SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Seni Budaya




                       Disusun oleh :

                      Dewi Melawati

                           X-6
Kata Pengantar

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah member rahmat serta
karunia –Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya yang berjudul :

“GERABAH”

       Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian “Gerabah” atau yang
lebih khususnya membahas tentang “Sejarah Gerabah”,diharapkan Makalah ini
dapat memberi informasi kepada kita semua tentang “Gerabah” dan semoga
Makalah ini bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khususnya untuk saya dan
umumnya untuk para pembaca Makalah ini.

       Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

       Akhir Kata ,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Amin
Daftar isi

1. Pengertian Gerabah ……………………………………………
2. Penemuan Gerabah/asal mula Gerabah………………………….
        Pecahan beliung………………………………………………..
        Batu asahan ………………………………………………..
        Gelang…………………………………………………….
        Alat-Alat logam………………………………………….
3. Sejarah Umum dan Sejarah Singkat tentang Gerabah………………..
      Sejarah umum tentang Gerabah…………………………………
      Sejarah tentang Gerabah pada zaman neolitikum………………….
      Sejarah Singkat tentang Gerabah di daerah Plered…………….
              a) Asal Usul Sentra kramik Plered………………….
              b) Perkembangan Kerajinan Keramik Plered……………
4. Proses Pembuatan Gerabah …………………………………………
        Tahapan Pembuatan Gerabah …………………………………
        a. Tahapan Persiapan………………………………………….
        b. Tahap Pengolahan Bahan …………………………………
        c. Tahap pembentukan bahan…………………………………….
        d. Tahap pengeringan …………………………………………
        e. Tahap pembakaran…………………………………………
        f. Tahap finishing……………………………………………..
5. Teknik Pembuatan Gerabah……………………………………...........
        a) Teknik lempeng (slabing)
        b) Teknik pijat (pinching)
        c) Teknik pilin (coiling)
        d) Teknik putar (throwing)
        e) Teknik cetak tekan (press)
        f) Teknik cor atau tuang
6. Fungsi gerabah …………………………………………………………………………………………………
1.Pengertian gerabah

         Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang di bentuk
kemudian di bakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan
manusia.Berdasarkan hasil penelitian,gerabah prasejarah diperkirakan sejaman
dengan masa bercocok tanam.Gerabah sendiri dipergunakan sebagai peralatan
rumah tangga.

         Istilah gerabah biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang terbuat
dari tanah liat.selain disebut dengan gerabah sebagian ada yang menyebutnya
dengan tembikar atau keraamik local,untuk membedakannya dari istilah keramik
asing.

         Gerabah digunakan sebagai alat rumah tangga dan sebagai bagian mas kawin
pada upacara pernikahan.agar gerabah yang dibuat menarik,maka pembuat
memberikan motif hias pada gerabah.gerabah yang digunakan untuk kepentingan
rumah tangga biasanya bermotif sederhana atau polos,sedangkan gerabah untuk
yang lain memerlukan motif yang lebih baik,sebagai contoh motif hias untuk gerabah
pernikahan ditentukan oleh martabatnya maka hiasan pada gerabahnya pun semakin
banyak dan sulit.

2.Penemuan Gerabah/ Asal mula gerabah

         Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah,tepatnya setelah
manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam.situs-situs arkeologi di Indonesia,
telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga
atau keperluan riligius seperti upacara dan penguburan.tembikar yang paling
sederhana dibentuk dengan hanya menggunakan tangan (sidik jari),selain itu
bentuknya kadang tidak simetris.selain dibuat dengan teknik tangan ,tembikar yang
modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar.selain ditemukan
banyak tembikar dan juga terdapat pembuktikan bahwa benda gerabah mulai
dikenal pada masa bercocok tanam.Bukti-bukti tersebut berasal dari
kadenglebu(banyuwangi),kalapadua(bogor),serpong(tangerang),kalumpang dan
minanga sepakka(sulawesi),sekitar bekas danau bandung,timur leste dan poso
(minahasa).Dari temuan-temua tersebut dapat kita simpulkan bahwa teknik
pembuatan gerabah dari masa bercocok tanam masih sederhana.segala sesuatu nya
dikerjakan dengan tangan,sedangkan penggunaan tatap batu dan roda pemutar pada
umumnya dikenal masa perundingan tingkat permulaan,ini belum banyak bukti-
buktinya kecuali beberapa temuan dari tangerang dan disekitar danau
bandung.Temuan yang berasal dari tangerang dan sekitar danau bandung mendekati
sebua hipotesis masyarakat petani di Indonesia cenderung untuk menggabungkan
teknik tatap batu dengan teknik tangan pada tingkat permulaan.

      Merupakan suatu bukti adanya kemampuan manusia dalam menciptakan
teknologi pembuatan gerabah.hal ini dikarenakan fungsi gerabah diantaranya
sebagai tempat penyimpanan makanan.Dalam perkembangan berikutnya gerabah
tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpanan makanan,tetapi beraneka
ragam,bahkan menjadi salah satu barang yang memiliki nilai tinggi.

      Penelitian terhadap situs kadenglembu dilakukan oleh Heekeren pada tahun
1941 dan soejono pada tahun 1969 menemukan sejumlah kereweng tidak
berhias,diantaranya ada yang memperlihatan warna merah yang dipoleskan pada
pemukaan luarnya.Bentuk gerabah yang ditemukan di kedenglembu masih
sederhana,karena sebagian besar temuan berupa fragmen tepian dan badan dari
periuk yang pada umunya bentuknya membulat.Dari data yang terkumpul,diketahui
bahwa bentuk periuk umumnya kebulat-bulatan dengan tepian melihat ke
luar.Gerabah seperti itu dibuat oleh kelompok masyakat petani yang selalu terikat
dalam hubungan social –ekonomi dan kegiatan ritual.Dari daerah kelapadua ,
ditemukan gerabah yang lebih banyak dari pada yang ditemukan di kadenrang
lembu.Dari hasil penilitian ternyata gerabah yang ditemukan di kalapadua lebih baik
dalam pembuatannya,akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal pembakaran,dimana
pembakarannya kurang sempurna sehingga menagkibatkan sebagian gerabah yang
ada di kalapadua tidak bias bertahan lama.gerabah ditemukan dalam keadaan rapuh
dan mudah pecah.hampir sebagian gerabah yang ditemukan di kalapadua telah
terkikis sehingga mengaibatkan pola hias yang tidak bisa diketahui.

      Gerabah yang ditemukan dikalapadua berasal dari masa bercocok tanam.hal
ini diperkuat oleh beberapa temuan lain yang berkaitan dengan masa bercocok
tanam,seperti :

      Pecahan beliung
Batu asahan




Gelang




Alat-alat logam
Gerabah dari bandung umumnya tebal-tebal (antara 5-20 mm) dan berwarna
merah.

Tanda-tanda hiasan masih tampak ,yaitu berupa goresan-goresan pola sisir dan pola
tali,tetapi pada umumnya polos dipoles dengan warna merah pada permukaan
luarnya.Dari figmen-figmen yang

      Peninggalan gerabah yang ditemukan di Sulawesi tengah diperkirakan berasal
dari masa bercocok tanam,karena ditemukan bersama unsur-unsur beliung dan kapak
yang diupam.situs penemuan yang ada di Sulawesi tenggara yaitu di daerah minangka
sipakka yang terletak di sungai karama.

3.Sejarah umum secara singkat dan sejarah tentang gerabah

    Sejarah umum tentang gerabah dan peranannya

      Dalam dunia arkeologi gerabah sudah sangat terkenal.namun orang awam pun
menyebutnya dari sisi yang lain.berbagai benda yang dihasilkan oleh para pengrajin
,sepeti: gentong,pasu,pot bunga,mangkok,cobek,kendi dan sebagainya,serta
seringnya diadakan pameran,menandakan bahwa benda tersebut cukup popular di
mata masyarakat.

      Istilah gerabah ini biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang
terbuat dari tanah liat.selain dengan sebutan diatas,ada pula sebagian orang
menyebutnya dengan tembikardan sebagian orang lagi keramik lokal, untuk
membedakannya dari istilah keramik asing.

      Gerabah dibuat dari satu dua jenis tanah liat yang dicampur.warnanya tidak
bening,berpori dan bersifat menyerap air.campuran yang digunakan terdiri dari
pasir kasar atau pasir halus dan pembakarannya antara 1000-1150 derajat
Celsius.kadang-kadang lebih dari itu.

      Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa neolithikum (kira –kira 10.000
      tahun SM)di daratan eropa dan mungkin pula sekitar masa paleolitik (kira-
      kira 25.000 tahun SM) di daerah timur dekat.menurut ahli kebuudayaan
      ,gerabah merupakan kebudayaan yang universal(menyeluruh).artinya gerabah
      ditemukan dimana-mana ,hamper diseluruh bagian dunia.perkembangannya
bahkan juga penemuannya muncul secara individual di tiap daerah tanpa harus
selalu mempengaruhi.mungkin juga masing-masing bangsa menemukan diri
sendiri system pembuatan gerabah tanpa adanya unsure peniruan dari bangsa
lain.

         Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa
food gathering (pengumpulan makanan). Pada masa ini masyarakat hidup
secara nomade,senantiasa berpindah-pindag dari satu tempat ke tempat yang
lainnya.dalam corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat digunakan secara
efektif karena gerabah juga merupakan benda yang kuat dari pada yang
dibuat dari bahan lain,seperti kayu atau kulit binatang.

