SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
MAKALAH PENCEMARAN UDARA

KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA

  Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencemaran Udara
                             Oleh:
             Hanifah Nurhayati       (G24080013)
             Ketty                   (G24080015)
             Swari Farkha M.         (G24080016)
             Fithra Kamela           (G24080063)
             Emod Tri Utomo          (G24080062)




     DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
              INSTITUT PERTANIAN BOGOR
                             2011



                                                              1
DAFTAR ISI
                                                                                                                 Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………..........…………                                                                               i
DAFTAR ISI ……………………………............................................…………..ii
I. PENDAHULUAN
        1.1 Latar Belakang .........................................................................................        1
        1.2 Rumusan Masalah ….......................................................………..............                       1
        1.3 Tujuan ..................................................................……….....................…              1
II. METODOLOGI ..................................................................................................           2
III. PEMBAHASAN
        3.1 Kondisi Kualitas Udara Global .................................................................                 3
        3.2 Kontributor Pencemar Udara .................................................................... 4
              3.2.1 Kegiatan Pertanian ..........................................................................           4
              3.2.2 Transportasi ....................................................................................       7
              3.2.3 Aktivitas Alam ................................................................................         10
              3.2.4 Kegiatan Industri ............................................................................. 14
        3.3 Upaya Pengendalian Pencemaran Udara ..................................................                          15
IV. PENUTUP .........................................................................................................       17
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................               18




                                                                                                                        2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
         Atmosfer bumi merupakan suatu sistem dimana didalamnya terjadi
prosesdaur ulang karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen yang merupakan
komponen dari makhluk hidup di bumi. Unsur utama yang terdapat di atmosfer
99% adalah nitrogen dan oksigen. Makhluk hidup merubah elemen-elemen
tersebut menjadi nutrisi yang diperlukan yaitu karbohidrat dan protein. Selain itu
atmosfer juga melindungi kehidupan di bumi dari bahaya batu angkasa (meteor)
dan ancaman radiasi matahari.
         Lapisan atmosfer bumi mempunyai peranan sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Namun akibat aktivitas manusia, lapisan tersebut kini
tercemar dengan berbagai jenis bahan kimia, karbon, dan pencemar lainnya.
Akumulasi bahan pencemar di atmosfer dapat mengancam makhluk hidup.
Meskipun aktivitas alam seperti erupsi gunung berapi dan kebakaran hutan akibat
kekeringan atau el Nino juga turut serta dalam mencemari udara, namun dampak
yang diakibatkan oleh aktivitas alam tidak sebesar dampak yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia.
1.2 Rumusan Masalah
         Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan yang dikaji dalam
makalah berjudul “Kontributor Pencemar Udara” ini, maka dibuat rumusan
masalah sebagai berikut yaitu:
1.2.1   Bagaimana kondisi kualitas udara global saat ini?
1.2.2   Apa sajakah yang termasuk kontributor pencemar udara?
1.2.3   Bagaimana upaya pengendalian pencemaran udara?
1.3 Tujuan
         Tujuan penyusunan makalah yang berjudul “Kontributor Pencemar
Udara” ini yaitu:
1.3.1   Untuk mengetahui kondisi kualitas udara global saat ini
1.3.2   Untuk mengetahui kontributor pencemar udara
1.3.3   Untuk mengetahui upaya pengendalian pencemaran udara



                                                                                3
BAB II. METODOLOGI
         Metodologi yang digunakan dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Kontributor Pencemar Udara” yaitu metode studi literatur dari beberapa media
massa. Adapun langkah-langkah dalam penyusunannya dijelaskan dengan
diagram alir seperti di bawah ini:


                         Menentukan tema kliping dan makalah


       Mengumpulkan berita-berita tentang pencemaran udara dari media massa


                  Mengelompokkan berita-berita berdasarkan kategori


       Membuat kliping dari berita-berita media massa tentang pencemaran Udara


                    Menentukan rumusan masalah untuk makalah


                                 Penyusunan Makalah




                                                                                 4
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Kualitas Udara Global
       Sejumlah ilmuwan Kanada telah mengembangkan peta polusi udara global
menggunakan data dari satelit National Aeronautics and Space Administration.
Dari data yang tercatat, ternyata kualitas udara di China paling parah
dibandingkan dengan negara lain di seluruh dunia.
       Aaron van Donkelaar dan Randall Martin dari Dalhousie University di
Halifax, Kanada membuat peta berdasarkan data satelit karena mereka meyakini
bahwa pendeteksi di permukaan bumi kurang akurat dalam mengukur kondisi
udara. Adapun data yang digunakan menggunakan citra satelit yang diambil dari
2001 sampai 2006.
       Peta polusi partikulat udara global menunjukkan densitas partikulat di
seluruh dunia menggunakan pewarnaan. Warna putih dan biru tua merupakan
kawasan di mana konsentrasi partikulat paling rendah sedangkan warnya yang
semakin merah dan gelap merupakan kawasan yang konsentrasi partikulatnya
tinggi. Dari peta global, terlihat bahwa kawasan yang paling merah dari seluruh
dunia berada di kawasan timur China yang merupakan daerah industrial.




                     Gambar 1 Peta Kualitas Udara Global
                        (Sumber: http://news.bbc.co.uk)
       Kualitas udara yang sangat buruk tersebut juga menghasilkan banyak
masalah kesehatan karena partikulat tertentu dapat menembus sistem kekebalan
tubuh, masuk ke paru-paru, bahkan ke dalam darah.




                                                                             5
3.2 Kontributor Pencemar Udara
3.2.1 Kegiatan Pertanian
        Pertanian dan peternakan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan
gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa
tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian, serta pembusukan kotoran
ternak.Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan
gas dinitro oksida (N2O). Di Indonesia, sektor pertanian dan peternakan
menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca
yang diemisikan ke atmosfer.
        Senyawa metana dikenal dengan rumus kimia CH4.Metana merupakan
hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dan tidak berbau.Di atmosfer,
metana termasuk gas yang memicu terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan
global saat ini.
        Apabila diamati, jumlah gas metana di atmosfer memang tidak terlalu
besar, komposisinya hanya 0,5 persen dari jumlah karbondioksida (CO2). Meski
demikian, koefisiensi daya tangkap metana terhadap panas jauh lebih tinggi
daripada karbondioksida, yakni hampir 25 kali lebih lipatnya. Ketika metana
memasuki atmosfer, gas itu akan bereaksi dengan molekul-molekul oksigen (O)
dan hidrogen (H) yang disebut radikal OH. Radikal OH kemudian bergabung
dengan metana dan menguraikannya.menciptakan karbondioksida dan uap air
(H2O). Pemanasan global yang terjadi saat ini dan terus mengancam kehidupan
manusia di Bumi diperkirakan sekitar 15 persennya merupakan hasil kontribusi
dari gas metana.
    1. Pertanian
        Kegiatan pertanian seperti persawahan, perkebunan, ladang, dan lain
sebagainya juga merupakan penyumbang pencemaran udara melalui gas buang.
Seperti dalam aktivitas pengolahan tanah (membajak, menggaru, dan menggali)
yang melepaskan karbon yang diikat oleh tanaman di dalam tanah.Dekomposisi
bahan organik (serasah, sampah, dan lain-lain) oleh dikomposer di lahan pertanian




