SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 60
Cerita Tentang Kita
1. Bukan Hamba Biasa; Bukan Tuan Biasa; Bukan Tuhan Biasa (Lukas
7:1-10)
2. Mencari Kasih Di Rumah Belas Kasih (Yohanes 5:1-9)
3. Tidak Sia-Sia (I Korintus 15:58)
4. Runtuhkan Tembok, Bangun Jembatan (Rut 1:1-22)
5. Nilai (Lukas 1:5-25)
6. One More Chance (Yunus 4:1-11)
7. Tetap Tenang di Tengah Badai Kehidupan (Markus 4:35-41)
8. Dunia Belum Berakhir (Markus 5:25-34)
9. Andai Anda Dia (Yohanes 13:12-30)
10. Iri Hatikah Aku? (Matius 20:1-16)
11. Bukan Yesus yang Aku Kenal (Yohanes 2:13-25)
12. Bejana Hidup (Yeremia 18:1-12)
13. Kelegaan di Dalam Tuhan (Lukas 7:36-50)
14. Tetap Tegar di Jalan Sukar (Ratapan 5:1-22)
15. Mengusir Dis Supaya Harmoni (Mazmur 19:1-6)
16. Tak Berdaya (Ester 4:10-17)
17. Menutup Diri (Yohanes 20:24-29)
18. Apa yang Menggerakan Hidupmu? (Markus 15:1-15)
19. Melawan Rasa Kecewa (Yohanes 20:11-18)
20. All Izz Well (Keluaran 2:1-10)
21. Ransel Kehidupan (Ezra 7:28b-8:30)
22. Menafaskan Kehidupan Melalui Doa (I Tesalonika 5:17)
23. Termotivasi (II Timotius 3:1-17)
24. Seorang Sahabat Bernama Penderitaan (Markus 9:30-32)
25. Empat Langkah Menuju Duabelas Bakul (Markus 6:35-44)
26. Langgeng (Nehemia 5:1-13)
27. Kasih Adalah ... (Yohanes 21:15-19)
28. Saling Berbuat Baik (Galatia 6:1-10)
29. Beban Yang Bukan Dimaksudkan Untuk Kita Pikul Sendirian.
(Mazmur 23:1-6)
30. Pemberi Rasa (Markus 9:42-50)
1.
Bukan Hamba Biasa; Bukan Tuan Biasa;
Bukan Tuhan Biasa
Lukas 7:1-10
Apa yang pertama kali terpikir oleh kita sewaktu kita membaca
firman Tuhan dari perikop kita hari ini? Kalau saya yang ditanya, maka
jawaban saya adalah: "Saya kagum." Ternyata masih ada figur-figur seperti
yang diceritakan oleh Rasul Lukas dalam perikop kita hari ini.
Hari ini saya mau mengajak kita untuk melihat lebih dekat lagi tiga
figur tokoh yang ada dalam perikop kita, dan mereka layak untuk membuat
kita semua kagum. Figur Pertama dan Figur ke Dua adalah "Hamba" dan
"Tuan" dalam perikop kita. Mereka itu bukan hamba biasa dan juga bukan
tuan biasa.
Kita semua tahu bahwa hubungan antara hamba dengan tuan
seringkali berujung tidak bahagia. Banyak yang punya kasus soalnya.
Hamba yang mencuri duit tuannya, nyulik anak majikannya: membalas air
susu dengan air tuba. Atau sebaliknya, tuan yang menyiksa hambanya:
dipukulin, di siram air keras, di setrika, gaji yang tidak dibayar berbulan-
bulan lamanya. Tuan yang memperkosa hak-hak dari hambanya.
Akan tetapi tolong buat satu pengecualian untuk hamba dan tuan
yang ada dalam kisah teks kita hari ini. Sekali lagi, mereka bukan hamba
biasa dan juga bukan tuan biasa.
BUKAN HAMBA BIASA
Mari kita lihat data apa saja yang kita miliki tentang hamba dalam perikop
kita hari ini:
(a) Hamba ini sedang sakit keras dan hampir mati (ayat 2). Dari
keterangan yang disampaikan oleh Rasul Matius, maka kita bisa
tahu sakit apa dia: sakit lumpuh dan membuatnya sangat menderita
(Matius 8:6)
(b) Hamba ini bukanlah salah satu prajurit bawahan dari tuannya,
yaitu sang Perwira. - Jadi kalau kita melihat secara strata sosial
yang berlaku kala itu, jelas hamba itu berada di bawah prajurit - .
(c) Jika kita sempat melihat bahasa aslinya, Yunani, maka kita akan
menemukan bahwa Rasul Lukas menyebutkan kata hamba dalam
teks kita hari ini dengan dua kata: pertama, kata doulos (ayat 2) yang
arti harafiahnya adalah budak - pembantu, dan satu lagi kata
Yunani pais (ayat 7), yang juga diterjemahkan oleh LAI menjadi
kata hamba. Bedanya adalah dari kata pais ini, kita jadi tahu bahwa
hamba yang dimaksud itu adalah seorang hamba yang masih berusia
remaja - masih belum dewasa -. Itu artinya, menurut budaya yang
berlaku kala itu, hamba yang masih belum dewasa itu, sama sekali
dipandang sebelah mata oleh masyarakat waktu itu (ingat saja
sewaktu para murid Yesus 'mengusir' anak-anak yang mau datang
kepada Yesus untuk mendengar-Nya, di usir kan mereka),
(d) Dunia sosial Romawi waktu itu, melegalkan jual - beli hamba di
pasar. Dengan harga 600 dinar, maka kita bisa punya satu hamba
yang bisa kita perlakukan dengan seenaknya di rumah (waktu itu,
bila mau - udah kayak barang kan di jual beli). Enam ratus dinar
setara dengan uang tabungan seorang buruh di zaman itu yang
menabung setengah dari penghasilan hariannya selama 4 tahun.
Tampak mahal memang, tapi bagi seorang petinggi Romawi seperti
tuan Perwira kita dalam perikop hari ini, 600 dinar tentu bukan
sesuatu yang mahal.
Sudah ketemu kah dengan sesuatu yang seharusnya membuat kita
kagum dengan hamba dalam perikop kita ini? Jika belum, mari kita
lanjutkan data apa yang kita miliki tentang tuan nya:
BUKAN TUAN BIASA
(a) Dia seorang petinggi pemerintahan Romawi, berarti dia pasti
bukan seorang Yahudi. Rasul Lukas menyebut dalam bahasa
Yunani, pangkat dari perwira itu: hekatontarchos.
Seorang hetakontarchos mengepalai 100 orang prajurit untuk
menjaga keamanan wilayah jajahan Romawi di Israel. Plus sebagai
pelindung bagi para pemungut cukai yang amat di benci oleh orang
Yahudi waktu itu.
(b) Yang menarik adalah, pemungut cukainya memang dibenci oleh
orang Yahudi, tetapi ternyata perwira yang jadi bos para pemungut
cukai ini sangat dikasihi oleh orang Yahudi, ayat 2-4 "dia layak
ditolong karena dia memang baik".
(c) Dia sangat menghargai dan memerhatikan hambanya yang saat
itu sedang sakit keras. Padahal kalau dia mau gak ribet, gampang,
kan tinggal diantepin aja (dibiarkan saja maksudnya) tuh hambanya
yang sedang sakit itu sampai mati. Toh kalau mati satu itu pun cuma
hamba yang punya harga pasar, dan bisa dibeli lagi hamba yang baru
di pasar. Beres dan gak ribet.
Sampai di sini, kita dapat melihat istimewanya hamba dan tuan itu.
Istimewanya si hamba adalah ... . Bayangkan apa yang menjadi etos kerja
dari si hamba itu sehingga dia sangat sangat dikasihi dan diperhatikan oleh
tuannya? - Gak mungkin hamba itu adalah hamba yang suka bikin kasus -
Jadi apa yang sudah dikerjakannya selama dia mengabdi kepada tuannya
sehingga tuannya sangat amat memperjuangkan kehidupannya? Dia pekerja
keras? Dia bekerja dengan sepenuh hati? Dia menonjol dibandingkan
hamba-hamba tuannya yang lain? Sangat mungkin itu semua yang terjadi
dalam keseharian pekerjaan yang dilakukan oleh hamba yang sedang sakit
keras itu sekarang.
Istimewanya tuan perwira kita adalah ... . Yang pertama ya itu tadi,
dia memperlakukan hambanya yang walau cuma seorang budak yang punya
harga pasar, tetapi diperlakukan bak seorang VIP - very important person -.
(Padahal, seperti yang sudah kita ulas tadi, dia bisa aja gak ambil pusing
dengan sakit kerasnya hambanya itu, dicuekin aja sampai mati sekalian).
Keistimewaan perwira kita yang kedua adalah ayat 6-9. Ketika
Yesus tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-
sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya:
"Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima
Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku
tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah
kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang
bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata
kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan
kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada
hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah
Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil
berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata:
"Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai,
sekalipun di antara orang Israel!"
Istimewa karena iman itu keluar dari seorang bukan Yahudi yang
amat memercayai kuasa Yesus. Hingga Yesus pun kagum: "Ada yah orang
kayak gini" (ayat 9).
Selama kita hidup di dunia, mungkin banyak orang bisa memilah-
milah "saya hamba dan dia bosnya" atau "saya cuma kuli di sini, dia yang
bayar saya ada di sini". Apa pun yang kita kerjakan hari ini di dunia yang
memilah-milah "tuan dan hamba" itu, pastikanlah bahwa saya adalah hamba
yang persis sama seperti hamba yang ada dalam perikop kita hari ini.
"Seorang hamba yang amat dikasihi oleh tuannya, karena kita bekerja
dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati kita". Dan jika kita diberikan
kesempatan oleh Tuhan menjadi apa yang disebut oleh dunia, 'seorang tuan',
maka pastikanlah bahwa ada jiwa dari tuan perwira Romawi dalam perikop
kita hari ini di kehidupan kita: "Seorang 'tuan - bos' yang mengasihi dengan
sepenuh hati dan memperjuangkan hak-hak hidup 'hamba-hamba'nya".
Abraham Lincoln, presiden Amerika yang memperjuangkan hak-hak
hidup orang Amerika kulit hitam waktu itu, ketika Lincoln mati, semua
orang kulit hitam menangisi kepergian tuannya itu. Banyak orang Amerika
yang bilang kepada anak-anak mereka waktu itu: "Nak, perhatikan benar
wajah orang itu, sebab dialah yang telah memperjuangkan kamu hidup".
BUKAN TUHAN BIASA
Lain kata dunia, lain juga menurut pandangan Tuhan bagi kehidupan
kita. Bersyukurlah karena kita memiliki dan mengenal Tuhan yang tidak
memandang kita itu sebagai "cuma budak - hamba", melainkan:
Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa
yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat,
karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang
telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yohanes 15:15)
Tuhan sebagai sahabat bagi kita. Bukan cuma sekedar Bos kita,
Tuhan itu sahabat kita. Dia memposisikan diri sebagai seorang sahabat agar
kita tidak sungkan untuk datang dan mendekat pada-Nya.
Lihat saja kenyataan bahwa tuan perwira kita dalam perikop itu
sangat sungkan bertemu dengan Yesus, karena dia memandang dirinya itu
tidak layak untuk bertemu dengan Yesus: "Tuan, janganlah bersusah-
susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu
aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi
katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."
Kabar baiknya bagi kita hari ini adalah ... bayangkan, bagi mereka
yang merasa tidak layak saja Tuhan berkenan menolong mereka. Apalagi
kita yang dipandangnya bukan sebagai hamba biasa, melainkan seorang
sahabat; Masak iya Tuhan enggan untuk menolong kehidupan kita sekarang.
2
Mencari Kasih Di Rumah Belas Kasih
Yohanes 5:1-9
Saya ingin mengajak kita untuk mulai merenungkan Firman Tuhan
yang hari ini kita baca sama-sama. Satu hal yang saya pikirkan sewaktu
membaca teks kita hari ini adalah, "Mengapa harus ada seseorang yang
sudah 38 tahun lamanya menderita karena sakit, tetapi sampai dengan hari
itu belum sembuh juga?" Padahal dalam teks kita dikatakan bahwa
seseorang yang sakit itu sudah ada di dekat sebuah kolam yang apabila "air
dalam kolam itu bergoncang dan seorang yang sakit nyebur ke kolam itu,
apa pun penyakitnya bisa sembuh".
Memang benar kita sama sekali tidak memiliki informasi tentang
berapa lama sudah orang yang sakit selama 38 tahun itu sudah menanti di
dekat kolam Betesda. Apakah sejak awal dia sakit, 38 tahun yang lalu
sampai hari ini? Atau baru setahun yang lalu? Atau baru dua tahun ini dia
ada di dekat kolam Betesda untuk mencari kasih yang menyembuhkan itu?
Kita tidak tahu.
Kita juga tidak tahu ada berapa banyak orang yang menantikan
kesembuhan di dekat kolam Betesda itu, teks Alkitab kita hanya
menyebutkan "ada sejumlah besar orang". Sejumlah besar orang itu
berapa? 100 orang? 200 orang? Kita tidak tahu. Dan kita juga tidak tahu
dalam hitungan waktu, berapa kali air dalam kolam Betesda itu bergoncang:
Sekali sebulan? Setahun sekali? Tiga bulan sekali? Bayangkan kalau
seminggu sekali, kan artinya orang yang sakit 38 tahun itu disalip melulu
kalau mau pake sistem 'budaya antri'.
Yang kita tahu jelas adalah ada seseorang yang sudah 38 tahun sakit
dan dia mencari belas kasih yang menyembuhkan di sebuah kolam yang arti
namanya sebenarnya adalah “Rumah Belas Kasih” (Betesda). Sayang, tidak
ada belas kasih yang menyembuhkan bagi dia yang sudah sakit selama 38
tahun itu, justru di sebuah tempat yang bernama Rumah Belas Kasih.
Apa yang terjadi di sana? Semua orang sakit yang berkumpul
banyak di sana ingin sembuh, sehingga tidak lagi memikirkan orang lain
yang mungkin jauh jauh lebih menderita dibandingkan dirinya. Waktu saya
mempersiapkan renungan ini, saya kepikiran begini: Adakah di waktu itu
orang yang hanya sakit kepala sedikit saja, dan kebetulan dia sedang lewat
di depan kolam Betesda ketika airnya mulai bergolak, lalu dia lari dan
nyebur ke kolam itu, "Akhirnya hilang juga sakit kepala pengganggu
hidupku ini!"
Kasih yang memudar justru terjadi di Rumah Belas Kasih: Betesda.
Sewaktu semua orang hanya memikirkan dirinya sendiri, kesembuhan
dirinya sendiri, apa yang menyenangkan dirinya sendiri dan acuh tak peduli
terhadap mereka yang mungkin jauh lebih menderita dibandingkan dirinya
itu.
Sekali lagi, entah sudah berapa lama orang yang sakit selama 38
tahun itu menunggu kasih yang menyembuhkan di Rumah Belas Kasih:
Betesda. Hingga di hari itu, Yesus datang dan menawarkan kasih yang
menyembuhkan itu kepada dia, "Maukah engkau sembuh?"
Saya tertarik dengan cara orang yang sudah sakit selama 38 tahun
itu menjawab yang tampak sudah sangat putus asa di ayat 7:
Jawab orang sakit itu kepada-Nya:
"Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila
airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain
sudah turun mendahului aku."
Dengan kata lain, dia mau mengatakan: "Aku tidak kebagian lagi kasih itu
di sini".
Entah ada berapa banyak orang yang memiliki pengalaman yang
sama seperti itu: "Berharap menemukan kasih yang menyembuhkan di
tempat yang memang seharusnya kasih itu ada, tetapi ..." Di rumah? Di
tempat kita bekerja? Atau bahkan ketika kita bersekutu di Gereja?
Seharusnya kita bisa bertemu dengan kasih yang menyembuhkan itu bukan?
Tetapi bayangkan bila ada seorang yang memiliki pengalaman
seperti ini:
Pergi ke kantor, yang dia temui adalah kenyataan bahwa seseorang
yang sudah dia kenal bertahun-tahun lamanya ternyata 'menusuk
dirinya dari belakang' di depan bos mereka. Pulang ke rumah
kepala udah mumet di kantor, apa yang dia temukan ... bapak
ibunya berantem tiap hari. Pergi ke gereja ... ternyata kita masih
bertemu dengan orang-orang yang bergosip dan merasa lebih tahu
tentang hidup kita dan berperilaku seperti seorang hakim terhadap
hidup kita. Runyam banget ya kalau sudah begitu ...
Di kala merasa sendirian, tak berdaya dan orang di luar sana gak ada
yang peduli. Satu hal yang patut kita syukuri sebagai orang percaya adalah
bahwa Kasih yang Menyembuhkan itu bukanlah kita temukan di sebuah
tempat. Bukan. Bukan tempatnya yang paling utama. Sebab hari ini kita
bisa ada di sebuah tempat yang kita pikir kita bisa menemukan Kasih yang
Menyembuhkan itu, tetapi ternyata gak ada sama sekali. Di rumah? Di
kantor? Atau bahkan ... di gereja.
Kalau kita berpikir bahwa sebuah tempat bisa membuat kita
menemukan kasih yang menyembuhkan, bersiaplah untuk, mungkin, selalu
kecewa.
Bukan tempat yang menentukan kita akan menemukan kasih yang
menyembuhkan itu atau tidak. Melainkan apakah kita sudah berjumpa
dengan pribadi yang selalu menawarkan kepada kita: "Maukah engkau
sembuh?"
Kabar baiknya, Dia selalu bisa kita jumpai di mana saja. Di rumah,
di kantor, di gereja ... di mana saja. Bahkan di saat kita merasa di tempat
kita ada hari ini ternyata sudah mulai kehilangan makna kasih itu sendiri.
Dia akan tetap menawarkan kepada kita: "Maukah engkau sembuh?"
Lalu apa jawab kita?
Semoga kita tidak terjatuh dalam sebuah, saya menyebutnya:
Analisis-Paralistis. "Membeberkan sebuah analisa yang kita pikir itu hebat,
menyenangkan dan menjelaskan tentang keberadaan kita hari ini, tapi
sayang itu sama sekali tidak membuat kita sembuh, malah sebaliknya,
makin 'lumpuh' hidup kita ini.”
Tuhan: "Maukah engkau sembuh?"
A: "Tuhan, dia sudah terlalu sering mengecewakan saya!
B: "Tuhan, hati ini sudah terlalu sakit rasanya!
(itulah Analisis-Paralistis ... padahal kan jawabannya sederhana:
Mau / Tidak?)
Jika hari ini Tuhan bertanya pada kita, " ... maukah engkau
sembuh?" Lalu apakah jawab kita? [Aku menjawab: "Aku mau sembuh".]
3.
Tidak Sia-Sia
I Korintus 15:58
Saya pernah mendengar cerita tentang seorang petani dengan dua
buah ember pengangkut air miliknya. Jadi ceritanya petani ini butuh
mengangkut air dari jarak yang cukup jauh dari rumahnya dengan 2
embernya itu. Namun sayang, satu embernya retak sedikit. Dia sudah
berusaha menambalnya, tapi tetap saja masih bocor. "Ah, sudahlah, toh
hanya bocor sedikit, masih ada air yang bisa ku simpan juga nanti", kata
pak petani.
Setiap hari dia ambil air, jalan kaki, sambil memikul ember-
embernya itu menyusuri jalan setapak. Suatu hari, ember yang penuh
berkata pada ember yang retak itu, "Kamu memang gak berguna ya. Kamu
diisi penuh sama bapak kita, tapi kamu sampai dirumah, nyatanya air yang
ada dalam kamu itu sudah berkurang. Untuk apa kamu jadi ember kalau
sudah begini?"
Pernahkah kita berada di posisi ember yang retak itu? Saat di mana
kita tahu bahwa kita sudah berusaha untuk memberikan yang paling
maksimal dari yang kita bisa, tapi ternyata hasilnya tidak semaksimal yang
kita harapkan?
- Kita kirim lamaran kerja ke banyak perusahaan dengan percaya
diri penuh, tapi hasilnya? Hampa, nihil! (lalu pikiran langsung
mengarah ke anak dan istri di rumah ...)
- Atau mungkin kita sudah belajar mati-matian tetapi hasilnya masih
aja tetap gak ngerti, gak nyambung juga
Dan tepat di saat itu mulai ada bisikan yang bersuara, "apa gunanya
dirimu?"
Kalau kita pernah ada di situasi itu, mungkin kita gak akan terburu-
buru mengucapkan amin ketika kita membaca teks Alkitab kita hari ini:
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan
goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
I Korintus 15:58
Saya mau menggambarkan situasi seperti apa yang dihadapi oleh
jemaat di Korintus pada waktu itu: Mereka sangat yakin dengan adanya
kebangkitan orang mati. Tetapi, di tengah-tengah keyakinan tingkat tinggi
itu, tiba-tiba ada orang orang yang berkata, ayat 35: "Bagaimanakah orang
mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang
kembali?"
Itu sama aja seperti:
- Seorang yang yakin sangat bahwa ia akan bekerja (walaupun sampai hari
ini terbukti dia selalu di tolak) dan kemudian ada orang yang bilang, "Ah
elu, dah kirim ribuan lamaran saja masih kagak ada jawaban. Masih
nganggurkan lu sampe hari ini?!"
- Atau seorang yang sangat yakin bahwa dia akan bisa berbahasa inggeris,
tapi kemudian ada orang yang bilang: "Ngaca dong, ulangan lu bahasa
inggris itu dapat berapa kemarin? Merah kan! Jeblok kan!"
Saya mencari arti kata yang digunakan oleh rasul Paulus di ayat 58
ini dalam bahasa aslinya (Yunani), mari kita lihat, ini menarik sekali:
(1) " ... berdirilah teguh ..."
Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "teguh" adalah δρα οι (hed-ἑ ῖ
rah'-yos). Arti harafiah dari kata hedraios adalah,
- tetap berada dalam satu posisi terus menerus
- tetap berada dalam satu posisi yang tenang
- tetap berada dalam satu posisi yang setia
- tetap berada dalam satu posisi yang tabah
(2) " ... jangan goyah ... "
Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jangan goyah"
adalah μετακίνητοιἀ (am-et-ak-in'-ay-tos). Arti harafiah dari kata
ametakinetos adalah,
- tidak dapat digerakkan
- teguh
- tidak bergeser
(3) " ... giatlah selalu ..."
Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "giatlah" adalah
περισσεύοντες (per-is-syoo'-o). Arti harafiah dari kata perisseuo adalah,
- sangat berlimpah dalam kualitas dan kuantitas (mungkin artinya mengarah
pada ajakan untuk tetap bersemangat)
(4) " .... jerih payah ..."
Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jerih payah" adalah
κόπος ( kop'-os). Arti harafiah dari kata kopos adalah,
- bekerja keras membanting tulang
- bekerja sampai kelelahan dan keletihan
- bekerja sampai susah payah
(5) " ... tidak sia-sia ... "
Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "sia-sia" adalah κεν ςὸ (ken-
os'). Arti harafiah dari kata kenos adalah,
- hampa
- sia-sia
Berdasarkan hal ini, saya akan membacakan sekali lagi ayat kita hari ini:
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh [TETAPLAH
BERDIRI DI SATU POSISI, TETAP TENANG, TETAP SETIA, TETAP
TABAH], jangan goyah [JANGAN BERGESER, TETAPLAH TEGUH], dan
giatlah [BERLIMPAHLAH DALAM KUALITAS DAN KUANTITAS,
DALAM SEMANGAT] selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih
payahmu [KELETIHANMU, KELELAHANMU, KERJA KERAS MU
MEMBANTING TULANG, SUSAH PAYAHMU] tidak sia-sia [TIDAK
AKAN MENEMUI KEHAMPAAN].
Masih ingat cerita tentang ember yang retak tadi?
Sejak dikomeni oleh ember yang penuh itu tadi, si ember retak mulai
banyak termenung, sedih. Suatu hari pak petani bertanya, "Kenapa kau
termenung?" Ember yang retak pun menceritakan semua kesedihannya pada
pak petani.
Setelah mendengarkan ember retak bercerita, pak petani berkata,
"Besok, sewaktu kita berjalan menyusuri jalan setapak untuk mengambil
air, ada yang mau kutunjukkan padamu."
Keesokan harinya, "Sudahkah kamu melihat? Di sebelah kiri jalan
setapak yang kita lalui tadi, ada bunga-bunga yang berkembang di
sepanjang jalan. Tahukah kamu bahwa itu adalah jalur mu? Aku selalu
menempatkan dirimu di sebelah kiri jalan supaya air yang keluar dari
retakan dirimu itu mengairi bunga-bunga di sepanjang jalan kita. Apa yang
terjadi dalam dirimu itu tidak pernah sia-sia. Aku menikmati perjalanan
panjang kita karena bunga-bunga itu bertumbuh karenamu, karena air
yang keluar dari retakanmu dan menyirami bunga-bunga disepanjang
perjalanan kita"
Saya kira ini yang kita cari: Kita mencari selalu penjelasan tentang
apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Saat kita sedih kita mencari
penghiburan. Ketika kita terjatuh kita mencari kekuatan untuk bangkit.
Ketika kita kehilangan pengharapan, kita mencari sesuatu agar pengharapan
itu kembali ada.
Gak usah cari jauh-jauh. Tuhan sudah mengumpulkannya dalam
Alkitab. Dia sudah menunjukkan banyak hal pada kita dalam Alkitab. Dan
Dia selalu bisa mengulangi apa yang telah Dia lakukan dalam sejarah
Alkitab bagi hidup kita sekarang. Tinggal kita membaca dan menemukan
kuasa-Nya dalam Alkitab bagi hidup kita saat ini.
4.
Runtuhkan Tembok, Bangun Jembatan
Rut 1:1-22
Biasanya ketika kita membaca cerita tentang Ruth dan Naomi, yang
paling terlihat adalah kita senang sekali melihat hubungan yang mesra yang
dibangun antara mama mertua dengan anak menantunya ini. Saya belum
menikah memang, tapi kalau melihat yang biasanya ditampilkan di tv
tentang hubungan mertua-menantu, kok seringnya ya gak semesra Ruth
dengan Naomi yah.
Papa saya pernah cerita begini, sebelum menikah dengan mama,
ternyata eyang kakung pernah ngecek calon menantunya itu sampai datang
ke Jakarta dari Tuban lho. Hanya untuk memastikan: "Ni calon menantu
saya orang bener gak nih." Kata nya sih, biar papa dulu juga sekolah
teologi, dulu itu penampilannya preman abis: rambut gondrong, celana
bolong. Kali aja itu yang membuat eyang kakung dulu sempat was-was
melihat calon menantunya itu. Untung akhirnya acc juga.
Saya ada cerita juga tentang hubungan mertua menantu, tapi ini
hanya sekedar cerita saja. Jadi ada satu keluarga muda, suami - istri yang
pergi ke Yerusalem dan sang suami itu mengajak mertuanya. Ternyata di
Yerusalem, peristiwa yang mengagetkan datang, mertuanya meninggal.
Mulailah keluarga ini mempersiapkan penguburan orang tua mereka itu.
Pihak RS di Yerusalem bertanya kepada suami itu: "Apa hubungan ibu
dengan bapak?" Lalu jawab suami itu: "Oh, ibu ini mertua saya." Pihak RS
melanjutkan, "Ok, kalau mertua bapak mau dikuburkan di Indonesia
biayanya 5000 dollar, tapi kalau mau dikuburkan di sini, di Yerusalem,
biayanya cukup hanya 2000 dollar saja."
Setelah mikir lama, suami itu memilih, "Saya mau membawa pulang
saja ke Indonesia dan menguburkan ibu mertua saya di sana, saya pilih
yang 5000 dollar."
Pihak RS cukup kagum dengan keputusan itu, "Wah, Anda pasti
sangat menyayangi ibu mertua ya. Sampai-sampai mau di bawa pulang dan
dikuburkan di tanah air yang biayanya jelas tidak murah."
Menantu itu pun kemudian berkata, "Yah gmana ya, sebenarnya
gak gitu juga sih. Saya cuma ingat kalau 2000 tahun yang lalu ada juga
orang yang dikubur di sini dan 3 hari kemudian dia bangkit. Nah, saya gak
mau ambil resiko kejadian itu terulang lagi sekarang."
Kenyataan yang terjadi dalam kehidupan kita di masa kini jelas,
kadang kita sulit untuk menemukan keharmonisan dan kemesraan dalam
membangun sebuah hubungan. Hubungan mertua - menantu, atau hubungan
apapun lainnya. Yang kita acapkali temukan justru kebencian, kemarahan,
bahkan tega menghancurkan yang lain.
Orang-orang terlalu sibuk membangun tembok. Mulailah mereka
saling bertanya: "Hey kamu dari golongan mana? Suku apa? Kamu Gereja
mana? Karismatik / Mainstream? Baptis selam / Baptis percik? Koalisi /
Oposisi? Yang anak saya kan istri kamu, kamu kan anak bapakmu.
Menjalani kehidupan sambil terus membangun tembok pemisah
antara "kamu" dengan "kami" sehingga melupakan bahwa Allah
menurunkan hujan (yang cuma 30 menit misalnya - 1 jam gak berhenti,
maka kita semua kerepotan dengan yang namanya kebanjiran) untuk semua
orang, banjir kan gak pandang bulu.
Dari sini mungkin kita bisa sedikit memahami kenapa Tuhan
mengizinkan satu perderitaan terjadi dalam kehidupan kita bersama.
Mungkin Tuhan mau membuka mata semua orang yang sibuk membangun
tembok bahwa ternyata dalam kamus penderitaan, kita semua ini adalah
saudara seperjalanan, keluarga yang sama-sama kita semua rindu untuk
hidup dipulihkan untuk bahagia, tenteram, baik.
Dalam Perjanjian Baru, sewaktu orang-orang Yahudi sibuk
membangun tembok antara "Yahudi" dengan "Samaria", ada 10 orang yang
mengalami penderitaan karena sakit kusta; Dan mereka menghancurkan
tembok pemisah itu, mereka tidak lagi saling gontok-gontokan karena 9
orang itu Yahudi dan 1 orang adalah Samaria. Mereka mulai jalan bersama
untuk mencari dan menemukan pemulihan dari penderitaan yang mereka
alami bersama saat itu.
Ruth dan Naomi punya bahan-bahan yang cukup untuk membangun
tembok pemisah.
Ruth orang Moab ("bukan orang kita"), Naomi orang Yahudi.
Mereka punya cara masing-masing dalam memahami Tuhan.
Yang satu mertua ("Ruth bukan anak kandung saya"), yang satu
menantu ("Naomi bukan ibu kandung saya")
Cukup sangat bahan untuk membuat sesuatu yang tinggi di sana.
Dan mereka mengambil bahan-bahan yang ada itu, tetapi bukan
untuk membangun tembok, melainkan mereka membangun jembatan yang
pada akhirnya mereka bisa saling memahami. Naomi memahami keputusan
Orpa ketika dia pulang ke kampungnya dan memutuskan untuk tidak
mengikut terus Naomi. Bahkan ide untuk pulang ke bangsanya itu juga
berasal dari Naomi.
Ruth juga memahami apa artinya kehilangan orang-orang yang
dikasihi seperti yang dialami oleh dirinya yang kehilangan suaminya, dan
Naomi yang kehilangan anaknya, suami dari Ruth. Dan Ruth juga
menyadari bahwa Naomi tidak lagi hanya sekadar mertua saja baginya,
tetapi sudah menjadi orang tuanya sendiri.
Hari ini mari kita lihat hidup kita, berharap yang sering masuk tv itu
juga bertanya hal yang sama: "Apa sih yang sekarang ini sedang kita
bangun dalam kehidupan bersama kita dengan orang-orang yang ada
disekitar kita di sini? Bangun tembok atau bangun jembatan?"
Kalau ngomong soal bahan untuk ngebangun mah kita punya
banyak: Pekerjaan - jabatan di kantor, itu bisa tuh jadi bangan bangunan
kita bikin tembok. Aku suami yang bekerja, dia istri yang di rumah. Itu juga
bisa bangun tembok.
Pulang ke rumah dah malam, pengen cepat mandi terus tidur .. tetapi
istri lama bikin air panas, "kamu tuh gmana sih, suami pulang bukannya
dilayanin kek malah gak diperhatiin" Istri menjawab: "Ya sabar atuh pa,
mama juga baru selesai nih dari pagi sampai malem gini, cuci piring,
nyapu, ngepel, cuci baju ... anak lagi sakit pulak. Besok tukeran aja deh
kita, papa yang dirumah cuci ngepel dan segala macem, mama yang kerja
di luar rumah, biar tau lu."
Maksud hati ngomel malah kena damprat istri. Hati kesel, liat anak
yang paling gede main PS mulu, "Eh kamu kenapa gak belajar? Main
mulu! Belajar yang bener biar jadi polisi kayak bapakmu ini!" Lalu
anaknya bilang: "Yeeee, sapa yang mau jadi polisi? Lama kaya nya, miskin
terus. Orang aku mau jadi pegawai pajak hahahahahaha ... biar cepet
kaya."
5.
Nilai
Lukas 1:5-25
Saya tertarik dengan ucapan hati Zakharia di ayat 25:"Inilah suatu
perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku
di depan orang." Bayangkan, jadi selama ini, sebelum malaikat Gabriel
membawa kabar baik untuk Zakharia dan Elisabeth tentang akan lahirnya
seorang anak di tengah keluarga mereka, hingga mereka sudah jadi kakek-
kakek dan nenek-nenek waktu itu (berapa kira-kira usia Zakharia dan
Elisabeth waktu itu?); Puluhan tahun lamanya sebelum berjumpa dengan
Gabriel, Zakharia menyatakan bahwa ia dan Elisabet ... menanggung aib.
Padahal di ayat yang ke 6 dikatakan: “Keduanya adalah benar di
hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan
dengan tidak bercacat.” Jadi sebetulnya kehidupan Zakharia menurut
pandangan Tuhan adalah baik adanya. Lalu datang dari mana "pemikiran
Zakharia tentang 'aib' keluarga itu?"
Ayat 7 “Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet
mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.” Saya nge-cek referensi ayat
Alkitab yang ada di bawah-bawah itu dalam Alkitab kita, ada tidak referensi
ayat 7 yang mendasarkan dirinya pada teks di Perjanjian Lama? Tak ada.
Tentang Tuhan yang marah bila ada keluarga yang tidak mempunyai anak?
Ada? Gak ada.
Tapi inilah kenyataan hidup kita dan selamat datang di dunia
kehidupan yang nyata, di mana kita bukan hanya berhadapan dengan sistem
nilai yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus, tetapi kita pun berhadapan dengan
sistem nilai yang dibuat oleh manusia.
Tuhan tidak pernah mengatakan apa-apa tentang keluarga yang tidak
memiliki anak, apalagi mengatakan bahwa itu adalah aib, tidak pernah sama
sekali. Jadi datang dari mana pemahaman tentang aib itu? Dari sistem yang
dibangun oleh masyarakat.
Saya baca tafsir dan menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan.
Di masa itu memang orang-orang Yahudi membuat daftar peraturan yang
menilai baik atau buruknya kehidupan suatu keluarga Yahudi.
- Seorang Yahudi yang tidak punya istri = buruk.
- Seorang Yahudi yang punya istri tapi tidak punya anak? Sama. Buruk
juga.
Dan hukuman bagi mereka adalah dikucilkan dari kehidupan bersama di
antara bangsa Yahudi kala itu. Mengerikan bukan.
Seringkali kita pun diperhadapkan dengan sistem-sistem nilai yang
dianut oleh masyarakat, yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri, yang pada
akhirnya kehidupan kita pun dikomeni baik atau buruk oleh masyarkat.
Padahal Tuhan sendiri mungkin tidak pernah ngomeni apa-apa tentang hal
itu. Kadang masyarakat lebih kejam memang dalam melakukan "sebuah
penghukuman" dibandingkan dengan Tuhan sendiri.
Berdasarkan dengan kenyataan ini ada satu hal yang menarik
perhatian saya dan saya salut dengan keluarga Zakharia ini. Ayat 8
Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan
tugas keimaman di hadapan Tuhan.
Buat saya itu luar biasa.
Ada beban aib yang dilimpahkan oleh masyarakat kepada keluarga
Zakharia, tapi apa yang terjadi? Dengan menanggung beban aib itu,
Zakharia tetap melakukan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Tuhan
sebagai Imam. Zakharia tidak mengurung diri di rumah. Pun tidak pula dia
jadi ogah melayani Tuhan.
Mari kita melihat diri kita masing-masing. Bolehkah bertanya?
Adakah satu peristiwa kemarin yang membuat hati dan pikiran kita mulai
berpikir untuk: "Tuhan, kayaknya sampai di sini perjalanan pelayanan saya
bagi Mu ... Saya mau selesai saja di sini ..."
Sewaktu orang mulai ngasih nilai terhadap apa yang kita lakukan
bagi Tuhan dalam perjalanan kehidupan kita dalam pekerjaan, pelayanan
dalam hal apapun juga?
Orang kasih nilai baik kita lanjut.
Orang kasih nilai buruk, "aduh, sorry-sorry deh Tuhan ya. Cukup sampai
disini."
Kalau kata anak-anak muda mah, Moddy: tergantung mood, suasana
hati. Suasana hati yang datang dari penilaian orang lain. (Lah, kita memang
melayani siapa sebetulnya di sini? Melayani Tuhan duluan atau melayani
manusia duluan?)
Faktanya, kalau kita mau mengejar selalu penilaian semua orang
