SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
TEKNOLOGI TRANSPORTASI IKAN HIDUP
PENGGUNAAN MS-222 DAN LARUTAN GARAM
PADA TRANSPORTASI IKAN JELAWAT
(Leptobarbus hoevenii) UKURAN SEJARI
OLEH
KELOMPOK 11 :
1. FANDI SANTOSO : 1104114849
2. MOULITYA DILA ASTARI : 1104114728
3. ENRAWANA PUTRI PURBA : 1104135747
4. MELDIYANI BR KARO : 1104114317
5. CINDYTIA PRASTARI : 1104136684
6. MARDIAH HAYATI : 1104120987
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Teknologi Transportasi Ikan Hidup guna lulus dengan nilai yang maksimal di
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
FAPERIKA Universitas Riau.
Makalah ini berjudul “Penggunaan Ms-222 dan Larutan Garam Pada
Transportasi Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenii) Ukuran Sejari” berisi
tentang tata cara transportasi ikan hidup guna meningkatkan nilai ekonomi dari
ikan itu sendiri. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang
bermanfaat. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, September 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................... 4
II. ISI
2.1 Apa itu Transportasi Ikan Hidup................................................ 5
2.2 Deskripsi Ikan Jelawat................................................................ 7
2.3 Tricane methanesulfonate (MS-222).......................................... 8
2.4 Transportasi Ikan Jelawat Hidup dengan MS-222..................... 10
2.4.1 Tingkah Laku Ikan Pada Awal Transportasi.......................... 10
2.4.2 Waktu Induksi, Durasi Sedasi dan Kelangsungan Hidup..... 13
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ 15
3.2 Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Ikan Jelawat......................................................................................... 7
2.2 Tricane Methanosulfotane (MS-222).................................................. 8
2.3 Proses Pemingsanan Ikan dengan MS-222......................................... 14
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar lokal yang
budidayanya sudah cukup berkembang di masyarakat, baik pembesaran maupun
pembenihannya. Saat ini benih ikan jelawat sudah dapat diproduksi secara masal
melalui metode pemijahan buatan (Hardjamulia 1992).
Keberhasilan pemijahan buatan tersebut harus didukung oleh penanganan
pasca produksi benih yang baik, sehingga benih yang diproduksi memiliki
kualitas yangbaik dan kuantitas yang cukup tinggi sampai menuju areal budidaya
(pembesaran). Untuk itusebagai bagian dari teknologi pembenihan, penanganan
aspek transportasi benih perlu dikuasai dengan baik.
Pada transportasi ikan jelawat, kendala yang sering dihadapi biasanya adalah
mortalitas benih yang tinggi, terutama untuk areal budidaya pembesaran ikan di
daerah-daerah yang waktu tempuhnya lama dan atau jaraknya jauh. Mortalitas
yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh stress dan kerusakan fisik karena
kesalahan penanganan selama persiapan dan masa transportasi (Carrasco et al.
1984; Davis danGriffin 2004). Stres tersebut dipicu oleh tingginya tingkat
metabolisme dan aktivitas ikan, sehingga kandungan oksigen terlarut
cenderungmenurun cepat dan terjadinya akumulasi amoniak dalam media
pengangkutan (Jhingran danPullin, 1985).
Finstad et al. (2003) dan Davis dan Griffin(2004) mengemukakan bahwa
berbagai obatbius sudah biasa digunakan untuk penanganan dan pengurangan
stres dan kematian pada transportasiikan hidup. Salah satu bahan anastesitersebut
2
adalah tricaine methanesulfonate (MS-222) dengan rumus kimia
C9H11O2N+CH3SO3H (Bourne 1984 dan Subashinge 1997). MS-222 adalah
bahan anastesi yang digunakan pada transportasi ikan yang sifatnya terbius
sementara, sehingga tidak peka terhadap getaran, mudah penggunaannya, waktu
induksinya tergolong cepat serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
ikan dan manusia pada kadar tertentu (Daud et al. 1997). Mutu MS-222