         Yang terpenting ,bahan pembuatan gerabah mudah di dapat.tanah liat
terdapat di mana-mana.karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap
masyarakat bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri.akan tetapi
mengenai proses penemuan gerabah itu sendiri,belum satu orang pun bisa
menguraikannya secara ilmiah.barangkali bisa diuraikan begini.pada waktu itu
beberapa orang sedang membakar hasil buruannya.kebetulan pembakaran itu
dilakukan atas tanah yang tergolong tanah liat.setelah membakar daging
itu,mereka mendapatkan tanah di bawahnya berubah menjadi keras.dari
sinilah muncul gagasan untuk membuat suatu wadah dari tanah liat yang du
bakar.

         Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai factor yang utama
,meskipun panas matahari barang kali dapat juga dipakai untuk fungsi yang
sama karena itu dapat dipastikan bahwa muncul nya gerabah merupaka efek
lain dari penemuan dan domestikasi api masyarakat yang belum mengenal api
tentulah mustahil,bisa memproduksi gerabah dengan demikian tapsiran bahwa
gerabah mulai pertama dikenal pada masa neolithik dapat diterima ,sebab
penemuan dan domestikasi api baru dikenal.Pada akhir masa paleolitik atau
awal masa neolithik.

         Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia
hidup dalam corak berbulu dan mengumpulkan makanan usaha mengumpulkan
makanan berarti membutuhkan sesuatu untuk wadah makanan tersebut.dalam
hali ini wadah yang paling tepat adalah gerabah karena gerabah mudah dibawa
      kemana saja dan ini sesuai dengan corak hidup nomaden karena itu lah
      gerabah memiliki arti yang penting bagi manusia hingga ia dapat diterima
      dalam setiap kebudayaan dan terus semakin berkembang selama belum
      ditemukan wadah lain yang memiliki tingkat efektivitas semakin tinggi.

               Penggunaan gerabah oleh suatu kelompok manusia memiliki arti penting
      bahkan jauh lebih penting dari pada yang bisa kita bayangkan.dengan
      dikenalnya wadah yang kecil mudah dibawa dan kuat , suatu kebudayaan maju
      selangkah lagi ke arah kebudayaan yang lebih tinggi.apa lagi dengan di
      kenalnya corak kebudayaan hidup menetap funsi gerabah semakin meluas.
      kebutuhan gerabah yang beraneka ragam melahirkan tipe-tipe gerabah yang
      semakin banyak kalau sebelumnya digunakan wadah lain yang jauh lebih sulit
      diperoleh,kini mereka bisa membuat wadah gerabah yang lebih mudah di
      dapat.

               Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia
      merupakan unsure yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan
      aspek-aspek kehidupan manusia sampai kini.gerabah yang berhasil di temukan
      terutama bentuk wadah seperti
      :periuk,cawan,pedupaan,kendi,tempayan,piring dan cobek.

    Sejarah tentang Gerabah pada zaman neolitikum

   Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman neolitikum ini jalan jenis kapak
persegi dan kapak lonjong.Untuk meningkatkan pemahaman anda tentang
perkembangan kapak tersebut maka amatilah gambar 1.7 di bawah ini !
Masih ingat anda nama kapak pada gambar 1.7 ?

    Kalau anda ingat nama kapak tersebut berarti anda masih ingat asal-usul
penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.

         Nama kapak persegi di beri nama oleh Van Heine Heldern atas dasar
penampang lintangnya panjang atau trapezium.

         Penampang kapak tersedia dalam berbagai ukuran,ada yang besar dan ada
yang kecil.yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai
cangkul / pacul.sedangkan yang berukuran kecil disebut dengan tarah/tatah dan
fungsinya sebagai alat pahat/ alat untuk mengerjakan kayu sebagai mana lazimnya
pahat.

         Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa , juga dibuat dari
batu api(chalcedon).kemungkinan besar kapak yang terbuat dari kapan chalcedon
hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan,azimat atau tanda kebesaran.

         Daerah asal kapak persegi adalah daratan asia masuk ke Indonesia melalui
jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatra,jawa,bali, Nusa
Tenggara,Kalimantan<Sulawesi dan Maluku.

         Walau pun kapak persegi berasal dari daratan asia,tetapi di Indonesia banyak
ditemukan pabrik /tempat pembuatan kapan tersebut yaitu di Lahat(Sumatra
selatan),bogor, sukabumi,karawang,tasikmalaya,pacitan serta lereng selatan gunung
ijien(jawa timur).
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi,di
Indonesia timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya
berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.untuk mengetahui kapak lonjong
silahkan amati gambar 1.8 berikut ini :




      Gambar 1.8 kapak lonjong

      Sebagian kapak lonjong dibuat dari batu kali dan warnanya kehitam-
hitaman.bentuk eseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya
yang lancip menjadi tempay tangkainya ,sedangkan ujung lainnya di asah hingga
tajam .untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah di asah halus.

      Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan
walzenbeil dan yang kecil d sebut dengan keinbeil.sedangkan fungsi kapak lonjong
sama dengan kapak persegi.Daerah penyebaran kapak lonjong adalah
minahasa,gerong,seram,leti,tanimbar dan irian.Dari irian kapak lonjong tersebar
meluas sampai kepulauan Melanesia,sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain
dari kapak lonjong dengan sebutan neolitikum papua.
Perhatikan table berikut :

     Table 1.5 hasil kebudayaan neolitikum dan penyebarannya

No Hasil      Ukuran         Jalur penyebaran           Daerah               Fungsi       Manusia
   kebudayaan                                           penyebaran di                     pendukung
   neolitikum                                           Indonesia
1. Kapak      Beliung(besar) Daratan asia,              Sumatra,jawa,bali,   Alat         Suku
   persegi    Taran(kecil)   malaysia barat,            Kalimantan,nusa      pertanian,   Nias,toraja,
                             Sumatra,jawa,bali          tenggara ,maluku     pacul dan    Sasak,dayak,
                                                                             alat         Batak,
                                                                             upacara      (proto
                                                                                          melayu)
2.   Kapak           Walzwnbeil      Daratan asia       Irian,leti,tanimbar, Alat
     lonjong         (besar)         ,jepang,           Seram,gorong,        pertanian,
                     Kleinbeil       Formosa,           Minahasa             Alat
                     (kecil)         Philipina,                              upacara.
                                     Minahasa
                                     Irian


               Pada zaman neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong
     juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan , gerabah dan
     pakaian.Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu,baik batu
     biasa maupun batu berwarna atau batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.

               Selain perhiasan ,gerabah juga baru dikenal pada zaman neolithikum,dan
     teknik pembuatannya masih sangat sederhana karena hanya menggunakan tangan
     tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang.sedangkan pakaian yang dikenal oleh
     masyarakat pada zaman neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan
     penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi selatan. Hal ini
     berarti pakaian yang dikenal pada zaman neolithikum berasal dari kuli kayu.dan
     kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku toraja ,
     yang terbuat dari kulit kayu.

               Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan neolithikum ,maka untuk
     memudahkan anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu.simaklah
     tabel 1.6 berikut ini :
Tabel 1.6 ikhtisar kebudayaan zaman batu

No    Zaman           Hasil kebudayaan             Manusia            Cirri-ciri hasil
                                                   pendukung          budaya
1.    PalaelithikumKapak genggam                   *homo erectus      Batunya kasar
                   ,chopper/kapak                  *homo sapiens      Belum di
                   perimbas,                       Wajakensis         bentuk
                   Alat –alat                      *homo sapiens
                   serpih/flekes,alat-alat         Soloensis
                   tulang
2.    Mesolothikum Kjokken moddinger abris         *Papua             Batunya agak
                   sous roche pebble               melanosoide        halus , agak
                   ,hache                                             dibentuk
                   courte,flakes,ujung mata                           sesuai
                   panah,pipisan                                      kebutuhan
3.    Neolithikum  Kapak persegi                   Proto melayu       Batunya sudah
                   Kapak lonjong                   (suku              halus dibentuk
                   Perhiasan dan                   Nias,toraja,dayak, sesuai
                   Gerabah                         Sasak)             kebutuhan


      sejarah tentang gerabah di daerah plered




                 Contoh bentuk-bentuk gerabah di daerah plered

       Plered adalah nama daerah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dengan luas
wilayah 91.172 Ha. Sejarah Plered tidak lepas dari sejarah keramik dan
perjuangannya, dimana wilayah Palered, Cirata, Gandasoli, dan Citalang termasuk
kota atau desa tua di Kabupaten Purwakarta. Sejarah Plered dan keramik sudah ada
sejak jaman Neolitikum. Pada jaman tersebut sudah ada penduduk yang berdatangan
menyusuri sungai Citarum ke daerah Cirata. Dari hasil penggalian di daerah ini
ditemukan peninggalan dari batu kapak persegi, alat untuk menumbuk dari alu dan
batu, termasuk ditemukan belanga dan periuk dari tanah liat, juga ditemukan adanya
Panjunan (Anjun) tempat membuat keramik.
Asal muasal nama Plered mempunyai beragam versi diantaranya nama tersebut
berasal dari masa tanam paksa dimana pada waktu itu daerah ini merupakan tempat
penanaman kopi yang hasilnya diangkut dengan pedati-pedati kecil yang ditarik oleh
kerbau (disebut PALERED dan selanjutnya berkembang menjadi “PLERED”) pedati
mengangkut kopi tersebut terbuat dari papan kayu baik roda maupun pedatinya
sehingga kuat sekali ketika melewati jalan berlumpur.