terhadap kehidupan kita atau apapun yang kita kerjakanlah dalam
kehidupan kita ini, gak akan ada habisnya. Selalu ada yang kurang lah pasti
menurut penilaian orang mah.
Akan tetapi ... sewaktu seseorang berani berkata:
"Tuhan ini saya ... saya mau melayani Tuhan dengan segala keterbatasan
yang ada dalam hidup saya dan berusaha untuk memberikan yang terbaik
bagi Tuhan ... Dan hari ini ... yang terbaik yang bisa saya lakukan bagi
Tuhan adalah yang saya lakukan sekarang bagi Mu, Tuhan ..."
Itulah puncaknya kita hari itu. Dan kita tak akan kecewa sewaktu
ada orang yang bilang: "Hey .. naik lagi dong! Puncakmu kurang tinggi
tuh!" Tak akan kecewa karena kita tahu kita sudah berjuang semaksimal
yang kita bisa hari itu untuk sampai pada puncak terbaik yang kita bisa
lakukan hari itu.
Kejarlah apa yang menentramkan hati. Kejarlah apa yang Tuhan
katakan tentang hidup kita. Sebab jika kita mengejar perkataan dan
penilaian manusia: Bersiaplah untuk selalu kecewa.
6.
One More Chance
Yunus 4:1-11
Ada satu kisah nyata, Pendiri Perusahaan Komputer - IBM, Tom
Watson, Sr. Ia mempunyai seorang manajer baru yang sedang meroket
karirnya. Suatu kali manajer ini diberikan suatu kepercayaan untuk
melakukan satu proyek berdana besar: 12 juta US Dollar, tapi sayang .. dia
gagal! Perusahaan rugi besar! Kemudian, manajer yang gagal ini mengirim
surat pengunduran diri ke bos nya: Watson. Isinya: "Saya yakin Anda
menginginkan pengunduran diri saya." (Apa yang akan Anda lakukan jika
Anda jadi Bos nya??)
Keesokan harinya, Bos Watson memanggil manajernya itu dan
mengatakan kepadanya: "Saya tidak menginginkan pengunduran diri Anda.
Saya baru saja mengeluarkan uang sebesar 12 juta Dollar untuk mendidik
Anda. Sekarang, saatnya Anda mulai bekerja!"
Wow, bukankah luar biasa apa yang dilakukan oleh seorang bos
Watson terhadap manajer (karyawan) nya yang gagal itu. Dia mau tetap
mau memberikan kesempatan kepada seseorang yang dianggap gagal, baik
oleh orang lain atau bahkan bisa jadi dirinya sendiri menganggap bahwa dia
itu memang benar-benar seorang yang telah gagal.
Sebenarnya hal itu pula yang sedang dilakukan Tuhan kepada
bangsa Niniwe dalam pembacaan Alkitab kita hari ini: "Tetap Memberikan
Kesempatan untuk Bertobat". Ada kuasa yang luarbiasa terjadi ketika kita
mau, bahkan menyadari bahwa "masih ada kesempatan".
Satu hal yang ingin kita renungkan hari ini adalah masalah Yunus,
masalah kita: Memberi kesempatan.
Ayat 1:
Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
Kenapa kesal dan marah??
Ayat 11
Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu,
yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya
tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya
yang banyak?"
Allah yang masih memberikan kesempatan bagi Niniwe.
Prinsip Yunus: Salah --> Hukum!
Prinsip Tuhan: Salah --> Bertobat? --> Ya! --> Beri kesempatan!
Yang menarik adalah kelihatannya Yunus lupa akan satu hal: Bahwa
dia juga pernah diberikan kesempatan yang ke dua dari Allah. Masih ingat
dong cerita bagaimana Yunus "lari" dari panggilan Tuhan untuk ke Niniwe.
Di suruh A, tetapi malah melakukan Z.
Tuhan:
"Layakkah engkau marah, Yunus?"
Niniwe --> Tarsis --> di makan ikan besar --> salah!
Berbalik?? Ya!
Diberikan kesempatan lagi oleh Allah? Ya! --> Pengutusan kembali untuk
ke Niniwe.
Dan lihatlah apa yang terjadi ketika Yunus memberitakan kabar pertobatan
itu bagi orang Niniwe: Pertobatan satu bangsa, luar biasa!
Mengapa kita kadang sulit memberikan kesempatan pada orang lain
untuk menjadi orang yang lebih baik? Mungkin karena kita lupa pakai
penghapusnya. Yang siap di tangan kita itu hanya pensil untuk menulis dan
mencatat kesalahan dan keburukan orang lain saja. "Dia salah!" –
Kemudian kita tulis itu di dalam diri orang itu. Dan selamanya kita
memperlakukan orang itu dengan label yang sudah kita tulis: Dia salah.
Jadi, meskipun mungkin orang itu sudah berbuat baik dan sudah
berbalik dari kesalahannya kemarin, tetap saja dia salah. Tak ada
kesempatan, tak ada penghapus.
Tuhan, setiap hari, setiap saat siap menggunakan penghapus-Nya
buat kesalahan kita. Nama penghapus-Nya itu adalah "masih ada
kesempatan"
Seringkali kita memahami kata "hukuman Tuhan" itu tidak tepat.
Tidak tepat, karena Tuhan itu jarang menghukum kita. Allah tidak pernah
merancang malapetaka untuk kita. Tuhan yang terutama bukanlah
penghukum, Tuhan adalah Kasih (pemberi kesempatan).
Tuhan tidak perlu menghukum kita karena kesalahan-kesalahan kita,
sebab cepat atau lambat, kalau kita salah dan tidak berbalik arah, cepat atau
lambat kita akan bertemu dengan konsekuensi logis atas kesalahan yang
sudah kita perbuat itu. Misalnya saja: gak belajar -> nilai jelek.
Oleh sebab itulah maka dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani yang digunakan
untuk kata “dosa”, hatta, memiliki makna: tidak tepat sasaran.
Di saat kita melakukan kesalahan dan kita mau berbalik arah: Tuhan
siap mengambil penghapus-Nya dan berkata: "Kan kuberikan kamu
kesempatan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi."
Jika Tuhan bisa dan mau selalu memberikan kesempatan ke dua, ke
tiga dan seterusnya kepada kita dan orang lain dengan 'menghapus
kesalahan itu'; Siapa kita sehingga kita tidak bisa bahkan tidak mau
memberikan kesempatan kepada mereka untuk jadi orang yang lebih baik?
Saya suka cara penulis Alkitab menggantung akhir kisah Yunus.
Akhirnya gmana sikap Yunus? Kita gak tahu. Apakah Yunus sadar atau
tidak atas cara Allah mendidik Yunus untuk tetap memberikan kesempatan
itu kepada Niniwe? Kita tidak tahu.
Akhir kitab Yunus hanya di katakan begini, ayat 4:11
Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu,
yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya
tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya
yang banyak?"
Kalau bapak dan ibu yang menjadi Yunus,
apa yang akan bapak dan ibu lakukan selanjutnya??
7.
Tetap Tenang di Tengah Badai Kehidupan
Markus 4:35-41
Seandainya kita ada dalam perahu seperti yang terjadi di perikop
kita hari ini bersama-sama dengan Yesus dan murid-murid waktu itu,
sewaktu badai mulai datang dan dikatakan bahwa perahu sudah mulai banjir
- penuh air, saya rasa apa yang dirasakan oleh murid-murid waktu itu:
kepanikan mereka, ketakutan mereka, kekuatiran mereka sekaligus juga
sebel-sebelnya mereka ke Yesus yang mereka anggap diam saja, gak peduli
kalau perahu sebentar lagi bisa jadi ancur, mungkin 99,99% akan menjadi
perasaan kita juga.
Jadi kalau mau berbicara tentang tema kita hari ini "Tetap Tenang di
Tengah Badai Kehidupan"; Argghhh ... memang terasa lebih mudah
mengucapkannya daripada mengimani dan melakukannya. Hari ini kita mau
melihat beberapa hal yang mungkin bisa menjadi permenungan kita untuk
mengupayakan ketenangan, tetap damai meskipun ada di tengah badai
kehidupan kita sekarang ini.
Yang pertama,
Badai akan selalu ada sewaktu kita memutuskan untuk
melakukan perjalanan di tengah luasnya lautan kehidupan kita
ini!
Di tengah kehidupan keluarga, jemaat dan masyarakat, setiap kita punya
kemungkinan besar bertemu dengan beragam macam tipe badai. “Ni anak-
anak mau lanjut sekolah, kuliah .. itu bisa jadi badai. Sesuatu yang bisa
membuat kita bergumul ... gmana nanti biayanya, darimana?”
Tenang di tengah badai bukan berarti melarikan diri dari kenyataan
itu, melainkan siap menghadapi kenyataan bahwa betul ada kesulitan-
kesulitan di sana-sini dan berani menyatakan, “Meskipun begitu Tuhan,
kami sekeluarga akan berjuang sekuat tenaga supaya anak-anak tetap bisa
melanjutkan masa depan kehidupan mereka.”
Bukankah salah satu yang bisa membuat kita tenang adalah saat kita
ini tahu bahwa kita sudah melakukan yang sebaik mungkin dalam
menghadapi amukan badai itu?
Yang kedua,
Saat berada di tengah badai adalah saat terbaik bagi kita untuk
merasakan kuasa penyertaan Tuhan!
Ada cerita tentang seorang korban kekejaman Nazi, namanya Corrie
ten Boom. Jauh sebelum ia mengalami penderitaan karena disiksa oleh
Nazi, Corrie pernah bertanya ke papanya begini:
"Papa ... gimana caranya biar aku bisa bertahan
dalam sebuah pergumulan dengan tetap bersukacita???"
Papanya kemudian menjawab dengan memberikan gambaran seperti ini:
"Anakku ... kalau aku menyuruhmu pergi ke sebuah toko,
aku gak akan memberikan uang belanjanya sewaktu
engkau masih sedang bermain ... Aku akan memberikan uang itu
saat engkau benar-benar siap untuk pergi ke toko itu."
Dan itulah rupanya yang, mungkin, menjadi alasan Corrie sehingga
dia bisa bertahan dalam badai siksaan tentara Nazi waktu itu. Karena Corrie
tahu bahwa Tuhan memberikan kekuatan, modal untuknya agar dia tetap
bertahan dan memperjuangkan kehidupannya.
Kita akan tenang dalam menghadapi badai itu kalau kita tahu bahwa
meskipun kita melewati badai, Tuhan selalu ada dan menyertai kita dan
memberikan kepada kita kekuatan yang cukup untuk melewati dan
mengalahkan setiap badai yang Dia izinkan terjadi dalam kehidupan kita
sekarang ini.
Yang terakhir,
Badai Pasti Berlalu
Pertanyaannya kan setelah badai berlalu, kita ada dalam kondisi
yang seperti apa? Dalam perikop kita, para murid menjadi semakin
menyadari bahwa Yesus itu punya kuasa! Kita?
Mari belajar dari seekor burung Rajawali. Katanya, seekor Rajawali itu tahu
kapan waktunya sebuah badai akan muncul, jauh sebelum badai itu
akhirnya datang. Nah ... Rajawali itu akan mempersiapkan dirinya dengan
terbang sampai ketinggian tertentu dan siap menunggu badai itu datang!
Ketika badai itu dating, Rajawali akan mengembangkan sayapnya
sehingga angin badai yang datang menyerbu dirinya itu justru akan
mengangkat dia melayang tinggi sehingga dia terbang jauh di atas
melampaui badai itu dan melewati badai yang sedang terjadi waktu itu.
Waktu badai mengamuk, Rajawali justru memanfaatkan badai
dahsyat itu untuk mengangkat dia ke tempat yang lebih tinggi yang
membuat dia bisa melewati badai sedahsyat apapun.
Harapan dan perjuangan kita semua hari ini bila berada di tengah
badai hidup, bersama dengan Tuhan kita bisa melewati badai itu dan
menapaki tingkat kehidupan yang baru, yang lebih tinggi lagi, lebih dekat
lagi dan jauh lebih mengenal lagi tentang karya, kuasa penyertaan Tuhan
dalam kehidupan kita semua.
8.
Dunia Belum Berakhir
Markus 5:25-34
Cerita yang mau kita renungkan hari ini cukup populer. Dari
Sekolah Minggu dulu, sepertinya kita pernah diperdengarkan kisah tentang
ibu yang menderita sakit pendarahan selama 12 tahun ini, yang kemudian
dipulihkan oleh Yesus.
Sewaktu saya membaca kisah ini, muncul satu pertanyaan dalam
pikiran saya. Pertanyaan ini kemudian saya diskusikan sama mama saya,
karena pertanyaan ini menyangkut 'rumah sakit', makanya saya tanya ke
mama yang sudah jadi 'Suster Emiritus', bukannya nanya ke papa yang
sebentar lagi beliau akan menjadi Pendeta Emiritus di bulan Agustus.
Saya tanya ke mama saya pertanyaan ini: "Apakah memang di
zaman sekarang, mungkinkah seorang yang sakit pendarahan selama 12
tahun itu bisa bertahan dan selamat??"
Dan yang mengejutkan adalah karena mama saya bilang: "Secara
medis itu mustahil terjadi. Kalau memang ada orang yang pendarahan, gak
sampai setahun dia, dah meninggal tuh orang. Logikanya: dia akan
kehabisan darah! Otomatis: dia butuh pasokan darah (transfusi) untuk
mengganti darah yang keluar supaya dia bisa tetap hidup!"
Dengan kenyataan itu saya membayangkan di masa Yesus, dengan
teknologi medis yang pastinya belum canggih sama sekali (bayangkan saja
ada tafsiran yang mengatakan bahwa mereka masih percaya tahyul-tahyul
semacam "bungkus ini ... taro di sana .. nanti kamu bisa sembuh"). Hanya
membayangkan betapa hebatnya kemampuan untuk bertahan selama 12
tahun lamanya menjalani penderitaan seperti itu.
Dua belas tahun lamanya ibu ini menderita ...
Secara fisik - dia letih, dia capek, dia menderita.
Secara keibuan - ada yang bilang bahwa dia gak bisa melahirkan.
Secara seksual - ada juga yang bilang kalau ibu ini tidak bisa menyentuh
suaminya.
Secara keuangan - kita tahu ibu ini sudah habis-habisan.
Secara rohani - dulu, orang yang sakit seperti ibu ini ... mereka gak boleh
masuk ke Bait Allah: Najiz katanya ...
Secara sosial - karena dianggap najiz maka dia juga gak bisa bergaul
layaknya orang normal lainnya.
Selama 12 tahun lamanya ternyata bukan hanya sakit penyakitnya yang
menggerogiti fisiknya. Akan tetapi, orang-orang disekitarnya pun
menggerogoti batinnya - semangatnya. Luar biasa menderita ibu ini.
Pertanyaan terbesarnya adalah:
"Apa sih yang membuat si ibu yang luar biasa ini mampu tetap bertahan
dengan keadaan yang seperti tadi itu hingga akhirnya dia menemukan apa
yang dia cari?"
Ayat 27a:
"Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, ..."
Beberapa ratus tahun yang lalu gak akan ada orang yang percaya
kalau manusia itu bisa terbang. Sampai akhirnya muncul Wright Bersaudara
yang kemudian menciptakan pesawat terbang tipe yang paling sederhana.
Beberapa puluh tahun yang lalu, mana ada orang yang percaya kalau
manusia bisa berlari sejauh 1 mil dengan catatan waktu kurang dari 4 menit.
Itu gak mungkin karena pikir mereka pasti gak ada orang yang sanggup
melakukan hal itu. Sampai akhirnya ada satu orang yang bernama Roger
Bannister yang membuktikan bahwa hal itu bisa dilakukan.
Barulah setelah banyak orang kemudian mendengar apa yang telah
mereka lakukan pada waktu itu, mulailah bermunculan rekor-rekor baru di
dunia atletik. Muncullah tipe-tipe pesawat yang baru, yang lebih canggih
lagi ... sampai sekarang.
Apa yang mereka dengar di balik kisah-kisah itu adalah apa yang ibu ini
dengar di balik berita-berita tentang Yesus:
Pengharapan - Seseorang akan mampu bertahan sampai akhir ketika dia
tidak pernah kehilangan Pengharapan.
Saya pernah mendengar cerita tentang seseorang (ini kisah nyata)
yang mencari pekerjaan ke sana - ke mari. Dia kirim surat lamaran ke
berbagai perusahaan, tapi apa yang dia dapat? Perusahan yang 1 menolak
dia. Perusahaan ke 2 bilang mereka gak butuh orang semacam dia.
Perusahaan yang ke 10 ... yang ke 20 ... yang ke 30 ... yang ke 31 ... semua
perusahaan itu punya jawaban sama. Sampai akhirnya Perusahaan yang ke
32. Akhirnya perusahaan ke 32 itu berani untuk memberikan kesempatan
kepada si bapak ini.
Kalau begitu apa artinya sebuah Pengharapan?
Pengharapan adalah percaya bahwa di perusahaan yang selanjutnya akan
ada jawaban yang kita cari selama ini ... Pengharapan adalah tetap percaya
bahwa di percobaan yang selanjutnya kita akan menemukan jawaban yang
selama ini kita cari (jadi inget Edison kan kalau kayak gini ... katanya
sebelum dia berhasil nemuin lampu itu ... dia mencoba 1000 kali sebelum
berhasil ... fuih ... )
Gak peduli sudah satu tahun ... 2 tahun nganggur ... atau bahkan 12
tahun lamanya sakit dan menderita ... Selama pengharapan itu masih hidup,
jawaban yang kita cari selalu menanti di depan untuk kita temukan..
Itu yang pertama, yang kedua adalah ...
Ayat 28:
Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
"Aku akan sembuh!"
Itu yang selalu ada dalam pikiran si ibu yang sudah menderita selama 12
tahun sakit.
Pengharapan tidak hidup begitu saja. Pengharapan akan tetap hidup apabila
kita terus menghidupkannya dalam kehidupan kita!
Apa yang kita pikirkan tentang masa depan hidup kita?
Apa yang kita percaya, imani tentang hidup kita?
Apa yang kita ucapkan mengenai kehidupan kita sekarang?
"Yah .. gmana atuh Tuhan ... Tuhan kan bisa lihat sendiri ...
keluarga saya gmana ancurnya!"
" Dua tahun Tuhan .. 2 tahun sudah saya nunggu dan terus mencari
tapi apa? Percuma!"
Pengharapan tidak akan bisa bernafas dan tetap hidup di kalimat-kalimat
semacam itu!
Beranilah untuk mengucapkan perkataan-perkataan iman yang
menghidupkan pengharapan!!
"Tuhan aku percaya ... tepat pada waktunya nanti ... Tuhan akan
memulihkan keadaan keluarga saya ... Tuhan akan menunjukkan pekerjaan
yang terbaik untuk saya ... Tuhan akan menghadirkan seorang pendamping
yang setia dalam hidup saya!!!"
Saya berharap bapak dan ibu tidak berpikir saya sedang mengobral janji
Tuhan. Tidak. Saya tidak sedang mengobral janji Tuhan. Terlampau besar
bahkan tak terhingga nilainya bukti kasih Tuhan yang sudah kita terima
sehingga kita bisa mengobral janji-Nya itu dengan harga murah.
Ketika kita berbicara tentang pengharapan, iman, itu mahal
harganya. Kenapa? Karena gak semua orang yang ada di sekitar kita
mungkin mengerti, setuju bahkan percaya tentang apa yang kita harapkan
dan imani itu bisa terjadi dalam kehidupan kita, keluarga kita, jemaat kita
atau bahkan bangsa dan negara kita.
Tugas kita yang terakhir satu, sama seperti yang dilakukan oleh ibu tadi ..
Mari kita mulai mewujudkan apa yang kita harapkan dan imani itu dalam
bentuk tindakan-tindakan yang nyata.
maka di tengah-tengah orang banyak itu
ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.
Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
9.
Andai Anda Dia
Yohanes 13:12-30
Saya sangat tertarik untuk melihat kembali ayat 27b, ketika Yesus
berkata: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Ada
satu yang menjadi pertanyaan saya sewaktu membaca ayat ini, mungkin ini
juga menjadi pertanyaan bapak dan ibu ... Mengapa Yesus mengeluarkan
perkataan seperti itu kepada seseorang yang Dia tahu persis bahwa orang itu
sedang merancangkan apa yang jahat, yang buruk kepada diri-Nya? Yesus
berkata seperti itu - "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan
segera." - kepada seorang Yudas.
Andai bapak dan ibu ada di posisi Yesus pada waktu itu, kira-kira
apa yang akan kita lakukan - seandainya ada orang yang kita tahu punya
rencana jahat dalam kehidupan kita?
Kalau kita lihat di tv, andai seseorang mengetahui bahwa ada orang
lain yang sedang merancangkan sesuatu yang jahat dalam kehidupan dia,
maka biasanya dia akan sebisa mungkin menghindari rancangan jahat itu.
Atau bila memungkinkan, sebelum ada orang lain yang bisa berbuat jahat
kepada hidupnya, singkirkan saja orang yang mau berbuat jahat itu. Habis
perkara.
Akan tetapi, kenapa Yesus mengambil jalan yang jarang dilalui oleh
kebanyakan orang? Dalam perikop kita, Yesus tahu bahwa Yudas punya
"rencana" - rencana yang buruk - dan di ayat ke 27, seakan-akan Yesus
berkata kepada Yudas: "Kalau kamu memang mau merancangkan yang
jahat, sesuatu yang buruk, silahkan saja!"
Ada dua fakta yang mau kita renungkan bersama tentang pertanyaan
kita bersama di ayat 27 tadi.
Fakta I
Ternyata, sebaik apapun kita berkarya, melayani, bekerja di tengah-tengah
kehidupan bersama dengan orang lain: di kantor, di masyarakat, di mana
saja kita ada; Akan selalu ada orang-orang yang tidak suka dengan apa yang
kita kerjakan. Sebaik apapun kita, semanis apapun senyuman yang kita
berikan ... tetap aja buruk di mata mereka.
Hubungan persahabatan antara Yudas dengan Yesus mengalami konflik di
situ. Yesus berkarya, tetapi di mata Yudas, karya Yesus itu nol besar kalau
Yesus tidak mampu memenuhi kerinduan banyak orang Israel pada zaman
itu: berontak dari penjajah Romawi - Yesus jadi raja - Yudas jadi Perdana
Menteri nya.
Itulah sebabnya Yudas merancang sesuatu yang Yudas harapkan
dari situasi itu, Yesus berani untuk memulia perlawanan-Nya terhadap
penjajahan Romawi. Maka muncullah ide "pengkhianatan" itu.
Dengan kesadaran akan adanya situasi yang seburuk itu, dalam ayat
27, Yesus menyatakan kesiapan-Nya menghadapi segala kemungkinan:
Kemungkinan terbaik:
Yudas tobat, meninggalkan rancangan yang jahat itu.
Kemungkinan terburuk:
Yudas maju terus, dan yang buruk itu benar-benar terjadi -> Jalan
Penderitaan menuju Salib. Dan Yesus siap menghadapi keduanya …
Kemungkinan terbaik: Orang-orang yang mungkin sampai hari ini
kita rasakan: "kok jahat bener sih ini orang", bisa jadi di hari-hari
mendatang adalah sahabat terbaik kita. Ohhh ... Tuhan ahlinya menghadapi
situasi yang semacam itu, masalah perubahan drastis, Tuhan memang
jagonya mengubah kehidupan seseorang menjadi lain sama sekali.
Sebut saja Saulus yang diubahkannya menjadi Paulus. Dari "lawan"
menjadi "kawan". Sebut saja nama orang yang sekarang kita kasihi ...
mungkin dulunya itu kita musuhan dengan mereka.
Itu kemungkinan terbaik. Kalau kemungkinan terburuk?
Ya .. kemungkinan terburuknya dihina terus aja, tertekan terus, dihantam
terus tiap hari, tiap ketemu: TB! Tekanan Ba'atin!
Kabar buruknya: Itulah jalan salib yang kita lalui. Jalan penderitaan
yang sedang kita lewati dalam perjalanan hidup kita. Akan tetapi, iman kita
tidak berhenti di situ. Betul ada penderitaan, betul ada tekanan,
pergumulan ... Tetapi ... ,
I Petrus 1:11
Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang
dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang
sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan
menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Jika kita mau teliti, jeli, menyadari bahwa ternyata melalui jalan
penderitaan itu, Tuhan mau menunjukkan kepada kita "kemuliaan yang
menyusul sesudah penderitaan yang kita alami sekarang".
Fakta II
Benar, orang-orang di luar sana mungkin bisa merancangkan sesuatu yang
jahat dalam kehidupan kita ... sesuatu yang membuat kita bergumul berat,
tertekan dan menderita ... Ayat 27, Yesus berani menyambut jalan salib
itu .. karena Dia tahu, Bapa bisa berkarya - bahkan melalui rancangan
keburukan yang diniatkan oleh orang lain - untuk menunjukkan rancangan
damai sejahtera, rancangan kemuliaan yang akan hadir sesudah itu.
Bukankah hal ini yang menjadi sumber ketenangan kita. Bahwa
Allah sendiri tidak hanya berdiam diri. Dia berpikir keras - berjuang sekuat
tenaga untuk menyelamatkan kehidupan kita, untuk membawa kita beralih
dari penderitaan-penderitaan yang kita alami hari ini menuju kepada
kemuliaan dibalik penderitaan itu.
Dalam Perjanjian Lama, Yusuf mengalami hal itu. Habis-habisan
dia dikerjain sama saudara-saudaranya sendiri (sedarah daging) ... tapi
Kejadian 50:20 Yusuf berani berkata:
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan
seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa
yang besar.
Baik kisah Yusuf, maupun kisah akhir kehidupan Tuhan yang
datang dalam rupa manusia menunjukkan “ada kemuliaan dibalik semua
penderitaan yang terjadi”. Itukah juga yang akan menjadi bagian dari kisah
kita?
10
Iri Hatikah Aku?
Matius 20:1-16
Tentang hati yang iri. Mengacu pada pertanyaan 'pemilik kebun
anggur' dalam cerita perumpamaan yang tadi. Sebetulnya ada dua hal yang
saya masih pertanyakan dari cerita ini, tapi sayangnya sama Yesus cerita ini
sudah 'di-amin-kan' duluan dan ceritanya selesai. Kita dan semua orang
yang mendengar cerita perumpamaan Yesus yang ini di suruh mikir sendiri
apakah pekerja-pekerja yang mulai lebih awal itu memang benar iri atau
tidak dengan pekerja yang datang jam 5 sore, karena diupahinnya mereka
sama kok. Sayang, ending ceritanya gantung.
Pertanyaan saya yang pertama tentang akhir perumpamaan ini:
Apa reaksi para pekerja itu sewaktu sang pemilik kebun anggur bertanya:
"Iri hatikah kamu?"
Karena memang 'gak ada kelanjutan kisahnya, mari kita coba
bayangkan dan teruskan cerita perumpamaan ini. Kan hanya ada dua
kemungkinan jawabannya:
(a) "O ... tentu tidak kok Tuhan, kami gak ngiri kok .. yah emang
upah sehari kerja 1 dinar ... mereka hari ini kerja dan kami juga
kerja ... jadi sama-sama kerja kan ... jadi dapat 1 dinar deh ...
Syukur malah kami hari ini dapat kerjaan."
(b) Ngiri? Ya jelaslah kami ngiri! Ngapain cape-cape kerja dari jam
6 pagi sampai jam 6 sore kayak gini kalo upah yang kami dapat
sama aja kayak mereka yang cuma kerja 1 jam!!!
Katanya, ciri-ciri orang yang iri hati itu mereka gak suka sama kesuksesan
orang lain dan sebaliknya orang yang iri hati malah senang kalau orang lain
itu gagal.
Pekerja yang datang terakhir: kerja cuma 1 jam dapat 1 dinar =
Sukses dong: untung. Masalahnya, pekerja yang datang lebih awal itu gak
suka kalau mereka yang kerja paling terakhir tadi sukses dapat upah kerja
yang sama dengan mereka. Yah, sepersepuluhnya atuh seharusnya!
Satu pertanyaan lagi yang tidak kalah penting adalah: Saya
bertanya-tanya tentang perjalanan pulang mereka dari tempat kerja tadi
sampai tiba di rumah, ketemu keluarga. Apa yang ada di dalam hati mereka
ya?
Ada dua juga kemungkinannya:
"Aduh Tuhan ... terima kasih sekali hari ini saya dapat berkat Tuhan ....
padahal pagi tadi aku udah kuatir ada gak ya kebun yang bisa aku garap ...
takut gak bisa bawa apa-apa untuk anak dan istriku pas pulang ... tapi
syukurlah ... Tuhan kasih jalan buat aku dapatin 1 dinar hari ini"
--- sampai di rumah ---
"Istriku .. anak-anak ku ... papa pulang ... papa bawa makan malam, ayo
sini kita kumpul ... tadi papa terima berkat Tuhan lho ... kita berdoa dulu
deh ucap syukur ya nanti papa pasti ceritain tentang Tuhan yang kasih
berkat hari ini buat kita"
Itu satu kemungkinannya, yang satu lagi ada:
"Ah ... sialan! Gak habis pikir saya ... gmana dia bisa dapat 1 dinar juga
padahal kerja cuma satu jam aja .. tau gini kan mending kerja masuk jam 5
aja!!"
--- sampai di rumah ---
"Istriku ... anak-anak ... papa pulang .. bawa makanan, kita makan ayo ..."
Si istri kemudian tanya: "Kok papa cemberut aja dari tadi sih? Kenapa?
Ada apa? Cerita dong pa" ... "Kamu tau gak mah ... tadi itu di tempat kerja
aku kesel banget sama orang-orang yang cuma kerja satu jam eh malah di
bayar sama kayak aku yang udah kerja capek-capek dari pagi tadi!! ... "Ya
udah, tenang atuh pah .. tenang" ... "Gak bisa mah ... ini gak adil namanya,
gak adil banget!!!"
Katanya, orang yang iri hati itu, dia bisa kehilangan banyak hal
dalam hidupnya. Sukacita hilang, damai sejahtera hilang, rasa syukur hilang
dan katanya kesehatan juga bisa hilang. Kalau keluarga bisa ikutan hilang
gak ya kalau tiap hari kerjanya iri aja terus sama orang lain?
Padahal di depan matanya, di depan hidungnya berkat Tuhan itu ada,
di berikan oleh Tuhan buat dia dan keluarganya. Tapi semua itu hilang, dia
jadi tidak menyadari berkat Tuhan yang mencukupkan hidupnya itu karena
iri hati.
Nah sekarang, kita mau pilih ending cerita yang kayak bagaimana?
Semoga kita tidak salah pilih.
11.
Bukan Yesus yang Aku Kenal
Yohanes 2:13-25
Bukankah teks perikop kita hari ini sangat mengejutkan kita? Kalau
yang selama ini yang kita bayangkan tentang Yesus itu: baik, manis, imut,
penyayang, penyabar, gak pernah marah, kita pasti akan 'terperangah -
melongo' melihat tindakan Yesus pada waktu itu.
Seandainya bapak, ibu atau saya ada di sana waktu itu bersama-
sama dengan mereka yang sudah kenal Yesus - memang dalam perikop kita
tidak terlalu terasa nuansanya, tapi coba lihat perikop paralelnya di Matius
21 atau Lukas 19. Lihat perbedaannya? Matius dan Lukas menceritakan
kisah ini di bagian-bagian akhir karya Yesus di dunia. Itu artinya, pasti
banyak orang yang sudah tahu persis bagaimana pengajaran Yesus -
Bayangkan apa yang ada dalam pikiran orang dan kita seandainya kita ada
di sana dan melihat kejadian itu? "Kok, kayaknya bukan seperti Yesus yang
aku kenal selama ini ya?"
Kalau sudah begitu, pertanyaan pentingnya buat kita sekarang
adalah: Bagaimana kita memaknai Firman Tuhan hari ini untuk hidup kita
sekarang? Sebab pasti ada sesuatu yang Tuhan mau katakan dan nyatakan
dalam firman-Nya hari ini.
Ada beberapa hal yang mau kita renungkan hari ini:
1) Ayat 14-16
"Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing
domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat
cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua
kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-
Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya."
Sebenarnya sih kita gak usah terlalu heran juga kalau kita melihat
Tuhan marah. Bukankah dalam Perjanjian Lama kita juga sering melihat
Allah yang menyatakan kemarahan-Nya kepada umat percaya. Yang harus
kita cari tahu adalah kenapa Allah bisa marah?
Yesus marah dalam teks kita hari ini punya alasan. Bukan hanya
karena Bait Allah dijadikan tempat jualan - okelah bisa dipahami bila
memang dulu orang Yahudi harus tukerin uang yang ada gambar kaisarnya
(karena gak boleh di dewain) - tapi jadi kelewat batas jika ternyata justru
situasi seperti itu dimanfaatkan oleh oknum tertentu buat cari untung gede!
Untung buat mereka, buntungnya buat orang-orang yang
diperlakukan tidak adil, diperas, dan yang lebih ngenesin lagi adalah
kebanyakan orang gak bisa ngelakuin apa-apa, gak punya daya apa-apa
untuk melakukan sesuatu. Dekingan para penjual di Bait Allah itu 'orang
tinggi' soalnya.
Kalau begitu kenyataannya, bukankah tindakan Yesus saat itu
adalah kabar baik bagi kita: Sewaktu kita merasa tidak berdaya, gak punya
kuasa untuk melawan ketidakadilan dan penindasan yang terjadi: Tuhan
tidak tinggal diam, Dia berbuat sesuatu, Dia menunjukkan solidaritas dan
pembelaan-Nya kepada orang-orang yang tidak berdaya ini.
"Iya Tuhan ... tapi kapan? Sudah berulangkali aku diperlakukan
seperti ini ... gak adil .. diperas ... ditindas ...!!"
Pengalaman teks kita membuktikan satu hal: mereka menanti pembelaan
hingga akhirnya pembelaan itu datang, dari Tuhan.
2) ayat 19
Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari
Aku akan mendirikannya kembali."
Dalam teks kita jelas Yesus sedang merombak dan menyucikan bait Allah.
Akan tetapi ketika Yesus bicara tentang Bait Allah yang akan dirombak dan
dalam 3 hari Dia akan membangunnya kembali, ternyata semua orang
ngeuh-nya (baca: menyangka)Yesus berbicara tentang Bait Allah secara
harafiah (Gedung Bait Allah waktu itu yang dipikir oleh mereka sebentar
lagi dirombak).
Padahal, yang Yesus maksud tentang Bait Allah yang akan
dirombak dan dibangun kembali dalam 3 hari adalah diri, kehidupan. Diri
dan kehidupan-Nya.
Ini dia kabar baiknya: Tuhan menjanjikan kehidupan baru,
kehidupan yang dibangun di atas dasar yang kokoh dan untuk itu Dia butuh
merombak hidup kita.
Dirombak sampai ke dasar kalau perlu! Dan uniknya, biasanya
semakin besar perombakan yang dilakukan oleh Tuhan dalam membongkar
dan membangun kembali kehidupan kita, bisa jadi itulah cara Tuhan untuk
membangun bangunan kehidupan yang lebih mantab yang lebih kuat lagi
untuk kita. Ibarat anak sekolah setelah Ujian Nasional, naik kelas.
Syaratnya satu: Kita semua bersedia dan setuju dengan cara Dia
merombak kehidupan kita. Menyakitkan? Pastinya. Pontang-panting
membangun kembali kehidupan? Jelas.
Akan tetapi hasilnya? Ah ... kita tahulah hasilnya bagaimana bila
kita menyerahkan bangunan kehidupan kita pada Tukang Bangunan Yang
Agung itu.
12.
Bejana Hidup
Yeremia 18:1-12
Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya selama persiapan
adalah: "Kalau Tuhan memang mau mengatakan sesuatu kepada Yeremia,
kenapa Tuhan gak langsung to the point ngomong saja?? Kenapa Yeremia
justru diperintahkan oleh Tuhan untuk pergi ke rumah tukang periuk
dulu??" Sekedar info aja bahwa dalam kitab Yeremia, ada 9 peristiwa di
mana Tuhan menggunakan "alat peraga" untuk mengatakan sesuatu kepada
Yeremia.
Bandingkan jika Tuhan langsung saja ngomong ke Yeremia tentang
inti maksud-Nya saat itu: "Aku ini Tuhan yang memiliki kuasa ... kalau
kamu merasa hidupmu ini sedang hancur-hancurnya, Aku sanggup
memulihkan kehidupanmu!" Sama aja kan intinya dengan apa yang baru
saja kita baca dalam perikop kita hari ini. Cuma satu ayat aja kalau Tuhan
langsung ke intinya, bandingkan perikop kita yang harus sampai ada 12 ayat
untuk sampai ke intinya.
Jadi apa sebenarnya tujuan Tuhan, sehingga Tuhan repot-repot bawa
Yeremia ke rumah tukang periuk?? (Bayangin perasaan Yeremia waktu
itu .. "ini nih siapa yang kurang kerjaan ya? Aku yang kurang kerjaan atau
Tuhan kurang kerjaan apa ya, pake nyuruh ke tukang periuk segala ...")
Saya menemukan jawabannya: Ada banyak orang ketika mereka
mendengar Allah berfirman tentang dirinya, hidupnya, masa depannya ...
kemudian mereka tidak percaya. Kenapa mereka tidak percaya? Karena
yang mereka lihat dan rasakan hari ini sama sekali tidak sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Tuhan. "Mana Tuhan ... katanya Tuhan bilang A, tapi
kok malah Z .. zauh gini??"
Kalau sudah begini apa yang mereka butuhkan? Bukti! Bukti bahwa
Allah memang benar sanggup untuk menepati dan menggenapi apa yang
difirmankan-Nya.
Yang kita butuhkan saat terjadi hal-hal yang tidak kita mengerti, hal-
hal yang tidak seperti harapan kita, hal-hal yang membuat kita bertanya dan
