SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1 
MAKALAH 
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA 
OLEH : 
Nama : ARIF HAKIM 
NIM : 6661101788 
ADMINISTRASI NEGARA 
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 
2010-2011
2 
KATA PENGANTAR 
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan 
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan 
makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah 
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. 
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak 
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang 
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi 
pembaca. Amin... 
Cilegon, 16 Desember 2010 
Penyusun
3 
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i 
DAFTAR ISI …………………………………………………………...… ii 
PENDAHULUAN ……………………………………………………...… 1 
A. Latar Belakang Masalah ..………………………………..……..…..… 1 
B. Tujuan Penulisan .………………………………………………….…. 2 
C. Metode Penulisan .……………………………………………...…..… 2 
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHIDUPAN 
MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA 
A. Pengertian Paradigma ........................................................................... 3 
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan ........................................ 4-11 
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi …………………………….. 12 
1. Gerakan Reformasi ………………………………………….…….. 13-15 
2. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum …………………. 16-18 
3. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik ………………….. 19-23 
4. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi ……………….. 24-25 
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………..………………... 26 
KATA PENUTUP ………………………………………………………. iii 
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… iv
4 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara 
resmi di sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum 
dalam pembukuan UUD 1945, di undangkan dalam berita Republik 
Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. 
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara 
Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi 
politik sesuai denan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya 
kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara pancasila. 
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya 
untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebgai dasar 
negara republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan 
sidang istimewa MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan 
pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan pancasila sebagai satu-satunya 
asas bagi orsospol di Indonesia. 
Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para 
penguasa pada masa lampau,dewasa ini banyak kalangan elit politik serta 
sebagian masyarakat beranggapan bahwa pancasila merupakan label politik 
Orde Baru. Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil 
reformasi yang telah berjalan selama ini, belum menampakan hasil yang 
dapat dinikmati oleh rakyat, nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat 
bangsa Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional. 
Berdasarkan alas an dan kenyataan objektif tersebut diatas maka sudah 
menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara untuk 
mengembangkan serta mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar 
bangsa kota yang setingkat dengan paham atau isme-isme besar dunia 
dewasa ini seperti liberalism, sosialisme, komunisme. Oleh karena itu 
kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk mengembalikan 
persepsi rakyat yang keliru tersebut kearah cita-cita bersama bagi bangsa 
Indonesia dalam hidup bernegara.
5 
B. Tujuan Penulisan 
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah 
pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. 
C. Metode Penulisan 
Penulisan menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara 
lain yang dapat dipergunakan penulis adalah study pustaka dalam metode ini 
penulis membaca buku yang berkaitan dengan penulisan makalah.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHIDUPAN 
6 
MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA 
A. Pegertian Paradigma 
Istilah “paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu 
pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. 
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia 
ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul“The 
Structure Of Scientific Revolution”, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi 
dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga 
merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu 
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu 
pengetahuan itu sendiri. 
Dalam ilmu-ilmu social manakala suatu teori yang didasarkan pada 
suatu hasil penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang 
mengkaji manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, 
terukur, korelatif dan positivistik, maka hasil dari ilmu pengetahuan tersebut 
secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari obyek ilmu 
pengetahuanya itu manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuan social kembali 
mengkaji paradigm ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikatnya 
manusia dalam kenyataan objektivnya bersifat ganda bahkan multidimensi. 
Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan social tersebut kemudian 
dikembangkanlah metode baru berdasarkan hakikatnya dan sifat paradigma 
ilmu tersebut yaiyu manusia, yaitu metode kualatif. 
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang 
kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hokum, 
ekonomi, budaya dan bidang lainnya. Dalam masalah yang popular istilah 
paradigma berkembang menjadi terminology yang mengandung konotasi 
pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar,sumber asas serta 
tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dari suatu bidang 
tertentu termasuk dalam bidang pembangunan & pendidikan.
7 
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan 
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan 
bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini 
sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martbatnya. 
Tujuan Negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 
adalah“Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia ”hal 
ini merupakan tujuan Negara Hokum formal, adapun rumusan“Memajukan 
kesejahteraan umum, mencerdaskan Kehidupan bangsa ”hal ini merupakan 
tujuan Negara hokum material, yang secara Keseluruhan sebagai tujuan 
khusus atau nasional. Adapun tujuan umum atau internasional adalah “ikut 
melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian 
abadi dan keadilan sosial”. 
Secara filosofi hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma 
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala 
aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai 
Pancasila. Unsur-unsur hakikat manusia“monopluralis”meliputi susunan 
kodrat manusia, terdiri rokhani(jiwa) dan jasmani(raga), sifat kodrat 
manusia terdiri makhluk individu dan makhluk social serta kedudukan kodrat 
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Oleh 
karena itu pembangunan nasional sebagai upaya praksis untuk mewujudkan 
tujuan tersebut, maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigm 
hakikat manusia “monopluralis”. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalm 
berbagai bidang pembangunan antara lain : 
1. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK 
2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM 
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik 
4. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi 
5. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya 
6. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hankam 
7. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama
8 
1. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK 
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan 
suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi 
aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam 
hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak 
dalam bidang moral (etika). Tujuan yang esensial dari Iptek adalah demi 
kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai 
namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini pancasila telah memberikan dasar 
nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia. 
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan 
pada moral Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila 
yang sila-silanya merupakan seatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi 
system etika dalm pengembangan Iptek. 
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, 
mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan 
kehendak. Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan apa yang 
ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud 
dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya. 
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas 
bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat beradab. Iptek 
adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. 
3. Sila Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan 
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan 
Iptek hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa 
serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. 
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
ermusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan Iptek secara 
demokratis. Artinya setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan untuk 
mengembangkan Iptek juga harus menghormati dan menghargai kebebasan 
orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang 
maupun dibandingkandengan penemuan ilmuwan lainnya.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplementasikan 
pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam 
kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya 
dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia 
lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan 
alam lingkungannya. 
Kesimpulanya bahwa pada hakikatnya sila-sila pancasila harus 
merupakan sumber nilai, kerangka piker serta basis moralitas bagi 
pengambanan IPTEK. 
2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM 
Pembangunan pada hakikatnya merupakn satu realisasi praksis untuk 
mencapai tujuan bangsa. Adapun pembangunan dirinci dalam berbagai 
macam bidang antara lain POLEKSOSBUD HANKAM. Dalam bidang 
kenegaraan penjabaran pembangunan dituangkan dalam GBHN yang dirinci 
dalm bidang operasional serta target pencapaiannya. Hakikat manusia adalah 
“monopluralis” artinya meliputi berbagai unsur yaitu rokhani-jasmani, 
individu-mahluk social serta sebagai pribadi-mahluk tuhan yang maha esa. 
Hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi pengembangan 
POLEKSOSBUDHANKAM. Pembangunan hakikatnya membangun manusia 
secara lengkap, secara utuh meliputi seluruh unsure hakikat manusia 
monopluralis, atau dengan kata lain membangun martabat manusia. 
9
10 
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik 