   Pengangkutan kopi tersebut menuju Cikao Bandung/Jatiluhur yang selanjutnya
diangkut menggunakan rakit ke Tanjung Priok menyusuri sungai Citarum.

a) Asal-usul Sentra Keramik Plered

   Cerita lain yang tidak kalah menariknya adalah tentang asal usul nama sebuah
   kampung di Kecamatan Plered yang merupakan pusat pembuat keramik di desa
   itu, yang bernama “Anjun”.
             Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Anjun itu:
       Ada yang mengatakan bahwa kata “Anjun” itu adalah kependekan dari kata
   “Panjunan” yaitu tempat orang membuat “Jun”. Kata “Jun” menurut kamus
   Bausastra Jawa karangan S. Prawiro Atmojo mempunyai arti “Buyung”. Jadi
   menurut asal katanya, “Paanjunan” atau “Panjunan” itu adalah tempat orang
   membuat buyung atau wadah/penyimpan air. Hal itu sama dengan arti di dalam
   kamus yang lain seperti Kamus Umum Basa Sunda, yang menyebutkan bahwa
   “Anjun” adalah “tukang nyieun gagarabah ( keramik )”. Yang lain mengatakan
   bahwa kata “Anjun” itu berasal dari nama seorang pangeran yang berasal dari
   Cirebon “Panjunan”, menurut cerita rakyat itu demikian. Konon pada jaman
   dahulu, sejaman dengan permulaan agama Islam masuk ke tanah Jawa, seorang
   pangeran dari kesultanan Kanoman Cirebon yang bernama Panjunan
   menyebarluaskan agama Islam ke berbagai daerah di Jawa Barat, sambil
   mengajarkan keahliannya membuat barang-barang keramik kepada para
   pengikutnya di daerah yang ia kunjungi. Hampir kebanyakan para pembuat
   keramik di daerah-daerah tersebut menganggap pangeran ini sebagai tokoh
   legendaris yang perlu dihormati dan dikeramatkan, sehingga di beberapa daerah
   khususnya di Jawa Barat, namanya diabadikan di sentra-sentra pembuatan
   keramik antara lain di Cirebon, Sitiwinangun ada Panjunan Astana Japura dan
   Plered – Purwakarta ada “Kampung Anjun”, di Karawang, Tanjungpura ada
   kampung “Anjun Kanoman”.            Mengingat bahwa Pangeran Panjunan pernah
   hidup sejaman dengan Sunan Gunung Djati yaitu di sekitar abad ke-15. Ini
memberikan suatu indikasi bahwa tradisi pembuatan keramik di beberapa sentra
   di Jawa Barat telah ada jauh sebelum kedatangan bangsa Belanda.
      Cerita lainnya mengenai keramik Plered sebagai bentuk kerajinan, sudah
   tampak sejak jaman kolonial Belanda yaitu sekitar tahun 1795 dimana sekitar
   Citalang ada Lio-lio (tempat pembuatan genteng dan batu batu), dari sejak itu
   rumah penduduk yang semua beratap ijuk, sirap, daun kelapa dan alang-alang
   berubah menjadi genteng. Bahkan disekitar Anjun (Panjunan) sudah dimulai
   pembuatan gerabah/tembikar. Mulai tahun 1935, gerabah menjadi industri
   rumah tangga dan pada tahun yang sama pula ada perusahaan Belanda yang
   membuat pabrik besar bernama Hendrik De Boa di Warungkandang, Plered.
      Pada jaman pendudukan Jepang, kerajinan keramik mengalami kemunduran
   akibat penduduknya bekerja sebagai romusha, terutama sekitar Ciganea dan
   Gunung Cupu. Sedangkan pabrik De Boa dikuasai dan diganti namanya menjadi
   Toki Kojo, Kendati demikian perusahaan tersebut tetap berjalan.
   Pada masa kemerdekaan produksinya nyaris terhenti karena keterlibatan
   penduduk dalam perjuangan hingga tanggal 29 Desember 1945 berangsur baik
   dan mulai bangkit, apalagi sejak tahun 1950 Bung Hatta membuka resmi induk
   keramik yang gedungnya dekat Gonggo, Plered. Dimana pada saat itu didatangkan
   mesin-mesin dari Jerman dan mencapai masa kejayaan karena produksinya
   relatif tinggi, selain itu induk keramik tersebut berjasa dalam membimbing
   industri rumah tangga hingga berkembang pesat.

      Data lain menyebutkan, dari tokoh masyarakat Plered Bapak Darma Kapal
   bahwa kerajinan keramik ada sejak tahun 1904, dimana pada waktu itu sudah
   dibuat gerabah kasar untuk kebutuhan rumah tangga dengan tokohnya Ki Dasjan,
   Sarkun, Aspi, Entas, Warsya dan Suhara. Sampai generasi sekarang banyak
   mengalami kemajuan, kondisi terkini sudah terdapat sekitar 286 unit usaha
   dengan mempekerjakan sekitar 3000 orang dengan nilai produksi berkisar 17,5
   milyar. Produksinya selain untuk permintaan pasar lokal juga diekspor keberbagai
   negara diantaranya ke Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Belanda,
   Kanada, Saudi Arabia, Amerika Serikat dan Latin, Inggris, Spanyol, Italia dan
   mancanegara lainnya.

b) Perkembangan Kerajinan Keramik Plered

      Keramik sebagai bentuk kerajinan sudah Nampak pada jaman colonial
Belanda,mulai tahun 1795 yang pada saat itu di sekitar Citalang ada lio-lio (tempat
pembuatan genteng dan batu bara) .sejak itu lah rumah-rumah rakyat yang semula
beratap ijuk,sirap,daun kelapa atau alang-alang di sekitar plered dan di kabupaten
karawang mulai di ganti dengan atap genteng bahkan di sekitar Anjun (Panjunan)
sudah mulai pembuatan gerabah atau tembikar.

      Mulai tahun 1935,produk gerabah yang diglasir di plered menjadi industry
rumah tangga.Pada tahun tersebut,terdapat perusahaan belanda yang membuka
pabrik glasir bernama Hendrik De Boa di warung Kondang,plered.

      Pada zaman colonial Jepang,kerajinan keramik mengalami kemunduran akibat
penduduknya harus bekerja sebagai Romusha,utamanya di sekitar kaki Gunung Cupu
dan Ciganea.Sedangkan pabrik De Boa dikuasai dan di ganti namanya jadi Toki
Kojo.Kendati demikian perusahaan tersebut tetap berjalan.

      Pada masa kemerdekaan,produksi gerabah dan keramik di plered nyaris
terhenti sama sekali karena keterlibatan penduduk dalam gerakan
perjuangan.Setelah penyerahan kedaulatan tanggal 29-desember-1949,keadaan di
plered berangsur membaik,sehingga produksi gerabah dan keramik mulai bangkit
kembali di tandai dengan Bung hatta membuka resmi induk keramik yang gedungnya
dekat Gonggo pada 1950.Pada masa itu mesin-mesin didatangkan dari jerman lantas
mencapai masa kejayaannya karena produktivitasnya relative tinggi.Disamping itu
induk keramik berjasa dalam membimbing industry tumah tangga hingga
berkembang pesat.

      Saat ini seiring dengan perkembangan jaman dan pergeseran paradigma,
tengah terjadi pembenahan dalam penerapan rekayasa desain,teknologi dan
manajemen yang dilakukan secara koordinatif antara kelompok kerja klaster
industry kerajinan keramik plered yang berada di bawah binaan direktorat jenderal
industry kecil dan menengah,departemen perindustrian bekerja sama dengan UPTD
litbang keramik plered sebagai instansi di bawah Dinas perindustrian,perdagangan
dan penanaman modal kabupaten purwakarta di dukung secara akademis oleh Ti HI-
LINK yang merupakan satgas kemitraan perguruan tinggi bagi masyrakat pengrajin
dari FSRD-institut Teknologi Bandung.

      Kondisi terkini adalah tercatat sekitar 264 unit usaha yang memperkerjakan
sekitar 3000 orang dengan nilai produksi berkisar 8,5 milyar rupiah.Produksinya di
ekspor ke berbagai Negara diantaranya :
Jepang,Taiwan ,korea,Australia,new Zealand,belanda, kanada,Saudi Arabia,amerika
serikat dan amerika latin,inggris,spanyol,italia dan berbagai Negara manca Negara
lainnya.

       Dalam teori seni rupa dinyatakan bahwa sebagaimana dikemukakan oleh
koentjaraningrat kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang universal
dan dapat ditemukan pada semua kebudayaan di dunia,baik dalam masyarakat
perkotaan yang besar dan kompleks.Gerabah sebagai salah satu bagian dari hasil
budaya manusia,dalam system social budaya masyarakat tradisional memiliki
keterkaitan yang erat dengan berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional
masyarakat “gerabah” menjadi salah satu bentuk buah karya yang bernilai seni yang
tinggi dan sekaligus tradisi nenek moyang turun-temurun yang pernah ada dan
sampai sekarang masih dipertahankan sebagai suatu keahlian penduduk setempat
yang telah diakui dunia.Dulu gerabah biasa digunakan untuk menyimpan beras,garam
dan bumbu-bumbuan disamping digunakan untuk tujuan memasak.

