1. MAKALAH
PENDEKATAN, MODEL DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Makalah Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen : Indrya Mulyaningsih, MPd.
DI SUSUN OLEH : IIS ASTUTI
NIM : 14121510613
KELAS/SEMESTER : MATEMATIKA C/2
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SYEKH NUR JATI CIREBON
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya peserta didik yang tidak menyukai pelajaran matematika
mendorong para guru matematika untuk melakukan pendekatan, model, dan
teknik dalam pembelajaran matematika agar para peserta didik yang tadinya
tidak menyukai pelajaran matematika menjadi suka bahkan matematika jadikan
pelajaran favorit. Dengan menggunakan pendekatan, model, dan teknik dalam
pembelajaran matematika diharapkan para siswa lebih mengerti tentang materi
yang ada dalam pelajaran matematika.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kontruktivisme?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kontekstual?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan berbasis masalah?
4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan open ended?
5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan realistik?
6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses?
7. Apa yang dimaksud dengan model mengajar deduktif-induktif?
8. Apa yang dimaksud dengan pendekatan analitik?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Pendekatan, Model, Teknik Pembelajaran
Matematika.
2. Mengetahui pendekatan- pendekatan tersebut, diantaranya pendekatan
kontruktivisme, pendekatan kontekstual, berbasis masalah, open ended,
realistik, keterampilan proses, model mengajar deduktif-induktif, dan
pendekatan analitik.
3. Mengetahui contoh- contoh pembelajaran matematika dari pendekatan
tersebut.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Kontruktivisme
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di dalam kehidupan
manusia. Pedidikan dipandang merupakan kegiatan manusia untuk
memanusiakan sendiri, yaitu manusia berbudaya sendiri. Konstruktivis sebagai
suatu konsep yang banyak membicarakan masalah pembelajaran, diharapkan
menjadi landasan intelektual untuk menyusun dan menganalisis prolem
pembelajaran dalam pergulatan dunia pendidikan. Kontruktivis berarti bersifat
membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, kontruktivisme merupakan
suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern. Kontruktivisme berupaya membina suatu konsensus yang
paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat
manusia.
1. Pengertian Pendekatan Kotruktivisme
Menurut R. Wilis Dahar, dalam bunga rampai “ Membuka Masa Depan
Anak-Anak Kita” 1
, dinyatakan bahwa sebagai filsafat belajar, kontruktivisme
sudah terungkap dalam tulisan ahli filsafat Giambattista Vico tahun 1710, yang
mengemukakan bahwa orang hanya dapat benar-benar memahami yang
dikontruksiya sendiri. Orang sepaham dengan gagasan kontruktivisme yang di
tetapkan dala kelas dan perkembangan anak adalah piaget.
Sistem pendekatan kontruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan
pengajaran top down daripada buttom up berarti siswa memulai dengan masalah
kompleks untuk di pecahkan, kemudian menemukan keterampilan dasar yang
1
Eman Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, Bandung: JICA 2001, hal 21
4. diperlukan. Praktik pembelajaran kotruktivisme dilakukan untuk membantu
siswa membentuk, mengubah, diri atau menstraformasikan informasi baru.
Menurut Nana Sujana dkk dari tujuan tentang konstruktivisme dalam
pembelajaran ini, pada dasarnya ada beberapa tujuan yang ingin diwujudkan
antara lain:2
a. Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab itu sendiri
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri jawabannya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman
konsep secara lengkap.
2. Tujuan Pembelajaran Kontruktivisme
Tujuan pembelajaran kontruktivisme ini ditentukan pada bagaimana belajar,
yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif
dalam konteks nyata yang mendorong siswa belajar untuk berpikir dan berpikir
ulang lalu mendemostrasikan.
B. Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendektan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya,. Dengan memosisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu
bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi
dirinya dan berupaya menggapainya.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
2
Nana Sujana dkk. Model-Model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru, 1991, hal 36
5. sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang
dari “menemukan diri” bahkan dari “apa kata guru”. Begitu peran guru di kelas
yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
2. Proses- Proses Pembelajaran Kotekstual
Menurut Nana Sujana dkk, pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada
kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:3
a. Proses belajar
Belajar tidak hanya sekadar menghafal. Siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri.
b. Transfer belajar
Siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain.
c. Siswa sebagai pembelajar
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu
dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat
hal-hal baru.
d. Pentingnya lingkungan belajar
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa
dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa akting bekerja
dan berkarya, guru yang mengarahkannya.”
Apa moto pembelajaran kontekstual? Student learn best by actively
constructing their ownunderstanding atau cara belajar terbaik adalah siswa
mengkontruksikan sendiri secara aktif pemahamannya.
Kata-kata kunci pembelajaran CTL:
1. Real worl learning
a) Mengutamakan pengalaman nyata anak
b) Berfikir tingkat tinggi
c) Berpusat pada siswa
d) Siswa aktif, kritis, dan kreatif. Sedang guru mengarahkan
3
Nana Sujana dkk. Model-Model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru, 1991, hal 40
6. e) Pengetahuan berakar dalam kehidupan
f) Dekat dengan kehidupan nyata
g) Perubahan prilaku
h) Siswa praktik bukan menghafal
i) Learning bukan teaching
j) Pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction)
k) Pembentukan manusia
l) Memecahkan masalah
m)Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes
Strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL
2. CBSA
a. Pendekatan proses
b .Life skill education
c. Authentic instruction
d. Cooperative learning
3. Service learning
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasisis masalah mulai pertama kali diterapkan di
McMaster University School Medicane Kanada pada tahun 1969. Sejak itu
Pendekatan Berbasis Masalah menyebar keseluruh dunia, khususnya dalam
bidang pendidikan kedokteran atau keperawatan dan bidang-bidang lain
diperguruan tinggi, misalnya arsitektur, matematika, okupasi dan fisio terapi,
ilmu mumi.
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis masalah
Pembelajaran berasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belajar
secara mandiri, dan menuntut keterampilan berpartisipasi dalam tim. Proses
pemecahan masalah dilakukan secara kolaborasi dan disesuaikan dengan
kehidupan. Duch menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan
“belajar untuk belajar “. Siswa aktif bekerja sama bersama kelompok untuk
7. menncari solusi permasalahan dunia nyata, lebih lanjut Duch menyatakan bahwa
model ini dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis , analitis,
dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya sesuai untuk belajar.
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam buku learning to teach, Arend mengidentifikasikan karakteristik
pembelajaran berbasis masalah yakni:4
a. Pengajuan Masalah
Langkah awal dari pembelajaran berbasis masalah adalah mengajukan masalah
selanjutnya berdasarkan masalah ditemukan konsep, prinsip serta aturan- aturan.
Masalah yang diajukan secara autentik mengacu pada kehidupan nyata.
b. Keterkaitan dengan Disiplin Ilmu lain
Walaupun pembelajran berbasis masalah hanya ditujukan pada suatu bidang
masalah tertentu, tetapi pada pemecahan masalah – masalah aktual, peserta
didik dapat menyelidiki dar berbagai ilmu.
c. Menyelidiki Masalah Autentik
Dalam pembelajaran berbasis masalah, amat diperlukan untuk menyelidiki
masalah autentik dan mencari solusi nyata atas masalah tersebut. Mahasiswa
menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis dan
meramalkan, mengumpulkan, dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen jika diperlukan, membuat acuan dan menyimpulkan masalah.
d. Melaporkan Hasil kerja
Model mengajarkan peserta didik untuk menyusun dan melaporkan hasil kerja
sesuai dengan kemampuannya.
4
Nana Sujana dkk. Model-Model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru, 1991, hal 54
8. Beberapa faktor yang merupakan kelebihan pembelajaran berbasis masalah
adalah :
1. Peserta dididk dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan
proses belajar secara mandiri. Prinsip-prinsip “ membelajarkan “ seperti ini
tidak bisa dilayani melalui pembelajaran tradisisonal yang banyak
menekankan pada kemampuan menghafal.