mengkritisi Tuhan adalah penjelasan dari Tuhan.
Inilah pembuktian dan penjelasan dari Allah tentang hidup kita:
Ayat 4-6
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu,
rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana
lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Kemudian datanglah
firman TUHAN kepadaku, bunyinya: "Masakan Aku tidak dapat bertindak
kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah
firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!
Dalam ayat yang lain, dinyatakan: "Tetapi sekarang, ya TUHAN,
Engkaulah Bapa kami! kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk
kami, dan kami sekalian adalah buatan tanganMu." (Yesaya 64:8)
Pertanyaan penting: Jika saat ini kita memang sedang dibentuk oleh
Tuhan, sang Tukang Periuk, untuk dijadikan cangkir atau gelas, bagaimana
kita menggambarkan keadaan cangkir atau gelas diri kita sekarang ini?
Sempurna? Ada retakan? Setengah jadi? Atau ... dulu sih sepertinya
sempurna tapi sekarang kok ancur gini ya??
Apapun perasaan kita saat ini, satu hal yang harus kita mengerti
bersama adalah bahwa Allah masih terus menerus memproses dan
membentuk "cangkir" kehidupan kita. Allah belum selesai dengan cangkir
kehidupan kita!
Kabar Baiknya adalah Allah siap membentuk dan memproses kehidupan
kita. Sampai kapan? Sampai Allah berkata: "Hey .. lihat .. itu Nona, dia
adalah cangkir kebanggaan-Ku."
Kabar Buruknya adalah Allah siap membentuk hidup kita dan memproses
kita. Kita? Apakah kita siap dengan cara Allah memproses dan membentuk
kehidupan kita sekarang ini??
Ketika Allah sepertinya sedang menghancur-leburkan cangkir
hidupku sebagai cara-Nya untuk memproses dan membentuk masa depanku
... Apakah kita siap? Sewaktu di PHK? Diputusin pacar? Gagal dalam studi?
Gagal dalam bisnis usaha? Dan semua hal lainnya yang buruk menurut kita.
Lalu apa yang akan kita lakukan?
Ayat 4
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu,
rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana
lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
Mempercayai bahwa pemulihan bisa terjadi. Atau ... merencanakan bunuh
diri? Marah dan terus memaki Tuhan?
Kalau kita marah atau bahkan memaki Tuhan terhadap satu
peristiwa buruk yang terjadi dalam kehidupan kita biasanya itulah tandanya
kita sedang kecewa terhadap diri kita sendiri - terhadap keputusan-
keputusan yang kita ambil dahulu, jalan yang kita pilih yang akhirnya
membawa kita pada konsekuensi logis dari apa yang kita pilih itu - Kita
kecewa hasilnya, karena tindakan yang kita pilih di masa lalu dan mungkin
kemudian kita "meng-kambing-hitam-kan" Tuhan.
Ini dia masalahnya: Karena Tuhan sebagai tukang periuk ini sedang
membentuk tanah liat menjadi cangkir, Tuhan sedang berhadapan dengan
"tanah liat yang hidup", bukan yang mati.
Kalau tanah liat yang biasa (secara harafiah), gak susah ngaturnya.
Dibentuk gmana aja, dengan cara apa aja, dia gak akan rewel. Sedangkan
kita? karena kita adalah "tanah liat yang hidup", yang bisa berteriak,
menggugat dan marah, kita selalu dapat memutuskan untuk bersedia atau
menolak cara Allah membentuk dan memproses kehidupan kita ini dengan
cara-Nya.
Menjadi cangkir - bejana tanah liat yang akhirnya bisa Allah
banggakan dengan cara bersedia melewati proses pembentukan Sang
Tukang Periuk, seturut dengan cara-Nya untuk masa depan kehidupan kita.
Ini tantangan dari Tuhan untuk kita.
13.
Kelegaan di Dalam Tuhan
Lukas 7:36-50
Ini kisah nyata dari negeri Spanyol. Adalah seorang bapak yang
mencari anaknya yang kabur dari rumah, ternyata anaknya itu telah
melakukan sebuah kesalahan yang membuat dia takut ketemu sama
bapaknya. Berbulan-bulan lamanya si bapak itu mencari, tapi gak ketemu.
Semua cara sudah dilakukan bapak itu untuk mencari anaknya yang
menghilang. Akhirnya, si bapak ini menempuh satu cara yang belum pernah
dia lakukan selama ini: pasang iklan di koran dan sebarin pamflet-pamflet
yang isinya begini:
"Paco tersayang, temui papa di depan menara lonceng
dekat plaza pada hari sabtu besok, siang hari.
Semua diampuni. Aku menyayangimu, papamu!"
Hari Sabtu siang itu, di depan menara lonceng, berkumpullah 800
orang yang bernama Paco mencari pengampunan. Ternyata, nama Paco itu
adalah nama yang umum di Spanyol, seperti nama Budi atau Wayan di
Indonesia lah. Kurang lebih 800 orang Paco yang berkumpul di siang hari
itu untuk menjumpai ayahnya menggambarkan kepada kita betapa
banyaknya orang yang terbeban karena kesalahan yang pernah mereka
lakukan.
Tuhan Yesus sendiri berkata kepada setiap kita:
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat.
Aku akan memberikan kelegaan kepadamu"
Kelegaan yang seperti itulah yang dicari oleh 800 orang Paco dalam cerita
kita tadi dan hal itu pula yang dicari oleh seorang perempuan yang tidak
kita ketahui namanya dalam pembacaan Alkitab kita hari ini.
Lukas hanya menyebutkan perempuan itu sebagai: "Seorang perempuan
yang TERKENAL sebagai ORANG BERDOSA!" (ayat 37)
Sudahkah kita membayangkan beban berat macam apa yang
ditanggung oleh si perempuan itu dengan 'label' yang dia terima dari
masyarakat waktu itu? Mengetahui keberadaan diri kita yang sudah berbuat
dosa saja pasti sudah berat. Apalagi ditambah dengan kata "TERKENAL"
-> semua orang tahu! Sungguh beban yang teramat berat sehingga air mata
yang keluar dari perempuan tadi cukup untuk membasuh kaki Yesus
Ada dua hal penting yang ingin kita renungkan bersama:
1. Boleh tanya gak? Kesan pertama sewaktu bapak atau ibu
membaca kisah kita ini apa ya? (misalnya Yudas: kesannya kan
"buang-buang duit aja tuh perempuan!")
Kalau saya, saya justru sangat terkesan sekali oleh keberanian dan
kekuatan mental perempuan itu! Menemui Yesus yang sedang berkunjung
di rumah seorang Farisi? Hmmmm .. sepertinya itu bukan ide yang bagus
kan ya ... Orang berdosa versus Orang-orang yang berusaha hidup kudus?
( Lihat ayat 39.)
Dibutuhkan keberanian tingkat tinggi dan mental baja untuk mau
datang dan bertemu dengan Yesus. Sebab salah-salah perempuan itu bisa
ditimpukin sampai mati! Dirajam sama orang-orang Farisi itu!
Yesus mengerahui hal itu, makanya dia bercerita di ayat 41-43.
Dinar = upah 1 hari kerja. Menarik ya, perbandingannya 500:50 bukannya
500:0. Itu artinya pada hakikatnya kita semua ini adalah orang-orang yang
berhutang (berdosa) di hadapan Tuhan. Siapa di antara kita yang tidak
pernah berbuat dosa di hadapan Tuhan? Tidak ada! Setiap kita
membutuhkan yang namanya kelegaan dari satu kata: Pengampunan.
Pertanyaan pentingya adalah: Mengapa Tuhan tetap mau
mengampuni meskipun mungkin kita berpikir: "saya gak layak diampuni
karena perbuatan salah yang pernah saya lakukan itu"??
Karena Tuhan melihat hakikat nilai diri kita, hidup kita yang
sebenarnya. Sama seperti semua orang yang akan mengambil tetap
memungut selembar uang Rp. 20.000,- yang ia temukan ditengah jalan.
Walau kusut, lecek, kotor berdebu, atau bahkan sudah kena lumpur, nilai
dirinya bukan terletak pada tampilan fisik uang itu. Gak peduli orang
banyak bilang apa tentang hidup kita sekarang. Orang mungkin hanya
melihat hidup kita ini kotor, lecek, kusam. Akan tetapi Tuhan bilang kepada
semua orang itu: "Tunggu dulu ... anak-Ku ini tetap memiliki nilai dan dia
berharga selalu di mata-Ku!"
2. Setiap kali Tuhan hendak berkarya melalui hidup kita, Tuhan
selalu membutuhkan kerjasama kita! Sebab percuma kita datang
ke gereja, mendengarkan Firman Tuhan apabila kita tidak
percaya dan bekerjasama dengan apa kata firman Tuhan.
Ayat 50:
Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu:
"Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
Rasa percayanya kita sangat menentukan ketika Tuhan hendak
melakukan sebuah karya besar dalam hidup kita. Seberapa besar rasa
percaya kita itu terhadap kata-kata dan kuasa Tuhan yang sanggup
mengubah hidup kita?
Saya punya satu lagi cerita untuk menutup renungan kita. Adalah
sekumpulan anak sekolah yang sedang melakukan sebuah darma wisata ke
satu danau. Mereka semua sewa perahu untuk keliling danau itu. Tiba-tiba
di tengah danau ada satu anak yang jatuh kecebur ke danau selagi perahu
mereka itu melaju. Nah, diantara mereka itu ada satu orang yang memang
terkenal jago berenang. Semua orang dah panik dan minta ke yang jago
renang itu supaya buru-buru selametin tuh temen mereka yang mereka tahu
gak bisa berenang sama sekali.
Akan tetapi, apa yang terjadi? 5 menit berlalu .. 10 menit berlalu ...
semua orang tambah panik. Barulah di menit yang ke 15, si jago renang ini
terjun ke danau dan selamatkan tuh anak yang hampir tenggelam. Semua
temannya bingung, kenapa lama bener gak terjun ke danau untuk
selamatkan temen itu? Lalu si jago renang itu pun menjelaskan begini:
"Kalau saya langsung terjun ke danau dan mencoba menyelamatkan dia ...
bisa-bisa karena dia masih panik, dia tonjok saya lagi sampai saya pingsan
.. nah kan jadi berabe kalau gitu ... makanya saya tunggu dia capek dulu
baru deh saya terjun ke danau dan selamatkan dia."
Apakah bapak dan ibu, dan saya memiliki beban yang teramat berat
saat ini? Apakah kita telah lelah mencari jalan tapi tak pernah menemukan
solusi yang kita cari? Kabar baiknya adalah ada satu Jalan bagi kita yang
lama mencari solusi.
Sang Jalan itu melihat hidup kita meski orang lain tak pernah
melihatnya. Sang Jalan itu membutuhkan kepercayaan kita sewaktu Dia
berkata kepada kita:
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat.
Aku akan memberikan kelegaan kepadamu"
14.
Tetap Tegar di Jalan Sukar
Ratapan 5:1-22
Perikop Ratapan 5:1-22 diberi judul oleh LAI: “Doa untuk
Pemulihan”. Akan tetapi, apabila kita memperhatikan dengan seksama apa
yang dikatakan oleh Peratap dalam 'curahan hatinya' saat itu, sungguh yang
kita temukan adalah deretan panjang tentang penderitaan, kepahitan, semua
beban di dalam hati dan pikirannya waktu itu.
Mari kita lihat apa saja yang menjadi curahan hati Peratap dalam
perikop ini:
Ayat 1: dilupakan, dihina.
Ayat 2-3: kehilangan.
Ayat 5: kelelahan.
Ayat 6: meminta-minta.
Ayat 7: sengsara.
Ayat 8: dipandang rendah.
Ayat 9: bertemu dengan maut.
Ayat 10: kelaparan.
Ayat 11: ketidakberdayaan.
Ayat 12: diremehkan.
Ayat 13: terbeban berat.
Ayat 15: berkabung.
Ayat 16: salah arah.
Ayat 17: hati yang terluka.
Ayat 20: dilupakan.
Ayat 22: dibuang.
Kita bisa melihat betapa ‘jomplang’-nya (tidak seimbang) antara kalimat
atau pikiran-pikiran yang membebani dengan pernyataan yang memulihkan.
Hanya 2 ayat yang memuat pernyataan positif, yaitu:
Ayat 19 (yang bernada keyakinan)
Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya,
takhta-Mu tetap dari masa ke masa!
Dan ayat 21 (yang bersifat pengharapan).
Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan
kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!
Seperti orang mau perang, dia punya senjata 2, tapi musuh dalam
pikirannya ada 20.
Hal yang menarik adalah, kenapa justru curahan hati yang bernada
'minor' seperti ini ditempatkan oleh Peratap, justru di akhir kitabnya.
Antiklimaks!
Biasanya yang paling popular dari curahan hati Peratap adalah pasal
3. Mari kita lihat Ratapan 3:66, “Engkau akan mengejar mereka dengan
murka dan memunahkan mereka dari bawah langit, Ya Tuhan. “ Ini
klimaks! Keyakinan tingkat tinggi. Atau pasal selanjutnya, Ratapan 4:22
"Telah hapus kesalahanmu, puteri Sion, tak akan lagi TUHAN membawa
engkau ke dalam pembuangan, tetapi kesalahanmu, puteri Edom, akan
dibalas-Nya, dan dosa-dosamu akan disingkapkan-Nya."
Itu juga keyakinan tingkat tinggi! Klimaks.
Sekarang bandingkan dengan ending perikop kita 5:22, "Atau, apa
Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau
terhadap kami?" Tanda tanya besar. Seakan-akan semua keyakinan tingkat
tinggi yang telah dicapai olep peratap ‘dulu’, dihancurkan dengan sebuah
pertanyaan yang belum terjawab.
Akan tetapi, bila kita mau merenungkan hal ini lebih jauh lagi,
bukankah kehidupan kita layaknya sebuah perjalanan. Kita berjuang untuk
naik, tapi ada kalanya harus menyusuri jalan di ketinggian yang sama,
bahkan tidak mustahil juga kita berjalan turun. Ada jalan yang mulus, tapi
tidak jarang pula kita berjumpa dengan jalan yang terjal nan sukar.
Dan itulah yang dirasakan oleh peratap dalam curahan hatinya ini.
Dia mengalami naik turunnya perjalanan panjang menuju puncak! Hari
kemarin dengan kepercayaan diri yang penuh menikmati kasih Tuhan di
tanah Perjanjian yang melimpah madu dan susu itu. Tetapi kok sekarang
malah ‘anjlok’, Israel dibuang, Israel dijajah oleh bangsa asing.
Pertanyaan penting: Saat kehidupan berjalan di jalan yang sukar,
apa yang akan kita lakukan?
Horatio Spafford punya jawabannya sendiri.
Sebagai seorang pengacara, kehidupannya berjalan
sempurna, dia punya istri, keluarga mereka di karunia 5
orang anak, karier pun menanjak. Berawal dari sebuah
kebakaran hebat, keluarga yang sedang menanjak ini tiba-
tiba ‘anjlok’ ke titik terendah hidup mereka. Mereka
kehilangan semua investasi mereka, dan mereka berjuang
lagi dari nol.
Dua tahun sejak peristiwa itu berlalu, keluarga Spafford
merencanakan liburan, mereka memesan tiket kapal laut dan bersiap untuk
berangkat. Akan tetapi, karena ada tugas mendadak, Horatio membatalkan
keikutsertaannya dan membiarkan istrinya dan 4 orang putrinya untuk pergi
berlibur.
Dan apa mau di kata, ternyata kapal yang ditumpangi oleh istri dan 4
orang putrinya itu karam di hantam badai. 226 orang meninggal di sana,
termasuk 4 putri mereka. “Saved alone, what should I do” demikian sang
istri mengabari suaminya.
Segera dia menyusul istrinya itu. Dalam perjalanan menyusul
istrinya itu, Horatio terdiam ketika nakhoda kapal yang ia tumpangi berkata
kepada nya: "di sinilah tragedi itu terjadi." Sambil melihat hamparan laut
yang luas, Horatio sadar bahwa dia sedang memandang lautan luas yang
telah merenggut 4 orang anaknya dan kebahagiaannya dalam sekejap.
Dalam kesedihan yang mendalam dan kegalauan yang kalut, dia menuliskan
sesuatu yang ia yakini dan terciptalah lagu ini:
NKB 195 "Kendati Hidupku Tent’ram"
Kendati hidupku tent’ram dan senang,
dan walau derita penuh,
Engkau mengajarku bersaksi tegas:
s’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.
Reffrein:
S’lamatlah jiwaku, s’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.
Kendatipun susah terus menekan
dan iblis geram menyerbu,
Tuhanku menilik anak-Nya tetap;
S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.
Yesusku mengangkat di salib kejam
dosaku dan aib sepenuh.
Hutangku dibayar dan aku lepas,
puji Tuhan, wahai jiwaku.
Ya Tuhan, singkapkan embun yang gelap
dapatkan seg’ra umat-Mu.
Pabila serunai berbunyi gegap, kuseru:
s’lamatlah jiwaku!
Apa yang sedang Horatio lakukan pada waktu itu?
Dia sedang menuliskan kelanjutan dari ayat 22 dalam perikop kita! "Atau,
apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau
terhadap kami?" Dia menjawab jiwa dari pertanyaan di ayat 22 itu dengan
sikap imannya! It Is Well With My Soul.
15.
Mengusir Dis Supaya Harmoni
Mazmur 19:1-6
Ada satu cerita tentang seseorang yang sedang jalan-jalan di sebuah
perkebunan. Ada banyak tanaman dan pohon dia lihat di sana. Ada pohon
kecapi: buah kecil, berwarna kuning, di atas pohonnya yang tinggi-tinggi
itu. Tak berapa lama kemudian dia melihat juga ada pohon semangka,
masih belum matang dan merambat di tanah. Orang itu melihat buah kecapi
dan mambandingkannya dengan semangka, lalu dia ketawa ngakak:
"Hahahahah ... ah Tuhan ini gmana sih? ... gak bijak banget naroh
semangka segede itu di pohon yang ngerambat di tanah kayak gitu ...
sedangkan kecapi, buahnya kecil-kecil kok ya malah di taruh di pohon
tinggi gede malah ... Kalau saya jadi Tuhan mah pasti semangka lah yang
saya taroh di pohon besar itu ... biar cocok lah mereka-mereka itu!"
Setelah berjalan cukup lama, orang ini pun cape, dia ngaso sambil
duduk di bawah pohon kecapi. Tiba-tiba ... PLAAKKKK!! Ada satu buah
kecapi jauh dari pohon dan nyenggol dia punya kepala, benjol dah dia.
Lalu apa yang di lakukan oleh orang itu? Dia meringis kesakitan!
Lalu dia marah-marah? Tidak! Dia malah ngelompat kegirangan sambil
teriak-teriak: "Tuhan emang bijak, Tuhan emang hebat ... Coba kalau
semangka yang Dia taruh di pohon setinggi ini ... dah mau gmana nih
kepala g sekarang hahahahah".
Ada begitu banyak orang yang dengan mudahnya mereka
mengkritisi dan mempertanyakan di mana letak ke-Mahakuasaan Tuhan,
hikmat Tuhan, pertimbangan-pertimbangan Tuhan. Ketika yang mereka
lihat di sekitar mereka itu, entah itu alam sekitar mereka atau bahkan
mungkin ketika mereka melihat ke dalam kehidupan mereka sendiri, yang
mereka lihat justru tepat seperti orang yang kejatohan kecapi itu tadi. "Ini
kok gak cocok banget ya kayaknya ... katanya Anak Tuhan .... tapi kok
bergumul berat, banyak cobaan, dihina-hina, difitnah, menanti yang belum
pasti ..." Rasanya dengan semua itu ... kita jadi mikir: "kok gak cocok-cocok
amat ya dengan jalan cerita di Alkitab, hidup saya sekarang???"
Saya gak tahu seberapa sering bapak, ibu atau teman-teman muda
berpikir sampai ke sana. Kalau saya, kadang-kadang jika memang lagi
berat-beratnya ya mikir sampai ke sana juga.
Hari ini kita mau menemukan apa yang Tuhan katakan ketika kita
berpikir sampai sejauh itu tentang pertanyaan akan pekerjaan-pekerjaan
Tuhan: "Tuhan kerjanya apa sih? Jangan-jangan Tuhan lagi cuti ngurus
hidup saya?"
Ada satu hal yang mau kita renungkan dari pembacaan Alkitab kita hari ini.
Mari kita lihat kembali ayat 2:
Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;
Kalau menurut bapak dan ibu, apa artinya ayat 1 ini untuk hidup kita?
Mungkin kita akan jawab begini: "Melalui alam semesta kita bisa melihat
karya Tuhan". Oke itu satu, ada yang lain gak?
Sekarang saya mau tanya: "Pernahkah langit, cakrawala, atau
bahkan awan di langit tiba-tiba runtuh dan mencelakai kehidupan kita di
bumi??? Tidak! Mereka semua akan selalu ada di tempatnya. Awan,
sekalipun jatuh .. dia jadi air dulu kan ya .. dan kalaupun akhirnya banjir,
kan kebanyakan salah manusianya kan.
Itu baru hal-hal kecil yang kasat mata. Saya punya data:
Ada seorang astronom dari Amerika, Hugh Ross, menulis sebuah buku yang
berjudul "The fingerprint of God: Recent Scientific Discoveries Reveal the
Unmistakable Identity of the Creator". Dalam bukunya itu Ross
menyebutkan sebuah prinsip: Prinsip Antropis. Prinsip in menyatakan
bahwa setiap detail yang terdapat di alam semesta ini telah dirancang
sedemikian rupa dengan ketepatan yang sempurna oleh Tuhan, yang
memungkinkan kita bisa hidup di Bumi ini.
Ada 10 contoh yang bisa kita lihat di sini
1. Jarak antara Matahari ke Bumi
Jarak matahari ke bumi adalah 149.669.000 kilometer (atau
93.000.000 mil). Jarak ini dikenal sebagai satuan astronomi dan biasa
dibulatkan (untuk penyederhanaan hitungan) menjadi 148 juta km.
Dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 112 kalinya. Gaya
tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Sinar matahari menempuh
masa delapan menit untuk sampai ke Bumi.
-Jika lebih jauh:
planet bumi akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil
-Jika lebih dekat:
planet bumi akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil
2. Gravitasi di Permukaan Bumi
Gravitasi permukaan dari sebuah obyek astronomi (planet, bintang,
dll.) adalah percepatan gravitasi yang berlaku pada permukaan obyek
tersebut. Gravitasi permukaan bergantung pada massa dan radius obyek
tersebut. Seringkali gravitasi permukaan dinyatakan sebagai rasio dengan
harga yang berlaku di Bumi.
-Jika lebih kuat:
atmosfer bumi akan menahan terlalu banyak gas beracun (amoniak dan
methana)
-Jika lebih lemah:
atmosfer bumi akan terlalu tipis karena banyak kehilangan udara
3. Periode rotasi bumi
Rotasi Bumi merujuk pada gerakan berputar planet Bumi pada
sumbunya dan gerakan di orbitnya mengelilingi matahari.
Masa rotasi Bumi pada sumbunya dalam dalam hubungannya dengan
bintang ialah 23 jam, 56 menit dan 4.091 detik. Masa rotasi dalam
kaitannya dengan matahari ialah 24 jam.
-Jika lebih lama: perbedaan suhu pada siang dan malam hari terlalu
besar
-Jika lebih cepat: kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi
4. Albedo
Albedo merupakan sebuah besaran yang menggambarkan
perbandingan antara sinar matahari yang tiba di permukaan bumi dan yang
dipantulkan kembali ke angkasa dengan terjadi perubahan panjang
gelombang (outgoing longwave radiation). Perbedaan panjang gelombang
antara yang datang dan yang dipantulkan dapat dikaitkan dengan seberapa
besar energi matahari yang diserap oleh permukaan bumi.
-Jika lebih besar: Zaman es tak terkendali akan terjadi
-Jika lebih kecil: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi
5. Aktivitas Gempa
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak
bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk
menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi
kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila
tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat
ditahan.
-Jika lebih besar: terlalu banyak makhluk hidup binasa
-Jika lebih kecil: bahan makanan dasar laut tidak akan didaur ulang ke
daratan melalui pengangkatan tektonik
6. Ketebalan Kerak Bumi
Kerak bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua
kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai
ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan
sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan
basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit,
yang tidak sepadat batuan basalt.
Kerak bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan
ketebalan total kurang lebih 80 km.
-Jika lebih tebal: terlalu banyak oksigen berpidah dari atmosfer ke kerak
bumi
-Jika lebih tipis: aktivitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar
7. Medan Magnet Bumi
Magnetosfer Bumi adalah suatu daerah di angkasa yang bentuknya
ditentukan oleh luasnya medan magnet internal Bumi, plasma angin
matahari, dan medan magnet antarplanet. Di magnetosfer, campuran ion-ion
dan elektron-elektron bebas baik dari angin matahari maupun ionosfir bumi
dibatasi oleh gaya magnet dan listrik yang lebih kuat daripada gravitasi dan
tumbukan.
-Jika lebih kuat: badai elektromagnetik akan terlalu merusak
-Jika lebih lemah: kurangnya perlindungan dari radiasi berbahaya yang
berasal dari luar angkasa
8. Interaksi Gravitasi dengan Bulan
Bulan yang ditarik oleh gaya gravitasi Bumi tidak jatuh ke Bumi
disebabkan oleh gaya sentrifugal yang timbul dari orbit Bulan mengelilingi
bumi. Besarnya gaya sentrifugal Bulan adalah sedikit lebih besar dari gaya
tarik menarik antara gravitasi Bumi dan Bulan. Hal ini menyebabkan Bulan
semakin menjauh dari bumi dengan kecepatan sekitar 3,8cm/tahun.
-Jika lebih besar: efek pasang surut pada laut, atmosfer dan periode rotasi
semakin merusak
-Jika lebih kecil: perubahan tidak langsung pada orbit menyebabkan
ketidakstabilan iklim
9. Kadar Karbondioksida dan Uap Air dalam Atmosfer
Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen
(20.97%), dengan sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi
sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan
di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan
mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada
dalam 11 km dari permukaan planet.
Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat
laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer
dan angkasa luar.
-Jika lebih besar: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi
-Jika lebih kecil: efek rumah kaca tidak memadai
10. Kadar Ozon dalam Atmosfer
Ozon terdiri dari tiga molekul oksigen dan amat berbahaya pada
kesehatan manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui percampuran
cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi dan membentuk suatu lapisan
ozon pada ketinggian 50 kilometer.
Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas
permukaan bumi yang dikenal sebagai 'lapisan ozon'. Ozon dihasilkan
dengan pelbagai persenyawaan kimia, tetapi mekanisme utama penghasilan
dan perpindahan dalam atmosfer adalah penyerapan tenaga sinar ultraviolet
(UV) dari matahari.
-Jika lebih besar: suhu permukaan bumi terlalu rendah
-Jika lebih kecil: suhu permukaan bumi terlalu tinggi, terlalu banyak
radiasi ultraviolet
Fuihhh, lumayan panjang ya. Kenapa saya mengeluarkan data
sepanjang itu sekarang? Karena saya akhirnya jadi mikir sendiri: kalau
Tuhan bisa mengatur dengan seharmonis itu tentang segala sesuatu ...
tentang alam semesta yang serumit itu dan segala isinya dengan ketepatan
dan keharmonisan yang luar biasa; Masak iya Tuhan gak sanggup mengatur
dan merancang hidup kita yang cuma secuil ini di dalam rancangan tangan-
Nya yang baik agar hidup kita bisa menyingkirkan kata Dis- dalam sebuah
–harmoni.
Ngomong-ngomong tentang Disharmoni, kita sering ketemu dngan
kata "DIS" ini kan ya. Waktu kita gak suka - DISlike, waktu kita takut -
DIScourage, waktu kita gak puas – DISsatisfied, de el el. Menurut legenda,
DIS itu adalah nama dewa neraka, tugasnya dia adalah membuat orang
putus asa! (R. Ian Seymour, Maximaze Your Potential, 1-2).
Saya gak tahu keputusasaan macam apa yang membuat hari ini kita
merasa hidup kita berada dalam sebuah ke-DIS-harmonian; Mungkin kita
gak nyaman dengan suasana rumah di keluarga kita yang .. ya ampun ...
cek-cok aja tiap hari; Atau menunggu yang kita gak tahu pasti: kapan
datang jodohnya, kapan kerja, kapan kawin, kapan lulus.
Kalau Tuhan sanggup mengatur alam semesta ini dengan ketepatan
yang luar biasa, Dia akan lebih dari sekadar kata sanggup untuk mengatur
dan merancang kehidupan kita ini di dalam rancangan tangan-Nya yang
selalu tepat pada waktu-Nya! Tidak pernah terlalu lama, terlalu cepat ..
tetapi tepat!
Akhir bulan, sekeluarga dah bingung karena persediaan dah habis,
bingung mau makan apa. Tetapi ternyata ada yang ngetuk pintu, "Ibu, ini
ada berkah buat ibu dan keluarga .. ada makanan untuk ibu .. anak kami
baru sunatan makanya kami syukuran sekarang" (based on true story ni ..
pernah ada yang cerita soalnya).
Atau bapak ibu mau mendengar cerita tentang teman saya. Dia lama
menantikan pasangan hidup yang dari Tuhan. Dicari, ditunggu dan pasti
didoakan siang malam. Lama sekali dia menunggu, akhirnya ternyata yang
ditunggu itu datang juga, gak jauh pula ternyata orangnya. Tepat pada
waktu-Nya. Bahkan saya dengar mereka mau menikah bulan depan dan itu
luarbiasa!
Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu,
bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian
dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian
dalam penghiburan kami.
(II Korintus 1:7)
Bukankah itu yang selalu Tuhan lakukan ketika kita berhadapan
dengan sebuah DIS- . Tuhan ikut merasakan sengsara kita. Dia menangis
sewaktu kita menangis. Dia juga selalu berusaha menghibur kita, Dia
menguatkan kita; Bahkan lebih dari itu ... Dia selalu mencari-cari cara untuk
mengusir "Dewa Dis" (baca: penderitaan kita) dan menunjukkan kemuliaan
Dia dalam rancangan-Nya yang indah dalam hidup kita.
16.
Tak Berdaya
Ester 4:10-17
"Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung;
dari manakah akan datang pertolonganku?"
Hari ini kita mau berbicara tentang keberanian untuk melawan
ketidakadilan. Kalau sudah ngomong soal ketidakadilan, wuihh … zaman
makin modern, bentuk-bentuk ketidakadilan juga kayaknya jadi semakin
aneh dan semakin ‘lucu’.
Sewaktu saya mempersiapkan renungan ini, saya menemukan data
yang saya yakin hal seperti ini tidak aneh terjadi di negeri kita.
Tasikmalaya, 12 Juli baru-baru ini, ada dua bocah umur 13-an tahun yang
dibawa ke pengadilan dengan tuduhan telah mencuri dua ekor anak ayam
milik tetangganya. Jaksa menuntut dua anak itu dengan hukuman, tujuh
tahun! Dan kemudian oleh hakim di vonis 3,5 tahun. Ah .. yang benar saja!
Tiga setengah tahun untuk nyolong anak ayam? Lucu sekali. sedangkan
mereka-mereka yang udah jelas merugikan Negara karena korupsi, dihukum
berapa tahun? Satu? Dua tahun? Belum lagi di tambah izin keluar untuk
makan di mall, izin untuk nonton pertandingan tenis di luar negeri. Aneh!
Memang lucu nih hukum di negeri kita ini!
Dan contoh tadi, baru satu cerita tentang kelucuan yang ada di
negeri kita ini, di antara banyak cerita lucu lainnya!
Kalau memang ketidakadilan sedang terjadi dalam kehidupan kita
sekarang ini, bukankah ide untuk melawan ketidakadilan menjadi ide yang
terbaik?? Tetapi biasanya seseorang akan kembali bertanya kepada dirinya
sendiri-sendiri …
“Mau melawan ketidakadilan??? Memang punya daya apa, punya
kekuatan apa saya sekarang ini? Saya gak punya daya dan kekuatan apa-
apa untuk bisa melawan ketidakadilan yang sedang terjadi sekarang ini!”
Ester dan Mordhekai sebagai orang Yahudi yang hidup di negeri
asing, merasakan dan menyadari betul apa artinya perasaan tidak berdaya
melawan ketidakadilan yang terjadi waktu itu.
Ester 3:8-9a
Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa yang
hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam
seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan
hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga
tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada
pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan
mereka;
Kebijakan pemerintah yang sama sekali memberatkan rakyatnya
yang beragama Yahudi. “Di suruh nyembah raja? Orang Yahudi mana mau.
Itu melanggar perintah Tuhan (jangan sujud menyembah apapun juga)”. Itu
sama saja misalnya (walaupun tetap gak sama juga sih) seperti, misalnya
tiba-tiba pemerintah ambil kebijakan untuk mengubah hari Minggu dari hari
libur menjadi hari kerja, “ya gmana atuh orang Kristen ibadahnya???”
Ketidakadilan yang muncul justru karena kebijakan pemerintah yang
tidak peka terhadap kebutuhan dan perasaan rakyatnya. Dan sayangnya
kemudian dilengkapi oleh dendam dan niat jahat untuk menghancurkan:
genoside (pemusnahan satu bangsa). Itu yang dihadapi oleh Mordekhai,
Ester dan seluruh bangsa Yahudi pada waktu itu: ancaman genoside.
Hari ini, apabila ketidakadilan juga sedang terjadi dalam kehidupan
kita, hal-hal yang tidak masuk akal sedang terjadi dalam hidup kita, apa
yang akan kita perbuat??
Belajar dari perikop kita hari ini Ester 4:10-17, paling gak kita bisa
menemukan ada 3 hal yang bisa kita pelajari ketika berhadapan dengan
sebuah ketidakadilan:
Belajar untuk tetap melakukan sesuatu
yang bisa kita lakukan untuk menghadirkan keadilan.
Itu yang dilakukan oleh Mordekhai. Dia tidak diam, tapi juga dia
tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh: menggerakkan seluruh orang
Yahudi untuk berontak ke pemerintah Persia, itu tindakan bodoh. Sama aja
cari mati lebih cepat!
Apalah daya orang Yahudi pada waktu itu. Cuma penduduk asing
yang tak punya daya apa-apa untuk membela diri. Tapi toh Mordekhai tetap
melakukan sesuatu. Dia datang kepada Ester yang dipandangnya punya
daya lebih untuk memperjuangkan keadilan itu (walaupun sebenarnya Ester
pun tidak kalah tak berdayanya di hadapan hukum raja Ahasyweros waktu
itu. Salah-salah Ester bisa mati).
Mungkin hari ini, kita semua adalah figur-figur Ester di zaman
modern yang ditempatkan oleh Tuhan untuk memperjuangkan kehadiran
rasa damai, adil, tenteram, sukacita, di tengah kehidupan kita di keluarga, di
jemaat, di dalam kehidupan keseharian kita.
Pasti ada yang salah, kalau …Bapak di rumah sukacita, tapi ibu dan
anak-anak cemberutan aja di rumah. Ibu gembira … seneng-seneng
belanja sana-sini, tapi bapak stress di rumah .. anak-anak tertekan
dirumah. Anak-anak foya-foya .. gak sadar atau malah gak mau tahu
bahwa bokap nyokap mereka itu sampai nangis dara cari duitnya.
Bukan! Bukan yang seperti ini yang kita cari dalam hidup kita. Kita
berjuang supaya kita sama-sama: sama-sama merasakan damai, sukacita,
adil, bahkan kalau berduka pun kita sama-sama untuk saling menguatkan
satu sama lain.
Belajar untuk menyerahkan diri secara total kepada Tuhan.
Percaya bahwa pembelaan Tuhan itu ada. Jalan keselamatan yang
dari Tuhan itu tidak pernah datang terlambat. Tuhan bisa menunjukkan
kuasa-Nya, pembelaan-Nya dan jalan keselamatan-Nya bagi kita melalui
siapapun .. melalui apapun … tepat di saat yang paling kita butuhkan.
Saya ada cerita, sepertinya ini kisah nyata. Terjadi di kala perang
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF
KISAHINSPIRATIF

