 47) .......................... 25 
Tidak memiliki cuping atau celah disek-itar 
batas lubang hidung (gambar 47) ... 
....................................................... 25 
24b. Fleshy lobe and groove present around 
edges of nostrils (fig. 48) ................. 26 
Terdapat cuping dan celah di sekitar 
batas lubang hidung (gambar 48) .... 26 
25a. Caudal fin very long, about equal to 
trunk length (fig. 49); prominent lateral 
ridges on body (fig. 49) ....................... 
............... Stegostomatidae, zebra sharks 
.............................................fig. 49; 92 
Sirip ekor sangat panjang, hampir sama 
panjang dengan tubuhnya (gambar 49); 
gurat samping yang tampak pada tubuh 
(gambar 49) ......................................... 
........... Stegostomatidae, hiu belimbing 
.......................................gambar 49; 92 
25b. Caudal fin shorter, less than half trunk 
length (fig. 50); no ridges on body (fig. 
50) .. Ginglymostomatidae, nurse sharks 
.............................................fig. 50; 78 
Sirip ekor lebih pendek, kurang dari 
separuh panjang badannya (gambar 50); 
tidak terdapat gurat pada tubuhnya 
(gambar 50) ......................................... 
.............. Ginglymostomatidae, hiu bisu 
.......................................gambar 50; 78 
26a. Head and body greatly flattened; dermal 
flaps present on sides of head (fig. 51) .. 
................. Orectolobidae,wobbegongs 
.............................................fig. 51; 88 
fig./gambar 47 
fig./gambar 48 
fig./gambar 49 
fig./gambar 50 
fig./gambar 51
Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 35 
Kepala dan tubuh sangat memipih; ter-dapat 
rumbai-rumbai kulit disisi kepala 
(gambar 51) ......................................... 
.................... Orectolobidae, hiu kodok 
.......................................gambar 51; 88 
26b. Head and body cylindrical; no dermal 
flaps on sides of head (fig. 52) .............. 
............... Hemiscyllidae, bamboosharks 
.............................................fig. 52; 80 
Kepala dan tubuh silindris; tidak ada 
rumbai-rumbai kulit di sisi kepalanya 
(gambar 52) ......................................... 
.................... Hemiscyllidae, hiu bodoh 
.......................................gambar 52; 80 
27a. Caudal fin almost symmetrical, lunate 
(fig. 53); a strong keel on either side of 
caudal peduncle (fig. 53) ...................... 
................... Lamnidae, mackerel sharks 
.............................................fig. 53; 98 
Sirip ekor hampir simetris, seperti bulan 
sabit (gambar 53); terdapat lunas (keel) di 
kedua sisi pangkal ekornya (gambar 53) 
........................ Lamnidae, hiu tenggiri 
.......................................gambar 53; 98 
27b. Caudal fin asymmetrical, heterocercal 
(fig. 54); keel on each side of caudal 
peduncle low or absent (fig. 54) ...... 28 
Sirip ekor tidak simetris, bagian atas 
lebih panjang dari bagian bawah (gam-bar 
54); lunas (keel) di pangkal ekor 
tidak ada atau lemah (gambar 54) .... 28 
28a. Eyes very large (fig. 55); gill openings 
extending onto dorsal surface of head; 
low caudal keel present ........................ 
.... Pseudocarchariidae, crocodile sharks 
...........................................fig. 55; 106 
fig./gambar 52 
fig./gambar 53 
fig./gambar 54 
fig./gambar 55
36 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 
Mata sangat besar (gambar 55); celah 
insang memanjang hingga bagian atas 
kepala; terdapat lunas (keel) yang lemah 
di kedua sisi pangkal ekornya ............... 
.............. Pseudocarchariidae, hiu buaya 
.....................................gambar 55; 106 
28b. Eyes relatively small (fig. 54); gill open-ings 
not extending onto dorsal surface 
of head (fig. 54); caudal keels absent ..... 
....................................................... 29 
Mata relatif kecil (gambar 54); celah 
insang tidak memanjang hingga bagian 
atas kepala (gambar 54); tidak ada lunas 
(keel) di pangkal ekornya ................ 29 
29a. Eyelid fixed, not capable of closing over 
eye (fig. 56) ......................................... 
......... Odontaspididae, sand tiger sharks 
...........................................fig. 58; 102 
Kelopak mata tetap, tidak bisa diger-akkan 
untuk menutup mata (gambar 56) 
.................. Odontaspididae, hiu anjing 
.....................................gambar 58; 102 
29b. Eyelid capable of closing over eye (nicti-tating) 
(fig. 57) ................................ 30 
Kelopak mata dapat digerakkan untuk 
menutup mata (gambar 57) ............. 30 
30a. 1st dorsal-fin origin over or behind 
pelvic-fin bases (fig. 59) ....................... 
...................... Scyliorhinidae, catsharks 
...........................................fig. 59; 172 
Pangkal sirip punggung pertama berada 
di atas atau di belakang dasar sirip perut 
(gambar 59) .. Scyliorhinidae, hiu tokek 
.....................................gambar 59; 172 
30b. 1st dorsal-fin origin well ahead of 
pelvic-fin bases (fig. 60) .................. 31 
Pangkal sirip punggung pertama berada 
di depan dasar sirip perut (gambar 60) . 
....................................................... 31 
fig./gambar 56 
fig./gambar 57 
fig./gambar 58 
fig./gambar 59 
fig./gambar 60
Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 37 
31a. Precaudal pits absent (fig. 61); dorsal 
caudal-fin margin smooth (fig. 61) .. 32 
Lekukan/lubang di pangkal ekor tidak 
ada (gambar 61); bagian sisi atas sirip 
ekor halus (gambar 61) ................... 32 
31b. Precaudal pits present (fig. 62); dorsal 
caudal-fin margin typically rippled (fig. 
62) ................................................. 33 
Terdapat lubang di pangkal ekor (gam-bar 
62); bagian sisi atas sirip ekor 
bergelombang (gambar 62) ............. 33 
32a. 1st dorsal fin very long, about equal to 
length of caudal fin (fig. 63); spiracles 
about as long as eyes ............................ 
............ Pseudotriakidae, false catsharks 
...........................................fig. 63; 170 
Sirip punggung pertama sangat panjang, 
hampir sama panjang dengan panjang 
sirip ekor (gambar 63); spirakel hampir 
sama panjang dengan mata ................... 
..................... Pseudotriakidae, hiu tahu 
.....................................gambar 63; 170 
32b. 1st dorsal fin short, about two thirds 
caudal fin length or less (fig. 64); spira-cles 
much smaller than eyes ................. 
........................Triakidae, hound sharks 
...........................................fig. 64; 188 
Sirip punggung pertama pendek, sekitar 
dua pertiga panjang sirip ekor atau 
kurang (gambar 64); spirakel lebih kecil 
dari mata ............Triakidae, hiu karang 
.....................................gambar 64; 188 
33a. Spiracles present; intestine with a spiral 
valve (fig. 67) ....................................... 
................. Hemigaleidae,weasel sharks 
...........................................fig. 65; 162 
Terdapat spirakel; usus memiliki katup 
spiral (gambar 67) ................................ 
.................... Hemigaleidae, hiu kacang 
.....................................gambar 65; 162 
fig./gambar 61 
fig./gambar 62 
fig./gambar 63 
fig./gambar 64 
fig./gambar 65
38 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 
33b. Spiracles absent (except in Galeocerdo 
and sometimes Loxodon, Negaprion and 
Triaenodon); intestine with a scroll valve 
(fig. 68) ............................................... 
.............. Carcharhinidae, whaler sharks 
...........................................fig. 66; 108 
Spirakel tidak ada (kecuali pada Galeo-cerdo 
dan kadang-kadang Loxodon, 
Negaprion dan Triaenodon); usus memiliki 
katup seperti gulungan (gambar 68) ..... 
...................... Carcharhinidae, hiu buas 
.....................................gambar 66; 108 
fig./gambar 66 
fig./gambar 67 
fig./gambar 68
BAGIAN 6 
FORM ISIAN
FORM 1. BIOLOGI IKAN 
Hari : 
Tanggal : 
No. Photo ID 
Jenis Hiu Ukuran (Cm) 
Kelamin 
(M/F) 
Kategori Clasper 
NC/NFC/FC Berat (kg) 
Nama Lokal Nama Ilmiah TL FL SL
FORM 2. DATA ALAT TANGKAP DAN HASIL TANGKAPAN 
No. Nama Responden/ Nama 
Kapal/Pemilik Kapal 
Jenis Kapal/ Ukuran 
(GT) 
Lama Trip 
(Hari) 
Nama Alat 
Tangkap 
Target (T) /By-catch 
(B) 
Hasil Tangkapan 
Hiu (Ekor) Lokasi Penangkapan
FORM 3. DATA PEMANFAATAN HASIL TANGKAPAN 
No Identitas Responden Bahan Baku 
(Kg)/Hari/Bulan 
Bagian yang diambil/Diolah (✓) Hasil Olahan Jumlah Hasil 
Olahan (kg) 
Keterangan 
Nama Pekerjaan Utuh Sirip Hati Daging Lainnya
FORM 4. INFORMASI PENTING LAINNYA 
No Hari/Tanggal 
Photo ID 
Uraian Informasi 
(Pari Manta; Paus; Sirip; Atau 
Spesies Lainnya) 
Jumlah Berat* 
(Kg) Keterangan
DAFTAR PUSTAKA 
Carpenter, K.E.& Niem,V.H. (eds) (1998). FAO Species Identification Guide for 
Fishery Purposes.The living marine resources of the Western Central 
Pacific.Volume 2. Cephalopods, crustaceans, holuthurians and sharks. pp 
687–1396. FAO, Rome. 
Compagno, L.J.V. (1984). FAO Species Catalogue.Vol. 4, Sharks of the World.An 
annotated and illustrated catalogue of shark species known to date. FAO 
Fisheries Synopsis No. 125. vol. 4: pt. 1 (non-carcharhinoids), pp. viii, 1–250; 
pt. 2 (Carcharhiniformes), pp x, 251–655. 
Compagno, L.J.V. (2001). Sharks of the world. An annotated and illustrated 
catalogue of shark species known to date.Volume 2. Bullhead, mackerel and 
carpet sharks (Heterodontiformes, Lamniformes and Orectolobiformes). 269 pp 
FAO, Rome. 
Compagno, L.J.V., Dando,M.& Fowler, S. (2005).A field guide to the sharks of the 
world. Harper Collins Publishing Ltd., London. 368 pp. 
Gloerfelt-Tarp,T. & Kailola, P.J. (1984).Trawled fishes of southern Indonesia and 
northwestern Australia.Australian Development Assistance Bureau; Directorate 
General of Fisheries, Indonesia; German Agency for Technical Cooperation. 
406 pp. 
Sainsbury, K.J., Kailola, P.J. & Leyland, J.J. (1985). Continental shelf fishes of 
northern and north-western Australia. An illustrated guide. CSIRO Division of 
Fisheries Research; Clouston & Hall and Peter Pownall Fisheries Information 
Service, Canberra. 375 pp. 
White.W.T., Last P.R., Stevens.J.D., Yearsley G.K.,Fahmi., Dharmadi (2006). 
Economically Important Shark and Rays of Indonesia. Lamb Print, 
Perth,Western Australia
Buku panduan dan log book survei hiu