                                                                               6
juga mengemisikan gas pencemar udara seperti CO2, hasil dekomposisi aerob dan
H2S, yang merupakan hasil dekomposisi anaerob.
       Tergenangnya lahan persawahan mengemisikan gas rumah kaca yaitu gas
metana.Emisi gas metana dari lahan sawah ditentukan oleh perbedaan sifat
fisiologi dan morfologi varietas padi.Kemampuan varietas mengemisikan metana
bergantung pada rongga parenkim, jumlah anakan, biomassa, sistem perakaran,
dan aktivitas metabolisme.Emisi gas metana di sawah juga dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang ada dalam usus cacing tanah (Aporrectodea caliginosa,
Lumbricus rubellus, dan Octolasion lacteum), yaitu saat cacing tanah membuat
lubang untuk meningkatkan aerasi tanah sawah.
       Alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK pada
sektor pertanian antara lain:
   a. Proses penanaman padi sebaiknya difokuskan pada proses penggenangan
       berkala. Proses irigasi yang dilakukan harus terkendali, artinya air hanya
       dialirkan dan dibiarkan menggenang pada waktu tertentu saja. Dengan
       demikian emisi GRK dapat dikurangi, sementara kualitas maupun
       kuantitas panen tak berkurang dan jumlah air yang diperlukan pun
       berkurang.
   b. Pemakaian pupuk urea tablet sebagai pangganti urea tabur dapat
       menurunkan emisi gas N2O yang juga merupakan GRK.
   c. Jenis padi juga mempengaruhi emisi GRK. Pemakaian varietas padi jenis
       unggul akan mengurangi emisi tanpa mengurangi kualitas padi. Selain itu,
       waktu tanam pun lebih singkat sehingga petani lebih sering melakukan
       panen.
   2. Peternakan
Emisi gas metana dihasilkan dari hewan ternak jenis ruminansia melalui proses
metanogenesis di dalam sistem pencernaan. Seekor sapi dewasa diperkirakan
dapat mengemisi 80 hingga 110 kilogram metana per tahunnya. Apabila dihitung
secara global, estimasi emisi gas metana dari hewan ternak ruminansia
diperkirakan mencapai 65 hingga 85 juta ton per tahun dari emisi total gas metana
global, yakni 400 juta sampai 600 juta ton per tahun.



                                                                               7
Pembentukan gas metana dalam rumen merupakan hasil akhir dari proses
fermentasi pakan ternak. Prinsipnya, proses pembentukan metana dalam rumen
terjadi melalui proses reduksi karbondioksida oleh airdengan enzim sebagai
katalisa-tomya. Enzim tersebut dihasilkan oleh bakteri metanogenik, seperti
protozoa.
       Pembentukan       gas    metana   dalam   rumen   berpengaruh   terhadap
pembentukan produk akhir fermentasi di dalam rumen dan pada gilirannya
memengaruhi efisiensi produk mikrobia! rumen. Pengendalian gas metana dalam
peternakan bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia itu
berfungsi menekan proses metanogenesis pada proses fermentasi pakan ternak.
       Proses tersebut bisa dihambat, salah satunya, dengan senyawa ta-nin untuk
menekan pertumbuhan protozoa pada fermentasi pakan ternak. Populasi protozoa
berbanding lurus dengan produksi gas metana. Semakin sedikit populasi protozoa,
akan semakin kecil pula gas metana yang dihasilkan. Pe-nambahan senyawa
seperti tanin bisa ditambahkan ke dalam pakan ternak rumen tersebut
       Untuk mengurangi emisi gas metana, banyak kalangan yang mengimbau
mengurangi konsumsi daging sebagai salah satu produk peternakan. Dari hasil
penelitian, diketahui bahwa untuk menghasilkan sepotong daging sapi, energi
yang dibutuhkan sama besarnya dengan energi yang digunakan untuk menyalakan
lampu berdaya 100 watt selama tiga minggu.
       Satu kilogram daging menyumbangkan 36,4 kilogram karbondioksida.
Adapun emisi gas yang dihasilkan dari kotoran seekor sapi selama satu tahun
disetarakan dengan gas yang dihasilkan dari kendaraan yang dipakai untuk
menempuh jarak 70 ribu kilometer
       Alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK pada
sektor pertanian antara lain:
   a. Dalam sektor peternakan, pola dan jenis pakan ternak akan mempengaruhi
       emisi GRK. Kualitas pakan yang baik akan mengurangi proses fermentasi
       dalam sisitem pencernaan ternak, sehingga gas metana yang dihasilkan
       dan dibuang pun berkurang.




                                                                              8
b. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik
       tenaga biogas. Dengan teknologi yang sederhana, kotoran ternak dapat
       diolah menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
   c. Pemerintah harus mulai melaksanakan diversifikasi konsumsi karbohidrat,
       sehingga tak lagi bergantung pada beras. Sumber karbohidrat lain seperti
       kentang, sagu, jagung dan lainnya sebenarnya telah dikenal dan
       dikonsumsi diberbagai daerah, namun perlu didukung dengan mekanisme
       finansial agar lebih berkembang. Dengan diversifikasi ini, ketergantungan
       akan beras akan menurun dan potensi emisi GRK dari penanaman padi
       pun dapat ditekan.

3.2.2 Transportasi
       Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan mahluk hidup
termasuk manusia, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota, pusat-
pusat industri, dan sektor transportasi membuat kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan
lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya
zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.
       Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara
dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan pada manusia,
hewan, tanaman maupun material. Substansi ini bisa berupa gas, cair maupun
partikel padat. Ada lima jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter
kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2),
karbon monoksida (CO) dan timbal (Cooper,1994).
       Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur
dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan
(O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam),
Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor
Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks) akan dibahas
kemudiankarena merupakan parameter pencemaran udara yang diberlakukan
untuk daerah/kawasan industri kimia dasar.



                                                                               9
Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama,
yang sangat besar peranannya dalam masalah pencemaran udara. Kegiatan
perkotaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor permukiman dan transportasi
merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan.
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan
melonjaknya     produksi   kendaraan   bermotor,   mengakibatkan     peningkatan
kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu
sumber pencemar udara. Dari beberapa artikel yang diperoleh dari berbagai
sumber yaitu kompas, republika, dan tempo beberapa kota sudah tercemar cukup
parah, seperti di Bekasi, Bandung dan DKI Jakarta. Ternyata belum ada upaya
yang serius dari pemerintah atau kesadaran masyarakatnya sendiri untuk
menanggulangi permasalahan pencemaran udara karena transportasi.
       Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada
umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan
dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan
bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi
gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari
sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah,
kebakaran hutan, dan lain-lain.
       Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks
pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan
karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-
sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial
yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi
penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang
direncanakan.
       Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap
sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi
konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor
transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu


                                                                              10
mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total
hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida
sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam
motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa
tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH
(Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar
(karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya.
       Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan bahan bakar
untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO,
NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat
tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan
jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan
tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan
pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Sumber CO
buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar
bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan
mendekati 60 juta Ton per tahun.
       Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat
keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar
SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut
telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan
kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada
tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-
rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,03–0,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm
dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,35–0,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta
Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung
rata-rata 155 ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3.
       Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon
dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal


                                                                               11
berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai
potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
       Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut
oksigen     keseluruh    tubuh.    Sifat    ini   menghasilkan     pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi
enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil
tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah
menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat
terpapar.

3.2.3 Aktivitas Alam
       Sumber alami polusi udara benar-benar tidak disebabkan oleh aktivitas
manusia (National Park Service 2006). Kebakaran hutan dapat menghasilkan
polutan dalam jumlah besar, badai debu dapat menghasilkan partikulat dalam
jumlah yang sangat besar, letusan gunung berapi menghasilkan gas dan partikulat,
tumbuhan dan pepohonan secara alami mengemisikan VOC yang teroksidasi dan
membentuk aerosol yang dapat menyebabkan kabut biru alami, lautan yang
mengemisikan gas yang mengandung sulfur dari hasil aktivitas biologi makhluk
hidup di dalamnya, serta proses pembusukan dalam tanah yang menghasilkan gas
metana (ENVIS Tanpa Tahun). Berikut penjelasan lebih lanjut tentang sumber
alami polusi udara yang paling sering dibahas:

   1. Letusan Gunung Berapi
       Gas yang paling berbahaya yang diemisikan dari sebuah letusan gunung
berapi adalah sulfur dioksida, karbon dioksida, dan hidrogen flourida. Sulfur
dioksida dapat mendukung terjadinya hujan asam di daerah sekitar gunung berapi
dan dapat menyebabkan polusi udara di daerah lembah.