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan
Hidup adalah Kristus, Mati adalah KeuntunganHidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan
Hidup adalah Kristus, Mati adalah KeuntunganJohan Setiawan
 
Natal yang Peduli, Yesus yang Peduli
Natal yang Peduli, Yesus yang PeduliNatal yang Peduli, Yesus yang Peduli
Natal yang Peduli, Yesus yang PeduliJohan Kristantoro
 
Arti melayani
Arti melayaniArti melayani
Arti melayaniSABDA
 
Bedah Kitab 1 Yohanes
Bedah Kitab 1 YohanesBedah Kitab 1 Yohanes
Bedah Kitab 1 YohanesSABDA
 
Panggilan Gembala Agung : Ikutlah Aku
Panggilan Gembala Agung : Ikutlah AkuPanggilan Gembala Agung : Ikutlah Aku
Panggilan Gembala Agung : Ikutlah AkuDaniel Saroengoe
 
INTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTENINTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTENSABDA
 
Identitasku Dalam Kristus
Identitasku Dalam KristusIdentitasku Dalam Kristus
Identitasku Dalam KristusSABDA
 
Ppt kelompok 3 teologi perjanjian baru
Ppt kelompok 3 teologi perjanjian baruPpt kelompok 3 teologi perjanjian baru
Ppt kelompok 3 teologi perjanjian baruYakub Unsula
 
Kematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan KitaKematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan Kitastephen sihombing
 
Salib Kristus - Makna salib bagi orang yang percaya
Salib Kristus - Makna salib bagi orang yang percayaSalib Kristus - Makna salib bagi orang yang percaya
Salib Kristus - Makna salib bagi orang yang percayaAlex Tampubolon
 
Materi Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan HomiletikaMateri Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan HomiletikaGerry Atje
 
Pel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-Nya
Pel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-NyaPel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-Nya
Pel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-NyaKornelis Ruben
 
Pel. 13 Sakramen Pada Umumnya
Pel. 13 Sakramen Pada UmumnyaPel. 13 Sakramen Pada Umumnya
Pel. 13 Sakramen Pada UmumnyaKornelis Ruben
 

Was ist angesagt? (20)

Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan
Hidup adalah Kristus, Mati adalah KeuntunganHidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan
Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan
 
Kebangkitan
KebangkitanKebangkitan
Kebangkitan
 
Natal yang Peduli, Yesus yang Peduli
Natal yang Peduli, Yesus yang PeduliNatal yang Peduli, Yesus yang Peduli
Natal yang Peduli, Yesus yang Peduli
 
