2. Kelompok 4 :
Brian William
Farhan Nabil Prasetya
Fikri Aliansyah
Lazar Hafidzuddin
Muhammad Harits Diza
Nuragung Haryo Pamungkas
Zulfikar Mada Suksena
4. Materi
Zat Adiktif dan Psikotropika
Pengertian Zat
AdiktifPengertian
Zat Adiktif
Jenis-Jenis Zat
Adiktif
Cara Pencegahan dan
Pengobatan Zat Adiktif
dan Psikotropika
Psikotropika
NAPZA
Penggunaan Zat Adiktif
dan Psikotropika dalam
Bidang Kesehatan
5. Pengertian Zat Adiktif
• Zat adiktif adalah zat-zat kimia yang dapat menimbulkan kecanduan atau
ketagihan (adiksi) bagi pemakainya serta
dapat menimbulkan
ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang
panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat
atau obat yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik
maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh zat adiktif adalah narkoba
(narkotika dan obat-obat an berbahaya contohnya :
• rokok
• alkohol
• kopi
• ganja
• opium
• shabu-shabu
• putau
• morfin, dll
6. Pengertian Zat Adiktif
• Bentuk ketergantungan obat
1.
2.
Ketergantungan fisik, yang ditunjukkan melalui 2 faktor, yaitu:
a. Toleransi
Yaitu menurunnya khasiat obat setelah pemakaian yang
berulang-ulang, sehingga selanjutnya ia membutuhkan dosis yang
lebihbesar untuk memberi khasiat yang sama. Lama
kelamaandosis
ini
dapat
mencapai
batas
yang
membahayakansehingga dapat menimbulkan kematian.
b. Pemantangan
Dikenal juga dengan istilah putus obat atau abstinensi.Yaitu
gejala-gejala sakit pada saat pemakaian obat dihentikan,seperti
menggigil. Pemantangan ini menunjukkan bahwa obattersebut
telah mempunyai peranan dalam fungsi tubuh orangitu, seolaholah tubuhnya tidak bisa lepas lagi dari obat itu.
Ketergantungan psikologis
Suatu keinginan yang tak tertahankan (kompulsif) untuk terus
memakaiobat. Keadaaan ini sering juga disebut sakau / ketagihan.
7. Jenis-Jenis Zat Adiktif
1.
Alkohol
Di kehidupan sehari-hari alkohol banyak terdapat pada minuman
seperti Fanta, Sprit, Coca-Cola. Pada minuman kemasan ini kadar
alkoholnya rendah. Alkohol juga terdapat pada tape dan minuman keras.
Pada minuman keras kadar alkoholnya ada mencapai 90% sehingga jika
diminum, merusak tubuh peminumnya.
Tidak pernah ada orang yang mengatakan bahwa alkohol itu enak,
ketika untuk pertama kali meminumnya. Memang alkohol merupakan
racun bagi tubuh kita. Alkohol mempengaruhi saraf, otot, dan pembuluh
darah, bahkan lebih jauh lagi mempengaruhi kesadaran seseorang. Oleh
karena itulah, orang yang sedang mabuk tidak wajar bicaranya dan juga
jalannya sempoyongan. Saraf otaknya di bawah sadar sehingga orang yang
mabuk tidak memiliki rasa malu serta melakukan hal-hal yang oleh orang
yang sadar tidak akan melakukannya. Jika ia tambah lagi minumnya maka
ia tidak sadarkan diri. Oleh karena itu, ada hubungan yang signifikan
antara alkohol dan kriminalitas.
Terlalu banyak alkohol akan merusak lambung, hati, dan jantung. Jadi
minum alkohol itu tidak ada gunanya karena di samping merusak
kesehatan juga memungkinkan terjadinya tindak kriminalitas dan juga
menghamburkan uang.
8. Jenis-Jenis Zat Adiktif
2. Tembakau
Penggunaan tembakau lebih banyak daripada penggunaan
alkohol misalnya untuk rokok, pelengkap menyirih, atau dikunyah.
Tembakau mengandung suatu racun yang disebut nikotin. Hal ini
ditunjukkan oleh nama ilmiahnya, yaitu Nicotiana tabacum.
Nikotin dapat mempengaruhi saraf dan jantung. Orang yang
pertama kali merokok, mungkin akan mabuk, merasa pusing
wajahnya pucat, dan berkeringat dingin.