Pengembangan dan pembangunan bidang politik harus mendasarkan 
pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan 
kenegaraan disebut hak asasi manusia. Dalam sistem politik negara harus 
mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat 
manusia sebagai individu-mahluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Selain 
sistem politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik 
negara. Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “negara berdasarkan atas 
Ketuhanan yang Maha Esa, atas dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab”. 
Hal ini menurutnya agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak 
berdasarkan kekuasaan. Oleh karena itu dalm politik negara termasuk para elit 
politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti 
kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat leluhur 
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa 
dalam politik negara harus mendasarkan pada kerakyatan (sila IV), adapun 
pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas 
berturut-turut moral ketuhanan (sila I), moral kemanusiaan (sila II) dan moral 
persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa (sila III). Adapun 
aktualisasi dan pengembangan politik negara demi tercapainya keadilan dalam 
hidup bersama (sila V). 
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik negara terutama dalam 
proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana 
tertuang dalam sila-sila pancasila sehingga, praktek-praktek politik yang 
menghalalkan segala cara dengan memfitnah, memprovokasi menghasut rakyat 
yang tidak berdosa untuk diadu domba harus segera diakhiri.
11 
4. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi 
Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakn jarang ditemukan pakar 
ekonomi yang mendasarkan pemikirann pengembangan ekonomi atas dasar 
moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan 
ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang 
menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada 
akhir abad ke-18 menumbuhka ekonomi kapitalis. Atas dasar kenyataan 
objektif inilah maka di eropa pada awal abad ke-19 munculah pemikiran 
sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosiolisme 
komunisme yang memperjuangkan nasib kaum proletar yang ditindas oleh 
kaum kapitalis. Oleh karena itu kiranya menjadi sangat penting bahkan 
mendesak untuk dikembangkan system ekonomi yang mendasarkan pada 
moralitas humanistik, ekonomi yang berkemanusiaan. 
Atas dasar kenyataan tersebut maka mubyarto kemudian 
mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang 
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. 
Perkembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan 
demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Maka system ekonomi 
Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan 
ekonomi tidak bisa dipisahkan degan nilai-nilai moral kemnusiaan(mubyarto 
1999). Hal ini didasarkan pada pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu 
sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia lebih 
menjadi sejahtera.
12 
5. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya 
Dalam pembangunan pengembangan aspek social budaya hendaknya 
didasarkan atas system nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang 
dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia 
melakukan reformasi disegala bidang dewasa ini. Oleh karena itu dalam 
pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus 
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai 
yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. 
Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya 
nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan 
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam 
sila kedua yaitu ”Kemanusiaan yang adil dan beradab“. Dalam rangka 
pengembangan sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang 
dapat mendorong untuk universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari 
keterikatan struktur, dan transendentalisasi. yaitu meningkatkan derajat 
kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual. Dengan demikian maka proses 
humanisasi universal akan dehumanisasi serta aktualisasi nilai hanya demi 
kepentingan kelompok social tertentu sehingga menciptakan system social 
budaya yang beradab.
13 
6. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hankam 
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. 
Demi tegaknya hak-hak warga Negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan 
Negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun 
dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu Negara 
bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Oleh karena 
pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai 
kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan Negara harus 
dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai 
pendukung pokok Negara. 
Demikian pula pertahanan dam keamanan Negara bukanlah hanya 
untuk sekelompok warga ataupun kelompok politik tertentu, sehingga 
berakibat Negara menjadi totaliter dan otoriter. Oleh karena itu Pertahanan 
dan Keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi tercapainya 
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. 
Pertahanan dan Keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi 
kepentingan rakyat sebagai warga negara. 
Pertahanan dan keamanan harus menjamin hak-hak dasar, persamaan 
derajat serta kebebasan kemanusiaan dan Hankam diperuntukkan demi 
terwujudnya keadilan dalam masyarakat agar negara benar-benar meletakkan 
pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya suatu 
Negara yang berdasarkan kekuasaan.
14 
7. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama 
Pada reformasi dewasa ini dibeberapa wilayah Negara Indonesia 
terjadi konflik social yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersuber 
pada masalah agama. Hal ini menunjukan kemunduran bangsa Indonesia 
kearah kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Oleh karena itu 
merupakan salah satu tugas berat bangsa Indonesia untuk mengembalikan 
suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian., saling menghargai, 
saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesame umat manusia yang 
beradab. 
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi 
bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di 
negara Indonesia. Dalam pengertian ini maka negara menegaskan dalam pokok 
pikiran ke IV bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa “, 
atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. ini berarti bahwa kehidupan 
dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Negara memberikan 
kebebasan kepada warganya untuk memeluk agamanya dan menjalankan 
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini 
menunjukan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan kebebesan atas 
kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi di 
bidang agama. Oleh karena itu kehidupan beragama dalam Negara Indonesia 
dewasa ini harus dikembangkan kearah terciptnya kehidupan bersama yang 
penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil 
dan beradab.
15 
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi 
Ketika gelombang gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh 
aturan main dalam wacana politik mengalami keruntuhan terutama praktek-praktek 
elit politik yang dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin 
mengadakan suatu perubahan yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan 
bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera. 
Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh 
bangsa Indonesia yaitu dampak social, politk, ekonomi, terutama 
kemanusiaan. Para elit politik memanfatkan gelombang reformasi ini demi 
meraih kekuasaan, sehingga tidak mengherankan jikalau banyak terjadi 
pembenturan kepentingan politik. 
Namun demikian dibalik berbagai macam keterpurukan bangsa 
Indonesia tersebut masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya 
yaitu nilai-nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri 
yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan 
Negara dalam suatu system Negara dibawah nilai-nilai pancasila, bukan 
menghancurkan dan membubarkan bangsa dan Negara Indonesia. 
Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri Negara 
telah mennetukan suatu asas, sumber nilai dan sumber norma yang 
fundamental dari Negara Indonesia yaitu pancasila, yang bersumber dari apa 
yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai yang merupakan 
pandangan hidup bangsa Indonesia. Reformasi dengan melakukan perubahan 
dalm berbagai bidang yang sering diteriakan dengan jargon reformasi total 
tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumber itu sendiri.
16 
1. Gerakan Reformasi 
Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II 
Pelita ketujuh Bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu dampak 
krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan 
stabilitas politik menjadi goyah. Terutama praktek-praktek pemerintahan 
dibawah orde baru hanya membawa kebahagiaan semu, ekonomi rakyat 
menjadi semakin terpuruk system ekonomi menjadi kapitalistik dimana 
kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya berada pada sebagian kecil penguasa 
dan konglomerat. 
Sistem politik dikembangkan kearah sistem “Birokratik 
Otoritarian”dan suatu sistem “Korporatik”.Sistem ini ditandai dengan 
konsentrasi kekuasaan dan partisipasi didalam pembuatan keputusan-keputusan 
nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa 
negara, kelompok militer, kelompok cerdik cendikiawan dan kelompok 
pengusaha oligopolistik dan bekerjasama dengan mayarakat bisnis 
internasional. 
Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan 
mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian 
disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie 
menggantikan kedudukan Presiden.Kemudian diikuti dengan pembentukan 
Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang 
merupakan pemerintahan transisiyang akan mengantarkan rakyat Indonesia 
untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama perubahan paket 
UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan reformasi ekonomi yang 
menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih mendasar reformasi dilakukan 
pada kelembagaan tinggi dan tertinggi negara yaitu pada susunan DPR dan 
MPR, yang dengan sendirinya harus dilakukan melalui pemilu secepatnya 
dan diawali dengan pengubahan. 
a. UU tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR, dan DPRD (UU No. 
16/1969 jis. UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985) 
b. UU tentang partai politik dan golongan karya (UU No. 3/1975, jo. UU No. 
3/1985) 
c. UU tentang pemilihan umum (UU No. 16/1969 jis. UU No. 4/1975, UU 
No. 2/1980, dan UU No. 1/1985)
17 
Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila 
Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dengan 
akar kata reform yang artinya“make or become better by removing or putting 
right what is bad or wrong”. Secara harfiah reformasi memiliki arti suatu 
gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal 
yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai 
dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan 
reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut: 
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan - 
penyimpangan. Misalnya pada masa orde baru, asas kekeluargaan menjadi 
nepotisme, kolusi, dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat 
UUD 1945. 
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas 
(landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa 
dan Negara Indonesia. 
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka 
structural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi. 
4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih 
baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, 
serta kehidupan keagamaan. 
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia 
yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan 
bangsa
18 
Pancasila Sebagai Dasar Cita-cita Reformasi 
Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus tetap diletakkan 
dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi 
sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan 
mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme,brutalisme pada akhirnya menuju 
pada kehancuran bangsadan negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif 
Pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang 
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, 
Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat 
Indonesia. Adapun secara rinci sebagai berikut : 
1. Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bahwa sesuatu 
gerakan kearah perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih 
baik bagi kehidupan manusia sebagai mahluk tuhan. 
2. Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti bahwa 
reformasi harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai-nilai martabat manusia 
yang beradab. 
3. Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga 
reformasi harus menjamin tetap tegaknya Negara dan bangsa Indonesia. 
4. Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan sebab justru 
permasalahan dasar gerakan reformasi dalah ada prinsip kerakyatan. 
5. Visi dasar reformasi harus jelas yaitu demi terwujudnya keadilan social 
seluruh rakyat Indonesia. 
Dalam perspektif pancasila gerakan reformasi sebagai suatu upaya untuk 
menata ulang dengan melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi 
kedinamisan dan keterbukaan pancasila dalam kebijaksanaan dan 
penyelengaraan Negara. Oleh karena itu Pancasila sebagai sumber nilai memiliki 
sifat yang reformatif artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu 
menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam mengantisipasi 
perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan 
yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat, akan tetapi nilai-nilai 
esensialnya bersifat tetap yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan 
dan keadilan.
19 
2. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum 
Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, 
salah satu subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum. 
Produk hukum baik materi maupun penegaknya dirasakan semakin menjauh 
dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Subsistem hukum 
nampaknya tidak mampu manjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat 
dan yang berlaku hanya bersifat imperative bagi penyelenggaraan 
pemerintah. 
Oleh karena itu kerusakan atas subsistem hukum yang sangat 
menentukan dalam berbagai bidang misalnya, politik, ekonomi dan bidang 
lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata 
kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut. Namun demikian 
hendaklah dipahami bahwa dalam melakukan reformasi tidak mungkin 
dilalakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar, landasan 
serta sumber nilai yang jelas, dan dalam masalah ini nilai-nilai yang 
terkandung dalam pancasila yang merupakan dasar cita-cita reformasi. 
Pancasila Sebagai Sumber Nilai Perubahan 
Hukum Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok 
kaidah yang merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata 
negara disebut “staatsfundamental”. Sumber hukum positif di Indonesia 
tidak lain adalah Pancasila. Maka pancasila merupakan cita-cita hukum, 
kerangka berpikir, sumber nilai serta sumber arah penyusun dan perubahan 
hukum positif di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka pancasila 
berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam kaitannya dengan 
berbagai macam upaya perubahan hukum. 
Sebagai cita-cita hukum, Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif 
maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi regulatif Pancasila menentukan 
dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri 
sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila maka hukum akan 
kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum itu sendiri.
Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, sumber hukum formal 
yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, 
yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya UU, Peraturan Menteri, 
Peraturan Daerah. Sumber hukum material yaitu suatu sumber hukum yang 
menentukan materi atau isi suatu norma hukum. 
Dalam susunan yang hierarkhis ini pancasila menjamin keserasian atau 
tiadanya kontradiksi antara berbagai peraturan perundang-undangan baik 
secara vertical maupun horizontal. Jika terjadi ketidakserasian atau 
pertentangan satu norma hukum dengan norma hukum lainnya yang secara 
hierarkis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai sumbernya, berarti 
terjadi inkonstitusionalitas (unconstitutionality)dan ketidaklegalan 
(illegality)dan karenanya norma hukum yang lebih rendah itu batal demi 
hukum. Oleh karena itu dalam reformasi hokum dewasa ini selain pancasila 
sebagai paradigma pembaharuan hukum yang merupakan sumber norma dan 
sumber nilai, terdapat unsur pokok yang justru tiak kalah pentingnya yaitu 
kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat itu sendiri. 
Dasar Yuridis Reformasi Hukum 
Dalam wacana reformasi hukum dewasa ini bermunculan berbagai 
pendapat yang ada taraf tertentu nampak hanya luapan emosional yang dan 
meninggalkan aspek konsepsional. Reformasi total sering disalahartikan 
sebagai dapat melakukan perubahan dalam bidang apapun dan degan jalan 
apapun. Jikalau halnya demikian maka kita kembali menjadi bangsa tidak 
beradab, bangsa yang tidak berbudaya masyarakat yang tanpa hukum yang 
menurut Hobbes disebut keadaan “homo homini lupus”,manusia akan 
menjadi serigala manusia lainnya dan hukum yang berlaku adalah hukum 
rimba. tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia 
termasuk UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu hukum 
disebut sebagai sumber dari segala peraturan perundang-undangan di 
Indonesia. 
Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa UUD 1945 beberapa 
pasalnya dalam praktek penyelenggaraan negara bersifat multi interpretable 
(penafsiran ganda), dan memberikan porsi kekuasaanyang sangat besar 
kepada presiden (executive heavy). Akibatnya memberikan kontribusi atas 
terjadinya krisis politik serta mandulnya fungsi hukum dalam negara RI. 
20
Berdasarkan isi yang terkandung dalam Penjelasan UUD 1945, 
Pembukaan UUD 1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan 
dalam pasal-pasal UUD 1945 secara normatif. Pokok-pokok pikiran tersebut 
merupakan suasana kebatinan dari UUD dan merupakan cita-cita hukum 
yang menguasai baik hukum dasar tertulis (UUD 1945) maupun hukum dasar 
tidak tertulis (Convensi). 
Selain itu dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum 
adalah Tap MPRS No.XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Pancasila 
sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai 
sumber produk serta proses penegakan hukum yang harus senantiasa 
bersumber pada nilai-nilai Pancasila dan secara eksplisit dirinci tata urutan 
peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai 
Pancasila. 
21 
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum 
Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada suatu 
nilai sebagai landasan operasionalnya. Reformasi pada dasarnya untuk 
mengembalikan hakikat dan fungsi negara pada tujuan semula yaitu 
melindungi seluruh bangsadan seluruh tumpah darah Indonesia. Negara pada 
hakikatnya secara formal harus melindungi hak-hak warganya terutama hak 
kodrat sebagai suatu hak asasi yang merupakan karunia Tuhan YME. Oleh 
karena itu pelanggaran terhadap hak asasi manusia adalah sebagai 
pengingkaran terhadap dasar filosofis negara misalnya pembungkaman 
demokrasi, penculikan, pembatasan berpendapat berserikat, berunjuk rasa 
dan lain sebagainya. Pelaksanaan hukum pada masa reformasi harus benar-benar 
dapat mewujudkan negara demokrasi dengan suatu supremasi hukum. 
Artinya pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas 
terwujudnya keadilan (sila V) dalam suatu negara yaitu keseimbangan antara 
hak dan kewajiban bagi setiap warga negara tidak memandang pangkat, 
jabatan, golongan, etnisitas maupun agama. Setiap warganegara bersamaan 
kedudukannya di muka hukum dan pemerintah (pasal 27 UUD 1945). 
Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara dalam hidup 
bersama dalam suatu negara yang meliputi seluruh unsur keadilan baik 
keadilan distributif, keadilan komulatif, serta keadilan legal.
22 
3. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik 
Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah 
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka 
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang 
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara 
Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada 
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yangAdil dan Beradab, Persatuan 
Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan 
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. 
Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam Pancasila 
sebagai fondasi bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara 
kita dalam kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana 
kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan semangat dari 
UUD 1945 esensi demokrasi adalah: 
a. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara. 
b. Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan 
rakyat. 
c. Presiden dan wakil presiden dipiliholeh Majelis Permusyawaratan Rakyat 
dan karenanya harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR. 
d. Produk hokum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun 
bersama-sama lembaga lain kekuatannya berada dibawah Majelis 
Permusyawatan Rakyat atau produk-produknya
23 
a. Reformasi Atas Sistem Politik 
sistem mekanisme demokrasi tersebut tertuang dalam undang-undang 
Politik yang berlaku selama Orde Baru yaitu : 
1. UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD (UU No. 
16/1969 jis UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985) 
2. UU tentang Partai Politik dan Golongan Karya (UU No. 3/1975, jo. UU 
No. 3/1985) 
3. UU tentang Pemilihan Umum (UU No. 15/1969 jis UU No. 4/1975. UU 
No. 2/1980, dan UU No. 1/1985) 
Oleh karena itu melakukan reformasi atas system politik harus juga 
