Makalah ini membahas tentang penerapan bioteknologi dalam bidang pangan, pertanian, dan peternakan. Bioteknologi dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman dan hewan unggul melalui teknik seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan inseminasi buatan. Bioteknologi konvensional juga telah digunakan untuk mengolah bahan pangan seperti tempe, kecap, yoghurt, dan keju melalui fermentasi.
1. PENERAPAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PANGAN
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
DISUSUN OLEH :
FIRMAN ALI TATAG
KHOIDATUL DIAH M.
LIDYA DWI LISTIYANI
SITI AMBARWATI
WAHYU SETYO UTOMO
SMA NEGERI 1 GUNTUR
TAHUN AJARAN 2015/ 2016
2. 2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat, taufik
serta hidayahnya kami masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyusun makalah.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Serta semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini yang tidak
mungkin kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Demi tercapainya
suatu kesempurnaan kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Demikaian hal
yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Guntur, 29 Januari 2016
Penulis
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi
tidak hanya didasari padabiologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain,
seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia,matematika, dan
lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah
dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di
bidangpertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan
bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuanvaksin, antibiotik,
dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur Dengan
alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Dari semakin banyaknya pemanfaatan bioteknologi, kami terusik untuk membahas
penggunaan bioteknologi dalam bidang pangan, lebih spesifiknya terkait bioteknologi
konvensional dibidang pangan. Apakah dengan penggunaan bioteknologi tersebut malah
semakin banyak manfaat baik yang didapat ataukah sebaliknya, malah banyak pula dampak
negative yang diperoleh. Untuk itulah kami tergugah untuk membuat makalah ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Menyadari keterbatasan yang kami miliki terkait keterbatasan tenaga, waktu dan biaya,
maka masalah yang akan kami bahas sebagai berikut.
1. Apa pengertian bioteknologi dalam bidang pangan ?
2. Apa sajakah contoh-contoh pertanian yang memanfaatkan penggunaan bioteknologi ?
3. Apa saja kelebihan dan kekuranagan bioteknologi bidang pangan, pertanian dan peternakan ?
4. Apa dampak dari penerapan tersebut ?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini terkait dengan rumussan masalah diatas yaitu sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian bioteknologi dalam bidang pangan, pertanian dan peternakan.
2. Mengetahui perkembangan bioteknologi dalam bidang pertanian.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pada bioteknologi pada bidang pangan, pertanian dan
peternakan.
4. Mengetahui dampak dari penerapan bioteknologi.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pemanfaatan Biologi Dalam Bidang Pertanian
Manfaat ilmu biologi dalam bidang pertanian, sebagai contoh Ilmu Biologi merupakan
dasar dari Ilmu Pertanian terutama dalam penemuan jenis tanaman unggul, rekayasa genetika
tumbuhandan hewan.
Misalnya, pengetahuan mengenai sifat suatu tanaman berdasarkan analisa sel (ilmu
biologi) membuat manusia mampu menerapkan cara pembudidayaan yang tepat dan pengolahan
hasilnya lebih lanjut (pertanian)
Pengetahuan mengenai sifat dan karakter serangga yang berhubungan dengan iklim atau
musim (ilmu biologi) membuat manusia dapat menetapkan waktu bercocok tanam yang tepat
atau metode penanggulangan hama serangga tersebut (ilmu pertanian). Bioteknologi melalui
teknik rekayasa genetika telah memberikan keuntungan yang sangat besar bagi bidang pertanian
dan peternakan. Di Amerika Serikat sekitar 50% hasil panen kedelai dan 30% panen jageng
berasal dari tanaman hasil rekayasa genetika yang resisten terhadap hama serangga.
Teknik rekayasa genetika telah menghasilkan tanaman dan hewan dengan sifat-sifat yang
diinginkan oleh manusia. Tanaman dan hewan yang telah mengalami rekayasa genetika untuk
menghasilkan substansi yang bukan bagian dari metabolisme normalnya dinamakan transgenik.
Sebagai contohnya saat ini telah dihasilkan tanaman tomat transgenik yang buahnya tidak cepat
busuk sehingga memperpanjang umur penyimpanan. Dalam hal ini para ahli menghambat kerja
gen-gen yang menghasilkan enzim-enzimpenyebab buah tomat menjadi cepat lunak dan
kemudian membusuk.
Gambar berikut merupakan skema pembuatan tanaman transgenik
Para ahli telah berhasil memasukkan cry dari bakteri
Bacillus thuringiensis (Bt) ke dalam sel tanaman jagung
sehingga mampu menghasilkan racun yang mampu
membunuh hama ulat. Gen cry merupakan gen pada
bakteri Bt yang dapat mengkode pembentukan racun
yang mampu membunuh ulat atau larva serangga
lainnya. Gen yang dimasukkan ke dalam beberapa jenis
tanaman dengan menggunakan vektor bakteri. Gen ini
dapat diwariskan ke tanaman keturunannya. Adanya
tanaman jagung transgenik diharapkan dapat
mengurangi penggunaan pestisida sintesis yang
mencemari lingkungan.