                                                                              12
Letusan gunung berapi tidak hanya mengemisikan gas berbahaya tetapi
juga menghasilkan debu vukanik. Debu vulkanik tersebut dapat tersebar sejauh
ratusan bahkan ribuan kilometer di daerah lembah. Debu vulkanik berbentuk
seperti pasir yang terbang, keras, dan terkadang bersifat korosif. Debu vulkanik
tersebut dapat mengganggu sistem pernapasan bagi manusia. Debu vulkanik yang
berada di udara dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke daerah yang
terkena sehingga suhu di daerah yang terkena akan menurun (Anonim1 2009).




                      Gambar 2 Letusan Gunung Pinatubo
        (Sumber: http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/8622520.stm)
       Salah satu contoh letusan gunung berapi yang hebat adalah letusan
Gunung Pinatubo yang terletak di pulau Luzon, Filipina pada tahun 1991. Letusan
Gunung Pinatubo menelan korban lebih dari 800 orang. Letusan Gunung Pinatubo
merupakan letusan gunung berapi terhebat kedua. Letusan Gunung Pinatubo
mengemisikan gas dan debu vulkanik dalam jumlah besar.
       Jumlah debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Pinatubo
menurunkan suhu rata-rata global sebesar 0,4-0,5oC. Debu vulkanik yang
dihasilkan dari letusan Gunung Pinatubo mencemari air mengalir (sungai) dan
membentuk erosi lumpur berupa lahar. Debu vulkanik yang dihasilkan dari
letusan Gunung Pinatubo juga mengganggu penerbangan yang melewati Filipina
dan wilayah sekitarnya karena debu vulkanik dapat mematikan mesin pesawat



                                                                             13
terbang secara tiba-tiba. Debu vulkanik merupakan gangguan yang tidak terlihat
tetapi dapat menjadi bahaya yang besar saat     penerbangan. Letusan Gunung
Pinatubo bahkan dijadikan penyebab utama penipisan lapisan ozon.
       Selain polusi udara, letusan Gunung Pinatubo juga menghasilkan
permasalahan sosial dan bencana yang tidak diundang. Cekungan yang berada di
puncak Gunung Pinatubo juga menyebabkan masalah pada 10 tahun kemudian.
Cekungan tersebut telah kosong saat Gunung Pinatubo meletus dan cekungan
tersebut menjadi tampungan air hujan selama beberapa tahun melewati waktu
kejadian. Volume air hujan yang tertampung pada cekungan tersebut semakin
besar seiring dengan berjalannya waktu sehingga suatu hari nanti banjir besar
akan melanda daerah lembah Gunung Pinatubo.
   2. Kebakaran Hutan
       Kebakaran hutan terjadi secara alami saat terjadi cuaca panas dan kering
dalam kurun waktu yang lama. Suhu yang tinggi dan tidak turunnya hujan
menyebabkan kondisi yang sangat kering di hutan. Jika kondisi tersebut
berlangsung dalam waktu yang lama, maka kebakaran hutan akan sangat mungkin
terjadi. Debu dan asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersuspensi dalam
udara dan mungkin terbawa oleh angin ke daerah sekitar hutan bahkan ke negara
tetangga (Anonim2 2009).
       Kebakaran hutan mengemisikan karbon monoksida, nitrogen dioksida,
ozon, dan partikulat. Karbon monoksida yang merupakan gas beracun dihasilkan
dalam jumlah yang besar dari kebakaran hutan. Partikulat yang diemisikan dari
kebakaran hutan merupakan campuran dari bubuk hitam, senyawa kecil berwarna
hitam, dan senyawa organik yang mudah berubah. Partikulat tersebut diemisikan
dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru
dan menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan jantung. Nitrogen dioksida
dihasilkan saat temperatur lebih besar dari 1.500oC. Oleh karena itu, nitrogen
dioksida dihasilkan dalam jumlah yang signifikan hanya saat kebakaran hutan
yang besar terjadi. Konsentrasi sulfur dioksida yang diemisikan oleh kebakaran
hutan biasanya kurang dari 0,2% sehingga gas sulfur dioksida bukan merupakan
gas yang memiliki pengaruh besar pada kebakaran hutan (Anonim1 2009).




                                                                            14
Gambar 3 Kabut Asap di Singapura
      (Sumber: http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11606711)
       Kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera menghasilkan kabut asap yang
menutupi Malaysia dan Singapura. Kabut asap yang menyelimuti Singapura
menyebabkan polusi udara yang terparah selama 4 tahun terakhir dan kabut asap
yang menyelimuti Malaysia menyebabkan lebih dari 200 sekolah ditutup.
Aktivitas lingkungan menyatakan bahwa kebakaran hutan yang terjadi disebabkan
oleh pembukaan lahan yang ilegal. Pemerintah Singapura menyarankan kepada
penduduknya untuk berdiam diri di rumah untuk menjaga sistem pernapasan dan
jantung mereka dalam kondisi yang sehat.




                      Gambar4 Kabut Asap di Moskow
 (Sumber: http://news.discovery.com/earth/moscow-smog-wildfires-russia.html)
       Kebakaran hutan yang hebat terjadi di Rusia dan menyebabkan sedikitnya
52 orang meninggal dan lusinan orang dirawat. Kebakaran hutan tersebut
menyebabkan kenaikan suhu dan kekeringan yang melanda lahan pertanian di


                                                                           15
Rusia sehingga produksi pangan Rusia menurun drastis. Kebakaran hutan tersebut
sungguh menyebabkan kerusakan yang hebat di Rusia. Kebakaran hutan di Rusia
menyebabkan adanya kabut asap di Moskow. Kabut asap yang menyelimuti
Moskow menyebabkan penundaan beberapa jadwal penerbangan yang berasal dan
menuju Moskow.
3.2.4 Kegiatan Industri
       Penyebab dari pencemaran udara di Jakarta itu sekitar 80 persen berasal
dari sektor transportasi, dan 20 persen industri.Sebagai contoh pencemaran
industri yaitu pengamatan pada kualitas udara di Jalan Margonda dan Cimanggis,
Depok. Zat-zat pencemar udara seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida
(CO), dan partikel debu (PM10 dan PM 2,5) sudah di atas ambang batas yang
ditetapkan. Begitu juga PM2,5 memiliki nilai yang jauh di atas ambang batas,
pemicu dari pencemaran udara tersebut yaitu dari pabrik yang membuang asap
tanpa penyaringan sehingga memperparah kualitas udara daerah tersebut. Contoh
di daerah lain yang pencemaran udara di akibatkan oleh industri yaitu daerah
tanggerang, perusahaan pengolahan besi PT. Krakatau steel, karena logam yang di
olah bukan logam murni, sehingga asap yang dihasilkan pembakaran tersebut
sangat hitam, ditambah pendukung lain berupa cat dan karet. Serta kecilnya
diameter payung penopang vacum cleaner yang digunakan untuk menyedot asap
limbah udara tersebut tidak dapat menyedot asap dengan baik sehingga daerah
disekitarpabrik tersebut mengalami pencemaran udara. Pada daerah gresik,
permasalahan pencemaran industri yaitu pada daerah industri tersebut, daerah
industri tersebut dikelilingi oleh pemukiman. Berdasarkan hasil uji udara ambien
di daerah tersebut dari 13 zat pencemar selain debu, zat pencemar kimia juga
terbilang tinggi seperti Karbon Monoksida (CO) mencapai 20,0 ppm, dan
Hidrokarbon (HC) 0,24 PPM. Lebih lanjut ia menjelaskan dari segi kesehatan
dampak pencemaran udara oleh debu bisa menyebabkan penyakit paru-paru
(bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan lainnya. Sedangkan dampak
pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon Monoksida bisa menyebabkan
gangguan kesehatan pada hemoglobin (metaloprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam sel darah merah).Hal tersebut dapat membahayakan
warga sekitar sehingga harus di cari penanggulangan dari masalah tersebut. Pada