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Kuliah 6 crustacea malacostraca [compatibility mode]
Kuliah 6 crustacea malacostraca [compatibility mode]Kuliah 6 crustacea malacostraca [compatibility mode]
Kuliah 6 crustacea malacostraca [compatibility mode]
 
Filum Echinodermata
Filum EchinodermataFilum Echinodermata
Filum Echinodermata
 
Plankton net
Plankton netPlankton net
Plankton net
 
Ppt molusca
Ppt molusca Ppt molusca
Ppt molusca
 
Power point terumbu karang
Power point terumbu karangPower point terumbu karang
Power point terumbu karang
 
Biologi pices
Biologi picesBiologi pices
Biologi pices
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air
 
Ppt biologi filum echinodermata kelas echinoidea
Ppt biologi filum echinodermata kelas echinoideaPpt biologi filum echinodermata kelas echinoidea
Ppt biologi filum echinodermata kelas echinoidea
 
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptx
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptxMorfometrik dan Meristik Ikan.pptx
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptx
 
Bivalvia
BivalviaBivalvia
Bivalvia
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 
Hewan-hewan bentos di perairan laut dangkal
Hewan-hewan bentos di perairan laut dangkalHewan-hewan bentos di perairan laut dangkal
Hewan-hewan bentos di perairan laut dangkal
 
Sistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkapSistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkap
 
Padang lamun
Padang lamunPadang lamun
Padang lamun
 
Zoologi vertebrata Persentasi pisces (ikan)
Zoologi vertebrata Persentasi pisces (ikan)Zoologi vertebrata Persentasi pisces (ikan)
Zoologi vertebrata Persentasi pisces (ikan)
 
osmoregulasi
osmoregulasiosmoregulasi
osmoregulasi
 
Power Point nemathelminthes
Power Point nemathelminthesPower Point nemathelminthes
Power Point nemathelminthes
 
sistem alat gerak
sistem alat geraksistem alat gerak
sistem alat gerak
 
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPBProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
 

Andere mochten auch

Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia
Aturan, Regulasi: Perlindungan  dan Pemanfaatan Hiu di IndonesiaAturan, Regulasi: Perlindungan  dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia
Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di IndonesiaDidi Sadili
 
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariSosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariDidi Sadili
 
Kebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek Regulasinya
Kebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek RegulasinyaKebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek Regulasinya
Kebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek RegulasinyaDidi Sadili
 
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Didi Sadili
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaDidi Sadili
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaDidi Sadili
 
Kebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis IkanKebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis IkanDidi Sadili
 
Penyakit ikan hiasan
Penyakit ikan hiasanPenyakit ikan hiasan
Penyakit ikan hiasansiti zauwiyah
 
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019Didi Sadili
 
Distribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, Indonesia
Distribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, IndonesiaDistribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, Indonesia
Distribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, Indonesiahendrakkp
 
Ciri khusus beberapa hewan dan tumbuhan
Ciri khusus beberapa hewan dan tumbuhanCiri khusus beberapa hewan dan tumbuhan
Ciri khusus beberapa hewan dan tumbuhanFreddy Then
 
Pengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasan
Pengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasanPengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasan
Pengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasanHerney Aqilah Kay
 
8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunder
8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunder8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunder
8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunderinfosanitasi
 
Senarai rekod pinjaman murid
Senarai rekod pinjaman muridSenarai rekod pinjaman murid
Senarai rekod pinjaman muridAhmad Fadhli
 
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di IndonesiaTantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di IndonesiaDidi Sadili
 
Konservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu PausKonservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu PausDidi Sadili
 
Kebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyuKebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyuDidi Sadili
 

Andere mochten auch (20)

Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia
Aturan, Regulasi: Perlindungan  dan Pemanfaatan Hiu di IndonesiaAturan, Regulasi: Perlindungan  dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia
Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia
 
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariSosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
 
Kebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek Regulasinya
Kebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek RegulasinyaKebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek Regulasinya
Kebijakan Konservasi Hiu dan Pari serta Aspek Regulasinya
 
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
 
Kebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis IkanKebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis Ikan
 
Penyakit ikan hiasan
Penyakit ikan hiasanPenyakit ikan hiasan
Penyakit ikan hiasan
 
Hewan mamalia
Hewan mamaliaHewan mamalia
Hewan mamalia
 
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
 
Distribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, Indonesia
Distribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, IndonesiaDistribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, Indonesia
Distribusi Bambu Laut di Bima dan Alor, Indonesia
 
Ciri khusus beberapa hewan dan tumbuhan
Ciri khusus beberapa hewan dan tumbuhanCiri khusus beberapa hewan dan tumbuhan
Ciri khusus beberapa hewan dan tumbuhan
 
Pengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasan
Pengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasanPengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasan
Pengenalan kepada teknologi pemeliharaan haiwan kesayangan dan ikan hiasan
 
8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunder
8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunder8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunder
8 Pedoman Pengumpulan Data Sekunder
 
Senarai rekod pinjaman murid
Senarai rekod pinjaman muridSenarai rekod pinjaman murid
Senarai rekod pinjaman murid
 
Acara 2 morfologi ikan
Acara 2 morfologi ikanAcara 2 morfologi ikan
Acara 2 morfologi ikan
 
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di IndonesiaTantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
 
Penyu
PenyuPenyu
Penyu
 
Konservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu PausKonservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu Paus
 
Kebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyuKebijakan pengelolaan konservasi penyu
Kebijakan pengelolaan konservasi penyu
 

Ähnlich wie Buku panduan dan log book survei hiu

2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibamaYuga Rahmat S
 
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanlaporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanElmisa Subama
 
Makalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuMakalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuDody Perdana
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANGAmos Pangkatana
 
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docxKELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docxbungaihdaNorra
 
Laporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrataLaporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrataYunita Sari
 
DUNIA HEWAN (ANIMALIA).ppt
DUNIA HEWAN (ANIMALIA).pptDUNIA HEWAN (ANIMALIA).ppt
DUNIA HEWAN (ANIMALIA).pptBennyRyouta1
 
Bahan ajar Vertebrata
Bahan ajar VertebrataBahan ajar Vertebrata
Bahan ajar VertebrataEra Tarigan
 
Lks v er tebrata
Lks v er tebrataLks v er tebrata
Lks v er tebrataEra Tarigan
 
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...himabioummy
 
Cumi cumi paper
Cumi cumi paperCumi cumi paper
Cumi cumi paperSutana Gde
 

Ähnlich wie Buku panduan dan log book survei hiu (20)

Taksonomi hewan
Taksonomi hewanTaksonomi hewan
Taksonomi hewan
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama
 
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanlaporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
 
Makalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuMakalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyu
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
 
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docxKELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Animalia kelompok 5
Animalia kelompok 5Animalia kelompok 5
Animalia kelompok 5
 
Laporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrataLaporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrata
 
DUNIA HEWAN (ANIMALIA).ppt
DUNIA HEWAN (ANIMALIA).pptDUNIA HEWAN (ANIMALIA).ppt
DUNIA HEWAN (ANIMALIA).ppt
 
Bahan ajar Vertebrata
Bahan ajar VertebrataBahan ajar Vertebrata
Bahan ajar Vertebrata
 
Lks v er tebrata
Lks v er tebrataLks v er tebrata
Lks v er tebrata
 
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN DI TAMAN MARGASATWA DAN BUD...
 