ditentukan oleh aminobenzenzoate yang memiliki sifat membius, melepas uap
serta dapat memberikan bau yang tajam dalam air yang sifatnya menyengat
(Borne 1984). Selain tidak bersifat racun terhadap ikan, obat bius harus dapat
menimbulkan efek bius yang cukup lama dengan kadar yang sangat rendah,
mudah didapat dan harganya terjangkau (Schreck dan Moyle 1990; Pirhonen dan
Schreck 2003).
Untuk transportasi ikan, beberapa negaratelah menggunakan MS-222 seperti:
Indonesia, Singapura dan Amerika (Davis dan Griffin2004); Norwegia
(Malmstrom 1992 dan Finstadet al. 2003); Jepang (Oikawa 1993); China dan
India (Jhingran dan Pullin 1985). Obat bius tersebut bila dilarutkan dalam air akan
mengurangi laju respirasi dan laju konsumsi oksigen(Schreck dan Moyle 1990).
Dengan menekan metabolisme ikan melalui penurunan laju konsumsi oksigen,
maka laju pengeluaran sisa metabolisme juga menjadi berkurang. Kondisi ini
sangat menguntungkan bagi ikan untuk dapat bertahan hidup selama proses
pengangkutannya.
Menurut Finstad et al. (2003), untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan
selama transportasinya, penambahan air laut atau garam ke dalam air sebagai
media pengangkutan juga biasanya dilakukan. Selanjutnya penambahan garam ke
3
media pengangkutan dapat menghambat penurunan konsentrasi sodium dan
klorida pada plasma sel. Penambahan garam juga dapat meminimalisir
peningkatan hormonkortisol yang kronis secara efektif(McDonald dan Miligan
1997). Selain itu keuntungan penambahan garam ke dalam media pengangkutan
adalah pengurangan kerja osmotikyang diperlukan untuk pemeliharaan
stabilitasion-ion, sehingga cadangan energi ikan digunakan secara stabil selama
transportasi, dan memungkinkan untuk masa pengangkutan yanglebih lama
(Nikinmaa et al. 1983). Penambahan garam sebanyak 0.1-0.3% cukup baik untuk
transportasi ikan air tawar (Piper et al. 1982).Penambahan garam yang lebih
tinggi yaitu 5 gL-1 yang dicampur dengan berbagai bahan anastesi telah
dicobakan untuk transportasi ikan sunshine striped bass (Morone chrysops
xMorone saxalitis) (Davis dan Griffin 2004).
Respon yang diberikan ikan selama perlakuan pembiusan akan berbeda, dan
salah satunya bergantung pada kadar bahan anastesi danukuran ikan. Daud et al.
(1997) menyebutkan bahwa untuk ikan bandeng (Chanos chanos) ukuran panjang
16-17 cm dan bobot 60-67 g,kadar MS-222 yang efektif untuk transportasinya
adalah 40-50 mg L-1. Arfah dan Supriyono(2002) merekomendasikan bahwa
kadar MS-222 yang efektif untuk benih ikan patin (Pangasiussutchi) berukuran 1-
1.5 inchi adalah 25 mgL-1 selama masa transportasi 18 jam. Kemudian
konsentrasi MS-222 yang efektif untuk pembiusan ikan sunshine bass (Morone
chrysops xMorone saxalitis) berukuran 87±24,4 g adalah25-75 mg L-1 Davis dan
Griffin (2004). KadarMS-222 15-66 mg L-1 efektif untuk pengangkutan ikan
(Schnick, Meyer dan Grey 1986) MS-222 tersebut perlu dicobakan pada
4
transportasi ikan jelawat ukuran sejari pada kadar berbeda dengan media yang
dicampur garam.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan, maka penting untuk
mengetahui lebih dalam tentang bagaimana penerapan transportasi ikan hidup,
khususnya ikan jelawat.
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa itu Transportasi ikan hidup?
2. Bagaimana deskripsi dari ikan jelawat?
3. Apa itu MS-222?
4. Bagaimana penerapan MS-222 dalam melakukan transportasi ikan hidup?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi lebih lanjut tentang ragam penanganan ikan khususnya untuk
transportasi ikan hidup.
II. ISI
2.1 Apa Itu Transportasi Ikan Hidup?
Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan ikan
dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya dan
disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak (Hidayah
1998). Ada dua sistem transportasi yang digunakan untuk hasil perikanan hidup di
lapangan. Sistem transportasi tersebut terdiri dari transportasi sistem basah dan