Irigasi menyebabkan banyak tanah pertanian yang mengandung garam dan tidak
produktif. Pemindahan gen untuk sifat toleran terhadap garam dari tanaman mangrove, misalnya
ke tanaman pangan dapat memulihkan produktifitas daerah tersebut.
Contoh lain rekayasa genetika pada tanaman yang dimasukkan gen-gen yang mengkode
5. 5
pembentukan beta-karoten, yaitu suatu prekusor vitamin A , ke dalam tanaman padi sehingga
dalam tanaman padi itu mengandung vitamin A (golden rice). Hal ini bertujuan untuk
mengurangi defisiensi vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan dan telah menyerang lebih
dari 100 juta anak di seluruh dunia.
Penerapan pupuk hayati atau biofertilezer dalam menyuburkan tanah pertanian juga
merupakan contoh teknik rekayasa genetika dalam bidan pertanian. Saat ini banyak dibuat pupuk
hayati berisi inokulum mikroba yang dapat menyuburkan tanah. Mikroba yang dapat dijadikan
sebagai penyubur tanah ini, misalnya bakteri penambah nitrogen, bakteri pelarut fosfat atau
mikoriza. Dalam bioteknologi kehutanan, mikoriza
telah diterapkan secara luas.
Teknik kultur jaringan juga merupakan salah satu
bioteknologi yang digunakan dalam bidang
pertanian untuk menyediakan benih unggul dalam
jumlah banyak, seragam, dalam waktu yang
singkat. Prinsip teknik kultur jaringan adalah
menumbuhkan bagian jaringan yang disebut
ekaplan (misalnya potongan daun, batang, akar
ataupun bunga) di dalam medium buatan. Tiap sel
yang terdapat pada potongan tersebut akan mampu
tumbuh menjadi individu yang lengkap.
Penerapan bioteknologi dalam bidang peternakan akan membantu peningkatan kuantitas dan
kualitas ternak. Misalnya melalui teknik inseminasi buatan, transfer embrio, multiple oculation,
fertilisasi in-vitro, dam mikromanipulasi embrio. Yang termasuk dalam mikromanipulasi embrio
antara lain teknologi kloning, partenogenesis, transgenik dan pembuatan khimera. Dengan
teknologi tersebut, peningkatan kentitas ternak dan kualitas yang baik dapat dipercepat tanpa
harus mendatangkan induk baru.
Gambar dibawah ini merupakan cara inseminasi buatan pada sapi.
Dalam bidang perikanan, teknik rekayasa genetika dapat
menghasilkan ikan yang dalam satu generasi berjenis
kelamin betina semua. Beberapa jenis ikan yang berjenis
kelamin betina memiliki pertumbuhan yang cepat dari pada
ikan yang berjenis kelamin jantan, sehingga cara ini lebih
menguntungkan.
6. 6
2. Pemanfaatan Bioteknologi Dalam Bidang Pangan
Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional / tradisional dan
modern. Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan, seperti
tempe, tape, oncom, dan kecap.
Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan. Proses yang dibantu mikroorganisme,
misalnya dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya termasuk
keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa lalu. Ciri khas yang
tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup secara
langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi
mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian.
Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan
efisien.
Saat ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah
mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber
energi, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa-masa yang
akan datang.
2.1 Makanan dan Bahan Pangan Yang Memanfaatkan Penggunaan Bioteknologi
Konvensional
Pengolahan Bahan Makanan yang memanfaatkan mikrorganisme dalam pembuatannya secara
umum dapat digolongkan kedalam dua produk, yaitu pengolahan produk susu dan pengolahan
produk non – susu.
2.1.1 Pengolahan produk susu
Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega.
1) Yoghurt
Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi
terlebih dahulu, selanjutnya sebagian besar lemak
dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam
pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricusdan
Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut
ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang,
selanjutnya disimpan selama ± 5 jam pada temperatur
45oC. Selama penyimpanan tersebut pH akan turun
menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam
laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi
cita rasa.
7. 7
2) Keju
Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan
Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam
laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90oC atau
dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai30oC. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan.
Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey dan
dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan
dadih. Enzim renin dewasa ini telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin. Dadih yang
terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperature 32oC – 420oC dan ditambah garam,
kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar matang. Adapun whey yang terbentuk
diperas lalu digunakan untuk makanan sapi.
3) Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. Selanjutnya, susu
diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk
menghasilkan mentega yang siap dimakan.
