SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
UNDANG-UNDANG
                              UNDANG-

                       PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

                           5 TAHUN 1961 (15/1961)

                            30 JUNI 1961 (JAKARTA)

                             Sumber: LN 1961/254

Tentang: KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
         KETENTUAN-

Indeks: KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK.
                                      KETENTUAN-


                         Presiden Republik Indonesia,
                                  Republik

Menimbang :

bahwa perlu diadakan Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok
Kejaksaan agar supaya Kejaksaan Republik Indonesia sebagai alat Negara penegak
hukum-dalam menyelesaikan revolusi sebagai alat revolusi - yang terutama bertugas
sebagai penuntut umum, dapat menunaikan tugasnya sebaik-baiknya.

Mengingat :

   1. Pasal-pasal 5 ayat (1), 20 ayat (1) pasal 24 dan pasal 27 ayat (1) Undang-
      Undang Dasar;
   2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/ MPRS/1960 dan
      No. II/MPRS/1960;
   3. Undang-undang No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 31)


         Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

                                 MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN
REPUBLIK INDONESIA.
BAB I.

                          Ketentuan-ketentuan umum.
                          Ketentuan- ketentuan

                                    Pasal 1.

   (1) Kejaksaaan Republik Indonesia selanjutnya disebut Kejaksaan, ialah alat
       Negara penegak hukum yang terutama bertugas sebagai penuntut umum.
   (2) Kejaksaan dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak
       azasi rakyat dan hukum negara.

                                    Pasal 2.

Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1, Kejaksaan mempunyai
tugas:

   (1) a. mengadakan penuntutan dalam perkara-perkara pidana pada Pengadilan
       yang berwenang.
       b. menjalankan keputusan dan penetapan Hakim Pidana.
   (2) mengadakan penyidikan lanjutan terhadap kejahatan dan pelanggaran serta
       mengawasi dan mengkoordinasikan alat-alat penyidik menurut ketentuan-
       ketentuan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan
       Negara.
   (3) mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
       dan Negara.
   (4) melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh suatu
       peraturan Negara.

                                    Pasal 3.

   (1) Kejaksaan adalah satu dan tak dapat dipisah-pisahkan.
   (2) Kekuasaan Kejaksaan dilakukan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan
       Kejaksaan Negeri.

                                     Pasal 4.

Dalam menunaikan tugasnya, Kejaksaan memperhatikan azas-azas kerja sama yang
sebaik-baiknya dengan instansi-instansi lain.
BAB II.

                      Pimpinan dan Susunan Kejaksaan.

                                   Pasal 5.

   (1) a. Penyelenggaraan tugas Departemen Kejaksaan dilakukan oleh Menteri.
       b. Susunan dan organisasi Departemen Kejaksaan diatur dengan Keputusan
       Presiden.
   (2) a. Jaksa Agung memegang pimpinan pelaksanaan tugas Kejaksaan.
       b. Jaksa Agung dibantu oleh beberapa orang Jaksa Agung Muda.
       c. Pada Kejaksaan Agung dapat ditempatkan beberapa orang Jaksa.
       d. Pada Kejaksaan Agung ada Dinas-dinas yang membantu Jaksa Agung
       dalam melaksanakan tugasnya.

                                   Pasal 6.

   (1) Disamping tiap-tiap Pengadilan Tinggi ada satu Kejaksaan Tinggi dengan
       daerah hukum yang sama, yang susunannya diatur dengan undang-undang.
   (2) Disamping tiap-tiap Pengadilan Negeri ada satu Kejaksaan Negeri dengan
       daerah hukum yang sama, yang susunannya diatur dengan undang-undang.

                                    BAB III

                         Wewenang dan Kewajiban.

                                   Pasal 7.