melalui reformasi pada undang-undang yang mengatur system politik tersebut, 
dengan tetap mendasarkan pada paradigm nilai-nilai kerakyatan sebagaimana 
terkandung dalam pancasila. 
Susunan Keanggotaan MPR 
Target yang sangat vital dalam proses reformasi dewasa ini adalah 
menyangkut penjabaran system kekuasaan rakyat dalam sisitem politik 
Indonesia. walaupun gelombang protes dari madsyarakat yang merupakan 
aspirasi murni dari rakyat untuk melakukan perubahan terhadap susunan 
keanggotaan DPR, MPR dan DPRD. 
Berdasarkan kenyataan susunan keangotaan MPR, DPR dan DPRD, 
maka rakyat bertekad melakukan reformasi dengan mengubah system politik 
tersebut melalui sidang Istimewa MPR tahun1998, yang kemudian dituangkan 
dalm Undang-undang Politik tahun 1999. Undang- undang No. 4 tahun 1999 
yang mengatur tentang susuna dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
24 
Susunan Keanggotaan DPR 
Perubahan atas isi keanggotaan DPR tertuang dalm undang-undang No. 
4 Pasal 11 sebagai berikut : 
Pasal 4 ayat 2 meyatakan keanggotaan DPR terdiri atas : 
a. Angota Partai Politik hasil Pemilu 
b. Angota ABRI yang diangkat 
Pasal 11 ayat 3 menjelaskan : 
a. Anggota partai Politik hasil Pemilu sebanyak 462 orang 
b. Anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang 
Berkaitan dengan keanggotaan ABRI di DPR ini sampai saat ini masih 
ada sementara masyarakat yang menolak, namun berdasarkan hasil sidang 
Istimewa MPR tahun 1998, untuk keanggotaan ABRI ini akan dikurangi secara 
bertahap. 
Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat I 
Reformasi atas undang-undang politik yang mengatur susunan 
keanggotaan DPRD Tingkat I tertuang dalam Undang-undang Politik No. 4 
tahun 1999,sebagai berikut : 
Pasal 18 ayat 1 bahwa pengisian anggota DPRD I dilakukan melalui pemilu dan 
pengangkatan 
Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa DPRD I terdiri atas : 
a. Angota Partai Politik hasil Pemilu 
b. Angota ABRI yang diangkat 
Pasal 18 ayat 3 menyatakan bahwa jumlah anggota DPRD I ditetapkan sekurang-kurangnya 
45 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang termasuk 10% anggota 
ABRI yang diangkat. 
Demikianlah kiranya upaya untuk mengembalikan tatanan demokrasi 
pada dasar nilai kedaulatan ditangan rakyat dituangkan dalam undang-undang 
Politik tahun 1999.
25 
Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat II 
Reformasi atas undang-undang politik yang mengatur susunan 
keanggotaan DPRD Tingkat II tertuang dalam Undang-undang Politik No. 4 
tahun 1999,sebagai berikut : 
Pasal 25 ayat 1 menyatakan pengisian anggota DPRD II dilakukan berdasarkan 
pemilu dan pengangkatan 
Pasal 25 ayat 2 menyatakan, DPRD Tingkat II terdiri atas : 
a. Angota Partai Politik hasil Pemilu 
b. Angota ABRI yang diangkat 
Pasal 25 ayat 3 menyatakan bahwa jumlah anggota DPRD Tingkat II ditetapkan 
sekurang-kurangnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 45 orang termasuk 10% 
anggota ABRI yang diangkat. 
Demikianlah perubahan atas undang-undang tentang Susunan 
Keanggotaan MPR,DPR dan DPRD agar benar-benar mencerminkan nilai 
kerakyatan sebagaimana terkandung dalam sila keempat pancasila yang 
merupakan paradigma reformasi. 
Reformasi Partai Politik 
Pada masa orde baru ketentuan tentang Partai Politik diatur dalam 
undang-undang Politk yaitu UU No. 3 tahun 1975, jo. UU No. 3 tahun 1985, 
tentang Partai Politk dan Golongan Karya. Dalam undang-undang tersebut 
ditentukan bahwa partai politik dan golongan karya hanya meliputi 3 macam 
yaitu: Partai Persatuan Pembangunan(PPB), Golongan Karya(Golkar), dan Partai 
Demlokrasi Indonesia(PDI). Penentuan asas tunggal pancasila berarti tidak 
mencerminkan hakikat nilai pancasila itu sendiri “ majemuk tunggal “, yang 
disimbulkan dalam lambang negara yaitu “ Bhineka Tunggal Ika “, yang 
maknanya beraneka ragam tetapi satu kesatuan juga. 
Adapun ketentuan yang mengatur tentang partai politik yang diatur dalm 
UU No. 2 tahun 1999 yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan serta 
keleluasaan untuk menyalurkan aspirasinya adalah sebagai berikut :
a. Mencantumkan pancasila sebagai dasar Negara dari NKRI dalam anggaran 
dasar partai. 
b. Asas atau ciri, aspirasi, dan program partai politik tidak bertentangan dengan 
pancasila. 
c. Keanggotaan partai politik bersifat terbuka untuk setiap warga Negara 
Indonesia yang telah mempunyai hak pilih. 
d. Paratai politik tidak boleh menggunakan nama atau lambang yang sama 
dengan Negara asing bendera NKRI, bendera asing gambar perseorangan dan 
nama serta lambang partai lain yang telah ada. 
Berdasarkan ketentuan UU tersebut warga negara diberi kebebasan 
untuk membentuk partai politik untuk menyalurkan aspirasi politiknya, selain itu 
setiap partai politik diberi kebebasan pula untuk menentukan asas sebagai cirri 
serta program masing-masing. 
26 
b. Reformasi Atas Kehidupan Politik 
Para pendiri Negara serta penggali nilai-nilai pancasila menentukan 
pancasila sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta 
memformalkan UUD 1945 sebagai Undang-undang dasar Negara dimaksudkan 
untuk mewujudkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 
sebagaimana terkandung dalam nilai kerakyatan sial IV pancasila. Dalam praktek 
pelaksanaanya ternyata berbeda dengan nilai pancasila serta semangat dalam 
UUD 1945. Pancasila sebagai dasar Negara. kondisi yang demikian ini tidak 
menumbuhkan kehidupan politik yang demokratis, karena penguasa senantiasa 
memperkokoh kekuasaanya dengan berlindung di balik ideologi pancasila, serta 
melegitimasi tindakan dan kebijaksanaanya berdasarkan pancasila. Oleh karena 
itu reformasi kehidupan politik agar benar-benar demokrasi dilakukan dengan 
jalan revitalisasi ideologi pancasila, yaitu dengan mengembalikan pancasila pada 
kedudukan serta fungsi yang sebenarnya yang sebagaimana dikehendaki oleh 
para pendiri Negara yang tertuang dalam UUD 1945. 
Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan meletakan cita-cita 
kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dalam suatu kesatuan waktu yaitu nilai 
masa lalu, masa kini dan kehidupan yang akan datang. Dengan sendirinya 
kesemuanya ini harus diletakan dalam kerangka nilai-nilai yang dimiliki oleh 
masyarakat itu sendiri sebagai filsafat hidupnya yaitu nilai-nilai pancasila.
27 
4. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi 
Sistem ekonomi Indonesia pada masa orde baru bersifat “birokratik 
otoritarium” yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam 
membuat keputusan-keputusan nasional hampir sepenuhnya berada di tangan 
penguasa bekerjasama dengan kelompok militer dan kaum teknokrat. 
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada 
pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh 
bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok 
kecil orang bahkan penguasa. Padaera ekonomi global dewasa ini dalam 
kenyataannya tidak mampu bertahan. Krisis ekonomi yang terjadi didunia dan 
melanda Indonesia mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga 
kepailitan yang diderita oleh para pengusaha harus ditanggung oleh rakyat. 
Dalam kenyataannya sector ekonomi yang justru mampu bertahan pada 
masa krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang 
berbasis pada usaha rakyat. Oleh karena itu subsidi yang luar biasa banyaknya 
pada kebijaksanaan masa orde baru hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang 
yaitu oleh sekelompok konglomerat, sedangkan bilamana mengalami 
kebangkrutan seperti saat ini rakyatlah yang banyak dirugikan. Oleh karena 
itu rekapitalisasi pengusaha pada masa krisis dewasa ini sama halnya dengan 
rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang terpuruk.
28 
Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi 
yang berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila 
yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut: 
a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan 
dengan program “social safety net”yang popular dengan program Jaring 
Pengaman Sosial(JPS). Sementara untuk mengembalikan kepercayaan 
rakyat terhadap pemerintah, maka Pemerintah harus secara konsisten 
menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum Pemerintah masa 
ordebaru yang melakukan pelanggaran. Hal ini akan memberikan 
Kepercayaan dan kepastian usaha. 
b. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan 
menciptakan kondisi kepastian usaha, yaitu dengan Diwujudkan 
perlindungan hokum serta undang-undang persaingan yang sehat. Untuk 
itu Pembenahan dan penyehatan dalam sector perbankan menjadi prioritas 
utama, karena Perbankan merupakan jantung perekonomian. 
c. Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu 
diciptakan system untuk mendorong percepatan perubahan structural 
(structural transformation). Transformasi structural ini meliputi proses 
perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi 
lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsistem ke ekonomi 
pasar, dari ketergantungan kepada kemandirian, dari orientasi dalam 
negeri keorientasi ekspor. Dengan sendirinya intervensi birokrat 
pemerintahan yang ikut dalam proses ekonomi Melalui monopoli demi 
kepentingan pribadi harus segera diakhiri. Dengan system ekonomi yang 
mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa 
maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar 
rakyat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.
29 
Kesimpulan 
Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum 
(merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, 
metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan 
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. 
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan 
bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini 
sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martbatnya. Tujuan 
Negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah “Melindungi 
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”, “hal ini merupakan 
tujuan Negara hukum formal, adapun rumusan“ Memajukan kesejahteraan 
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ”hal ini merupakan tujuan negara 
hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional 
Saran 
Kita sebagai warga Negara Indonesia harus turut ikut serta dalam 
pembangunan Negara Republik Indonesia ini agar tercipta kedamaian yang 
sesuai dengan semboyan kita dari dulu yaitu Bhineka Tunggal Ika.
30 
KATA PENUTUP 
Demikianlah hasil dari makalah yang telah saya buat dalam rangka 
memperdalam wawasan tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga 
dengan terbentuknya makalah ini, saya dapat memberikan pengetahuan yang luas 
kepada semua orang yang membacanya. saya juga berharap bahwa dengan 
terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan bahan-bahan yang 
terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi tertolong dan tidak 
kesulitan dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan. 
Semoga apa yang tertulis di dalam makalah ini memberikan berkah yang 
tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama 
Terima kasih atas segala terbentuknya makalah ini. Semoga dapat 
bermanfaat bagi pembacanya.amin… 
Cilegon, 16 Desember 2010 
Penyusun
31 
DAFTAR PUSTAKA 
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila “ PARADIGMA “. Yogyakarta: Paradigma 
Offset