       Gerabah sebagai salah satu bagian dari hasil budaya manusia,dalam system
social budaya masyarakat tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan
berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional masyarakat pendukungnya.Gerabah
atau tembikar merupakan peninggalan budaya tradisional yang tergolong sangat
tua.menurut para ahli,berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa benda-
benda tembikar atau gerabah sudah dikenal sejak masa bercocok tanam.

4.proses pembuatan gerabah
Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk
setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang
dipasarkan di Bali, yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam
proses pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan.
Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir
yang dicapai oleh masing – masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan
badan gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang menggunakan alat tradisional
dengan tenaga gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju
ada menggunakan alat putar dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat
yang kedua dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam pengoperasiannya
serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga. Perbedaan alat tersebut dapat dilihat
pada contoh berikut.
Tahapan proses pembuatan gerabah :
a. Tahap persiapan
   Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
   1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
   2). Mempersiapkan bahan campurannya
   3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.


b. Tahap pengolahan bahan.
    Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang
dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing kriyawan
gerabah dewasa ini banyak yang sudah mengalami kemajuan jika dilihat dari
perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan
gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai
pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan bahan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada umumnya
pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah tradisional di
Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering.

    Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan
secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit.
Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh
kriyawan yang telah memiliki peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara
basah ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan
pengolahan secara kering. Misalnya : bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer),
  alat penyerap air dan lain-lain.




      Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1). Penumbukan bahan sampai halus.
2). Pengayakan hasil tumbukan
3). Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus atau
serbuk batu padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan
kriyawan gerabah masing – masing. Kemudian tanah yang telah tercampur
ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen. Selanjutnya bahan
gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan badan gerabah. Pencampuran ini
bertujuan untuk memperkuat body gerabah pada saat pembentukan dan
pembakaran.
c. Tahap pembentukan badan gerabah.

       Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain : teknik
putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit
(pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas (putar+slab,
putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga dapat dilihat dari dua
tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian
dekorasi/ornamen.

      Umumnya kriyawan gerabah dominan menerapkan teknik putar walaupun
dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit adalah teknik dasar membuat
gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari
oleh pembuat keramik Jepang untuk membuat mangkok yang mementingkan
sentuhan tangan yang khas




                                             d. Tahap pengeringan.

                                                    Proses pengeringan dapat
                                             dilakukan dengan atau tanpa panas
                                             matahari. Umumnya
                                             pengeringangerabah dengan panas
                                             matahari dapat dilakukan sehari
                                             setelah proses pembentukan selesai
e. Tahap pembakaran.

      Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan sekali,
berbeda dengan badan keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang
biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran badan mentah (bisque fire) dan
pembakaran glazur (glaze fire). Kriyawan tradisional pada mulanya membakar
gerabahnya di ruangan terbuka seperti di halaman rumah, di ladang, atau di lahan
kosong lainnya. Menurut Daniel Rhodes model pembakaran seperti ini telah dikenal
sejak 8000 B.C. dan disebut sebagai tungku pemula (early kiln). Penyempurnaan
bentuk tungku dan metode pembakarannya telah dilakukan pada jaman prasejarah
(Rhodes, Daniel, 1968:1).

      Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, penyempurnaan tungku
pembakaran keramik juga semakin meningkat dengan efesiensi yang semakin baik.
Penyempurnaan tungku ladang selanjutnya adalah : tungku botol, tungku bak, tungku
periodik (api naik dan api naik berbalik).
f. Tahap Finishing

      Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah
proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan
bahan lain, dan lain-lain.
5.teknik membuat gerabah

a). Teknik lempeng (slabing)

       Teknik lempeng atau slabing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat
benda gerabah berbentuk kubistis atau kubus dengan permukaan yang rata. Teknik
ini diawali dengan pembuatan lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu
penggilas. Setelah men membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian
tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.




b).Teknik pijat (pinching)




       Teknik pijat atau pinching merupakan teknik dengan membuat keramik dengan
cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan.Tujuan dari penggunaan dari
teknik ini adalah agar tanah liat lebih padat dan tak mudah mengelupas sehingga
hasilnya akan menjadi tahan lama.
-proses pijat dapat dilakukan dengan cara :

 Ambil segumpal tanah liat plastis
 Tanah liat tersebut diulet-ulet dan dipijit-pijit dengan ibu jari sambil dibentuk
  sesuai dengan bentuk benda yang diinginkan
 Halus kan dengan menggunakan koas atau pun kain halus

c).Teknik pilin (coiling)




      Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar
tanah liat yang di bentuk pilin atau yang seperti tali.

-cara melakukan teknik ini adalah

 Segumpal tanah liat dibentuk pilinan dengan kedua belah telapak tangan
 Ukuran setiap pilinan sesuaikan dengan kebutuhan
 Pilinan tanah liat tersebut disusun secara melingkar sehingga menjadi bentuk
  yang diinginkan
 Jangan lupa setiap susunan di tekan dan tambahkan air supaya menempel

d).Teknik putar (throwing)




     untuk membuat gerabah dengan teknik putar atau throwing,kamu
memerlukan alat bantu berupa subang pelarik atau alat putar elektrik.

-cara melakukan teknik ini :

   Mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat
   Taruhlah tanah liat di atas meja putar tepat dibagian tengah-tengahnya
   Tekan tanah liat dengan kedua belah tangan sambil diputar
   Bentuk tanah liat sesuai keinginan
        Teknik putar pada umumnya menghasilkan benda dengan bentuk bulat ataupun
    silindris(siilinder)

e). Teknik cetak tekan (press)

      Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya
disesuaikan dengan cetakan.teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan
waktu yang singkat dan cepat.
f). Teknik cor atau tuang

      Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan
menggunakan acuan alat cetak.tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah
tanah liat cair.cetakan ini biasanya terbuat dari bahan gips.bahan gips digunakan
karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga tanah liat menjadi cepat
kering.

      7. Fungsi gerabah

      Fungsi gerabah berdasarkan fungsinya ,gerabah digolongkan menjadi :

   a) Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara langsung kepada
      penggunanya bentuk gerabah.fungsional antara lain : pot bunga ,tempat
      fayung,tempayan,kendi,asbak,tempat lilin dan peralatan dapur.
   b) Non fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai barng-
      barang hiasan ruang seperti : guci

More Related Content

What's hot

Perkembangan Masa Kanak-Kanak
Perkembangan Masa Kanak-KanakPerkembangan Masa Kanak-Kanak
Perkembangan Masa Kanak-KanakAnggiani Qodariah
 
modul pembelajaran seni tari
modul pembelajaran seni tarimodul pembelajaran seni tari
modul pembelajaran seni tariDediSupriyatna4
 
Model Evaluasi Pembelajaran Goal Free
Model Evaluasi Pembelajaran Goal FreeModel Evaluasi Pembelajaran Goal Free
Model Evaluasi Pembelajaran Goal FreeAmbar Fidianingsih
 
Program semester Bahasa Inggris
Program semester Bahasa InggrisProgram semester Bahasa Inggris
Program semester Bahasa InggrisRia Dwi Pratiwi
 
Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"
Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"
Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"Lutfiyah El-khalil
 
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignMengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignUwes Chaeruman
 
MODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPA
MODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPAMODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPA
MODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPAPPGhybrid3
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuNur Haida
 
Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]
Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]
Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]Liston Siburian
 
Laporan observasi ppl
Laporan observasi pplLaporan observasi ppl
Laporan observasi pplMut Mu3tiah
 
Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar
Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar
Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar Arnesia Indirasari
 
Pengenalan alat-semprot
Pengenalan alat-semprotPengenalan alat-semprot
Pengenalan alat-semprotaevraury
 
Laporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaranLaporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaraninesnurjanah
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 

What's hot (20)

Perkembangan Masa Kanak-Kanak
Perkembangan Masa Kanak-KanakPerkembangan Masa Kanak-Kanak
Perkembangan Masa Kanak-Kanak
 
modul pembelajaran seni tari
modul pembelajaran seni tarimodul pembelajaran seni tari
modul pembelajaran seni tari
 
Model Evaluasi Pembelajaran Goal Free
Model Evaluasi Pembelajaran Goal FreeModel Evaluasi Pembelajaran Goal Free
Model Evaluasi Pembelajaran Goal Free
 
Kalibrasi
KalibrasiKalibrasi
Kalibrasi
 
Program semester Bahasa Inggris
Program semester Bahasa InggrisProgram semester Bahasa Inggris
Program semester Bahasa Inggris
 
Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"
Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"
Desain Kemasan Produk Batik Jumputan "Galuh Kadiri"
 
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignMengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
 
MODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPA
MODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPAMODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPA
MODUL V SENI BUDAYA KB1: PEMBELAJARAN APRESIASI SENI RUPA
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]
Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]
Power point jenis jenis kurikulum [autosaved]
 
Laporan observasi ppl
Laporan observasi pplLaporan observasi ppl
Laporan observasi ppl
 
Teknologi Pendidikan
Teknologi PendidikanTeknologi Pendidikan
Teknologi Pendidikan
 
Makalah pasca-panen-dan-mekanisasi
Makalah pasca-panen-dan-mekanisasiMakalah pasca-panen-dan-mekanisasi
Makalah pasca-panen-dan-mekanisasi
 
Presentasi gita
Presentasi gitaPresentasi gita
Presentasi gita
 
Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar
Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar
Model pembelajaran MIND MAPPING dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Pengenalan alat-semprot
Pengenalan alat-semprotPengenalan alat-semprot
Pengenalan alat-semprot
 
Laporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaranLaporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaran
 
MBS manajemen pendidikan
MBS manajemen pendidikanMBS manajemen pendidikan
MBS manajemen pendidikan
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 

Viewers also liked

ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...Deli Maulana Jabet
 
Sejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XI
Sejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XISejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XI
Sejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XIamrinarosada7x
 
Ragam hias keramik
Ragam hias keramikRagam hias keramik
Ragam hias keramikMuhammad Kdr
 
Neolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah Indonesia
Neolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah IndonesiaNeolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah Indonesia
Neolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah IndonesiaKevin Meilina
 
PERADABAN AWAL DI AFRIKA
PERADABAN AWAL DI AFRIKAPERADABAN AWAL DI AFRIKA
PERADABAN AWAL DI AFRIKABrigita Cindy
 
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah) zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)lutfiaditya334
 
Assgment psv3104 new
Assgment psv3104 newAssgment psv3104 new
Assgment psv3104 newMdham Mat
 
Alat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS X
Alat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS XAlat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS X
Alat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS XAwanda Gita
 
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinDemokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinNizar Dwi Cahyo
 

Viewers also liked (16)

Seni Gerabah
Seni GerabahSeni Gerabah
Seni Gerabah
 
Gerabah Kasongan dan Pundong
Gerabah Kasongan dan PundongGerabah Kasongan dan Pundong
Gerabah Kasongan dan Pundong
 
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
 
Sejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XI
Sejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XISejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XI
Sejarah Gerabah - Seni Budaya Kelas XI
 
Kesenian
KesenianKesenian
Kesenian
 
Ragam hias keramik
Ragam hias keramikRagam hias keramik
Ragam hias keramik
 
Peradaban kuno asia dan afrika 1
Peradaban kuno asia dan afrika 1Peradaban kuno asia dan afrika 1
Peradaban kuno asia dan afrika 1
 
Zaman megalithikum
Zaman megalithikum Zaman megalithikum
Zaman megalithikum
 
Neolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah Indonesia
Neolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah IndonesiaNeolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah Indonesia
Neolithikum (Zaman Batu Muda) | Sejarah Indonesia
 
PERADABAN AWAL DI AFRIKA
PERADABAN AWAL DI AFRIKAPERADABAN AWAL DI AFRIKA
PERADABAN AWAL DI AFRIKA
 
zaman logam
 zaman logam zaman logam
zaman logam
 
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah) zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 
Assgment psv3104 new
Assgment psv3104 newAssgment psv3104 new
Assgment psv3104 new
 
Alat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS X
Alat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS XAlat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS X
Alat alat zaman neolithikum SEJARAH KELAS X
 
Neolithikum
NeolithikumNeolithikum
Neolithikum
 
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinDemokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
 

Similar to Gerabah

Penelitia Gajah purba
Penelitia Gajah purbaPenelitia Gajah purba
Penelitia Gajah purbatathian net
 
Materi sejarah-kls-x-2-semester
Materi sejarah-kls-x-2-semesterMateri sejarah-kls-x-2-semester
Materi sejarah-kls-x-2-semesterAgus Harianto
 
Makalah sejarah indonesia (flake tool)
Makalah sejarah indonesia (flake tool)Makalah sejarah indonesia (flake tool)
Makalah sejarah indonesia (flake tool)Rest Slalu
 
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptxSJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptxnurulhidayat267738
 
Pembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologisPembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologisDian Agustin
 
Kebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraKebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraNur Anisah
 
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARAHASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARARayhan Ilham
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARARayhan Ilham
 
Pertemuan ke 8 zaman mesolithikum
Pertemuan ke 8 zaman mesolithikumPertemuan ke 8 zaman mesolithikum
Pertemuan ke 8 zaman mesolithikumyadilia
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARARayhan Ilham
 
Makalah batik Pekalongan
Makalah batik PekalonganMakalah batik Pekalongan
Makalah batik Pekalonganyunitariyani
 
sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"balqis18
 
Sejarah-Masa Perundagian&Masa Megalitikum
Sejarah-Masa Perundagian&Masa MegalitikumSejarah-Masa Perundagian&Masa Megalitikum
Sejarah-Masa Perundagian&Masa Megalitikumcoolkidz zone
 
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di IndonesiaPerkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di IndonesiaRauda Nevilia
 
Materi sejarah kls X semester 2
Materi sejarah kls X semester 2Materi sejarah kls X semester 2
Materi sejarah kls X semester 2ekan candra
 
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesiaPeriodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesiaMentari Arsharanti
 

Similar to Gerabah (20)

Penelitia Gajah purba
Penelitia Gajah purbaPenelitia Gajah purba
Penelitia Gajah purba
 
GERABAH.pptx
GERABAH.pptxGERABAH.pptx
GERABAH.pptx
 
Materi sejarah-kls-x-2-semester
Materi sejarah-kls-x-2-semesterMateri sejarah-kls-x-2-semester
Materi sejarah-kls-x-2-semester
 
Makalah sejarah indonesia (flake tool)
Makalah sejarah indonesia (flake tool)Makalah sejarah indonesia (flake tool)
Makalah sejarah indonesia (flake tool)
 
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptxSJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
 
Periodesasi budaya di Indonesia
Periodesasi budaya di Indonesia Periodesasi budaya di Indonesia
Periodesasi budaya di Indonesia
 
Pembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologisPembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologis
 
Sitti wulan purnama wahda syam
Sitti wulan purnama  wahda syamSitti wulan purnama  wahda syam
Sitti wulan purnama wahda syam
 
Kebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraKebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksara
 
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARAHASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
 
Pertemuan ke 8 zaman mesolithikum
Pertemuan ke 8 zaman mesolithikumPertemuan ke 8 zaman mesolithikum
Pertemuan ke 8 zaman mesolithikum
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
 
Tugas sejarah indonesia
Tugas sejarah indonesiaTugas sejarah indonesia
Tugas sejarah indonesia
 
Makalah batik Pekalongan
Makalah batik PekalonganMakalah batik Pekalongan
Makalah batik Pekalongan
 
sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"
 
Sejarah-Masa Perundagian&Masa Megalitikum
Sejarah-Masa Perundagian&Masa MegalitikumSejarah-Masa Perundagian&Masa Megalitikum
Sejarah-Masa Perundagian&Masa Megalitikum
 
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di IndonesiaPerkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
 
Materi sejarah kls X semester 2
Materi sejarah kls X semester 2Materi sejarah kls X semester 2
Materi sejarah kls X semester 2
 
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesiaPeriodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
 