2. Peserta didik diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengimplementasikan
pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah.
D. Pengertian Pendekatan Open Ended
1. Pengertian Pendekatan Open Ended
Menurut Suherman,5
problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban
yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended
problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem,
tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan
pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah
hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban. Sifat
“keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang
mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam
kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara
atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan
bukan berorientasi pada jawaban atau hasil akhir.
Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan
memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus
mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara,
5
Eman Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, Bandung: JICA 2001, hal.117
9. serta mungkin juga dengan banyak jawaban, sehingga merangsang kemampuan
intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Pendekatan Open-Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada
siswa untuk meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai
dengan kemampuan mengolaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah
agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal
dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa
terkomunikasi melalui proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan
bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses
pencarian suatu jawaban. Menurut Suherman,6
mengemukakan bahwa dalam
kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi aspek
berikut:
a. Kegiatan Siswa Harus Terbuka.
Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan
pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan
segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.
b. Kegiatan Matematika Merupakan Ragam Berpikir.
Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke
dalam dunia matematika atau sebaliknya.
c. Kegiatan Siswa dan Kegiatan Matematika Merupakan Satu Kesatuan.
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat
pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan
individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan
masing-masing.
2. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open-Ended
6
Eman Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, Bandung: JICA 2001, hal. 120
10. Pendekatan Open-Ended ini menurut Suherman, memiliki beberapa
keunggulan antara lain:7
a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
c. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri.
d. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan.
e. Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.
Kelemahan Pendekatan Open-Ended
Disamping keunggulan, menurut Suherman, terdapat pula kelemahan dari
pendekatan Open-Ended, diantaranya:
1. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa
bukanlah pekerjaan mudah.
2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan.
3. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan
jawaban mereka.
4. Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
5. 8
Eman Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, Bandung: JICA
2003, hal. 133
6.
E. Pendekatan Realistik
7
Eman Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, Bandung: JICA 2003, hal.
132-133
11. 1. Pengertian Pendekatan Realistik
Pengertian pendekatan realistik menurut Riyanto Yatim,8
“sebuah
pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki
dasar pendidikan itu sendiri”.
Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Belanda
teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan
matematika merupakan aktifitas manusia. Dalam pembelajaran melalui
pendekatan realistik, strategi-strategi informasi siswa berkembang ketika mereka
menyelesaikan masalah pada situasi- situsi biasa.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator.
2. Prinsip dan pertimbangan menggunakan pendekatan realistik
David A jacobsen menyebutkan ada tiga prinsip kunci dalam pendekatan
realistik, ketiga kunci tersebut adalah:9
1. Guided reinvention and progressive mathemazing,
2. Didactical phemonology, dan
3. Self developed models.
1. Guided reinvention and progressive mathemazing memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan kembali konsep atau algoritma sebagaimana
ditemukannya konsep itu secara matematis. Bila diperlukan, siswa perlu
digiring ke arah penemuan itu.
2. Didactical phemonology, menyatakan bahwa fenomena pembelajaran harus
menekankan bahwa masalah kontekstual yang diajukan kepada siswa harus
memenuhi kriteria:
a. Memperlihatkan berbagai macam aplikasi yang telah diantisipasi. Sesuai
dengan dampak pada matematisasi progresif. Dengan demikian, masalah
8
Riyanto Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana 2009, hal. 51
9
David A Jacobsen. Metodes For Teaching, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009 hal. 28
12. kontekstual yang dipilih harus sudah diantisipasi agar membelajarkan siswa ke
arah konsep atau algoritma yang dituju.
3. Self developed models, menyatakan bahwa model yang dikembangkan siswa
harus dapat menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan matematika
formal. Model matematika dikembangkan oleh siswa secara mandiri untuk
memecahkan masalah. Pada awalnya, model matematika itu berupa model
situasi yang telah diakrabi siswa berdasarkan pengalaman siswa sebelumnya.