Peredaran darah ikan
Peredaran darah ikanPeredaran darah ikan
Peredaran darah ikan
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Cumi cumi paper
Cumi cumi paperCumi cumi paper
Cumi cumi paper
 
Laporan Praktikum 2 Osteichtyes
Laporan Praktikum 2 OsteichtyesLaporan Praktikum 2 Osteichtyes
Laporan Praktikum 2 Osteichtyes
 
Group 8 phylum aves
Group 8 phylum avesGroup 8 phylum aves
Group 8 phylum aves
 
Hewan & lingkungan
Hewan & lingkunganHewan & lingkungan
Hewan & lingkungan
 
Reptil, aves, mamalia
Reptil, aves, mamaliaReptil, aves, mamalia
Reptil, aves, mamalia
 

Mehr von hendrakkp

Identifikasi Hiu 2015.pdf
Identifikasi Hiu 2015.pdfIdentifikasi Hiu 2015.pdf
Identifikasi Hiu 2015.pdfhendrakkp
 
Ekosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdf
Ekosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdfEkosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdf
Ekosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdfhendrakkp
 
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN KomodoPari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodohendrakkp
 
Monitoring jenis ikan dan coral
Monitoring jenis ikan dan coralMonitoring jenis ikan dan coral
Monitoring jenis ikan dan coralhendrakkp
 
Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar
Pedoman Penanganan Mamalia Laut TerdamparPedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar
Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdamparhendrakkp
 
Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)
Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)
Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)hendrakkp
 
Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)
Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)
Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)hendrakkp
 
01 profil pulau kecil terluar
01 profil pulau kecil terluar01 profil pulau kecil terluar
01 profil pulau kecil terluarhendrakkp
 

Mehr von hendrakkp (8)

Identifikasi Hiu 2015.pdf
Identifikasi Hiu 2015.pdfIdentifikasi Hiu 2015.pdf
Identifikasi Hiu 2015.pdf
 
Ekosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdf
Ekosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdfEkosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdf
Ekosistem Padang Lamun di TWP Anambas.pdf
 
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN KomodoPari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
Pari Manta di KKP Nusa Penida dan TN Komodo
 
Monitoring jenis ikan dan coral
Monitoring jenis ikan dan coralMonitoring jenis ikan dan coral
Monitoring jenis ikan dan coral
 
Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar
Pedoman Penanganan Mamalia Laut TerdamparPedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar
Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar
 
Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)
Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)
Pedoman Survei Ikan Napoleon (C.undulatus)
 
Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)
Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)
Pedoman Survei Bambu Laut (Isis hippuris)
 
01 profil pulau kecil terluar
01 profil pulau kecil terluar01 profil pulau kecil terluar
01 profil pulau kecil terluar
 

Kürzlich hochgeladen

power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.tency1
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxIPutuSuwitra1
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikajoey552517
 
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfMarisaRintania
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxfais1231
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx12MIPA3NurulKartikaS
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxINDIRAARUNDINASARISA
 
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxfais1231
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steriljoey552517
 

Kürzlich hochgeladen (13)