Gerabah

  • 1. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Seni Budaya Disusun oleh : Dewi Melawati X-6
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah member rahmat serta karunia –Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya yang berjudul : “GERABAH” Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian “Gerabah” atau yang lebih khususnya membahas tentang “Sejarah Gerabah”,diharapkan Makalah ini dapat memberi informasi kepada kita semua tentang “Gerabah” dan semoga Makalah ini bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khususnya untuk saya dan umumnya untuk para pembaca Makalah ini. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir Kata ,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
  • 3. Daftar isi 1. Pengertian Gerabah …………………………………………… 2. Penemuan Gerabah/asal mula Gerabah…………………………. Pecahan beliung……………………………………………….. Batu asahan ……………………………………………….. Gelang……………………………………………………. Alat-Alat logam…………………………………………. 3. Sejarah Umum dan Sejarah Singkat tentang Gerabah………………..  Sejarah umum tentang Gerabah…………………………………  Sejarah tentang Gerabah pada zaman neolitikum………………….  Sejarah Singkat tentang Gerabah di daerah Plered……………. a) Asal Usul Sentra kramik Plered…………………. b) Perkembangan Kerajinan Keramik Plered…………… 4. Proses Pembuatan Gerabah ………………………………………… Tahapan Pembuatan Gerabah ………………………………… a. Tahapan Persiapan…………………………………………. b. Tahap Pengolahan Bahan ………………………………… c. Tahap pembentukan bahan……………………………………. d. Tahap pengeringan ………………………………………… e. Tahap pembakaran………………………………………… f. Tahap finishing…………………………………………….. 5. Teknik Pembuatan Gerabah……………………………………........... a) Teknik lempeng (slabing) b) Teknik pijat (pinching) c) Teknik pilin (coiling) d) Teknik putar (throwing) e) Teknik cetak tekan (press) f) Teknik cor atau tuang 6. Fungsi gerabah …………………………………………………………………………………………………
  • 4. 1.Pengertian gerabah Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang di bentuk kemudian di bakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.Berdasarkan hasil penelitian,gerabah prasejarah diperkirakan sejaman dengan masa bercocok tanam.Gerabah sendiri dipergunakan sebagai peralatan rumah tangga. Istilah gerabah biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat.selain disebut dengan gerabah sebagian ada yang menyebutnya dengan tembikar atau keraamik local,untuk membedakannya dari istilah keramik asing. Gerabah digunakan sebagai alat rumah tangga dan sebagai bagian mas kawin pada upacara pernikahan.agar gerabah yang dibuat menarik,maka pembuat memberikan motif hias pada gerabah.gerabah yang digunakan untuk kepentingan rumah tangga biasanya bermotif sederhana atau polos,sedangkan gerabah untuk yang lain memerlukan motif yang lebih baik,sebagai contoh motif hias untuk gerabah pernikahan ditentukan oleh martabatnya maka hiasan pada gerabahnya pun semakin banyak dan sulit. 2.Penemuan Gerabah/ Asal mula gerabah Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah,tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam.situs-situs arkeologi di Indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan riligius seperti upacara dan penguburan.tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunakan tangan (sidik jari),selain itu bentuknya kadang tidak simetris.selain dibuat dengan teknik tangan ,tembikar yang modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar.selain ditemukan banyak tembikar dan juga terdapat pembuktikan bahwa benda gerabah mulai dikenal pada masa bercocok tanam.Bukti-bukti tersebut berasal dari kadenglebu(banyuwangi),kalapadua(bogor),serpong(tangerang),kalumpang dan minanga sepakka(sulawesi),sekitar bekas danau bandung,timur leste dan poso (minahasa).Dari temuan-temua tersebut dapat kita simpulkan bahwa teknik pembuatan gerabah dari masa bercocok tanam masih sederhana.segala sesuatu nya
  • 5. dikerjakan dengan tangan,sedangkan penggunaan tatap batu dan roda pemutar pada umumnya dikenal masa perundingan tingkat permulaan,ini belum banyak bukti- buktinya kecuali beberapa temuan dari tangerang dan disekitar danau bandung.Temuan yang berasal dari tangerang dan sekitar danau bandung mendekati sebua hipotesis masyarakat petani di Indonesia cenderung untuk menggabungkan teknik tatap batu dengan teknik tangan pada tingkat permulaan. Merupakan suatu bukti adanya kemampuan manusia dalam menciptakan teknologi pembuatan gerabah.hal ini dikarenakan fungsi gerabah diantaranya sebagai tempat penyimpanan makanan.Dalam perkembangan berikutnya gerabah tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpanan makanan,tetapi beraneka ragam,bahkan menjadi salah satu barang yang memiliki nilai tinggi. Penelitian terhadap situs kadenglembu dilakukan oleh Heekeren pada tahun 1941 dan soejono pada tahun 1969 menemukan sejumlah kereweng tidak berhias,diantaranya ada yang memperlihatan warna merah yang dipoleskan pada pemukaan luarnya.Bentuk gerabah yang ditemukan di kedenglembu masih sederhana,karena sebagian besar temuan berupa fragmen tepian dan badan dari periuk yang pada umunya bentuknya membulat.Dari data yang terkumpul,diketahui bahwa bentuk periuk umumnya kebulat-bulatan dengan tepian melihat ke luar.Gerabah seperti itu dibuat oleh kelompok masyakat petani yang selalu terikat dalam hubungan social –ekonomi dan kegiatan ritual.Dari daerah kelapadua , ditemukan gerabah yang lebih banyak dari pada yang ditemukan di kadenrang lembu.Dari hasil penilitian ternyata gerabah yang ditemukan di kalapadua lebih baik dalam pembuatannya,akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal pembakaran,dimana pembakarannya kurang sempurna sehingga menagkibatkan sebagian gerabah yang ada di kalapadua tidak bias bertahan lama.gerabah ditemukan dalam keadaan rapuh dan mudah pecah.hampir sebagian gerabah yang ditemukan di kalapadua telah terkikis sehingga mengaibatkan pola hias yang tidak bisa diketahui. Gerabah yang ditemukan dikalapadua berasal dari masa bercocok tanam.hal ini diperkuat oleh beberapa temuan lain yang berkaitan dengan masa bercocok tanam,seperti : Pecahan beliung
  • 7. Gerabah dari bandung umumnya tebal-tebal (antara 5-20 mm) dan berwarna merah. Tanda-tanda hiasan masih tampak ,yaitu berupa goresan-goresan pola sisir dan pola tali,tetapi pada umumnya polos dipoles dengan warna merah pada permukaan luarnya.Dari figmen-figmen yang Peninggalan gerabah yang ditemukan di Sulawesi tengah diperkirakan berasal dari masa bercocok tanam,karena ditemukan bersama unsur-unsur beliung dan kapak yang diupam.situs penemuan yang ada di Sulawesi tenggara yaitu di daerah minangka sipakka yang terletak di sungai karama. 3.Sejarah umum secara singkat dan sejarah tentang gerabah  Sejarah umum tentang gerabah dan peranannya Dalam dunia arkeologi gerabah sudah sangat terkenal.namun orang awam pun menyebutnya dari sisi yang lain.berbagai benda yang dihasilkan oleh para pengrajin ,sepeti: gentong,pasu,pot bunga,mangkok,cobek,kendi dan sebagainya,serta seringnya diadakan pameran,menandakan bahwa benda tersebut cukup popular di mata masyarakat. Istilah gerabah ini biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat.selain dengan sebutan diatas,ada pula sebagian orang menyebutnya dengan tembikardan sebagian orang lagi keramik lokal, untuk membedakannya dari istilah keramik asing. Gerabah dibuat dari satu dua jenis tanah liat yang dicampur.warnanya tidak bening,berpori dan bersifat menyerap air.campuran yang digunakan terdiri dari pasir kasar atau pasir halus dan pembakarannya antara 1000-1150 derajat Celsius.kadang-kadang lebih dari itu. Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa neolithikum (kira –kira 10.000 tahun SM)di daratan eropa dan mungkin pula sekitar masa paleolitik (kira- kira 25.000 tahun SM) di daerah timur dekat.menurut ahli kebuudayaan ,gerabah merupakan kebudayaan yang universal(menyeluruh).artinya gerabah ditemukan dimana-mana ,hamper diseluruh bagian dunia.perkembangannya
  • 8. bahkan juga penemuannya muncul secara individual di tiap daerah tanpa harus selalu mempengaruhi.mungkin juga masing-masing bangsa menemukan diri sendiri system pembuatan gerabah tanpa adanya unsure peniruan dari bangsa lain. Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa food gathering (pengumpulan makanan). Pada masa ini masyarakat hidup secara nomade,senantiasa berpindah-pindag dari satu tempat ke tempat yang lainnya.dalam corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat digunakan secara efektif karena gerabah juga merupakan benda yang kuat dari pada yang dibuat dari bahan lain,seperti kayu atau kulit binatang. Yang terpenting ,bahan pembuatan gerabah mudah di dapat.tanah liat terdapat di mana-mana.karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap masyarakat bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri.akan tetapi mengenai proses penemuan gerabah itu sendiri,belum satu orang pun bisa menguraikannya secara ilmiah.barangkali bisa diuraikan begini.pada waktu itu beberapa orang sedang membakar hasil buruannya.kebetulan pembakaran itu dilakukan atas tanah yang tergolong tanah liat.setelah membakar daging itu,mereka mendapatkan tanah di bawahnya berubah menjadi keras.dari sinilah muncul gagasan untuk membuat suatu wadah dari tanah liat yang du bakar. Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai factor yang utama ,meskipun panas matahari barang kali dapat juga dipakai untuk fungsi yang sama karena itu dapat dipastikan bahwa muncul nya gerabah merupaka efek lain dari penemuan dan domestikasi api masyarakat yang belum mengenal api tentulah mustahil,bisa memproduksi gerabah dengan demikian tapsiran bahwa gerabah mulai pertama dikenal pada masa neolithik dapat diterima ,sebab penemuan dan domestikasi api baru dikenal.Pada akhir masa paleolitik atau awal masa neolithik. Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia hidup dalam corak berbulu dan mengumpulkan makanan usaha mengumpulkan makanan berarti membutuhkan sesuatu untuk wadah makanan tersebut.dalam