Melalui proses generalisasi dan formalisasi, model itu akhirnya dirumuskan
dalam bentuk model matematika yang formal.
F. Pendekatan Keterampilan Proses
1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Nana Sujana dkk pendekatan keterampilan proses adalah10
pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara
mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga
peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran
khusus”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang
mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial
untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai
melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA)
sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri
peserta didik.
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam
kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang
mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan di
10
Nana Sujana dkk. Model-Model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru, 1991, hal. 76
13. sini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
2. Macam- macam keterampilan yang mendasar dimaksud adalah:
a. Mengamati
Menurut Riyanto Yatim Mengamati merupakan11
salah satu keterampilan
ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan
serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan
proses yang lain.
Jadi, kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam
pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada
penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat
merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang
sama.
b. Mengklasifikasikan
Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu
membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka
sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar
mereka.
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi
bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik
dari pada berbicara.
d. Mengukur
Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda
tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat
sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e. Menyimpulkan
11
Riyanto Yatim. Paradigma Baru Pemelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 63
14. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan
sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan
observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
Kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar
mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi,
gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan
ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan
cepat, cermat dan tepat.
2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan
pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal
dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
E. Model mengajar deduktif-induktif
1. Pengertian Pembelajaran deduktif- induktif
Model ini merupakan gabungan model deduktif dengan model induktif.
Artinya, kedua model tersebut disatukan penggunaannya dalam satu proses
pembelajaran. Pada tahap pertama digunakan pendekatan deduktif, kemudian
dilanjutkan dengan pendekatan induktif.
Model mengajar ini sangat penting dalam mengembangkan cara berfikir
ilmiah para siswa. Sekalipun, model ini lebih tepat untuk mengajarkan IPA dan
Matematika, bisa juga digunakan dalam pengajaran ilmu-ilmu social dan
bahasa, terutama untuk bahan pengajaran yang sifatnya prinsip atau generalisasi,
misalnya hukum.
15. Menurut Riyanto Yatim ada empat kegiatan yang harus ditempuh dalam
proses pembelajaran model deduktif-induktif. Tahapan kegiatan tersebut
diurutkan sebagai berikut:12
1. Guru mengajukan masalah atau gejala kepada para siswa. Masalah atau
gejala itu sebaiknya dipilih yang sifatnya aktual yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, atau yang sedang hangat di masyarakat. Namun,
permasalahannya atau gejala tersebut ada kaitannya dengan prinsip-prinsip
keilmuan yang terdapat dalam bidang studi atau mata pelajaran yang
diajarkan.
2. Sehubungan dengan tema dan pertanyaan tersebut, setiap siswa diminta
mengkaji kaitan masalah dengan materi bahan pengajaran dari bidang studi
yang sedang dipelajarinya
3. Siswa diminta mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber
mengenai permasalahan itu. Setelah itu, siswa dibimbing untuk bisa
membuktikan atau menguji kebenaran jawaban sementara berdasarkan data
dan informasi yang telah ditemukannya
4. Membuat kesimpulan dari proses yang telah dilakukan oleh siswa, yakni
merumuskan jawaban yang paling tepat bagi masalah itu sesuai dengan
konsep dan prinsip yang terdapat dalam mata pelajaran.
H. Pendekatan Analitik
1. Pengertian Pendekatan analitik
Pendekatan analitik adalah pembahasan bahan pelajaran bisa dimulai dari
hal yang tidak di ketahui sampai kepada yang sudah diketahui atau sebaliknya
dari yang sudah diketahui menghasilkan apa yang ingin diketahui. Bila prosedur
yang ditempuh adalah dari yang apa yang belum diketahui ke yang sudah
diketahui, maka dikatakan menggunakan pendekatan analitik, sedangkan
prosedur sebaliknya adalah pendekatan sintetik.