   (1) Jaksa Agung adalah Penuntut Umum Tertinggi.
   (2) Untuk kepentingan penuntutan perkara Jaksa Agung dan Jaksa-jaksa lainnya
       dalam lingkungan daerah hukumnya memberi petunjuk-petunjuk,
       mengkoordinasikan dan mengawasi alat-alat penyidik dengan mengindahkan
       hierarchie.
   (3) Jaksa Agung memimpin dan mengawasi para Jaksa dalam melaksanakan
       tugasnya.

                                   Pasal 8.

Jaksa Agung dapat menyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan umum.

                                   Pasal 9.

Jaksa Agung dan Jaksa-jaksa lainnya dalam lingkungan daerah hukumnya menjaga
agar penahanan dan perlakuan terhadap orang yang ditahan oleh pejabat-pejabat
lain dilakukan berdasarkan hukum.
Pasal 10.

(1) Jaksa wajib memperhatikan laporan-laporan tentang telah terjadinya
    perbuatan pidana dan wajib dengan inisiatip sendiri melakukan tindakan
    yang dipandang perlu agar supaya suatu perkara menjadi lebih terang,
    dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 2 ayat (2).
(2) Jaksa menerima dan mengurus perkara-perkara, yang Berita Acara
    pemeriksaannya bersama atau tidak bersama barang bukti, dikirimkan
    kepadanya oleh Penyidik atau lain-lain pejabat.
(3) Jaksa mengurus barang-barang bukti sebaik-baiknya dan bertanggung jawab
    atasnya sesuai dengan Undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain
    peraturan Negara.

                                 Pasal 11.

(1) Jaksa untuk menyelesaikan suatu perkara pidana berwenang:
    a. mengadakan penggeledahan badan dan penggeledahan tempat-tempat
    yang                          dipandang                            perlu;
    b. mengambil tindakan-tindakan lain, a dan b menurut ketentuan-ketentuan
    dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan/atau lain peraturan Negara.
(2) Dalam melakukan kewajiban tersebut dalam ayat 1 diperhatikan norma-
    norma keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan.

                                 Pasal 12.

(1) Jaksa membuat surat tuduhan.
(2) Dalam hal surat tuduhan kurang memenuhi syarat-syarat, Jaksa wajib
    memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh Hakim sebelum
    pemeriksaan dipersidangkan Pengadilan dimulai.
(3) Surat tuduhan harus terang dan dapat dimengerti oleh terdakwa.

                                 Pasal 13.

(1) Dalam hal Jaksa melakukan wewenang penyidikan sebagai yang dimaksud
    dalam pasal 2 ayat 2, Jaksa berhak untuk meminta kepada Kepala Kantor Pos,
    Telekomunikasi dan lain-lain kantor perhubungan guna membuat catatan
    adanya surat-surat dan lain-lain benda yang dialamatkan kepada atau dapat.
    diduga berasal dari orang-orang yang terhadapnya terdapat alasan-alasan
    cukup untuk dilakukan penuntutan karena melakukan, turut serta melakukan
    atau mencoba melakukan tindak pidana:
(2) Jaksa berhak untuk minta supaya benda-benda tersebut ditahan.
(3) Jaksa berhak untuk menyita/membuka benda-benda tersebut.
(4) Tentang permintaan tersebut dalam ayat 1 dan 2 serta penyitaan/pembukaan
    tersebut dalam ayat 3, dibuat Berita Acara yang harus segera dikirimkan
    kepada Jaksa Agung.
Pasal 14.

Menteri dengan bekerja sama dengan Menteri-menteri yang bersangkutan mengatur
cara-cara memberi petunjuk, koordinasi dan pengawasan kepada alat-alat penyidik
seperti yang dimaksudkan dalam pasal-pasal 2 ayat 2, 7 ayat 2, 9, 10, 11 dan 13
undang- undang ini.

                                       BAB IV.

                                     Penutup.

                                       Pasal 15.


Undang-undang ini dapat disebut quot;Undang-undang Pokok Kejaksaanquot; dan mulai
berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.