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Ppt pancasila sebagai etika politik
Ppt pancasila sebagai etika politikPpt pancasila sebagai etika politik
Ppt pancasila sebagai etika politikSuci Lintiasri
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanAhmad Syafiq
 
Sejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasilaSejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasilaFadila Maharani
 
Geopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan NusantaraGeopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan NusantaraSuci Agustina
 
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAPENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAdayurikaperdana19
 
Asal mula pancasila (LANGSUNG)
Asal mula pancasila (LANGSUNG)Asal mula pancasila (LANGSUNG)
Asal mula pancasila (LANGSUNG)salsa moyara
 
Makalah pancasila sebagai identitas nasional bangsa indonesia
Makalah pancasila sebagai identitas nasional  bangsa indonesiaMakalah pancasila sebagai identitas nasional  bangsa indonesia
Makalah pancasila sebagai identitas nasional bangsa indonesiaSentra Komputer dan Foto Copy
 
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RIPRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RIputrisagut
 
Orde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasiOrde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasiNanda Aditasia
 
Makalah Pancasila
Makalah PancasilaMakalah Pancasila
Makalah Pancasilauliecha
 
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsaMakalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsaOperator Warnet Vast Raha
 
A. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptx
A. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptxA. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptx
A. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptxguruppkn11
 
Makalah Pancasila era Pra Kemerdekaan
Makalah Pancasila era Pra KemerdekaanMakalah Pancasila era Pra Kemerdekaan
Makalah Pancasila era Pra KemerdekaanSriwijaya University
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Irvan Berutu
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruRiskiana Riskiana
 
Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Urgensi Pancasila sebagai Dasar NegaraUrgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Urgensi Pancasila sebagai Dasar NegaraFebby HusbiramiÅldo
 
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesiaPancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesiaYabniel Lit Jingga
 
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai Paradigma PembangunanPancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunandionteguhpratomo
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinPandu Adi
 

Was ist angesagt? (20)

Ppt pancasila sebagai etika politik
Ppt pancasila sebagai etika politikPpt pancasila sebagai etika politik
Ppt pancasila sebagai etika politik
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
 
Sejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasilaSejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasila
 
Geopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan NusantaraGeopolitik dan Wawasan Nusantara
Geopolitik dan Wawasan Nusantara
 
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAPENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
 
Asal mula pancasila (LANGSUNG)
Asal mula pancasila (LANGSUNG)Asal mula pancasila (LANGSUNG)
Asal mula pancasila (LANGSUNG)
 
Makalah pancasila sebagai identitas nasional bangsa indonesia
Makalah pancasila sebagai identitas nasional  bangsa indonesiaMakalah pancasila sebagai identitas nasional  bangsa indonesia
Makalah pancasila sebagai identitas nasional bangsa indonesia
 
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RIPRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
 
Orde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasiOrde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasi
 
Makalah Pancasila
Makalah PancasilaMakalah Pancasila
Makalah Pancasila
 
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsaMakalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
 
A. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptx
A. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptxA. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptx
A. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.pptx
 
Konstitusi dan rule of law
Konstitusi dan rule of lawKonstitusi dan rule of law
Konstitusi dan rule of law
 
Makalah Pancasila era Pra Kemerdekaan
Makalah Pancasila era Pra KemerdekaanMakalah Pancasila era Pra Kemerdekaan
Makalah Pancasila era Pra Kemerdekaan
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baru
 
Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Urgensi Pancasila sebagai Dasar NegaraUrgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
 
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesiaPancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia
 
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai Paradigma PembangunanPancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
 

Ähnlich wie Pancasila Sebagai Paradigma IPTEK

Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila Fahmy Metala
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunandita wahyu
 
pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).ppt
pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).pptpancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).ppt
pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).pptmuhammadaskari58
 
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan ppPancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan ppIchiro Hidayate
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanIntan Irawati
 
Pancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigmaPancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigmaadekdewa
 
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Dedi Susanto
 
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanPancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanMiftakhul Jannah
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaDedy Setiady
 
Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RI
Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RIPancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RI
Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RIZeninuramelia
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMujid Rical
 
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptMateri 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptRasyAlam
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasilaasuferu
 

Ähnlich wie Pancasila Sebagai Paradigma IPTEK (20)

Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
 
pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).ppt
pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).pptpancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).ppt
pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan_1 (1).ppt
 
Paradigma Pancasila
Paradigma PancasilaParadigma Pancasila
Paradigma Pancasila
 
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan ppPancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
 
Pancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigmaPancasila sebagai paradigma
Pancasila sebagai paradigma
 
Nunung evilia
Nunung eviliaNunung evilia
Nunung evilia
 
Kelas xii bab i
Kelas xii bab i Kelas xii bab i
Kelas xii bab i
 
Bab vii
Bab  viiBab  vii
Bab vii
 
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
 
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanPancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka
 
Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RI
Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RIPancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RI
Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara RI
 
16919924.ppt
16919924.ppt16919924.ppt
16919924.ppt
 
Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
 
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pptMateri 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 