power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
 
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
 
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
 

Buku panduan dan log book survei hiu

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR Indonesia juga tercatat sebagai salah satu negara yang memanfaatkan sumber daya ikan bertulang rawan (hiu dan pari) terbesar di dunia. Ikan hiu yang tertangkap bisa sebagai hasil tangkap sampingan maupun sebagai tangkapan utama. Beberapa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap hiu dan pari sebagai tangkapan utama antara lain adalah berbagai jenis jaring insang, pancing rawai dan tombak. Jenis ikan ini juga tertangkap sebagai hasil tangkap sampingan oleh nelayan yang menggunakan pukat dasar, pukat udang, jaring insang, pancing rawai dan bagan. Indonesia tercatat sebagai negara dengan produksi perikanan hiu dan pari terbesar dan diyakini memiliki kekayaan jenis hiu dan pari tertinggi di dunia. Pengetahuan mengenai pengenalan jenis hiu dan pari yang ada di Indonesia amatlah dibutuhkan seiring dengan tingkat pemanfaatan yang amat tinggi terhadap populasi jenis ini, serta untuk memperoleh data yang akurat dalam penentuan kebijakan terhadap pengelolaan sumber daya tersebut. Buku panduan ini disusun dalam rangka pelaksanaan survei hiu di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang berisi cara-cara pengukuran biologi ikan hiu, cara identifikasi, peralatan yang dibutuhkan dalam survei serta form isian bagi enumerator. Dengan harapan dapat menjadi panduan dalam melakukan survei hiu dengan baik. i Gianyar, Juli 2014 Kepala BPSPL Denpasar Ir. Ikram M Sangadji, M.Si
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................ i Daftar Isi ....................................................................................................... ii Istilah Umum ............................................................................................... 1 BAGIAN 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 5 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 6 1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 6 1.3. Sasaran ................................................................................................. 6 1.4. Keluaran ................................................................................................ 6 1.5. Lingkup Kegiatan ................................................................................... 6 BAGIAN 2 METODOLOGI ........................................................................... 7 2.1 Kerangka Umum Survei dan Monitoring Hiu .......................................... 7 2.2 Alur Pelaksanaan Kegiatan .................................................................... 7 2.3 Rencana Lokasi Kegiatan ...................................................................... 8 2.4 Metode Pelaksanaan .............................................................................. 8 2.4.1 Enumerator ................................................................................... 8 2.4.2 Supervisi ....................................................................................... 8 2.5 Jenis dan Kebutuhan Data ..................................................................... 9 BAGIAN 3 TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN HIU ... 3.1 Metode ........................................................................................... 11 3.2 Ciri-Ciri Morfologis ........................................................................... 11 3.3 Teknik Pengukuran ......................................................................... 13 3.4. Teknik Pengenalan Jenis Kelamin Pada Hiu ...................................... 13 BAGIAN 4 PERALATAN PENCATATAN DATA IKAN HIU ................ 15 BAGIAN 5 KUNCI INDENTIFIKASI SUKU/SPESIES .......................... 16 BAGIAN 6 FORM ISIAN ....................................................................... 31 ii
  • 4. Istilah umum adelophophagy – metode perkembangan embrio dimana terjadi kanibalisme antar embrio di dalam uterus. angular – berbentuk persegi. anterior – bagian depan suatu objek. apex – bagian ujung atau puncak. badan – bagian dari tubuh ikan antara kepala dan ekor,mulai dari belakang insang hingga pangkal sirip ekor. barbel – tonjolan daging yang panjang atau berumbai di bagian kepala (moncong) yang berfungsi sebagai organ sensor. batang ekor – yang menghubungkan tubuh dengan ekor. bathypelagis – bagian bawah dari zona oseanik, dari kedalaman 700 m hingga 2,000 atau 4,000 m. bentik – hidup di dasar perairan. bercak – suatu bercak atau area yang berbeda warna dengan daerah di sekitarnya. bukaan insang – yang menghubungkan bilik insang dengan bagian luar (biasanya pada ikan bertulang rawan). celah hidung – celah yang menghubungkan antara mulut dengan lubang hidung. celah circumnarial – celah di sekeliling kepala. celah oronasal – celah di sekitar hidung. celah symphysis – celah di sekitar mulut. cepalopoda – kelompok cumi. cetacea – kelompok mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus. chondrichthyes – kelompok ikan bertulang rawan seperti hiu, pari dan hiu hantu (chimaera). cuping kepala – lekukan lebar pada dahi pada beberapa jenis pari. cuping terminal – cuping bagian pangkal. dasar – bagian dasar (misal pada sirip) yang menghubungkan dengan tubuh. demersal – hidup di dasar atau dekat dasar perairan. dentikel – bentukan seperti gigi yang kecil-sisik plakoid pada ikan bertulang rawan. dermal – yang berhubungan dengan kulit. dorsal – punggung, bagian atas tubuh. duri – bagian yang menonjol dan berujung tajam. duri sengat – struktur tulang yang bergerigi dan berujung tajam pada bagian ekor beberapa jenis pari. ekor – bagian tubuh dari kloaka hingga pangkal sirip ekor.
  • 5. elasmobranchii – kelompok ikan bertulang rawan seperti hiu dan pari. endemik – hidup terbatas di suatu area. epipelagis – bagian atas dari zona oseanik, dari permukaan hingga kedalaman sekitar 200 m. estuarin – hidup lebih banyak di daerah ustuaria. filter feeding – menyaring partikel makanan di air dengan menggunakan tapis insangnya. free rear tip – ujung paling belakang sirip setelah dasar sirip. gigi – bagian yang keras pada rahang, berguna untuk menggigit dan menghancurkan makanan. gigi rostral – tonjolan seperti gigi pada tiap sisi moncong hiu gergaji. gigi taring – bagian ujung gigi yang lancip. granulasi – membentuk butiran-butiran. gurat bibir – kerutan di sekitar bibir. gurat interdorsal – guratan kulit di antara kedua sirip punggung. gurat sisi – guratan menonjol di bagian sisi tubuh. habitat – suatu kondisi lingkungan tempat organisme hidup. histotrofi – pola perkembangan embrio dimana embrio menerima nutrisi kaya lemak histotrof atau susu dari uterus, yang diperoleh dari perpanjangan dinding uterus yang dinamai troponemata. insang – organ pernafasan yang menyaring oksigen dari air. insersi – celah antara sirip dengan bagian tubuh ikan. interdorsal – jarak antara sirip punggung pertama dengan sirip punggung kedua. jarak internarial – jarak antara dua lubang hidung. jarak interorbital – daerah di antara mata pada bagian atas kepala. juvenil – ikan muda, bentuk sama dengan ikan dewasa tapi belum matang secara sex-ual. kasplet – gigi taring yang kecil, biasa terdapat di samping gigi taring utama. kepala – bagian depan tubuh binatang tempat mulut dan organ-organ perasa yang penting lainnya berada. ketebalan – tinggi kepala atau tubuh dari atas ke bawah-atau jarak dari permukaan ke dasar. klasper kepala – bagian tubuh berukuran kecil pada bagian dahi ikan chimaera jantan dewasa. klasper – modifikasi dari bagian sirip perut pada ikan bertulang rawan jantan yang berfungsi untuk menyalurkan sperma ke tubuh ikan betina pada saat kawin. kloaka – lubang anus yang berfungsi pula sebagai organ reproduksi. krustasea – kelompok udang-udangan, kepiting, lobster.
  • 6. kuadrangular – berbentuk segi empat. lateral – bagian sisi/samping. lempengan tubuh – gabungan dari kepala, tubuh dan pembesaran sirip dada dari ikan-ikan bertulang belakang yang memiliki tubuh pipih, contoh: pari. lereng benua – bagian lereng yang curam,mulai dari perbatasan dengan paparan benua hingga kedalaman 2,000 m. longitudinal – membujur. lubang hidung – bagian terluar dari organ penciuman. lunas – guratan/tonjolan daging pada pangkal ekor. mesopelagis – hidup di perairan lepas pada kedalaman antara 200 dan 1,000m. moncong – bagian ujung kepala di depan mata. nama ilmiah – nama ilmiah suatu organisme yang terdini dari nama marga dan nama jenis-hanya satu nama per jenis. nekton – organisme yang berenang dan bergerak aktif di kolom air. nokturnal – aktif mencari makan di malam hari. oseanik – hidup di laut lepas. ocellus – tanda bintik seperti mata atau melingkar seperti tepi cincin. okular – berhubungan dengan mata. oophagy – metoda perkembangan embrio dimana embrio mendapatkan nutrisi den-gan memakan telur yang tidak dibuahi di dalam uterus. oral – berhubungan dengan mulut. orbit – tulang mata, bagian tulang di tengkorak tempat menyimpan bola mata. organ listrik – organ tubuh yang dapat menghantarkan listrik bertegangan rendah. ovipar – bertelur, telur menetas setelah dikeluarkan dari dalam tubuh betina yang telah matang. pancing rawai – alat tangkap yang memiliki banyak mata pancing. pangkal – bagian pangkal. panjang total – pada ikan, diukur dari ujung moncong hingga batas paling belakang sirip ekor bagian atas. paparan benua – bagian laut mulai dari daerah pantai hingga kedalaman 200 m. papila – tonjolan daging seperti kutil pada langit-langit atau dasar mulut. payau – perairan yang menghubungkan air laut dengan air tawar. pelagis – berenang bebas di laut atau perairan terbuka dan tidak berasosiasi dengan dasar perairan. pembutiran – membentuk butiran-butiran. pipih – tubuh pendek dan melebar ke samping. plankton – organisme kecil yang hidup hanyut mengikuti arus air.