  • 9. hali ini wadah yang paling tepat adalah gerabah karena gerabah mudah dibawa kemana saja dan ini sesuai dengan corak hidup nomaden karena itu lah gerabah memiliki arti yang penting bagi manusia hingga ia dapat diterima dalam setiap kebudayaan dan terus semakin berkembang selama belum ditemukan wadah lain yang memiliki tingkat efektivitas semakin tinggi. Penggunaan gerabah oleh suatu kelompok manusia memiliki arti penting bahkan jauh lebih penting dari pada yang bisa kita bayangkan.dengan dikenalnya wadah yang kecil mudah dibawa dan kuat , suatu kebudayaan maju selangkah lagi ke arah kebudayaan yang lebih tinggi.apa lagi dengan di kenalnya corak kebudayaan hidup menetap funsi gerabah semakin meluas. kebutuhan gerabah yang beraneka ragam melahirkan tipe-tipe gerabah yang semakin banyak kalau sebelumnya digunakan wadah lain yang jauh lebih sulit diperoleh,kini mereka bisa membuat wadah gerabah yang lebih mudah di dapat. Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsure yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia sampai kini.gerabah yang berhasil di temukan terutama bentuk wadah seperti :periuk,cawan,pedupaan,kendi,tempayan,piring dan cobek.  Sejarah tentang Gerabah pada zaman neolitikum Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman neolitikum ini jalan jenis kapak persegi dan kapak lonjong.Untuk meningkatkan pemahaman anda tentang perkembangan kapak tersebut maka amatilah gambar 1.7 di bawah ini !
  • 10. Masih ingat anda nama kapak pada gambar 1.7 ? Kalau anda ingat nama kapak tersebut berarti anda masih ingat asal-usul penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi di beri nama oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya panjang atau trapezium. Penampang kapak tersedia dalam berbagai ukuran,ada yang besar dan ada yang kecil.yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul / pacul.sedangkan yang berukuran kecil disebut dengan tarah/tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/ alat untuk mengerjakan kayu sebagai mana lazimnya pahat. Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa , juga dibuat dari batu api(chalcedon).kemungkinan besar kapak yang terbuat dari kapan chalcedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan,azimat atau tanda kebesaran. Daerah asal kapak persegi adalah daratan asia masuk ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatra,jawa,bali, Nusa Tenggara,Kalimantan<Sulawesi dan Maluku. Walau pun kapak persegi berasal dari daratan asia,tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik /tempat pembuatan kapan tersebut yaitu di Lahat(Sumatra selatan),bogor, sukabumi,karawang,tasikmalaya,pacitan serta lereng selatan gunung ijien(jawa timur).
  • 11. Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi,di Indonesia timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.untuk mengetahui kapak lonjong silahkan amati gambar 1.8 berikut ini : Gambar 1.8 kapak lonjong Sebagian kapak lonjong dibuat dari batu kali dan warnanya kehitam- hitaman.bentuk eseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempay tangkainya ,sedangkan ujung lainnya di asah hingga tajam .untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah di asah halus. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan walzenbeil dan yang kecil d sebut dengan keinbeil.sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.Daerah penyebaran kapak lonjong adalah minahasa,gerong,seram,leti,tanimbar dan irian.Dari irian kapak lonjong tersebar meluas sampai kepulauan Melanesia,sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan neolitikum papua.
  • 12. Perhatikan table berikut : Table 1.5 hasil kebudayaan neolitikum dan penyebarannya No Hasil Ukuran Jalur penyebaran Daerah Fungsi Manusia kebudayaan penyebaran di pendukung neolitikum Indonesia 1. Kapak Beliung(besar) Daratan asia, Sumatra,jawa,bali, Alat Suku persegi Taran(kecil) malaysia barat, Kalimantan,nusa pertanian, Nias,toraja, Sumatra,jawa,bali tenggara ,maluku pacul dan Sasak,dayak, alat Batak, upacara (proto melayu) 2. Kapak Walzwnbeil Daratan asia Irian,leti,tanimbar, Alat lonjong (besar) ,jepang, Seram,gorong, pertanian, Kleinbeil Formosa, Minahasa Alat (kecil) Philipina, upacara. Minahasa Irian Pada zaman neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan , gerabah dan pakaian.Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu,baik batu biasa maupun batu berwarna atau batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang. Selain perhiasan ,gerabah juga baru dikenal pada zaman neolithikum,dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang.sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman neolithikum berasal dari kuli kayu.dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku toraja , yang terbuat dari kulit kayu. Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan neolithikum ,maka untuk memudahkan anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu.simaklah tabel 1.6 berikut ini :
  • 13. Tabel 1.6 ikhtisar kebudayaan zaman batu No Zaman Hasil kebudayaan Manusia Cirri-ciri hasil pendukung budaya 1. PalaelithikumKapak genggam *homo erectus Batunya kasar ,chopper/kapak *homo sapiens Belum di perimbas, Wajakensis bentuk Alat –alat *homo sapiens serpih/flekes,alat-alat Soloensis tulang 2. Mesolothikum Kjokken moddinger abris *Papua Batunya agak sous roche pebble melanosoide halus , agak ,hache dibentuk courte,flakes,ujung mata sesuai panah,pipisan kebutuhan 3. Neolithikum Kapak persegi Proto melayu Batunya sudah Kapak lonjong (suku halus dibentuk Perhiasan dan Nias,toraja,dayak, sesuai Gerabah Sasak) kebutuhan  sejarah tentang gerabah di daerah plered Contoh bentuk-bentuk gerabah di daerah plered Plered adalah nama daerah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dengan luas wilayah 91.172 Ha. Sejarah Plered tidak lepas dari sejarah keramik dan perjuangannya, dimana wilayah Palered, Cirata, Gandasoli, dan Citalang termasuk kota atau desa tua di Kabupaten Purwakarta. Sejarah Plered dan keramik sudah ada sejak jaman Neolitikum. Pada jaman tersebut sudah ada penduduk yang berdatangan menyusuri sungai Citarum ke daerah Cirata. Dari hasil penggalian di daerah ini ditemukan peninggalan dari batu kapak persegi, alat untuk menumbuk dari alu dan
  • 14. batu, termasuk ditemukan belanga dan periuk dari tanah liat, juga ditemukan adanya Panjunan (Anjun) tempat membuat keramik. Asal muasal nama Plered mempunyai beragam versi diantaranya nama tersebut berasal dari masa tanam paksa dimana pada waktu itu daerah ini merupakan tempat penanaman kopi yang hasilnya diangkut dengan pedati-pedati kecil yang ditarik oleh kerbau (disebut PALERED dan selanjutnya berkembang menjadi “PLERED”) pedati mengangkut kopi tersebut terbuat dari papan kayu baik roda maupun pedatinya sehingga kuat sekali ketika melewati jalan berlumpur. Pengangkutan kopi tersebut menuju Cikao Bandung/Jatiluhur yang selanjutnya diangkut menggunakan rakit ke Tanjung Priok menyusuri sungai Citarum. a) Asal-usul Sentra Keramik Plered Cerita lain yang tidak kalah menariknya adalah tentang asal usul nama sebuah kampung di Kecamatan Plered yang merupakan pusat pembuat keramik di desa itu, yang bernama “Anjun”. Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Anjun itu: Ada yang mengatakan bahwa kata “Anjun” itu adalah kependekan dari kata “Panjunan” yaitu tempat orang membuat “Jun”. Kata “Jun” menurut kamus Bausastra Jawa karangan S. Prawiro Atmojo mempunyai arti “Buyung”. Jadi menurut asal katanya, “Paanjunan” atau “Panjunan” itu adalah tempat orang membuat buyung atau wadah/penyimpan air. Hal itu sama dengan arti di dalam kamus yang lain seperti Kamus Umum Basa Sunda, yang menyebutkan bahwa “Anjun” adalah “tukang nyieun gagarabah ( keramik )”. Yang lain mengatakan bahwa kata “Anjun” itu berasal dari nama seorang pangeran yang berasal dari Cirebon “Panjunan”, menurut cerita rakyat itu demikian. Konon pada jaman dahulu, sejaman dengan permulaan agama Islam masuk ke tanah Jawa, seorang pangeran dari kesultanan Kanoman Cirebon yang bernama Panjunan menyebarluaskan agama Islam ke berbagai daerah di Jawa Barat, sambil mengajarkan keahliannya membuat barang-barang keramik kepada para pengikutnya di daerah yang ia kunjungi. Hampir kebanyakan para pembuat keramik di daerah-daerah tersebut menganggap pangeran ini sebagai tokoh legendaris yang perlu dihormati dan dikeramatkan, sehingga di beberapa daerah khususnya di Jawa Barat, namanya diabadikan di sentra-sentra pembuatan keramik antara lain di Cirebon, Sitiwinangun ada Panjunan Astana Japura dan Plered – Purwakarta ada “Kampung Anjun”, di Karawang, Tanjungpura ada kampung “Anjun Kanoman”. Mengingat bahwa Pangeran Panjunan pernah hidup sejaman dengan Sunan Gunung Djati yaitu di sekitar abad ke-15. Ini
  • 15. memberikan suatu indikasi bahwa tradisi pembuatan keramik di beberapa sentra di Jawa Barat telah ada jauh sebelum kedatangan bangsa Belanda. Cerita lainnya mengenai keramik Plered sebagai bentuk kerajinan, sudah tampak sejak jaman kolonial Belanda yaitu sekitar tahun 1795 dimana sekitar Citalang ada Lio-lio (tempat pembuatan genteng dan batu batu), dari sejak itu rumah penduduk yang semua beratap ijuk, sirap, daun kelapa dan alang-alang berubah menjadi genteng. Bahkan disekitar Anjun (Panjunan) sudah dimulai pembuatan gerabah/tembikar. Mulai tahun 1935, gerabah menjadi industri rumah tangga dan pada tahun yang sama pula ada perusahaan Belanda yang membuat pabrik besar bernama Hendrik De Boa di Warungkandang, Plered. Pada jaman pendudukan Jepang, kerajinan keramik mengalami kemunduran akibat penduduknya bekerja sebagai romusha, terutama sekitar Ciganea dan Gunung Cupu. Sedangkan pabrik De Boa dikuasai dan diganti namanya menjadi Toki Kojo, Kendati demikian perusahaan tersebut tetap berjalan. Pada masa kemerdekaan produksinya nyaris terhenti karena keterlibatan penduduk dalam perjuangan hingga tanggal 29 Desember 1945 berangsur baik dan mulai bangkit, apalagi sejak tahun 1950 Bung Hatta membuka resmi induk keramik yang gedungnya dekat Gonggo, Plered. Dimana pada saat itu didatangkan mesin-mesin dari Jerman dan mencapai masa kejayaan karena produksinya relatif tinggi, selain itu induk keramik tersebut berjasa dalam membimbing industri rumah tangga hingga berkembang pesat. Data lain menyebutkan, dari tokoh masyarakat Plered Bapak Darma Kapal bahwa kerajinan keramik ada sejak tahun 1904, dimana pada waktu itu sudah dibuat gerabah kasar untuk kebutuhan rumah tangga dengan tokohnya Ki Dasjan, Sarkun, Aspi, Entas, Warsya dan Suhara. Sampai generasi sekarang banyak mengalami kemajuan, kondisi terkini sudah terdapat sekitar 286 unit usaha dengan mempekerjakan sekitar 3000 orang dengan nilai produksi berkisar 17,5 milyar. Produksinya selain untuk permintaan pasar lokal juga diekspor keberbagai negara diantaranya ke Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Belanda, Kanada, Saudi Arabia, Amerika Serikat dan Latin, Inggris, Spanyol, Italia dan mancanegara lainnya. b) Perkembangan Kerajinan Keramik Plered Keramik sebagai bentuk kerajinan sudah Nampak pada jaman colonial Belanda,mulai tahun 1795 yang pada saat itu di sekitar Citalang ada lio-lio (tempat pembuatan genteng dan batu bara) .sejak itu lah rumah-rumah rakyat yang semula
  • 16. beratap ijuk,sirap,daun kelapa atau alang-alang di sekitar plered dan di kabupaten karawang mulai di ganti dengan atap genteng bahkan di sekitar Anjun (Panjunan) sudah mulai pembuatan gerabah atau tembikar. Mulai tahun 1935,produk gerabah yang diglasir di plered menjadi industry rumah tangga.Pada tahun tersebut,terdapat perusahaan belanda yang membuka pabrik glasir bernama Hendrik De Boa di warung Kondang,plered. Pada zaman colonial Jepang,kerajinan keramik mengalami kemunduran akibat penduduknya harus bekerja sebagai Romusha,utamanya di sekitar kaki Gunung Cupu dan Ciganea.Sedangkan pabrik De Boa dikuasai dan di ganti namanya jadi Toki Kojo.Kendati demikian perusahaan tersebut tetap berjalan. Pada masa kemerdekaan,produksi gerabah dan keramik di plered nyaris terhenti sama sekali karena keterlibatan penduduk dalam gerakan perjuangan.Setelah penyerahan kedaulatan tanggal 29-desember-1949,keadaan di plered berangsur membaik,sehingga produksi gerabah dan keramik mulai bangkit kembali di tandai dengan Bung hatta membuka resmi induk keramik yang gedungnya dekat Gonggo pada 1950.Pada masa itu mesin-mesin didatangkan dari jerman lantas mencapai masa kejayaannya karena produktivitasnya relative tinggi.Disamping itu induk keramik berjasa dalam membimbing industry tumah tangga hingga berkembang pesat. Saat ini seiring dengan perkembangan jaman dan pergeseran paradigma, tengah terjadi pembenahan dalam penerapan rekayasa desain,teknologi dan manajemen yang dilakukan secara koordinatif antara kelompok kerja klaster industry kerajinan keramik plered yang berada di bawah binaan direktorat jenderal industry kecil dan menengah,departemen perindustrian bekerja sama dengan UPTD litbang keramik plered sebagai instansi di bawah Dinas perindustrian,perdagangan dan penanaman modal kabupaten purwakarta di dukung secara akademis oleh Ti HI- LINK yang merupakan satgas kemitraan perguruan tinggi bagi masyrakat pengrajin dari FSRD-institut Teknologi Bandung. Kondisi terkini adalah tercatat sekitar 264 unit usaha yang memperkerjakan sekitar 3000 orang dengan nilai produksi berkisar 8,5 milyar rupiah.Produksinya di ekspor ke berbagai Negara diantaranya :
  • 17. Jepang,Taiwan ,korea,Australia,new Zealand,belanda, kanada,Saudi Arabia,amerika serikat dan amerika latin,inggris,spanyol,italia dan berbagai Negara manca Negara lainnya. Dalam teori seni rupa dinyatakan bahwa sebagaimana dikemukakan oleh koentjaraningrat kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang universal dan dapat ditemukan pada semua kebudayaan di dunia,baik dalam masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks.Gerabah sebagai salah satu bagian dari hasil budaya manusia,dalam system social budaya masyarakat tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional masyarakat “gerabah” menjadi salah satu bentuk buah karya yang bernilai seni yang tinggi dan sekaligus tradisi nenek moyang turun-temurun yang pernah ada dan sampai sekarang masih dipertahankan sebagai suatu keahlian penduduk setempat yang telah diakui dunia.Dulu gerabah biasa digunakan untuk menyimpan beras,garam dan bumbu-bumbuan disamping digunakan untuk tujuan memasak. Gerabah sebagai salah satu bagian dari hasil budaya manusia,dalam system social budaya masyarakat tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional masyarakat pendukungnya.Gerabah atau tembikar merupakan peninggalan budaya tradisional yang tergolong sangat tua.menurut para ahli,berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa benda- benda tembikar atau gerabah sudah dikenal sejak masa bercocok tanam. 4.proses pembuatan gerabah
  • 18. Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang dipasarkan di Bali, yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam proses pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan. Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir yang dicapai oleh masing – masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan badan gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang menggunakan alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada menggunakan alat putar dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang kedua dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam pengoperasiannya serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga. Perbedaan alat tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
  • 19. Tahapan proses pembuatan gerabah : a. Tahap persiapan Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah : 1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur 2). Mempersiapkan bahan campurannya 3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan. b. Tahap pengolahan bahan. Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing kriyawan gerabah dewasa ini banyak yang sudah mengalami kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan bahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh kriyawan yang telah memiliki peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara basah ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan
  • 20. pengolahan secara kering. Misalnya : bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain. Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1). Penumbukan bahan sampai halus. 2). Pengayakan hasil tumbukan 3). Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus atau serbuk batu padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kriyawan gerabah masing – masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen. Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan badan gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat body gerabah pada saat pembentukan dan pembakaran.
  • 21. c. Tahap pembentukan badan gerabah. Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain : teknik putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit (pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga dapat dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian dekorasi/ornamen. Umumnya kriyawan gerabah dominan menerapkan teknik putar walaupun dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit adalah teknik dasar membuat gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari oleh pembuat keramik Jepang untuk membuat mangkok yang mementingkan sentuhan tangan yang khas d. Tahap pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan atau tanpa panas matahari. Umumnya pengeringangerabah dengan panas matahari dapat dilakukan sehari setelah proses pembentukan selesai
  • 22. e. Tahap pembakaran. Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan sekali, berbeda dengan badan keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran badan mentah (bisque fire) dan pembakaran glazur (glaze fire). Kriyawan tradisional pada mulanya membakar gerabahnya di ruangan terbuka seperti di halaman rumah, di ladang, atau di lahan kosong lainnya. Menurut Daniel Rhodes model pembakaran seperti ini telah dikenal sejak 8000 B.C. dan disebut sebagai tungku pemula (early kiln). Penyempurnaan bentuk tungku dan metode pembakarannya telah dilakukan pada jaman prasejarah (Rhodes, Daniel, 1968:1). Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, penyempurnaan tungku pembakaran keramik juga semakin meningkat dengan efesiensi yang semakin baik. Penyempurnaan tungku ladang selanjutnya adalah : tungku botol, tungku bak, tungku periodik (api naik dan api naik berbalik).
  • 23. f. Tahap Finishing Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.
  • 24. 5.teknik membuat gerabah a). Teknik lempeng (slabing) Teknik lempeng atau slabing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis atau kubus dengan permukaan yang rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah men membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering. b).Teknik pijat (pinching) Teknik pijat atau pinching merupakan teknik dengan membuat keramik dengan cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan.Tujuan dari penggunaan dari teknik ini adalah agar tanah liat lebih padat dan tak mudah mengelupas sehingga hasilnya akan menjadi tahan lama.
  • 25. -proses pijat dapat dilakukan dengan cara :  Ambil segumpal tanah liat plastis  Tanah liat tersebut diulet-ulet dan dipijit-pijit dengan ibu jari sambil dibentuk sesuai dengan bentuk benda yang diinginkan  Halus kan dengan menggunakan koas atau pun kain halus c).Teknik pilin (coiling) Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang di bentuk pilin atau yang seperti tali. -cara melakukan teknik ini adalah  Segumpal tanah liat dibentuk pilinan dengan kedua belah telapak tangan  Ukuran setiap pilinan sesuaikan dengan kebutuhan
  • 26.  Pilinan tanah liat tersebut disusun secara melingkar sehingga menjadi bentuk yang diinginkan  Jangan lupa setiap susunan di tekan dan tambahkan air supaya menempel d).Teknik putar (throwing) untuk membuat gerabah dengan teknik putar atau throwing,kamu memerlukan alat bantu berupa subang pelarik atau alat putar elektrik. -cara melakukan teknik ini :  Mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat  Taruhlah tanah liat di atas meja putar tepat dibagian tengah-tengahnya  Tekan tanah liat dengan kedua belah tangan sambil diputar  Bentuk tanah liat sesuai keinginan Teknik putar pada umumnya menghasilkan benda dengan bentuk bulat ataupun silindris(siilinder) e). Teknik cetak tekan (press) Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan dengan cetakan.teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang singkat dan cepat.
  • 27. f). Teknik cor atau tuang Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat cetak.tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair.cetakan ini biasanya terbuat dari bahan gips.bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga tanah liat menjadi cepat kering. 7. Fungsi gerabah Fungsi gerabah berdasarkan fungsinya ,gerabah digolongkan menjadi : a) Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara langsung kepada penggunanya bentuk gerabah.fungsional antara lain : pot bunga ,tempat fayung,tempayan,kendi,asbak,tempat lilin dan peralatan dapur. b) Non fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai barng- barang hiasan ruang seperti : guci