Di samping nikotin yang terbawa asap ketika merokok, akan
masuk juga ke dalam paru-paru perokok itu ter dan partikel asap.
Partikel asap dan ter inilah yang mengganggu tenggorokan sehingga
perokok dapat menderita batuk kronis. Penyakit lain yang parah
yang dapat ditimbulkan oleh tembakau ialah gangguan pada
jantung dan kanker pada mulut, bibir, lidah, dan paru-paru.
Merokok hanyalah suatu kebiasaan saja.
Oleh karena itu, janganlah kesehatan kita dikorbankan untuk
sesuatu yang sia-sia ini.
9. Jenis-Jenis Zat Adiktif
3.
Narkotik
Narkotik ialah zat-zat kimia yang pada tubuh manusia
mengganggu atau mematikan saraf sehingga dapat menginduksikan
tidur dan mengurangi rasa sakit. Karena sifat-sifat itulah, narkotik
digunakan dalam bidang kedokteran. Pemakaian dalam jumlah
sedikit dan dengan pengawasan dokter tidak menimbulkan bahaya
ketagihan.
Tembakau pun sebenarnya suatu narkotik, bedanya ialah
bahwa tembakau menimbulkan kebiasaan pada pemakainya,
sedangkan narkotik lainnya menyebabkan ketagihan. Kebiasaan itu
suatu sikap mental, sedangkan ketagihan timbul karena adanya
perubahan-perubahan dalam sel sebagai akibat dari gangguan yang
terus-menerus.
Macam-macam narkotik:
• Jenis candu , candu adalah jenis zat dari tanaman papaver
somniferum, yang berisi zat kimia aktif. Macamnya yaitu: heroin,
kokain, dan morfin.
10. Jenis-Jenis Zat Adiktif
• Jenis coca, coca adalah jenis tumbuhan yang dipergunakan
daunnya untuk dikeringkan, kemudian diolah. Hasilnya
berupa serbuk putih yang tidak berbau, yang disebut
kokain. Penggunaannya dengan cara dihisap.
• Jenis LSD (Lisesic Acid Diethylamid), jenis obat yang sering
disalahgunakan, dapat menyebabkan penyakit epilepsy, gila
dan kanker darah.
• Jenis ganja (Cannabis sativa), pada bagian tanaman ganja,
yang mengandung zat pembius adalah getahnya (dari
bunga/daun muda). Awalnya, ganja dipakai sebagai obat
untuk rasa nyeri/sakit, tetapi ternyata menimbulkan efek
membahayakan, sehingga ganja tidak lagi dipergunakan
sebagai pengobatan. Pengisapan ganja dapat digunakan
dengan cara dicampur dengan rokok dan dimasukkan ke
dalam permen.
11. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif padasusunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitasmental dan perilaku.
Psikoaktif artinya bekerja melalui mekanisme pengaktifan dimensi kejiwaan yang
berupa perasaan, pikiran, dan perilaku. Zat psikotropika terdiri atas obat
perangsang (stimulan), obat penekan susunan saraf pusat (depresan), dan obat
halusinasi (halusinogen).
a.
b.
c.
d.
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.
Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuktujuan
pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat dankarenanya
hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan (Contoh : ekstasi,shabu, LSD)
Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika yang digunakan untukkepentingan
ilmu pengetahuan dan berkhasiat terapi tetapi berpotensikuat dapat
menimbulkan ketergantungan ( Contoh amfetamin,metilfenidat atau ritalin)
Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika yang digunakan untuk tujuanilmu
pengetahuan dan dapat juga untuk terapi namun dengan efekketergantungannya
sedang dari kelompok hipnotik sedatif. ( Contohamfetamin, metilfenidat atau
ritalin)
Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efekketergantungannya
ringan(Contoh
:
diazepam,
bromazepam,Fenobarbital,
klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pilKoplo, Rohip, Dum, MG)
12. Psikotropika
1.
Obat Perangsang (Stimulan)
Obat perangsang atau stimulan adalah obat-obatan yang dapat
menimbulkan rangsang tertentu pada pemakainya. Obat ini bekerja
dengan memberikan rangsangan terhadap otak dan saraf. Obat rangsang
dapat berupa amphetamine atau turunannya. Stimulan yang sering
beredar di pasaran adalah ekstasi dan shabu-shabu.