  • 7. populasi – unit biologi yang mewakili kelompok individual dari satu jenis hewan yang hidup di suatu area. pori – lubang kecil sebagai alat sekresi atau organ sensor. pori hyomandibular – garis yang terdiri dari lubang pori yang membesar, memanjang ke belakang dari sudut mulut. pukat – alat tangkap jaring yang ditarik di belakang kapal. retikulasi – tanda atau pola seperti jaring. rhomboidal – berbentuk seperti berlian. rostrum – perpanjangan dari moncong. rumbai hidung – sama dengan rumbai internasal. rumbai kulit – bagian kulit yang berkembang berupa rumbai-rumbai. rumbai internasal – rumbai atau tonjolan-tonjolan daging yang memanjang di antara lubang hidung, sebagian kadang menutupi mulut. salinitas – kadar garam. saluran mukosa – saluran lendir. selaput dorsal – selaput di bagian atas. selaput mata – selaput transparan yang melindungi mata. selaput ventral – selaput di bagian bawah. sirip perut – sepasang sirip yang berada di bagian bawah tubuh antara kepala dan kloaka. sisi preventral – bagian sisi di depan perut. squalene – minyak yang dihasilkan dari hati beberapa jenis ikan hiu. substrat – substansi yang membentuk dasar perairan. subterminal – berada di dekat ujung suatu objek-posisi mulut agak di bawah kepala, dimana rahang atas tidak sejajar dengan rahang bawah. symphysis – berhubungan dengan bagian tengah persimpangan pada rahang atas dan rahang bawah. takik ekor – lekukan membujur atau melintang di bagian pangkal sirip ekor pada beberapa jenis hiu. taksonomi – ilmu tentang klasifikasi hewan dan tumbuhan. teleost – kelompok ikan bertulang sejati. tendril – sungut yang memanjang, ramping dan melengkung. tengkuk – bagian kepala di atas dan belakang mata. terminal – berada di ujung suatu objek-posisi mulut berada di ujung kepala dimana rahang atas sejajar dengan rahang bawahnya. thorn – dentikel yang membesar dan berbentuk seperti duri pada permukaan tubuh pari. ventral – berhubungan dengan bagian bawah tubuh atau perut.
  • 8. BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan beriklim tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi, termasuk berbagai jenis ikan hiu. Pemanfaatan ikan hiu ini sudah berlangsung sejak lama dan merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat dan Negara dari sektor perikanan. Perhatian dan sorotan internasional terhadap perikanan hiu di Indonesia saat ini mulai meningkat, hal ini tidak hanya disebabkan karena tingginya angka penanngkapan ikan hiu, tetapi juga disebabkan karena belum semua bagian ikan hiu yang dimanfaatkan, banyak nelayan yang hanya mengambil siripnya saja sedangkan bagian lainnya dibuang ke laut. Penangkapan ikan hiu secara besar-besaran tanpa didukung dengan data yang baik telah menyebabkan kekhawatiran akan ancaman kepunahan beberapa spesies hiu yang ada di Indonesia. Beberapa spesies hiu yang dikhawatirkan mengalami ancaman kepunahan dan diusulkan oleh CITES untuk masuk dalam Appendiks II CITES diantaranya Carcharhinus Plumbeus, Carcharhinus Obscurus, Carcharhinus Longimanus, Sphyrna Leweni, sphyrna Mokarran, Sphyrna Zygaena. Selain itu Indonesian Ocean Tuna Commission (IOTC) berdasarkan resolusi IOTC 10/12 mengeluarkan larangan penangkapan hiu Spesies Alopias Pelagicus, Alopias Superciliosus dan Alopias Vulpinus. Dari ketiga spesies tersebut dua spesies diantaranya terdapat di Indonesia yakni Alopias Pelagicus dan Alopias Superciliosus. Bagi Indonesia pelarangan penangkapan beberapa jenis ikan hiu tersebut akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap sumber pendapatan masyarakat nelayan dan menyulitkan dalam aspek pengawasannya dilapangan. Namun demikian juga disadari bahwa pemanfaatan ikan hiu tersebut harus diatur, sehingga kegiatan pemanfaatan ikan hiu ini dapat berlangsung secara berkesinambungan dan tidak hanya untuk masa sekarang tetapi juga untuk masa yang akan datang. Dalam rangka pengelolaan berkelanjutan ikan hiu tersebut, khususnya spesies yang diindikasikan rawan mengalami ancaman kepunahan diperlukan data dan informasi. Sumber daya hiu telah menjadi penghasilan utama di beberapa kalangan masyarakat tertentu, terutama mereka yang menggantungkan hidupnya pada produk perikanan perikanan tersebut, mulai dari nelayan penangkap, pengumpul, penjual dan pengolah hasil perikanan hiu di daerah-daerah dimana hiu menjadi target perikanan mereka. Dalam beberapa dekade terakhir, tren penangkapan hiu telah makin berkembang mulai dari perikanan longline berskala kecil menjadi perikanan komersial dengan target beberapa jenis ikan yang bernilai tinggi, baik sebagai target maupun tangkapan sampingan. Kepedulian terhadap status konservasi ikan hiu yang terancam punah di Indonesia muncul setelah banyak tekanan dan permintaan dunia internasional agar Indonesia turut dalam program perlindungan spesies yang terancam punah. Namun, masih kurangnya informasi mengenai data tangkapan, potensi, keragaman jenis, biologi, dan tingkat eksploitasi ikan hiu di Indonesia menjadi kendala dalam menentukan dasar rasional bagi penerapan pengelolaan hiu yang berkelanjutan.
  • 9. 1.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan “Survei dan Monitoring Sebaran Ikan Hiu dilaksanakan dengan maksud dan tujuan : a. Melakukan inventarisasi dan identifikasi data serta informasi tentang potensi dan sebaran hiu yang meliputi jenis, jumlah dan kondisi sebaran hiu; b. Melakukan analisis tingkat pemanfaatan hiu; c. Menyusun peta perkiraan penyebaran potensi hiu; dan d. Menyusun arahan rekomendasi pengelolaan dan status perlindungan hiu di wilayah kerja BPSPL Denpasar 1.3. Sasaran a. Tersedianya data dan informasi tentang potensi dan kondisi sebaran hiu sebagai dasar dalam penyusunan rencana pengelolaan dan penyusunan kebijakan pengelolaan konservasi hiu. b. Tersedianya data spasial tentang perkiraan sebaran populasi dan pemanfaatan hiu. 1.4. Keluaran Hasil akhir dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah dokumen laporan survei/monitoring Hiu di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Adapun dokumen laporan memuat informasi sebagai berikut : a. Kelimpahan populasi dan sebaran hiu; b. Kondisi habitat hiu; c. Hasil analisis kecenderungan jumlah dan ukuran populasi hiu (status dan tren populasi) berdasarkan data primer dan sekunder; d. Tingkat pemanfaatan hiu diantaranya perdagangan, penangkapan, pelaku pemanfataan dan sebagainya; e. Analisis tentang ancaman pemanfataan hiu terhadap kepunahan; f. Peta perkiraan penyebaran potensi hiu, tingkat pemanfaatan, dan jalur distribusi perdagangan. 1.5. Lingkup Kegiatan Lingkup pelaksanaan kegiatan “Survei dan Monitoring Hiu" di wilayah kerja BPSPL Denpasar adalah: a. Persiapan dan penyusunan rencana kegiatan; b. Kajian data sekunder yang memuat informasi tentang aspek biologi, ekologi, pemanfaatan, perdagangan, sosial, ekonomi dan lain-lain; c. Survei lapangan yang meliputi pengamatan aspek biologi, ekologi, dan sosial ekonomi; d. Analisis data lapangan; e. Pembuatan peta; f. Penyusunan laporan
  • 10. BAGIAN 2 METODOLOGI 2.1 Kerangka Umum Survei dan Monitoring Hiu IUCN STATUS Appendix II CITES Pada Beberapa Spesies 2.2 Alur Pelaksanaan Kegiatan Sebaran Populasi HIU Potensi Spesies Manajemen Konservasi Pendataan Lapang Wawancara Pelabuhan Perikanan Enumerator Pengolahan Pemasaran Wawancara Wawancara dan Supervisi Data Primer dan Sekunder Analisis Data LAPORAN Kuisioner
  • 11. 2.3 Rencana Lokasi Kegiatan No Provinsi Nama Pelabuhan 1. Jawa Timur PPN Prigi Trenggalek PPN Brondong Lamongan 2. Bali CPP Kedonganan Badung Pelabuhan Benoa 3. Nusa Tenggara Barat PPP Labuhan Lombok PPI Tanjung Luar 4 Nusa Tenggara Timur PPP Tenau Kupang CPP Oeba Kupang 2.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan ini akan dilaksakan dengan menggunakan metode observasi di lapang dan wawancara. Metode observasi dilakukan melalui pencatatan data Hiu oleh enumerator di lapang sehingga diperoleh data jenis, jumlah dan ukuran hiu yang ditangkap oleh nelayan. Sedangkan wawancara dilakukan untuk menggali lebih jauh mengenai sosial ekonomi masyarakat, jalur distribusi dan perdagangan serta lokasi penangkapan Hiu oleh nelayan. Wawancara nantinya akan dilaksanakan oleh enumerator dan staf BPSPL Denpasar pada waktu pelaksanaan supervisi. 2.4.1 Enumerator Dalam aktifitasnya, enumerator nantinya akan bertugas sebagai berikut : a. Identifikasi Spesies Identifikasi spesies dilakukan terhadap ikan hiu yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan dengan mengacu pada buku panduan identifikasi yang telah disiapkan. Enumerator sebelumnya sudah diberikan pembekalan mengenai cara-cara identifikasi Hiu b. Pendataan Hasil Tangkap Selain melakukan identifikasi spesies, enumerator diharapkan melakukan pengukuran panjang total ikan hiu yang didaratkan. Panjang total tersebut adalah panjang yang diukur dari ujung mulut sampai dengan ujung ekor, dengan tingkat ketelitian sampai dengan satuan cm. Pengumpulan data tersebut dilakukan setiap hari, dengan waktu pengumpulan data disesuaikan dengan waktu pendaratan ikan di pelabuhan perikanan setempat, umumnya dimulai waktu subuh sampai jam 10:00 pagi. Selain itu enumerator diharapkan mengumpulkan data tangkapan harian ikan hiu yang didaratkan di pelabuhan perikanan setempat berdasarkan data pelelangan. Apabila tidak dilakukan kegiatan lelang, maka data dapat diperoleh dari pencatatan yang dilakukan oleh pelabuhan perikanan setempat. Adapun kriteria emumerator adalah sebagai berikut : a. Sarjana perikanan/mahasiswa tingkat akhir/masyarakat lokal yang mengetahui cara pengambilan data perikanan; b. Bersedia ditempatkan di lokasi survei selama durasi tertentu dan dapat melakukan pencatatan dan analisis data 2.4.2 Supervisi Supervisi dilakukan oleh staf BPSPL Denpasar untuk mendapatkan data sosial ekonomi masyarakat, data produksi perikanan, serta informasi mengenai jalur distribusi pemasaran dan pengolahan ikan Hiu.
  • 12. 2.5 Jenis dan Kebutuhan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam survei dan monitoring Hiu di wilayah kerja BPSPL Denpasar adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan instansi. Adapun kebutuhan data dalam survei adalah : Data Primer No Kebutuhan Data Pengambil Data Enumerator Supervisi 1. Data spesies/genus Hiu þ - 2. Data ukuran Hiu þ - 3. Data jumlah þ - 4. Data sebaran lokasi penangkapan Hiu (wawancara) þ þ 5. Data pemanfaatan Hiu (wawancara) þ þ 6. Data jalur distribusi dan pemasaran þ þ 7. Data penggunaan alat tangkap þ þ Data Sekunder No Kebutuhan Data Pengambil Data Enumerator Supervisi 1. Data Sosial Ekonomi Masyarakat - þ 2. Profil Pelabuhan Perikanan - þ 3. Data Produksi Perikanan termasuk Hiu 2010-2014 - þ 4. Data armada tangkap 2010-2014 - þ 5. Data alat tangkap 2010-2014 - þ 6. Jumlah nelayan 2010-2014 - þ 7. Peta daerah penangkapan ikan - þ