                                                                             16
daerah karawang, terdapat pencemaran industry yang terjadi dari pembakaran
mangan yang akan di ubah menjadi bahan baja.
       Pembakaran yang menghasilkan asap berbahaya yang menggangu tersebut
dihasilkan dari pembakaran kecil, karena pembakaran besar keluar lewat cerobong
yang tinggi. Pembakaran kecil menyebabkan asap-asap tersebut keluar diluar
cerobong.Asap-asap tersebut malam hari, karena pada malam hari itu udara terasa
sangat lembab, jadi debu-debu itu bebas terbang ke pemukiman. Pencemaran
udara industri tersebut disebabkan oleh pembakaran yang dilakukan oleh pabrik-
pabrik, dan sangat berbahaya bagi kesehatan, , sehingga daerah industry harus
jauh daripemukiman warga.


3.3 Upaya Pengendalian Pencemaran Udara
       Pada tahun 1960 an pengenalan zat-zat pencemar alam yang ada dimana-
mana seperti: SO2, NO & NO2, CO, SPM, Pb dan O3 di udara perkotaan, serta
tertarik akan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia mendorong
institusi-institusi untuk mengatur pemantauan jaringan guna pengukuran rutin
kualitas udara perkotaan. Standard-standard kualitas udara Nasional dan bentuk-
bentuk lain dari Undang-undang juga diperkenalkan untuk melindungi kesehatan
manusia. Banyak di negara-negara maju UU dan pemantauan pada mulanya
difokuskan terhadap SO2 dan SPM, sejak akhir tahun 1970 sejalan dengan
datangnya dan peningkatan jumlah kenderaan bermotor yang merupakan sumber
polusi udara yang penting seperti: CO, NO & NO2 dan Pb, perkembangan
jaringan pemantau polutan kualitas udara dari lalu lintas dilakukan secara rutin.
       Pada tahun 1980, pemantau udara secara tradisionil didirikan di negara-
negara berkembang, khususnya di Asia dan Amerika Selatan. Saat ini perhatian
besar ditujukan terhadap pemantauan oksidan fotokimia, O3 dan VOCs.Walaupun
alat ini tidak begitu banyak berkembang, hanya sedikit negara yang rutin
memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi fotokimia. Untuk zat polutan VOCs
jarang digunakan karena sulitnya data tentang zat ini diperoleh. Sebagai kunci dari
prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia.
Pusat monitor hanya memantau data-data tentang tingkat polusi udara di saat
tertentu dan contoh tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara maju dengan


                                                                                    17
tingkat industri tinggi umumnya hanya terbatas pada pengamatan lokasi secara
rutin, karena besarnya biaya untukmendirikannya. Menurt penilitian WHO dari 60
perusahaan-perusahan didunia,hanya34 yang memiliki rencana pemantauan
sedangkan yang 16 lagi tidak ada.Beberapa Kasus Yang Telah dimonitor, yaitu:
1. Beijing ; Dalam musim dingin yang berat,dimana sumber polusi udara
berasaldari pemanasan rumah – rumah, dengan penduduknya yang sangat
padat(27000/km2 ditahun 1990) sebagai bahan bakar utama adalah arangbatubara
yang mempunyai konsentrasi SO2,SPM dan CO yang tinggi.
2. Pemantauan kualitas udara di India yang dipantau oleh jaringan NEER(National
Environmental Engineering Research Institute),sebagai parameteradalah ;
SPM,SO2,NO2,HS, dan O3 yang berasal dari daerah – daerahindustri.
3. Kairo ; Debu yang terkira banyaknya, dengan iklim gurun dan
panastinggi,curah     hujan    hanya       22mm    rata-rata   pertahunnya    GMS
memantauTSP(500-1100          ug/m3)       dan    SPM.     Emisi    berasal   dari
prosespembakaran,industri, pabrik semen dan lainnya. Emisi asap mobil
diestimasisampai 1200 ton/ tahun. Dijumpai lebih dari 450 pabrik industri
metal,keramik, gelas,testil dan plastik.
4. Los Angeles ; lalu lintas dan kabut asap dengan estimasi penduduk tahun2000
sebesar 10,91 juta, mempunyai iklim mediteranian dikelilingi olehpegunungan.
Hanya sedikit industri berat yang dijumpai, sebab baja danpabrik pembuatan
mobil terdapat didaerah – daerah. Mobil dan kendaraanbermotor merupakan
sumber berpolusi utama ; asap, O3 yang dibentuk olehfotokimia dari kendaraan
bermotor,NO&NO2 serta VOCs
5. Mexiko City ; letak topografi yang salah dengan populasi 19,37 juta
ditahun1990 dan ketinggian dari permukaan tanah 2240 meter, dikelilingi
0lehpegunungan dengan tinggi 5000 meter dan mempunyai > 30.000
industridengan berbagai ukuran dan tipe. 4000 dipakai pembakaran atau
prosestransformasi yang mengelaurkan emisi ke udara.




                                                                               18
BAB IV. PENUTUP
       Banyak     kota-kota   besar   didunia    kualitas   udaranya    memburuk
karenatercemar oleh; zat-zat pencemar yang sumbernya berasal dari kegiatan
industri, kegiatan pertanian,transportasi, dan aktivitas alam. Zat-zatpencemar yang
paling sering dijumpai adalah: So2, NO dan NO2, Pb, SPM, O3 danCO untuk
memonitor zat-zat polutan ini, WHO (tahun 1974) telah bekerjasamadengan
global Environment monitoring System (=GEMS) bagian udara. Faktor-
faktoryang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak
topografidaerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak
yang palingutama adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem
pernapasan,pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal.




                                                                                19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Natural Causes of Air Pollution. http://www.all-recycling-
      facts.com/causes-of-air-pollution.html [7 Oktober 2001]
Anonim.             2009.            The            Air        Pollution           Issue.
      http://theairpollutionissue.blogspot.com/2009/09/air-pollution-part1-tan-
      en-li-group.html [7 Oktober 2001]
BBC       Mobile.     2010.         How        volcanoes    have    shaped        history.
      http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/8622520.stm[8 Oktober 2011].
BBC       Mobile.     2010.         Sumatra       fires    Cause   Singapore        haze.
      http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11606711                [18   Oktober
      2011]
Cooper,C.D and Alley,F.G, 1994. Air Pollution Control A design Approach 2nd
      Ed, Waveland Press, Inc, Illinois
Discovery     News.         2010.     Smog       From      Fires   Chokes        Moscow.
      http://news.discovery.com/earth/moscow-smog-wildfires-russia.html               [18
      Oktober 2011]
Ditjen PPM & PL, 2005, Studi Pengukuran Ambang Batas Pencemaran Udara di
      Tiga Kota Besar, Ditjen PPM & PL, Depkes RI
ENVIS (Environmental Information System). Acid Rain and Atmospheric
      System. Tanpa Tahun. Air Pollution. Indian Institute of Tropical
      Meteorology. http://envis.tropmet.res.in/kidscorner/air_pollution.htm [7
      Oktober 2001]
National Park Service. U.S. Department of Interior. 2006. Air Pollution-Its
      Nature,                       Sources,                 and                  Effects.
      http://www.nps.gov/shen/naturescience/airpollution.htm [7 Oktober 2001]
Pemerintah Republik Indonesia, (1999), Peraturan Pemerintah Republik
      Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
      Udara, Jakarta.
Thomas & Sydenham. 2009. Air pollution. www.kidcyber.com.au [7 Oktober
      2001]


