SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
Downloaden Sie, um offline zu lesen
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 1 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM BIDAN “N” KOTA BANDUNG PERIODE JULI-DESEMBER TAHUN 2013 
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung 
Disusun Oleh : HANNY FITRIANI NIM : CK.1.11.111 
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA 
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 
BANDUNG 
2014
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 2 
ABSTRAK 
Laserasi perineum terjadi selama persalinan dan dapat menyebabkan perdarahan postpartum hingga kematian apabila tidak segera ditangani. Umur ibu, paritas, dan berat badan bayi yang lahir termasuk faktor penyebab laserasi. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli-Desember tahun 2013. 
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan melihat rekam medik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 155 orang dan sampel yang diambil secara total sampling sebanyak 155 orang. 
Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengahnya (59.4%) mengalami ruptur perineum spontan. Sebagian besar (77.4%) adalah ibu yang berumur 20-35 tahun, lebih dari setengahnya (60%) adalah multipara, dan sebagian besar (81.3%) ibu melahirkan bayi dengan berat badan < 3500 gram. Semua terjadi pada persalinan normal di BPM bidan “N”. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan, terdapat hubungan antara paritas dan berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli-Desember 2013. 
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu primipara dan ibu yang melahirkan bayi dengan berat >3500 gram dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum. 
Disarankan kepada bidan yang bekerja di institusi maupun bidan praktek mandiri untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan persalinan terutama yang berkaitan dengan ruptur perineum seperti memberikan motivasi psikologis pada ibu agar ibu dapat tenang, memposisikan ibu dengan tepat dan nyaman, tepat dalam menginstruksikan waktu untuk mengejan, dan meningkatkan keterampilan menahan perineum sehingga dapat mengurangi angka kejadian ruptur perineum di lapangan. 
Kata kunci : Umur, Paritas, Berat badan bayi, Laserasi perineum 
Kepustakaan : 18 buku, 3 jurnal (2001-2013)
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 3 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Angka Kematian Ibu di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup (BPPKB, 2013). 
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal, serta neonatal dengan Making Pregnancy Safer (MPS) yang mengemukakan visi bahwa kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta yang dilahirkan hidup dan sehat (Saiffudin, 2008). 
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab kematian maternal di Indonesia didominasi oleh perdarahan (27%), eklampsia (23%), diikuti infeksi (11 %), komplikasi purpurium (8%), abortus (5%), partus lama / macet (5%), emboli obstetrik (5%), trauma obstetrik (5%), dan penyebab lain (11%) (Awi Muliadi Wijaya, 2012). Pada tahun 2007 di kota Bandung tercatat penyebab utama kematian ibu adalah karena perdarahan yaitu sebesar 45% (Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2007). Hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum. Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late postpartum hemorrhage. Sebab-sebab
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 4 
perdarahan postpartum dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu atonia uteri, trauma dan laserasi, retensio plasenta, dan kelainan perdarahan. (Oxorn, 2010) 
Penyebab perdarahan utama adalah atonia uteri sedangkan ruptur perineum merupakan penyebab kedua yang hampir terjadi pada setiap persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 2005). 
Robekan perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan, edema dan kerapuhan pada perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior, perluasan episiotomi. Faktor janin antara lain bayi yang besar, posisi kepala yang abnormal (misalnya presentasi muka dan occipitoposterior), kelahiran bokong, ekstraksi forceps yang sukar, distosia bahu, anomali congenital, seperti hydrocephalus. (Oxorn, 2010) 
Selain itu, umur ibu juga dapat menjadi faktor penyebab ruptur perineum. Pada usia di bawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan pada usia di atas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 5 
komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan seperti ruptur perineum akan lebih besar. (Depkes RI, 2001) 
Faktor penolong meliputi cara memimpin mengejan (Mochtar, 2000), cara berkomunikasi dengan ibu, ketrampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala, anjuran posisi meneran (JNPK-KR, 2007) juga menjadi faktor penyebab terjadinya ruptur perineum. Sebuah kajian deskriptif tentang profil kematian persalinan dan evaluasi kasus ruptur di RS Hasan Sadikin dan 3 rumah sakit jejaringnya pada periode 1999-2003. Hasilnya, insiden kasus ruptur di RS Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074). Insiden di rumah sakit jejaring sedikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1: 996). Di RSHS tidak didapatkan kematian ibu, sedangkan di 3 rumah sakit jejaring didapatkan sebesar 0,4%. Maka dari itu dapat disimpulkan, kasus ruptur perineum memberi dampak yang negatif baik pada ibu maupun bayi (Farmacia, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saras Ayu Mustika dan Evi Sri Suryani di kabupaten Banyumas pada tahun 2010. Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 6 
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. Pada primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan biasanya perineum tidak dapat menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak. (Prawirohardjo, 2002) 
Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur (Saifuddin, 2002). 
Persalinan dengan ruptur perineum apabila tidak ditangani secara efektif menyebabkan perdarahan dan infeksi menjadi lebih berat, serta pada jangka waktu panjang dapat mengganggu ketidaknyamanan ibu dalam hal hubungan seksual (Mochtar, 2000). 
Puskesmas Riung Bandung mempunyai wilayah kerja di desa Cisaranten Kidul dan desa Rancabolang. Terdapat 8 BPM yang menyerahkan laporannya setiap bulan ke Puskesmas Riung Bandung. Berdasarkan data hasil prasurvey, BPM bidan “N” merupakan BPM dengan jumlah persalinan terbanyak setiap bulannya.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 7 
Hasil studi pendahuluan di BPM bidan “N” didapatkan data jumlah persalinan bulan Juli hingga Desember tahun 2013 sebanyak 155 persalinan. Hasil pemeriksaan rekam medik menunjukkan 59.4 % mengalami ruptur perineum. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM BIDAN “N” KOTA BANDUNG PERIODE JULI- DESEMBER TAHUN 2013”. 
1.2 Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka penulis merumuskan masalah “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013”. 
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran umur ibu yang melahirkan dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli hingga Desember 2013. 2. Mengetahui gambaran paritas ibu yang melahirkan dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli hingga Desember 2013.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 8 
3. Mengetahui gambaran berat badan bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli hingga Desember 2013. 4. Menganalisis hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 5. Menganalisis hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 6. Menganalisis hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman yang nyata dalam bidang penelitian dan meningkatkan pengetahuan tentang ruptur perineum. 
1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat lebih meningkatkan keterampilan dan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga tidak terjadi ruptur perineum. 
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ruptur perineum.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 9 
BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN 
3.1 Desain Penelitian 
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dan dokumentasi. Survey Analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, dengan pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variable bebas atau resiko (variabel independen) dan variabel terikat atau variabel akibat (variabel dependen) dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 
3.2.1 Populasi 
Populasi adalah keseluruhan objek yang di teliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin secara normal di BPM bidan N Kota Bandung selama periode bulan Juli hingga Desember 2013 sebanyak 155 orang. 
3.2.2 Sampel 
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). 
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling, yaitu
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 10 
teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh ibu yang bersalin secara normal di BPM bidan N Kota Bandung selama periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 155 orang. 
3.3 Kerangka Penelitian 
3.3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2010) Robekan perineum adalah salah satu robekan jalan lahir yang merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan yang berakibat terhadap kematian ibu post partum (Saifuddin, 2008). 
Robekan perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan, edema dan kerapuhan pada perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior, perluasan episiotomi. Faktor janin antara lain bayi yang besar, posisi kepala yang abnormal (misalnya
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 11 
presentasi muka dan occipitoposterior), kelahiran bokong, ekstraksi forceps yang sukar, distosia bahu, anomali congenital, seperti hydrocephalus. (Oxorn, 2010) 
Selain itu, umur ibu juga dapat menjadi faktor penyebab ruptur perineum. Pada usia di bawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan pada usia di atas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan seperti ruptur perineum akan lebih besar. (Depkes RI, 2001) 
Faktor penolong meliputi cara memimpin mengejan (Mochtar, 2000), cara berkomunikasi dengan ibu, ketrampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala, anjuran posisi meneran (JNPK-KR, 2007) juga menjadi faktor penyebab terjadinya ruptur perineum. 3.4 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian. Setelah melaui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. Bila diterima atau terbukti maka hipotesis tersebut menjadi tesis. (Notoadmodjo, 2010) 3.4.1 Hipotesis Nol (H0) 1. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 12 
2. Tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 3. Tidak terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli- Desember 2013. 3.4.2 Hipotesis Alternative (Ha) 1. Terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 2. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 3. Terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 3.5 Pengolahan dan Analisa Data 3.5.1 Pengolahan Data Data yang terkumpul merupakan data yang mentah. Oleh karena itu untuk memperoleh data yang diinginkan diperlukan pengolahan dan analisis. Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Editing data merupakan kegiatan menyeleksi dan memeriksa semua data yang sudah terkumpul, apakah sesuai dengan petunjuk, dan mudah digunakan atau tidak. 2. Coding Data Dilakukan dengan mengubah data yang dikumpulkan ke bentuk yang lebih ringkas. Memberikan kode pada semua variabel untuk mempermudah
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 13 