Disahkan di Jakarta
pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Presiden Republik Indonesia,

JUANDA

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Sekretaris Negara,

SANTOSO


--------------------------------

CATATAN

Disetujui D.P.R.G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-28 pada hari Selasa tanggal 20 Juni
1961, P.135/1961

Kutipan: LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH DICETAK ULANG

More Related Content

What's hot

Mahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiMahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiRyan Danny
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraannatasyamaryana
 
Babii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nasBabii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nasAwis Mirad
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uupadedihartono
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009khairu_zikri
 
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan saksi dan tersangka)
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan  saksi dan tersangka)Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan  saksi dan tersangka)
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan saksi dan tersangka)Dadang DjokoKaryanto
 
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanaPengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanavirmannsyah
 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaLydia Nurkumalawati
 
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...Dadang DjokoKaryanto
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989khairu_zikri
 
Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009khairu_zikri
 
DASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
DASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMANDASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
DASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMANRafi Muhammad Ave
 

What's hot (19)

Mahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiMahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusi
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
 
Babii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nasBabii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nas
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uupa
 
HIR / RGB
HIR / RGBHIR / RGB
HIR / RGB
 
Mahkamah agung
Mahkamah agungMahkamah agung
Mahkamah agung
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009
 
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan saksi dan tersangka)
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan  saksi dan tersangka)Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan  saksi dan tersangka)
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan saksi dan tersangka)
 
Tugas dan wewenang dpr antara lain
Tugas dan wewenang dpr antara lainTugas dan wewenang dpr antara lain
Tugas dan wewenang dpr antara lain
 
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanaPengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
 
Uu 12 2011
Uu 12 2011Uu 12 2011
Uu 12 2011
 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
 
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989
 
Uu 10 2004
Uu 10 2004Uu 10 2004
Uu 10 2004
 
Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009
 
Kwn kelompk
Kwn kelompkKwn kelompk
Kwn kelompk
 
DASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
DASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMANDASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
DASAR PENGENALAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
 
Perangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga PeradilanPerangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga Peradilan
 

Viewers also liked

Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0Roberta Milano
 
Dispositivos Moviles 2
Dispositivos  Moviles 2Dispositivos  Moviles 2
Dispositivos Moviles 2jhonsteven
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICLos sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICAutoritas Consulting
 
COM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 SlidesCOM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 SlidesRuss Ray
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1DIM Marketing
 

Viewers also liked (9)

Uu 01 1964
Uu 01 1964Uu 01 1964
Uu 01 1964
 
Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0
 
Uu 22 1952
Uu 22 1952Uu 22 1952
Uu 22 1952
 
Dispositivos Moviles 2
Dispositivos  Moviles 2Dispositivos  Moviles 2
Dispositivos Moviles 2
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICLos sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
 
COM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 SlidesCOM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 Slides
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
 

Similar to KETENTUAN

Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ilham Mustafa
 
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12Ilham Mustafa
 
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdfUU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdftaniasela95
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
 
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdfPP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdfIchaaBerliana
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020CIkumparan
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
 
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptxPPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptxVinaCahyaningSetya
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaSylvia Diansari
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polrirestamadiun
 
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesiaUu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesiaIndonesia Anti Corruption Forum
 
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Awank Kurniawan
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaFRANKLYN_SS
 
Menyiram indahnya keadilan dan kedamaian
Menyiram indahnya keadilan dan kedamaianMenyiram indahnya keadilan dan kedamaian
Menyiram indahnya keadilan dan kedamaianFathia Rosatika
 
Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000IRVIANAM
 

Similar to KETENTUAN (20)

Uu 16 1961
Uu 16 1961Uu 16 1961
Uu 16 1961
 
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
 
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
 
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdfUU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
 
Uu 05 1991
Uu 05 1991Uu 05 1991
Uu 05 1991
 
Uu 22 2004
Uu 22 2004Uu 22 2004
Uu 22 2004
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdfPP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer
 