2.1.2 Produk Makanan Non Susu
Produk – produk makanan yang juga menggunakan proses bioteknologi konvensional
namun tidak berasal dari susu antara lain sebagai berikut.
Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum terlebih
dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada
kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum. Setelah proses fermentasi
karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap.
Tempe
Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan
makanan masyarakat golongan menengah ke bawah, sehingga
masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe sebgai salah
satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui
manfaatnya bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan
digemari masyarakat dalam maupun luar negeri. Jenis tempe
sebenarnya sangat beragam, bergantung pada bahan dasarnya,
namun yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai.
Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu
tempe mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat mencegah
dan mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar
pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan
vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu menghambat resiko jantung
koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar
8. 8
kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini
kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus
Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus
oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan
memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Perubahan tersebut
meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.
Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi
menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula dan
alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman.
Anggur
Anggur atau juga populer disebut dalam bahasa Inggris: wine adalah minuman beralkohol
yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya hanya tumbuh di area 30 hingga
50 derajat lintang utara dan selatan. Minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah lain yang
kadar alkoholnya berkisar di antara 8% hingga 15% biasanya disebut sebagai wine buah (fruit
wine). Anggur dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur.
2.4 Pemanfaatan Bioteknologi Peternakan
Dalam bidang peternakan, bioteknologi dimanfaatkan untuk menghasilkan vaksin,
antibodi, pakan bergizi tinggi, dan hormon pertumbuhan. Contoh vaksin untuk ternak yaitu
vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada mamalia, vaksin NCD untuk mengobati penyakit
tetelo pada unggas, dan vaksin untuk penyakit flu burung.
Hormon pertumbuhan diberikan pada ternak untuk meningkatkan produksi daging, susu,
atau telur. Contohnya adalah pemberian Bovine Growth Hormone pada sapi perah dapat
meningkatkan produksi susu dan daging hingga 20%. Namun penggunaan hormon untuk
memacu produksi pada ternak masih diperdebatkan karena berpotensi meningkatkan penyakit
masitis pada ternak dan membahayakan kesehatan manusia.
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan lainnya adalah membuat hewan
transgenik (hewan yang gennya telah dimodifikasi) dan teknologi induk buatan. Teknologi induk
buatan sering dilakukan pada hewan langka yang sulit bereproduksi secara alami. Embrio hewan
ini ditransplantasikan pada rahim spesies lain yang masih berkerabat. Dengan cara ini diharapkan
hewan langka tersebut terhindar dari ancaman kepunahan.
Penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan antara lain sebagai berikut:
a. Teknologi transplantasi nukleus
Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan
untuk menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah
berhasil dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang
9. 9
dikenal dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan
transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk.
Tahapan teknologi kloning adalah;
1) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor
Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan teknik
khusus sehingga dapat dikeluarkan dari membrane sel
2) Isolasi sel telur
Sel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan banyak sel telur
dalam teknologi ini karena banyak sel telur yang tidak mampu bertahan dalam tahapan
pengkloningan lebih lanjut.
3) Pengambilan nukleus dari sel telur
4) Penggabungan nukleus dengan sel telur
Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba
lain yang telah dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus
identik dengan domba pendonor.
5) Pemasukan sel telur kedalam rahim
Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur
yang mampu bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan
berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba yang mirip dengan
domba pendonor nukleus
b. Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan
sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke
dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “
insemination gun”. Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
Memperbaiki mutu genetika ternak
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu
yang lebih lama
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.
c. Transfer Embrio
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak
hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul
juga dapat dimanfaatkan secara optimal.
Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan
embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak
perlu bagus tetapi memiliki kemampuan untuk bunting.
Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang
steril (tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina
dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%. Embrio yang didapat
10. 10
dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di transfer
pada waktu lain.
d. Teknologi Transgenik
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga
dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan
dengan cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami
pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti
daging susu, dan telur.
Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. Jadi DNA
domba ini disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku
darah). Berkat penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang mengandung factor
VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemophilia.
Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra
yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya
ini disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hamper punah di
Australia.
Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
1) Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
2) Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-tahun
meskipun induknya sudah mati. Jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi
ditransplantasi.
e. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya
adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini
mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar
susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka
produksi susu akan meningkat 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga
pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan karena
hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada
hewan yang diberikan hormon ini meningkat 70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali lipat
ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST.
11. 11
Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan
hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.
2.5 Dampak Penerapan Bioteknologi
Pada awalnya bioteknologi diharapkan dapat membantu memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi oleh umat manusia, seperti kekurangan pangan, penyakit, hambatan-hambatan
dalam melakukan aktivitas manusia seperti pertambangan dan lain sebagainya. Banyak masalah-
masalah umat manusia dapat diatasi melalui bioteknologi, namun perlu disadari bahwa
dampaknya juga tidak sedikit.