Menaklukan lidah
Menaklukan lidahMenaklukan lidah
Menaklukan lidah
 
Menjadi Seperti Yesus
Menjadi Seperti YesusMenjadi Seperti Yesus
Menjadi Seperti Yesus
 
Panggilan Tuhan
Panggilan TuhanPanggilan Tuhan
Panggilan Tuhan
 
Arti melayani
Arti melayaniArti melayani
Arti melayani
 
Bedah Kitab 1 Yohanes
Bedah Kitab 1 YohanesBedah Kitab 1 Yohanes
Bedah Kitab 1 Yohanes
 
Panggilan Gembala Agung : Ikutlah Aku
Panggilan Gembala Agung : Ikutlah AkuPanggilan Gembala Agung : Ikutlah Aku
Panggilan Gembala Agung : Ikutlah Aku
 
INTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTENINTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTEN
 
Pel 12 PACARAN
Pel 12 PACARANPel 12 PACARAN
Pel 12 PACARAN
 
Identitasku Dalam Kristus
Identitasku Dalam KristusIdentitasku Dalam Kristus
Identitasku Dalam Kristus
 
Dipenuhi ROH Kudus
Dipenuhi ROH KudusDipenuhi ROH Kudus
Dipenuhi ROH Kudus
 
Iman Obat Tawar Hati
Iman Obat Tawar HatiIman Obat Tawar Hati
Iman Obat Tawar Hati
 
Ppt kelompok 3 teologi perjanjian baru
Ppt kelompok 3 teologi perjanjian baruPpt kelompok 3 teologi perjanjian baru
Ppt kelompok 3 teologi perjanjian baru
 
Kematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan KitaKematian Yesus Keselamatan Kita
Kematian Yesus Keselamatan Kita
 
Salib Kristus - Makna salib bagi orang yang percaya
Salib Kristus - Makna salib bagi orang yang percayaSalib Kristus - Makna salib bagi orang yang percaya
Salib Kristus - Makna salib bagi orang yang percaya
 
Materi Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan HomiletikaMateri Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan Homiletika
 
Pel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-Nya
Pel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-NyaPel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-Nya
Pel 5. Yesus Memanggil Murid-Murid-Nya
 
Pel. 13 Sakramen Pada Umumnya
Pel. 13 Sakramen Pada UmumnyaPel. 13 Sakramen Pada Umumnya
Pel. 13 Sakramen Pada Umumnya
 

Andere mochten auch

Bina Ayat Berdasarkan Gambar
Bina Ayat Berdasarkan GambarBina Ayat Berdasarkan Gambar
Bina Ayat Berdasarkan GambarKathleen Ong
 
Apa itu khotbah - Powerpoint Show
Apa itu khotbah - Powerpoint ShowApa itu khotbah - Powerpoint Show
Apa itu khotbah - Powerpoint ShowGerry Atje
 
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015bpkgunungmulia
 
Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011Gerry Atje
 
Renungan Hidup
Renungan HidupRenungan Hidup
Renungan Hidupsc_hrt
 

Andere mochten auch (8)

Latihan kem upsr2014 membina rangka dan jawapan #4
Latihan kem upsr2014  membina rangka dan jawapan #4Latihan kem upsr2014  membina rangka dan jawapan #4
Latihan kem upsr2014 membina rangka dan jawapan #4
 
Bina Ayat Berdasarkan Gambar
Bina Ayat Berdasarkan GambarBina Ayat Berdasarkan Gambar
Bina Ayat Berdasarkan Gambar
 
Apa itu khotbah - Powerpoint Show
Apa itu khotbah - Powerpoint ShowApa itu khotbah - Powerpoint Show
Apa itu khotbah - Powerpoint Show
 
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
 
Bina ayat
Bina ayatBina ayat
Bina ayat
 
Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011
 
Renungan Hidup
Renungan HidupRenungan Hidup
Renungan Hidup
 
Membina 5 ayat
Membina 5 ayatMembina 5 ayat
Membina 5 ayat
 

Mehr von Gerry Atje

Kidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak Bersyukur
Kidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak BersyukurKidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak Bersyukur
Kidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak BersyukurGerry Atje
 
Kutipan pilihan pdt. gerry atje (final)
Kutipan pilihan   pdt. gerry atje (final)Kutipan pilihan   pdt. gerry atje (final)
Kutipan pilihan pdt. gerry atje (final)Gerry Atje
 
Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013
Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013
Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013Gerry Atje
 
Berdamai dengan Sesama
Berdamai dengan SesamaBerdamai dengan Sesama
Berdamai dengan SesamaGerry Atje
 
Materi pembinaan khotbah gkp klasis bogor, book view
Materi pembinaan khotbah   gkp klasis bogor, book viewMateri pembinaan khotbah   gkp klasis bogor, book view
Materi pembinaan khotbah gkp klasis bogor, book viewGerry Atje
 
Pemberitaan firman tuhan powerpoint slide
Pemberitaan firman tuhan   powerpoint slidePemberitaan firman tuhan   powerpoint slide
Pemberitaan firman tuhan powerpoint slideGerry Atje
 
Bila Aku Jatuh Cinta
Bila Aku Jatuh CintaBila Aku Jatuh Cinta
Bila Aku Jatuh CintaGerry Atje
 
Silabus Homiletika 2011
Silabus Homiletika 2011Silabus Homiletika 2011
Silabus Homiletika 2011Gerry Atje
 
Apa itu khotbah
Apa itu khotbahApa itu khotbah
Apa itu khotbahGerry Atje
 
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)Gerry Atje
 
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)Gerry Atje
 
Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)Gerry Atje
 
Survey Pemberitaan Firman di Jemaat 2007
Survey Pemberitaan Firman di Jemaat  2007Survey Pemberitaan Firman di Jemaat  2007
Survey Pemberitaan Firman di Jemaat 2007Gerry Atje
 
Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)
Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)
Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)Gerry Atje
 
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP KramatTata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP KramatGerry Atje
 

Mehr von Gerry Atje (15)

Kidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak Bersyukur
Kidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak BersyukurKidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak Bersyukur
Kidung jemaat 337 - Betapa Kita Tidak Bersyukur
 
Kutipan pilihan pdt. gerry atje (final)
Kutipan pilihan   pdt. gerry atje (final)Kutipan pilihan   pdt. gerry atje (final)
Kutipan pilihan pdt. gerry atje (final)
 
Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013
Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013
Liturgi Kenaikan Yesus Kristus 2013
 
Berdamai dengan Sesama
Berdamai dengan SesamaBerdamai dengan Sesama
Berdamai dengan Sesama
 
Materi pembinaan khotbah gkp klasis bogor, book view
Materi pembinaan khotbah   gkp klasis bogor, book viewMateri pembinaan khotbah   gkp klasis bogor, book view
Materi pembinaan khotbah gkp klasis bogor, book view
 
Pemberitaan firman tuhan powerpoint slide
Pemberitaan firman tuhan   powerpoint slidePemberitaan firman tuhan   powerpoint slide
Pemberitaan firman tuhan powerpoint slide
 
Bila Aku Jatuh Cinta
Bila Aku Jatuh CintaBila Aku Jatuh Cinta
Bila Aku Jatuh Cinta
 
Silabus Homiletika 2011
Silabus Homiletika 2011Silabus Homiletika 2011
Silabus Homiletika 2011
 
Apa itu khotbah
Apa itu khotbahApa itu khotbah
Apa itu khotbah
 
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
 
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006 2009)
 
Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)
Data Teks Alkitab 2 (2006-2009)
 
Survey Pemberitaan Firman di Jemaat 2007
Survey Pemberitaan Firman di Jemaat  2007Survey Pemberitaan Firman di Jemaat  2007
Survey Pemberitaan Firman di Jemaat 2007
 
Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)
Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)
Data Teks Alkitab 1 (2001 2005)
 
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP KramatTata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
 