transportasi sistem kering (Junianto 2003).
Menurut Jailani (2000), pada transportasi sistem basah, ikan diangkut di
dalam wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar tergantung
jenis dan asal ikan. Pada pengangkutan dengan wadah tertutup, ikan diangkut di
dalam wadah tertutup dan suplai oksigen diberikan secara terbatas yang telah
diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan. Pada
pengangkutan dalam wadah terbuka, ikan diangkut dengan wadah terbuka dengan
suplai oksigen secara terus menerus dan aerasi selama perjalanan. Transportasi
basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil perikanan hidup selama
penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat pengumpul atau dari satu
pengumpul ke pengumpul lainnya.
Menurut Achmadi (2005), transportasi ikan hidup tanpa media air (sistem
kering) merupakan sistem pengangkutan ikan hidup dengan media pengangkutan
bukan air. Pada transportasi ikan hidup tanpa media air, ikan dibuat dalam kondisi
tenang atau aktivitas respirasi dan metabolismenya rendah. Transportasi sistem
6
kering ini biasanya menggunakan teknik pembiusan pada ikan atau
ikandipingsankan (imotilisasi) terlebih dahulu sebelum dikemas dalam media
tanpa air (Suryaningrum et al. 2007).
Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses
penenangan terlebih dahulu. Kondisi ikan yang tenang akan mengurangi stress,
mengurangi kecepatan metabolisme dan konsumsi oksigen. Pada kondisi ini
tingkat kematian selama transportasi akan rendah sehingga memungkinkan jarak
transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas angkut dapat ditingkatkan lagi. Metode
penanganan ikan hidup dapat dilakukan dengan cara menurunkan suhu air atau
dapat juga menggunakan zat anestesi. Perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan
dipingsankan ini nantinya akan dikonsumsi, sehingga pemilihan metode
imotilisasi harus memperhatikan aspek kesehatan (Nitibaskara et al. 2006).
Syarat utama dalam pengangkutan ikan hidup adalah kesehatan ikan. Ikan
harus dalam keadaan sehat, tidak berpenyakit dan dalam kondisi prima. Ikan yang
sehat dan bugar biasanya sangat gesit, aktif, responsif sesuai dengan karakter
masing-masing ikan (Nitibaskara et al. 2006). Menurut Achmadi (2005), ikan
dalam keadaan hidup normal memiliki ciri-ciri reaktif terhadap rangsangan luar,
keseimbangan dan kontraksi otot normal. Ikan yang kurang sehat atau lemah
mempunyai daya tahan hidup yang rendah dan peluang untuk mati selama
pemingsanan dan pengangkutan lebih besar (Sufianto 2008).
Menurut Achmadi (2005), ikan hidup yang akan dikirim dipersyaratkan
dalam keadaan sehat dan tidak cacat. Pemeriksaan kondisi kesehatan ikan selalu
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan mortalitas yang tinggi, sedangkan
7
adanya cacat seperti cacat sirip, mata, kulit rusak dan sebagainya dapat
menurunkan harga.
Suryaningrum dan Bagus (1999) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
kebugaran udang semakin lama udang dapat ditransportasikan dengan kelulusan
hidup yang tinggi. Sedangkan menurut Praseno (1990), diacu dalam
Suryaningrum et al. (2008), kualitas ikan yang diangkut merupakan kriteria yang
sangat menentukan dalam keberhasilan proses transportasi ikan hidup. Menurut
Ayres dan Wood (1977), diacu dalam Suryaningrum et al. (2008), salah satu
syarat yang sangat menentukan keberhasilan transportasi lobster hidup adalah
kondisi kesehatan dan kebugaran lobster sebelum ditransportasikan.
2.2 Deskripsi Ikan Jelawat
Gambar 2.1 Ikan Jelawat
Ikan jelawat menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut : ordo :
Ostariophysi, sub ordo : Cyprinoidae, famili : Cyprinidae, genus : Leptobarbus,
Spesies : Leptobarbus hoeveni.
Ikan jelawat memiliki tubuh agak bulat, dan memanjang, mencerminkan
bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak
8
mendatar, mulit berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung
berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan
perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir
pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah-merahan, mempunyai 2 pasang
sunggut (Ditjetkan, 2004). Jelawat tergolong ikan pemakan segalanya (omnivora).
Dan diperairan umum ikan jelawat mempunyai kebiasaan berenang melawan arus
menuju ke hulu (Asmawi, 2007).
2.3 Tricane methanesulfonate (MS-222)
Gambar 2.2 Tricane Methanosulfotane (MS-222)
Salah satu obat yang biasa digunakan untuk mengurangi stress dan kematian
pada transportasi ikan hidup adalah tricaine methanesulfonate (MS-222) dengan
rumus kimia C9H11O2N+CH3SO3H (Bourne, 1984 dan Subashinge, 1997). MS-
222 adalah bahan anestesi yang digunakan pada transportasi ikan yang sifatnya
terbius sementara, sehingga tidak peka terhadap getaran, mudah penggunaannya,
9
waktu induksinya tergolong cepat serta tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap ikan dan manusia pada kadar tertentu (Daud et al.,1997).
Mutu MS-222 ditentukan oleh aminobenzenzoate yang memiliki sifat
membius, melepas uap serta dapat memberikan bau yang tajam dalam air yang
sifatnya menyengat (Borne, 1984). Selain tidak bersifat racun terhadap ikan, obat
bius harus dapat menimbulkan efek bius yang cukup lama dengan kadar yang
sangat rendah, mudah didapat dan harganya terjangkau (Scherck dan Moyle,
1990; Pirhonen dan Schreck, 2003).
Untuk transportasi ikan, beberapa negara telah menggunakan MS-222 seperti:
Indonesia, Singapura dan Amerika (Chen, 1994; Davis dan Griffin, 2004);
Norwegia (Malmstrom, 1992 dan Finstad et al., 2003); Jepang (Oikawa, 1993);
China dan India (Jhingran dan Pullin, 1985). Obat bius tersebut bila dilarutkan
dalam air akan mengurangi laju respirasi dan aktivitas ikan (Scherck dan Moyle,
1990). Kemudian pembiusan ini mampu menekan metabolisme ikan, sehingga
dapat meningkatkan kepadatan ikan (Huet, 1971). Dengan menurunnya
metabolisme ikan, maka laju konsumsi oksigen menurun dan laju pengeluaran
eksresi juga menjadi berkurang. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi ikan
untuk dapat bertahan hidup selama pengangkutan dan peningkatan kepadatannya.
Tricaine mesylate (Tricaine methanesulfonate, TMS, MS-222), adalah bubuk
putih yang digunakan untuk anestesi , sedasi, atau euthanasia ikan. TMS adalah
satu-satunya anestesi berlisensi di Amerika Serikat untuk ikan sirip yang
dimaksudkan untuk konsumsi manusia. Obat dapat memiliki toksisitas selektif
untuk poikilotherms karena tingkat yang lebih rendah dari metabolisme di hati.
10
TMS adalah relaksan otot yang beroperasi dengan mencegah potensi aksi.
Dengan menghalangi potensial aksi, tidak ada sinyal dapat dipertukarkan antara
otak dan ekstremitas. Tidak akan ada masukan sensorik atau otot kontraksi yang
akan disebabkan oleh potensial aksi, yang mencakup sebagian besar otot.
Konsentrasi optimum yang digunakan adalah 50-75 ppm (bagian per juta).
Namun, optimal dapat bervariasi dengan ukuran dan jenis ikan, dan variabel
lainnya.
Hal ini mudah larut dalam air (baik tawar dan garam) tetapi secara drastis
mengurangi pH air, meningkatkan keasaman, yang mungkin beracun untuk ikan.
Natrium bikarbonat dapat digunakan untuk penyangga solusi untuk kisaran pH
6,5-7,5. Biasanya jumlah yang sama buffer ditambahkan untuk mencapai pH
netral. Dalam air garam / laut / laut, penggunaan penyangga mungkin tidak
diperlukan karena air laut itu sendiri memiliki kapasitas buffer.
Solusi dari TMS perlu disiapkan baru setiap kali karena TMS sensitif
terhadap cahaya dan bisa membentuk racun oleh-produk setelah terpapar cahaya.
2.4 Transportasi Ikan Jelawat Hidup dengan MS-222
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hendri yanto pada tahun 2007,
dilakukan beberapa perlakuan kombinasi kadar MS-222 yang berbeda dalam
media air garam didapatkan hasil sebagai berikut.
2.4.1 Tingkah Laku Ikan Pada Awal Transportasi