12
Riyanto Yatim. Paradigma Baru Pemelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 76
16. Pada pendekatan analitik, masalah yang ingin diselesaikan perlu dipecah-
pecah sehingga jelas hubungan antar bagian-bagian yang belum di ketahui
dengan yang sudah diketahui. Dimulai dengan langkah dari hal yang tidak
diketahui dicari langkah-langkah selanjutnya yang mengkaitkan yang belum
diketahui itu sehingga sampai ke hal yang sudah diketahui.
Penentuan Volume dengan Pendekatan Analitik
Misal, penentuan volume balok dengan pendekatan analitik :
Komponen – komponen pada Balok ABCD.EFGH :
A, B, C, D, E, F, G, H disebut titik sudut.
AB, BC, CD, DA, AE, DH, CG, BF, EF, FG, GH, HE disebut rusuk.
ABCD, ABEF, ADHE, BCGF, CDHG, EFGH disebut sisi.
AC, BD, DE, AH, DG, CH, FH, EG, CF, BG, AF, BE disebut diagonal sisi.
AG, CE, BH, DF disebut diagonal ruang.
ACGE, BDHF, BECH, BGAH, AFDG, CFDE disebut bidang diagonal.
Komponen–komponen balok tersebut semua telah kita ketahui, sedangkan
menentukan volume dengan pendekatan analitik belum kita ketahui, jadi volume
balok adalah:
Volume Balok = panjang x lebar x tinggi
= p x l x t
Penerapan pada soal:
Suatu balok memiliki luas permukaan 198 cm2
. Jika lebar dan tinggi balok
masing-masing 6 cm dan 3 cm, tentukan volume balok tersebut.
Penyelesaian :
17. Sebelum menentukan volume balok harus menentukan panjang balok terlebih
dulu :
Luas permukaan balok = 2.{p.l + l.t + p.t }
198 cm2
= 2.{p.6 + 6.3 + p.3}
198 cm2
= 2. {6p +18 + 3p}
198 cm2
= 2. {9p + 18 cm2
}
198 cm2
= 18 p cm + 36 cm2
18p cm = 198cm2
– 36 cm2
18p cm = 162 cm2
P = 162 cm2
: 18 cm
P = 9 cm
Volume Balok = p x l x t = 9 cm x 6 cm x 3 cm = 162 cm3
.
I. Pendekatan Sintetik
1. Pengertian pendekatan sintetik
Pendekatan sintesis merupakan proses pembelajaran lebih mengarah
pada suatu hal yang umum diketahui oleh siswa sehingga dalam prosesnya
seorang peserta didik bisa menjelaskan kembali sebagai wujud dari proses
pembelajaran
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan sintetik merupakan kebalikan dari pendekatan analitik.
2. Kelebihan dan kekuragan pendekatan sintetik menurut Riyanto Yatim
adalah :13
Kelebihan metode ini yaitu, merupakan pendekatan yang logis, seringkali
pembahasan dengan pendekatan sintetik lebih singkat daripada analitik.
13
Riyanto Yatim. Paradigma Baru Pemelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 81
18. Kelemahan dari pendekatan sintetik , Seorang murid yang benar menyelesaikan
soal tertentu dengan benar mungkin saja hanya karena hafal langkah-lanhkah
yang harus ditempuhnya tanpa memiliki pengertian. Jika demikian, menghafal
langkah-langkah penyelesaian berbagai macam soal makin lama akan menjadi
beban yang makin berat.
19. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengajarkan pelajaran matematika banyak pendekatan,model,
teknik, pembelajaran matematika yang dapat digunakan oleh para pengajar, agar
para peserta didik dapat menerima materi dengan mudah, dan dapat memahami
apa yang sudah disampaikan saoleh guru.
20. DAFTAR PUSTAKA
Jacobsen A David, 2009, Metodes for Teaching. Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Suherman Eman, 2001, Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer,
Bandung: JICA
Suherman Herman, 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer,
Bandung: JICA
Yatim Riyanto, 2009, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Sujana Nana, dkk. 1991, Model-Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru