SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN
Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri dari
2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri dari :
kegiatan belajar 8 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran,
uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik dan tindak lanjut,
referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis kompetensi dan sub
kompetensi, diuraukan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan yang akan dilakukan,
dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua kegiatan dilakukan dan
rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif yang telah
disediakan. Mahasiswa harus mengikuti urutan kegiatan yang harus dilakukan.
Setelah tes formatif selesai dikerjakan mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan
menggunakan kunci jawaban. Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah
ke kegiatan belajar lain, jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian
yang belum dikuasai.
1
KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 8
HIDROLOGI HUTAN
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses-proses hidrologi
yang terjadi pada wilayah hutan
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah hidrologi hutan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar neraca air kawasan hutan
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar kondisi-kondisi iklim dalam hutan
d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengaruh intersepsi terhadap air
hujan
e. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar evapotranspirasi yang terjadi pada
wilayah hutan
f. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengaruh vegetasi terhadap
kehilangan air tanah.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar neraca air pada wilayah hutan.
2
BAB VIII
HIDROLOGI HUTAN
8.1. Sejarah Singkat
Dalam sejarah, minat para ilmuwan terhadap pentingnya wilayah hutan dalam
daur hidrologi sudah sangat lama. Pada abad pertengahan, raja-raja Perancis
menyadari peranan wilayah hutan terhadap aliran sungai. Diawali pada abad ke-17. di
Italia telah disadari tentang pengaruh hutan terhadap menurunnya limpasan
permukaan dan dengan demikian bahaya-bahaya banjir dan erosi. Tetapi pada tahun
1900 penelitian-penelitian ilmiah yang nyata telah dimulai dengan penelitian-
penelitian DAS seperti DAS Emmenthal (Swiss), DAS Wagon Wheel Gap (Rocky
Mountains, Colorado) pada tahun 1911, DAS Tennessee Valley pada tahun 1933,
DAS Coweeta (Karolina Utara) pada tahun 1934, DAS Jonkershoek (Stendlenbosch,
Afrika Selatan) pada tahun 1935 dan DAS Sambret di Kenya.
Saat ini, dalam banyak negara bermacam-macam penelitian telah dilakukan
ataupun sedang dilakukan untuk menghubungkan perlakuan-perlakuan hutan terhadap
prilaku hidrologi. Hal-hal umum seperti di bawah ini sudah diterima.
1. Penggunaan vegetasi penutup hutan akan meningkatkan produksi air
(water yield).
2. Tumbuhnya vegetasi penutup hutan akan menurunkan produksi air.
3. Di beberapa tempat akar-akar tanaman mengambil air tanah,
sedangkan penghilangan vegetasi penutup akan menurunkan evapo-transpirasi
dan akibatnya akan meningkatkan debit aliran sungai.
4. Evaporasi dari tanah yang gundul dan serasah akan meningkat setelah
penghilangan vegetasi penutup lama.
5. Penghilangan hutan meningkatkan kisaran antara aliran sungai yang
tinggi dan yang rendah dan akibatnya meningkatkan aliran yang maksimum.
3
8.2. Neraca Air di Kawasan Hutan
Komponen-komponen dasar dari persamaan keseimbangan air di kawasan
hutan adalah sama dengan persamaan keseimbangan air pada umumnya. Hal ini
digambarkan sebagai berikut :
P – (Q + I + T + E + Qs) = s
Dimana : P = presipitasi (mm)
Q = aliran sungai / debit air yang keluar (mm)
I = intersepsi (mm)
T = transpirasi (mm)
E = evaporasi (mm)
Qs = infiltrasi/perembesan yang dalam (mm)
Ds = perubahan penyimpanan lengas tanah (mm)
Untuk dapat menggambarkan besarnya masing-masing komponen tersebut,
dapat dilihat angka-angka berikut (semua dalam inci).
Dari angka-angka keseimbangan air itu, jelas bahwa akibat penggundulan
hutan adalah :
1. Menaikkan aliran air.
2. Menurunkan intersepsi.
3. Menurunkan transpirasi dan
4. Menaikkan penguapan (evaporasi).
8.3. Kondisi-Kondisi Iklim Dalam Hutan
8.3.1. Suhu dan radiasi
Karena adanya tajuk pohon-pohon, persentase terbesar radiasi matahari
dipantulkan kembali. Pada kondisi yang ekstrem , hanya 1 persen radiasi matahari
yang mapu masuk ke dalam hutan. Akibatnya, suuh di dalam hutan tetap lebih
rendah. Pengamatan yang dilakukan di Amerika Serikat telah membuktikan bahwa
4
penurunan suhu maksimum bulanan mungkin sebesar 30
F, pada bulan Januari dan 80
F pada bulan juli.
Di lain pihak, tajuk yang sama menurunkan laju radiasi dari tanah-tanah di
dalam hutan. Oleh karena itu, penurunan suhu di tempat terbuka akan lebih besar
daripada di hutan dalam suhu minimum dalam hutan akan lebih tinggi dari pada di
tempat terbuka. Karena efek pembatas tersebut , bahaya suhu beku ( frost ) untuk
tanah hutan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan pada daerah yang terbuka.
Pengaruh netto tajuk hutan adalah terjadinya peradaban fluktuasi suuhu
harian. Jika ditaksir untuk setahun, suhu rata-rata tahunan di dalam kawasan hutan
sedikit lebih rendah dari pada suhu rata-rata tahunan pada daerah yang terbuka.
Akibat pengaruh suhu tersebut, evaporasi dari daerah yang terbuka selalu lebih besar
dari pada evaporasi dari tanah-tanah di kawasan hutan.
8.3.2. Kelembaban
Karena suhu udara di dalam hutan lebih dingin, kelembaban nisbi juga
mungkin 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di luar hutan.
Syarat-syarat Kelembaban
Air yang dapat dipresipitasikan (jeluk) adalah massa total uap air di
atmosfer, yang dinyatakan dalam volume cairan yang setara di atas satuan kawasan
permukaan; jeluknya beragam dari sekitar 5 cm di atas samudera tropika atau
kurang pada kawasan kawasan kutub (harga rata-rata untuk bumi adalah 2,25 cm,
dari seksi). Air yang dapat dipresipitasikan rata-rata
8.4. Angin
Karena hutan membelokkan angin ke atas dan mengurangi kecepatannya,
maka hutan merupakan penghalang mekanis terhadap angin. Ini semakin penting bagi
hutan yang lebih lebat seperti hutan penggugur daun berdaun lebar.
5
Pengamatan-pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin di dalam
hutan berkisar dari 10 – 67 % dari daerah-daerah terbuka di dekatnya, tergantung
dari karakteristik dan kondisi hutan ini.
8.5. Prestipasi
Sampai sekarang belum ada bukti yang meyakinkan untuk mendukung
pendapat bahwa hutan yang luas menaikkan presipitasi regional. Umumnya ini tidak
dapat diterima. Presipitasi lokal dapat ditingkatkan secara nyata pada tegakan hutan
pada keadaan tertentu dimana hutan itu menangkap massa udara lembab dan
menyebabkan kondensasi pada daun dan batang. Hal ini telah dilihat di pantai timur
Jepang, dimana terdapat air Halimun (fog water) lebih banyak dalam hutan
dibandingkan dengan lapangan terbuka. Di pantai tenggara Australia, presipitasi
tercatat 12 % lebih tinggi dari pada di tempat terbuka. Ini disebabkan karena
kondensasai Halimun. Tingkat penetesan Halimun ini juga nyata di pantai barat
tengah Amerika Utara.
Tetapi semua kasus intersepsi Halimun ini umumnya terbatas pada jalur-jalur
pantai. Hutan tentu mentranspirasikan sejumlah besar uap ke udara. Namun, kita juga
harus ingat bahwa udara yang dimasuki uap air biasanya dibawa oleh angi yang
mungkin beberapa ratus kilometer jauhnya dalam beberapa jam.
a. Analisis Presipitasi
Kondensasi pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi di atmosdan
berkembangnya tetes-tetes air , atau ki;
istal-kristal -es jadi ukuran yang dapat
dipresipitasikan, merupakan prasyarat bagi presipitasi; Proses-proses ini
terutama berlangsung bila sa-massa udara yang basah dipaksa ke atas.
Keragaman waktu dan ruang dari presipitasi merupakan parameter-parameter
hidrologi dasar yang dapat digambarkan untuk maksud-maksud yang umum
dengan menggunakan rata-rata klimatologi, ekstrim-ekstrim, dan distribusi
frekuensi yang berasi dengan lokasi, topografi, dan sifat-sifat massa udara yang
6
kaitan. Data presipitasi setempat harus diinterprestasikan gan acuan
keterbatasan-keterbatasan yang menjadi sifatnya, dengan menggunakan
konsistensinya relatif terhadap data kawasan-kawasan sekitarnya.
b. Pengukuran Presipitasi
Alat penakar presipitasi yang paling sering digunakan alah suatu
bejana silindris dengan bagian atas terbuka di mana dalaman (jeluk) curah
hujan diperbesar 10 kali dengan mengalirkan tampungan ke dalam suatu
silinder internal yang bih kecil. Pada alat penakar presipitasi andar yang tidak
mencatat sendiri ini jeluk curah hujan (atau lju yang melebur) diukur dengan
memberi tanda garis air pada suatu tongkat yang dikalibrasi; alat-alat penakar
dibaca sekali hari, pada jam yang sama, sehingga data tersebut merupakan tal-
total presipitasi selama 24 jam. Kriteria ukuran-ukuran alat dan
pemasangannya beragam antara negara yang satu dengan yang lainnya. Di
Amerika Serikat, diameter alat penakar adalah 20 cm dan lubang mulut
ditempatkan pada sekitar 1 m di atas permukaan.
Banyak mekanisme telah ditemukan bagi pencatatan agihan(distribusi)
waktu curah hujan; yang paling lazim di Amerika serikat adalah "weight-type
recording gage", (penakar pencatat timbangan). Pada tipe ini, presipitasi jatuh
melalui lubang mulut ke dalam suatu penampung yang dipasang dalam suatu
mekanisme timbangan; berat tampungan ditransmisikan secara mekanik
kepada suatu lengan pena yang mencatat jeluk yang setara pada suatu grafik
yang dikalibrasi yang digerakkan oleh jam. Tipe-tipe yang umum lainnya
meliputi penakar tipping-bucket (ember miring) yang pencatat presipitasi
dalam pertambahan diskrit jeluk (biasanya besar 0,25mm), dan penakar
punched-tape (pita berlubang) ischer-Porter) yang mencatat pertambahan jeluk
sebesar 0,25m pada pita kertas yang dirancang untuk digunakan dalam
pemrosesan data dengan mesin.
7
8.6. Intersepsi
Dalam publikasi lainnya, penulis ( Seyhan, 1977b ) menyajikan analisis
matematis secara terinci di sini, hanya akan dibahas kepentingannya dalam daur
hidrologi dan hubungannya dengan vegetasi.
Kepentingan intersepsi beragan dengan sikap dan kerapatan vegetasi,
karakteristik presipitasi ( bentuk , intensitas dan lamanya ) serta energi yang tersedia
untuk evaporasi air yang diintersepsi air selama dan setelah hujan.
Tentu sulit untuk meramalkan besarnya komponen kehilangan intersepsi
secara telitid alam persamaan neraca air tanpa pengukuran ynag banyak. Namun,
beberapa pengertian umum dapat diberikan sebagai berikut :
1. Persentase intersepsi adalah lebih besar untuk hujan dengan jumlah presipitasi
yang kecil, yang berkisar dari 100 % hingga sekitar 25 % sebagai rata-rata
kebanyakan pohon. ( lihat tabel ).
2. Aliran batang merupakan persentase presipitasi yang relatif kecil dari total. Ini
beragam sebagai rata-rata antara 1 – 5 % dan adalah 0 untuk hujan kecil. Namun,
persentase ini mungkin naik hingga di atas 35 % ( lihat tabel ).
3. Kehilangan intersepsi mungkin besar pada kawasan dengan evaporasi yang tinggi
yang biasanya rendah pada kawasan di mana kehilangan tersebut
dikompensasikan oleh halimun.
4. Jumlah salju yang diintersepsi pada hutan-hutan koniver beragam antara 13 – 27
%.
Angka-angka hasil intersepsi oleh tanaman-tanaman pertanian dan vegetasi hutan
diambil dari acuan yang berlainan dan disajikan pada tabel.
a. Intersepsi Tajuk
Presipitasi yang jatuh pada suatu tajuk hutan didistribusikan kembali dan
berkurang kuantitasnya jika presipitasi bergerak menuju lantai hutan. Jumlah
pengurangan (intersepsi tajuk) ditentukan oleh jumlah dan frekuensi presipitasi,
dan oleh kapasitas cadangan tajuk dan laju pengeringan; pengkajian-pengkajian
8
empiris telah menunjukkan bahwa hal tersebut sangat bervariasi, tidak hanya di
antara wilayah-wilayah klimatologi dan tipe-tipe hutan, dan dengan kerapatan
dan umur tegakan, tetapi juga dengan posisi relatif terhadap batang-batang
pohon pada suatu tegakan tertentu. Air yang diintersepsi oleh tajuk-tajuk pohon
juga penting secara hidrologi karena menyebabkan pembasahan tanah hutan
yang tidak merata, menghambat transpirasi dan mengurangi pengambilan air
tanah, berevaporasi secara lebih cepat daripada transpirasi dalam iklim mikro
yang sama . dan menambah kehilangan penguapan total secara nyata.
8.7. Evapotranspirasi
Faktor-faktor lingkungan yang mengendalikan evapotranspirasi adalah :
1. Radiasi
2. Pasokan air
3. Karakteristik tanah atau lengas tanah
4. Defisit penjenuhan di udara
5. Gerakan udara horisontal dan vertikal
Penutup vegetasi mengurangi jumlah penetrasi radiasi matahari dan dengan
demikian memperendah suhu udara dan tanah. Seresah memberikan lapaisan
penyekat dari humus. Ini menyebabkan evaporasi dari tanah di hutan sekitar 10 %
hingga 80 % daripada evaporasi yang diukur pada daerah yang terbuka.
Akan tetapi, dari daerah yang bervegatasi mekanisme kehilangan air yang
paling penting bukanlah melalui evaporasi tanah tetapi melalui transpirasi. Sebagian
besar karena faktor lingkungan yang disebutkan di atas memainkan peranan penting
dalam transpirasi. Walaupun transpirasi pada permukaan daun berlangsung
sehubungan dengan energi radiasi yang masuk, faktor tanaman, seperti disebutkan di
bawah ini memainkan peranan yang penting, terutama bila pasokan air terbatas.
1) Albedo permukaan tanaman. Vegetasi yang lebih gelap menyerap
lebih banyak radiasi matahari beregelombang pendek, Rc, dan karena itu
mencapai suhu yang lebih tinggi.
9
2) Perkembangan akar. Meskipun evaporasi dari permukaan tanah jarang
sekali menarik kembali air pada kedalaman yang lebih besar daripada 30 cm, akar
tanaman ternyata bertindak demikian dari kedalaman 10 meter atau lebih.
Tanaman dengan akar yang menguras tentang permukaan air (tanaman
freatofitik) dapat mentranspirasikan air pada laju evapotranspirasi potensial,
meskipun permukaan tanah mungkin kering.
3) Struktur tegakan. Karakteristik tegakan hutan seperti tinggi tegakan,
diameter rata-rata, kerapatan tegakan secara langsung berkorelasi dengan laju
transpirasi .
4) Struktur fisiologi tanaman. Pada sebagian besar tanaman, stomata
(mulut daun) membuka selama siang hari dan menutup pada waktu malam. Akan
tetapi, beberapa species eucaliptus mempunyai stomata yang menutup pada
tengah hari.
Kita harus menyadari bahwa sejumlah besar air diambil oleh vegetasi dari
tanah melalui transpirasi. Pada umumnya hutan membutuhkan sekitar 700 liter air
untuk menghasilkan ½ kilo bahan kering. Hubungan ini ditunjukkan sebagai nisba
transpirasi. Transpirasi hutan dibandingkan dengan transpirasi tanaman pertanian dan
rerumputan (menurut Engler) dapat ditunjukkan sebagai 100 % / 43 % / 22 %.
- Prinsip-prinsip Evaporasi
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan -> uap; ini terjadi
bilamana air cair berhubungan dengan atmosf yang tidak jenuh, baik secara
internal pada daun-daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal pada
perrnukaan-permukan yang basah. Evaporasi melibatkan pengalihan energi (I
massa, sehingga aliran (fluks) massa (massa/waktu) dapat dievaluasi dengan
menggunakan aliran (fluks) energi yang ekivalen (energi/waktu). Juga, karena
untuk air 1 gram = lcm3
, Air (fluks) massa per satuan luas (E, volume/luas-
waktu, jel waktu) dinyatakan dalam satuan-satuan kecepatan dan L,,E (ly/menit)
= E (mm/jam) di mana LvE adalah kerapatan aliran (fluks), atau aliran (fluk
10
energi per satuan luas. Tanpa memandang satuan-satu yang digunakan, evaporasi
dapat dipandang sebagai suatu pros 1) pertukaran energi pada permukaan
evaporasi, 2) difusi molekuler melalui suatu lapisan batas udara yang tipis di drk
permukaan, atau 3) difusi turbulen pada udara bebas; dalu beberapa hal
hubungan-hubungan Yang formal biasanya melibq kan kombinasi dari
pengalihan massa dan energi.
Umumnya berkorelasi dengan suhu menurut garis lintang, dan menurut
musim pada berbagai stasiun tertentu, khususnya pada garis-garis lintang tengah di
mana maksimum pada musim panas dapat beberapa kali lebih besar dibandingkan
minimum pada usim dingin. Karena air atmosfer diisi oleh evaporasi dari
permukaan, air yang dapat dipresipitasikan sangat berkorelasi dengan evaporasi
kawasan dan lebih besar pada tubuh-tubuh air yang besar dan pada kawasan-
kawasan pantai; pada skala vertikal, konsentrasi uap air umumnya menurun secara
langsung ngan jarak dari permukaan.
8.8. Neraca Air
Volume-volume dengan gerakan air sudah menjadi sifatny adalah lebih
mudah untuk mengukur dan mengevaluasi bila dikaitkan dengan fase cair;
kenyataan ini telah mendorong, atau dalam beberapa hal memaksa, penggunaan
metode-metode peneracaan air dalam pengkajian-pengkajian evapotransi hutan.
Dengan menggunakan persamaan 2.9, evaporasi total suatu daerah tangkapan
(termasuk Et
dan Ei
) adalah:
E = P – Q - S
dengan anggapan bahwa presipitasi (P) adalah satu-satunnya masukan dan
bahwa debit perairan sungai (Q) adalah suatu ukuran outflow yang memadai;
pada periode satu tahun atau lebih, maka:
E = P - Q
dengan menganggap bahwa perubahan dalam simpanan (S) nol. Ketelitian
persamaan-persamaan ini tentu saja bergantung pada ketelitian pendugaan-
11
pendugaan presipitasi daerah tangkapan dan pengukuran aliran sungai, juga
kesahihan anggapan-anggapan tersebut; apabila aliran bawah permukaan adalah
nyata, maka galat yang terkait dalam E adalah L° - Li (inflow bawah permukaan,
Li dan outflow, L°).
8.9. Infiltrasi
Karakteristik permukaan dan bawah permukaan DAS yang mengendalikan
infiltrasi telah dibahas secara terinci. Di sini hanya peranan hutan yang dibahas.
Hutan merupakan rintangan terhadap gerakan menurun air. Pada umumnya, tanah-
tanah hutan cenderung memiliki laju infiltrasi yang tinggi karena timbunan seresah
( dari tetesan yang jatuh dari daun, ranting dan cabang ) pada ranting hutan, penetrasi
akar ( pengaruh perforasi ) ke dalam sistem tanah, aktivitas organisme tanah yang
lebih tinggi ( seperti cacing tanah ) dan lebih jarang terjadinya suhu beku ( frost ).
- Potensial Infiltrasi
Infiltrasi (F) adalah bagian presipitasi yang akhirnya diserap oleh tanah
mineral; harga maksimum atau potensialnya adalah presipitasi efektif (Pc), dan
pada hutan yang tidak terganggu hampir selalu benar bahwa F = Pc (karena aliran
atas permukaan dapat diabaikan). Hubungan antara F dengan proses-proses
pengaturan presipitasi lainnya dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
P = T + S + Ic
yang merupakan suatu pengaturan kembali, dan persamaan
If = P – Pe - Ic
dari persamaan di atas; Dengan menggabungkan dua bentuk persamaan ini akan
dihasilkan persamaan
Pe = T + (S – If)
12
Gambar 1. Proses-proses pengaturan presipitasi.
atau
F = T + (S – If)
untuk Pe = F. Tetapi karena dari seksi-seksi 4.3 dan 4.4, S dan If kecil (1 hingga
5% dari P), maka kuantitas S - If biasanya diabaikan, dan
F = T
dapat diterima untuk semua maksud yang bersifat praktis; Gambar di atas
merupakan suatu penyajian diagramatik dari proses pengaturan presipitasi.
13
a. Konsep Infiltrasi
Infiltrasi merupakan gerakan menurun air melalui permukaan tanah
mineral; kecepatannya biasanya dinyatakan dalam satuan-satuan yang sama
seperti intensitas presipitasi (mm/j). Laju infiltrasi dengan jelas tidak dapat
melebihi intensitas presipitasi di atas tanah gundul, dan di hutan ia tidak dapat
melebihi intensitas presipitasi efektif. Sebaliknya, kapasitas infiltrasi adalah
laju yang tertinggi di mana air dapat diserap oleh tanah tertentu, dan pada suatu
hutan yang utuh kapasitas tersebut dapat melebihi intensitas-intensitas curah hujan
yang terbesar.
Air berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh-pengaruh
gravitasi dan daya tarik kapiler, atau dalam beberapa hal sebagai akibat tekanan
yang diciptakan oleh pukulan air pada permukaan. Biasanya lapisan permukaan
tanah adalah paling permeabel dan sekali dijenuhi, maka laju infiltrasi akan
dibatasi laju aliran bawah permukaan, atau oleh perkolasi melalui di bawahnya
yang kurang permeabel. Pada lahan yang datar, sekali penampang tanah
seluruhnya dijenuhi, maka laju infiltrasi akan berkurang hingga pada suatu laju
yang ditentukan permeabilitas batuan di bawahnya; akan tetapi pada lahan
miring , karena air yang berperkolasi akan menghadapi yang lebih besar untuk
mengalir dalam arah vertikal, air tersebut akan dialihkan dalam arah lateral ke
dalam -lapisan tanah yang lebih permeabel.
b. Faktor faktor Penentu Infiltrasi
Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada pengaruh kombinasi banyak faktor;
kapasitas tersebut sangat bervariasi di antara lokasi, dan menunjukkan fluktuasi
musiman dan tidak periodik pada suatu lokasi tertentu. Karena alasan ini dan karena
kesulitan-kesulitan pengukuran adalah tidak mungkin untuk mencirikan kapasitas-