Secara umum, ikan jelawat yang dimasukkan ke dalam wadah plastik yang
berisi media air yang telah dicampur MS-222 yang berbeda dan garam
11
memperlihatkan tingkah laku yang sama pada setiap perlakuan, kecuali perlakuan
kontrol. Pada perlakuan kontrol yang media airnya tidak diberi MS-222 (yang
dicampur dan tidak dicampur garam), ikan jelawat bergerak seperti biasa dan
tingkah lakunya normal. Kemudian ikan jelawat tersebut cukup reaktif dan
memiliki respon yang tetap baik. Hal ini diperlihatkan dengan gerakan
menghindar pada ikan jelawat bila wadahnya disentuh. Pada semua perlakuan
yang diberi MS-222, pada mulanya semua ikan jelawat diam didasar wadah
selama beberapa detik. Hal ini diduga sebagai upaya penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan. Selanjutnya ikan jelawat mulai stres yang ditunjukkan
dengan gerakan tidak menentu ke segala arah, dan naik ke permukaan media air,
serta pergerakan tutup insang (operculum) yang semakin cepat. Kemudian ikan
jelawat mulai bergerak dengan posisi miringdan terbalik (terlentang), bagian perut
ke atas dan punggung ke bawah. Pada kondisi tersebut operculum ikan jelawat
masih bergerak,dan ikan tidak lagi respon terhadap lingkungan. Hal ini
menunjukkan ikan sudah pingsan (Daudet al. 1997). Perbedaan antara perlakuan-
perlakuan yang diberi MS-222 hanya pada waktu induksi yang merupakan
lamanya waktu sampai ikan pingsan sejak dimasukkan ke media pengangkutan
yang mengandung MS-222. Perlakuanyang memiliki kadar MS-222 tinggi
cenderung memiliki waktu induksi yang singkat.
Schreck dan Moyle (1990) menegaskan bahwa respon tingkah laku yang
terjadi padaikan jelawat tersebut sebagai akibat akhir dariobat bius terlarut dalam
air yang diakibatkan oleh berkurangnya laju respirasi ikan. Kondisi ini
menyebabkan ikan gelisah, dan naik ke permukaan untuk selalu berupaya mencari
oksigen. Penurunan laju respirasi tersebut menyebabkan hilangnya seluruh atau
12
sebagian rasa pada tubuhikan sebagai akibat dari penurunan fungsi
syaraf,sehingga menghalangi aksi dan hantaran impuls syaraf (Bose et al. 1991).
Selanjutnya dijelaskan juga bahwa secara langsung atau tidak langsung bahan-
bahan anastesi akan mengganggu keseimbangan ionik dalam otak ikan. Hal ini
terjadi karena penurunan kosentrasi kationK+ dan peningkatan kation Na+, Fe3+
danCa2+. Kemudian gangguan ini akan mempengaruhi kerja syaraf motorik dan
pernafasan, sehingga menyebabkan kematian rasa atau pingsan.
Selama ikan pingsan, proses fisiologis tetap terjadi dalam tubuh ikan. Pada
saat ini biasanya ikan akan menyekresikan kortisol dan epinephrine, dan
selanjutnya peningkatan glukosadan gangguan osmoregulasi sebagai indikator
stres (Davis dan Griffin 2004). Sebagaisteroid hormon, kortisol diproduksi untuk
berbagaiaktivitas biologis, termasuk glukoneo genesisdan peningkatan ketahanan
tubuh. Padaikan chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha),kortisol meningkat
setelah 6 jam diberianastesi (Cho dan Heath 2000), ikan stealheadtrout
(Oncorhynchus mykiss) setelah 48 jam sejak diberi anastesi MS-222 dan minyak
cengkeh(Pirhonen dan Schreck 2003). Setelah glukosa diproduksi melalui
pemecahan glikogen di hati sebagai upaya pemenuhan kebutuhan energi selama
stres, aktivasi sistem syaraf simpathetik menyekresikan katekholamin untuk
mencegah mobilisasi glukosa yang berlebihan di hati (Mauzeaud and Mauzeaud
1981).
Setelah masa stres, hormon kortisol tersebut menurun kembali. Hasil
percobaan Davisdan Griffin (2004) menunjukkan bahwa pada ikan strip bass
hibrid (Moronne chrysops x Moronnesaxatilis) yang telah dianastesikan dengan
MS-222 sebanyak 25 mg L-1, kandungan hormon kortisol menurun kembali
13
(sama dengankontrol) setelah 2 jam, dan glukosa darah menurun setelah 15 menit
sejak waktu sedasi selesai. Ikan steelhead trout (Oncorhynchus mykiss) sudah
dapat menerima pakan setelah 4jam, dan terus meningkat setelah 24 jam sejak
waktu sedasi selesai dengan menggunakan MS-222 sebanyak 80 mg L-1
(Pirhonen dan Schreck2003).
2.4.2 Waktu Induksi, Durasi Sedasi dan Kelangsungan Hidup
Kadar MS-222 yang berbeda-beda pada media air garam yang sama yaitu 3 g
L-1 berpengaruh nyata (p < 0.05) terhadap waktu induksi(Tabel 1). Waktu induksi
paling cepat dihasilkan oleh kadar MS-222 sebesar 60 mg L-1 yaitu rata-rata
24.67±2.52 detik, dan yang paling rendah adalah kadar MS-222 10 mg L-1. Ada
kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar MS-222, semakin rendah (cepat)
waktu induksi, tetapi waktu induksi kadar MS-222 60 mg L-1 dan50 mg L-1 tidak
berbeda nyata (p > 0.05). Sedangkan waktu induksi pada kadar MS-222 50mg L-1
juga tidak berbeda nyata dengan kadar MS-222 40 mg L-1 (p > 0.05). Siwicki
(1984) inDaud et al. (1997) menyatakan bahwa dalamanastesi diharapkan waktu
induksi relatif cepat sehingga mengurangi lamanya stres pada ikan. Karakteristik
bahan anastesi yang baik yaitu memiliki waktu induksi kurang dari 15 menit dan
lebih baik bila kurang dari 3 menit (Shreck dan Moyle 1990). Secara umum dapat
dinyatakan bahwa kadar MS-222 dalam percobaan ini sudah tergolong baik
karena kurang dari 15 menit, dan bahkan kadar MS-222 60, 50 dan 40 mgL-1
kurang dari 3 menit untuk waktu induksinya.
Durasi sedasi dipengaruhi oleh kadar MS-222 pada transportasi ikan jelawat.
Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar MS-222, semakin lama durasi
sedasi (Davis dan Grifin 2004) menyatakan bahwa MS-222 bertindak sebagai
14
bahan yang dapat menekan respirasi dan fungsi otonomi syaraf pusat. Selanjutnya
selama durasi sedasi, ikan dalam keadaan pingsan sehingga dapat mengurangi
metabolisme tubuh, dan kebutuhannya akan oksigen dan pembuangan sisa
metabolisme menjadi rendah. Kondisi seperti ini sangat diharapkan dalam
transportasi ikan (Arfah dan Supriyono 2002).
Gambar 2.3 Proses Pemingsanan Ikan dengan MS-222
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kendala yang sering dihadapi pada saat transportasi ikan jelawat hidup
adalah tingginya tingkat mortalitas. Mortalitas yang cukup tinggi tersebut
disebabkan oleh stress dan kerusakan fisik karena kesalahan penanganan selama
persiapan dan masa transportasi. Stres tersebut dipicu oleh tingginya tingkat
metabolisme dan aktivitas ikan, sehingga kandungan oksigen terlarut cenderung
menurun cepat dan terjadinya akumulasi amoniak dalam media pengangkutan.
Salah satu bahan anastesi yang digunakan untuk mengurangi tingkat
kematian adalah dengan menggunakan MS-222. MS-222 adalah bahan anastesi
yang digunakan pada transportasi ikan yang sifatnya terbius sementara, sehingga
tidak peka terhadap getaran, mudah penggunaannya, waktu induksinya tergolong
cepat serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ikan dan manusia pada
kadar tertentu.
3.2 Saran
Penggunaan MS-222 harus sesuai takaran yang dianjurkan untuk mencegah
terjadinya kematian ikan akibat berlebihnya dosis yang diberikan pada ikan. selain
itu, dikarenakan MS-222 sensitif terhadap cahaya untuk itu dalam penggunaannya
sebaiknya menghindari paparan cahaya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, S. 2007. Pemeliharaan ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta. 1-78
hal.
Hizkia, H. 2012. Pengaruh Waktu Pemanasan Terhadap Mutu Pindang Presto
Ikan Jelawat (Kelemak) (Leptobarbus hoeveni Blkr). Universitas Riau.
Pekanbaru
Ditjenkan. 2004. Pembenihan ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni).
www.google.com
Saanin. S.T., 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina
Cipta. Bandung. 250 hal.
Departement of Health, Education and Walfare., 1972. Food composition table
for use in East Asia.http:www.fao.org (6 Desember 2013).
Dolli, O. (2012). Pengertian hyegiene dan sanitasi. Dipetik Maret 03, 2014, dari
Arti Pengetahuan: artipengetahuan.blogspot.com/2012/11/pengertian-
hygiene-dan-sanitasi-adalah.html