Pemakaian amphetamine sebagian besar dimanfaatkan untuk
menekan nafsu makan berlebih, mengobati penderita hiperaktif, dan
penderita narcolepsy, yaitu serangan rasa mengantuk berat yang tibatiba dan tidak terkontrol. Akan tetapi, stimulan juga banyak
disalahgunakan dalam bentuk konsumsi di luar batas takaran yang
dianjurkan.
Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang
berlebihan, rasa percaya diri yang besar, dan semangat yang terlalu
tinggi. Pada pemakaian dalam dosis berlebih akan menunjukkan gejalagejala seperti kejang-kejang, panik, muntah-muntah, diare, bola mata
membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak dapat mengendalikan
emosi, dan koma, yang jika dibiarkan dapat menyebabkan kematian.
13. Psikotropika
Contoh stimulan antara lain :
• Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika. Kokain
diperoleh dari hasil ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum
coca). Zat ini dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan
memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian
zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang
meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah,
demam, perut nyeri, mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika
jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu dapat
mengakibatkan kematian.
• Kafein (kopi dan teh)
Kopi dan teh mengandung zat kimia yang tergolong stimulan, yaitu
kafein. Kafein berkhasiat untuk menstimulasi susunan syaraf pusat
dengan efek menghilangkan rasa lapar, letih, dan mengantuk. Kafein
dapat meningkatkan daya konsentrasi dan suasana jiwa.
Penggunaan yang berlebihan (lebih dari 20 gelas per hari) dapat
mengakibatkan ketagihan
14. Psikotropika
• Amphetamin
Amphetamin adalah obat terlarang yang berbentuk kapsul,
pil, atau tepung. Amphetamin adalah "pendorong"
stimulan yang mengubah suasana hati. Satu tipe
amphetamin memiliki efek perangsang yang kuat pada
jaringan syaraf. Penggunanya sering menjadi tergantung
pada obat ini secara mental. Tingkah lakunya kasardan
aneh sering dijumpai di kalangan pemakai kronis. Jika
overdosis akan menimbulkan gejala-gejala: jantung
berdebar-debar, panik, mengamuk, paranoid (curiga
berlebihan), tekanan darah naik, pendarahan otak, suhu
tubuh tinggi, kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan
dapat mengakibatkan kematian. Jika sudah kecanduan,
kemudian dihentikan akan menimbulkan gejala putus obat
sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan, depresi, dan
mudah tersinggung.
15. Psikotropika
2. Obat Penekan Saraf Pusat (Depresan)
Obat jenis depresan adalah obat yang bereaksi
memperlambat kerja sistem saraf pusat. Obat jenis ini
biasanya berupa obat tidur dan obat penenang. Obat ini
biasanya diminum untuk mengurangi rasa cemas atau
untuk membuat pikiran menjadi lebih santai. Obat ini juga
dipakai untuk mengatasi insomnia (penyakit kesulitan
tidur). Contoh obat penekan saraf pusat antara lain
diazepam (valium), nitrazepam (mogadon), luminal, dan pil
KB. Di Indonesia para pengedar menamakan obat-obatan
ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf
dapat menimbulkan berbagai macam efek, antara lain
perasaan menjadi labil, bicara tak karuan dan tidak jelas,
mudah tersinggung, serta daya ingat dan koordinasi
motorik terganggu sehingga jalannya menjadi limbung.
16. Psikotropika
3.
Halusinogen (Obat Halusinasi)
Obat jenis halusinogen adalah obat yang jika dikonsumsi dapat
menyebabkan timbulnya halusinasi. Halusinogen paling terkenal
adalah lysergic acid diethylamide (LSD). Selain itu, ada juga
halusinogen yang tak kalah hebatnya dalam menciptakan halusinasi
bagi pemakainya, yaitu psilocybin, yang dihasilkan dari spesies
jamur tertentu, dan mescaline, yang dihasilkan dari sejenis kaktus
yang bernama peyote.
Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat halusinasi ini
adalah sebagai berikut.
a. Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak
teratur, timbul perasaan cemas.
b. Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur.
c. Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi.