KISAHINSPIRATIF

  • 1. Cerita Tentang Kita 1. Bukan Hamba Biasa; Bukan Tuan Biasa; Bukan Tuhan Biasa (Lukas 7:1-10) 2. Mencari Kasih Di Rumah Belas Kasih (Yohanes 5:1-9) 3. Tidak Sia-Sia (I Korintus 15:58) 4. Runtuhkan Tembok, Bangun Jembatan (Rut 1:1-22) 5. Nilai (Lukas 1:5-25) 6. One More Chance (Yunus 4:1-11) 7. Tetap Tenang di Tengah Badai Kehidupan (Markus 4:35-41) 8. Dunia Belum Berakhir (Markus 5:25-34) 9. Andai Anda Dia (Yohanes 13:12-30) 10. Iri Hatikah Aku? (Matius 20:1-16) 11. Bukan Yesus yang Aku Kenal (Yohanes 2:13-25) 12. Bejana Hidup (Yeremia 18:1-12) 13. Kelegaan di Dalam Tuhan (Lukas 7:36-50) 14. Tetap Tegar di Jalan Sukar (Ratapan 5:1-22) 15. Mengusir Dis Supaya Harmoni (Mazmur 19:1-6) 16. Tak Berdaya (Ester 4:10-17) 17. Menutup Diri (Yohanes 20:24-29) 18. Apa yang Menggerakan Hidupmu? (Markus 15:1-15) 19. Melawan Rasa Kecewa (Yohanes 20:11-18) 20. All Izz Well (Keluaran 2:1-10) 21. Ransel Kehidupan (Ezra 7:28b-8:30) 22. Menafaskan Kehidupan Melalui Doa (I Tesalonika 5:17) 23. Termotivasi (II Timotius 3:1-17) 24. Seorang Sahabat Bernama Penderitaan (Markus 9:30-32) 25. Empat Langkah Menuju Duabelas Bakul (Markus 6:35-44) 26. Langgeng (Nehemia 5:1-13) 27. Kasih Adalah ... (Yohanes 21:15-19) 28. Saling Berbuat Baik (Galatia 6:1-10) 29. Beban Yang Bukan Dimaksudkan Untuk Kita Pikul Sendirian. (Mazmur 23:1-6) 30. Pemberi Rasa (Markus 9:42-50) 1. Bukan Hamba Biasa; Bukan Tuan Biasa; Bukan Tuhan Biasa Lukas 7:1-10 Apa yang pertama kali terpikir oleh kita sewaktu kita membaca firman Tuhan dari perikop kita hari ini? Kalau saya yang ditanya, maka jawaban saya adalah: "Saya kagum." Ternyata masih ada figur-figur seperti yang diceritakan oleh Rasul Lukas dalam perikop kita hari ini. Hari ini saya mau mengajak kita untuk melihat lebih dekat lagi tiga figur tokoh yang ada dalam perikop kita, dan mereka layak untuk membuat kita semua kagum. Figur Pertama dan Figur ke Dua adalah "Hamba" dan "Tuan" dalam perikop kita. Mereka itu bukan hamba biasa dan juga bukan tuan biasa. Kita semua tahu bahwa hubungan antara hamba dengan tuan seringkali berujung tidak bahagia. Banyak yang punya kasus soalnya. Hamba yang mencuri duit tuannya, nyulik anak majikannya: membalas air susu dengan air tuba. Atau sebaliknya, tuan yang menyiksa hambanya: dipukulin, di siram air keras, di setrika, gaji yang tidak dibayar berbulan- bulan lamanya. Tuan yang memperkosa hak-hak dari hambanya. Akan tetapi tolong buat satu pengecualian untuk hamba dan tuan yang ada dalam kisah teks kita hari ini. Sekali lagi, mereka bukan hamba biasa dan juga bukan tuan biasa. BUKAN HAMBA BIASA Mari kita lihat data apa saja yang kita miliki tentang hamba dalam perikop kita hari ini: (a) Hamba ini sedang sakit keras dan hampir mati (ayat 2). Dari keterangan yang disampaikan oleh Rasul Matius, maka kita bisa tahu sakit apa dia: sakit lumpuh dan membuatnya sangat menderita (Matius 8:6) (b) Hamba ini bukanlah salah satu prajurit bawahan dari tuannya, yaitu sang Perwira. - Jadi kalau kita melihat secara strata sosial yang berlaku kala itu, jelas hamba itu berada di bawah prajurit - .
  • 2. (c) Jika kita sempat melihat bahasa aslinya, Yunani, maka kita akan menemukan bahwa Rasul Lukas menyebutkan kata hamba dalam teks kita hari ini dengan dua kata: pertama, kata doulos (ayat 2) yang arti harafiahnya adalah budak - pembantu, dan satu lagi kata Yunani pais (ayat 7), yang juga diterjemahkan oleh LAI menjadi kata hamba. Bedanya adalah dari kata pais ini, kita jadi tahu bahwa hamba yang dimaksud itu adalah seorang hamba yang masih berusia remaja - masih belum dewasa -. Itu artinya, menurut budaya yang berlaku kala itu, hamba yang masih belum dewasa itu, sama sekali dipandang sebelah mata oleh masyarakat waktu itu (ingat saja sewaktu para murid Yesus 'mengusir' anak-anak yang mau datang kepada Yesus untuk mendengar-Nya, di usir kan mereka), (d) Dunia sosial Romawi waktu itu, melegalkan jual - beli hamba di pasar. Dengan harga 600 dinar, maka kita bisa punya satu hamba yang bisa kita perlakukan dengan seenaknya di rumah (waktu itu, bila mau - udah kayak barang kan di jual beli). Enam ratus dinar setara dengan uang tabungan seorang buruh di zaman itu yang menabung setengah dari penghasilan hariannya selama 4 tahun. Tampak mahal memang, tapi bagi seorang petinggi Romawi seperti tuan Perwira kita dalam perikop hari ini, 600 dinar tentu bukan sesuatu yang mahal. Sudah ketemu kah dengan sesuatu yang seharusnya membuat kita kagum dengan hamba dalam perikop kita ini? Jika belum, mari kita lanjutkan data apa yang kita miliki tentang tuan nya: BUKAN TUAN BIASA (a) Dia seorang petinggi pemerintahan Romawi, berarti dia pasti bukan seorang Yahudi. Rasul Lukas menyebut dalam bahasa Yunani, pangkat dari perwira itu: hekatontarchos. Seorang hetakontarchos mengepalai 100 orang prajurit untuk menjaga keamanan wilayah jajahan Romawi di Israel. Plus sebagai pelindung bagi para pemungut cukai yang amat di benci oleh orang Yahudi waktu itu. (b) Yang menarik adalah, pemungut cukainya memang dibenci oleh orang Yahudi, tetapi ternyata perwira yang jadi bos para pemungut cukai ini sangat dikasihi oleh orang Yahudi, ayat 2-4 "dia layak ditolong karena dia memang baik". (c) Dia sangat menghargai dan memerhatikan hambanya yang saat itu sedang sakit keras. Padahal kalau dia mau gak ribet, gampang, kan tinggal diantepin aja (dibiarkan saja maksudnya) tuh hambanya yang sedang sakit itu sampai mati. Toh kalau mati satu itu pun cuma hamba yang punya harga pasar, dan bisa dibeli lagi hamba yang baru di pasar. Beres dan gak ribet. Sampai di sini, kita dapat melihat istimewanya hamba dan tuan itu. Istimewanya si hamba adalah ... . Bayangkan apa yang menjadi etos kerja dari si hamba itu sehingga dia sangat sangat dikasihi dan diperhatikan oleh tuannya? - Gak mungkin hamba itu adalah hamba yang suka bikin kasus - Jadi apa yang sudah dikerjakannya selama dia mengabdi kepada tuannya sehingga tuannya sangat amat memperjuangkan kehidupannya? Dia pekerja keras? Dia bekerja dengan sepenuh hati? Dia menonjol dibandingkan hamba-hamba tuannya yang lain? Sangat mungkin itu semua yang terjadi dalam keseharian pekerjaan yang dilakukan oleh hamba yang sedang sakit keras itu sekarang. Istimewanya tuan perwira kita adalah ... . Yang pertama ya itu tadi, dia memperlakukan hambanya yang walau cuma seorang budak yang punya harga pasar, tetapi diperlakukan bak seorang VIP - very important person -. (Padahal, seperti yang sudah kita ulas tadi, dia bisa aja gak ambil pusing dengan sakit kerasnya hambanya itu, dicuekin aja sampai mati sekalian). Keistimewaan perwira kita yang kedua adalah ayat 6-9. Ketika Yesus tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat- sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata:
  • 3. "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" Istimewa karena iman itu keluar dari seorang bukan Yahudi yang amat memercayai kuasa Yesus. Hingga Yesus pun kagum: "Ada yah orang kayak gini" (ayat 9). Selama kita hidup di dunia, mungkin banyak orang bisa memilah- milah "saya hamba dan dia bosnya" atau "saya cuma kuli di sini, dia yang bayar saya ada di sini". Apa pun yang kita kerjakan hari ini di dunia yang memilah-milah "tuan dan hamba" itu, pastikanlah bahwa saya adalah hamba yang persis sama seperti hamba yang ada dalam perikop kita hari ini. "Seorang hamba yang amat dikasihi oleh tuannya, karena kita bekerja dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati kita". Dan jika kita diberikan kesempatan oleh Tuhan menjadi apa yang disebut oleh dunia, 'seorang tuan', maka pastikanlah bahwa ada jiwa dari tuan perwira Romawi dalam perikop kita hari ini di kehidupan kita: "Seorang 'tuan - bos' yang mengasihi dengan sepenuh hati dan memperjuangkan hak-hak hidup 'hamba-hamba'nya". Abraham Lincoln, presiden Amerika yang memperjuangkan hak-hak hidup orang Amerika kulit hitam waktu itu, ketika Lincoln mati, semua orang kulit hitam menangisi kepergian tuannya itu. Banyak orang Amerika yang bilang kepada anak-anak mereka waktu itu: "Nak, perhatikan benar wajah orang itu, sebab dialah yang telah memperjuangkan kamu hidup". BUKAN TUHAN BIASA Lain kata dunia, lain juga menurut pandangan Tuhan bagi kehidupan kita. Bersyukurlah karena kita memiliki dan mengenal Tuhan yang tidak memandang kita itu sebagai "cuma budak - hamba", melainkan: Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yohanes 15:15) Tuhan sebagai sahabat bagi kita. Bukan cuma sekedar Bos kita, Tuhan itu sahabat kita. Dia memposisikan diri sebagai seorang sahabat agar kita tidak sungkan untuk datang dan mendekat pada-Nya. Lihat saja kenyataan bahwa tuan perwira kita dalam perikop itu sangat sungkan bertemu dengan Yesus, karena dia memandang dirinya itu tidak layak untuk bertemu dengan Yesus: "Tuan, janganlah bersusah- susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." Kabar baiknya bagi kita hari ini adalah ... bayangkan, bagi mereka yang merasa tidak layak saja Tuhan berkenan menolong mereka. Apalagi kita yang dipandangnya bukan sebagai hamba biasa, melainkan seorang sahabat; Masak iya Tuhan enggan untuk menolong kehidupan kita sekarang.
  • 4. 2 Mencari Kasih Di Rumah Belas Kasih Yohanes 5:1-9 Saya ingin mengajak kita untuk mulai merenungkan Firman Tuhan yang hari ini kita baca sama-sama. Satu hal yang saya pikirkan sewaktu membaca teks kita hari ini adalah, "Mengapa harus ada seseorang yang sudah 38 tahun lamanya menderita karena sakit, tetapi sampai dengan hari itu belum sembuh juga?" Padahal dalam teks kita dikatakan bahwa seseorang yang sakit itu sudah ada di dekat sebuah kolam yang apabila "air dalam kolam itu bergoncang dan seorang yang sakit nyebur ke kolam itu, apa pun penyakitnya bisa sembuh". Memang benar kita sama sekali tidak memiliki informasi tentang berapa lama sudah orang yang sakit selama 38 tahun itu sudah menanti di dekat kolam Betesda. Apakah sejak awal dia sakit, 38 tahun yang lalu sampai hari ini? Atau baru setahun yang lalu? Atau baru dua tahun ini dia ada di dekat kolam Betesda untuk mencari kasih yang menyembuhkan itu? Kita tidak tahu. Kita juga tidak tahu ada berapa banyak orang yang menantikan kesembuhan di dekat kolam Betesda itu, teks Alkitab kita hanya menyebutkan "ada sejumlah besar orang". Sejumlah besar orang itu berapa? 100 orang? 200 orang? Kita tidak tahu. Dan kita juga tidak tahu dalam hitungan waktu, berapa kali air dalam kolam Betesda itu bergoncang: Sekali sebulan? Setahun sekali? Tiga bulan sekali? Bayangkan kalau seminggu sekali, kan artinya orang yang sakit 38 tahun itu disalip melulu kalau mau pake sistem 'budaya antri'. Yang kita tahu jelas adalah ada seseorang yang sudah 38 tahun sakit dan dia mencari belas kasih yang menyembuhkan di sebuah kolam yang arti namanya sebenarnya adalah “Rumah Belas Kasih” (Betesda). Sayang, tidak ada belas kasih yang menyembuhkan bagi dia yang sudah sakit selama 38 tahun itu, justru di sebuah tempat yang bernama Rumah Belas Kasih. Apa yang terjadi di sana? Semua orang sakit yang berkumpul banyak di sana ingin sembuh, sehingga tidak lagi memikirkan orang lain yang mungkin jauh jauh lebih menderita dibandingkan dirinya. Waktu saya mempersiapkan renungan ini, saya kepikiran begini: Adakah di waktu itu orang yang hanya sakit kepala sedikit saja, dan kebetulan dia sedang lewat di depan kolam Betesda ketika airnya mulai bergolak, lalu dia lari dan nyebur ke kolam itu, "Akhirnya hilang juga sakit kepala pengganggu hidupku ini!" Kasih yang memudar justru terjadi di Rumah Belas Kasih: Betesda. Sewaktu semua orang hanya memikirkan dirinya sendiri, kesembuhan dirinya sendiri, apa yang menyenangkan dirinya sendiri dan acuh tak peduli terhadap mereka yang mungkin jauh lebih menderita dibandingkan dirinya itu. Sekali lagi, entah sudah berapa lama orang yang sakit selama 38 tahun itu menunggu kasih yang menyembuhkan di Rumah Belas Kasih: Betesda. Hingga di hari itu, Yesus datang dan menawarkan kasih yang menyembuhkan itu kepada dia, "Maukah engkau sembuh?" Saya tertarik dengan cara orang yang sudah sakit selama 38 tahun itu menjawab yang tampak sudah sangat putus asa di ayat 7: Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Dengan kata lain, dia mau mengatakan: "Aku tidak kebagian lagi kasih itu di sini". Entah ada berapa banyak orang yang memiliki pengalaman yang sama seperti itu: "Berharap menemukan kasih yang menyembuhkan di tempat yang memang seharusnya kasih itu ada, tetapi ..." Di rumah? Di tempat kita bekerja? Atau bahkan ketika kita bersekutu di Gereja? Seharusnya kita bisa bertemu dengan kasih yang menyembuhkan itu bukan? Tetapi bayangkan bila ada seorang yang memiliki pengalaman seperti ini: Pergi ke kantor, yang dia temui adalah kenyataan bahwa seseorang yang sudah dia kenal bertahun-tahun lamanya ternyata 'menusuk dirinya dari belakang' di depan bos mereka. Pulang ke rumah kepala udah mumet di kantor, apa yang dia temukan ... bapak ibunya berantem tiap hari. Pergi ke gereja ... ternyata kita masih bertemu dengan orang-orang yang bergosip dan merasa lebih tahu tentang hidup kita dan berperilaku seperti seorang hakim terhadap hidup kita. Runyam banget ya kalau sudah begitu ...
  • 5. Di kala merasa sendirian, tak berdaya dan orang di luar sana gak ada yang peduli. Satu hal yang patut kita syukuri sebagai orang percaya adalah bahwa Kasih yang Menyembuhkan itu bukanlah kita temukan di sebuah tempat. Bukan. Bukan tempatnya yang paling utama. Sebab hari ini kita bisa ada di sebuah tempat yang kita pikir kita bisa menemukan Kasih yang Menyembuhkan itu, tetapi ternyata gak ada sama sekali. Di rumah? Di kantor? Atau bahkan ... di gereja. Kalau kita berpikir bahwa sebuah tempat bisa membuat kita menemukan kasih yang menyembuhkan, bersiaplah untuk, mungkin, selalu kecewa. Bukan tempat yang menentukan kita akan menemukan kasih yang menyembuhkan itu atau tidak. Melainkan apakah kita sudah berjumpa dengan pribadi yang selalu menawarkan kepada kita: "Maukah engkau sembuh?" Kabar baiknya, Dia selalu bisa kita jumpai di mana saja. Di rumah, di kantor, di gereja ... di mana saja. Bahkan di saat kita merasa di tempat kita ada hari ini ternyata sudah mulai kehilangan makna kasih itu sendiri. Dia akan tetap menawarkan kepada kita: "Maukah engkau sembuh?" Lalu apa jawab kita? Semoga kita tidak terjatuh dalam sebuah, saya menyebutnya: Analisis-Paralistis. "Membeberkan sebuah analisa yang kita pikir itu hebat, menyenangkan dan menjelaskan tentang keberadaan kita hari ini, tapi sayang itu sama sekali tidak membuat kita sembuh, malah sebaliknya, makin 'lumpuh' hidup kita ini.” Tuhan: "Maukah engkau sembuh?" A: "Tuhan, dia sudah terlalu sering mengecewakan saya! B: "Tuhan, hati ini sudah terlalu sakit rasanya! (itulah Analisis-Paralistis ... padahal kan jawabannya sederhana: Mau / Tidak?) Jika hari ini Tuhan bertanya pada kita, " ... maukah engkau sembuh?" Lalu apakah jawab kita? [Aku menjawab: "Aku mau sembuh".] 3. Tidak Sia-Sia I Korintus 15:58 Saya pernah mendengar cerita tentang seorang petani dengan dua buah ember pengangkut air miliknya. Jadi ceritanya petani ini butuh mengangkut air dari jarak yang cukup jauh dari rumahnya dengan 2 embernya itu. Namun sayang, satu embernya retak sedikit. Dia sudah berusaha menambalnya, tapi tetap saja masih bocor. "Ah, sudahlah, toh hanya bocor sedikit, masih ada air yang bisa ku simpan juga nanti", kata pak petani. Setiap hari dia ambil air, jalan kaki, sambil memikul ember- embernya itu menyusuri jalan setapak. Suatu hari, ember yang penuh berkata pada ember yang retak itu, "Kamu memang gak berguna ya. Kamu diisi penuh sama bapak kita, tapi kamu sampai dirumah, nyatanya air yang ada dalam kamu itu sudah berkurang. Untuk apa kamu jadi ember kalau sudah begini?" Pernahkah kita berada di posisi ember yang retak itu? Saat di mana kita tahu bahwa kita sudah berusaha untuk memberikan yang paling maksimal dari yang kita bisa, tapi ternyata hasilnya tidak semaksimal yang kita harapkan? - Kita kirim lamaran kerja ke banyak perusahaan dengan percaya diri penuh, tapi hasilnya? Hampa, nihil! (lalu pikiran langsung mengarah ke anak dan istri di rumah ...) - Atau mungkin kita sudah belajar mati-matian tetapi hasilnya masih aja tetap gak ngerti, gak nyambung juga Dan tepat di saat itu mulai ada bisikan yang bersuara, "apa gunanya dirimu?" Kalau kita pernah ada di situasi itu, mungkin kita gak akan terburu- buru mengucapkan amin ketika kita membaca teks Alkitab kita hari ini: Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. I Korintus 15:58
  • 6. Saya mau menggambarkan situasi seperti apa yang dihadapi oleh jemaat di Korintus pada waktu itu: Mereka sangat yakin dengan adanya kebangkitan orang mati. Tetapi, di tengah-tengah keyakinan tingkat tinggi itu, tiba-tiba ada orang orang yang berkata, ayat 35: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" Itu sama aja seperti: - Seorang yang yakin sangat bahwa ia akan bekerja (walaupun sampai hari ini terbukti dia selalu di tolak) dan kemudian ada orang yang bilang, "Ah elu, dah kirim ribuan lamaran saja masih kagak ada jawaban. Masih nganggurkan lu sampe hari ini?!" - Atau seorang yang sangat yakin bahwa dia akan bisa berbahasa inggeris, tapi kemudian ada orang yang bilang: "Ngaca dong, ulangan lu bahasa inggris itu dapat berapa kemarin? Merah kan! Jeblok kan!" Saya mencari arti kata yang digunakan oleh rasul Paulus di ayat 58 ini dalam bahasa aslinya (Yunani), mari kita lihat, ini menarik sekali: (1) " ... berdirilah teguh ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "teguh" adalah δρα οι (hed-ἑ ῖ rah'-yos). Arti harafiah dari kata hedraios adalah, - tetap berada dalam satu posisi terus menerus - tetap berada dalam satu posisi yang tenang - tetap berada dalam satu posisi yang setia - tetap berada dalam satu posisi yang tabah (2) " ... jangan goyah ... " Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jangan goyah" adalah μετακίνητοιἀ (am-et-ak-in'-ay-tos). Arti harafiah dari kata ametakinetos adalah, - tidak dapat digerakkan - teguh - tidak bergeser (3) " ... giatlah selalu ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "giatlah" adalah περισσεύοντες (per-is-syoo'-o). Arti harafiah dari kata perisseuo adalah, - sangat berlimpah dalam kualitas dan kuantitas (mungkin artinya mengarah pada ajakan untuk tetap bersemangat) (4) " .... jerih payah ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jerih payah" adalah κόπος ( kop'-os). Arti harafiah dari kata kopos adalah, - bekerja keras membanting tulang - bekerja sampai kelelahan dan keletihan - bekerja sampai susah payah (5) " ... tidak sia-sia ... " Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "sia-sia" adalah κεν ςὸ (ken- os'). Arti harafiah dari kata kenos adalah, - hampa - sia-sia Berdasarkan hal ini, saya akan membacakan sekali lagi ayat kita hari ini: Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh [TETAPLAH BERDIRI DI SATU POSISI, TETAP TENANG, TETAP SETIA, TETAP TABAH], jangan goyah [JANGAN BERGESER, TETAPLAH TEGUH], dan giatlah [BERLIMPAHLAH DALAM KUALITAS DAN KUANTITAS, DALAM SEMANGAT] selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu [KELETIHANMU, KELELAHANMU, KERJA KERAS MU MEMBANTING TULANG, SUSAH PAYAHMU] tidak sia-sia [TIDAK AKAN MENEMUI KEHAMPAAN]. Masih ingat cerita tentang ember yang retak tadi? Sejak dikomeni oleh ember yang penuh itu tadi, si ember retak mulai banyak termenung, sedih. Suatu hari pak petani bertanya, "Kenapa kau termenung?" Ember yang retak pun menceritakan semua kesedihannya pada pak petani. Setelah mendengarkan ember retak bercerita, pak petani berkata, "Besok, sewaktu kita berjalan menyusuri jalan setapak untuk mengambil air, ada yang mau kutunjukkan padamu." Keesokan harinya, "Sudahkah kamu melihat? Di sebelah kiri jalan setapak yang kita lalui tadi, ada bunga-bunga yang berkembang di
  • 7. sepanjang jalan. Tahukah kamu bahwa itu adalah jalur mu? Aku selalu menempatkan dirimu di sebelah kiri jalan supaya air yang keluar dari retakan dirimu itu mengairi bunga-bunga di sepanjang jalan kita. Apa yang terjadi dalam dirimu itu tidak pernah sia-sia. Aku menikmati perjalanan panjang kita karena bunga-bunga itu bertumbuh karenamu, karena air yang keluar dari retakanmu dan menyirami bunga-bunga disepanjang perjalanan kita" Saya kira ini yang kita cari: Kita mencari selalu penjelasan tentang apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Saat kita sedih kita mencari penghiburan. Ketika kita terjatuh kita mencari kekuatan untuk bangkit. Ketika kita kehilangan pengharapan, kita mencari sesuatu agar pengharapan itu kembali ada. Gak usah cari jauh-jauh. Tuhan sudah mengumpulkannya dalam Alkitab. Dia sudah menunjukkan banyak hal pada kita dalam Alkitab. Dan Dia selalu bisa mengulangi apa yang telah Dia lakukan dalam sejarah Alkitab bagi hidup kita sekarang. Tinggal kita membaca dan menemukan kuasa-Nya dalam Alkitab bagi hidup kita saat ini. 4. Runtuhkan Tembok, Bangun Jembatan Rut 1:1-22 Biasanya ketika kita membaca cerita tentang Ruth dan Naomi, yang paling terlihat adalah kita senang sekali melihat hubungan yang mesra yang dibangun antara mama mertua dengan anak menantunya ini. Saya belum menikah memang, tapi kalau melihat yang biasanya ditampilkan di tv tentang hubungan mertua-menantu, kok seringnya ya gak semesra Ruth dengan Naomi yah. Papa saya pernah cerita begini, sebelum menikah dengan mama, ternyata eyang kakung pernah ngecek calon menantunya itu sampai datang ke Jakarta dari Tuban lho. Hanya untuk memastikan: "Ni calon menantu saya orang bener gak nih." Kata nya sih, biar papa dulu juga sekolah teologi, dulu itu penampilannya preman abis: rambut gondrong, celana bolong. Kali aja itu yang membuat eyang kakung dulu sempat was-was melihat calon menantunya itu. Untung akhirnya acc juga. Saya ada cerita juga tentang hubungan mertua menantu, tapi ini hanya sekedar cerita saja. Jadi ada satu keluarga muda, suami - istri yang pergi ke Yerusalem dan sang suami itu mengajak mertuanya. Ternyata di Yerusalem, peristiwa yang mengagetkan datang, mertuanya meninggal. Mulailah keluarga ini mempersiapkan penguburan orang tua mereka itu. Pihak RS di Yerusalem bertanya kepada suami itu: "Apa hubungan ibu dengan bapak?" Lalu jawab suami itu: "Oh, ibu ini mertua saya." Pihak RS melanjutkan, "Ok, kalau mertua bapak mau dikuburkan di Indonesia biayanya 5000 dollar, tapi kalau mau dikuburkan di sini, di Yerusalem, biayanya cukup hanya 2000 dollar saja." Setelah mikir lama, suami itu memilih, "Saya mau membawa pulang saja ke Indonesia dan menguburkan ibu mertua saya di sana, saya pilih yang 5000 dollar." Pihak RS cukup kagum dengan keputusan itu, "Wah, Anda pasti sangat menyayangi ibu mertua ya. Sampai-sampai mau di bawa pulang dan dikuburkan di tanah air yang biayanya jelas tidak murah." Menantu itu pun kemudian berkata, "Yah gmana ya, sebenarnya gak gitu juga sih. Saya cuma ingat kalau 2000 tahun yang lalu ada juga
  • 8. orang yang dikubur di sini dan 3 hari kemudian dia bangkit. Nah, saya gak mau ambil resiko kejadian itu terulang lagi sekarang." Kenyataan yang terjadi dalam kehidupan kita di masa kini jelas, kadang kita sulit untuk menemukan keharmonisan dan kemesraan dalam membangun sebuah hubungan. Hubungan mertua - menantu, atau hubungan apapun lainnya. Yang kita acapkali temukan justru kebencian, kemarahan, bahkan tega menghancurkan yang lain. Orang-orang terlalu sibuk membangun tembok. Mulailah mereka saling bertanya: "Hey kamu dari golongan mana? Suku apa? Kamu Gereja mana? Karismatik / Mainstream? Baptis selam / Baptis percik? Koalisi / Oposisi? Yang anak saya kan istri kamu, kamu kan anak bapakmu. Menjalani kehidupan sambil terus membangun tembok pemisah antara "kamu" dengan "kami" sehingga melupakan bahwa Allah menurunkan hujan (yang cuma 30 menit misalnya - 1 jam gak berhenti, maka kita semua kerepotan dengan yang namanya kebanjiran) untuk semua orang, banjir kan gak pandang bulu. Dari sini mungkin kita bisa sedikit memahami kenapa Tuhan mengizinkan satu perderitaan terjadi dalam kehidupan kita bersama. Mungkin Tuhan mau membuka mata semua orang yang sibuk membangun tembok bahwa ternyata dalam kamus penderitaan, kita semua ini adalah saudara seperjalanan, keluarga yang sama-sama kita semua rindu untuk hidup dipulihkan untuk bahagia, tenteram, baik. Dalam Perjanjian Baru, sewaktu orang-orang Yahudi sibuk membangun tembok antara "Yahudi" dengan "Samaria", ada 10 orang yang mengalami penderitaan karena sakit kusta; Dan mereka menghancurkan tembok pemisah itu, mereka tidak lagi saling gontok-gontokan karena 9 orang itu Yahudi dan 1 orang adalah Samaria. Mereka mulai jalan bersama untuk mencari dan menemukan pemulihan dari penderitaan yang mereka alami bersama saat itu. Ruth dan Naomi punya bahan-bahan yang cukup untuk membangun tembok pemisah. Ruth orang Moab ("bukan orang kita"), Naomi orang Yahudi. Mereka punya cara masing-masing dalam memahami Tuhan. Yang satu mertua ("Ruth bukan anak kandung saya"), yang satu menantu ("Naomi bukan ibu kandung saya") Cukup sangat bahan untuk membuat sesuatu yang tinggi di sana. Dan mereka mengambil bahan-bahan yang ada itu, tetapi bukan untuk membangun tembok, melainkan mereka membangun jembatan yang pada akhirnya mereka bisa saling memahami. Naomi memahami keputusan Orpa ketika dia pulang ke kampungnya dan memutuskan untuk tidak mengikut terus Naomi. Bahkan ide untuk pulang ke bangsanya itu juga berasal dari Naomi. Ruth juga memahami apa artinya kehilangan orang-orang yang dikasihi seperti yang dialami oleh dirinya yang kehilangan suaminya, dan Naomi yang kehilangan anaknya, suami dari Ruth. Dan Ruth juga menyadari bahwa Naomi tidak lagi hanya sekadar mertua saja baginya, tetapi sudah menjadi orang tuanya sendiri. Hari ini mari kita lihat hidup kita, berharap yang sering masuk tv itu juga bertanya hal yang sama: "Apa sih yang sekarang ini sedang kita bangun dalam kehidupan bersama kita dengan orang-orang yang ada disekitar kita di sini? Bangun tembok atau bangun jembatan?" Kalau ngomong soal bahan untuk ngebangun mah kita punya banyak: Pekerjaan - jabatan di kantor, itu bisa tuh jadi bangan bangunan kita bikin tembok. Aku suami yang bekerja, dia istri yang di rumah. Itu juga bisa bangun tembok. Pulang ke rumah dah malam, pengen cepat mandi terus tidur .. tetapi istri lama bikin air panas, "kamu tuh gmana sih, suami pulang bukannya dilayanin kek malah gak diperhatiin" Istri menjawab: "Ya sabar atuh pa, mama juga baru selesai nih dari pagi sampai malem gini, cuci piring, nyapu, ngepel, cuci baju ... anak lagi sakit pulak. Besok tukeran aja deh kita, papa yang dirumah cuci ngepel dan segala macem, mama yang kerja di luar rumah, biar tau lu." Maksud hati ngomel malah kena damprat istri. Hati kesel, liat anak yang paling gede main PS mulu, "Eh kamu kenapa gak belajar? Main mulu! Belajar yang bener biar jadi polisi kayak bapakmu ini!" Lalu anaknya bilang: "Yeeee, sapa yang mau jadi polisi? Lama kaya nya, miskin terus. Orang aku mau jadi pegawai pajak hahahahahaha ... biar cepet kaya."
  • 9. 5. Nilai Lukas 1:5-25 Saya tertarik dengan ucapan hati Zakharia di ayat 25:"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." Bayangkan, jadi selama ini, sebelum malaikat Gabriel membawa kabar baik untuk Zakharia dan Elisabeth tentang akan lahirnya seorang anak di tengah keluarga mereka, hingga mereka sudah jadi kakek- kakek dan nenek-nenek waktu itu (berapa kira-kira usia Zakharia dan Elisabeth waktu itu?); Puluhan tahun lamanya sebelum berjumpa dengan Gabriel, Zakharia menyatakan bahwa ia dan Elisabet ... menanggung aib. Padahal di ayat yang ke 6 dikatakan: “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.” Jadi sebetulnya kehidupan Zakharia menurut pandangan Tuhan adalah baik adanya. Lalu datang dari mana "pemikiran Zakharia tentang 'aib' keluarga itu?" Ayat 7 “Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.” Saya nge-cek referensi ayat Alkitab yang ada di bawah-bawah itu dalam Alkitab kita, ada tidak referensi ayat 7 yang mendasarkan dirinya pada teks di Perjanjian Lama? Tak ada. Tentang Tuhan yang marah bila ada keluarga yang tidak mempunyai anak? Ada? Gak ada. Tapi inilah kenyataan hidup kita dan selamat datang di dunia kehidupan yang nyata, di mana kita bukan hanya berhadapan dengan sistem nilai yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus, tetapi kita pun berhadapan dengan sistem nilai yang dibuat oleh manusia. Tuhan tidak pernah mengatakan apa-apa tentang keluarga yang tidak memiliki anak, apalagi mengatakan bahwa itu adalah aib, tidak pernah sama sekali. Jadi datang dari mana pemahaman tentang aib itu? Dari sistem yang dibangun oleh masyarakat. Saya baca tafsir dan menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan. Di masa itu memang orang-orang Yahudi membuat daftar peraturan yang menilai baik atau buruknya kehidupan suatu keluarga Yahudi. - Seorang Yahudi yang tidak punya istri = buruk. - Seorang Yahudi yang punya istri tapi tidak punya anak? Sama. Buruk juga. Dan hukuman bagi mereka adalah dikucilkan dari kehidupan bersama di antara bangsa Yahudi kala itu. Mengerikan bukan. Seringkali kita pun diperhadapkan dengan sistem-sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri, yang pada akhirnya kehidupan kita pun dikomeni baik atau buruk oleh masyarkat. Padahal Tuhan sendiri mungkin tidak pernah ngomeni apa-apa tentang hal itu. Kadang masyarakat lebih kejam memang dalam melakukan "sebuah penghukuman" dibandingkan dengan Tuhan sendiri. Berdasarkan dengan kenyataan ini ada satu hal yang menarik perhatian saya dan saya salut dengan keluarga Zakharia ini. Ayat 8 Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Buat saya itu luar biasa. Ada beban aib yang dilimpahkan oleh masyarakat kepada keluarga Zakharia, tapi apa yang terjadi? Dengan menanggung beban aib itu, Zakharia tetap melakukan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Tuhan sebagai Imam. Zakharia tidak mengurung diri di rumah. Pun tidak pula dia jadi ogah melayani Tuhan. Mari kita melihat diri kita masing-masing. Bolehkah bertanya? Adakah satu peristiwa kemarin yang membuat hati dan pikiran kita mulai berpikir untuk: "Tuhan, kayaknya sampai di sini perjalanan pelayanan saya bagi Mu ... Saya mau selesai saja di sini ..." Sewaktu orang mulai ngasih nilai terhadap apa yang kita lakukan bagi Tuhan dalam perjalanan kehidupan kita dalam pekerjaan, pelayanan dalam hal apapun juga? Orang kasih nilai baik kita lanjut. Orang kasih nilai buruk, "aduh, sorry-sorry deh Tuhan ya. Cukup sampai disini." Kalau kata anak-anak muda mah, Moddy: tergantung mood, suasana hati. Suasana hati yang datang dari penilaian orang lain. (Lah, kita memang melayani siapa sebetulnya di sini? Melayani Tuhan duluan atau melayani manusia duluan?) Faktanya, kalau kita mau mengejar selalu penilaian semua orang terhadap kehidupan kita atau apapun yang kita kerjakanlah dalam
  • 10. kehidupan kita ini, gak akan ada habisnya. Selalu ada yang kurang lah pasti menurut penilaian orang mah. Akan tetapi ... sewaktu seseorang berani berkata: "Tuhan ini saya ... saya mau melayani Tuhan dengan segala keterbatasan yang ada dalam hidup saya dan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan ... Dan hari ini ... yang terbaik yang bisa saya lakukan bagi Tuhan adalah yang saya lakukan sekarang bagi Mu, Tuhan ..." Itulah puncaknya kita hari itu. Dan kita tak akan kecewa sewaktu ada orang yang bilang: "Hey .. naik lagi dong! Puncakmu kurang tinggi tuh!" Tak akan kecewa karena kita tahu kita sudah berjuang semaksimal yang kita bisa hari itu untuk sampai pada puncak terbaik yang kita bisa lakukan hari itu. Kejarlah apa yang menentramkan hati. Kejarlah apa yang Tuhan katakan tentang hidup kita. Sebab jika kita mengejar perkataan dan penilaian manusia: Bersiaplah untuk selalu kecewa. 6. One More Chance Yunus 4:1-11 Ada satu kisah nyata, Pendiri Perusahaan Komputer - IBM, Tom Watson, Sr. Ia mempunyai seorang manajer baru yang sedang meroket karirnya. Suatu kali manajer ini diberikan suatu kepercayaan untuk melakukan satu proyek berdana besar: 12 juta US Dollar, tapi sayang .. dia gagal! Perusahaan rugi besar! Kemudian, manajer yang gagal ini mengirim surat pengunduran diri ke bos nya: Watson. Isinya: "Saya yakin Anda menginginkan pengunduran diri saya." (Apa yang akan Anda lakukan jika Anda jadi Bos nya??) Keesokan harinya, Bos Watson memanggil manajernya itu dan mengatakan kepadanya: "Saya tidak menginginkan pengunduran diri Anda. Saya baru saja mengeluarkan uang sebesar 12 juta Dollar untuk mendidik Anda. Sekarang, saatnya Anda mulai bekerja!" Wow, bukankah luar biasa apa yang dilakukan oleh seorang bos Watson terhadap manajer (karyawan) nya yang gagal itu. Dia mau tetap mau memberikan kesempatan kepada seseorang yang dianggap gagal, baik oleh orang lain atau bahkan bisa jadi dirinya sendiri menganggap bahwa dia itu memang benar-benar seorang yang telah gagal. Sebenarnya hal itu pula yang sedang dilakukan Tuhan kepada bangsa Niniwe dalam pembacaan Alkitab kita hari ini: "Tetap Memberikan Kesempatan untuk Bertobat". Ada kuasa yang luarbiasa terjadi ketika kita mau, bahkan menyadari bahwa "masih ada kesempatan". Satu hal yang ingin kita renungkan hari ini adalah masalah Yunus, masalah kita: Memberi kesempatan. Ayat 1: Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. Kenapa kesal dan marah?? Ayat 11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya
  • 11. tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" Allah yang masih memberikan kesempatan bagi Niniwe. Prinsip Yunus: Salah --> Hukum! Prinsip Tuhan: Salah --> Bertobat? --> Ya! --> Beri kesempatan! Yang menarik adalah kelihatannya Yunus lupa akan satu hal: Bahwa dia juga pernah diberikan kesempatan yang ke dua dari Allah. Masih ingat dong cerita bagaimana Yunus "lari" dari panggilan Tuhan untuk ke Niniwe. Di suruh A, tetapi malah melakukan Z. Tuhan: "Layakkah engkau marah, Yunus?" Niniwe --> Tarsis --> di makan ikan besar --> salah! Berbalik?? Ya! Diberikan kesempatan lagi oleh Allah? Ya! --> Pengutusan kembali untuk ke Niniwe. Dan lihatlah apa yang terjadi ketika Yunus memberitakan kabar pertobatan itu bagi orang Niniwe: Pertobatan satu bangsa, luar biasa! Mengapa kita kadang sulit memberikan kesempatan pada orang lain untuk menjadi orang yang lebih baik? Mungkin karena kita lupa pakai penghapusnya. Yang siap di tangan kita itu hanya pensil untuk menulis dan mencatat kesalahan dan keburukan orang lain saja. "Dia salah!" – Kemudian kita tulis itu di dalam diri orang itu. Dan selamanya kita memperlakukan orang itu dengan label yang sudah kita tulis: Dia salah. Jadi, meskipun mungkin orang itu sudah berbuat baik dan sudah berbalik dari kesalahannya kemarin, tetap saja dia salah. Tak ada kesempatan, tak ada penghapus. Tuhan, setiap hari, setiap saat siap menggunakan penghapus-Nya buat kesalahan kita. Nama penghapus-Nya itu adalah "masih ada kesempatan" Seringkali kita memahami kata "hukuman Tuhan" itu tidak tepat. Tidak tepat, karena Tuhan itu jarang menghukum kita. Allah tidak pernah merancang malapetaka untuk kita. Tuhan yang terutama bukanlah penghukum, Tuhan adalah Kasih (pemberi kesempatan). Tuhan tidak perlu menghukum kita karena kesalahan-kesalahan kita, sebab cepat atau lambat, kalau kita salah dan tidak berbalik arah, cepat atau lambat kita akan bertemu dengan konsekuensi logis atas kesalahan yang sudah kita perbuat itu. Misalnya saja: gak belajar -> nilai jelek. Oleh sebab itulah maka dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani yang digunakan untuk kata “dosa”, hatta, memiliki makna: tidak tepat sasaran. Di saat kita melakukan kesalahan dan kita mau berbalik arah: Tuhan siap mengambil penghapus-Nya dan berkata: "Kan kuberikan kamu kesempatan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi." Jika Tuhan bisa dan mau selalu memberikan kesempatan ke dua, ke tiga dan seterusnya kepada kita dan orang lain dengan 'menghapus kesalahan itu'; Siapa kita sehingga kita tidak bisa bahkan tidak mau memberikan kesempatan kepada mereka untuk jadi orang yang lebih baik? Saya suka cara penulis Alkitab menggantung akhir kisah Yunus. Akhirnya gmana sikap Yunus? Kita gak tahu. Apakah Yunus sadar atau tidak atas cara Allah mendidik Yunus untuk tetap memberikan kesempatan itu kepada Niniwe? Kita tidak tahu. Akhir kitab Yunus hanya di katakan begini, ayat 4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" Kalau bapak dan ibu yang menjadi Yunus, apa yang akan bapak dan ibu lakukan selanjutnya??
  • 12. 7. Tetap Tenang di Tengah Badai Kehidupan Markus 4:35-41 Seandainya kita ada dalam perahu seperti yang terjadi di perikop kita hari ini bersama-sama dengan Yesus dan murid-murid waktu itu, sewaktu badai mulai datang dan dikatakan bahwa perahu sudah mulai banjir - penuh air, saya rasa apa yang dirasakan oleh murid-murid waktu itu: kepanikan mereka, ketakutan mereka, kekuatiran mereka sekaligus juga sebel-sebelnya mereka ke Yesus yang mereka anggap diam saja, gak peduli kalau perahu sebentar lagi bisa jadi ancur, mungkin 99,99% akan menjadi perasaan kita juga. Jadi kalau mau berbicara tentang tema kita hari ini "Tetap Tenang di Tengah Badai Kehidupan"; Argghhh ... memang terasa lebih mudah mengucapkannya daripada mengimani dan melakukannya. Hari ini kita mau melihat beberapa hal yang mungkin bisa menjadi permenungan kita untuk mengupayakan ketenangan, tetap damai meskipun ada di tengah badai kehidupan kita sekarang ini. Yang pertama, Badai akan selalu ada sewaktu kita memutuskan untuk melakukan perjalanan di tengah luasnya lautan kehidupan kita ini! Di tengah kehidupan keluarga, jemaat dan masyarakat, setiap kita punya kemungkinan besar bertemu dengan beragam macam tipe badai. “Ni anak- anak mau lanjut sekolah, kuliah .. itu bisa jadi badai. Sesuatu yang bisa membuat kita bergumul ... gmana nanti biayanya, darimana?” Tenang di tengah badai bukan berarti melarikan diri dari kenyataan itu, melainkan siap menghadapi kenyataan bahwa betul ada kesulitan- kesulitan di sana-sini dan berani menyatakan, “Meskipun begitu Tuhan, kami sekeluarga akan berjuang sekuat tenaga supaya anak-anak tetap bisa melanjutkan masa depan kehidupan mereka.” Bukankah salah satu yang bisa membuat kita tenang adalah saat kita ini tahu bahwa kita sudah melakukan yang sebaik mungkin dalam menghadapi amukan badai itu? Yang kedua, Saat berada di tengah badai adalah saat terbaik bagi kita untuk merasakan kuasa penyertaan Tuhan! Ada cerita tentang seorang korban kekejaman Nazi, namanya Corrie ten Boom. Jauh sebelum ia mengalami penderitaan karena disiksa oleh Nazi, Corrie pernah bertanya ke papanya begini: "Papa ... gimana caranya biar aku bisa bertahan dalam sebuah pergumulan dengan tetap bersukacita???" Papanya kemudian menjawab dengan memberikan gambaran seperti ini: "Anakku ... kalau aku menyuruhmu pergi ke sebuah toko, aku gak akan memberikan uang belanjanya sewaktu engkau masih sedang bermain ... Aku akan memberikan uang itu saat engkau benar-benar siap untuk pergi ke toko itu." Dan itulah rupanya yang, mungkin, menjadi alasan Corrie sehingga dia bisa bertahan dalam badai siksaan tentara Nazi waktu itu. Karena Corrie tahu bahwa Tuhan memberikan kekuatan, modal untuknya agar dia tetap bertahan dan memperjuangkan kehidupannya. Kita akan tenang dalam menghadapi badai itu kalau kita tahu bahwa meskipun kita melewati badai, Tuhan selalu ada dan menyertai kita dan memberikan kepada kita kekuatan yang cukup untuk melewati dan mengalahkan setiap badai yang Dia izinkan terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini. Yang terakhir, Badai Pasti Berlalu Pertanyaannya kan setelah badai berlalu, kita ada dalam kondisi yang seperti apa? Dalam perikop kita, para murid menjadi semakin menyadari bahwa Yesus itu punya kuasa! Kita? Mari belajar dari seekor burung Rajawali. Katanya, seekor Rajawali itu tahu kapan waktunya sebuah badai akan muncul, jauh sebelum badai itu akhirnya datang. Nah ... Rajawali itu akan mempersiapkan dirinya dengan terbang sampai ketinggian tertentu dan siap menunggu badai itu datang!
  • 13. Ketika badai itu dating, Rajawali akan mengembangkan sayapnya sehingga angin badai yang datang menyerbu dirinya itu justru akan mengangkat dia melayang tinggi sehingga dia terbang jauh di atas melampaui badai itu dan melewati badai yang sedang terjadi waktu itu. Waktu badai mengamuk, Rajawali justru memanfaatkan badai dahsyat itu untuk mengangkat dia ke tempat yang lebih tinggi yang membuat dia bisa melewati badai sedahsyat apapun. Harapan dan perjuangan kita semua hari ini bila berada di tengah badai hidup, bersama dengan Tuhan kita bisa melewati badai itu dan menapaki tingkat kehidupan yang baru, yang lebih tinggi lagi, lebih dekat lagi dan jauh lebih mengenal lagi tentang karya, kuasa penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita semua. 8. Dunia Belum Berakhir Markus 5:25-34 Cerita yang mau kita renungkan hari ini cukup populer. Dari Sekolah Minggu dulu, sepertinya kita pernah diperdengarkan kisah tentang ibu yang menderita sakit pendarahan selama 12 tahun ini, yang kemudian dipulihkan oleh Yesus. Sewaktu saya membaca kisah ini, muncul satu pertanyaan dalam pikiran saya. Pertanyaan ini kemudian saya diskusikan sama mama saya, karena pertanyaan ini menyangkut 'rumah sakit', makanya saya tanya ke mama yang sudah jadi 'Suster Emiritus', bukannya nanya ke papa yang sebentar lagi beliau akan menjadi Pendeta Emiritus di bulan Agustus. Saya tanya ke mama saya pertanyaan ini: "Apakah memang di zaman sekarang, mungkinkah seorang yang sakit pendarahan selama 12 tahun itu bisa bertahan dan selamat??" Dan yang mengejutkan adalah karena mama saya bilang: "Secara medis itu mustahil terjadi. Kalau memang ada orang yang pendarahan, gak sampai setahun dia, dah meninggal tuh orang. Logikanya: dia akan kehabisan darah! Otomatis: dia butuh pasokan darah (transfusi) untuk mengganti darah yang keluar supaya dia bisa tetap hidup!" Dengan kenyataan itu saya membayangkan di masa Yesus, dengan teknologi medis yang pastinya belum canggih sama sekali (bayangkan saja ada tafsiran yang mengatakan bahwa mereka masih percaya tahyul-tahyul semacam "bungkus ini ... taro di sana .. nanti kamu bisa sembuh"). Hanya membayangkan betapa hebatnya kemampuan untuk bertahan selama 12 tahun lamanya menjalani penderitaan seperti itu. Dua belas tahun lamanya ibu ini menderita ... Secara fisik - dia letih, dia capek, dia menderita. Secara keibuan - ada yang bilang bahwa dia gak bisa melahirkan. Secara seksual - ada juga yang bilang kalau ibu ini tidak bisa menyentuh suaminya. Secara keuangan - kita tahu ibu ini sudah habis-habisan. Secara rohani - dulu, orang yang sakit seperti ibu ini ... mereka gak boleh masuk ke Bait Allah: Najiz katanya ...
  • 14. Secara sosial - karena dianggap najiz maka dia juga gak bisa bergaul layaknya orang normal lainnya. Selama 12 tahun lamanya ternyata bukan hanya sakit penyakitnya yang menggerogiti fisiknya. Akan tetapi, orang-orang disekitarnya pun menggerogoti batinnya - semangatnya. Luar biasa menderita ibu ini. Pertanyaan terbesarnya adalah: "Apa sih yang membuat si ibu yang luar biasa ini mampu tetap bertahan dengan keadaan yang seperti tadi itu hingga akhirnya dia menemukan apa yang dia cari?" Ayat 27a: "Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, ..." Beberapa ratus tahun yang lalu gak akan ada orang yang percaya kalau manusia itu bisa terbang. Sampai akhirnya muncul Wright Bersaudara yang kemudian menciptakan pesawat terbang tipe yang paling sederhana. Beberapa puluh tahun yang lalu, mana ada orang yang percaya kalau manusia bisa berlari sejauh 1 mil dengan catatan waktu kurang dari 4 menit. Itu gak mungkin karena pikir mereka pasti gak ada orang yang sanggup melakukan hal itu. Sampai akhirnya ada satu orang yang bernama Roger Bannister yang membuktikan bahwa hal itu bisa dilakukan. Barulah setelah banyak orang kemudian mendengar apa yang telah mereka lakukan pada waktu itu, mulailah bermunculan rekor-rekor baru di dunia atletik. Muncullah tipe-tipe pesawat yang baru, yang lebih canggih lagi ... sampai sekarang. Apa yang mereka dengar di balik kisah-kisah itu adalah apa yang ibu ini dengar di balik berita-berita tentang Yesus: Pengharapan - Seseorang akan mampu bertahan sampai akhir ketika dia tidak pernah kehilangan Pengharapan. Saya pernah mendengar cerita tentang seseorang (ini kisah nyata) yang mencari pekerjaan ke sana - ke mari. Dia kirim surat lamaran ke berbagai perusahaan, tapi apa yang dia dapat? Perusahan yang 1 menolak dia. Perusahaan ke 2 bilang mereka gak butuh orang semacam dia. Perusahaan yang ke 10 ... yang ke 20 ... yang ke 30 ... yang ke 31 ... semua perusahaan itu punya jawaban sama. Sampai akhirnya Perusahaan yang ke 32. Akhirnya perusahaan ke 32 itu berani untuk memberikan kesempatan kepada si bapak ini. Kalau begitu apa artinya sebuah Pengharapan? Pengharapan adalah percaya bahwa di perusahaan yang selanjutnya akan ada jawaban yang kita cari selama ini ... Pengharapan adalah tetap percaya bahwa di percobaan yang selanjutnya kita akan menemukan jawaban yang selama ini kita cari (jadi inget Edison kan kalau kayak gini ... katanya sebelum dia berhasil nemuin lampu itu ... dia mencoba 1000 kali sebelum berhasil ... fuih ... ) Gak peduli sudah satu tahun ... 2 tahun nganggur ... atau bahkan 12 tahun lamanya sakit dan menderita ... Selama pengharapan itu masih hidup, jawaban yang kita cari selalu menanti di depan untuk kita temukan.. Itu yang pertama, yang kedua adalah ... Ayat 28: Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." "Aku akan sembuh!" Itu yang selalu ada dalam pikiran si ibu yang sudah menderita selama 12 tahun sakit. Pengharapan tidak hidup begitu saja. Pengharapan akan tetap hidup apabila kita terus menghidupkannya dalam kehidupan kita! Apa yang kita pikirkan tentang masa depan hidup kita? Apa yang kita percaya, imani tentang hidup kita? Apa yang kita ucapkan mengenai kehidupan kita sekarang? "Yah .. gmana atuh Tuhan ... Tuhan kan bisa lihat sendiri ... keluarga saya gmana ancurnya!" " Dua tahun Tuhan .. 2 tahun sudah saya nunggu dan terus mencari tapi apa? Percuma!" Pengharapan tidak akan bisa bernafas dan tetap hidup di kalimat-kalimat semacam itu!
  • 15. Beranilah untuk mengucapkan perkataan-perkataan iman yang menghidupkan pengharapan!! "Tuhan aku percaya ... tepat pada waktunya nanti ... Tuhan akan memulihkan keadaan keluarga saya ... Tuhan akan menunjukkan pekerjaan yang terbaik untuk saya ... Tuhan akan menghadirkan seorang pendamping yang setia dalam hidup saya!!!" Saya berharap bapak dan ibu tidak berpikir saya sedang mengobral janji Tuhan. Tidak. Saya tidak sedang mengobral janji Tuhan. Terlampau besar bahkan tak terhingga nilainya bukti kasih Tuhan yang sudah kita terima sehingga kita bisa mengobral janji-Nya itu dengan harga murah. Ketika kita berbicara tentang pengharapan, iman, itu mahal harganya. Kenapa? Karena gak semua orang yang ada di sekitar kita mungkin mengerti, setuju bahkan percaya tentang apa yang kita harapkan dan imani itu bisa terjadi dalam kehidupan kita, keluarga kita, jemaat kita atau bahkan bangsa dan negara kita. Tugas kita yang terakhir satu, sama seperti yang dilakukan oleh ibu tadi .. Mari kita mulai mewujudkan apa yang kita harapkan dan imani itu dalam bentuk tindakan-tindakan yang nyata. maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" 9. Andai Anda Dia Yohanes 13:12-30 Saya sangat tertarik untuk melihat kembali ayat 27b, ketika Yesus berkata: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Ada satu yang menjadi pertanyaan saya sewaktu membaca ayat ini, mungkin ini juga menjadi pertanyaan bapak dan ibu ... Mengapa Yesus mengeluarkan perkataan seperti itu kepada seseorang yang Dia tahu persis bahwa orang itu sedang merancangkan apa yang jahat, yang buruk kepada diri-Nya? Yesus berkata seperti itu - "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." - kepada seorang Yudas. Andai bapak dan ibu ada di posisi Yesus pada waktu itu, kira-kira apa yang akan kita lakukan - seandainya ada orang yang kita tahu punya rencana jahat dalam kehidupan kita? Kalau kita lihat di tv, andai seseorang mengetahui bahwa ada orang lain yang sedang merancangkan sesuatu yang jahat dalam kehidupan dia, maka biasanya dia akan sebisa mungkin menghindari rancangan jahat itu. Atau bila memungkinkan, sebelum ada orang lain yang bisa berbuat jahat kepada hidupnya, singkirkan saja orang yang mau berbuat jahat itu. Habis perkara. Akan tetapi, kenapa Yesus mengambil jalan yang jarang dilalui oleh kebanyakan orang? Dalam perikop kita, Yesus tahu bahwa Yudas punya "rencana" - rencana yang buruk - dan di ayat ke 27, seakan-akan Yesus berkata kepada Yudas: "Kalau kamu memang mau merancangkan yang jahat, sesuatu yang buruk, silahkan saja!" Ada dua fakta yang mau kita renungkan bersama tentang pertanyaan kita bersama di ayat 27 tadi. Fakta I Ternyata, sebaik apapun kita berkarya, melayani, bekerja di tengah-tengah kehidupan bersama dengan orang lain: di kantor, di masyarakat, di mana saja kita ada; Akan selalu ada orang-orang yang tidak suka dengan apa yang kita kerjakan. Sebaik apapun kita, semanis apapun senyuman yang kita berikan ... tetap aja buruk di mata mereka.
  • 16. Hubungan persahabatan antara Yudas dengan Yesus mengalami konflik di situ. Yesus berkarya, tetapi di mata Yudas, karya Yesus itu nol besar kalau Yesus tidak mampu memenuhi kerinduan banyak orang Israel pada zaman itu: berontak dari penjajah Romawi - Yesus jadi raja - Yudas jadi Perdana Menteri nya. Itulah sebabnya Yudas merancang sesuatu yang Yudas harapkan dari situasi itu, Yesus berani untuk memulia perlawanan-Nya terhadap penjajahan Romawi. Maka muncullah ide "pengkhianatan" itu. Dengan kesadaran akan adanya situasi yang seburuk itu, dalam ayat 27, Yesus menyatakan kesiapan-Nya menghadapi segala kemungkinan: Kemungkinan terbaik: Yudas tobat, meninggalkan rancangan yang jahat itu. Kemungkinan terburuk: Yudas maju terus, dan yang buruk itu benar-benar terjadi -> Jalan Penderitaan menuju Salib. Dan Yesus siap menghadapi keduanya … Kemungkinan terbaik: Orang-orang yang mungkin sampai hari ini kita rasakan: "kok jahat bener sih ini orang", bisa jadi di hari-hari mendatang adalah sahabat terbaik kita. Ohhh ... Tuhan ahlinya menghadapi situasi yang semacam itu, masalah perubahan drastis, Tuhan memang jagonya mengubah kehidupan seseorang menjadi lain sama sekali. Sebut saja Saulus yang diubahkannya menjadi Paulus. Dari "lawan" menjadi "kawan". Sebut saja nama orang yang sekarang kita kasihi ... mungkin dulunya itu kita musuhan dengan mereka. Itu kemungkinan terbaik. Kalau kemungkinan terburuk? Ya .. kemungkinan terburuknya dihina terus aja, tertekan terus, dihantam terus tiap hari, tiap ketemu: TB! Tekanan Ba'atin! Kabar buruknya: Itulah jalan salib yang kita lalui. Jalan penderitaan yang sedang kita lewati dalam perjalanan hidup kita. Akan tetapi, iman kita tidak berhenti di situ. Betul ada penderitaan, betul ada tekanan, pergumulan ... Tetapi ... , I Petrus 1:11 Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Jika kita mau teliti, jeli, menyadari bahwa ternyata melalui jalan penderitaan itu, Tuhan mau menunjukkan kepada kita "kemuliaan yang menyusul sesudah penderitaan yang kita alami sekarang". Fakta II Benar, orang-orang di luar sana mungkin bisa merancangkan sesuatu yang jahat dalam kehidupan kita ... sesuatu yang membuat kita bergumul berat, tertekan dan menderita ... Ayat 27, Yesus berani menyambut jalan salib itu .. karena Dia tahu, Bapa bisa berkarya - bahkan melalui rancangan keburukan yang diniatkan oleh orang lain - untuk menunjukkan rancangan damai sejahtera, rancangan kemuliaan yang akan hadir sesudah itu. Bukankah hal ini yang menjadi sumber ketenangan kita. Bahwa Allah sendiri tidak hanya berdiam diri. Dia berpikir keras - berjuang sekuat tenaga untuk menyelamatkan kehidupan kita, untuk membawa kita beralih dari penderitaan-penderitaan yang kita alami hari ini menuju kepada kemuliaan dibalik penderitaan itu. Dalam Perjanjian Lama, Yusuf mengalami hal itu. Habis-habisan dia dikerjain sama saudara-saudaranya sendiri (sedarah daging) ... tapi Kejadian 50:20 Yusuf berani berkata: Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Baik kisah Yusuf, maupun kisah akhir kehidupan Tuhan yang datang dalam rupa manusia menunjukkan “ada kemuliaan dibalik semua penderitaan yang terjadi”. Itukah juga yang akan menjadi bagian dari kisah kita?
  • 17. 10 Iri Hatikah Aku? Matius 20:1-16 Tentang hati yang iri. Mengacu pada pertanyaan 'pemilik kebun anggur' dalam cerita perumpamaan yang tadi. Sebetulnya ada dua hal yang saya masih pertanyakan dari cerita ini, tapi sayangnya sama Yesus cerita ini sudah 'di-amin-kan' duluan dan ceritanya selesai. Kita dan semua orang yang mendengar cerita perumpamaan Yesus yang ini di suruh mikir sendiri apakah pekerja-pekerja yang mulai lebih awal itu memang benar iri atau tidak dengan pekerja yang datang jam 5 sore, karena diupahinnya mereka sama kok. Sayang, ending ceritanya gantung. Pertanyaan saya yang pertama tentang akhir perumpamaan ini: Apa reaksi para pekerja itu sewaktu sang pemilik kebun anggur bertanya: "Iri hatikah kamu?" Karena memang 'gak ada kelanjutan kisahnya, mari kita coba bayangkan dan teruskan cerita perumpamaan ini. Kan hanya ada dua kemungkinan jawabannya: (a) "O ... tentu tidak kok Tuhan, kami gak ngiri kok .. yah emang upah sehari kerja 1 dinar ... mereka hari ini kerja dan kami juga kerja ... jadi sama-sama kerja kan ... jadi dapat 1 dinar deh ... Syukur malah kami hari ini dapat kerjaan." (b) Ngiri? Ya jelaslah kami ngiri! Ngapain cape-cape kerja dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore kayak gini kalo upah yang kami dapat sama aja kayak mereka yang cuma kerja 1 jam!!! Katanya, ciri-ciri orang yang iri hati itu mereka gak suka sama kesuksesan orang lain dan sebaliknya orang yang iri hati malah senang kalau orang lain itu gagal. Pekerja yang datang terakhir: kerja cuma 1 jam dapat 1 dinar = Sukses dong: untung. Masalahnya, pekerja yang datang lebih awal itu gak suka kalau mereka yang kerja paling terakhir tadi sukses dapat upah kerja yang sama dengan mereka. Yah, sepersepuluhnya atuh seharusnya! Satu pertanyaan lagi yang tidak kalah penting adalah: Saya bertanya-tanya tentang perjalanan pulang mereka dari tempat kerja tadi sampai tiba di rumah, ketemu keluarga. Apa yang ada di dalam hati mereka ya? Ada dua juga kemungkinannya: "Aduh Tuhan ... terima kasih sekali hari ini saya dapat berkat Tuhan .... padahal pagi tadi aku udah kuatir ada gak ya kebun yang bisa aku garap ... takut gak bisa bawa apa-apa untuk anak dan istriku pas pulang ... tapi syukurlah ... Tuhan kasih jalan buat aku dapatin 1 dinar hari ini" --- sampai di rumah --- "Istriku .. anak-anak ku ... papa pulang ... papa bawa makan malam, ayo sini kita kumpul ... tadi papa terima berkat Tuhan lho ... kita berdoa dulu deh ucap syukur ya nanti papa pasti ceritain tentang Tuhan yang kasih berkat hari ini buat kita" Itu satu kemungkinannya, yang satu lagi ada: "Ah ... sialan! Gak habis pikir saya ... gmana dia bisa dapat 1 dinar juga padahal kerja cuma satu jam aja .. tau gini kan mending kerja masuk jam 5 aja!!" --- sampai di rumah --- "Istriku ... anak-anak ... papa pulang .. bawa makanan, kita makan ayo ..." Si istri kemudian tanya: "Kok papa cemberut aja dari tadi sih? Kenapa? Ada apa? Cerita dong pa" ... "Kamu tau gak mah ... tadi itu di tempat kerja aku kesel banget sama orang-orang yang cuma kerja satu jam eh malah di bayar sama kayak aku yang udah kerja capek-capek dari pagi tadi!! ... "Ya udah, tenang atuh pah .. tenang" ... "Gak bisa mah ... ini gak adil namanya, gak adil banget!!!" Katanya, orang yang iri hati itu, dia bisa kehilangan banyak hal dalam hidupnya. Sukacita hilang, damai sejahtera hilang, rasa syukur hilang dan katanya kesehatan juga bisa hilang. Kalau keluarga bisa ikutan hilang gak ya kalau tiap hari kerjanya iri aja terus sama orang lain? Padahal di depan matanya, di depan hidungnya berkat Tuhan itu ada, di berikan oleh Tuhan buat dia dan keluarganya. Tapi semua itu hilang, dia jadi tidak menyadari berkat Tuhan yang mencukupkan hidupnya itu karena iri hati. Nah sekarang, kita mau pilih ending cerita yang kayak bagaimana? Semoga kita tidak salah pilih.
  • 18. 11. Bukan Yesus yang Aku Kenal Yohanes 2:13-25 Bukankah teks perikop kita hari ini sangat mengejutkan kita? Kalau yang selama ini yang kita bayangkan tentang Yesus itu: baik, manis, imut, penyayang, penyabar, gak pernah marah, kita pasti akan 'terperangah - melongo' melihat tindakan Yesus pada waktu itu. Seandainya bapak, ibu atau saya ada di sana waktu itu bersama- sama dengan mereka yang sudah kenal Yesus - memang dalam perikop kita tidak terlalu terasa nuansanya, tapi coba lihat perikop paralelnya di Matius 21 atau Lukas 19. Lihat perbedaannya? Matius dan Lukas menceritakan kisah ini di bagian-bagian akhir karya Yesus di dunia. Itu artinya, pasti banyak orang yang sudah tahu persis bagaimana pengajaran Yesus - Bayangkan apa yang ada dalam pikiran orang dan kita seandainya kita ada di sana dan melihat kejadian itu? "Kok, kayaknya bukan seperti Yesus yang aku kenal selama ini ya?" Kalau sudah begitu, pertanyaan pentingnya buat kita sekarang adalah: Bagaimana kita memaknai Firman Tuhan hari ini untuk hidup kita sekarang? Sebab pasti ada sesuatu yang Tuhan mau katakan dan nyatakan dalam firman-Nya hari ini. Ada beberapa hal yang mau kita renungkan hari ini: 1) Ayat 14-16 "Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan- Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya." Sebenarnya sih kita gak usah terlalu heran juga kalau kita melihat Tuhan marah. Bukankah dalam Perjanjian Lama kita juga sering melihat Allah yang menyatakan kemarahan-Nya kepada umat percaya. Yang harus kita cari tahu adalah kenapa Allah bisa marah? Yesus marah dalam teks kita hari ini punya alasan. Bukan hanya karena Bait Allah dijadikan tempat jualan - okelah bisa dipahami bila memang dulu orang Yahudi harus tukerin uang yang ada gambar kaisarnya (karena gak boleh di dewain) - tapi jadi kelewat batas jika ternyata justru situasi seperti itu dimanfaatkan oleh oknum tertentu buat cari untung gede! Untung buat mereka, buntungnya buat orang-orang yang diperlakukan tidak adil, diperas, dan yang lebih ngenesin lagi adalah kebanyakan orang gak bisa ngelakuin apa-apa, gak punya daya apa-apa untuk melakukan sesuatu. Dekingan para penjual di Bait Allah itu 'orang tinggi' soalnya. Kalau begitu kenyataannya, bukankah tindakan Yesus saat itu adalah kabar baik bagi kita: Sewaktu kita merasa tidak berdaya, gak punya kuasa untuk melawan ketidakadilan dan penindasan yang terjadi: Tuhan tidak tinggal diam, Dia berbuat sesuatu, Dia menunjukkan solidaritas dan pembelaan-Nya kepada orang-orang yang tidak berdaya ini. "Iya Tuhan ... tapi kapan? Sudah berulangkali aku diperlakukan seperti ini ... gak adil .. diperas ... ditindas ...!!" Pengalaman teks kita membuktikan satu hal: mereka menanti pembelaan hingga akhirnya pembelaan itu datang, dari Tuhan. 2) ayat 19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Dalam teks kita jelas Yesus sedang merombak dan menyucikan bait Allah. Akan tetapi ketika Yesus bicara tentang Bait Allah yang akan dirombak dan dalam 3 hari Dia akan membangunnya kembali, ternyata semua orang ngeuh-nya (baca: menyangka)Yesus berbicara tentang Bait Allah secara harafiah (Gedung Bait Allah waktu itu yang dipikir oleh mereka sebentar lagi dirombak). Padahal, yang Yesus maksud tentang Bait Allah yang akan dirombak dan dibangun kembali dalam 3 hari adalah diri, kehidupan. Diri dan kehidupan-Nya. Ini dia kabar baiknya: Tuhan menjanjikan kehidupan baru, kehidupan yang dibangun di atas dasar yang kokoh dan untuk itu Dia butuh merombak hidup kita. Dirombak sampai ke dasar kalau perlu! Dan uniknya, biasanya
  • 19. semakin besar perombakan yang dilakukan oleh Tuhan dalam membongkar dan membangun kembali kehidupan kita, bisa jadi itulah cara Tuhan untuk membangun bangunan kehidupan yang lebih mantab yang lebih kuat lagi untuk kita. Ibarat anak sekolah setelah Ujian Nasional, naik kelas. Syaratnya satu: Kita semua bersedia dan setuju dengan cara Dia merombak kehidupan kita. Menyakitkan? Pastinya. Pontang-panting membangun kembali kehidupan? Jelas. Akan tetapi hasilnya? Ah ... kita tahulah hasilnya bagaimana bila kita menyerahkan bangunan kehidupan kita pada Tukang Bangunan Yang Agung itu. 12. Bejana Hidup Yeremia 18:1-12 Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya selama persiapan adalah: "Kalau Tuhan memang mau mengatakan sesuatu kepada Yeremia, kenapa Tuhan gak langsung to the point ngomong saja?? Kenapa Yeremia justru diperintahkan oleh Tuhan untuk pergi ke rumah tukang periuk dulu??" Sekedar info aja bahwa dalam kitab Yeremia, ada 9 peristiwa di mana Tuhan menggunakan "alat peraga" untuk mengatakan sesuatu kepada Yeremia. Bandingkan jika Tuhan langsung saja ngomong ke Yeremia tentang inti maksud-Nya saat itu: "Aku ini Tuhan yang memiliki kuasa ... kalau kamu merasa hidupmu ini sedang hancur-hancurnya, Aku sanggup memulihkan kehidupanmu!" Sama aja kan intinya dengan apa yang baru saja kita baca dalam perikop kita hari ini. Cuma satu ayat aja kalau Tuhan langsung ke intinya, bandingkan perikop kita yang harus sampai ada 12 ayat untuk sampai ke intinya. Jadi apa sebenarnya tujuan Tuhan, sehingga Tuhan repot-repot bawa Yeremia ke rumah tukang periuk?? (Bayangin perasaan Yeremia waktu itu .. "ini nih siapa yang kurang kerjaan ya? Aku yang kurang kerjaan atau Tuhan kurang kerjaan apa ya, pake nyuruh ke tukang periuk segala ...") Saya menemukan jawabannya: Ada banyak orang ketika mereka mendengar Allah berfirman tentang dirinya, hidupnya, masa depannya ... kemudian mereka tidak percaya. Kenapa mereka tidak percaya? Karena yang mereka lihat dan rasakan hari ini sama sekali tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan. "Mana Tuhan ... katanya Tuhan bilang A, tapi kok malah Z .. zauh gini??" Kalau sudah begini apa yang mereka butuhkan? Bukti! Bukti bahwa Allah memang benar sanggup untuk menepati dan menggenapi apa yang difirmankan-Nya. Yang kita butuhkan saat terjadi hal-hal yang tidak kita mengerti, hal- hal yang tidak seperti harapan kita, hal-hal yang membuat kita bertanya dan
