SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
BAB 4 PAJAK PENGHASILAN

BAGIAN 10

BAGIAN 11
BAGIAN 10 PPh PASAL 26
Ketentuan pasal 26 undang-undang mengatur tentang
pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia
yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri (baik
orang pribadi maupun badan) selain bentuk usaha tetap.
A. WAJIB PAJAK
Yang dikenakan pemotongan PPh pasal 26 adalah wajib
pajak luar negeri (orang pribadi maupun badan) selain
bentuk usaha tetap yang menerima atau memperoleh
penghasilan.
B. OBJEK PAJAK PPh PASAL 26
Penghasilan yang dipotong PPh pasal 26 adalah:
1. a) dividen
b) bunga termasuk premium,diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
c) royalti,sewa dan penghasilan lain.
d) hadiah dan penghargaan, dan lainnya dengan nama
dan dalam bentuk apapun, yang
dibayarkan,disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya.
2. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di
Indonesia, yang berupa:
 perhiasan mewah
 berlian
 emas
 intan, dan lainnya dengan nilai Rp 10.000.000,00 ke atas
untuk setiap jenis transaksi.
3. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan
asuransi luar negeri.
4. Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara
(conduit company atau special purpose company) yang
didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha
tetap di Indonesia.
5. Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar
20%, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan peraturan menteri keuangan.
Tarif Pajak & Penerapannya
Besarnya tarif PPh pasal 26 dibedakan atas kelompok objek PPh pasal
26 seperti berikut:
1. Atas penghasilan yang berupa:
a) dividen,
b) bunga termasuk premium,diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang,
c) royalti,sewa dan penghasilan lain,
d) imbalan sehubungan dengan jasa,pekerjaan, dan kegiatan,
Dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya dipotong
pajak sebesar 20 % dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib
membayarnya.
PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto X 20 %
2. Atas penghasilan yang berupa:
a) penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
b) Premi asuransi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi luar negeri.
dipotong PPh pasal 26 sebesar 20 % dari perkiraan
penghasilan neto,
PPh pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20 %

Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta
adalah 25 % dari harga jual.
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan
premi reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi
luar negeri adalah:
a. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan
asuransi diluar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang, sebesar 50 % dari jumlah premi yang dibayar.
b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di
luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang, sebesar 10 % dari jumlah premi yang dibayar.
c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di
luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang, sebesar 5 % dari jumlah premi yang dibayar.
3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham
dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20 % dari perkiraan penghasilan neto.
PPh pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20 %

Besarnya penghasilan neto adalah 25 % dari harga jual.
4. Atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20 %, kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
PPh pasal 26 = (PKP – PPh terutang) x 20 %

note: untuk keperluan penghitungan PPh pasal 26, penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam mata uang asing dihitung berdasarkan
nilai kurs yang ditetapkan oleh menteri keuangan yang berlaku pada
saat pembayaran atau dibebankan.
Contoh penghitungan pemotongan PPh pasal 26
Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult.
Mike bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri,
dan mempunyai seorang anak. Dalam bulan April 2009, Mike
memperoleh gaji US$ 5.000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah
Rp 10.500,- per US$ 1.

Penghitungan PPh pasal 26:
Penghasilan bruto berupa gaji sebulan:
US$ 5.000 x Rp 10.500 = Rp 52.500.000,Penerapan tarif:
20 % x Rp 52.500.000 = Rp 10.500.000,Jadi, PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah Rp
10.500.000,-
Sifat Pemotongan
Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final, kecuali:
1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau
kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia
yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di
Indonesia.
2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam
PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor
pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan
dimaksud.
3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status
menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau BUT.
Pemotongan Pajak
Pemotongan pajak berdasarkan pasal 26 wajib dilakukan oleh:
1. Badan pemerintah.
2. Subjek pajak dalam negeri.
3. Penyelenggara kegiatan.
4. Bentuk Usaha Tetap.
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
6. Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 26.
Bagian 11
(PPh Yang Bersifat Final)
1) Pajak penghasilan atas bunga, sewa dan
imbalan jasa konsultan dan jasa konstruksi
yang diatur dengan peraturan pemerintah
(PPh pasal 4 ayat 2).
Seperti dapat dilihat didalam buku...
2) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa
bunga deposito dan tabungan, dan diskonto
sertifikasi BI diatur dengan peraturan
pemerintah No. 131 tahun 2000.
PPh (Final) = 20% X Bruto