pengolahan terutama data klasifikasi. (Budiarto, 2006) Dalam penelitian ini, coding yang dilakukan terdiri dari : a. Umur ibu diberi kode 1 untuk 20-35 tahun, dan 2 untuk < 20 tahun dan > 35 tahun. b. Paritas diberi kode 1 untuk primipara, dan 2 untuk multipara. c. Berat badan bayi diberi kode 1 untuk berat badan bayi yang dilahirkan ≥ 3500 gram, dan 2 untuk berat badan bayi yang dilahirkan < 3500 gram. d. Ruptur perineum diberi kode 1 untuk terjadi ruptur dan 2 untuk tidak terjadi ruptur. 3. Entry Data Setelah data lengkap kemudian dilakukan tabulasi dengan cara disusun sesuai dengan variabel yang dibutuhkan diubah kedalam bentuk prosentase, lalu dimasukkan kedalam komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistics Program of Social Science). 4. Tabulasi Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. (Budiarto, 2006) 3.5.2 Analisis Data Analisis diawali dari yang sederhana kemudian baru mendalam sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 14 
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis distribusi frekuensi selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan criteria sebagai berikut : 0 % : Tidak satupun 1-25 % : Sebagian kecil 26-49 % : Kurang dari setengahnya 50 % : Setengahnya 51-75 % : lebih dari setengahnya 76-99 % : Sebagian besar 100 % : Seluruhnya (Arikunto, 2002) 2. Analisis Bivariat Untuk menguji hipotesis menggunakan teknik analisis statistik, yaitu analisis bivariat dengan rumus Chi-kuadrat. Peneliti menggunakan analisis bivariat ini untuk mengetahui hubungan antara variabel independent (umur ibu, paritas, dan berat badan bayi) dengan variabel dependent (kejadian rupture perineum spontan). Hasil yang diperoleh tabel kontingensi diterapkan dengan menggunakan perhitungan rumus Chi-kuadrat, yaitu : ² Keterangan : X² : Nilai Chi-kuadrat O : Frekuensi observasi E : Frekuensi harapan Uji Chi-kuadrat dilakukan menggunakan komputer dengan tingkat kepercayaan 95% atau nilai alpha (α) 0,05. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan perbandingan -value
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 15 
dengan taraf signifikan. Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Misalnya : a. Jika value ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berarti ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian rupture perineum spontan. b. Jika value > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Berarti tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian rupture perineum spontan. 3.6 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan studi kolerasional yaitu penelitian yang melihat hubungan antara dua variabel atau lebih dengan mengkaji apakah ada hubungan yang terjadi antara faktor-faktor (umur ibu, paritas, dan berat badan bayi) dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli- Desember 2013. 3.7 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang digunakan adalah BPM bidan “N” kota Bandung, dikarenakan di BPM tersebut terdapat kebijakan bahwa ibu yang melahirkan tidak diberikan tindakan episiotomi sehingga dapat dipastikan seluruh ibu yang mengalami ruptur perineum berjenis ruptur perineum spontan. Waktu penelitian ini berlangsung pada bulan Januari-Mei 2014.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 16 
BAB IV 
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
4.1 Hasil Penelitian 
Pada bab IV ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” Kota Bandung periode Juli-Desember 2013. Hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data melalui buku register ibu bersalin sebanyak 155 orang yang ada di BPM bidan “N” selama bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 
4.1.1 Hasil Analisa Univariat 
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel yang diteliti yaitu umur ibu, paritas, dan berat badan bayi di BPM bidan “N” Kota Bandung periode Juli hingga Desember tahun 2013. 
4.1.1.1 Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Tabel 4.1 
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 
Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Frekuensi 
Presentase 
Ruptur 
92 
59.4 
Tidak Ruptur 
63 
40.6 
Total 
155 
100 
Dari hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya (59.4%) ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” mengalami ruptur perineum spontan.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 17 
4.1.1.2 Faktor Umur Ibu 
Tabel 4.2 
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Umur Ibu 
di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 
Umur Ibu 
Frekuensi 
Presentase 
20-35 tahun 
120 
77.4 
< 20 tahun dan > 35 tahun 
35 
22.6 
Total 
155 
100 
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (77.4%) ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” berumur 20-35 tahun. 
4.1.1.3 Faktor Paritas 
Tabel 4.3 
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Paritas 
di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 
Paritas 
Frekuensi 
Presentase 
Primipara 
62 
40 
Multipara 
93 
60 
Total 
155 
100 
Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (60%) ibu multipara yang melahirkan di BPM bidan “N”. 
4.1.1.4 Faktor Berat Badan Bayi 
Tabel 4.4 
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Berat Badan Bayi 
di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 
Berat Badan Bayi 
Frekuensi 
Presentase 
≥ 3500 gram 
30 
19.4 
< 3500 gram 
125 
80.6 
Total 
155 
100 
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (80.6%) ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” melahirkan bayi dengan berat badan < 3500 gram. 
4.1.2 Hasil Analisa Bivariat 
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 18 
variabel independen yaitu umur ibu, paritas, dan berat badan bayi dengan variabel dependen yaitu kejadian ruptur perineum spontan. Dengan menggunakan uji statistic Chi- Kuadrat dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05. 
4.1.2.1 Hubungan Faktor Umur Ibu dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Tabel 4.5 
Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 
Umur Ibu 
Ruptur Perineum 
Total 
value 
(α) 
Ya 
Tidak 
F 
% 
F 
% 
F 
% 
20-35 tahun 
69 
57.5 
51 
42.5 
120 
100 
0.5 
0.05 
< 20 tahun dan 
> 35 tahun 
23 
65.7 
12 
34.3 
35 
100 
Total 
92 
59.4 
63 
40.6 
155 
100 
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” yang berumur 20-35 tahun lebih dari setengahnya (57.5%) mengalami ruptur perineum. 
Dari tabel diatas, -value menunjukkan 0.5 < α (0.05). H0 diterima yang berarti tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli – Desember 2013. 
4.1.2.2 Hubungan Faktor Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Tabel 4.6 
Analisis Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 
Paritas 
Ruptur Perineum 
Total 
value 
OR 
(α) 
Ya 
Tidak 
F 
% 
F 
% 
F 
% 
Primipara 
54 
87.1 
8 
12.9 
62 
100 
0.000 
9.770 
0.05 
Multipara 
38 
40.9 
55 
59.1 
93 
100 
Total 
92 
59.4 
63 
40.6 
155 
100 
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada ibu primipara yang melahirkan di BPM
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 19 
bidan “N” sebagian besar (87.1%) mengalami ruptur perineum. 
Dari tabel diatas, -value menunjukkan 0.000 < α (0.05). H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli – Desember 2013. 
4.1.2.3 Hubungan Faktor Berat Badan Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Tabel 4.7 
Analisis Hubungan Berat Badan Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 
Berat 
Badan Bayi 
Ruptur Perineum 
Total 
value 
OR 
(α) 
Ya 
Tidak 
F 
% 
F 
% 
F 
% 
≥ 3500 gram 
24 
80 
6 
20 
30 
100 
0.018 
3.353 
0.05 
< 3500 gram 
68 
54.4 
57 
45.6 
125 
100 
Total 
92 
59.4 
63 
40.6 
155 
100 
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada ibu yang melahirkan bayi di BPM bidan “N” dengan berat < 3500 gram lebih dari setengahnya (54.4%) mengalami ruptur perineum. 
Dari tabel diatas, -value menunjukkan 0.018 < α (0.05). H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli – Desember 2013. 
4.2 Pembahasan 
Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasil yang diperoleh, beberapa hal yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 
4.2.1 Kejadian Ruptur Perineum Spontan Hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 20 
Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late postpartum hemorrhage. Sebab-sebab perdarahan postpartum dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu atonia uteri, trauma dan laserasi, retensio plasenta, dan kelainan perdarahan. (Oxorn, 2010) 
Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat (Nasution, 2010). Penyebab perdarahan utama adalah atonia uteri sedangkan ruptur perineum merupakan penyebab kedua yang hampir terjadi pada setiap persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 2005). Sebuah kajian deskriptif tentang profil kematian persalinan dan evaluasi kasus ruptur di RS Hasan Sadikin dan 3 rumah sakit jejaringnya pada periode 1999-2003. Hasilnya, insiden kasus ruptur di RS Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074). Insiden di rumah sakit jejaring sedikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1: 996). Di RSHS tidak didapatkan kematian ibu, sedangkan di 3 rumah sakit jejaring didapatkan sebesar 0,4%. Maka dari itu dapat disimpulkan, kasus ruptur perineum memberi dampak yang negatif baik pada ibu maupun bayi (Farmacia, 2007). Distribusi frekuensi pada tabel 4.1 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli hingga Desember 2013 terdapat 92 (59.4%) ibu yang mengalami ruptur perineum spontan, sedangkan sebanyak 63 (40.6%) ibu tidak mengalami ruptur perineum.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 21 
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” mengalami ruptur perineum spontan. Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro (2005) bahwa ruptur perineum hampir terjadi pada setiap persalinan pervaginam yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya umur ibu, paritas, dan berat badan bayi yang lahir. 
4.2.2 Faktor Umur Ibu 
Umur adalah jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai dengan waktu tertentu. Pada usia reproduktif (20-30 tahun) terjadi kesiapan respon maksimal baik dalam hal mempelajari sesuatu atau dalam menyesuaikan hal-hal tertentu dan setelah itu sedikit demi sedikit menurun seiring dengan bertambahnya umur. Selain itu pada usia reproduktif mereka lebih terbuka terhadap orang lain dan biasanya mereka akan saling bertukar pengalaman tentang hal yang sama yang pernah mereka alami. (Hurlock, E.B, 2002) 
Pemerintah menganjurkan bahwa pasangan usia subur (PUS) sebaiknya melahirkan pada periode umur 20-35 tahun, pada kelompok usia tersebut angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan paling rendah dibanding dengan kelompok usia lainnya (BKKBN, 2008). 
Distribusi frekuensi pada tabel 4.2 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli hingga Desember 2013 terdapat 120 (77.4%) ibu
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 22 
berumur 20-35 tahun, sedangkan sebanyak 35 (22.6%) ibu berumur < 20 tahun dan > 35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” masuk dalam kelompok umur 20-35 tahun. Ini berarti sebagian besar pasangan usia subur (PUS) di sekitar lingkungan BPM bidan “N” sudah menggunakan hak reproduksi sesuai dengan anjuran pemerintah sebagaimana disebutkan oleh BKKBN. 
Umur ibu yang bersalin di BPM bidan “N” dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni umur beresiko dan umur yang kurang beresiko. Yang dimaksud dengan beresiko yaitu umur yang rentan untuk mengalami ruptur perineum spontan (< 20 tahun dan > 35 tahun), sedangkan umur yang kurang beresiko yaitu umur yang dapat terhindar dari kejadian ruptur perineum spontan (20-35 tahun). 