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptxPPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesiaUu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
 
Uu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+PjlsUu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+Pjls
 
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
 
Menyiram indahnya keadilan dan kedamaian
Menyiram indahnya keadilan dan kedamaianMenyiram indahnya keadilan dan kedamaian
Menyiram indahnya keadilan dan kedamaian
 
Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000Undang undang no 26 tahun 2000
Undang undang no 26 tahun 2000
 

More from guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

More from guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 

KETENTUAN

  • 1. UNDANG-UNDANG UNDANG- PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 5 TAHUN 1961 (15/1961) 30 JUNI 1961 (JAKARTA) Sumber: LN 1961/254 Tentang: KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KETENTUAN- Indeks: KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. KETENTUAN- Presiden Republik Indonesia, Republik Menimbang : bahwa perlu diadakan Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok Kejaksaan agar supaya Kejaksaan Republik Indonesia sebagai alat Negara penegak hukum-dalam menyelesaikan revolusi sebagai alat revolusi - yang terutama bertugas sebagai penuntut umum, dapat menunaikan tugasnya sebaik-baiknya. Mengingat : 1. Pasal-pasal 5 ayat (1), 20 ayat (1) pasal 24 dan pasal 27 ayat (1) Undang- Undang Dasar; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/ MPRS/1960 dan No. II/MPRS/1960; 3. Undang-undang No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 31) Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong; MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA.
  • 2. BAB I. Ketentuan-ketentuan umum. Ketentuan- ketentuan Pasal 1. (1) Kejaksaaan Republik Indonesia selanjutnya disebut Kejaksaan, ialah alat Negara penegak hukum yang terutama bertugas sebagai penuntut umum. (2) Kejaksaan dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum negara. Pasal 2. Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1, Kejaksaan mempunyai tugas: (1) a. mengadakan penuntutan dalam perkara-perkara pidana pada Pengadilan yang berwenang. b. menjalankan keputusan dan penetapan Hakim Pidana. (2) mengadakan penyidikan lanjutan terhadap kejahatan dan pelanggaran serta mengawasi dan mengkoordinasikan alat-alat penyidik menurut ketentuan- ketentuan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara. (3) mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara. (4) melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan Negara. Pasal 3. (1) Kejaksaan adalah satu dan tak dapat dipisah-pisahkan. (2) Kekuasaan Kejaksaan dilakukan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Pasal 4. Dalam menunaikan tugasnya, Kejaksaan memperhatikan azas-azas kerja sama yang sebaik-baiknya dengan instansi-instansi lain.
  • 3. BAB II. Pimpinan dan Susunan Kejaksaan. Pasal 5. (1) a. Penyelenggaraan tugas Departemen Kejaksaan dilakukan oleh Menteri. b. Susunan dan organisasi Departemen Kejaksaan diatur dengan Keputusan Presiden. (2) a. Jaksa Agung memegang pimpinan pelaksanaan tugas Kejaksaan. b. Jaksa Agung dibantu oleh beberapa orang Jaksa Agung Muda. c. Pada Kejaksaan Agung dapat ditempatkan beberapa orang Jaksa. d. Pada Kejaksaan Agung ada Dinas-dinas yang membantu Jaksa Agung dalam melaksanakan tugasnya. Pasal 6. (1) Disamping tiap-tiap Pengadilan Tinggi ada satu Kejaksaan Tinggi dengan daerah hukum yang sama, yang susunannya diatur dengan undang-undang. (2) Disamping tiap-tiap Pengadilan Negeri ada satu Kejaksaan Negeri dengan daerah hukum yang