kapasitas atau tingkat-tingkat infiltrasi dengan suatu cara yang tepat; istilah-istilah
deskriptif dan kisaran harga-harga, sebagaimana disajikan oleh Kohnke (1968).
14
Adalah penting mengetahui bahwa kapasitas-kapasitas infiltrasi permukaan, pada
hakekatnya, mungkin jauh lebih besar daripada kapasitas-kapasitas perkolasi untuk
penampang tanah seluruhnya, dan bahwa yang terakhir ini harus membatasi yang
terdahulu kecuali selama tahap-tahap awal curah hujan.
8.10. Aliran Permukaan
Tidak semua limpasan dari kawasan-kawasan yang dihutankan memiliki
karakteristik aliran permukaan. Pada tanah-tanah tertentu, aliran bawah permukaan
dan bukan aliran permukaan, dapat memberi batas bentuk hidrograf limpasan.
Penelitian Mols hanoy ( 1963 ) Carolina utara telah menunjukkan gambaran berikut :
Limpasan bawah permukaan adalah lebih tinggi di bawah hutan dibandingkan
pada type penutup tanah lainnya. Pada tanah yang sebanding, dan limpasan bawah
permukaan merupakan bagian terbesar limpasan secara langsung.
8.11. Limpasan
Pengamatan hidrologi hutan selama bertahun-tahun telah menunjukkan bahwa
limpasa permukaan pada DAS yang berhutan adalah jarang sekali. Pada umumnya,
dapat dikemukakan bahwa berhubung dengan meningkatkan penahanan permukaan
dan meningkatnya laju infiltrasi , aliran maksimum yang diharapkan dari kawasan
yang berhutan lebih rendah. Hidrograf pencatat akan menunjukkan dasar yang
diperluas , keduanya dalam cabang yang naik dan cabang yang turun.
Berhubung gerakan antar aliran melalui lumut dan tanah organik hutan adalah
lambat, maka ketinggalan waktu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang
terbuka. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa bila penampang tanah telah jenuh,
tipe penutup tanah hanya sedikit berpengaruh pada jumlah limpasan permukaan. Juga
mungkin bahwa pada DAS tertentu yang berhutan karakteristik aliran permukaan
akan mendominasi karakteristik aliran bawah permukaan.
15
Hidrograf aliran hujanyang tidak biasa dengan kenaikan dan penurunan yang
sangat curam, meskipun kondisi air tanah yang mendahului sangat rendah, dilaporkan
dalam kepustakaan.
8.12. Air Bawah Permukaan
Kapasitas infiltrasi tanah mineral dapat ditaksir secara langsung dengan
menggunakan infiltrometer, atau secara tidak langsung melalui analisis hidrograf.
Metode yang terakhir ini mengandung suatu batasan infiltrasi yang khusus dan
penerapannya sehubungan dengan debit tangkapan telah dibahas. Metode
langsung menggunakan infiltrometer-infiltrometer simulator curah hujan atau
tipe genangan.
Suatu infiltrometer pada dasarnya merupakan suatu plot tanah yang
terisolasi di mana air dapat diberikan dengan laju yang diketahui. Pada tipe
penggenangan, tabung-tabung logam yang kecil atau silinder-silinder konsentrik
dimasukkan ke dalam tanah, dan air diberikan pada bagian yang terisolasi dengan
suatu laju yang cukup untuk mempertahankan jeluk air yang konstan di atas
permukaan; karena tidak ada debit permukaan, laju pemberian air merupakan
suatu pengukuran kapasitas infiltrasi plot. Pada metode simulasi curah hujan, air
disemprotkan di atas permukaan plot yang lebih besar (dan jalur batas untuk
menahan aliran lateral), debit permukaan diukur, dan kapasitas infiltrasi ditaksir
sebagai perbedaan antara laju-laju penyemprotan dan debit pcrmukaan.
Taksiran-taksiran kapasitas infiltrasi sangatlah berguna dalam hidrologi
tangkapan semata-mata sebagai harga-harga relutif atau indeks-indeks. Data
infiltrometer beragam, tergantung pada kondisi-kondisi tempat dan tipe
infiltrometer; adalah sulit untuk mendapatkan contoh statistik yang memadai
untuk suatu tangkapan, dan pada umumnya makin kecil infiltrometer, makin besar
kapasitas yang diperkirakan. Analisis hidrograf mempunyai keuntungan yang
tampak bahwa "infiltrometer" merupakan tangkapan seluruhnya, tetapi dalam hal
ini adalah tidak mungkin untuk mendapatkan kontrol percobaan yang berdekatan:
laju aplikasi air (curah hujan) adalah sangat beragam, dan debit (aliran sungai)
16
dapat terdiri sebagian besar atas air tcrinfiltrasi yang mcncapai sungai scbagai
aliran bawah permukaan.
Ada empat metode pengukuran kelembaban tanah yang umum dalam
hutan, namun pengambilan contoh secara gravimetrik adalah satu-satunya
pengambilan yang langsung, dan diperlukan untuk mengkalibrasikan peralatan
yang digunakan dalam metode-metode tahanan listrik, radioaktif, dan
tensiometrik. Pada metode gravimetrik contoh tanah diekstraksi dari suatu
lapisan tertentu dan ditimbang sebelum dan setelah pengeringan. Perbedaan dalam
berat dinyatakan sebagai persentase berat kering. Karena para pakar hidrologi
biasanya menyukai untuk mengungkapkan kelembaban tanah dalam satuan-satuan
jeluk; juga sangat perlu untuk mengukur volume contoh, atau untuk menentukan
berat isi lapisan tersebut.
Metode gravimetrik membutuhkan banyak waktu, namun bukan hanya
karena pekerjaan laboratorium yang terlibat; contoh-contoh kelembaban tanah
sulit untuk didapatkan, khususnya pada tanah-tanah berbatu, dan jumlah yang
besar diperlukan untuk menggambarkan secara memadai variabilitas di atas suatu
dacrah aliran sungai. Bor-bor silindris untuk pengambilan contoh dengan
berbagai tipe telah dikembangkan, diantaranya memudahkan pekerjaan
mendapatkan suatu inti utuh dengan volume yang diketahui. Pekerjaan lapangan
dapat juga dikurangi dengan pemilihan titik-titik contoh yang rasional.
Pengambilan contoh secara sembarangan atau acak adalah suatu konsep statistik
yang sahih, tetapi terdapat banyak hal di mana ia harus dilanggar tanpa perlu
penyesalan (tidak masuk akal untuk mcngambil contoh ekstrim-ekstrim yang jelas,
misalnya dasar-dasar sungai).
Metode-metode pengambilan contoh kelembaban tanah secara tidak
langsung banyak digunakan karena sekali peralatan tclah dikalibrasikan,
pengukuran-pengukuran yang diulang dapat diperoleh secara cepat pada tempat-
tempat yang sama tanpa mcngganggu tanah. Metode tahanan-listrik menggunakan
unsur-unsur pengindera dari nilon, gelas serat, plester Paris di mana tahanan
17
antara elektroda-elektroda yang tersimpan dipengaruhi oleh kandungan air:
apabila blok-blok ditempatkan dalam kontak yang kuat dengan tanah mineral,
tahanan yang diamati merupakan suatu ukuran kandungan air tanah. Satuan-satuan
pengindera tahanan-listrik sulit untuk dikalibrasikan secara tepat, cenderung untuk
rusak dengan umur, dan khususnya tidak dapat dipercaya pada tingkat-tingkat
kandungan air yang tinggi dalam tanah.
Peralatan yang paling lazim digunakan pada penginderaan radioaktif dari
kandungan air tanah termasuk suatu sumber neutron cepat yang diperlambat oleh
tubrukannya dengan inti hidrogen dalam air. Dalam praktek, sumber tersebut
direndahkan ke dalam tanah melalui suatu tabung masuk permanen bersama-sama
dengan suatu detektor ditransmisikan ke penghitung yang bertenaga baterai pada
permukaan. Penghitungan yang diperlihatkan merupakan suatu ukuran
kelembaban tanah pada tingkat jarum (probe) tersebut. Penginderaan radioakiif
adalah cepat, dapat diulang untuk jangka waktu yang tidak terbatas pada tempat
yang sama tanpa mengganggu tanah, dan mengukur kandungan air dalam suatu
volume tanah di sekitar tabung masuk. Kerugiannya adalah bahwa peralatan
adalah relatif mahal dan memerlukan kalibrasi, dan penggunaannya melibatkan
bcberapa bahaya radioaktif.
8.13. Pengukuran Aliran Sungai
Aliran air pada suatu saluran alami dapat digambarkan dengan tinggi-
mukanya (tinggi permukaan di atas suatu muka sekehendak), kecepatan
(kecepatan sehubungan dengan arah saluran), atau laju debit. Sifat-sifat ini
saling berkaitan dalam arti bahwa untuk setiap ruas sungai tertentu, tinggi-muka
air, merupakan ukuran luas penampang-melintang, dan menurut persamaan
kontinuitas, debit adalah hasil kali luas dan kecepatan. Data tinggi muka air dan
kecepatan adalah sangat berguna untuk maksud-maksud lainnya, namun lebih
sering mereka digunakan untuk menentukan laju debit.
18
Tinggi muka sungai pada penampang-melintang tertentu dapat dibaca
secara langsung dari suatu skala vertikal dengan batas ukur yang telah ada, atau
penakar tongkat (staff gage), yang direndam pada sungai pada titiknya yang
terdalam. akan tetapi biasanya suatu pengukuran tinggi muka air yang kontinu
sangatlah diperlukan, dan suatu pencatat tinggi-muka air dipergunakan. Pencatat
tipe pelampung digunakan pada suatu tempat perlindungan yang didirikan di
dekat tepi sungai, dan air dialihkan dari sungai melalui pipa-pipa intake ke suatu
sumur penenang di bawah tempat perlindungan tersebut. Air pada sumur
penenang berada pada tinggi muka yang sama seperti tinggi muka pada sungai,
namun pelampung tersebut dilindungi dari sampah dan gelombang-gelombang.
Kecepatan sungai pada suatu saluran alami biasanya diukur dengan suatu
pengukur arus current meter di mana air yang mengalir menekan suatu roda
ember atau kincir, yang menyebabkan ia berputar, memutus suatu rangkaian
listrik, dan menggerakkan suatu alat akustik atau mekanisme penghitung digital
Pygmy current meter lebih disukai untuk pengukuran-pengukuran pada sungai
kawasan hulu yang dangkal. Perkiraan kecepatan dapat diperoleh dengan
mengatur waktu gerakan beberapa objek yang tampak yang dibawa oleh sungai,
suatu pelampung kecil atau suatu bahan warna yang larut-air yang dengan
mudah diamati, dapat digunakan untuk maksud ini. Karena kecepatan arus sungai
adalah terbesar di bawah permu kaan, dan di dekat tengah-tengah sungai, suatu
pelampung, umumnya akan bergerak sekitar kurang lebih 20% lebih cepat
dibandingkan rata-rata arus.
19
Soal-Soal
1. Jelaskan sejarah perkembangan hidrologi hutan?
2. Jelaskan neraca air pada wilayah hutan?
3. Jelaskan bagaimana pengaruh pegetasi hutan terhadap kondisi iklim
4. Jelaskan pengaruh intersepsi terhadap kehilangan air hujan ke atmosfer?
5. jelaskan proses evapotranspirasi di wilayah hutan?
6. Jelaskan pengaruh pegetasi terhadap kehilangan air?
Daftar Pustaka
1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Gadjah Mada University
2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University.
3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung.
4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Nova Bandung.
5. Wlson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.
20
TUGAS KELOMPOK
M.K. : HIDROLOGI
HIDROLOGI HUTAN
DISUSUN OLEH
HASRIYANTI 021 514 048
A.VEBRIANI 021 514 0
RISKI AMILIA 021 514 0
YULIA FITRIA 021 514 0
ASKAR 021 514 034
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2005
21