Pancasila Sebagai Paradigma IPTEK

  • 1. 1 MAKALAH KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA OLEH : Nama : ARIF HAKIM NIM : 6661101788 ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2010-2011
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin... Cilegon, 16 Desember 2010 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………… i DAFTAR ISI …………………………………………………………...… ii PENDAHULUAN ……………………………………………………...… 1 A. Latar Belakang Masalah ..………………………………..……..…..… 1 B. Tujuan Penulisan .………………………………………………….…. 2 C. Metode Penulisan .……………………………………………...…..… 2 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Pengertian Paradigma ........................................................................... 3 B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan ........................................ 4-11 C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi …………………………….. 12 1. Gerakan Reformasi ………………………………………….…….. 13-15 2. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum …………………. 16-18 3. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik ………………….. 19-23 4. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi ……………….. 24-25 KESIMPULAN DAN SARAN ………………………..………………... 26 KATA PENUTUP ………………………………………………………. iii DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… iv
  • 4. 4 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi di sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum dalam pembukuan UUD 1945, di undangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai denan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara pancasila. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebgai dasar negara republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan sidang istimewa MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orsospol di Indonesia. Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada masa lampau,dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa pancasila merupakan label politik Orde Baru. Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang telah berjalan selama ini, belum menampakan hasil yang dapat dinikmati oleh rakyat, nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional. Berdasarkan alas an dan kenyataan objektif tersebut diatas maka sudah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara untuk mengembangkan serta mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kota yang setingkat dengan paham atau isme-isme besar dunia dewasa ini seperti liberalism, sosialisme, komunisme. Oleh karena itu kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk mengembalikan persepsi rakyat yang keliru tersebut kearah cita-cita bersama bagi bangsa Indonesia dalam hidup bernegara.
  • 5. 5 B. Tujuan Penulisan Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. C. Metode Penulisan Penulisan menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara lain yang dapat dipergunakan penulis adalah study pustaka dalam metode ini penulis membaca buku yang berkaitan dengan penulisan makalah.
  • 6. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHIDUPAN 6 MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Pegertian Paradigma Istilah “paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul“The Structure Of Scientific Revolution”, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam ilmu-ilmu social manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif dan positivistik, maka hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari obyek ilmu pengetahuanya itu manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuan social kembali mengkaji paradigm ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikatnya manusia dalam kenyataan objektivnya bersifat ganda bahkan multidimensi. Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan social tersebut kemudian dikembangkanlah metode baru berdasarkan hakikatnya dan sifat paradigma ilmu tersebut yaiyu manusia, yaitu metode kualatif. Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hokum, ekonomi, budaya dan bidang lainnya. Dalam masalah yang popular istilah paradigma berkembang menjadi terminology yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar,sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan & pendidikan.
  • 7. 7 B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martbatnya. Tujuan Negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah“Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia ”hal ini merupakan tujuan Negara Hokum formal, adapun rumusan“Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan Kehidupan bangsa ”hal ini merupakan tujuan Negara hokum material, yang secara Keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Adapun tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Secara filosofi hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila. Unsur-unsur hakikat manusia“monopluralis”meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rokhani(jiwa) dan jasmani(raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan makhluk social serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Oleh karena itu pembangunan nasional sebagai upaya praksis untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigm hakikat manusia “monopluralis”. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalm berbagai bidang pembangunan antara lain : 1. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK 2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM 3. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik 4. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi 5. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya 6. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hankam 7. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama
  • 8. 8 1. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Tujuan yang esensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan seatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi system etika dalm pengembangan Iptek. 1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya. 2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat beradab. Iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. 3. Sila Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan Iptek hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. 4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam ermusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan Iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkandengan penemuan ilmuwan lainnya.
  • 9. 5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya. Kesimpulanya bahwa pada hakikatnya sila-sila pancasila harus merupakan sumber nilai, kerangka piker serta basis moralitas bagi pengambanan IPTEK. 2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM Pembangunan pada hakikatnya merupakn satu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun pembangunan dirinci dalam berbagai macam bidang antara lain POLEKSOSBUD HANKAM. Dalam bidang kenegaraan penjabaran pembangunan dituangkan dalam GBHN yang dirinci dalm bidang operasional serta target pencapaiannya. Hakikat manusia adalah “monopluralis” artinya meliputi berbagai unsur yaitu rokhani-jasmani, individu-mahluk social serta sebagai pribadi-mahluk tuhan yang maha esa. Hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi pengembangan POLEKSOSBUDHANKAM. Pembangunan hakikatnya membangun manusia secara lengkap, secara utuh meliputi seluruh unsure hakikat manusia monopluralis, atau dengan kata lain membangun martabat manusia. 9
  • 10. 10 3. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik Pengembangan dan pembangunan bidang politik harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-mahluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Selain sistem politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara. Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, atas dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal ini menurutnya agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan. Oleh karena itu dalm politik negara termasuk para elit politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat leluhur Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam politik negara harus mendasarkan pada kerakyatan (sila IV), adapun pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas berturut-turut moral ketuhanan (sila I), moral kemanusiaan (sila II) dan moral persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa (sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan politik negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama (sila V). Dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila sehingga, praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara dengan memfitnah, memprovokasi menghasut rakyat yang tidak berdosa untuk diadu domba harus segera diakhiri.
  • 11. 11 4. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakn jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikirann pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18 menumbuhka ekonomi kapitalis. Atas dasar kenyataan objektif inilah maka di eropa pada awal abad ke-19 munculah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosiolisme komunisme yang memperjuangkan nasib kaum proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. Oleh karena itu kiranya menjadi sangat penting bahkan mendesak untuk dikembangkan system ekonomi yang mendasarkan pada moralitas humanistik, ekonomi yang berkemanusiaan. Atas dasar kenyataan tersebut maka mubyarto kemudian mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Perkembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Maka system ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan degan nilai-nilai moral kemnusiaan(mubyarto 1999). Hal ini didasarkan pada pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia lebih menjadi sejahtera.
  • 12. 12 5. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya Dalam pembangunan pengembangan aspek social budaya hendaknya didasarkan atas system nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi disegala bidang dewasa ini. Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua yaitu ”Kemanusiaan yang adil dan beradab“. Dalam rangka pengembangan sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterikatan struktur, dan transendentalisasi. yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual. Dengan demikian maka proses humanisasi universal akan dehumanisasi serta aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok social tertentu sehingga menciptakan system social budaya yang beradab.
  • 13. 13 6. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hankam Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak warga Negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan Negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu Negara bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan Negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok Negara. Demikian pula pertahanan dam keamanan Negara bukanlah hanya untuk sekelompok warga ataupun kelompok politik tertentu, sehingga berakibat Negara menjadi totaliter dan otoriter. Oleh karena itu Pertahanan dan Keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Pertahanan dan Keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi kepentingan rakyat sebagai warga negara. Pertahanan dan keamanan harus menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan dan Hankam diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam masyarakat agar negara benar-benar meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan kekuasaan.