  • 13. BAGIAN 3 TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN HIU 3.1 Metode Identifikasi jenis-jenis ikan hiu mengacu pada Fahmi dan Dharmadi (2013). Pengukuran panjang menggunakan meteran dalam satuan centimeter, ketelitian 0,1 cm. Penimbangan bobot ikan menggunakan timbangan, dalam satuan kilogram dengan ketelitian 0,1 kg 3.2 Ciri-Ciri Morfologis Ikan hiu pada umumnya bersifat predator. Habitatnya bervariasi dari perairan dekat pantai (inshore) sampai palung dalam (trench). Ikan cucut mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai berikut: 1. Bentuk tubuh seperti torpedo dan memiliki ekor yang kuat. 2. Insang terletak di sisi kiri dan kanan bagian belakang kepala. Insang tidak memiliki tutup, tetapi berupa celah insang (gill openings atau gill slit). Jumlah celah insang antara 5-7 buah. 3. Mulut terletak di bagian ujung terdepan bagian bawah. 4. Gigi triangular. Ekor pada umumnya berbentuk heterocercal yaitu bentuk cagak dengan cuping bagian atasnya lebih berkembang di banding bagian cuping bawahnya. Bentuk ekor demikian sangat membantu pergerakannya sebagai ikan predator sejati (Nontji dalam Anonimus, 2005). Bentuk ikan cucut dan bagian-bagiannya Gambar 3.1 Struktur Ikan Hiu
  • 14. Gambar 3.2. Struktur Sirip Dorsal Gambar 3.3. Struktur Kepala Bagian Bawah Ikan Hiu Gambar 3.4 Struktur Sirip Caudal
  • 15. 3.3 Teknik Pengukuran Terdapat banyak karakter pada teknik pengukuran, namun dalam survei ini hanya terdapat 3 karaker yang akan diuukur. Pengukuran morfometrik dilakukan terhadap 3 karakter, sebagai berikut: 1. TL = total length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai ujung ekor atas (panjang total) 2. FL = fork length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai pangkal cabang ekor (panjang cagak) 3. SL = precaudal length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai ujung gurat sisi (panjang standar) SL FL 3.4. Teknik Pengenalan Jenis Kelamin Pada Hiu TL Hiu secara seksual dimorfik dimana ada perbedaan visual antara jantan dan betina. Hiu jantan memiliki panggul yang dimodifikasi menjadi claspers sirip pelvis yang digunakan untuk pengiriman sperma. Gulungan Claspers terbentuk dari tulang rawan. Hiu jantan juga telah memiliki testis. Testis internal terletak di ujung anterior tubuh di dalam rongga organ epigonal. Kantung kemih dan saluran reproduksi bergabung bersama untuk membentuk sinus urogenital. Dari sinus urogenitak ini akhirnya sperma dilepaskan ke dalam alur dari claspers dan kemudian disampaikan ke betina selama kopulasi. Cara yang paling mudah untuk mengenai jenis kelamin Ikan Hiu adah dengan melihat adanya Claspers pada ikan tersebut. Kalau terdampat Claspers maka ikan tersebut adalah jantan. Kalau tidak ada, berarti ikan tersebut adalah betina. Pada hiu betina memiliki ovarium internal yang ditemukan di anterior dalam rongga tubuh dan berpasangan. Ovarium kiri sering lisis atau tidak ada telur. Sekali telur dilepaskan dan dibuahi, sebuah horny shell atau
  • 16. membran dikeluarkan disekitar membran ketika telur melewati kelenjar. Beberapa hiu menghasilkan sebuah shell yang tangguh dan dapat melindungi anaknya. Dalam spesies lain telur berkenbang dan menetas didalam rahim betina. Telur yang dihasilkan oleh tiap spesies sangat bervariasi. Ukuran diameter telur hiu sekitar 60 atau 70 mm dan terbungkus dalam kulit hingga diameter keseluruhannya dapat mencapai 300 mm. Jantan/Male Kode : M Betina/Female Code : F Ada tiga model reproduksi dalam hiu. Secara umum kebanyakan hiu bersifat ovovivipar, namun ada beberapa hiu yang bertelur. Bentuk yang paling maju disebut viviparity. Hal ini terjadi ketika hiu betina menyediakan makanan bagi embrio yang ada dalam tubuhnya. Makanan ini disebut sebagai sekresi susu uterus atau melalui koneksi plasenta. Reproduksi hiu yang kedua disebut ovoviviparity. Hal ini mirip dengan viviparity karena telur dibuahi, menetas dan berkembang di dalam tubuh hiu betina kemudian anak di lahirkan. Dalam hal ini embrio tidak menerima makanan langsung dari ibunya melainkan dari cadangan makana daris sel telur. Cara reproduksi hiu yang terakhir adalah oviparity. Telur hiu diletakkan di ganggang atau koral. Setelah telur aman telur tidak menerima perlindungan atau makanan dari induknya.
  • 17. BAGIAN 4 PERALATAN PENCATATAN DATA IKAN HIU Dalam melakukan pencatatan data di pelabuhan/lokasi pendaratan ikan hiu, diperlukan beberapa peralatan penunjang yaitu : 1. Surat Tugas = Surat tugas dikeluarkan oleh Kepala BPSPL Denpasar dan disampaikan kepada enumerator melalui wilker/satker di wilayah yang bersangkutan. Bersama dengan petugas wilker/satker, surat tugas ditunjukkan atau disampaikan kepada instansi yang membawahi langsung pelabuhan/lokasi pendaratan ikan. 2. Buku Panduan Untuk Enumerator = Buku panduan enumerator berisi tugas enumerator, jenis data yang dikoleksi, tata cara pengambilan data dan kunci identifikasi hiu. 3. Buku Pengenalan Jenis Ikan Hiu = Buku ini merupakan buku identifikasi sampai pada level spesies yang digunakan untuk menentukan spesies hiu yang telah didata 4. Logbok/Form isian = Form isian digunakan untuk merekam aktifitas pencatatan data ikan hiu oleh enumerator 5. Alat Tulis = Peralatan tulis 6. Kamera Digital = Digunakan untuk merekam aktifitas pencatatan, serta membantu untuk merekam/ mendokumentasikan spesies hiu di pelabuhan/lokasi pendaratan ikan 7. Meteran = Digunakan untuk mengukur panjang ikan 8. Timbangan = Digunakan untuk mengukur berat ikan 9. Lampu LED/senter = Digunakan oleh enumerator apabila waktu pencatatan dan datangnya ikan pada waktu petang/pagi hari. 10. Rain Coat/Jas Hujan = Digunakan untuk melindungi enumerator apabila terjadi hujan 11. Obat-obatan pendukung = Disiapkan dan dibawa oleh enumerator agar siap di segala kondisi Peralatan tersebut disiapkan dan dibawa oleh enumerator ke lokasi pelabuhan/lokasi pendaraan ikan hiu.
  • 18. BAGIAN 5 KUNCI INDENTIFIKASI SUKU/SPESIES
  • 19. 25 Key to families Kunci identifikasi suku 1a. Single gill opening on each side of head (fig. 1) ............ Chimaeridae, chimaeras .............................................fig. 3; 308 Terdapat satu buah celah insang di tiap sisi kepala (gambar 1)............................ ....................... Chimaeridae, hiu hantu ......................................gambar 3; 308 1b. 5–7 gill openings on each side of head (fig. 2) ............................................... 2 5–7 celah insang di tiap sisi kepala (gam-bar 2) ................................................ 2 2a. Gill slits on undersurface of head (fig. 4); body somewhat flattened, ray-like (fig. 4) ...................................................... 3 Insang berada di bagian bawah kepala (gambar 4); bentuk tubuh memipih, seperti pari (gambar 4)....................... 3 2b. Gill slits on sides of head (fig. 5); body more or less fusiform, shark-like (fig. 5) ....................................................... 14 Insang berada di samping kepala (gam-bar 5); tubuh seperti cerutu, bentuk hiu (gambar 5)....................................... 14 3a. Snout saw-like, flattened, armed with lateral teeth (fig. 6) .. Pristidae, sawfishes .............................................fig. 6; 196 Moncong seperti gergaji, pipih, dilengkapi dengan gigi-gigi samping (rostrum) (gambar 6) ............................ ............................ Pristidae, hiu gergaji ..................................... gambar 6; 196 fig./gambar 1 fig./gambar 2 fig./gambar 3 fig./gambar 4 fig./gambar 5 fig./gambar 6
  • 20. 26 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 3b. Snout not saw-like, no rostral teeth ... 4 Moncong tidak seperti gergaji, tidak memiliki gigi rostrum ...................... 4 4a. Two prominent dorsal fins (fig. 7); 1st dorsal fin originating closer to pelvic fins than to tail tip (fig. 7) ................. 5 Terdapat dua sirip punggung (gambar 7); pangkal sirip punggung pertama lebih dekat ke sirip perut daripada ke ujung ekor (gambar 7) ................................ 5 4b. 0–2 dorsal fins; 1st dorsal fin originating closer to tail tip than to pelvic-fin inser-tions when 2 fins are present (fig. 8) .... ......................................................... 8 0–2 sirip punggung; pangkal sirip pung-gung pertama lebih dekat ke ujung ekor daripada ke celah di belakang sirip perut bila kedua sisip ada (gambar 8) .... ......................................................... 8 5a. Ventral lobe of caudal fin well developed (fig. 9); pectoral and pelvic fins not touching (fig. 9) ............................... 6 Terdapat lubang yang jelas di pangkal ekor bagian atas (gambar 9); sirip dada dan sirip perut tidak bersentuhan (gam-bar 9) ............................................... 6 5b. Ventral lobe of caudal fin not well defined (fig. 7); pectoral and pelvic fins touching or overlapping (fig. 7) ........ 7 Lubang di pangkal ekor bagian atas tidak jelas atau tidak ada (gambar 7); sirip dada dan sirip perut bersentuhan atau tumpang tindih (gambar 7) ................ 7 6a. Snout triangular (fig. 10); back with small thorns only ................................. ............... Rhynchobatidae, guitarfishes ...........................................fig. 10; 208 fig./gambar 7 fig./gambar 8 fig./gambar 9 fig./gambar 10
  • 21. Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 27 Bentuk moncong segitiga (gambar 10); punggung memiliki gerigi kecil ........... .................. Rhynchobatidae, liong bun .....................................gambar 10; 208 6b. Snout broadly rounded (fig. 11); back with ridges lined with large thorns (fig. 11) ....................... Rhinidae, shark rays .......................................... fig. 11; 198 Moncong bulat melebar (gambar 11); punggung dengan gurat-gurat menon-jol, dilengkapi dengan gerigi atau duri yang besar-besar (gambar 11) ............... ........................... Rhinidae, hiu barong .................................... gambar 11; 198 7a. Snout broadly rounded (fig. 12); body surface entirely smooth; electric organs present ............ Narcinidae, numbfishes ...........................................fig. 12; 210 Moncong bulat melebar (gambar 12); permukaan tubuh halus; terdapat organ listrik ................ Narcinidae, pari listrik .....................................gambar 12; 210 7b. Snout triangular (fig. 13); body surface rough with thorns or fine denticles; no electric organs ..................................... .............. Rhinobatidae, shovelnose rays ...........................................fig. 13; 200 Bentuk moncong segitiga (fig. 13); per-mukaan tubuh kasar, memiliki gerigi atau dentikel; tidak memiliki organ listrik ............. Rhinobatidae, pari gitar .....................................gambar 13; 200 8a. Pelvic fin divided into two distinct lobes (fig. 14) ........................ Rajidae, skates ...........................................fig. 15; 212 Sirip perut terbagi menjadi dua cuping (gambar 14) ......... Rajidae, pari luncur .....................................gambar 15; 212 fig./gambar 11 fig./gambar 12 fig./gambar 13 fig./gambar 14 fig./gambar 15