Seperti dapat dilihat didalam buku...
3) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa
bunga atau diskonto obligasi yang dijual
dibursa efek. Diatur dengan peraturan
pemerintah No. 6 Tahun 2002.
Seperti dapat dilihat didalam buku...

4) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa
sewa tanah dan/atau bangunan. Diatur
dengan peraturan pemerintah No. 29 Tahun
1996 sebagaimana telah diubah dengan
peraturan pemerintah No. 5 Tahun 2002
PPh (Final) = 10 % X Bruto

Contoh dapat dilihat didalam buku...
5) PPh final atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan.

Seperti dapat dilihat didalam buku...

6) Usaha Jasa Konstruksi. Diatur dengan
peraturan pemerintah No. 51 Tahun 2008.
Seperti dapat dilihat didalam buku...
Lanjutan dari usaha jasa konstruksi...
Besarnya PPh yang dipotong adalah sebagai berikut:
1) 2% untuk
pelaksanaan
konstruksi yang
dilakukan oleh
penyedia jasa yang
memiliki kualifikasi
usaha kecil.
2) 4% untuk
pelaksanaan
konstruksi yang
dilakukan oleh
penyedia jasa yang
tidak memiliki
kualifikasi usaha.

PPh (Final) = 2% X Jumlah Jasa

PPh (Final) = 4% X Jumlah Jasa
3) 3% untuk
pelaksanaan
konstruksi yang
dilakukan oleh
penyedia jasa selain
penyedia jasa
sebagaimana
dimaksud dalam
angka dan angka 2.

4) 4% untuk
perencanaan
konstruksi atau
pengawasan
konstruksi yang
dilakukan oleh
penyedia jasa yang
memiliki kualifikasi
usaha,dan

PPh (Final) = 3% X Jumlah Jasa

PPh (Final) = 4% X Jumlah Jasa
5) 6% untuk
perencanaan
konstruksi atau
pengawasan
konstruksi yang
dilakukan oleh
penyedia jasa
yang tidak
memiliki
kualifikasi usaha.

PPh (Final) = 6% X Jumlah Jasa
7) Pajak penghasilan atas hadiah undian. Diatur dengan
peraturan pemerintah No. 132 Tahun 2000.
PPh (Final) = 25% X Bruto

Contoh :
PT. Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya
menyelenggarakan undian dengan hadiah berupa uang
tunai senilai Rp. 100.000.000, PPh pasal 4 ayat 2 yang
dipotong oleh PT. Dipta adalah:
25% X Rp. 100.000.000 = Rp. 25.000.000
8) PPh final atas penghasilan dari transaksi derivatif
berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa.
Diatur dalam peraturan pemerintah No. 17 Tahun 2009.
PPh (Final) = 2,5% X Margin Awal
Thank you for your attention!!!
Group 9 perpajakan

More Related Content

What's hot

Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26
Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26
Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26
Myla Rezietha
 
Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25
Endah Kusumarini
 

What's hot (20)

PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23
PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23 PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23
PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23
 
Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPhPenjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPh
 
Tabel PPh Pasal 23
Tabel PPh Pasal 23Tabel PPh Pasal 23
Tabel PPh Pasal 23
 
PPh Pasal 25
PPh Pasal 25PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
 
Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26
Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26
Pajak Penghasilan Pasl 21. 22, 24, 25 dan 26
 
Ppt p ph final
Ppt p ph finalPpt p ph final
Ppt p ph final
 
Slide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadiSlide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadi
 
Pph 25
Pph 25Pph 25
Pph 25
 
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
 
Pertemuan 2 p ph ps 4 ayat2
Pertemuan 2  p ph ps 4 ayat2Pertemuan 2  p ph ps 4 ayat2
Pertemuan 2 p ph ps 4 ayat2
 
Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25
 
Pph pasal 21
Pph pasal 21Pph pasal 21
Pph pasal 21
 
Deductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONI
Deductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONIDeductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONI
Deductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONI
 
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
 
PPh pasal 21/26
PPh pasal 21/26PPh pasal 21/26
PPh pasal 21/26
 
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiBahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26
 
penjelasan Pph pasal 23
penjelasan Pph pasal 23 penjelasan Pph pasal 23
penjelasan Pph pasal 23
 
Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 

Similar to Group 9 perpajakan

pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
IputuEka
 
3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt
3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt
3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt
IputuEka
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Sidik Abdullah
 

Similar to Group 9 perpajakan (20)

pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
PPh 26.pdf
PPh 26.pdfPPh 26.pdf
PPh 26.pdf
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
 
2016 ak2 a_kelompok2_pph24
2016 ak2 a_kelompok2_pph242016 ak2 a_kelompok2_pph24
2016 ak2 a_kelompok2_pph24
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt
3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt
3.-PPh-Pasal-23-4-2-dan-26 (2).ppt
 
Tugas akuntansi pajak
Tugas akuntansi pajakTugas akuntansi pajak
Tugas akuntansi pajak
 
Akuntansi, PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPh pasal 23, Roma Rizki Wanda Siregar, Sur...
Akuntansi, PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPh pasal 23, Roma Rizki Wanda Siregar, Sur...Akuntansi, PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPh pasal 23, Roma Rizki Wanda Siregar, Sur...
Akuntansi, PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPh pasal 23, Roma Rizki Wanda Siregar, Sur...
 
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniPajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
 
Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20
 
Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20
 
PPh PASAL 24
PPh PASAL 24PPh PASAL 24
PPh PASAL 24
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
 
Pajak penghasilan pasal 23
Pajak penghasilan pasal 23Pajak penghasilan pasal 23
Pajak penghasilan pasal 23
 
PP Nomor 94 tahun 2010
PP Nomor 94 tahun 2010PP Nomor 94 tahun 2010
PP Nomor 94 tahun 2010
 
pph pasal 24
pph pasal 24pph pasal 24
pph pasal 24
 
Pajak
Pajak Pajak
Pajak
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
 

Group 9 perpajakan

  • 1.
  • 2. BAB 4 PAJAK PENGHASILAN BAGIAN 10 BAGIAN 11
  • 3. BAGIAN 10 PPh PASAL 26 Ketentuan pasal 26 undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain bentuk usaha tetap. A. WAJIB PAJAK Yang dikenakan pemotongan PPh pasal 26 adalah wajib pajak luar negeri (orang pribadi maupun badan) selain bentuk usaha tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan.
  • 4. B. OBJEK PAJAK PPh PASAL 26 Penghasilan yang dipotong PPh pasal 26 adalah: 1. a) dividen b) bunga termasuk premium,diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang. c) royalti,sewa dan penghasilan lain. d) hadiah dan penghargaan, dan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan,disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya.
  • 5. 2. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, yang berupa:  perhiasan mewah  berlian  emas  intan, dan lainnya dengan nilai Rp 10.000.000,00 ke atas untuk setiap jenis transaksi. 3. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
  • 6. 4. Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia. 5. Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
  • 7. Tarif Pajak & Penerapannya Besarnya tarif PPh pasal 26 dibedakan atas kelompok objek PPh pasal 26 seperti berikut: 1. Atas penghasilan yang berupa: a) dividen, b) bunga termasuk premium,diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, c) royalti,sewa dan penghasilan lain, d) imbalan sehubungan dengan jasa,pekerjaan, dan kegiatan, Dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar 20 % dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarnya. PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto X 20 %
  • 8. 2. Atas penghasilan yang berupa: a) penghasilan dari penjualan harta di Indonesia b) Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri. dipotong PPh pasal 26 sebesar 20 % dari perkiraan penghasilan neto, PPh pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20 % Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta adalah 25 % dari harga jual.
  • 9. Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri adalah: a. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi diluar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50 % dari jumlah premi yang dibayar. b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 10 % dari jumlah premi yang dibayar. c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 5 % dari jumlah premi yang dibayar.
  • 10. 3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20 % dari perkiraan penghasilan neto. PPh pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20 % Besarnya penghasilan neto adalah 25 % dari harga jual. 4. Atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20 %, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia. PPh pasal 26 = (PKP – PPh terutang) x 20 % note: untuk keperluan penghitungan PPh pasal 26, penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam mata uang asing dihitung berdasarkan nilai kurs yang ditetapkan oleh menteri keuangan yang berlaku pada saat pembayaran atau dibebankan.
  • 11. Contoh penghitungan pemotongan PPh pasal 26 Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult. Mike bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri, dan mempunyai seorang anak. Dalam bulan April 2009, Mike memperoleh gaji US$ 5.000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 10.500,- per US$ 1. Penghitungan PPh pasal 26: Penghasilan bruto berupa gaji sebulan: US$ 5.000 x Rp 10.500 = Rp 52.500.000,Penerapan tarif: 20 % x Rp 52.500.000 = Rp 10.500.000,Jadi, PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah Rp 10.500.000,-
  • 12. Sifat Pemotongan Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final, kecuali: 1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia. 2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud. 3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau BUT.
  • 13. Pemotongan Pajak Pemotongan pajak berdasarkan pasal 26 wajib dilakukan oleh: 1. Badan pemerintah. 2. Subjek pajak dalam negeri. 3. Penyelenggara kegiatan. 4. Bentuk Usaha Tetap. 5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. 6. Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 26.
  • 14. Bagian 11 (PPh Yang Bersifat Final) 1) Pajak penghasilan atas bunga, sewa dan imbalan jasa konsultan dan jasa konstruksi yang diatur dengan peraturan pemerintah (PPh pasal 4 ayat 2). Seperti dapat dilihat didalam buku... 2) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan, dan diskonto sertifikasi BI diatur dengan peraturan pemerintah No. 131 tahun 2000. PPh (Final) = 20% X Bruto Seperti dapat dilihat didalam buku...
  • 15. 3) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga atau diskonto obligasi yang dijual dibursa efek. Diatur dengan peraturan pemerintah No. 6 Tahun 2002. Seperti dapat dilihat didalam buku... 4) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan. Diatur dengan peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah No. 5 Tahun 2002 PPh (Final) = 10 % X Bruto Contoh dapat dilihat didalam buku...
  • 16. 5) PPh final atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Seperti dapat dilihat didalam buku... 6) Usaha Jasa Konstruksi. Diatur dengan peraturan pemerintah No. 51 Tahun 2008. Seperti dapat dilihat didalam buku...
  • 17. Lanjutan dari usaha jasa konstruksi... Besarnya PPh yang dipotong adalah sebagai berikut: 1) 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil. 2) 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha. PPh (Final) = 2% X Jumlah Jasa PPh (Final) = 4% X Jumlah Jasa
  • 18. 3) 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa sebagaimana dimaksud dalam angka dan angka 2. 4) 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha,dan PPh (Final) = 3% X Jumlah Jasa PPh (Final) = 4% X Jumlah Jasa
  • 19. 5) 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha. PPh (Final) = 6% X Jumlah Jasa
  • 20. 7) Pajak penghasilan atas hadiah undian. Diatur dengan peraturan pemerintah No. 132 Tahun 2000. PPh (Final) = 25% X Bruto Contoh : PT. Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan undian dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp. 100.000.000, PPh pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Dipta adalah: 25% X Rp. 100.000.000 = Rp. 25.000.000 8) PPh final atas penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa. Diatur dalam peraturan pemerintah No. 17 Tahun 2009. PPh (Final) = 2,5% X Margin Awal
  • 21. Thank you for your attention!!!