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANANHUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANANEDIS BLOG
 
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannya
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannyaTipe tipe ekosistem dan kerawanannya
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannyaYos F. da-Lopes
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanabdul gonde
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVEElvionita
 
MANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANMANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANEDIS BLOG
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengandini rambe
 
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptxPPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptxFakhmiImanuddin
 
Badan air dan siklus hidrologi ppt
Badan air dan siklus hidrologi pptBadan air dan siklus hidrologi ppt
Badan air dan siklus hidrologi pptSitimeymeii
 
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiNurul Afdal Haris
 
makalah Sumber Daya Alam dan Lingkungan
makalah Sumber Daya Alam dan Lingkunganmakalah Sumber Daya Alam dan Lingkungan
makalah Sumber Daya Alam dan LingkunganZharfa Setiawan
 
Ekositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatuEkositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatuBasyrowi Arby
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaBoaz Salosa
 
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009EDIS BLOG
 

Was ist angesagt? (20)

HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANANHUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
 
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannya
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannyaTipe tipe ekosistem dan kerawanannya
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannya
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
Review pesisir dan laut
Review pesisir dan lautReview pesisir dan laut
Review pesisir dan laut
 
hidrologi
hidrologihidrologi
hidrologi
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVE
 
MANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANMANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTAN
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lereng
 
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptxPPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
PPT Presentasi_Analisis Curah Hujan.pptx
 
Badan air dan siklus hidrologi ppt
Badan air dan siklus hidrologi pptBadan air dan siklus hidrologi ppt
Badan air dan siklus hidrologi ppt
 
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
 
makalah Sumber Daya Alam dan Lingkungan
makalah Sumber Daya Alam dan Lingkunganmakalah Sumber Daya Alam dan Lingkungan
makalah Sumber Daya Alam dan Lingkungan
 
viii hujan
viii hujanviii hujan
viii hujan
 
Fungsi dan peran agroforestri
Fungsi dan peran agroforestriFungsi dan peran agroforestri
Fungsi dan peran agroforestri
 
Ekositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatuEkositem pantai berbatu
Ekositem pantai berbatu
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
Hutan hujan tropis
Hutan hujan tropisHutan hujan tropis
Hutan hujan tropis
 
ALAT UKUR KUALITAS AIR.pdf
ALAT UKUR KUALITAS AIR.pdfALAT UKUR KUALITAS AIR.pdf
ALAT UKUR KUALITAS AIR.pdf
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
 
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
 

Andere mochten auch

Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIEDIS BLOG
 
Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)
Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)
Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)Maruttha Puspita
 
presentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujanpresentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujanwinyulisti
 
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganMakalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganEDIS BLOG
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiQunk
 
Makalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia
Makalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusiaMakalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia
Makalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusiaSevent Saja
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Actividades para maiores 2014 - 2015
Actividades para maiores 2014 - 2015Actividades para maiores 2014 - 2015
Actividades para maiores 2014 - 2015Concello de Abegondo
 
Hiperplasia suprarrenal
Hiperplasia suprarrenalHiperplasia suprarrenal
Hiperplasia suprarrenaljoanalopez
 
Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”
Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”
Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”budzma
 
Презентация компании «Лидер»
Презентация компании «Лидер»Презентация компании «Лидер»
Презентация компании «Лидер»lider-comp
 
Pertumbuhan dan perkembangan awal
Pertumbuhan dan perkembangan awalPertumbuhan dan perkembangan awal
Pertumbuhan dan perkembangan awalHeri Cahyono
 
Unemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikar
Unemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikarUnemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikar
Unemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikarshriniwas kashalikar
 
September 2015 - Market Snapshot - Santa Clara County
September 2015 - Market Snapshot - Santa Clara CountySeptember 2015 - Market Snapshot - Santa Clara County
September 2015 - Market Snapshot - Santa Clara CountyMLSListings Inc
 

Andere mochten auch (20)

Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
 
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
 
Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)
Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)
Amerika Tengah (Guatemala,Haiti,Nikaragua,Kuba,Honduras,Jamaika, Costarica)
 
presentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujanpresentasi hidrologi terapan curah hujan
presentasi hidrologi terapan curah hujan
 
Curah hujan
Curah hujanCurah hujan
Curah hujan
 
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganMakalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
 
Metode nakayasu
Metode nakayasuMetode nakayasu
Metode nakayasu
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologi
 
Makalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia
Makalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusiaMakalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia
Makalah kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
 
Analisa hidrograf
Analisa hidrografAnalisa hidrograf
Analisa hidrograf
 
Me[1][1]
Me[1][1]Me[1][1]
Me[1][1]
 
Actividades para maiores 2014 - 2015
Actividades para maiores 2014 - 2015Actividades para maiores 2014 - 2015
Actividades para maiores 2014 - 2015
 
Hiperplasia suprarrenal
Hiperplasia suprarrenalHiperplasia suprarrenal
Hiperplasia suprarrenal
 
Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”
Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”
Уладзімір Цюлькоў – “Музей культуры і побыту”
 
Презентация компании «Лидер»
Презентация компании «Лидер»Презентация компании «Лидер»
Презентация компании «Лидер»
 
Pertumbuhan dan perkembangan awal
Pertumbuhan dan perkembangan awalPertumbuhan dan perkembangan awal
Pertumbuhan dan perkembangan awal
 
Unemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikar
Unemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikarUnemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikar
Unemployment and namasmaran dr shriniwas kashalikar
 
September 2015 - Market Snapshot - Santa Clara County
September 2015 - Market Snapshot - Santa Clara CountySeptember 2015 - Market Snapshot - Santa Clara County
September 2015 - Market Snapshot - Santa Clara County
 

Ähnlich wie KEGIATAN BELAJAR HIDROLOGI HUTAN

Hidro hutan riemz.ppt
Hidro hutan riemz.pptHidro hutan riemz.ppt
Hidro hutan riemz.pptRima Sarie
 
Iklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan Iklim
Iklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan IklimIklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan Iklim
Iklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan IklimIqbal Fahmi Darmawan
 
Akibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanAkibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanWilly Chandra
 
Skema Ujian Semester 2 STPM 2019
Skema Ujian Semester 2 STPM 2019Skema Ujian Semester 2 STPM 2019
Skema Ujian Semester 2 STPM 2019Asmawi Abdullah
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Perubahan iklim dan penipisan ozon
Perubahan iklim dan penipisan ozonPerubahan iklim dan penipisan ozon
Perubahan iklim dan penipisan ozonLinda Rosita
 
Yusni ikhwan siregar
Yusni ikhwan siregarYusni ikhwan siregar
Yusni ikhwan siregarAlirman Ode
 
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan Lingkungan
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan LingkunganDampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan Lingkungan
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan LingkunganEthelbert Phanias
 
PPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.ppt
PPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.pptPPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.ppt
PPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.pptcempebalap
 
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)VAINHADRAMIHAMID
 

Ähnlich wie KEGIATAN BELAJAR HIDROLOGI HUTAN (20)

skripsi
skripsiskripsi
skripsi
 
Hidro hutan riemz.ppt
Hidro hutan riemz.pptHidro hutan riemz.ppt
Hidro hutan riemz.ppt
 
Iklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan Iklim
Iklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan IklimIklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan Iklim
Iklim : Definisi, Klasifikasi, Kegiatan dan Penanggulangan Perubahan Iklim
 
Konversi hutan 2
Konversi hutan 2Konversi hutan 2
Konversi hutan 2
 
Kemarau
KemarauKemarau
Kemarau
 
Akibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanAkibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutan
 
Skema Ujian Semester 2 STPM 2019
Skema Ujian Semester 2 STPM 2019Skema Ujian Semester 2 STPM 2019
Skema Ujian Semester 2 STPM 2019
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
 
Laporan klimatik kel 4 a
Laporan klimatik kel 4 aLaporan klimatik kel 4 a
Laporan klimatik kel 4 a
 
Soal kuis
Soal kuisSoal kuis
Soal kuis
 
Perubahan iklim dan penipisan ozon
Perubahan iklim dan penipisan ozonPerubahan iklim dan penipisan ozon
Perubahan iklim dan penipisan ozon
 
Tugas power poin uas
Tugas power poin uasTugas power poin uas
Tugas power poin uas
 
Yusni ikhwan siregar
Yusni ikhwan siregarYusni ikhwan siregar
Yusni ikhwan siregar
 
Tugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologiTugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologi
 
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan Lingkungan
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan LingkunganDampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan Lingkungan
Dampak Perubahan Iklim Global Pada Masalah Pembangunan Dan Lingkungan
 
PPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.ppt
PPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.pptPPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.ppt
PPT-UEU-Pengolahan-Air-Bersih-Pertemuan-2.ppt
 
188 395-1-pb
188 395-1-pb188 395-1-pb
188 395-1-pb
 
Tugas power poin uas
Tugas power poin uasTugas power poin uas
Tugas power poin uas
 
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
Modul : Proses Terjadinya Hujan (Vain Hadrami Hamid)
 
Makalah iklim tropis
Makalah iklim tropisMakalah iklim tropis
Makalah iklim tropis
 

Mehr von Nurul Afdal Haris

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Nurul Afdal Haris
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarNurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Nurul Afdal Haris
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahNurul Afdal Haris
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinNurul Afdal Haris
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaNurul Afdal Haris
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalNurul Afdal Haris
 
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 

Mehr von Nurul Afdal Haris (20)

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
 
Laporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi DasarLaporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi Dasar
 
Laporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi DasarLaporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi Dasar
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
 
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah HidrologiMateri Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hujan Bagian Kedua Mata Kuliah Hidrologi
 