17. NAPZA
NAPZA atau singkatan dari Narkotika, psikotropika dan zat adiktif.
NAPZA merupakan kelompok obat dan zat yang memberikan efek buruk
bagi penggunanya. Narkotika berbeda dengan psikotropika dan zat adiktif.
Narkotika adalah zat yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Zat itu dapat berasal dari tanaman atau pun merupakan
hasil sintesis. Zat yang tergolong dalam narkotika antara lain opium,
morfin, heroin, ganja, kokain dan metadon.
Zat-zat kimia itu dapat mengubah pikiran, suasana hati atau
perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian terus menerus akan
mengakibatkan ketergantungan fisik dan/atau psikologis. Risiko yang pasti
terjadi adalah kerusakan pada sistem syaraf dan organorgan penting
lainnya seperti jantung, paru-paru, dan hati.
Psikotropika adalah zat yang memiliki pengaruh tertentu terhadap
tubuh. Zat ini biasanya digunakan dalam bidang kedokteran untuk tujuan
tertentu. Diantaranya amfetamin yang digunakan sebagai pengurang
depresi dan pengendali nafsu makan. Amfetamin disebut juga dengan
shabu-shabu. Psikotropika lain yang banyak di salah gunakan adalah
MDMA atau lebih dikenal dengan ectasy.
18. Ciri-Ciri NAPZA
Ciri-ciri NAPZA:
Ada beberapa ciri pengguna narkoba (napza):
Fisik
• Berat badan turun drastis.
• Buang air besar dan kecil kurang lancar.
• Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
• Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
• Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan
ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat
bekas suntikan.
Emosi
• Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang.
• Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar
terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya.
• Nafsu makan tidak menentu.
• Sangat sensitif dan cepat bosan.
19. Ciri-Ciri NAPZA
Perilaku
• Bicara cedal atau pelo.
• Jalan sempoyongan
• Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
• Mengalami jantung berdebar-debar.
• Mengalami nyeri kepala.
• Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
• Mengeluarkan air mata berlebihan.
• Mengeluarkan keringat berlebihan.
• Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
• Selalu kehabisan uang.
• Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala
"putus zat".
• Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan.
• Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan
pulang lewat tengah malam.
• Sering mengalami mimpi buruk.
• Cenderung menarik diri dari acara keluarga dan lebih senang mengurung dikamar
• Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya,
seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat, dll
20. Cara Pencegahan dan Pengobatan Zat Adiktif dan
Psikotropika
Kita semua harus berupaya untuk terhindar dari penyalahgunaan zat
adiktif dan psikotropika. Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika memerlukan peran bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
a. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai ada
anggota keluarga yang terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika. Kalangan remaja ternyata merupakan kelompok terbesar
yang menyalahgunakan zat-zat tersebut. Oleh karena itu, setiap orang tua
memiliki tanggung jawab membimbing anakanaknya agar menjadi
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang akan
menjadi perisai ampuh untuk membentengi anak dari menyalahgunakan
obat-obat terlarang dan pengaruh buruk yang mungkin datang dari
lingkungan di luar rumah.
b. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan
pengetahuan setiap anggota masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan
obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota masyarakat perlu
memberi informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan
pengedar narkoba di lingkungan tempat tinggal.
21. Cara Pencegahan dan Pengobatan Zat Adiktif dan
Psikotropika
c. Peran Sekolah
Sekolahperlu memberikan wawasan yang cukup kepada
para siswa tentang bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika bagi diri pribadi, keluarga, dan orang lain. Selain itu,
sekolah perlu mendorong setiap siswa untuk melaporkan pada
pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar zat adiktif dan
psikotropika di lingkungan sekolah. Sekolah perlu memberikan
sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi
pemakai atau pengedar narkoba.
d. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika dengan cara mengeluarkan aturan
hukum yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap penyalahguna,
pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba
perlu diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi
si pelaku dan mencegah yang lain dari kesalahan yang sama
22. Cara Pencegahan dan Pengobatan Zat Adiktif dan
Psikotropika
Untuk
mencegah
dan
menyembuhkan
orang
yang
menyalahgunakan zat adiktif dan psikotropika dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu; :
1. Pencegahan primer adalah upaya pencegahan agar orang sehat
tidak terlibat penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika.