  • 22. 28 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 8b. Pelvic fin with only one lobe (fig. 16) .. ......................................................... 9 Sirip perut memiliki satu cuping (gam-bar 16) ............................................. 9 9a. Anterior part of head not extended beyond disc (fig. 17); eyes located dor-sally and well medial to disc margin (fig. 17) ................................................. 10 Bagian depan kepala tidak berkembang memanjang dari lempengan tubuhnya (gambar 17); posisi mata di bagian tepi atas lempengan tubuhnya (gambar 17) . ....................................................... 10 9b. Anterior part of head extended beyond disc (fig. 18); eyes located laterally on side of head (fig. 18) ....................... 12 Bagian depan kepala berkembang memanjang dari lempengan tubuhnya (gambar 18); posisi mata di samping kepala (gambar 18) ......................... 12 10a. Disc very broad, width more than 1.5 times length (fig. 19); tail very short, fil-amentous (fig. 19) ................................ ................... Gymnuridae, butterfly rays ...........................................fig. 19; 274 Lempengan tubuh sangat lebar, lebarnya lebih dari 1.5 kali panjang tubuhnya (gambar 19); ekor sangat pendek dan berselaput (gambar 19) ........................ ................. Gymnuridae, pari kelelawar .....................................gambar 19; 274 10b. Disc only moderately broad (fig. 20); tail moderately to very long (fig. 20) ..... 11 Lempengan tubuh agak melebar (gam-bar 20); panjang ekor sedang hingga sangat panjang (gambar 20) ............. 11 fig./gambar 17 fig./gambar 16 fig./gambar 18 fig./gambar 19 fig./gambar 20
  • 23. Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 29 11a. Caudal fin present (fig. 21) .................. ............... Plesiobatidae, giant stingarees ...........................................fig. 21; 302 Sirip ekor ada (gambar 21) .................. .................... Plesiobatidae, pari minyak .....................................gambar 21; 302 11b. Caudal fin absent (fig. 22) .................... ............................ Dasyatidae, stingrays ...........................................fig. 22; 218 Sirip ekor tidak ada (gambar 22) .......... ........................... Dasyatidae, pari biasa .....................................gambar 22; 218 12a. A pair of long, cephalic lobes located laterally on front of head (fig. 23); teeth minute ................................................ .......... Mobulidae,manta and devil rays ...........................................fig. 23; 280 Terdapat sepasang cuping yang panjang di bagian sisi depan kepala (gambar 23); gigi kecil .. Mobulidae, pari lampengan .....................................gambar 23; 280 12b. No cephalic lobes present, but with a single subrostral lobe (fig. 24); teeth large ....................................................... 13 Tidak ada cuping di kepala, tapi bagian depan kepala memanjang seperti paruh (gambar 24); gigi besar-besar ........... 13 13a. Margin of subrostral lobe with a deep central notch (fig. 25) .......................... ............... Rhinopteridae, cownose rays ...........................................fig. 25; 304 Bagian tengah ujung paruhnya memiliki lekukan yang dalam (gambar 25) ......... .................... Rhinopteridae, pari elang .....................................gambar 25; 304 13b. Margin of subrostral lobe rounded (fig. 26) ................. Myliobatidae, eagle rays ...........................................fig. 26; 290 fig./gambar 21 fig./gambar 22 fig./gambar 23 fig./gambar 24 fig./gambar 25 fig./gambar 26
  • 24. 30 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a Bagian ujung paruhnya membundar (gambar 26) ......................................... ................... Myliobatidae, pari burung .....................................gambar 26; 290 14a. A single dorsal fin (fig. 27); 6 or 7 gill slits on each side of head ..................... ..................... Hexanchidae, cow sharks .............................................fig. 27; 40 Memiliki satu sirip punggung (gambar 27); 6 atau 7 celah insang di bagian sisi kepalanya ..... Hexanchidae, hiu kucing .......................................gambar 27; 40 14b. 2 dorsal fins (fig. 28); 5 gill slits on each side of head (fig. 28) ....................... 15 Memiliki dua sirip punggung (gambar 28); 5 buah celah insang di bagian sisi kepala (gambar 28) ......................... 15 15a. Anal fin absent (fig. 29) ................... 16 Tidak memiliki sirip anus (gambar 29) . ....................................................... 16 15b. Anal fin present (fig. 28) ................. 20 Memiliki sisip anus (gambar 28) ...... 20 16a. Mouth terminal on head; body flat; pec-toral fins very large, with anterior lobes overlapping gill slits (fig. 30) ................ ...................... Squatinidae, angel sharks .............................................fig. 30; 76 Letak mulut diujung kepala; tubuh pipih; sirip dada sangat besar dengan cuping bagian depan bertumpang tindih dengan celah insang (gambar 30) ......... ........................ Squatinidae, hiu kodok .......................................gambar 30; 76 fig./gambar 27 fig./gambar 28 fig./gambar 29 fig./gambar 30
  • 25. Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 31 16b. Mouth on undersurface of head (fig. 31); body cylindrical to slightly flat-tened; pectoral fins relatively small, without anterior lobes (fig. 31) ....... 17 Posisi mulut berada di bagian bawah kepala (gambar 31); tubuh silindris hingga hampir pipih; sirip dada relatif kecil, tanpa cuping depan (gambar 31) . ....................................................... 17 17a. Both dorsal fins without fin spines (fig. 32) ................ Dalatiidae, kitefin sharks .............................................fig. 32; 60 Kedua sirip punggung tidak memiliki duri keras/taji (gambar 32) .................. ............................. Dalatiidae, hiu tikus .......................................gambar 32; 60 17b. A fin spine present at origin of both dorsal fins (although sometimes very small) (fig. 33) ................................. 18 Terdapat sebuah duri/taji di tiap pangkal sirip punggungnya (kadang sangat kecil) (gambar 33) .................................... 18 18a. Teeth in both jaws similar in shape and size ............... Squalidae, dogfish sharks .............................................fig. 34; 66 Gigi di kedua rahang sama bentuk dan ukurannya ............ Squalidae, hiu botol .......................................gambar 34; 66 18b. Upper-jaw teeth markedly different in shape and/or size to lower-jaw teeth (fig. 35) .......................................... 19 Gigi pada rahang atas berbeda bentuk dan/atau ukurannya dengan gigi pada rahang bawah (gambar 35) .............. 19 fig./gambar 31 fig./gambar 32 fig./gambar 33 fig./gambar 34 fig./gambar 35 a b
  • 26. 32 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 19a. Upper-jaw teeth rather broad, nearly as broad as tall near base of cusp (fig. 35a) ............. Centrophoridae, gulper sharks .............................................fig. 36; 46 Gigi pada rahang atas agak lebar, lebar dasar giginya hampir sama panjang den-gan tingginya (gambar 35a) .................. ...................... Centrophoridae, hiu taji .......................................gambar 36; 46 19b. Upper-jaw teeth rather narrow, much narrower than tall near base of cusp (fig. 37) ............ Somniosidae, sleeper sharks .............................................fig. 38; 64 Gigi pada rahang atas agak ramping, lebar dasar giginya jauh lebih ramping dari tingginya (gambar 37) ................... ......................... Somniosidae, hiu tikus .......................................gambar 38; 64 20a. Head with lateral expansions, hammer-shaped (fig. 39) .................................... .......... Sphyrnidae, hammerhead sharks ...........................................fig. 39; 180 Bentuk kepala melebar ke samping, seperti martil (gambar 39) .................... ......................... Sphyrnidae, hiu martil .....................................gambar 39; 180 20b. Head not expanded laterally ........... 21 Kepala tidak melebar ke samping .... 21 21a. Caudal-fin upper lobe equal to or more than half total length, lower lobe distinct (fig. 40) ........ Alopiidae, thresher sharks .............................................fig. 40; 94 Panjang sirip ekor bagian atas hampir sama atau lebih panjang dari separuh panjang totalnya, bagian bawah berbeda (gambar 40) ...... Alopiidae, hiu monyet .......................................gambar 40; 94 fig./gambar 36 fig./gambar 37 fig./gambar 38 fig./gambar 39 fig./gambar 40
  • 27. Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 33 21b. Length of upper caudal-fin lobe much less than half total length (about equal to half in Stegostoma but without distinct lower lobe, fig. 49) .......................... 22 Panjang sirip ekor bagian atas jauh lebih pendek dari separuh panjang totalnya (hampir sama dengan separuhnya pada Stegostoma tapi tanpa perbedaan bagian bawah, gambar 49) .......................... 22 22a. Whole mouth forward of front margin of eye (fig. 41); deep nasoral grooves connecting nostrils and mouth (fig. 43) ....................................................... 23 Seluruh bagian mulut berada lebih ke depan daripada mata (gambar 41); terda-pat celah dalam yang menghubungkan mulut dengan lubang hidung (gambar 43) ................................................. 23 22b. Mouth partly beneath or behind front margin of eye (fig. 42); nasoral grooves usually absent (fig. 44) .................... 27 Sebagian mulut berada di bawah atau belakang batas mata (gambar 42); celah yang menghubungkan mulut dengan lubang hidung biasanya tidak ada (gam-bar 44) ........................................... 27 23a. Mouth very broad, terminal; caudal fin forked (fig. 45) .................................... ............. Rhincodontidae, whale sharks .............................................fig. 45; 90 Mulut sangat lebar, berada di ujung kepala, sirip ekor berbentuk cagak (gam-bar 45) ........ Rhincodontidae, hiu paus .......................................gambar 45; 90 23b. Mouth smaller, subterminal; caudal fin not forked (fig. 46) ......................... 24 fig./gambar 41 fig./gambar 42 fig./gambar 43 fig./gambar 44 fig./gambar 45 fig./gambar 46