Kürzlich hochgeladen

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

KEGIATAN BELAJAR HIDROLOGI HUTAN

  • 1. PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri dari : kegiatan belajar 8 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis kompetensi dan sub kompetensi, diuraukan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban. Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain, jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai. 1
  • 2. KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 8 HIDROLOGI HUTAN 1. Tujuan Umum Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses-proses hidrologi yang terjadi pada wilayah hutan 2. Tujuan Khusus Pembelajaran a. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah hidrologi hutan b. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar neraca air kawasan hutan c. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar kondisi-kondisi iklim dalam hutan d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengaruh intersepsi terhadap air hujan e. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar evapotranspirasi yang terjadi pada wilayah hutan f. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengaruh vegetasi terhadap kehilangan air tanah. g. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar neraca air pada wilayah hutan. 2
  • 3. BAB VIII HIDROLOGI HUTAN 8.1. Sejarah Singkat Dalam sejarah, minat para ilmuwan terhadap pentingnya wilayah hutan dalam daur hidrologi sudah sangat lama. Pada abad pertengahan, raja-raja Perancis menyadari peranan wilayah hutan terhadap aliran sungai. Diawali pada abad ke-17. di Italia telah disadari tentang pengaruh hutan terhadap menurunnya limpasan permukaan dan dengan demikian bahaya-bahaya banjir dan erosi. Tetapi pada tahun 1900 penelitian-penelitian ilmiah yang nyata telah dimulai dengan penelitian- penelitian DAS seperti DAS Emmenthal (Swiss), DAS Wagon Wheel Gap (Rocky Mountains, Colorado) pada tahun 1911, DAS Tennessee Valley pada tahun 1933, DAS Coweeta (Karolina Utara) pada tahun 1934, DAS Jonkershoek (Stendlenbosch, Afrika Selatan) pada tahun 1935 dan DAS Sambret di Kenya. Saat ini, dalam banyak negara bermacam-macam penelitian telah dilakukan ataupun sedang dilakukan untuk menghubungkan perlakuan-perlakuan hutan terhadap prilaku hidrologi. Hal-hal umum seperti di bawah ini sudah diterima. 1. Penggunaan vegetasi penutup hutan akan meningkatkan produksi air (water yield). 2. Tumbuhnya vegetasi penutup hutan akan menurunkan produksi air. 3. Di beberapa tempat akar-akar tanaman mengambil air tanah, sedangkan penghilangan vegetasi penutup akan menurunkan evapo-transpirasi dan akibatnya akan meningkatkan debit aliran sungai. 4. Evaporasi dari tanah yang gundul dan serasah akan meningkat setelah penghilangan vegetasi penutup lama. 5. Penghilangan hutan meningkatkan kisaran antara aliran sungai yang tinggi dan yang rendah dan akibatnya meningkatkan aliran yang maksimum. 3
  • 4. 8.2. Neraca Air di Kawasan Hutan Komponen-komponen dasar dari persamaan keseimbangan air di kawasan hutan adalah sama dengan persamaan keseimbangan air pada umumnya. Hal ini digambarkan sebagai berikut : P – (Q + I + T + E + Qs) = s Dimana : P = presipitasi (mm) Q = aliran sungai / debit air yang keluar (mm) I = intersepsi (mm) T = transpirasi (mm) E = evaporasi (mm) Qs = infiltrasi/perembesan yang dalam (mm) Ds = perubahan penyimpanan lengas tanah (mm) Untuk dapat menggambarkan besarnya masing-masing komponen tersebut, dapat dilihat angka-angka berikut (semua dalam inci). Dari angka-angka keseimbangan air itu, jelas bahwa akibat penggundulan hutan adalah : 1. Menaikkan aliran air. 2. Menurunkan intersepsi. 3. Menurunkan transpirasi dan 4. Menaikkan penguapan (evaporasi). 8.3. Kondisi-Kondisi Iklim Dalam Hutan 8.3.1. Suhu dan radiasi Karena adanya tajuk pohon-pohon, persentase terbesar radiasi matahari dipantulkan kembali. Pada kondisi yang ekstrem , hanya 1 persen radiasi matahari yang mapu masuk ke dalam hutan. Akibatnya, suuh di dalam hutan tetap lebih rendah. Pengamatan yang dilakukan di Amerika Serikat telah membuktikan bahwa 4
  • 5. penurunan suhu maksimum bulanan mungkin sebesar 30 F, pada bulan Januari dan 80 F pada bulan juli. Di lain pihak, tajuk yang sama menurunkan laju radiasi dari tanah-tanah di dalam hutan. Oleh karena itu, penurunan suhu di tempat terbuka akan lebih besar daripada di hutan dalam suhu minimum dalam hutan akan lebih tinggi dari pada di tempat terbuka. Karena efek pembatas tersebut , bahaya suhu beku ( frost ) untuk tanah hutan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan pada daerah yang terbuka. Pengaruh netto tajuk hutan adalah terjadinya peradaban fluktuasi suuhu harian. Jika ditaksir untuk setahun, suhu rata-rata tahunan di dalam kawasan hutan sedikit lebih rendah dari pada suhu rata-rata tahunan pada daerah yang terbuka. Akibat pengaruh suhu tersebut, evaporasi dari daerah yang terbuka selalu lebih besar dari pada evaporasi dari tanah-tanah di kawasan hutan. 8.3.2. Kelembaban Karena suhu udara di dalam hutan lebih dingin, kelembaban nisbi juga mungkin 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di luar hutan. Syarat-syarat Kelembaban Air yang dapat dipresipitasikan (jeluk) adalah massa total uap air di atmosfer, yang dinyatakan dalam volume cairan yang setara di atas satuan kawasan permukaan; jeluknya beragam dari sekitar 5 cm di atas samudera tropika atau kurang pada kawasan kawasan kutub (harga rata-rata untuk bumi adalah 2,25 cm, dari seksi). Air yang dapat dipresipitasikan rata-rata 8.4. Angin Karena hutan membelokkan angin ke atas dan mengurangi kecepatannya, maka hutan merupakan penghalang mekanis terhadap angin. Ini semakin penting bagi hutan yang lebih lebat seperti hutan penggugur daun berdaun lebar. 5
  • 6. Pengamatan-pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin di dalam hutan berkisar dari 10 – 67 % dari daerah-daerah terbuka di dekatnya, tergantung dari karakteristik dan kondisi hutan ini. 8.5. Prestipasi Sampai sekarang belum ada bukti yang meyakinkan untuk mendukung pendapat bahwa hutan yang luas menaikkan presipitasi regional. Umumnya ini tidak dapat diterima. Presipitasi lokal dapat ditingkatkan secara nyata pada tegakan hutan pada keadaan tertentu dimana hutan itu menangkap massa udara lembab dan menyebabkan kondensasi pada daun dan batang. Hal ini telah dilihat di pantai timur Jepang, dimana terdapat air Halimun (fog water) lebih banyak dalam hutan dibandingkan dengan lapangan terbuka. Di pantai tenggara Australia, presipitasi tercatat 12 % lebih tinggi dari pada di tempat terbuka. Ini disebabkan karena kondensasai Halimun. Tingkat penetesan Halimun ini juga nyata di pantai barat tengah Amerika Utara. Tetapi semua kasus intersepsi Halimun ini umumnya terbatas pada jalur-jalur pantai. Hutan tentu mentranspirasikan sejumlah besar uap ke udara. Namun, kita juga harus ingat bahwa udara yang dimasuki uap air biasanya dibawa oleh angi yang mungkin beberapa ratus kilometer jauhnya dalam beberapa jam. a. Analisis Presipitasi Kondensasi pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi di atmosdan berkembangnya tetes-tetes air , atau ki; istal-kristal -es jadi ukuran yang dapat dipresipitasikan, merupakan prasyarat bagi presipitasi; Proses-proses ini terutama berlangsung bila sa-massa udara yang basah dipaksa ke atas. Keragaman waktu dan ruang dari presipitasi merupakan parameter-parameter hidrologi dasar yang dapat digambarkan untuk maksud-maksud yang umum dengan menggunakan rata-rata klimatologi, ekstrim-ekstrim, dan distribusi frekuensi yang berasi dengan lokasi, topografi, dan sifat-sifat massa udara yang 6
  • 7. kaitan. Data presipitasi setempat harus diinterprestasikan gan acuan keterbatasan-keterbatasan yang menjadi sifatnya, dengan menggunakan konsistensinya relatif terhadap data kawasan-kawasan sekitarnya. b. Pengukuran Presipitasi Alat penakar presipitasi yang paling sering digunakan alah suatu bejana silindris dengan bagian atas terbuka di mana dalaman (jeluk) curah hujan diperbesar 10 kali dengan mengalirkan tampungan ke dalam suatu silinder internal yang bih kecil. Pada alat penakar presipitasi andar yang tidak mencatat sendiri ini jeluk curah hujan (atau lju yang melebur) diukur dengan memberi tanda garis air pada suatu tongkat yang dikalibrasi; alat-alat penakar dibaca sekali hari, pada jam yang sama, sehingga data tersebut merupakan tal- total presipitasi selama 24 jam. Kriteria ukuran-ukuran alat dan pemasangannya beragam antara negara yang satu dengan yang lainnya. Di Amerika Serikat, diameter alat penakar adalah 20 cm dan lubang mulut ditempatkan pada sekitar 1 m di atas permukaan. Banyak mekanisme telah ditemukan bagi pencatatan agihan(distribusi) waktu curah hujan; yang paling lazim di Amerika serikat adalah "weight-type recording gage", (penakar pencatat timbangan). Pada tipe ini, presipitasi jatuh melalui lubang mulut ke dalam suatu penampung yang dipasang dalam suatu mekanisme timbangan; berat tampungan ditransmisikan secara mekanik kepada suatu lengan pena yang mencatat jeluk yang setara pada suatu grafik yang dikalibrasi yang digerakkan oleh jam. Tipe-tipe yang umum lainnya meliputi penakar tipping-bucket (ember miring) yang pencatat presipitasi dalam pertambahan diskrit jeluk (biasanya besar 0,25mm), dan penakar punched-tape (pita berlubang) ischer-Porter) yang mencatat pertambahan jeluk sebesar 0,25m pada pita kertas yang dirancang untuk digunakan dalam pemrosesan data dengan mesin. 7