                                                                                       20
21

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA

Makalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrikMakalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrik
ayu larissa
 

Ähnlich wie KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA (20)

Polusi udara (air pollution)
Polusi udara (air pollution)Polusi udara (air pollution)
Polusi udara (air pollution)
 
pencemaran udara
 pencemaran udara pencemaran udara
pencemaran udara
 
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistemAplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan tang masuk kedalam ekosistem
 
MAKALAH_MASALAH_LINGKUNGAN.docx
MAKALAH_MASALAH_LINGKUNGAN.docxMAKALAH_MASALAH_LINGKUNGAN.docx
MAKALAH_MASALAH_LINGKUNGAN.docx
 
Fikriya beres
Fikriya beresFikriya beres
Fikriya beres
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Makalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrikMakalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrik
 
Makalah ilmu alamiah dasar
Makalah ilmu alamiah dasarMakalah ilmu alamiah dasar
Makalah ilmu alamiah dasar
 
Presentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran LingkunganPresentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
Presentasi Makalah Pencemaran Lingkungan
 
Ppt lingkungan
Ppt lingkunganPpt lingkungan
Ppt lingkungan
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Contoh pkm gt_2015
Contoh pkm gt_2015Contoh pkm gt_2015
Contoh pkm gt_2015
 
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
 
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
Karya ilmiah dampak pencemaran lingkungan 2
 

Mehr von Hanifah Nurhayati

SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIMSISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
Hanifah Nurhayati
 
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
Hanifah Nurhayati
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
Hanifah Nurhayati
 
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SSTPELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
Hanifah Nurhayati
 
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
Hanifah Nurhayati
 
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIRIDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
Hanifah Nurhayati
 

Mehr von Hanifah Nurhayati (20)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
 
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
 
GFM 45
GFM 45GFM 45
GFM 45
 
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIMSISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
 
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
 
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SSTPELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
 
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
 
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIRIDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
 
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
 
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
 
Praktikum 3 cover
Praktikum 3 coverPraktikum 3 cover
Praktikum 3 cover
 
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
 
Praktikum 2 cover
Praktikum 2 coverPraktikum 2 cover
Praktikum 2 cover
 
Praktikum i cover
Praktikum i coverPraktikum i cover
Praktikum i cover
 
Analisis siklon tropis
Analisis siklon tropisAnalisis siklon tropis
Analisis siklon tropis
 
Praktikum i anhid
Praktikum i anhidPraktikum i anhid
Praktikum i anhid
 
Laporan front kelompok 4
Laporan front kelompok 4Laporan front kelompok 4
Laporan front kelompok 4
 