4.2.3 Faktor Paritas 
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai viabilitas dan telah dilahirkan tanpa melihat jumlah anak. Paritas merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak, hidup atau mati tetapi bukan aborsi. Primipara adalah ibu yang pernah melahirkan satu kali, sedangkan multipara adalah ibu yang pernah melahirkan 2-4 kali. 
Tingkat paritas telah banyak menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan ibu dan anak. Dikatakan demikian karena terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari pada yang berparitas tinggi. (Notoatmodjo, 2003)
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 23 
Distribusi frekuensi pada tabel 4.3 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli hingga Desember 2013 terdapat 62 (40%) ibu primipara, sedangkan sebanyak 93 (60%) ibu multipara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” merupakan multipara. 
Paritas ibu yang bersalin di BPM bidan “N” dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni paritas beresiko dan paritas yang kurang beresiko. Yang dimaksud dengan paritas beresiko yaitu paritas yang rentan untuk mengalami ruptur perineum spontan (primipara), sedangkan paritas yang kurang beresiko yaitu paritas yang dapat terhindar dari kejadian ruptur perineum spontan (multipara). 
4.2.4 Faktor Berat Badan Bayi 
Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran (Oxorn, 2003). Banyak faktor yang mempengaruhi berat badan lahir pada saat masih berada dalam kandungan, terdiri dari tiga faktor yang mempengaruhi yaitu faktor maternal, fetal dan plasental. Dengan memperhatikan hal di atas ternyata keadaan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin banyak sekali dan sangat kompleks. 
Berat badan lahir pada janin yang berat badannya melebihi 4000 gram pada umumnya tidak akan menimbulkan kesukaran persalinan, akan tetapi apabila dijumpai pada kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada postmaturitas) dapat menyebabkan distosia sehingga seringkali akan
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 24 
menyebabkan ruptur perineum (Wiknjosastro, 2007). 
Distribusi frekuensi pada tabel 4.4 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli-Desember 2013 terdapat 30 (19.4%) ibu yang melahirkan bayi dengan berat ≥ 3500 gram, sedangkan sebanyak 125 (80.6 %) ibu yang melahirkan bayi dengan berat < 3500 gram. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar bayi yang dilahirkan di BPM bidan “N” masuk dalam kelompok berat badan lahir < 3500 gram. 
Berat badan bayi yang dilahirkan di BPM bidan “N” dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni berat badan bayi beresiko dan berat badan bayi yang kurang beresiko. Yang dimaksud dengan berat badan bayi beresiko yaitu paritas yang rentan untuk mengalami ruptur perineum spontan (≥ 3500 gram), sedangkan berat badan bayi yang kurang beresiko yaitu paritas yang dapat terhindar dari kejadian ruptur perineum spontan (< 3500 gram). 
4.2.5 Hubungan Faktor Umur Ibu dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Wanita melahirkan anak pada Umur < 20 tahun atau > 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada Umur di bawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan pada Umur di atas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 25 
normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. (Depkes RI, 2001) 
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.5 diperoleh bahwa proporsi tertinggi dari ibu yang mengalami ruptur perineum berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 69 orang (57.5%), dan dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum, dengan nilai -value 0.5 < α (0.05). 
Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum bisa dikarenakan perineum seseorang berbeda keelastisitasannya dengan orang lain, selain itu posisi ibu saat bersalin, kondisi psikologis ibu, dan pimpinan meneran yang baik oleh bidan atau tenaga kesehatan berperan dalam kejadian ruptur perineum. 
4.2.6 Hubungan Faktor Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Pada primigravida, pemeriksaan ditemukan tanda-tanda perineum utuh, vulva tertutup, himen pervoratus, vagina sempit dengan rugae. Pada persalinan akan terjadi penekanan pada jalan lahir lunak oleh kepala janin. Dengan perineum yang masih utuh pada primi akan mudah terjadi ruptur perineum (Mochtar, 2000). 
Ruptur perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum pada umumnya terjadi di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 26 
lebih kecil daripada normalnya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito- bregmatika, atau anak lahir dengan pembedahan vaginal. (Prawirohardjo, 2006) 
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.6 diperoleh bahwa proporsi tertinggi dari ibu yang mengalami ruptur perineum merupakan ibu primipara yaitu sebanyak 54 orang (87.1%), dan dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum, dengan nilai -value 0.000 < α (0.05). Nilai OR (odds ratio) sebesar 9.770 yang berarti ibu primipara berpeluang mengalami kejadian ruptur perineum 9.7 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu multipara. 
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Mochtar (2000) dan Prawiroharjo (2008). Jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi membuat otot-otot perineum belum meregang dan masih kaku. Saat kepala bayi menekan perineum, perineum yang kaku tidak dapat menyesuaikan regangan yang terjadi sehingga resiko terjadi ruptur akan semakin besar. Nilai odds ratio tersebut membuktikan peluang terjadinya ruptur perineum pada primipara lebih besar dibandingkan dengan multipara. 
Dengan perineum yang masih utuh pada primipara akan mudah terjadi ruptur perineum, karena perineum pada sebagian wanita kurang mampu dalam menahan regangan saat persalinan.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 27 
4.2.7 Hubungan Faktor Berat Badan Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan 
Salah satu faktor yang mempengaruhi ruptur perineum pada ibu bersalin adalah berat badan janin. Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum yaitu berat badan janin lebih dari 3500 gram, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat badan janin tergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi (USG). Pada masa kehamilan hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran berat badan janin. (Depkes, 2001) 
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.7 diperoleh bahwa proporsi tertinggi dari ibu yang mengalami ruptur perineum merupakan ibu yang melahirkan bayi dengan berat < 3500 gram yaitu sebanyak 68 orang (54.4%), dan dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum, dengan nilai -value 0.018 < α (0.05). Nilai OR (odds ratio) sebesar 3.353 yang berarti berat badan bayi ≥ 3500 gram berpeluang mengalami kejadian ruptur perineum 3.35 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan bayi < 3500 gram. 
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Depkes RI (2001). Robekan perineum sering terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya laserasi perineum, hal ini karena perineum tidak cukup kuat menahan
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 28 
regangan kepala bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar. 
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
5.1 Kesimpulan 
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 155 ibu bersalin, hasil analisis data dan pembahasan mengenai Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Bulan Juli hingga Desember Tahun 2013, maka didapatkan beberapa kesimpulan antara lain : 
1. Lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” mengalami ruptur perineum spontan. 
2. Sebagian besar ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” berumur 20-35 tahun. 
3. Lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” adalah ibu multipara. 
4. Sebagian besar ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” melahirkan bayi dengan berat badan < 3500 gram. 
5. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N”. 
6. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N”. 
7. Terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N”.
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 29 
5.2 Saran 
5.2.1 Bagi Bidan 
Bagi bidan yang bekerja di institusi maupun bidan praktek mandiri untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan persalinan terutama yang berkaitan dengan ruptur perineum seperti memberikan motivasi psikologis pada ibu agar ibu dapat tenang, memposisikan ibu dengan tepat dan nyaman, tepat dalam menginstruksikan waktu untuk mengejan, dan meningkatkan keterampilan menahan perineum (steneng) sehingga dapat mengurangi angka kejadian ruptur perineum di lapangan. 
5.2.2 Bagi Peneliti Lain 
Hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai salah satu gambaran awal bagi penelitian- penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kejadian ruptur perineum akibat persalinan. 
DAFTAR PUSTAKA 
Ai Nurasiah, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: Refika Aditama 
Ai Yeyeh, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: TIM 
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta 
__________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta 
Budiarto, 2006. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta 
Depkes RI. 2001. Modul safe motherhood. Jakarta: FKMUI
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 30 
_________. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO 
_________. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO 
Jurnal: Bhinekas, G. S. 2008. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2007. Bandung 
Jurnal: Endriani, Siti Dwi, dkk. 2013. Hubungan Umur, Paritas, dan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Laserasi Perineum di Bidan Praktek Swasta Hj. Sri Wahyuni, S.SiT Semarang Tahun 2012. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang 
Jurnal: Saras Ayu Mustika, Evi Sri Suryani. 2011. Hubungan Umur Ibu dan Lama Persalinan dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di BPS Ny. Ida Farida Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2010. Banyumas: Akademi kebidanan YLPP Purwokerto 
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 
Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis Obstetri I. Jakarta: EGC 
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 
Oxorn, Harry. 2010. Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica 
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 31 
Saifuddin, A.B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka 
____________. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka 
STIKes Bhakti Kencana. 2014. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung : Yayasan Adhi Guna Kencana 
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta 
Wiknjosasro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 
http://www.bascommetro.com/2011/ 12/seputar-rupture-perineum.html (diakses pada tanggal 24 Januari 2014) 
http://www.bkkbn.go.id/pasangan- usia-subur (diakses pada tanggal 16 Maret 2014) 
http://www.infodokterku.com/component/content/article/16- data/data/200-indikator-angka- kematian-maternal-mmr-atau-aki- dan-penyebab.html (diakses pada tanggal 24 Januari 2014) 
http://www.jdih.net/web_bppkb/berita/269/bkkbn-gandeng-ibi-dan-idi- demi-capai-target-mdgs-2015 (diakses pada tanggal 24 Januari 2014)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumcahyatoshi
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibueka f
 
Bentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkurenBentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkurenBayu Fijrie
 
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPpt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFRisqy Nur Fitri
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAmalia Senja
 
PPT SOAP Bumil Postmatur
PPT SOAP Bumil PostmaturPPT SOAP Bumil Postmatur
PPT SOAP Bumil PostmaturChiyapuri
 
Persiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinanPersiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinanTriana Septianti
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0
Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0
Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0Operator Warnet Vast Raha
 
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalKb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalpjj_kemenkes
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,pjj_kemenkes
 

Was ist angesagt? (20)

Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partum
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
Bentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkurenBentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkuren
 
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPpt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
Infeksi akut dalam obstetri
Infeksi akut dalam obstetriInfeksi akut dalam obstetri
Infeksi akut dalam obstetri
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Bersalin
BersalinBersalin
Bersalin
 
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBINASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
 
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBS
 
PPT SOAP Bumil Postmatur
PPT SOAP Bumil PostmaturPPT SOAP Bumil Postmatur
PPT SOAP Bumil Postmatur
 
Persiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinanPersiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinan
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0
Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0
Asuhan kebidanan ibu hamil pada ny “r“ umur 30th g2 p1 a0
 
Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA
Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA
Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA
 
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalKb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 

Andere mochten auch

Kti eti widia
Kti eti widiaKti eti widia
Kti eti widiaETIWIDIA
 
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Operator Warnet Vast Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...Warnet Raha
 
Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)
Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)
Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)r8key
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahirdhewychabi
 
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Operator Warnet Vast Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...Warnet Raha
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)pjj_kemenkes
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...Warnet Raha
 

Andere mochten auch (13)

Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadianHubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
 
Kti eti widia
Kti eti widiaKti eti widia
Kti eti widia
 
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DI WILAYA...
 
Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)
Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)
Bahan magnetik-materi-bbl-7 (1)
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahir
 
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
Hubungan paritas dan umur dengan kejadian perdarahan pasca persalinan primer ...
 
Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
 
retensio plasenta
retensio plasentaretensio plasenta
retensio plasenta
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 

Ähnlich wie Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...Warnet Raha
 
132 231-1-sm
132 231-1-sm132 231-1-sm
132 231-1-smAndiSri5
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...Warnet Raha
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaChiyapuri
 
Analisis tentang paritas
Analisis tentang paritasAnalisis tentang paritas
Analisis tentang paritasirashahura
 
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopauseFaktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopausewawan kurniawan
 
Kel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docx
Kel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docxKel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docx
Kel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docxAyuFadila6
 
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdfKeziaChristy6
 

Ähnlich wie Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013 (20)

74 136-1-sm
74 136-1-sm74 136-1-sm
74 136-1-sm
 
35 kti
35 kti35 kti
35 kti
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahirHubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
 
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...
 
Bab Awal AKI
Bab Awal AKIBab Awal AKI
Bab Awal AKI
 
132 231-1-sm
132 231-1-sm132 231-1-sm
132 231-1-sm
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PLASENTA PREVIA 2.docx
PLASENTA PREVIA 2.docxPLASENTA PREVIA 2.docx
PLASENTA PREVIA 2.docx
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksia
 
Analisis tentang paritas
Analisis tentang paritasAnalisis tentang paritas
Analisis tentang paritas
 
Bu ANTIk.pptx
Bu ANTIk.pptxBu ANTIk.pptx
Bu ANTIk.pptx
 
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
 
Dahlia
DahliaDahlia
Dahlia
 
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopauseFaktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUANBAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 
KTI
KTIKTI
KTI
 
Kel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docx
Kel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docxKel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docx
Kel 3 Asuhan internal Berdasarkan Kala 1 Fase Laten.docx
 
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
2552-Article Text-20672-1-10-20200319.pdf
 

Kürzlich hochgeladen

DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGDATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGYudaPerwira5
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFFPMJ604FIKRIRIANDRA
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAmasqiqu340
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptEndangNingsih7
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTYudaPerwira5
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptmuhammadarsyad77
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshDosenBernard
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfPemdes Wonoyoso
 

Kürzlich hochgeladen (17)

DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGDATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