  • 8. 8.6. Intersepsi Dalam publikasi lainnya, penulis ( Seyhan, 1977b ) menyajikan analisis matematis secara terinci di sini, hanya akan dibahas kepentingannya dalam daur hidrologi dan hubungannya dengan vegetasi. Kepentingan intersepsi beragan dengan sikap dan kerapatan vegetasi, karakteristik presipitasi ( bentuk , intensitas dan lamanya ) serta energi yang tersedia untuk evaporasi air yang diintersepsi air selama dan setelah hujan. Tentu sulit untuk meramalkan besarnya komponen kehilangan intersepsi secara telitid alam persamaan neraca air tanpa pengukuran ynag banyak. Namun, beberapa pengertian umum dapat diberikan sebagai berikut : 1. Persentase intersepsi adalah lebih besar untuk hujan dengan jumlah presipitasi yang kecil, yang berkisar dari 100 % hingga sekitar 25 % sebagai rata-rata kebanyakan pohon. ( lihat tabel ). 2. Aliran batang merupakan persentase presipitasi yang relatif kecil dari total. Ini beragam sebagai rata-rata antara 1 – 5 % dan adalah 0 untuk hujan kecil. Namun, persentase ini mungkin naik hingga di atas 35 % ( lihat tabel ). 3. Kehilangan intersepsi mungkin besar pada kawasan dengan evaporasi yang tinggi yang biasanya rendah pada kawasan di mana kehilangan tersebut dikompensasikan oleh halimun. 4. Jumlah salju yang diintersepsi pada hutan-hutan koniver beragam antara 13 – 27 %. Angka-angka hasil intersepsi oleh tanaman-tanaman pertanian dan vegetasi hutan diambil dari acuan yang berlainan dan disajikan pada tabel. a. Intersepsi Tajuk Presipitasi yang jatuh pada suatu tajuk hutan didistribusikan kembali dan berkurang kuantitasnya jika presipitasi bergerak menuju lantai hutan. Jumlah pengurangan (intersepsi tajuk) ditentukan oleh jumlah dan frekuensi presipitasi, dan oleh kapasitas cadangan tajuk dan laju pengeringan; pengkajian-pengkajian 8
  • 9. empiris telah menunjukkan bahwa hal tersebut sangat bervariasi, tidak hanya di antara wilayah-wilayah klimatologi dan tipe-tipe hutan, dan dengan kerapatan dan umur tegakan, tetapi juga dengan posisi relatif terhadap batang-batang pohon pada suatu tegakan tertentu. Air yang diintersepsi oleh tajuk-tajuk pohon juga penting secara hidrologi karena menyebabkan pembasahan tanah hutan yang tidak merata, menghambat transpirasi dan mengurangi pengambilan air tanah, berevaporasi secara lebih cepat daripada transpirasi dalam iklim mikro yang sama . dan menambah kehilangan penguapan total secara nyata. 8.7. Evapotranspirasi Faktor-faktor lingkungan yang mengendalikan evapotranspirasi adalah : 1. Radiasi 2. Pasokan air 3. Karakteristik tanah atau lengas tanah 4. Defisit penjenuhan di udara 5. Gerakan udara horisontal dan vertikal Penutup vegetasi mengurangi jumlah penetrasi radiasi matahari dan dengan demikian memperendah suhu udara dan tanah. Seresah memberikan lapaisan penyekat dari humus. Ini menyebabkan evaporasi dari tanah di hutan sekitar 10 % hingga 80 % daripada evaporasi yang diukur pada daerah yang terbuka. Akan tetapi, dari daerah yang bervegatasi mekanisme kehilangan air yang paling penting bukanlah melalui evaporasi tanah tetapi melalui transpirasi. Sebagian besar karena faktor lingkungan yang disebutkan di atas memainkan peranan penting dalam transpirasi. Walaupun transpirasi pada permukaan daun berlangsung sehubungan dengan energi radiasi yang masuk, faktor tanaman, seperti disebutkan di bawah ini memainkan peranan yang penting, terutama bila pasokan air terbatas. 1) Albedo permukaan tanaman. Vegetasi yang lebih gelap menyerap lebih banyak radiasi matahari beregelombang pendek, Rc, dan karena itu mencapai suhu yang lebih tinggi. 9
  • 10. 2) Perkembangan akar. Meskipun evaporasi dari permukaan tanah jarang sekali menarik kembali air pada kedalaman yang lebih besar daripada 30 cm, akar tanaman ternyata bertindak demikian dari kedalaman 10 meter atau lebih. Tanaman dengan akar yang menguras tentang permukaan air (tanaman freatofitik) dapat mentranspirasikan air pada laju evapotranspirasi potensial, meskipun permukaan tanah mungkin kering. 3) Struktur tegakan. Karakteristik tegakan hutan seperti tinggi tegakan, diameter rata-rata, kerapatan tegakan secara langsung berkorelasi dengan laju transpirasi . 4) Struktur fisiologi tanaman. Pada sebagian besar tanaman, stomata (mulut daun) membuka selama siang hari dan menutup pada waktu malam. Akan tetapi, beberapa species eucaliptus mempunyai stomata yang menutup pada tengah hari. Kita harus menyadari bahwa sejumlah besar air diambil oleh vegetasi dari tanah melalui transpirasi. Pada umumnya hutan membutuhkan sekitar 700 liter air untuk menghasilkan ½ kilo bahan kering. Hubungan ini ditunjukkan sebagai nisba transpirasi. Transpirasi hutan dibandingkan dengan transpirasi tanaman pertanian dan rerumputan (menurut Engler) dapat ditunjukkan sebagai 100 % / 43 % / 22 %. - Prinsip-prinsip Evaporasi Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan -> uap; ini terjadi bilamana air cair berhubungan dengan atmosf yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun-daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal pada perrnukaan-permukan yang basah. Evaporasi melibatkan pengalihan energi (I massa, sehingga aliran (fluks) massa (massa/waktu) dapat dievaluasi dengan menggunakan aliran (fluks) energi yang ekivalen (energi/waktu). Juga, karena untuk air 1 gram = lcm3 , Air (fluks) massa per satuan luas (E, volume/luas- waktu, jel waktu) dinyatakan dalam satuan-satuan kecepatan dan L,,E (ly/menit) = E (mm/jam) di mana LvE adalah kerapatan aliran (fluks), atau aliran (fluk 10
  • 11. energi per satuan luas. Tanpa memandang satuan-satu yang digunakan, evaporasi dapat dipandang sebagai suatu pros 1) pertukaran energi pada permukaan evaporasi, 2) difusi molekuler melalui suatu lapisan batas udara yang tipis di drk permukaan, atau 3) difusi turbulen pada udara bebas; dalu beberapa hal hubungan-hubungan Yang formal biasanya melibq kan kombinasi dari pengalihan massa dan energi. Umumnya berkorelasi dengan suhu menurut garis lintang, dan menurut musim pada berbagai stasiun tertentu, khususnya pada garis-garis lintang tengah di mana maksimum pada musim panas dapat beberapa kali lebih besar dibandingkan minimum pada usim dingin. Karena air atmosfer diisi oleh evaporasi dari permukaan, air yang dapat dipresipitasikan sangat berkorelasi dengan evaporasi kawasan dan lebih besar pada tubuh-tubuh air yang besar dan pada kawasan- kawasan pantai; pada skala vertikal, konsentrasi uap air umumnya menurun secara langsung ngan jarak dari permukaan. 8.8. Neraca Air Volume-volume dengan gerakan air sudah menjadi sifatny adalah lebih mudah untuk mengukur dan mengevaluasi bila dikaitkan dengan fase cair; kenyataan ini telah mendorong, atau dalam beberapa hal memaksa, penggunaan metode-metode peneracaan air dalam pengkajian-pengkajian evapotransi hutan. Dengan menggunakan persamaan 2.9, evaporasi total suatu daerah tangkapan (termasuk Et dan Ei ) adalah: E = P – Q - S dengan anggapan bahwa presipitasi (P) adalah satu-satunnya masukan dan bahwa debit perairan sungai (Q) adalah suatu ukuran outflow yang memadai; pada periode satu tahun atau lebih, maka: E = P - Q dengan menganggap bahwa perubahan dalam simpanan (S) nol. Ketelitian persamaan-persamaan ini tentu saja bergantung pada ketelitian pendugaan- 11
  • 12. pendugaan presipitasi daerah tangkapan dan pengukuran aliran sungai, juga kesahihan anggapan-anggapan tersebut; apabila aliran bawah permukaan adalah nyata, maka galat yang terkait dalam E adalah L° - Li (inflow bawah permukaan, Li dan outflow, L°). 8.9. Infiltrasi Karakteristik permukaan dan bawah permukaan DAS yang mengendalikan infiltrasi telah dibahas secara terinci. Di sini hanya peranan hutan yang dibahas. Hutan merupakan rintangan terhadap gerakan menurun air. Pada umumnya, tanah- tanah hutan cenderung memiliki laju infiltrasi yang tinggi karena timbunan seresah ( dari tetesan yang jatuh dari daun, ranting dan cabang ) pada ranting hutan, penetrasi akar ( pengaruh perforasi ) ke dalam sistem tanah, aktivitas organisme tanah yang lebih tinggi ( seperti cacing tanah ) dan lebih jarang terjadinya suhu beku ( frost ). - Potensial Infiltrasi Infiltrasi (F) adalah bagian presipitasi yang akhirnya diserap oleh tanah mineral; harga maksimum atau potensialnya adalah presipitasi efektif (Pc), dan pada hutan yang tidak terganggu hampir selalu benar bahwa F = Pc (karena aliran atas permukaan dapat diabaikan). Hubungan antara F dengan proses-proses pengaturan presipitasi lainnya dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan P = T + S + Ic yang merupakan suatu pengaturan kembali, dan persamaan If = P – Pe - Ic dari persamaan di atas; Dengan menggabungkan dua bentuk persamaan ini akan dihasilkan persamaan Pe = T + (S – If) 12
  • 13. Gambar 1. Proses-proses pengaturan presipitasi. atau F = T + (S – If) untuk Pe = F. Tetapi karena dari seksi-seksi 4.3 dan 4.4, S dan If kecil (1 hingga 5% dari P), maka kuantitas S - If biasanya diabaikan, dan F = T dapat diterima untuk semua maksud yang bersifat praktis; Gambar di atas merupakan suatu penyajian diagramatik dari proses pengaturan presipitasi. 13
  • 14. a. Konsep Infiltrasi Infiltrasi merupakan gerakan menurun air melalui permukaan tanah mineral; kecepatannya biasanya dinyatakan dalam satuan-satuan yang sama seperti intensitas presipitasi (mm/j). Laju infiltrasi dengan jelas tidak dapat melebihi intensitas presipitasi di atas tanah gundul, dan di hutan ia tidak dapat melebihi intensitas presipitasi efektif. Sebaliknya, kapasitas infiltrasi adalah laju yang tertinggi di mana air dapat diserap oleh tanah tertentu, dan pada suatu hutan yang utuh kapasitas tersebut dapat melebihi intensitas-intensitas curah hujan yang terbesar. Air berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh-pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler, atau dalam beberapa hal sebagai akibat tekanan yang diciptakan oleh pukulan air pada permukaan. Biasanya lapisan permukaan tanah adalah paling permeabel dan sekali dijenuhi, maka laju infiltrasi akan dibatasi laju aliran bawah permukaan, atau oleh perkolasi melalui di bawahnya yang kurang permeabel. Pada lahan yang datar, sekali penampang tanah seluruhnya dijenuhi, maka laju infiltrasi akan berkurang hingga pada suatu laju yang ditentukan permeabilitas batuan di bawahnya; akan tetapi pada lahan miring , karena air yang berperkolasi akan menghadapi yang lebih besar untuk mengalir dalam arah vertikal, air tersebut akan dialihkan dalam arah lateral ke dalam -lapisan tanah yang lebih permeabel. b. Faktor faktor Penentu Infiltrasi Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada pengaruh kombinasi banyak faktor; kapasitas tersebut sangat bervariasi di antara lokasi, dan menunjukkan fluktuasi musiman dan tidak periodik pada suatu lokasi tertentu. Karena alasan ini dan karena kesulitan-kesulitan pengukuran adalah tidak mungkin untuk mencirikan kapasitas- kapasitas atau tingkat-tingkat infiltrasi dengan suatu cara yang tepat; istilah-istilah deskriptif dan kisaran harga-harga, sebagaimana disajikan oleh Kohnke (1968). 14