Meteo penerbangan
Meteo penerbanganMeteo penerbangan
Meteo penerbangan
 

KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA

  • 1. MAKALAH PENCEMARAN UDARA KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencemaran Udara Oleh: Hanifah Nurhayati (G24080013) Ketty (G24080015) Swari Farkha M. (G24080016) Fithra Kamela (G24080063) Emod Tri Utomo (G24080062) DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 1
  • 2. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………..........………… i DAFTAR ISI ……………………………............................................…………..ii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ….......................................................……….............. 1 1.3 Tujuan ..................................................................……….....................… 1 II. METODOLOGI .................................................................................................. 2 III. PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Kualitas Udara Global ................................................................. 3 3.2 Kontributor Pencemar Udara .................................................................... 4 3.2.1 Kegiatan Pertanian .......................................................................... 4 3.2.2 Transportasi .................................................................................... 7 3.2.3 Aktivitas Alam ................................................................................ 10 3.2.4 Kegiatan Industri ............................................................................. 14 3.3 Upaya Pengendalian Pencemaran Udara .................................................. 15 IV. PENUTUP ......................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18 2
  • 3. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atmosfer bumi merupakan suatu sistem dimana didalamnya terjadi prosesdaur ulang karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen yang merupakan komponen dari makhluk hidup di bumi. Unsur utama yang terdapat di atmosfer 99% adalah nitrogen dan oksigen. Makhluk hidup merubah elemen-elemen tersebut menjadi nutrisi yang diperlukan yaitu karbohidrat dan protein. Selain itu atmosfer juga melindungi kehidupan di bumi dari bahaya batu angkasa (meteor) dan ancaman radiasi matahari. Lapisan atmosfer bumi mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan di bumi. Namun akibat aktivitas manusia, lapisan tersebut kini tercemar dengan berbagai jenis bahan kimia, karbon, dan pencemar lainnya. Akumulasi bahan pencemar di atmosfer dapat mengancam makhluk hidup. Meskipun aktivitas alam seperti erupsi gunung berapi dan kebakaran hutan akibat kekeringan atau el Nino juga turut serta dalam mencemari udara, namun dampak yang diakibatkan oleh aktivitas alam tidak sebesar dampak yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. 1.2 Rumusan Masalah Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan yang dikaji dalam makalah berjudul “Kontributor Pencemar Udara” ini, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut yaitu: 1.2.1 Bagaimana kondisi kualitas udara global saat ini? 1.2.2 Apa sajakah yang termasuk kontributor pencemar udara? 1.2.3 Bagaimana upaya pengendalian pencemaran udara? 1.3 Tujuan Tujuan penyusunan makalah yang berjudul “Kontributor Pencemar Udara” ini yaitu: 1.3.1 Untuk mengetahui kondisi kualitas udara global saat ini 1.3.2 Untuk mengetahui kontributor pencemar udara 1.3.3 Untuk mengetahui upaya pengendalian pencemaran udara 3
  • 4. BAB II. METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam penyusunan makalah yang berjudul “Kontributor Pencemar Udara” yaitu metode studi literatur dari beberapa media massa. Adapun langkah-langkah dalam penyusunannya dijelaskan dengan diagram alir seperti di bawah ini: Menentukan tema kliping dan makalah Mengumpulkan berita-berita tentang pencemaran udara dari media massa Mengelompokkan berita-berita berdasarkan kategori Membuat kliping dari berita-berita media massa tentang pencemaran Udara Menentukan rumusan masalah untuk makalah Penyusunan Makalah 4
  • 5. BAB III. PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Kualitas Udara Global Sejumlah ilmuwan Kanada telah mengembangkan peta polusi udara global menggunakan data dari satelit National Aeronautics and Space Administration. Dari data yang tercatat, ternyata kualitas udara di China paling parah dibandingkan dengan negara lain di seluruh dunia. Aaron van Donkelaar dan Randall Martin dari Dalhousie University di Halifax, Kanada membuat peta berdasarkan data satelit karena mereka meyakini bahwa pendeteksi di permukaan bumi kurang akurat dalam mengukur kondisi udara. Adapun data yang digunakan menggunakan citra satelit yang diambil dari 2001 sampai 2006. Peta polusi partikulat udara global menunjukkan densitas partikulat di seluruh dunia menggunakan pewarnaan. Warna putih dan biru tua merupakan kawasan di mana konsentrasi partikulat paling rendah sedangkan warnya yang semakin merah dan gelap merupakan kawasan yang konsentrasi partikulatnya tinggi. Dari peta global, terlihat bahwa kawasan yang paling merah dari seluruh dunia berada di kawasan timur China yang merupakan daerah industrial. Gambar 1 Peta Kualitas Udara Global (Sumber: http://news.bbc.co.uk) Kualitas udara yang sangat buruk tersebut juga menghasilkan banyak masalah kesehatan karena partikulat tertentu dapat menembus sistem kekebalan tubuh, masuk ke paru-paru, bahkan ke dalam darah. 5
  • 6. 3.2 Kontributor Pencemar Udara 3.2.1 Kegiatan Pertanian Pertanian dan peternakan memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian, serta pembusukan kotoran ternak.Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N2O). Di Indonesia, sektor pertanian dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer. Senyawa metana dikenal dengan rumus kimia CH4.Metana merupakan hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dan tidak berbau.Di atmosfer, metana termasuk gas yang memicu terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global saat ini. Apabila diamati, jumlah gas metana di atmosfer memang tidak terlalu besar, komposisinya hanya 0,5 persen dari jumlah karbondioksida (CO2). Meski demikian, koefisiensi daya tangkap metana terhadap panas jauh lebih tinggi daripada karbondioksida, yakni hampir 25 kali lebih lipatnya. Ketika metana memasuki atmosfer, gas itu akan bereaksi dengan molekul-molekul oksigen (O) dan hidrogen (H) yang disebut radikal OH. Radikal OH kemudian bergabung dengan metana dan menguraikannya.menciptakan karbondioksida dan uap air (H2O). Pemanasan global yang terjadi saat ini dan terus mengancam kehidupan manusia di Bumi diperkirakan sekitar 15 persennya merupakan hasil kontribusi dari gas metana. 1. Pertanian Kegiatan pertanian seperti persawahan, perkebunan, ladang, dan lain sebagainya juga merupakan penyumbang pencemaran udara melalui gas buang. Seperti dalam aktivitas pengolahan tanah (membajak, menggaru, dan menggali) yang melepaskan karbon yang diikat oleh tanaman di dalam tanah.Dekomposisi bahan organik (serasah, sampah, dan lain-lain) oleh dikomposer di lahan pertanian 6
  • 7. juga mengemisikan gas pencemar udara seperti CO2, hasil dekomposisi aerob dan H2S, yang merupakan hasil dekomposisi anaerob. Tergenangnya lahan persawahan mengemisikan gas rumah kaca yaitu gas metana.Emisi gas metana dari lahan sawah ditentukan oleh perbedaan sifat fisiologi dan morfologi varietas padi.Kemampuan varietas mengemisikan metana bergantung pada rongga parenkim, jumlah anakan, biomassa, sistem perakaran, dan aktivitas metabolisme.Emisi gas metana di sawah juga dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang ada dalam usus cacing tanah (Aporrectodea caliginosa, Lumbricus rubellus, dan Octolasion lacteum), yaitu saat cacing tanah membuat lubang untuk meningkatkan aerasi tanah sawah. Alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK pada sektor pertanian antara lain: a. Proses penanaman padi sebaiknya difokuskan pada proses penggenangan berkala. Proses irigasi yang dilakukan harus terkendali, artinya air hanya dialirkan dan dibiarkan menggenang pada waktu tertentu saja. Dengan demikian emisi GRK dapat dikurangi, sementara kualitas maupun kuantitas panen tak berkurang dan jumlah air yang diperlukan pun berkurang. b. Pemakaian pupuk urea tablet sebagai pangganti urea tabur dapat menurunkan emisi gas N2O yang juga merupakan GRK. c. Jenis padi juga mempengaruhi emisi GRK. Pemakaian varietas padi jenis unggul akan mengurangi emisi tanpa mengurangi kualitas padi. Selain itu, waktu tanam pun lebih singkat sehingga petani lebih sering melakukan panen. 2. Peternakan Emisi gas metana dihasilkan dari hewan ternak jenis ruminansia melalui proses metanogenesis di dalam sistem pencernaan. Seekor sapi dewasa diperkirakan dapat mengemisi 80 hingga 110 kilogram metana per tahunnya. Apabila dihitung secara global, estimasi emisi gas metana dari hewan ternak ruminansia diperkirakan mencapai 65 hingga 85 juta ton per tahun dari emisi total gas metana global, yakni 400 juta sampai 600 juta ton per tahun. 7