  • 1. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM BIDAN “N” KOTA BANDUNG PERIODE JULI-DESEMBER TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung Disusun Oleh : HANNY FITRIANI NIM : CK.1.11.111 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BANDUNG 2014
  • 2. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 2 ABSTRAK Laserasi perineum terjadi selama persalinan dan dapat menyebabkan perdarahan postpartum hingga kematian apabila tidak segera ditangani. Umur ibu, paritas, dan berat badan bayi yang lahir termasuk faktor penyebab laserasi. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli-Desember tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan melihat rekam medik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 155 orang dan sampel yang diambil secara total sampling sebanyak 155 orang. Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengahnya (59.4%) mengalami ruptur perineum spontan. Sebagian besar (77.4%) adalah ibu yang berumur 20-35 tahun, lebih dari setengahnya (60%) adalah multipara, dan sebagian besar (81.3%) ibu melahirkan bayi dengan berat badan < 3500 gram. Semua terjadi pada persalinan normal di BPM bidan “N”. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan, terdapat hubungan antara paritas dan berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli-Desember 2013. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu primipara dan ibu yang melahirkan bayi dengan berat >3500 gram dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum. Disarankan kepada bidan yang bekerja di institusi maupun bidan praktek mandiri untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan persalinan terutama yang berkaitan dengan ruptur perineum seperti memberikan motivasi psikologis pada ibu agar ibu dapat tenang, memposisikan ibu dengan tepat dan nyaman, tepat dalam menginstruksikan waktu untuk mengejan, dan meningkatkan keterampilan menahan perineum sehingga dapat mengurangi angka kejadian ruptur perineum di lapangan. Kata kunci : Umur, Paritas, Berat badan bayi, Laserasi perineum Kepustakaan : 18 buku, 3 jurnal (2001-2013)
  • 3. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup (BPPKB, 2013). Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal, serta neonatal dengan Making Pregnancy Safer (MPS) yang mengemukakan visi bahwa kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta yang dilahirkan hidup dan sehat (Saiffudin, 2008). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab kematian maternal di Indonesia didominasi oleh perdarahan (27%), eklampsia (23%), diikuti infeksi (11 %), komplikasi purpurium (8%), abortus (5%), partus lama / macet (5%), emboli obstetrik (5%), trauma obstetrik (5%), dan penyebab lain (11%) (Awi Muliadi Wijaya, 2012). Pada tahun 2007 di kota Bandung tercatat penyebab utama kematian ibu adalah karena perdarahan yaitu sebesar 45% (Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2007). Hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum. Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late postpartum hemorrhage. Sebab-sebab
  • 4. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 4 perdarahan postpartum dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu atonia uteri, trauma dan laserasi, retensio plasenta, dan kelainan perdarahan. (Oxorn, 2010) Penyebab perdarahan utama adalah atonia uteri sedangkan ruptur perineum merupakan penyebab kedua yang hampir terjadi pada setiap persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 2005). Robekan perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan, edema dan kerapuhan pada perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior, perluasan episiotomi. Faktor janin antara lain bayi yang besar, posisi kepala yang abnormal (misalnya presentasi muka dan occipitoposterior), kelahiran bokong, ekstraksi forceps yang sukar, distosia bahu, anomali congenital, seperti hydrocephalus. (Oxorn, 2010) Selain itu, umur ibu juga dapat menjadi faktor penyebab ruptur perineum. Pada usia di bawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan pada usia di atas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
  • 5. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 5 komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan seperti ruptur perineum akan lebih besar. (Depkes RI, 2001) Faktor penolong meliputi cara memimpin mengejan (Mochtar, 2000), cara berkomunikasi dengan ibu, ketrampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala, anjuran posisi meneran (JNPK-KR, 2007) juga menjadi faktor penyebab terjadinya ruptur perineum. Sebuah kajian deskriptif tentang profil kematian persalinan dan evaluasi kasus ruptur di RS Hasan Sadikin dan 3 rumah sakit jejaringnya pada periode 1999-2003. Hasilnya, insiden kasus ruptur di RS Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074). Insiden di rumah sakit jejaring sedikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1: 996). Di RSHS tidak didapatkan kematian ibu, sedangkan di 3 rumah sakit jejaring didapatkan sebesar 0,4%. Maka dari itu dapat disimpulkan, kasus ruptur perineum memberi dampak yang negatif baik pada ibu maupun bayi (Farmacia, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saras Ayu Mustika dan Evi Sri Suryani di kabupaten Banyumas pada tahun 2010. Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
  • 6. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 6 kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. Pada primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan biasanya perineum tidak dapat menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak. (Prawirohardjo, 2002) Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur (Saifuddin, 2002). Persalinan dengan ruptur perineum apabila tidak ditangani secara efektif menyebabkan perdarahan dan infeksi menjadi lebih berat, serta pada jangka waktu panjang dapat mengganggu ketidaknyamanan ibu dalam hal hubungan seksual (Mochtar, 2000). Puskesmas Riung Bandung mempunyai wilayah kerja di desa Cisaranten Kidul dan desa Rancabolang. Terdapat 8 BPM yang menyerahkan laporannya setiap bulan ke Puskesmas Riung Bandung. Berdasarkan data hasil prasurvey, BPM bidan “N” merupakan BPM dengan jumlah persalinan terbanyak setiap bulannya.
  • 7. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 7 Hasil studi pendahuluan di BPM bidan “N” didapatkan data jumlah persalinan bulan Juli hingga Desember tahun 2013 sebanyak 155 persalinan. Hasil pemeriksaan rekam medik menunjukkan 59.4 % mengalami ruptur perineum. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM BIDAN “N” KOTA BANDUNG PERIODE JULI- DESEMBER TAHUN 2013”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka penulis merumuskan masalah “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran umur ibu yang melahirkan dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli hingga Desember 2013. 2. Mengetahui gambaran paritas ibu yang melahirkan dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli hingga Desember 2013.
  • 8. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 8 3. Mengetahui gambaran berat badan bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli hingga Desember 2013. 4. Menganalisis hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 5. Menganalisis hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 6. Menganalisis hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman yang nyata dalam bidang penelitian dan meningkatkan pengetahuan tentang ruptur perineum. 1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat lebih meningkatkan keterampilan dan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga tidak terjadi ruptur perineum. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ruptur perineum.
  • 9. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dan dokumentasi. Survey Analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, dengan pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variable bebas atau resiko (variabel independen) dan variabel terikat atau variabel akibat (variabel dependen) dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek yang di teliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin secara normal di BPM bidan N Kota Bandung selama periode bulan Juli hingga Desember 2013 sebanyak 155 orang. 3.2.2 Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling, yaitu
  • 10. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 10 teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh ibu yang bersalin secara normal di BPM bidan N Kota Bandung selama periode bulan Juli hingga Desember tahun 2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 155 orang. 3.3 Kerangka Penelitian 3.3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2010) Robekan perineum adalah salah satu robekan jalan lahir yang merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan yang berakibat terhadap kematian ibu post partum (Saifuddin, 2008). Robekan perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan, edema dan kerapuhan pada perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior, perluasan episiotomi. Faktor janin antara lain bayi yang besar, posisi kepala yang abnormal (misalnya
  • 11. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 11 presentasi muka dan occipitoposterior), kelahiran bokong, ekstraksi forceps yang sukar, distosia bahu, anomali congenital, seperti hydrocephalus. (Oxorn, 2010) Selain itu, umur ibu juga dapat menjadi faktor penyebab ruptur perineum. Pada usia di bawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan pada usia di atas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan seperti ruptur perineum akan lebih besar. (Depkes RI, 2001) Faktor penolong meliputi cara memimpin mengejan (Mochtar, 2000), cara berkomunikasi dengan ibu, ketrampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala, anjuran posisi meneran (JNPK-KR, 2007) juga menjadi faktor penyebab terjadinya ruptur perineum. 3.4 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian. Setelah melaui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. Bila diterima atau terbukti maka hipotesis tersebut menjadi tesis. (Notoadmodjo, 2010) 3.4.1 Hipotesis Nol (H0) 1. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013.
  • 12. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 12 2. Tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 3. Tidak terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli- Desember 2013. 3.4.2 Hipotesis Alternative (Ha) 1. Terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 2. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 3. Terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli-Desember 2013. 3.5 Pengolahan dan Analisa Data 3.5.1 Pengolahan Data Data yang terkumpul merupakan data yang mentah. Oleh karena itu untuk memperoleh data yang diinginkan diperlukan pengolahan dan analisis. Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Editing data merupakan kegiatan menyeleksi dan memeriksa semua data yang sudah terkumpul, apakah sesuai dengan petunjuk, dan mudah digunakan atau tidak. 2. Coding Data Dilakukan dengan mengubah data yang dikumpulkan ke bentuk yang lebih ringkas. Memberikan kode pada semua variabel untuk mempermudah
  • 13. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 13 pengolahan terutama data klasifikasi. (Budiarto, 2006) Dalam penelitian ini, coding yang dilakukan terdiri dari : a. Umur ibu diberi kode 1 untuk 20-35 tahun, dan 2 untuk < 20 tahun dan > 35 tahun. b. Paritas diberi kode 1 untuk primipara, dan 2 untuk multipara. c. Berat badan bayi diberi kode 1 untuk berat badan bayi yang dilahirkan ≥ 3500 gram, dan 2 untuk berat badan bayi yang dilahirkan < 3500 gram. d. Ruptur perineum diberi kode 1 untuk terjadi ruptur dan 2 untuk tidak terjadi ruptur. 3. Entry Data Setelah data lengkap kemudian dilakukan tabulasi dengan cara disusun sesuai dengan variabel yang dibutuhkan diubah kedalam bentuk prosentase, lalu dimasukkan kedalam komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistics Program of Social Science). 4. Tabulasi Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. (Budiarto, 2006) 3.5.2 Analisis Data Analisis diawali dari yang sederhana kemudian baru mendalam sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
  • 14. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 14 analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis distribusi frekuensi selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan criteria sebagai berikut : 0 % : Tidak satupun 1-25 % : Sebagian kecil 26-49 % : Kurang dari setengahnya 50 % : Setengahnya 51-75 % : lebih dari setengahnya 76-99 % : Sebagian besar 100 % : Seluruhnya (Arikunto, 2002) 2. Analisis Bivariat Untuk menguji hipotesis menggunakan teknik analisis statistik, yaitu analisis bivariat dengan rumus Chi-kuadrat. Peneliti menggunakan analisis bivariat ini untuk mengetahui hubungan antara variabel independent (umur ibu, paritas, dan berat badan bayi) dengan variabel dependent (kejadian rupture perineum spontan). Hasil yang diperoleh tabel kontingensi diterapkan dengan menggunakan perhitungan rumus Chi-kuadrat, yaitu : ² Keterangan : X² : Nilai Chi-kuadrat O : Frekuensi observasi E : Frekuensi harapan Uji Chi-kuadrat dilakukan menggunakan komputer dengan tingkat kepercayaan 95% atau nilai alpha (α) 0,05. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan perbandingan -value
  • 15. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 15 dengan taraf signifikan. Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Misalnya : a. Jika value ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berarti ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian rupture perineum spontan. b. Jika value > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Berarti tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian rupture perineum spontan. 3.6 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan studi kolerasional yaitu penelitian yang melihat hubungan antara dua variabel atau lebih dengan mengkaji apakah ada hubungan yang terjadi antara faktor-faktor (umur ibu, paritas, dan berat badan bayi) dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” periode Juli- Desember 2013. 3.7 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang digunakan adalah BPM bidan “N” kota Bandung, dikarenakan di BPM tersebut terdapat kebijakan bahwa ibu yang melahirkan tidak diberikan tindakan episiotomi sehingga dapat dipastikan seluruh ibu yang mengalami ruptur perineum berjenis ruptur perineum spontan. Waktu penelitian ini berlangsung pada bulan Januari-Mei 2014.
  • 16. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 16 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab IV ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” Kota Bandung periode Juli-Desember 2013. Hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data melalui buku register ibu bersalin sebanyak 155 orang yang ada di BPM bidan “N” selama bulan Juli hingga Desember tahun 2013. 4.1.1 Hasil Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel yang diteliti yaitu umur ibu, paritas, dan berat badan bayi di BPM bidan “N” Kota Bandung periode Juli hingga Desember tahun 2013. 4.1.1.1 Kejadian Ruptur Perineum Spontan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 Kejadian Ruptur Perineum Spontan Frekuensi Presentase Ruptur 92 59.4 Tidak Ruptur 63 40.6 Total 155 100 Dari hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya (59.4%) ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” mengalami ruptur perineum spontan.
  • 17. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 17 4.1.1.2 Faktor Umur Ibu Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Umur Ibu di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 Umur Ibu Frekuensi Presentase 20-35 tahun 120 77.4 < 20 tahun dan > 35 tahun 35 22.6 Total 155 100 Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (77.4%) ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” berumur 20-35 tahun. 4.1.1.3 Faktor Paritas Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Paritas di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 Paritas Frekuensi Presentase Primipara 62 40 Multipara 93 60 Total 155 100 Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (60%) ibu multipara yang melahirkan di BPM bidan “N”. 4.1.1.4 Faktor Berat Badan Bayi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Berat Badan Bayi di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 Berat Badan Bayi Frekuensi Presentase ≥ 3500 gram 30 19.4 < 3500 gram 125 80.6 Total 155 100 Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (80.6%) ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” melahirkan bayi dengan berat badan < 3500 gram. 4.1.2 Hasil Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
  • 18. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 18 variabel independen yaitu umur ibu, paritas, dan berat badan bayi dengan variabel dependen yaitu kejadian ruptur perineum spontan. Dengan menggunakan uji statistic Chi- Kuadrat dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05. 4.1.2.1 Hubungan Faktor Umur Ibu dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Tabel 4.5 Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 Umur Ibu Ruptur Perineum Total value (α) Ya Tidak F % F % F % 20-35 tahun 69 57.5 51 42.5 120 100 0.5 0.05 < 20 tahun dan > 35 tahun 23 65.7 12 34.3 35 100 Total 92 59.4 63 40.6 155 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” yang berumur 20-35 tahun lebih dari setengahnya (57.5%) mengalami ruptur perineum. Dari tabel diatas, -value menunjukkan 0.5 < α (0.05). H0 diterima yang berarti tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli – Desember 2013. 4.1.2.2 Hubungan Faktor Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Tabel 4.6 Analisis Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 Paritas Ruptur Perineum Total value OR (α) Ya Tidak F % F % F % Primipara 54 87.1 8 12.9 62 100 0.000 9.770 0.05 Multipara 38 40.9 55 59.1 93 100 Total 92 59.4 63 40.6 155 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada ibu primipara yang melahirkan di BPM
  • 19. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 19 bidan “N” sebagian besar (87.1%) mengalami ruptur perineum. Dari tabel diatas, -value menunjukkan 0.000 < α (0.05). H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli – Desember 2013. 4.1.2.3 Hubungan Faktor Berat Badan Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Tabel 4.7 Analisis Hubungan Berat Badan Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Juli – Desember 2013 Berat Badan Bayi Ruptur Perineum Total value OR (α) Ya Tidak F % F % F % ≥ 3500 gram 24 80 6 20 30 100 0.018 3.353 0.05 < 3500 gram 68 54.4 57 45.6 125 100 Total 92 59.4 63 40.6 155 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada ibu yang melahirkan bayi di BPM bidan “N” dengan berat < 3500 gram lebih dari setengahnya (54.4%) mengalami ruptur perineum. Dari tabel diatas, -value menunjukkan 0.018 < α (0.05). H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode Juli – Desember 2013. 4.2 Pembahasan Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasil yang diperoleh, beberapa hal yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 4.2.1 Kejadian Ruptur Perineum Spontan Hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum.
  • 20. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 20 Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late postpartum hemorrhage. Sebab-sebab perdarahan postpartum dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu atonia uteri, trauma dan laserasi, retensio plasenta, dan kelainan perdarahan. (Oxorn, 2010) Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat (Nasution, 2010). Penyebab perdarahan utama adalah atonia uteri sedangkan ruptur perineum merupakan penyebab kedua yang hampir terjadi pada setiap persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 2005). Sebuah kajian deskriptif tentang profil kematian persalinan dan evaluasi kasus ruptur di RS Hasan Sadikin dan 3 rumah sakit jejaringnya pada periode 1999-2003. Hasilnya, insiden kasus ruptur di RS Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074). Insiden di rumah sakit jejaring sedikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1: 996). Di RSHS tidak didapatkan kematian ibu, sedangkan di 3 rumah sakit jejaring didapatkan sebesar 0,4%. Maka dari itu dapat disimpulkan, kasus ruptur perineum memberi dampak yang negatif baik pada ibu maupun bayi (Farmacia, 2007). Distribusi frekuensi pada tabel 4.1 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli hingga Desember 2013 terdapat 92 (59.4%) ibu yang mengalami ruptur perineum spontan, sedangkan sebanyak 63 (40.6%) ibu tidak mengalami ruptur perineum.
  • 21. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 21 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” mengalami ruptur perineum spontan. Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro (2005) bahwa ruptur perineum hampir terjadi pada setiap persalinan pervaginam yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya umur ibu, paritas, dan berat badan bayi yang lahir. 4.2.2 Faktor Umur Ibu Umur adalah jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai dengan waktu tertentu. Pada usia reproduktif (20-30 tahun) terjadi kesiapan respon maksimal baik dalam hal mempelajari sesuatu atau dalam menyesuaikan hal-hal tertentu dan setelah itu sedikit demi sedikit menurun seiring dengan bertambahnya umur. Selain itu pada usia reproduktif mereka lebih terbuka terhadap orang lain dan biasanya mereka akan saling bertukar pengalaman tentang hal yang sama yang pernah mereka alami. (Hurlock, E.B, 2002) Pemerintah menganjurkan bahwa pasangan usia subur (PUS) sebaiknya melahirkan pada periode umur 20-35 tahun, pada kelompok usia tersebut angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan paling rendah dibanding dengan kelompok usia lainnya (BKKBN, 2008). Distribusi frekuensi pada tabel 4.2 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli hingga Desember 2013 terdapat 120 (77.4%) ibu
  • 22. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 22 berumur 20-35 tahun, sedangkan sebanyak 35 (22.6%) ibu berumur < 20 tahun dan > 35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” masuk dalam kelompok umur 20-35 tahun. Ini berarti sebagian besar pasangan usia subur (PUS) di sekitar lingkungan BPM bidan “N” sudah menggunakan hak reproduksi sesuai dengan anjuran pemerintah sebagaimana disebutkan oleh BKKBN. Umur ibu yang bersalin di BPM bidan “N” dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni umur beresiko dan umur yang kurang beresiko. Yang dimaksud dengan beresiko yaitu umur yang rentan untuk mengalami ruptur perineum spontan (< 20 tahun dan > 35 tahun), sedangkan umur yang kurang beresiko yaitu umur yang dapat terhindar dari kejadian ruptur perineum spontan (20-35 tahun). 4.2.3 Faktor Paritas Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai viabilitas dan telah dilahirkan tanpa melihat jumlah anak. Paritas merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak, hidup atau mati tetapi bukan aborsi. Primipara adalah ibu yang pernah melahirkan satu kali, sedangkan multipara adalah ibu yang pernah melahirkan 2-4 kali. Tingkat paritas telah banyak menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan ibu dan anak. Dikatakan demikian karena terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari pada yang berparitas tinggi. (Notoatmodjo, 2003)
  • 23. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 23 Distribusi frekuensi pada tabel 4.3 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli hingga Desember 2013 terdapat 62 (40%) ibu primipara, sedangkan sebanyak 93 (60%) ibu multipara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” merupakan multipara. Paritas ibu yang bersalin di BPM bidan “N” dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni paritas beresiko dan paritas yang kurang beresiko. Yang dimaksud dengan paritas beresiko yaitu paritas yang rentan untuk mengalami ruptur perineum spontan (primipara), sedangkan paritas yang kurang beresiko yaitu paritas yang dapat terhindar dari kejadian ruptur perineum spontan (multipara). 4.2.4 Faktor Berat Badan Bayi Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran (Oxorn, 2003). Banyak faktor yang mempengaruhi berat badan lahir pada saat masih berada dalam kandungan, terdiri dari tiga faktor yang mempengaruhi yaitu faktor maternal, fetal dan plasental. Dengan memperhatikan hal di atas ternyata keadaan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin banyak sekali dan sangat kompleks. Berat badan lahir pada janin yang berat badannya melebihi 4000 gram pada umumnya tidak akan menimbulkan kesukaran persalinan, akan tetapi apabila dijumpai pada kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada postmaturitas) dapat menyebabkan distosia sehingga seringkali akan
  • 24. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 24 menyebabkan ruptur perineum (Wiknjosastro, 2007). Distribusi frekuensi pada tabel 4.4 didapatkan hasil dari 155 ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” pada bulan Juli-Desember 2013 terdapat 30 (19.4%) ibu yang melahirkan bayi dengan berat ≥ 3500 gram, sedangkan sebanyak 125 (80.6 %) ibu yang melahirkan bayi dengan berat < 3500 gram. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar bayi yang dilahirkan di BPM bidan “N” masuk dalam kelompok berat badan lahir < 3500 gram. Berat badan bayi yang dilahirkan di BPM bidan “N” dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni berat badan bayi beresiko dan berat badan bayi yang kurang beresiko. Yang dimaksud dengan berat badan bayi beresiko yaitu paritas yang rentan untuk mengalami ruptur perineum spontan (≥ 3500 gram), sedangkan berat badan bayi yang kurang beresiko yaitu paritas yang dapat terhindar dari kejadian ruptur perineum spontan (< 3500 gram). 4.2.5 Hubungan Faktor Umur Ibu dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Wanita melahirkan anak pada Umur < 20 tahun atau > 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada Umur di bawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan pada Umur di atas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi
  • 25. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 25 normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. (Depkes RI, 2001) Berdasarkan hasil analisis tabel 4.5 diperoleh bahwa proporsi tertinggi dari ibu yang mengalami ruptur perineum berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 69 orang (57.5%), dan dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum, dengan nilai -value 0.5 < α (0.05). Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum bisa dikarenakan perineum seseorang berbeda keelastisitasannya dengan orang lain, selain itu posisi ibu saat bersalin, kondisi psikologis ibu, dan pimpinan meneran yang baik oleh bidan atau tenaga kesehatan berperan dalam kejadian ruptur perineum. 4.2.6 Hubungan Faktor Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Pada primigravida, pemeriksaan ditemukan tanda-tanda perineum utuh, vulva tertutup, himen pervoratus, vagina sempit dengan rugae. Pada persalinan akan terjadi penekanan pada jalan lahir lunak oleh kepala janin. Dengan perineum yang masih utuh pada primi akan mudah terjadi ruptur perineum (Mochtar, 2000). Ruptur perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum pada umumnya terjadi di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis
  • 26. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 26 lebih kecil daripada normalnya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito- bregmatika, atau anak lahir dengan pembedahan vaginal. (Prawirohardjo, 2006) Berdasarkan hasil analisis tabel 4.6 diperoleh bahwa proporsi tertinggi dari ibu yang mengalami ruptur perineum merupakan ibu primipara yaitu sebanyak 54 orang (87.1%), dan dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum, dengan nilai -value 0.000 < α (0.05). Nilai OR (odds ratio) sebesar 9.770 yang berarti ibu primipara berpeluang mengalami kejadian ruptur perineum 9.7 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu multipara. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Mochtar (2000) dan Prawiroharjo (2008). Jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi membuat otot-otot perineum belum meregang dan masih kaku. Saat kepala bayi menekan perineum, perineum yang kaku tidak dapat menyesuaikan regangan yang terjadi sehingga resiko terjadi ruptur akan semakin besar. Nilai odds ratio tersebut membuktikan peluang terjadinya ruptur perineum pada primipara lebih besar dibandingkan dengan multipara. Dengan perineum yang masih utuh pada primipara akan mudah terjadi ruptur perineum, karena perineum pada sebagian wanita kurang mampu dalam menahan regangan saat persalinan.
  • 27. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 27 4.2.7 Hubungan Faktor Berat Badan Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan Salah satu faktor yang mempengaruhi ruptur perineum pada ibu bersalin adalah berat badan janin. Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum yaitu berat badan janin lebih dari 3500 gram, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat badan janin tergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi (USG). Pada masa kehamilan hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran berat badan janin. (Depkes, 2001) Berdasarkan hasil analisis tabel 4.7 diperoleh bahwa proporsi tertinggi dari ibu yang mengalami ruptur perineum merupakan ibu yang melahirkan bayi dengan berat < 3500 gram yaitu sebanyak 68 orang (54.4%), dan dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum, dengan nilai -value 0.018 < α (0.05). Nilai OR (odds ratio) sebesar 3.353 yang berarti berat badan bayi ≥ 3500 gram berpeluang mengalami kejadian ruptur perineum 3.35 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan bayi < 3500 gram. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Depkes RI (2001). Robekan perineum sering terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya laserasi perineum, hal ini karena perineum tidak cukup kuat menahan
  • 28. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 28 regangan kepala bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 155 ibu bersalin, hasil analisis data dan pembahasan mengenai Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM Bidan “N” Kota Bandung Periode Bulan Juli hingga Desember Tahun 2013, maka didapatkan beberapa kesimpulan antara lain : 1. Lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” mengalami ruptur perineum spontan. 2. Sebagian besar ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” berumur 20-35 tahun. 3. Lebih dari setengahnya ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” adalah ibu multipara. 4. Sebagian besar ibu yang melahirkan di BPM bidan “N” melahirkan bayi dengan berat badan < 3500 gram. 5. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N”. 6. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N”. 7. Terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N”.
  • 29. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 29 5.2 Saran 5.2.1 Bagi Bidan Bagi bidan yang bekerja di institusi maupun bidan praktek mandiri untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan persalinan terutama yang berkaitan dengan ruptur perineum seperti memberikan motivasi psikologis pada ibu agar ibu dapat tenang, memposisikan ibu dengan tepat dan nyaman, tepat dalam menginstruksikan waktu untuk mengejan, dan meningkatkan keterampilan menahan perineum (steneng) sehingga dapat mengurangi angka kejadian ruptur perineum di lapangan. 5.2.2 Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai salah satu gambaran awal bagi penelitian- penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kejadian ruptur perineum akibat persalinan. DAFTAR PUSTAKA Ai Nurasiah, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: Refika Aditama Ai Yeyeh, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: TIM Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta __________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Budiarto, 2006. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta Depkes RI. 2001. Modul safe motherhood. Jakarta: FKMUI
  • 30. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 30 _________. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO _________. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO Jurnal: Bhinekas, G. S. 2008. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2007. Bandung Jurnal: Endriani, Siti Dwi, dkk. 2013. Hubungan Umur, Paritas, dan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Laserasi Perineum di Bidan Praktek Swasta Hj. Sri Wahyuni, S.SiT Semarang Tahun 2012. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang Jurnal: Saras Ayu Mustika, Evi Sri Suryani. 2011. Hubungan Umur Ibu dan Lama Persalinan dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di BPS Ny. Ida Farida Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2010. Banyumas: Akademi kebidanan YLPP Purwokerto Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis Obstetri I. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Oxorn, Harry. 2010. Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
  • 31. STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 31 Saifuddin, A.B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka ____________. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka STIKes Bhakti Kencana. 2014. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung : Yayasan Adhi Guna Kencana Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta Wiknjosasro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo http://www.bascommetro.com/2011/ 12/seputar-rupture-perineum.html (diakses pada tanggal 24 Januari 2014) http://www.bkkbn.go.id/pasangan- usia-subur (diakses pada tanggal 16 Maret 2014) http://www.infodokterku.com/component/content/article/16- data/data/200-indikator-angka- kematian-maternal-mmr-atau-aki- dan-penyebab.html (diakses pada tanggal 24 Januari 2014) http://www.jdih.net/web_bppkb/berita/269/bkkbn-gandeng-ibi-dan-idi- demi-capai-target-mdgs-2015 (diakses pada tanggal 24 Januari 2014)