  • 15. Adalah penting mengetahui bahwa kapasitas-kapasitas infiltrasi permukaan, pada hakekatnya, mungkin jauh lebih besar daripada kapasitas-kapasitas perkolasi untuk penampang tanah seluruhnya, dan bahwa yang terakhir ini harus membatasi yang terdahulu kecuali selama tahap-tahap awal curah hujan. 8.10. Aliran Permukaan Tidak semua limpasan dari kawasan-kawasan yang dihutankan memiliki karakteristik aliran permukaan. Pada tanah-tanah tertentu, aliran bawah permukaan dan bukan aliran permukaan, dapat memberi batas bentuk hidrograf limpasan. Penelitian Mols hanoy ( 1963 ) Carolina utara telah menunjukkan gambaran berikut : Limpasan bawah permukaan adalah lebih tinggi di bawah hutan dibandingkan pada type penutup tanah lainnya. Pada tanah yang sebanding, dan limpasan bawah permukaan merupakan bagian terbesar limpasan secara langsung. 8.11. Limpasan Pengamatan hidrologi hutan selama bertahun-tahun telah menunjukkan bahwa limpasa permukaan pada DAS yang berhutan adalah jarang sekali. Pada umumnya, dapat dikemukakan bahwa berhubung dengan meningkatkan penahanan permukaan dan meningkatnya laju infiltrasi , aliran maksimum yang diharapkan dari kawasan yang berhutan lebih rendah. Hidrograf pencatat akan menunjukkan dasar yang diperluas , keduanya dalam cabang yang naik dan cabang yang turun. Berhubung gerakan antar aliran melalui lumut dan tanah organik hutan adalah lambat, maka ketinggalan waktu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang terbuka. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa bila penampang tanah telah jenuh, tipe penutup tanah hanya sedikit berpengaruh pada jumlah limpasan permukaan. Juga mungkin bahwa pada DAS tertentu yang berhutan karakteristik aliran permukaan akan mendominasi karakteristik aliran bawah permukaan. 15
  • 16. Hidrograf aliran hujanyang tidak biasa dengan kenaikan dan penurunan yang sangat curam, meskipun kondisi air tanah yang mendahului sangat rendah, dilaporkan dalam kepustakaan. 8.12. Air Bawah Permukaan Kapasitas infiltrasi tanah mineral dapat ditaksir secara langsung dengan menggunakan infiltrometer, atau secara tidak langsung melalui analisis hidrograf. Metode yang terakhir ini mengandung suatu batasan infiltrasi yang khusus dan penerapannya sehubungan dengan debit tangkapan telah dibahas. Metode langsung menggunakan infiltrometer-infiltrometer simulator curah hujan atau tipe genangan. Suatu infiltrometer pada dasarnya merupakan suatu plot tanah yang terisolasi di mana air dapat diberikan dengan laju yang diketahui. Pada tipe penggenangan, tabung-tabung logam yang kecil atau silinder-silinder konsentrik dimasukkan ke dalam tanah, dan air diberikan pada bagian yang terisolasi dengan suatu laju yang cukup untuk mempertahankan jeluk air yang konstan di atas permukaan; karena tidak ada debit permukaan, laju pemberian air merupakan suatu pengukuran kapasitas infiltrasi plot. Pada metode simulasi curah hujan, air disemprotkan di atas permukaan plot yang lebih besar (dan jalur batas untuk menahan aliran lateral), debit permukaan diukur, dan kapasitas infiltrasi ditaksir sebagai perbedaan antara laju-laju penyemprotan dan debit pcrmukaan. Taksiran-taksiran kapasitas infiltrasi sangatlah berguna dalam hidrologi tangkapan semata-mata sebagai harga-harga relutif atau indeks-indeks. Data infiltrometer beragam, tergantung pada kondisi-kondisi tempat dan tipe infiltrometer; adalah sulit untuk mendapatkan contoh statistik yang memadai untuk suatu tangkapan, dan pada umumnya makin kecil infiltrometer, makin besar kapasitas yang diperkirakan. Analisis hidrograf mempunyai keuntungan yang tampak bahwa "infiltrometer" merupakan tangkapan seluruhnya, tetapi dalam hal ini adalah tidak mungkin untuk mendapatkan kontrol percobaan yang berdekatan: laju aplikasi air (curah hujan) adalah sangat beragam, dan debit (aliran sungai) 16
  • 17. dapat terdiri sebagian besar atas air tcrinfiltrasi yang mcncapai sungai scbagai aliran bawah permukaan. Ada empat metode pengukuran kelembaban tanah yang umum dalam hutan, namun pengambilan contoh secara gravimetrik adalah satu-satunya pengambilan yang langsung, dan diperlukan untuk mengkalibrasikan peralatan yang digunakan dalam metode-metode tahanan listrik, radioaktif, dan tensiometrik. Pada metode gravimetrik contoh tanah diekstraksi dari suatu lapisan tertentu dan ditimbang sebelum dan setelah pengeringan. Perbedaan dalam berat dinyatakan sebagai persentase berat kering. Karena para pakar hidrologi biasanya menyukai untuk mengungkapkan kelembaban tanah dalam satuan-satuan jeluk; juga sangat perlu untuk mengukur volume contoh, atau untuk menentukan berat isi lapisan tersebut. Metode gravimetrik membutuhkan banyak waktu, namun bukan hanya karena pekerjaan laboratorium yang terlibat; contoh-contoh kelembaban tanah sulit untuk didapatkan, khususnya pada tanah-tanah berbatu, dan jumlah yang besar diperlukan untuk menggambarkan secara memadai variabilitas di atas suatu dacrah aliran sungai. Bor-bor silindris untuk pengambilan contoh dengan berbagai tipe telah dikembangkan, diantaranya memudahkan pekerjaan mendapatkan suatu inti utuh dengan volume yang diketahui. Pekerjaan lapangan dapat juga dikurangi dengan pemilihan titik-titik contoh yang rasional. Pengambilan contoh secara sembarangan atau acak adalah suatu konsep statistik yang sahih, tetapi terdapat banyak hal di mana ia harus dilanggar tanpa perlu penyesalan (tidak masuk akal untuk mcngambil contoh ekstrim-ekstrim yang jelas, misalnya dasar-dasar sungai). Metode-metode pengambilan contoh kelembaban tanah secara tidak langsung banyak digunakan karena sekali peralatan tclah dikalibrasikan, pengukuran-pengukuran yang diulang dapat diperoleh secara cepat pada tempat- tempat yang sama tanpa mcngganggu tanah. Metode tahanan-listrik menggunakan unsur-unsur pengindera dari nilon, gelas serat, plester Paris di mana tahanan 17
  • 18. antara elektroda-elektroda yang tersimpan dipengaruhi oleh kandungan air: apabila blok-blok ditempatkan dalam kontak yang kuat dengan tanah mineral, tahanan yang diamati merupakan suatu ukuran kandungan air tanah. Satuan-satuan pengindera tahanan-listrik sulit untuk dikalibrasikan secara tepat, cenderung untuk rusak dengan umur, dan khususnya tidak dapat dipercaya pada tingkat-tingkat kandungan air yang tinggi dalam tanah. Peralatan yang paling lazim digunakan pada penginderaan radioaktif dari kandungan air tanah termasuk suatu sumber neutron cepat yang diperlambat oleh tubrukannya dengan inti hidrogen dalam air. Dalam praktek, sumber tersebut direndahkan ke dalam tanah melalui suatu tabung masuk permanen bersama-sama dengan suatu detektor ditransmisikan ke penghitung yang bertenaga baterai pada permukaan. Penghitungan yang diperlihatkan merupakan suatu ukuran kelembaban tanah pada tingkat jarum (probe) tersebut. Penginderaan radioakiif adalah cepat, dapat diulang untuk jangka waktu yang tidak terbatas pada tempat yang sama tanpa mengganggu tanah, dan mengukur kandungan air dalam suatu volume tanah di sekitar tabung masuk. Kerugiannya adalah bahwa peralatan adalah relatif mahal dan memerlukan kalibrasi, dan penggunaannya melibatkan bcberapa bahaya radioaktif. 8.13. Pengukuran Aliran Sungai Aliran air pada suatu saluran alami dapat digambarkan dengan tinggi- mukanya (tinggi permukaan di atas suatu muka sekehendak), kecepatan (kecepatan sehubungan dengan arah saluran), atau laju debit. Sifat-sifat ini saling berkaitan dalam arti bahwa untuk setiap ruas sungai tertentu, tinggi-muka air, merupakan ukuran luas penampang-melintang, dan menurut persamaan kontinuitas, debit adalah hasil kali luas dan kecepatan. Data tinggi muka air dan kecepatan adalah sangat berguna untuk maksud-maksud lainnya, namun lebih sering mereka digunakan untuk menentukan laju debit. 18
  • 19. Tinggi muka sungai pada penampang-melintang tertentu dapat dibaca secara langsung dari suatu skala vertikal dengan batas ukur yang telah ada, atau penakar tongkat (staff gage), yang direndam pada sungai pada titiknya yang terdalam. akan tetapi biasanya suatu pengukuran tinggi muka air yang kontinu sangatlah diperlukan, dan suatu pencatat tinggi-muka air dipergunakan. Pencatat tipe pelampung digunakan pada suatu tempat perlindungan yang didirikan di dekat tepi sungai, dan air dialihkan dari sungai melalui pipa-pipa intake ke suatu sumur penenang di bawah tempat perlindungan tersebut. Air pada sumur penenang berada pada tinggi muka yang sama seperti tinggi muka pada sungai, namun pelampung tersebut dilindungi dari sampah dan gelombang-gelombang. Kecepatan sungai pada suatu saluran alami biasanya diukur dengan suatu pengukur arus current meter di mana air yang mengalir menekan suatu roda ember atau kincir, yang menyebabkan ia berputar, memutus suatu rangkaian listrik, dan menggerakkan suatu alat akustik atau mekanisme penghitung digital Pygmy current meter lebih disukai untuk pengukuran-pengukuran pada sungai kawasan hulu yang dangkal. Perkiraan kecepatan dapat diperoleh dengan mengatur waktu gerakan beberapa objek yang tampak yang dibawa oleh sungai, suatu pelampung kecil atau suatu bahan warna yang larut-air yang dengan mudah diamati, dapat digunakan untuk maksud ini. Karena kecepatan arus sungai adalah terbesar di bawah permu kaan, dan di dekat tengah-tengah sungai, suatu pelampung, umumnya akan bergerak sekitar kurang lebih 20% lebih cepat dibandingkan rata-rata arus. 19
  • 20. Soal-Soal 1. Jelaskan sejarah perkembangan hidrologi hutan? 2. Jelaskan neraca air pada wilayah hutan? 3. Jelaskan bagaimana pengaruh pegetasi hutan terhadap kondisi iklim 4. Jelaskan pengaruh intersepsi terhadap kehilangan air hujan ke atmosfer? 5. jelaskan proses evapotranspirasi di wilayah hutan? 6. Jelaskan pengaruh pegetasi terhadap kehilangan air? Daftar Pustaka 1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University 2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University. 3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung. 4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova Bandung. 5. Wlson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung. 20
  • 21. TUGAS KELOMPOK M.K. : HIDROLOGI HIDROLOGI HUTAN DISUSUN OLEH HASRIYANTI 021 514 048 A.VEBRIANI 021 514 0 RISKI AMILIA 021 514 0 YULIA FITRIA 021 514 0 ASKAR 021 514 034 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2005 21