  • 8. Pembentukan gas metana dalam rumen merupakan hasil akhir dari proses fermentasi pakan ternak. Prinsipnya, proses pembentukan metana dalam rumen terjadi melalui proses reduksi karbondioksida oleh airdengan enzim sebagai katalisa-tomya. Enzim tersebut dihasilkan oleh bakteri metanogenik, seperti protozoa. Pembentukan gas metana dalam rumen berpengaruh terhadap pembentukan produk akhir fermentasi di dalam rumen dan pada gilirannya memengaruhi efisiensi produk mikrobia! rumen. Pengendalian gas metana dalam peternakan bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia itu berfungsi menekan proses metanogenesis pada proses fermentasi pakan ternak. Proses tersebut bisa dihambat, salah satunya, dengan senyawa ta-nin untuk menekan pertumbuhan protozoa pada fermentasi pakan ternak. Populasi protozoa berbanding lurus dengan produksi gas metana. Semakin sedikit populasi protozoa, akan semakin kecil pula gas metana yang dihasilkan. Pe-nambahan senyawa seperti tanin bisa ditambahkan ke dalam pakan ternak rumen tersebut Untuk mengurangi emisi gas metana, banyak kalangan yang mengimbau mengurangi konsumsi daging sebagai salah satu produk peternakan. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa untuk menghasilkan sepotong daging sapi, energi yang dibutuhkan sama besarnya dengan energi yang digunakan untuk menyalakan lampu berdaya 100 watt selama tiga minggu. Satu kilogram daging menyumbangkan 36,4 kilogram karbondioksida. Adapun emisi gas yang dihasilkan dari kotoran seekor sapi selama satu tahun disetarakan dengan gas yang dihasilkan dari kendaraan yang dipakai untuk menempuh jarak 70 ribu kilometer Alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK pada sektor pertanian antara lain: a. Dalam sektor peternakan, pola dan jenis pakan ternak akan mempengaruhi emisi GRK. Kualitas pakan yang baik akan mengurangi proses fermentasi dalam sisitem pencernaan ternak, sehingga gas metana yang dihasilkan dan dibuang pun berkurang. 8
  • 9. b. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga biogas. Dengan teknologi yang sederhana, kotoran ternak dapat diolah menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. c. Pemerintah harus mulai melaksanakan diversifikasi konsumsi karbohidrat, sehingga tak lagi bergantung pada beras. Sumber karbohidrat lain seperti kentang, sagu, jagung dan lainnya sebenarnya telah dikenal dan dikonsumsi diberbagai daerah, namun perlu didukung dengan mekanisme finansial agar lebih berkembang. Dengan diversifikasi ini, ketergantungan akan beras akan menurun dan potensi emisi GRK dari penanaman padi pun dapat ditekan. 3.2.2 Transportasi Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan mahluk hidup termasuk manusia, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota, pusat- pusat industri, dan sektor transportasi membuat kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, tanaman maupun material. Substansi ini bisa berupa gas, cair maupun partikel padat. Ada lima jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO) dan timbal (Cooper,1994). Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks) akan dibahas kemudiankarena merupakan parameter pencemaran udara yang diberlakukan untuk daerah/kawasan industri kimia dasar. 9
  • 10. Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama, yang sangat besar peranannya dalam masalah pencemaran udara. Kegiatan perkotaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor permukiman dan transportasi merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan. Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu sumber pencemar udara. Dari beberapa artikel yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu kompas, republika, dan tempo beberapa kota sudah tercemar cukup parah, seperti di Bekasi, Bandung dan DKI Jakarta. Ternyata belum ada upaya yang serius dari pemerintah atau kesadaran masyarakatnya sendiri untuk menanggulangi permasalahan pencemaran udara karena transportasi. Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain. Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber- sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan. Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu 10
  • 11. mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO, NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata- rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,03–0,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,35–0,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155 ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3. Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal 11
  • 12. berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin. Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah. Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat terpapar. 3.2.3 Aktivitas Alam Sumber alami polusi udara benar-benar tidak disebabkan oleh aktivitas manusia (National Park Service 2006). Kebakaran hutan dapat menghasilkan polutan dalam jumlah besar, badai debu dapat menghasilkan partikulat dalam jumlah yang sangat besar, letusan gunung berapi menghasilkan gas dan partikulat, tumbuhan dan pepohonan secara alami mengemisikan VOC yang teroksidasi dan membentuk aerosol yang dapat menyebabkan kabut biru alami, lautan yang mengemisikan gas yang mengandung sulfur dari hasil aktivitas biologi makhluk hidup di dalamnya, serta proses pembusukan dalam tanah yang menghasilkan gas metana (ENVIS Tanpa Tahun). Berikut penjelasan lebih lanjut tentang sumber alami polusi udara yang paling sering dibahas: 1. Letusan Gunung Berapi Gas yang paling berbahaya yang diemisikan dari sebuah letusan gunung berapi adalah sulfur dioksida, karbon dioksida, dan hidrogen flourida. Sulfur dioksida dapat mendukung terjadinya hujan asam di daerah sekitar gunung berapi dan dapat menyebabkan polusi udara di daerah lembah. 12
  • 13. Letusan gunung berapi tidak hanya mengemisikan gas berbahaya tetapi juga menghasilkan debu vukanik. Debu vulkanik tersebut dapat tersebar sejauh ratusan bahkan ribuan kilometer di daerah lembah. Debu vulkanik berbentuk seperti pasir yang terbang, keras, dan terkadang bersifat korosif. Debu vulkanik tersebut dapat mengganggu sistem pernapasan bagi manusia. Debu vulkanik yang berada di udara dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke daerah yang terkena sehingga suhu di daerah yang terkena akan menurun (Anonim1 2009). Gambar 2 Letusan Gunung Pinatubo (Sumber: http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/8622520.stm) Salah satu contoh letusan gunung berapi yang hebat adalah letusan Gunung Pinatubo yang terletak di pulau Luzon, Filipina pada tahun 1991. Letusan Gunung Pinatubo menelan korban lebih dari 800 orang. Letusan Gunung Pinatubo merupakan letusan gunung berapi terhebat kedua. Letusan Gunung Pinatubo mengemisikan gas dan debu vulkanik dalam jumlah besar. Jumlah debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Pinatubo menurunkan suhu rata-rata global sebesar 0,4-0,5oC. Debu vulkanik yang dihasilkan dari letusan Gunung Pinatubo mencemari air mengalir (sungai) dan membentuk erosi lumpur berupa lahar. Debu vulkanik yang dihasilkan dari letusan Gunung Pinatubo juga mengganggu penerbangan yang melewati Filipina dan wilayah sekitarnya karena debu vulkanik dapat mematikan mesin pesawat 13
  • 14. terbang secara tiba-tiba. Debu vulkanik merupakan gangguan yang tidak terlihat tetapi dapat menjadi bahaya yang besar saat penerbangan. Letusan Gunung Pinatubo bahkan dijadikan penyebab utama penipisan lapisan ozon. Selain polusi udara, letusan Gunung Pinatubo juga menghasilkan permasalahan sosial dan bencana yang tidak diundang. Cekungan yang berada di puncak Gunung Pinatubo juga menyebabkan masalah pada 10 tahun kemudian. Cekungan tersebut telah kosong saat Gunung Pinatubo meletus dan cekungan tersebut menjadi tampungan air hujan selama beberapa tahun melewati waktu kejadian. Volume air hujan yang tertampung pada cekungan tersebut semakin besar seiring dengan berjalannya waktu sehingga suatu hari nanti banjir besar akan melanda daerah lembah Gunung Pinatubo. 2. Kebakaran Hutan Kebakaran hutan terjadi secara alami saat terjadi cuaca panas dan kering dalam kurun waktu yang lama. Suhu yang tinggi dan tidak turunnya hujan menyebabkan kondisi yang sangat kering di hutan. Jika kondisi tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, maka kebakaran hutan akan sangat mungkin terjadi. Debu dan asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersuspensi dalam udara dan mungkin terbawa oleh angin ke daerah sekitar hutan bahkan ke negara tetangga (Anonim2 2009). Kebakaran hutan mengemisikan karbon monoksida, nitrogen dioksida, ozon, dan partikulat. Karbon monoksida yang merupakan gas beracun dihasilkan dalam jumlah yang besar dari kebakaran hutan. Partikulat yang diemisikan dari kebakaran hutan merupakan campuran dari bubuk hitam, senyawa kecil berwarna hitam, dan senyawa organik yang mudah berubah. Partikulat tersebut diemisikan dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru dan menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan jantung. Nitrogen dioksida dihasilkan saat temperatur lebih besar dari 1.500oC. Oleh karena itu, nitrogen dioksida dihasilkan dalam jumlah yang signifikan hanya saat kebakaran hutan yang besar terjadi. Konsentrasi sulfur dioksida yang diemisikan oleh kebakaran hutan biasanya kurang dari 0,2% sehingga gas sulfur dioksida bukan merupakan gas yang memiliki pengaruh besar pada kebakaran hutan (Anonim1 2009). 14