sama, yang susunannya diatur dengan undang-undang. BAB III Wewenang dan Kewajiban. Pasal 7. (1) Jaksa Agung adalah Penuntut Umum Tertinggi. (2) Untuk kepentingan penuntutan perkara Jaksa Agung dan Jaksa-jaksa lainnya dalam lingkungan daerah hukumnya memberi petunjuk-petunjuk, mengkoordinasikan dan mengawasi alat-alat penyidik dengan mengindahkan hierarchie. (3) Jaksa Agung memimpin dan mengawasi para Jaksa dalam melaksanakan tugasnya. Pasal 8. Jaksa Agung dapat menyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan umum. Pasal 9. Jaksa Agung dan Jaksa-jaksa lainnya dalam lingkungan daerah hukumnya menjaga agar penahanan dan perlakuan terhadap orang yang ditahan oleh pejabat-pejabat lain dilakukan berdasarkan hukum.
  • 4. Pasal 10. (1) Jaksa wajib memperhatikan laporan-laporan tentang telah terjadinya perbuatan pidana dan wajib dengan inisiatip sendiri melakukan tindakan yang dipandang perlu agar supaya suatu perkara menjadi lebih terang, dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 2 ayat (2). (2) Jaksa menerima dan mengurus perkara-perkara, yang Berita Acara pemeriksaannya bersama atau tidak bersama barang bukti, dikirimkan kepadanya oleh Penyidik atau lain-lain pejabat. (3) Jaksa mengurus barang-barang bukti sebaik-baiknya dan bertanggung jawab atasnya sesuai dengan Undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara. Pasal 11. (1) Jaksa untuk menyelesaikan suatu perkara pidana berwenang: a. mengadakan penggeledahan badan dan penggeledahan tempat-tempat yang dipandang perlu; b. mengambil tindakan-tindakan lain, a dan b menurut ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan/atau lain peraturan Negara. (2) Dalam melakukan kewajiban tersebut dalam ayat 1 diperhatikan norma- norma keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan. Pasal 12. (1) Jaksa membuat surat tuduhan. (2) Dalam hal surat tuduhan kurang memenuhi syarat-syarat, Jaksa wajib memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh Hakim sebelum pemeriksaan dipersidangkan Pengadilan dimulai. (3) Surat tuduhan harus terang dan dapat dimengerti oleh terdakwa. Pasal 13. (1) Dalam hal Jaksa melakukan wewenang penyidikan sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ayat 2, Jaksa berhak untuk meminta kepada Kepala Kantor Pos, Telekomunikasi dan lain-lain kantor perhubungan guna membuat catatan adanya surat-surat dan lain-lain benda yang dialamatkan kepada atau dapat. diduga berasal dari orang-orang yang terhadapnya terdapat alasan-alasan cukup untuk dilakukan penuntutan karena melakukan, turut serta melakukan atau mencoba melakukan tindak pidana: (2) Jaksa berhak untuk minta supaya benda-benda tersebut ditahan. (3) Jaksa berhak untuk menyita/membuka benda-benda tersebut. (4) Tentang permintaan tersebut dalam ayat 1 dan 2 serta penyitaan/pembukaan tersebut dalam ayat 3, dibuat Berita Acara yang harus segera dikirimkan kepada Jaksa Agung.
  • 5. Pasal 14. Menteri dengan bekerja sama dengan Menteri-menteri yang bersangkutan mengatur cara-cara memberi petunjuk, koordinasi dan pengawasan kepada alat-alat penyidik seperti yang dimaksudkan dalam pasal-pasal 2 ayat 2, 7 ayat 2, 9, 10, 11 dan 13 undang- undang ini. BAB IV. Penutup. Pasal 15. Undang-undang ini dapat disebut quot;Undang-undang Pokok Kejaksaanquot; dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1961. Pejabat Presiden Republik Indonesia, JUANDA Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 30 Juni 1961. Pejabat Sekretaris Negara, SANTOSO -------------------------------- CATATAN Disetujui D.P.R.G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-28 pada hari Selasa tanggal 20 Juni 1961, P.135/1961 Kutipan: LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH DICETAK ULANG