  • 20. mengkritisi Tuhan adalah penjelasan dari Tuhan. Inilah pembuktian dan penjelasan dari Allah tentang hidup kita: Ayat 4-6 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! Dalam ayat yang lain, dinyatakan: "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tanganMu." (Yesaya 64:8) Pertanyaan penting: Jika saat ini kita memang sedang dibentuk oleh Tuhan, sang Tukang Periuk, untuk dijadikan cangkir atau gelas, bagaimana kita menggambarkan keadaan cangkir atau gelas diri kita sekarang ini? Sempurna? Ada retakan? Setengah jadi? Atau ... dulu sih sepertinya sempurna tapi sekarang kok ancur gini ya?? Apapun perasaan kita saat ini, satu hal yang harus kita mengerti bersama adalah bahwa Allah masih terus menerus memproses dan membentuk "cangkir" kehidupan kita. Allah belum selesai dengan cangkir kehidupan kita! Kabar Baiknya adalah Allah siap membentuk dan memproses kehidupan kita. Sampai kapan? Sampai Allah berkata: "Hey .. lihat .. itu Nona, dia adalah cangkir kebanggaan-Ku." Kabar Buruknya adalah Allah siap membentuk hidup kita dan memproses kita. Kita? Apakah kita siap dengan cara Allah memproses dan membentuk kehidupan kita sekarang ini?? Ketika Allah sepertinya sedang menghancur-leburkan cangkir hidupku sebagai cara-Nya untuk memproses dan membentuk masa depanku ... Apakah kita siap? Sewaktu di PHK? Diputusin pacar? Gagal dalam studi? Gagal dalam bisnis usaha? Dan semua hal lainnya yang buruk menurut kita. Lalu apa yang akan kita lakukan? Ayat 4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Mempercayai bahwa pemulihan bisa terjadi. Atau ... merencanakan bunuh diri? Marah dan terus memaki Tuhan? Kalau kita marah atau bahkan memaki Tuhan terhadap satu peristiwa buruk yang terjadi dalam kehidupan kita biasanya itulah tandanya kita sedang kecewa terhadap diri kita sendiri - terhadap keputusan- keputusan yang kita ambil dahulu, jalan yang kita pilih yang akhirnya membawa kita pada konsekuensi logis dari apa yang kita pilih itu - Kita kecewa hasilnya, karena tindakan yang kita pilih di masa lalu dan mungkin kemudian kita "meng-kambing-hitam-kan" Tuhan. Ini dia masalahnya: Karena Tuhan sebagai tukang periuk ini sedang membentuk tanah liat menjadi cangkir, Tuhan sedang berhadapan dengan "tanah liat yang hidup", bukan yang mati. Kalau tanah liat yang biasa (secara harafiah), gak susah ngaturnya. Dibentuk gmana aja, dengan cara apa aja, dia gak akan rewel. Sedangkan kita? karena kita adalah "tanah liat yang hidup", yang bisa berteriak, menggugat dan marah, kita selalu dapat memutuskan untuk bersedia atau menolak cara Allah membentuk dan memproses kehidupan kita ini dengan cara-Nya. Menjadi cangkir - bejana tanah liat yang akhirnya bisa Allah banggakan dengan cara bersedia melewati proses pembentukan Sang Tukang Periuk, seturut dengan cara-Nya untuk masa depan kehidupan kita. Ini tantangan dari Tuhan untuk kita.
  • 21. 13. Kelegaan di Dalam Tuhan Lukas 7:36-50 Ini kisah nyata dari negeri Spanyol. Adalah seorang bapak yang mencari anaknya yang kabur dari rumah, ternyata anaknya itu telah melakukan sebuah kesalahan yang membuat dia takut ketemu sama bapaknya. Berbulan-bulan lamanya si bapak itu mencari, tapi gak ketemu. Semua cara sudah dilakukan bapak itu untuk mencari anaknya yang menghilang. Akhirnya, si bapak ini menempuh satu cara yang belum pernah dia lakukan selama ini: pasang iklan di koran dan sebarin pamflet-pamflet yang isinya begini: "Paco tersayang, temui papa di depan menara lonceng dekat plaza pada hari sabtu besok, siang hari. Semua diampuni. Aku menyayangimu, papamu!" Hari Sabtu siang itu, di depan menara lonceng, berkumpullah 800 orang yang bernama Paco mencari pengampunan. Ternyata, nama Paco itu adalah nama yang umum di Spanyol, seperti nama Budi atau Wayan di Indonesia lah. Kurang lebih 800 orang Paco yang berkumpul di siang hari itu untuk menjumpai ayahnya menggambarkan kepada kita betapa banyaknya orang yang terbeban karena kesalahan yang pernah mereka lakukan. Tuhan Yesus sendiri berkata kepada setiap kita: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu" Kelegaan yang seperti itulah yang dicari oleh 800 orang Paco dalam cerita kita tadi dan hal itu pula yang dicari oleh seorang perempuan yang tidak kita ketahui namanya dalam pembacaan Alkitab kita hari ini. Lukas hanya menyebutkan perempuan itu sebagai: "Seorang perempuan yang TERKENAL sebagai ORANG BERDOSA!" (ayat 37) Sudahkah kita membayangkan beban berat macam apa yang ditanggung oleh si perempuan itu dengan 'label' yang dia terima dari masyarakat waktu itu? Mengetahui keberadaan diri kita yang sudah berbuat dosa saja pasti sudah berat. Apalagi ditambah dengan kata "TERKENAL" -> semua orang tahu! Sungguh beban yang teramat berat sehingga air mata yang keluar dari perempuan tadi cukup untuk membasuh kaki Yesus Ada dua hal penting yang ingin kita renungkan bersama: 1. Boleh tanya gak? Kesan pertama sewaktu bapak atau ibu membaca kisah kita ini apa ya? (misalnya Yudas: kesannya kan "buang-buang duit aja tuh perempuan!") Kalau saya, saya justru sangat terkesan sekali oleh keberanian dan kekuatan mental perempuan itu! Menemui Yesus yang sedang berkunjung di rumah seorang Farisi? Hmmmm .. sepertinya itu bukan ide yang bagus kan ya ... Orang berdosa versus Orang-orang yang berusaha hidup kudus? ( Lihat ayat 39.) Dibutuhkan keberanian tingkat tinggi dan mental baja untuk mau datang dan bertemu dengan Yesus. Sebab salah-salah perempuan itu bisa ditimpukin sampai mati! Dirajam sama orang-orang Farisi itu! Yesus mengerahui hal itu, makanya dia bercerita di ayat 41-43. Dinar = upah 1 hari kerja. Menarik ya, perbandingannya 500:50 bukannya 500:0. Itu artinya pada hakikatnya kita semua ini adalah orang-orang yang berhutang (berdosa) di hadapan Tuhan. Siapa di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa di hadapan Tuhan? Tidak ada! Setiap kita membutuhkan yang namanya kelegaan dari satu kata: Pengampunan. Pertanyaan pentingya adalah: Mengapa Tuhan tetap mau mengampuni meskipun mungkin kita berpikir: "saya gak layak diampuni karena perbuatan salah yang pernah saya lakukan itu"?? Karena Tuhan melihat hakikat nilai diri kita, hidup kita yang sebenarnya. Sama seperti semua orang yang akan mengambil tetap memungut selembar uang Rp. 20.000,- yang ia temukan ditengah jalan. Walau kusut, lecek, kotor berdebu, atau bahkan sudah kena lumpur, nilai
  • 22. dirinya bukan terletak pada tampilan fisik uang itu. Gak peduli orang banyak bilang apa tentang hidup kita sekarang. Orang mungkin hanya melihat hidup kita ini kotor, lecek, kusam. Akan tetapi Tuhan bilang kepada semua orang itu: "Tunggu dulu ... anak-Ku ini tetap memiliki nilai dan dia berharga selalu di mata-Ku!" 2. Setiap kali Tuhan hendak berkarya melalui hidup kita, Tuhan selalu membutuhkan kerjasama kita! Sebab percuma kita datang ke gereja, mendengarkan Firman Tuhan apabila kita tidak percaya dan bekerjasama dengan apa kata firman Tuhan. Ayat 50: Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" Rasa percayanya kita sangat menentukan ketika Tuhan hendak melakukan sebuah karya besar dalam hidup kita. Seberapa besar rasa percaya kita itu terhadap kata-kata dan kuasa Tuhan yang sanggup mengubah hidup kita? Saya punya satu lagi cerita untuk menutup renungan kita. Adalah sekumpulan anak sekolah yang sedang melakukan sebuah darma wisata ke satu danau. Mereka semua sewa perahu untuk keliling danau itu. Tiba-tiba di tengah danau ada satu anak yang jatuh kecebur ke danau selagi perahu mereka itu melaju. Nah, diantara mereka itu ada satu orang yang memang terkenal jago berenang. Semua orang dah panik dan minta ke yang jago renang itu supaya buru-buru selametin tuh temen mereka yang mereka tahu gak bisa berenang sama sekali. Akan tetapi, apa yang terjadi? 5 menit berlalu .. 10 menit berlalu ... semua orang tambah panik. Barulah di menit yang ke 15, si jago renang ini terjun ke danau dan selamatkan tuh anak yang hampir tenggelam. Semua temannya bingung, kenapa lama bener gak terjun ke danau untuk selamatkan temen itu? Lalu si jago renang itu pun menjelaskan begini: "Kalau saya langsung terjun ke danau dan mencoba menyelamatkan dia ... bisa-bisa karena dia masih panik, dia tonjok saya lagi sampai saya pingsan .. nah kan jadi berabe kalau gitu ... makanya saya tunggu dia capek dulu baru deh saya terjun ke danau dan selamatkan dia." Apakah bapak dan ibu, dan saya memiliki beban yang teramat berat saat ini? Apakah kita telah lelah mencari jalan tapi tak pernah menemukan solusi yang kita cari? Kabar baiknya adalah ada satu Jalan bagi kita yang lama mencari solusi. Sang Jalan itu melihat hidup kita meski orang lain tak pernah melihatnya. Sang Jalan itu membutuhkan kepercayaan kita sewaktu Dia berkata kepada kita: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu"
  • 23. 14. Tetap Tegar di Jalan Sukar Ratapan 5:1-22 Perikop Ratapan 5:1-22 diberi judul oleh LAI: “Doa untuk Pemulihan”. Akan tetapi, apabila kita memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan oleh Peratap dalam 'curahan hatinya' saat itu, sungguh yang kita temukan adalah deretan panjang tentang penderitaan, kepahitan, semua beban di dalam hati dan pikirannya waktu itu. Mari kita lihat apa saja yang menjadi curahan hati Peratap dalam perikop ini: Ayat 1: dilupakan, dihina. Ayat 2-3: kehilangan. Ayat 5: kelelahan. Ayat 6: meminta-minta. Ayat 7: sengsara. Ayat 8: dipandang rendah. Ayat 9: bertemu dengan maut. Ayat 10: kelaparan. Ayat 11: ketidakberdayaan. Ayat 12: diremehkan. Ayat 13: terbeban berat. Ayat 15: berkabung. Ayat 16: salah arah. Ayat 17: hati yang terluka. Ayat 20: dilupakan. Ayat 22: dibuang. Kita bisa melihat betapa ‘jomplang’-nya (tidak seimbang) antara kalimat atau pikiran-pikiran yang membebani dengan pernyataan yang memulihkan. Hanya 2 ayat yang memuat pernyataan positif, yaitu: Ayat 19 (yang bernada keyakinan) Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa! Dan ayat 21 (yang bersifat pengharapan). Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala! Seperti orang mau perang, dia punya senjata 2, tapi musuh dalam pikirannya ada 20. Hal yang menarik adalah, kenapa justru curahan hati yang bernada 'minor' seperti ini ditempatkan oleh Peratap, justru di akhir kitabnya. Antiklimaks! Biasanya yang paling popular dari curahan hati Peratap adalah pasal 3. Mari kita lihat Ratapan 3:66, “Engkau akan mengejar mereka dengan murka dan memunahkan mereka dari bawah langit, Ya Tuhan. “ Ini klimaks! Keyakinan tingkat tinggi. Atau pasal selanjutnya, Ratapan 4:22 "Telah hapus kesalahanmu, puteri Sion, tak akan lagi TUHAN membawa engkau ke dalam pembuangan, tetapi kesalahanmu, puteri Edom, akan dibalas-Nya, dan dosa-dosamu akan disingkapkan-Nya." Itu juga keyakinan tingkat tinggi! Klimaks. Sekarang bandingkan dengan ending perikop kita 5:22, "Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?" Tanda tanya besar. Seakan-akan semua keyakinan tingkat tinggi yang telah dicapai olep peratap ‘dulu’, dihancurkan dengan sebuah pertanyaan yang belum terjawab. Akan tetapi, bila kita mau merenungkan hal ini lebih jauh lagi, bukankah kehidupan kita layaknya sebuah perjalanan. Kita berjuang untuk naik, tapi ada kalanya harus menyusuri jalan di ketinggian yang sama, bahkan tidak mustahil juga kita berjalan turun. Ada jalan yang mulus, tapi tidak jarang pula kita berjumpa dengan jalan yang terjal nan sukar. Dan itulah yang dirasakan oleh peratap dalam curahan hatinya ini. Dia mengalami naik turunnya perjalanan panjang menuju puncak! Hari kemarin dengan kepercayaan diri yang penuh menikmati kasih Tuhan di tanah Perjanjian yang melimpah madu dan susu itu. Tetapi kok sekarang malah ‘anjlok’, Israel dibuang, Israel dijajah oleh bangsa asing.
  • 24. Pertanyaan penting: Saat kehidupan berjalan di jalan yang sukar, apa yang akan kita lakukan? Horatio Spafford punya jawabannya sendiri. Sebagai seorang pengacara, kehidupannya berjalan sempurna, dia punya istri, keluarga mereka di karunia 5 orang anak, karier pun menanjak. Berawal dari sebuah kebakaran hebat, keluarga yang sedang menanjak ini tiba- tiba ‘anjlok’ ke titik terendah hidup mereka. Mereka kehilangan semua investasi mereka, dan mereka berjuang lagi dari nol. Dua tahun sejak peristiwa itu berlalu, keluarga Spafford merencanakan liburan, mereka memesan tiket kapal laut dan bersiap untuk berangkat. Akan tetapi, karena ada tugas mendadak, Horatio membatalkan keikutsertaannya dan membiarkan istrinya dan 4 orang putrinya untuk pergi berlibur. Dan apa mau di kata, ternyata kapal yang ditumpangi oleh istri dan 4 orang putrinya itu karam di hantam badai. 226 orang meninggal di sana, termasuk 4 putri mereka. “Saved alone, what should I do” demikian sang istri mengabari suaminya. Segera dia menyusul istrinya itu. Dalam perjalanan menyusul istrinya itu, Horatio terdiam ketika nakhoda kapal yang ia tumpangi berkata kepada nya: "di sinilah tragedi itu terjadi." Sambil melihat hamparan laut yang luas, Horatio sadar bahwa dia sedang memandang lautan luas yang telah merenggut 4 orang anaknya dan kebahagiaannya dalam sekejap. Dalam kesedihan yang mendalam dan kegalauan yang kalut, dia menuliskan sesuatu yang ia yakini dan terciptalah lagu ini: NKB 195 "Kendati Hidupku Tent’ram" Kendati hidupku tent’ram dan senang, dan walau derita penuh, Engkau mengajarku bersaksi tegas: s’lamatlah, s’lamatlah jiwaku. Reffrein: S’lamatlah jiwaku, s’lamatlah, s’lamatlah jiwaku. Kendatipun susah terus menekan dan iblis geram menyerbu, Tuhanku menilik anak-Nya tetap; S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku. Yesusku mengangkat di salib kejam dosaku dan aib sepenuh. Hutangku dibayar dan aku lepas, puji Tuhan, wahai jiwaku. Ya Tuhan, singkapkan embun yang gelap dapatkan seg’ra umat-Mu. Pabila serunai berbunyi gegap, kuseru: s’lamatlah jiwaku! Apa yang sedang Horatio lakukan pada waktu itu? Dia sedang menuliskan kelanjutan dari ayat 22 dalam perikop kita! "Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?" Dia menjawab jiwa dari pertanyaan di ayat 22 itu dengan sikap imannya! It Is Well With My Soul.
  • 25. 15. Mengusir Dis Supaya Harmoni Mazmur 19:1-6 Ada satu cerita tentang seseorang yang sedang jalan-jalan di sebuah perkebunan. Ada banyak tanaman dan pohon dia lihat di sana. Ada pohon kecapi: buah kecil, berwarna kuning, di atas pohonnya yang tinggi-tinggi itu. Tak berapa lama kemudian dia melihat juga ada pohon semangka, masih belum matang dan merambat di tanah. Orang itu melihat buah kecapi dan mambandingkannya dengan semangka, lalu dia ketawa ngakak: "Hahahahah ... ah Tuhan ini gmana sih? ... gak bijak banget naroh semangka segede itu di pohon yang ngerambat di tanah kayak gitu ... sedangkan kecapi, buahnya kecil-kecil kok ya malah di taruh di pohon tinggi gede malah ... Kalau saya jadi Tuhan mah pasti semangka lah yang saya taroh di pohon besar itu ... biar cocok lah mereka-mereka itu!" Setelah berjalan cukup lama, orang ini pun cape, dia ngaso sambil duduk di bawah pohon kecapi. Tiba-tiba ... PLAAKKKK!! Ada satu buah kecapi jauh dari pohon dan nyenggol dia punya kepala, benjol dah dia. Lalu apa yang di lakukan oleh orang itu? Dia meringis kesakitan! Lalu dia marah-marah? Tidak! Dia malah ngelompat kegirangan sambil teriak-teriak: "Tuhan emang bijak, Tuhan emang hebat ... Coba kalau semangka yang Dia taruh di pohon setinggi ini ... dah mau gmana nih kepala g sekarang hahahahah". Ada begitu banyak orang yang dengan mudahnya mereka mengkritisi dan mempertanyakan di mana letak ke-Mahakuasaan Tuhan, hikmat Tuhan, pertimbangan-pertimbangan Tuhan. Ketika yang mereka lihat di sekitar mereka itu, entah itu alam sekitar mereka atau bahkan mungkin ketika mereka melihat ke dalam kehidupan mereka sendiri, yang mereka lihat justru tepat seperti orang yang kejatohan kecapi itu tadi. "Ini kok gak cocok banget ya kayaknya ... katanya Anak Tuhan .... tapi kok bergumul berat, banyak cobaan, dihina-hina, difitnah, menanti yang belum pasti ..." Rasanya dengan semua itu ... kita jadi mikir: "kok gak cocok-cocok amat ya dengan jalan cerita di Alkitab, hidup saya sekarang???" Saya gak tahu seberapa sering bapak, ibu atau teman-teman muda berpikir sampai ke sana. Kalau saya, kadang-kadang jika memang lagi berat-beratnya ya mikir sampai ke sana juga. Hari ini kita mau menemukan apa yang Tuhan katakan ketika kita berpikir sampai sejauh itu tentang pertanyaan akan pekerjaan-pekerjaan Tuhan: "Tuhan kerjanya apa sih? Jangan-jangan Tuhan lagi cuti ngurus hidup saya?" Ada satu hal yang mau kita renungkan dari pembacaan Alkitab kita hari ini. Mari kita lihat kembali ayat 2: Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; Kalau menurut bapak dan ibu, apa artinya ayat 1 ini untuk hidup kita? Mungkin kita akan jawab begini: "Melalui alam semesta kita bisa melihat karya Tuhan". Oke itu satu, ada yang lain gak? Sekarang saya mau tanya: "Pernahkah langit, cakrawala, atau bahkan awan di langit tiba-tiba runtuh dan mencelakai kehidupan kita di bumi??? Tidak! Mereka semua akan selalu ada di tempatnya. Awan, sekalipun jatuh .. dia jadi air dulu kan ya .. dan kalaupun akhirnya banjir, kan kebanyakan salah manusianya kan. Itu baru hal-hal kecil yang kasat mata. Saya punya data: Ada seorang astronom dari Amerika, Hugh Ross, menulis sebuah buku yang berjudul "The fingerprint of God: Recent Scientific Discoveries Reveal the Unmistakable Identity of the Creator". Dalam bukunya itu Ross menyebutkan sebuah prinsip: Prinsip Antropis. Prinsip in menyatakan bahwa setiap detail yang terdapat di alam semesta ini telah dirancang sedemikian rupa dengan ketepatan yang sempurna oleh Tuhan, yang memungkinkan kita bisa hidup di Bumi ini. Ada 10 contoh yang bisa kita lihat di sini 1. Jarak antara Matahari ke Bumi
  • 26. Jarak matahari ke bumi adalah 149.669.000 kilometer (atau 93.000.000 mil). Jarak ini dikenal sebagai satuan astronomi dan biasa dibulatkan (untuk penyederhanaan hitungan) menjadi 148 juta km. Dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 112 kalinya. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Sinar matahari menempuh masa delapan menit untuk sampai ke Bumi. -Jika lebih jauh: planet bumi akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil -Jika lebih dekat: planet bumi akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil 2. Gravitasi di Permukaan Bumi Gravitasi permukaan dari sebuah obyek astronomi (planet, bintang, dll.) adalah percepatan gravitasi yang berlaku pada permukaan obyek tersebut. Gravitasi permukaan bergantung pada massa dan radius obyek tersebut. Seringkali gravitasi permukaan dinyatakan sebagai rasio dengan harga yang berlaku di Bumi. -Jika lebih kuat: atmosfer bumi akan menahan terlalu banyak gas beracun (amoniak dan methana) -Jika lebih lemah: atmosfer bumi akan terlalu tipis karena banyak kehilangan udara 3. Periode rotasi bumi Rotasi Bumi merujuk pada gerakan berputar planet Bumi pada sumbunya dan gerakan di orbitnya mengelilingi matahari. Masa rotasi Bumi pada sumbunya dalam dalam hubungannya dengan bintang ialah 23 jam, 56 menit dan 4.091 detik. Masa rotasi dalam kaitannya dengan matahari ialah 24 jam. -Jika lebih lama: perbedaan suhu pada siang dan malam hari terlalu besar -Jika lebih cepat: kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi 4. Albedo Albedo merupakan sebuah besaran yang menggambarkan perbandingan antara sinar matahari yang tiba di permukaan bumi dan yang dipantulkan kembali ke angkasa dengan terjadi perubahan panjang gelombang (outgoing longwave radiation). Perbedaan panjang gelombang antara yang datang dan yang dipantulkan dapat dikaitkan dengan seberapa besar energi matahari yang diserap oleh permukaan bumi. -Jika lebih besar: Zaman es tak terkendali akan terjadi -Jika lebih kecil: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi 5. Aktivitas Gempa Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. -Jika lebih besar: terlalu banyak makhluk hidup binasa -Jika lebih kecil: bahan makanan dasar laut tidak akan didaur ulang ke daratan melalui pengangkatan tektonik 6. Ketebalan Kerak Bumi Kerak bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt. Kerak bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km. -Jika lebih tebal: terlalu banyak oksigen berpidah dari atmosfer ke kerak bumi -Jika lebih tipis: aktivitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar
  • 27. 7. Medan Magnet Bumi Magnetosfer Bumi adalah suatu daerah di angkasa yang bentuknya ditentukan oleh luasnya medan magnet internal Bumi, plasma angin matahari, dan medan magnet antarplanet. Di magnetosfer, campuran ion-ion dan elektron-elektron bebas baik dari angin matahari maupun ionosfir bumi dibatasi oleh gaya magnet dan listrik yang lebih kuat daripada gravitasi dan tumbukan. -Jika lebih kuat: badai elektromagnetik akan terlalu merusak -Jika lebih lemah: kurangnya perlindungan dari radiasi berbahaya yang berasal dari luar angkasa 8. Interaksi Gravitasi dengan Bulan Bulan yang ditarik oleh gaya gravitasi Bumi tidak jatuh ke Bumi disebabkan oleh gaya sentrifugal yang timbul dari orbit Bulan mengelilingi bumi. Besarnya gaya sentrifugal Bulan adalah sedikit lebih besar dari gaya tarik menarik antara gravitasi Bumi dan Bulan. Hal ini menyebabkan Bulan semakin menjauh dari bumi dengan kecepatan sekitar 3,8cm/tahun. -Jika lebih besar: efek pasang surut pada laut, atmosfer dan periode rotasi semakin merusak -Jika lebih kecil: perubahan tidak langsung pada orbit menyebabkan ketidakstabilan iklim 9. Kadar Karbondioksida dan Uap Air dalam Atmosfer Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet. Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar. -Jika lebih besar: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi -Jika lebih kecil: efek rumah kaca tidak memadai 10. Kadar Ozon dalam Atmosfer Ozon terdiri dari tiga molekul oksigen dan amat berbahaya pada kesehatan manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui percampuran cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi dan membentuk suatu lapisan ozon pada ketinggian 50 kilometer. Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas permukaan bumi yang dikenal sebagai 'lapisan ozon'. Ozon dihasilkan dengan pelbagai persenyawaan kimia, tetapi mekanisme utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah penyerapan tenaga sinar ultraviolet (UV) dari matahari. -Jika lebih besar: suhu permukaan bumi terlalu rendah -Jika lebih kecil: suhu permukaan bumi terlalu tinggi, terlalu banyak radiasi ultraviolet Fuihhh, lumayan panjang ya. Kenapa saya mengeluarkan data sepanjang itu sekarang? Karena saya akhirnya jadi mikir sendiri: kalau Tuhan bisa mengatur dengan seharmonis itu tentang segala sesuatu ... tentang alam semesta yang serumit itu dan segala isinya dengan ketepatan dan keharmonisan yang luar biasa; Masak iya Tuhan gak sanggup mengatur dan merancang hidup kita yang cuma secuil ini di dalam rancangan tangan- Nya yang baik agar hidup kita bisa menyingkirkan kata Dis- dalam sebuah –harmoni. Ngomong-ngomong tentang Disharmoni, kita sering ketemu dngan kata "DIS" ini kan ya. Waktu kita gak suka - DISlike, waktu kita takut - DIScourage, waktu kita gak puas – DISsatisfied, de el el. Menurut legenda, DIS itu adalah nama dewa neraka, tugasnya dia adalah membuat orang putus asa! (R. Ian Seymour, Maximaze Your Potential, 1-2). Saya gak tahu keputusasaan macam apa yang membuat hari ini kita merasa hidup kita berada dalam sebuah ke-DIS-harmonian; Mungkin kita gak nyaman dengan suasana rumah di keluarga kita yang .. ya ampun ... cek-cok aja tiap hari; Atau menunggu yang kita gak tahu pasti: kapan datang jodohnya, kapan kerja, kapan kawin, kapan lulus. Kalau Tuhan sanggup mengatur alam semesta ini dengan ketepatan yang luar biasa, Dia akan lebih dari sekadar kata sanggup untuk mengatur dan merancang kehidupan kita ini di dalam rancangan tangan-Nya yang
  • 28. selalu tepat pada waktu-Nya! Tidak pernah terlalu lama, terlalu cepat .. tetapi tepat! Akhir bulan, sekeluarga dah bingung karena persediaan dah habis, bingung mau makan apa. Tetapi ternyata ada yang ngetuk pintu, "Ibu, ini ada berkah buat ibu dan keluarga .. ada makanan untuk ibu .. anak kami baru sunatan makanya kami syukuran sekarang" (based on true story ni .. pernah ada yang cerita soalnya). Atau bapak ibu mau mendengar cerita tentang teman saya. Dia lama menantikan pasangan hidup yang dari Tuhan. Dicari, ditunggu dan pasti didoakan siang malam. Lama sekali dia menunggu, akhirnya ternyata yang ditunggu itu datang juga, gak jauh pula ternyata orangnya. Tepat pada waktu-Nya. Bahkan saya dengar mereka mau menikah bulan depan dan itu luarbiasa! Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami. (II Korintus 1:7) Bukankah itu yang selalu Tuhan lakukan ketika kita berhadapan dengan sebuah DIS- . Tuhan ikut merasakan sengsara kita. Dia menangis sewaktu kita menangis. Dia juga selalu berusaha menghibur kita, Dia menguatkan kita; Bahkan lebih dari itu ... Dia selalu mencari-cari cara untuk mengusir "Dewa Dis" (baca: penderitaan kita) dan menunjukkan kemuliaan Dia dalam rancangan-Nya yang indah dalam hidup kita. 16. Tak Berdaya Ester 4:10-17 "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?" Hari ini kita mau berbicara tentang keberanian untuk melawan ketidakadilan. Kalau sudah ngomong soal ketidakadilan, wuihh … zaman makin modern, bentuk-bentuk ketidakadilan juga kayaknya jadi semakin aneh dan semakin ‘lucu’. Sewaktu saya mempersiapkan renungan ini, saya menemukan data yang saya yakin hal seperti ini tidak aneh terjadi di negeri kita. Tasikmalaya, 12 Juli baru-baru ini, ada dua bocah umur 13-an tahun yang dibawa ke pengadilan dengan tuduhan telah mencuri dua ekor anak ayam milik tetangganya. Jaksa menuntut dua anak itu dengan hukuman, tujuh tahun! Dan kemudian oleh hakim di vonis 3,5 tahun. Ah .. yang benar saja! Tiga setengah tahun untuk nyolong anak ayam? Lucu sekali. sedangkan mereka-mereka yang udah jelas merugikan Negara karena korupsi, dihukum berapa tahun? Satu? Dua tahun? Belum lagi di tambah izin keluar untuk makan di mall, izin untuk nonton pertandingan tenis di luar negeri. Aneh! Memang lucu nih hukum di negeri kita ini! Dan contoh tadi, baru satu cerita tentang kelucuan yang ada di negeri kita ini, di antara banyak cerita lucu lainnya!
  • 29. Kalau memang ketidakadilan sedang terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini, bukankah ide untuk melawan ketidakadilan menjadi ide yang terbaik?? Tetapi biasanya seseorang akan kembali bertanya kepada dirinya sendiri-sendiri … “Mau melawan ketidakadilan??? Memang punya daya apa, punya kekuatan apa saya sekarang ini? Saya gak punya daya dan kekuatan apa- apa untuk bisa melawan ketidakadilan yang sedang terjadi sekarang ini!” Ester dan Mordhekai sebagai orang Yahudi yang hidup di negeri asing, merasakan dan menyadari betul apa artinya perasaan tidak berdaya melawan ketidakadilan yang terjadi waktu itu. Ester 3:8-9a Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; Kebijakan pemerintah yang sama sekali memberatkan rakyatnya yang beragama Yahudi. “Di suruh nyembah raja? Orang Yahudi mana mau. Itu melanggar perintah Tuhan (jangan sujud menyembah apapun juga)”. Itu sama saja misalnya (walaupun tetap gak sama juga sih) seperti, misalnya tiba-tiba pemerintah ambil kebijakan untuk mengubah hari Minggu dari hari libur menjadi hari kerja, “ya gmana atuh orang Kristen ibadahnya???” Ketidakadilan yang muncul justru karena kebijakan pemerintah yang tidak peka terhadap kebutuhan dan perasaan rakyatnya. Dan sayangnya kemudian dilengkapi oleh dendam dan niat jahat untuk menghancurkan: genoside (pemusnahan satu bangsa). Itu yang dihadapi oleh Mordekhai, Ester dan seluruh bangsa Yahudi pada waktu itu: ancaman genoside. Hari ini, apabila ketidakadilan juga sedang terjadi dalam kehidupan kita, hal-hal yang tidak masuk akal sedang terjadi dalam hidup kita, apa yang akan kita perbuat?? Belajar dari perikop kita hari ini Ester 4:10-17, paling gak kita bisa menemukan ada 3 hal yang bisa kita pelajari ketika berhadapan dengan sebuah ketidakadilan: Belajar untuk tetap melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan untuk menghadirkan keadilan. Itu yang dilakukan oleh Mordekhai. Dia tidak diam, tapi juga dia tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh: menggerakkan seluruh orang Yahudi untuk berontak ke pemerintah Persia, itu tindakan bodoh. Sama aja cari mati lebih cepat! Apalah daya orang Yahudi pada waktu itu. Cuma penduduk asing yang tak punya daya apa-apa untuk membela diri. Tapi toh Mordekhai tetap melakukan sesuatu. Dia datang kepada Ester yang dipandangnya punya daya lebih untuk memperjuangkan keadilan itu (walaupun sebenarnya Ester pun tidak kalah tak berdayanya di hadapan hukum raja Ahasyweros waktu itu. Salah-salah Ester bisa mati). Mungkin hari ini, kita semua adalah figur-figur Ester di zaman modern yang ditempatkan oleh Tuhan untuk memperjuangkan kehadiran rasa damai, adil, tenteram, sukacita, di tengah kehidupan kita di keluarga, di jemaat, di dalam kehidupan keseharian kita. Pasti ada yang salah, kalau …Bapak di rumah sukacita, tapi ibu dan anak-anak cemberutan aja di rumah. Ibu gembira … seneng-seneng belanja sana-sini, tapi bapak stress di rumah .. anak-anak tertekan dirumah. Anak-anak foya-foya .. gak sadar atau malah gak mau tahu bahwa bokap nyokap mereka itu sampai nangis dara cari duitnya. Bukan! Bukan yang seperti ini yang kita cari dalam hidup kita. Kita berjuang supaya kita sama-sama: sama-sama merasakan damai, sukacita, adil, bahkan kalau berduka pun kita sama-sama untuk saling menguatkan satu sama lain. Belajar untuk menyerahkan diri secara total kepada Tuhan. Percaya bahwa pembelaan Tuhan itu ada. Jalan keselamatan yang dari Tuhan itu tidak pernah datang terlambat. Tuhan bisa menunjukkan kuasa-Nya, pembelaan-Nya dan jalan keselamatan-Nya bagi kita melalui siapapun .. melalui apapun … tepat di saat yang paling kita butuhkan. Saya ada cerita, sepertinya ini kisah nyata. Terjadi di kala perang