Beberapa upaya yang termasuk pencegahan primer, diantaranya;
• Memberikan penerangan tentang apa dan akibat
penyalahgunaan narkoba
• Menyampaikan informasi hukuman bagi pemakai dan pengedar
narkoba
• Percaya diri
• Kenali penyebab terjerumus penyalahgunaan narkoba
• Kembangkan sikap melawan /menolak penyalahgunaan narkoba
• Menjadikan orang tua sebagai tauladan
• Mengikuti kegiatan yang sehat dan kreatif
• Mematuhi norma dan peraturan yang berlaku dimasyarakat.
23. Cara Pencegahan dan Pengobatan Zat Adiktif dan
Psikotropika
2.
3.
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan pada saat
penggunaan sudah sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (terapi). Tahapan ini meliputi :
• Tahapan penerimaan awal (initial intake) Tahapan ini dilakukan
antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental
• Tahapan detoksifikasi dan terapi komplikasi medic Tahapan ini
dilakukan antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan
ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap
Pencegahan tersier adalah upaya untuk merehabilitasi mereka
yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini
biasanya terdiri atas :
• Tahapan stabilisasi Tahapan ini dilakukan 3-12 bulan untuk
mempersiapkan pengguna kembali kemasyarakat
• Tahapan sosialisasi dalam masyarakat Tahapan ini dilakukan agar
mantan pecandu narkoba mampu mengembangkan kehidupan
yang bermakna di masyrakat.
24. Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika dalam
Bidang Kesehatan
Penggunaan zat adiktif dan psikotropika dalam bidang
kesehatan hanya boleh dilakukan oleh pihak yang
berwenang (dokter, psikiater, atau petugas kesehatan lain)
dengan jenis dan dosis yang terkontrol. Penggunaan jenis
obat ini biasanya dilakukan dalam keadaan mendesak, yaitu
jika obat-obat lain tidak bisa menyembuhkan. Penggunaan
obat-obatan yang tergolong NAPZA dalam bidang
kesehatan antara lain adalah :
a. Morfin, terutama digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri yang hebat yang tidak dapat diobati dengan analgetik
non narkotik. Apabila rasa nyeri makin hebat maka dosis
yang digunakan juga makin tinggi. Semua analgetik
narkotika dapat menimbulkan adiksi (ketagihan). Morfin
juga digunakan untuk mengurangi rasa tegang pada
penderita yang akan dioperasi.
25. Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika dalam
Bidang Kesehatan
b. Heroin, merupakan turunan morfin yang berfungsi sebagai
depresant, misalnya meredakan batuk.
c. Barbiturat, (pentobarbital dan secobarbital) sering
digunakan untuk menghilangkan rasa cemas sebelum
operasi.
d. Amfetamin (dan turunannya), digunakan untuk
mengurangi
depresi,
menambah
kewaspadaan,
menghilangkan rasa kantuk dan lelah, menambah
keyakinan diri dan konsentrasi, serta euforia.
e. Meperidin (sering juga disebut petidin, demerol, atau
dolantin), digunakan sebagai analgesia. Obat ini tidak
efektif untuk terapi batuk dan diare. Daya kerja meperidin
lebih pendek daripada morfin.
f. Metadon, digunakan sebagai analgesia bagi penderita rasa
nyeri dan digunakan pula untuk terapi pecandu narkotika.
26. Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika dalam
Bidang Kesehatan
Penggunaan zat adiktif dan psikotropika dalam bidang
kesehatan hanya boleh dilakukan oleh pihak yang
berwenang (dokter, psikiater, atau petugas kesehatan lain)
dengan jenis dan dosis yang terkontrol. Penggunaan jenis
obat ini biasanya dilakukan dalam keadaan mendesak, yaitu
jika obat-obat lain tidak bisa menyembuhkan. Penggunaan
obat-obatan yang tergolong NAPZA dalam bidang
kesehatan antara lain adalah :
a. Morfin, terutama digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri yang hebat yang tidak dapat diobati dengan analgetik
non narkotik. Apabila rasa nyeri makin hebat maka dosis
yang digunakan juga makin tinggi. Semua analgetik
narkotika dapat menimbulkan adiksi (ketagihan). Morfin
juga digunakan untuk mengurangi rasa tegang pada
penderita yang akan dioperasi.