  • 14. 14 7. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama Pada reformasi dewasa ini dibeberapa wilayah Negara Indonesia terjadi konflik social yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersuber pada masalah agama. Hal ini menunjukan kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Oleh karena itu merupakan salah satu tugas berat bangsa Indonesia untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian., saling menghargai, saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesame umat manusia yang beradab. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia. Dalam pengertian ini maka negara menegaskan dalam pokok pikiran ke IV bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa “, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. ini berarti bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk agamanya dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan kebebesan atas kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi di bidang agama. Oleh karena itu kehidupan beragama dalam Negara Indonesia dewasa ini harus dikembangkan kearah terciptnya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
  • 15. 15 C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ketika gelombang gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh aturan main dalam wacana politik mengalami keruntuhan terutama praktek-praktek elit politik yang dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera. Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia yaitu dampak social, politk, ekonomi, terutama kemanusiaan. Para elit politik memanfatkan gelombang reformasi ini demi meraih kekuasaan, sehingga tidak mengherankan jikalau banyak terjadi pembenturan kepentingan politik. Namun demikian dibalik berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia tersebut masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya yaitu nilai-nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan Negara dalam suatu system Negara dibawah nilai-nilai pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan Negara Indonesia. Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri Negara telah mennetukan suatu asas, sumber nilai dan sumber norma yang fundamental dari Negara Indonesia yaitu pancasila, yang bersumber dari apa yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai yang merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Reformasi dengan melakukan perubahan dalm berbagai bidang yang sering diteriakan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumber itu sendiri.
  • 16. 16 1. Gerakan Reformasi Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II Pelita ketujuh Bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Terutama praktek-praktek pemerintahan dibawah orde baru hanya membawa kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk system ekonomi menjadi kapitalistik dimana kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya berada pada sebagian kecil penguasa dan konglomerat. Sistem politik dikembangkan kearah sistem “Birokratik Otoritarian”dan suatu sistem “Korporatik”.Sistem ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi didalam pembuatan keputusan-keputusan nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok militer, kelompok cerdik cendikiawan dan kelompok pengusaha oligopolistik dan bekerjasama dengan mayarakat bisnis internasional. Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie menggantikan kedudukan Presiden.Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisiyang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama perubahan paket UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih mendasar reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi negara yaitu pada susunan DPR dan MPR, yang dengan sendirinya harus dilakukan melalui pemilu secepatnya dan diawali dengan pengubahan. a. UU tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR, dan DPRD (UU No. 16/1969 jis. UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985) b. UU tentang partai politik dan golongan karya (UU No. 3/1975, jo. UU No. 3/1985) c. UU tentang pemilihan umum (UU No. 16/1969 jis. UU No. 4/1975, UU No. 2/1980, dan UU No. 1/1985)
  • 17. 17 Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dengan akar kata reform yang artinya“make or become better by removing or putting right what is bad or wrong”. Secara harfiah reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan - penyimpangan. Misalnya pada masa orde baru, asas kekeluargaan menjadi nepotisme, kolusi, dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat UUD 1945. 2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. 3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka structural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi. 4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan. 5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa
  • 18. 18 Pancasila Sebagai Dasar Cita-cita Reformasi Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme,brutalisme pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsadan negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif Pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun secara rinci sebagai berikut : 1. Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bahwa sesuatu gerakan kearah perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih baik bagi kehidupan manusia sebagai mahluk tuhan. 2. Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti bahwa reformasi harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai-nilai martabat manusia yang beradab. 3. Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga reformasi harus menjamin tetap tegaknya Negara dan bangsa Indonesia. 4. Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan sebab justru permasalahan dasar gerakan reformasi dalah ada prinsip kerakyatan. 5. Visi dasar reformasi harus jelas yaitu demi terwujudnya keadilan social seluruh rakyat Indonesia. Dalam perspektif pancasila gerakan reformasi sebagai suatu upaya untuk menata ulang dengan melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi kedinamisan dan keterbukaan pancasila dalam kebijaksanaan dan penyelengaraan Negara. Oleh karena itu Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat, akan tetapi nilai-nilai esensialnya bersifat tetap yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
  • 19. 19 2. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi maupun penegaknya dirasakan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Subsistem hukum nampaknya tidak mampu manjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat dan yang berlaku hanya bersifat imperative bagi penyelenggaraan pemerintah. Oleh karena itu kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya, politik, ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut. Namun demikian hendaklah dipahami bahwa dalam melakukan reformasi tidak mungkin dilalakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar, landasan serta sumber nilai yang jelas, dan dalam masalah ini nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang merupakan dasar cita-cita reformasi. Pancasila Sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara disebut “staatsfundamental”. Sumber hukum positif di Indonesia tidak lain adalah Pancasila. Maka pancasila merupakan cita-cita hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta sumber arah penyusun dan perubahan hukum positif di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam kaitannya dengan berbagai macam upaya perubahan hukum. Sebagai cita-cita hukum, Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi regulatif Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila maka hukum akan kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum itu sendiri.
  • 20. Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, sumber hukum formal yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya UU, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah. Sumber hukum material yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum. Dalam susunan yang hierarkhis ini pancasila menjamin keserasian atau tiadanya kontradiksi antara berbagai peraturan perundang-undangan baik secara vertical maupun horizontal. Jika terjadi ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum dengan norma hukum lainnya yang secara hierarkis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai sumbernya, berarti terjadi inkonstitusionalitas (unconstitutionality)dan ketidaklegalan (illegality)dan karenanya norma hukum yang lebih rendah itu batal demi hukum. Oleh karena itu dalam reformasi hokum dewasa ini selain pancasila sebagai paradigma pembaharuan hukum yang merupakan sumber norma dan sumber nilai, terdapat unsur pokok yang justru tiak kalah pentingnya yaitu kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Dasar Yuridis Reformasi Hukum Dalam wacana reformasi hukum dewasa ini bermunculan berbagai pendapat yang ada taraf tertentu nampak hanya luapan emosional yang dan meninggalkan aspek konsepsional. Reformasi total sering disalahartikan sebagai dapat melakukan perubahan dalam bidang apapun dan degan jalan apapun. Jikalau halnya demikian maka kita kembali menjadi bangsa tidak beradab, bangsa yang tidak berbudaya masyarakat yang tanpa hukum yang menurut Hobbes disebut keadaan “homo homini lupus”,manusia akan menjadi serigala manusia lainnya dan hukum yang berlaku adalah hukum rimba. tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu hukum disebut sebagai sumber dari segala peraturan perundang-undangan di Indonesia. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa UUD 1945 beberapa pasalnya dalam praktek penyelenggaraan negara bersifat multi interpretable (penafsiran ganda), dan memberikan porsi kekuasaanyang sangat besar kepada presiden (executive heavy). Akibatnya memberikan kontribusi atas terjadinya krisis politik serta mandulnya fungsi hukum dalam negara RI. 20
  • 21. Berdasarkan isi yang terkandung dalam Penjelasan UUD 1945, Pembukaan UUD 1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 secara normatif. Pokok-pokok pikiran tersebut merupakan suasana kebatinan dari UUD dan merupakan cita-cita hukum yang menguasai baik hukum dasar tertulis (UUD 1945) maupun hukum dasar tidak tertulis (Convensi). Selain itu dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap MPRS No.XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan hukum yang harus senantiasa bersumber pada nilai-nilai Pancasila dan secara eksplisit dirinci tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. 21 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai sebagai landasan operasionalnya. Reformasi pada dasarnya untuk mengembalikan hakikat dan fungsi negara pada tujuan semula yaitu melindungi seluruh bangsadan seluruh tumpah darah Indonesia. Negara pada hakikatnya secara formal harus melindungi hak-hak warganya terutama hak kodrat sebagai suatu hak asasi yang merupakan karunia Tuhan YME. Oleh karena itu pelanggaran terhadap hak asasi manusia adalah sebagai pengingkaran terhadap dasar filosofis negara misalnya pembungkaman demokrasi, penculikan, pembatasan berpendapat berserikat, berunjuk rasa dan lain sebagainya. Pelaksanaan hukum pada masa reformasi harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokrasi dengan suatu supremasi hukum. Artinya pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas terwujudnya keadilan (sila V) dalam suatu negara yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap warga negara tidak memandang pangkat, jabatan, golongan, etnisitas maupun agama. Setiap warganegara bersamaan kedudukannya di muka hukum dan pemerintah (pasal 27 UUD 1945). Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara dalam hidup bersama dalam suatu negara yang meliputi seluruh unsur keadilan baik keadilan distributif, keadilan komulatif, serta keadilan legal.
  • 22. 22 3. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yangAdil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam Pancasila sebagai fondasi bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan semangat dari UUD 1945 esensi demokrasi adalah: a. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara. b. Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan rakyat. c. Presiden dan wakil presiden dipiliholeh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan karenanya harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR. d. Produk hokum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun bersama-sama lembaga lain kekuatannya berada dibawah Majelis Permusyawatan Rakyat atau produk-produknya
  • 23. 23 a. Reformasi Atas Sistem Politik sistem mekanisme demokrasi tersebut tertuang dalam undang-undang Politik yang berlaku selama Orde Baru yaitu : 1. UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD (UU No. 16/1969 jis UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985) 2. UU tentang Partai Politik dan Golongan Karya (UU No. 3/1975, jo. UU No. 3/1985) 3. UU tentang Pemilihan Umum (UU No. 15/1969 jis UU No. 4/1975. UU No. 2/1980, dan UU No. 1/1985) Oleh karena itu melakukan reformasi atas system politik harus juga melalui reformasi pada undang-undang yang mengatur system politik tersebut, dengan tetap mendasarkan pada paradigm nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam pancasila. Susunan Keanggotaan MPR Target yang sangat vital dalam proses reformasi dewasa ini adalah menyangkut penjabaran system kekuasaan rakyat dalam sisitem politik Indonesia. walaupun gelombang protes dari madsyarakat yang merupakan aspirasi murni dari rakyat untuk melakukan perubahan terhadap susunan keanggotaan DPR, MPR dan DPRD. Berdasarkan kenyataan susunan keangotaan MPR, DPR dan DPRD, maka rakyat bertekad melakukan reformasi dengan mengubah system politik tersebut melalui sidang Istimewa MPR tahun1998, yang kemudian dituangkan dalm Undang-undang Politik tahun 1999. Undang- undang No. 4 tahun 1999 yang mengatur tentang susuna dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
  • 24. 24 Susunan Keanggotaan DPR Perubahan atas isi keanggotaan DPR tertuang dalm undang-undang No. 4 Pasal 11 sebagai berikut : Pasal 4 ayat 2 meyatakan keanggotaan DPR terdiri atas : a. Angota Partai Politik hasil Pemilu b. Angota ABRI yang diangkat Pasal 11 ayat 3 menjelaskan : a. Anggota partai Politik hasil Pemilu sebanyak 462 orang b. Anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang Berkaitan dengan keanggotaan ABRI di DPR ini sampai saat ini masih ada sementara masyarakat yang menolak, namun berdasarkan hasil sidang Istimewa MPR tahun 1998, untuk keanggotaan ABRI ini akan dikurangi secara bertahap. Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat I Reformasi atas undang-undang politik yang mengatur susunan keanggotaan DPRD Tingkat I tertuang dalam Undang-undang Politik No. 4 tahun 1999,sebagai berikut : Pasal 18 ayat 1 bahwa pengisian anggota DPRD I dilakukan melalui pemilu dan pengangkatan Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa DPRD I terdiri atas : a. Angota Partai Politik hasil Pemilu b. Angota ABRI yang diangkat Pasal 18 ayat 3 menyatakan bahwa jumlah anggota DPRD I ditetapkan sekurang-kurangnya 45 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang termasuk 10% anggota ABRI yang diangkat. Demikianlah kiranya upaya untuk mengembalikan tatanan demokrasi pada dasar nilai kedaulatan ditangan rakyat dituangkan dalam undang-undang Politik tahun 1999.
  • 25. 25 Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat II Reformasi atas undang-undang politik yang mengatur susunan keanggotaan DPRD Tingkat II tertuang dalam Undang-undang Politik No. 4 tahun 1999,sebagai berikut : Pasal 25 ayat 1 menyatakan pengisian anggota DPRD II dilakukan berdasarkan pemilu dan pengangkatan Pasal 25 ayat 2 menyatakan, DPRD Tingkat II terdiri atas : a. Angota Partai Politik hasil Pemilu b. Angota ABRI yang diangkat Pasal 25 ayat 3 menyatakan bahwa jumlah anggota DPRD Tingkat II ditetapkan sekurang-kurangnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 45 orang termasuk 10% anggota ABRI yang diangkat. Demikianlah perubahan atas undang-undang tentang Susunan Keanggotaan MPR,DPR dan DPRD agar benar-benar mencerminkan nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam sila keempat pancasila yang merupakan paradigma reformasi. Reformasi Partai Politik Pada masa orde baru ketentuan tentang Partai Politik diatur dalam undang-undang Politk yaitu UU No. 3 tahun 1975, jo. UU No. 3 tahun 1985, tentang Partai Politk dan Golongan Karya. Dalam undang-undang tersebut ditentukan bahwa partai politik dan golongan karya hanya meliputi 3 macam yaitu: Partai Persatuan Pembangunan(PPB), Golongan Karya(Golkar), dan Partai Demlokrasi Indonesia(PDI). Penentuan asas tunggal pancasila berarti tidak mencerminkan hakikat nilai pancasila itu sendiri “ majemuk tunggal “, yang disimbulkan dalam lambang negara yaitu “ Bhineka Tunggal Ika “, yang maknanya beraneka ragam tetapi satu kesatuan juga. Adapun ketentuan yang mengatur tentang partai politik yang diatur dalm UU No. 2 tahun 1999 yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan serta keleluasaan untuk menyalurkan aspirasinya adalah sebagai berikut :
  • 26. a. Mencantumkan pancasila sebagai dasar Negara dari NKRI dalam anggaran dasar partai. b. Asas atau ciri, aspirasi, dan program partai politik tidak bertentangan dengan pancasila. c. Keanggotaan partai politik bersifat terbuka untuk setiap warga Negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih. d. Paratai politik tidak boleh menggunakan nama atau lambang yang sama dengan Negara asing bendera NKRI, bendera asing gambar perseorangan dan nama serta lambang partai lain yang telah ada. Berdasarkan ketentuan UU tersebut warga negara diberi kebebasan untuk membentuk partai politik untuk menyalurkan aspirasi politiknya, selain itu setiap partai politik diberi kebebasan pula untuk menentukan asas sebagai cirri serta program masing-masing. 26 b. Reformasi Atas Kehidupan Politik Para pendiri Negara serta penggali nilai-nilai pancasila menentukan pancasila sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta memformalkan UUD 1945 sebagai Undang-undang dasar Negara dimaksudkan untuk mewujudkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana terkandung dalam nilai kerakyatan sial IV pancasila. Dalam praktek pelaksanaanya ternyata berbeda dengan nilai pancasila serta semangat dalam UUD 1945. Pancasila sebagai dasar Negara. kondisi yang demikian ini tidak menumbuhkan kehidupan politik yang demokratis, karena penguasa senantiasa memperkokoh kekuasaanya dengan berlindung di balik ideologi pancasila, serta melegitimasi tindakan dan kebijaksanaanya berdasarkan pancasila. Oleh karena itu reformasi kehidupan politik agar benar-benar demokrasi dilakukan dengan jalan revitalisasi ideologi pancasila, yaitu dengan mengembalikan pancasila pada kedudukan serta fungsi yang sebenarnya yang sebagaimana dikehendaki oleh para pendiri Negara yang tertuang dalam UUD 1945. Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan meletakan cita-cita kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dalam suatu kesatuan waktu yaitu nilai masa lalu, masa kini dan kehidupan yang akan datang. Dengan sendirinya kesemuanya ini harus diletakan dalam kerangka nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri sebagai filsafat hidupnya yaitu nilai-nilai pancasila.
  • 27. 27 4. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi Sistem ekonomi Indonesia pada masa orde baru bersifat “birokratik otoritarium” yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan nasional hampir sepenuhnya berada di tangan penguasa bekerjasama dengan kelompok militer dan kaum teknokrat. Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan penguasa. Padaera ekonomi global dewasa ini dalam kenyataannya tidak mampu bertahan. Krisis ekonomi yang terjadi didunia dan melanda Indonesia mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga kepailitan yang diderita oleh para pengusaha harus ditanggung oleh rakyat. Dalam kenyataannya sector ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat. Oleh karena itu subsidi yang luar biasa banyaknya pada kebijaksanaan masa orde baru hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang yaitu oleh sekelompok konglomerat, sedangkan bilamana mengalami kebangkrutan seperti saat ini rakyatlah yang banyak dirugikan. Oleh karena itu rekapitalisasi pengusaha pada masa krisis dewasa ini sama halnya dengan rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang terpuruk.
  • 28. 28 Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut: a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan dengan program “social safety net”yang popular dengan program Jaring Pengaman Sosial(JPS). Sementara untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, maka Pemerintah harus secara konsisten menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum Pemerintah masa ordebaru yang melakukan pelanggaran. Hal ini akan memberikan Kepercayaan dan kepastian usaha. b. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan menciptakan kondisi kepastian usaha, yaitu dengan Diwujudkan perlindungan hokum serta undang-undang persaingan yang sehat. Untuk itu Pembenahan dan penyehatan dalam sector perbankan menjadi prioritas utama, karena Perbankan merupakan jantung perekonomian. c. Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan system untuk mendorong percepatan perubahan structural (structural transformation). Transformasi structural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsistem ke ekonomi pasar, dari ketergantungan kepada kemandirian, dari orientasi dalam negeri keorientasi ekspor. Dengan sendirinya intervensi birokrat pemerintahan yang ikut dalam proses ekonomi Melalui monopoli demi kepentingan pribadi harus segera diakhiri. Dengan system ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.
  • 29. 29 Kesimpulan Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martbatnya. Tujuan Negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”, “hal ini merupakan tujuan Negara hukum formal, adapun rumusan“ Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ”hal ini merupakan tujuan negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional Saran Kita sebagai warga Negara Indonesia harus turut ikut serta dalam pembangunan Negara Republik Indonesia ini agar tercipta kedamaian yang sesuai dengan semboyan kita dari dulu yaitu Bhineka Tunggal Ika.
  • 30. 30 KATA PENUTUP Demikianlah hasil dari makalah yang telah saya buat dalam rangka memperdalam wawasan tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga dengan terbentuknya makalah ini, saya dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada semua orang yang membacanya. saya juga berharap bahwa dengan terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan bahan-bahan yang terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi tertolong dan tidak kesulitan dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan. Semoga apa yang tertulis di dalam makalah ini memberikan berkah yang tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama Terima kasih atas segala terbentuknya makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya.amin… Cilegon, 16 Desember 2010 Penyusun
  • 31. 31 DAFTAR PUSTAKA Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila “ PARADIGMA “. Yogyakarta: Paradigma Offset