Adapun dampak positif Bioteknologi antara lain yakni :
Pada bidang pertanian, dengan menggunakan peralatan yang semakin modern serta
pupuk dengan kualitas yang lebih baik, memberikan kemudahan pengerjaan sawah bagi
para petani dengan hasil panen yang lebih baik dan labih banyak. Dimana yang
sebelumnya hanya menggunakan bajak dengan bantuan hewan (seperti sapi, kerbau)
untuk membajak sawahnya, kini petani semakin dimudahkan dengan adanya traktor
untuk membajak sawah serta penggunaan pupuk yang memberikan kesuburan pada
tanaman dan terhindar dari hama tanaman. Namun, dengan penggunaan pupuk
mengakibatkan kerusakan pada lingkungan karena pupuk yang digunakan mengandung
bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa
genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor
maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan,
hewan, juga manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk yang
dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi
komoditis bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa
genetik menjadi tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar
dan sistematik yang berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusia. Kegiatan
tersebut disebut sebagai bioprespecting. Perdebatan tentang positif untuk mengatasi
dampak negatif yang dapat ditimbulkan bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah
disepakati konvensi keanekaragaman Hayati, (Convetion on Biological Diversity) yang
mengikat secara hukum bagi negara-negara yang ikut mendatanginnya.
Adapun dampak negatif perkembangan bioteknologi antara lain yakni:
Penggunaan pupuk mengakibatkan kerusakan pada lingkungan karena pupuk yang
digunakan mengandung bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Penggunaan peralatan modern membutuhkan keahlian khusus atau terdidik sehingga
penggunaan alat ini terbatas.
Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asaing, seperti, gen cry
dari bacillus thuringiensis maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi
pada tubuh mausia, perlu di cermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asibg ke genom
inang dapat menimbulkan interaksi antar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan
12. 12
kimia yang menggunakan bioteknologi.Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh
bioteknologi adalah persaingan internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk
bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara
berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju, Kesenjangan teknologi yang
sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal sehingga sulit
dikembangkan oleh negara berkembang.
Hak paten hasil rekayasa, swastanisasi dan konsentrasi bioteknologi pada kelompok
tertentu membuat petani tradisional tidak dapat mengadakan bibit sendiri dan para
peneliti harus mendapatkan ijin terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian
menggunakan bibit-bibit hasil rekayasa tersebut.
Merugikan petani kecil dan menimbulkan kesenjangan ekonomi karena produk
bioteknologi yang pada umumnya dimiliki oleh pemilik modal dapat meningkatkan
produksi hingga 50 %.
Produk bioteknologi hasil modifikasi genetika suatu organisme dapat menyingkirkan
plasma nutfah, yaitu suatu jenis makhluk hidup yang masih memiliki sifat asli.
Menyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain yang tidak berkerabat
dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima masyarakat
Penyisipan gen babi ke dalam buah semangka dapat membawa konsekuensi bagi
penganut agama tertentu.
Kloning manusia saat ini masih dipertentangkan dan dianggap merusak nilai etika dan
moral karena merusak embrio/janin manusia untuk alasan apapun dianggap tidak
manusiawi
Penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris.
Tomat Flavr Savr hasil rekayasa diketahui mengandung gen yang resisten terhadap
antibiotik.
Susu sapi yang disuntik hormon BGH (bovine growth hormone) atau hormon
pertumbuhan sapi, disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi
berbahaya bagi kesehatan manusia..
Jagung yang direkayasa sebagai pakan unggas menjadikan unggas tersebut mengandung
genetic modified organism (GMO) yang dikhawatirkan membahayakan manusia.
Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi dampak negatif penggunaan bioteknologi,
misalnya perizinan dan pengawasan yang sangat ketat dari pihak terkait kepada para peneliti
yang ingin melakukan penelitian-penelitian.
Namun segala sesuatu akan kembali kepada individu masing-masing. Nilai-nilai
kemanusiaan, etika, moral, religius dan kesadaran yang tinggi untuk menjaga dan mencintai
lingkungan hidup yang nyaman dan asri merupakan kunci utama dari penanggulangan dampak
negatif penerapan bioteknologi. Penggunaan hak dan kewajiban secara arif dan bijaksana
sangatlah diperlukan untuk meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul.
13. 13
BAB III
PENUTUP
Demikianlah kliping yang dapat kami buat. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat
membantu berlangsungya proses belajar mengajar di sekolah khususnya pembelajaran biologi di
kelas XII. Makalah ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik
sangatlah kami butuhkan demi kesempurnaan untuk tugas yang akan datang.