  • 28. 34 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a Mulut lebih kecil, subterminal, sirip ekor tidak seperti cagak (gambar 46) ....... 24 24a. No fleshy lobe or groove around edges of nostrils (fig. 47) .......................... 25 Tidak memiliki cuping atau celah disek-itar batas lubang hidung (gambar 47) ... ....................................................... 25 24b. Fleshy lobe and groove present around edges of nostrils (fig. 48) ................. 26 Terdapat cuping dan celah di sekitar batas lubang hidung (gambar 48) .... 26 25a. Caudal fin very long, about equal to trunk length (fig. 49); prominent lateral ridges on body (fig. 49) ....................... ............... Stegostomatidae, zebra sharks .............................................fig. 49; 92 Sirip ekor sangat panjang, hampir sama panjang dengan tubuhnya (gambar 49); gurat samping yang tampak pada tubuh (gambar 49) ......................................... ........... Stegostomatidae, hiu belimbing .......................................gambar 49; 92 25b. Caudal fin shorter, less than half trunk length (fig. 50); no ridges on body (fig. 50) .. Ginglymostomatidae, nurse sharks .............................................fig. 50; 78 Sirip ekor lebih pendek, kurang dari separuh panjang badannya (gambar 50); tidak terdapat gurat pada tubuhnya (gambar 50) ......................................... .............. Ginglymostomatidae, hiu bisu .......................................gambar 50; 78 26a. Head and body greatly flattened; dermal flaps present on sides of head (fig. 51) .. ................. Orectolobidae,wobbegongs .............................................fig. 51; 88 fig./gambar 47 fig./gambar 48 fig./gambar 49 fig./gambar 50 fig./gambar 51
  • 29. Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 35 Kepala dan tubuh sangat memipih; ter-dapat rumbai-rumbai kulit disisi kepala (gambar 51) ......................................... .................... Orectolobidae, hiu kodok .......................................gambar 51; 88 26b. Head and body cylindrical; no dermal flaps on sides of head (fig. 52) .............. ............... Hemiscyllidae, bamboosharks .............................................fig. 52; 80 Kepala dan tubuh silindris; tidak ada rumbai-rumbai kulit di sisi kepalanya (gambar 52) ......................................... .................... Hemiscyllidae, hiu bodoh .......................................gambar 52; 80 27a. Caudal fin almost symmetrical, lunate (fig. 53); a strong keel on either side of caudal peduncle (fig. 53) ...................... ................... Lamnidae, mackerel sharks .............................................fig. 53; 98 Sirip ekor hampir simetris, seperti bulan sabit (gambar 53); terdapat lunas (keel) di kedua sisi pangkal ekornya (gambar 53) ........................ Lamnidae, hiu tenggiri .......................................gambar 53; 98 27b. Caudal fin asymmetrical, heterocercal (fig. 54); keel on each side of caudal peduncle low or absent (fig. 54) ...... 28 Sirip ekor tidak simetris, bagian atas lebih panjang dari bagian bawah (gam-bar 54); lunas (keel) di pangkal ekor tidak ada atau lemah (gambar 54) .... 28 28a. Eyes very large (fig. 55); gill openings extending onto dorsal surface of head; low caudal keel present ........................ .... Pseudocarchariidae, crocodile sharks ...........................................fig. 55; 106 fig./gambar 52 fig./gambar 53 fig./gambar 54 fig./gambar 55
  • 30. 36 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a Mata sangat besar (gambar 55); celah insang memanjang hingga bagian atas kepala; terdapat lunas (keel) yang lemah di kedua sisi pangkal ekornya ............... .............. Pseudocarchariidae, hiu buaya .....................................gambar 55; 106 28b. Eyes relatively small (fig. 54); gill open-ings not extending onto dorsal surface of head (fig. 54); caudal keels absent ..... ....................................................... 29 Mata relatif kecil (gambar 54); celah insang tidak memanjang hingga bagian atas kepala (gambar 54); tidak ada lunas (keel) di pangkal ekornya ................ 29 29a. Eyelid fixed, not capable of closing over eye (fig. 56) ......................................... ......... Odontaspididae, sand tiger sharks ...........................................fig. 58; 102 Kelopak mata tetap, tidak bisa diger-akkan untuk menutup mata (gambar 56) .................. Odontaspididae, hiu anjing .....................................gambar 58; 102 29b. Eyelid capable of closing over eye (nicti-tating) (fig. 57) ................................ 30 Kelopak mata dapat digerakkan untuk menutup mata (gambar 57) ............. 30 30a. 1st dorsal-fin origin over or behind pelvic-fin bases (fig. 59) ....................... ...................... Scyliorhinidae, catsharks ...........................................fig. 59; 172 Pangkal sirip punggung pertama berada di atas atau di belakang dasar sirip perut (gambar 59) .. Scyliorhinidae, hiu tokek .....................................gambar 59; 172 30b. 1st dorsal-fin origin well ahead of pelvic-fin bases (fig. 60) .................. 31 Pangkal sirip punggung pertama berada di depan dasar sirip perut (gambar 60) . ....................................................... 31 fig./gambar 56 fig./gambar 57 fig./gambar 58 fig./gambar 59 fig./gambar 60
  • 31. Ke y t o f a m i l i e s Ku n c i i d e n t i f i k a s i s u k u 37 31a. Precaudal pits absent (fig. 61); dorsal caudal-fin margin smooth (fig. 61) .. 32 Lekukan/lubang di pangkal ekor tidak ada (gambar 61); bagian sisi atas sirip ekor halus (gambar 61) ................... 32 31b. Precaudal pits present (fig. 62); dorsal caudal-fin margin typically rippled (fig. 62) ................................................. 33 Terdapat lubang di pangkal ekor (gam-bar 62); bagian sisi atas sirip ekor bergelombang (gambar 62) ............. 33 32a. 1st dorsal fin very long, about equal to length of caudal fin (fig. 63); spiracles about as long as eyes ............................ ............ Pseudotriakidae, false catsharks ...........................................fig. 63; 170 Sirip punggung pertama sangat panjang, hampir sama panjang dengan panjang sirip ekor (gambar 63); spirakel hampir sama panjang dengan mata ................... ..................... Pseudotriakidae, hiu tahu .....................................gambar 63; 170 32b. 1st dorsal fin short, about two thirds caudal fin length or less (fig. 64); spira-cles much smaller than eyes ................. ........................Triakidae, hound sharks ...........................................fig. 64; 188 Sirip punggung pertama pendek, sekitar dua pertiga panjang sirip ekor atau kurang (gambar 64); spirakel lebih kecil dari mata ............Triakidae, hiu karang .....................................gambar 64; 188 33a. Spiracles present; intestine with a spiral valve (fig. 67) ....................................... ................. Hemigaleidae,weasel sharks ...........................................fig. 65; 162 Terdapat spirakel; usus memiliki katup spiral (gambar 67) ................................ .................... Hemigaleidae, hiu kacang .....................................gambar 65; 162 fig./gambar 61 fig./gambar 62 fig./gambar 63 fig./gambar 64 fig./gambar 65
  • 32. 38 S h a r k s a n d R a y s o f I n d o n e s i a 33b. Spiracles absent (except in Galeocerdo and sometimes Loxodon, Negaprion and Triaenodon); intestine with a scroll valve (fig. 68) ............................................... .............. Carcharhinidae, whaler sharks ...........................................fig. 66; 108 Spirakel tidak ada (kecuali pada Galeo-cerdo dan kadang-kadang Loxodon, Negaprion dan Triaenodon); usus memiliki katup seperti gulungan (gambar 68) ..... ...................... Carcharhinidae, hiu buas .....................................gambar 66; 108 fig./gambar 66 fig./gambar 67 fig./gambar 68
  • 33. BAGIAN 6 FORM ISIAN
  • 34. FORM 1. BIOLOGI IKAN Hari : Tanggal : No. Photo ID Jenis Hiu Ukuran (Cm) Kelamin (M/F) Kategori Clasper NC/NFC/FC Berat (kg) Nama Lokal Nama Ilmiah TL FL SL
  • 35. FORM 2. DATA ALAT TANGKAP DAN HASIL TANGKAPAN No. Nama Responden/ Nama Kapal/Pemilik Kapal Jenis Kapal/ Ukuran (GT) Lama Trip (Hari) Nama Alat Tangkap Target (T) /By-catch (B) Hasil Tangkapan Hiu (Ekor) Lokasi Penangkapan
  • 36. FORM 3. DATA PEMANFAATAN HASIL TANGKAPAN No Identitas Responden Bahan Baku (Kg)/Hari/Bulan Bagian yang diambil/Diolah (✓) Hasil Olahan Jumlah Hasil Olahan (kg) Keterangan Nama Pekerjaan Utuh Sirip Hati Daging Lainnya
  • 37. FORM 4. INFORMASI PENTING LAINNYA No Hari/Tanggal Photo ID Uraian Informasi (Pari Manta; Paus; Sirip; Atau Spesies Lainnya) Jumlah Berat* (Kg) Keterangan
  • 38. DAFTAR PUSTAKA Carpenter, K.E.& Niem,V.H. (eds) (1998). FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes.The living marine resources of the Western Central Pacific.Volume 2. Cephalopods, crustaceans, holuthurians and sharks. pp 687–1396. FAO, Rome. Compagno, L.J.V. (1984). FAO Species Catalogue.Vol. 4, Sharks of the World.An annotated and illustrated catalogue of shark species known to date. FAO Fisheries Synopsis No. 125. vol. 4: pt. 1 (non-carcharhinoids), pp. viii, 1–250; pt. 2 (Carcharhiniformes), pp x, 251–655. Compagno, L.J.V. (2001). Sharks of the world. An annotated and illustrated catalogue of shark species known to date.Volume 2. Bullhead, mackerel and carpet sharks (Heterodontiformes, Lamniformes and Orectolobiformes). 269 pp FAO, Rome. Compagno, L.J.V., Dando,M.& Fowler, S. (2005).A field guide to the sharks of the world. Harper Collins Publishing Ltd., London. 368 pp. Gloerfelt-Tarp,T. & Kailola, P.J. (1984).Trawled fishes of southern Indonesia and northwestern Australia.Australian Development Assistance Bureau; Directorate General of Fisheries, Indonesia; German Agency for Technical Cooperation. 406 pp. Sainsbury, K.J., Kailola, P.J. & Leyland, J.J. (1985). Continental shelf fishes of northern and north-western Australia. An illustrated guide. CSIRO Division of Fisheries Research; Clouston & Hall and Peter Pownall Fisheries Information Service, Canberra. 375 pp. White.W.T., Last P.R., Stevens.J.D., Yearsley G.K.,Fahmi., Dharmadi (2006). Economically Important Shark and Rays of Indonesia. Lamb Print, Perth,Western Australia