  • 15. Gambar 3 Kabut Asap di Singapura (Sumber: http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11606711) Kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera menghasilkan kabut asap yang menutupi Malaysia dan Singapura. Kabut asap yang menyelimuti Singapura menyebabkan polusi udara yang terparah selama 4 tahun terakhir dan kabut asap yang menyelimuti Malaysia menyebabkan lebih dari 200 sekolah ditutup. Aktivitas lingkungan menyatakan bahwa kebakaran hutan yang terjadi disebabkan oleh pembukaan lahan yang ilegal. Pemerintah Singapura menyarankan kepada penduduknya untuk berdiam diri di rumah untuk menjaga sistem pernapasan dan jantung mereka dalam kondisi yang sehat. Gambar4 Kabut Asap di Moskow (Sumber: http://news.discovery.com/earth/moscow-smog-wildfires-russia.html) Kebakaran hutan yang hebat terjadi di Rusia dan menyebabkan sedikitnya 52 orang meninggal dan lusinan orang dirawat. Kebakaran hutan tersebut menyebabkan kenaikan suhu dan kekeringan yang melanda lahan pertanian di 15
  • 16. Rusia sehingga produksi pangan Rusia menurun drastis. Kebakaran hutan tersebut sungguh menyebabkan kerusakan yang hebat di Rusia. Kebakaran hutan di Rusia menyebabkan adanya kabut asap di Moskow. Kabut asap yang menyelimuti Moskow menyebabkan penundaan beberapa jadwal penerbangan yang berasal dan menuju Moskow. 3.2.4 Kegiatan Industri Penyebab dari pencemaran udara di Jakarta itu sekitar 80 persen berasal dari sektor transportasi, dan 20 persen industri.Sebagai contoh pencemaran industri yaitu pengamatan pada kualitas udara di Jalan Margonda dan Cimanggis, Depok. Zat-zat pencemar udara seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), dan partikel debu (PM10 dan PM 2,5) sudah di atas ambang batas yang ditetapkan. Begitu juga PM2,5 memiliki nilai yang jauh di atas ambang batas, pemicu dari pencemaran udara tersebut yaitu dari pabrik yang membuang asap tanpa penyaringan sehingga memperparah kualitas udara daerah tersebut. Contoh di daerah lain yang pencemaran udara di akibatkan oleh industri yaitu daerah tanggerang, perusahaan pengolahan besi PT. Krakatau steel, karena logam yang di olah bukan logam murni, sehingga asap yang dihasilkan pembakaran tersebut sangat hitam, ditambah pendukung lain berupa cat dan karet. Serta kecilnya diameter payung penopang vacum cleaner yang digunakan untuk menyedot asap limbah udara tersebut tidak dapat menyedot asap dengan baik sehingga daerah disekitarpabrik tersebut mengalami pencemaran udara. Pada daerah gresik, permasalahan pencemaran industri yaitu pada daerah industri tersebut, daerah industri tersebut dikelilingi oleh pemukiman. Berdasarkan hasil uji udara ambien di daerah tersebut dari 13 zat pencemar selain debu, zat pencemar kimia juga terbilang tinggi seperti Karbon Monoksida (CO) mencapai 20,0 ppm, dan Hidrokarbon (HC) 0,24 PPM. Lebih lanjut ia menjelaskan dari segi kesehatan dampak pencemaran udara oleh debu bisa menyebabkan penyakit paru-paru (bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan lainnya. Sedangkan dampak pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon Monoksida bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin (metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah).Hal tersebut dapat membahayakan warga sekitar sehingga harus di cari penanggulangan dari masalah tersebut. Pada 16
  • 17. daerah karawang, terdapat pencemaran industry yang terjadi dari pembakaran mangan yang akan di ubah menjadi bahan baja. Pembakaran yang menghasilkan asap berbahaya yang menggangu tersebut dihasilkan dari pembakaran kecil, karena pembakaran besar keluar lewat cerobong yang tinggi. Pembakaran kecil menyebabkan asap-asap tersebut keluar diluar cerobong.Asap-asap tersebut malam hari, karena pada malam hari itu udara terasa sangat lembab, jadi debu-debu itu bebas terbang ke pemukiman. Pencemaran udara industri tersebut disebabkan oleh pembakaran yang dilakukan oleh pabrik- pabrik, dan sangat berbahaya bagi kesehatan, , sehingga daerah industry harus jauh daripemukiman warga. 3.3 Upaya Pengendalian Pencemaran Udara Pada tahun 1960 an pengenalan zat-zat pencemar alam yang ada dimana- mana seperti: SO2, NO & NO2, CO, SPM, Pb dan O3 di udara perkotaan, serta tertarik akan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia mendorong institusi-institusi untuk mengatur pemantauan jaringan guna pengukuran rutin kualitas udara perkotaan. Standard-standard kualitas udara Nasional dan bentuk- bentuk lain dari Undang-undang juga diperkenalkan untuk melindungi kesehatan manusia. Banyak di negara-negara maju UU dan pemantauan pada mulanya difokuskan terhadap SO2 dan SPM, sejak akhir tahun 1970 sejalan dengan datangnya dan peningkatan jumlah kenderaan bermotor yang merupakan sumber polusi udara yang penting seperti: CO, NO & NO2 dan Pb, perkembangan jaringan pemantau polutan kualitas udara dari lalu lintas dilakukan secara rutin. Pada tahun 1980, pemantau udara secara tradisionil didirikan di negara- negara berkembang, khususnya di Asia dan Amerika Selatan. Saat ini perhatian besar ditujukan terhadap pemantauan oksidan fotokimia, O3 dan VOCs.Walaupun alat ini tidak begitu banyak berkembang, hanya sedikit negara yang rutin memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi fotokimia. Untuk zat polutan VOCs jarang digunakan karena sulitnya data tentang zat ini diperoleh. Sebagai kunci dari prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia. Pusat monitor hanya memantau data-data tentang tingkat polusi udara di saat tertentu dan contoh tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara maju dengan 17
  • 18. tingkat industri tinggi umumnya hanya terbatas pada pengamatan lokasi secara rutin, karena besarnya biaya untukmendirikannya. Menurt penilitian WHO dari 60 perusahaan-perusahan didunia,hanya34 yang memiliki rencana pemantauan sedangkan yang 16 lagi tidak ada.Beberapa Kasus Yang Telah dimonitor, yaitu: 1. Beijing ; Dalam musim dingin yang berat,dimana sumber polusi udara berasaldari pemanasan rumah – rumah, dengan penduduknya yang sangat padat(27000/km2 ditahun 1990) sebagai bahan bakar utama adalah arangbatubara yang mempunyai konsentrasi SO2,SPM dan CO yang tinggi. 2. Pemantauan kualitas udara di India yang dipantau oleh jaringan NEER(National Environmental Engineering Research Institute),sebagai parameteradalah ; SPM,SO2,NO2,HS, dan O3 yang berasal dari daerah – daerahindustri. 3. Kairo ; Debu yang terkira banyaknya, dengan iklim gurun dan panastinggi,curah hujan hanya 22mm rata-rata pertahunnya GMS memantauTSP(500-1100 ug/m3) dan SPM. Emisi berasal dari prosespembakaran,industri, pabrik semen dan lainnya. Emisi asap mobil diestimasisampai 1200 ton/ tahun. Dijumpai lebih dari 450 pabrik industri metal,keramik, gelas,testil dan plastik. 4. Los Angeles ; lalu lintas dan kabut asap dengan estimasi penduduk tahun2000 sebesar 10,91 juta, mempunyai iklim mediteranian dikelilingi olehpegunungan. Hanya sedikit industri berat yang dijumpai, sebab baja danpabrik pembuatan mobil terdapat didaerah – daerah. Mobil dan kendaraanbermotor merupakan sumber berpolusi utama ; asap, O3 yang dibentuk olehfotokimia dari kendaraan bermotor,NO&NO2 serta VOCs 5. Mexiko City ; letak topografi yang salah dengan populasi 19,37 juta ditahun1990 dan ketinggian dari permukaan tanah 2240 meter, dikelilingi 0lehpegunungan dengan tinggi 5000 meter dan mempunyai > 30.000 industridengan berbagai ukuran dan tipe. 4000 dipakai pembakaran atau prosestransformasi yang mengelaurkan emisi ke udara. 18
  • 19. BAB IV. PENUTUP Banyak kota-kota besar didunia kualitas udaranya memburuk karenatercemar oleh; zat-zat pencemar yang sumbernya berasal dari kegiatan industri, kegiatan pertanian,transportasi, dan aktivitas alam. Zat-zatpencemar yang paling sering dijumpai adalah: So2, NO dan NO2, Pb, SPM, O3 danCO untuk memonitor zat-zat polutan ini, WHO (tahun 1974) telah bekerjasamadengan global Environment monitoring System (=GEMS) bagian udara. Faktor- faktoryang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak topografidaerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak yang palingutama adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem pernapasan,pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal. 19
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Natural Causes of Air Pollution. http://www.all-recycling- facts.com/causes-of-air-pollution.html [7 Oktober 2001] Anonim. 2009. The Air Pollution Issue. http://theairpollutionissue.blogspot.com/2009/09/air-pollution-part1-tan- en-li-group.html [7 Oktober 2001] BBC Mobile. 2010. How volcanoes have shaped history. http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/8622520.stm[8 Oktober 2011]. BBC Mobile. 2010. Sumatra fires Cause Singapore haze. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11606711 [18 Oktober 2011] Cooper,C.D and Alley,F.G, 1994. Air Pollution Control A design Approach 2nd Ed, Waveland Press, Inc, Illinois Discovery News. 2010. Smog From Fires Chokes Moscow. http://news.discovery.com/earth/moscow-smog-wildfires-russia.html [18 Oktober 2011] Ditjen PPM & PL, 2005, Studi Pengukuran Ambang Batas Pencemaran Udara di Tiga Kota Besar, Ditjen PPM & PL, Depkes RI ENVIS (Environmental Information System). Acid Rain and Atmospheric System. Tanpa Tahun. Air Pollution. Indian Institute of Tropical Meteorology. http://envis.tropmet.res.in/kidscorner/air_pollution.htm [7 Oktober 2001] National Park Service. U.S. Department of Interior. 2006. Air Pollution-Its Nature, Sources, and Effects. http://www.nps.gov/shen/naturescience/airpollution.htm [7 Oktober 2001] Pemerintah Republik Indonesia, (1999), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Jakarta. Thomas & Sydenham. 2009. Air pollution. www.kidcyber.com.au [7 Oktober 2001] 20
  • 21. 21