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananHeru Pramono
 
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air lautTeknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air lautSittiNursinar
 
Kebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis IkanKebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis IkanDidi Sadili
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ICanny Nainggolan
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanmuhammad halim
 
Ekonomi kelautan dan perikanan
Ekonomi kelautan dan perikananEkonomi kelautan dan perikanan
Ekonomi kelautan dan perikananPT. SASA
 
1 b. faktor produksi usaha perikanan b
1 b. faktor produksi usaha perikanan b1 b. faktor produksi usaha perikanan b
1 b. faktor produksi usaha perikanan bAndary Aindåapryl
 
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)Amriana Ana
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Aguss Aja
 
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxAndangHastuP
 

Was ist angesagt? (20)

Kegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairanKegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairan
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
 
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air lautTeknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami
 
Kebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis IkanKebijakan Konservasi Jenis Ikan
Kebijakan Konservasi Jenis Ikan
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
 
1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan1 a. agribisnis perikanan
1 a. agribisnis perikanan
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup BudidayaBDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
 
BDPP_Pertemuan 4_komoditas dalam budidaya
BDPP_Pertemuan 4_komoditas  dalam budidayaBDPP_Pertemuan 4_komoditas  dalam budidaya
BDPP_Pertemuan 4_komoditas dalam budidaya
 
Bri
BriBri
Bri
 
Ekonomi kelautan dan perikanan
Ekonomi kelautan dan perikananEkonomi kelautan dan perikanan
Ekonomi kelautan dan perikanan
 
1 b. faktor produksi usaha perikanan b
1 b. faktor produksi usaha perikanan b1 b. faktor produksi usaha perikanan b
1 b. faktor produksi usaha perikanan b
 
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
Budidaya ikan di pen culture (fish pen)
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air
 
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
 

Ähnlich wie Tugas teknologi transportasi ikan hidup kelompok 11

EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...Repository Ipb
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikanPenggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikanMaya Fitri Zuly
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
Pikp modul08 sub sistem pengolahan
Pikp modul08 sub sistem pengolahanPikp modul08 sub sistem pengolahan
Pikp modul08 sub sistem pengolahanYosie Andre Victora
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Calvin Talakua
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalIriani
 
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoAlfarico Rico
 

Ähnlich wie Tugas teknologi transportasi ikan hidup kelompok 11 (20)

EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
 
BAB I.pdf
BAB I.pdfBAB I.pdf
BAB I.pdf
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikanPenggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
Penggunaan ms-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Pikp modul08 sub sistem pengolahan
Pikp modul08 sub sistem pengolahanPikp modul08 sub sistem pengolahan
Pikp modul08 sub sistem pengolahan
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
 
Artikel rumput laut
Artikel rumput lautArtikel rumput laut
Artikel rumput laut
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
ppt body.pptx
ppt body.pptxppt body.pptx
ppt body.pptx
 
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 

Kürzlich hochgeladen

Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxIPutuSuwitra1
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxfais1231
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steriljoey552517
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.tency1
 
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfMarisaRintania
 
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxfais1231
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikajoey552517
 
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxINDIRAARUNDINASARISA
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx12MIPA3NurulKartikaS
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 

Kürzlich hochgeladen (13)

Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
 
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
 
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
 
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 

Tugas teknologi transportasi ikan hidup kelompok 11

  • 1. TEKNOLOGI TRANSPORTASI IKAN HIDUP PENGGUNAAN MS-222 DAN LARUTAN GARAM PADA TRANSPORTASI IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) UKURAN SEJARI OLEH KELOMPOK 11 : 1. FANDI SANTOSO : 1104114849 2. MOULITYA DILA ASTARI : 1104114728 3. ENRAWANA PUTRI PURBA : 1104135747 4. MELDIYANI BR KARO : 1104114317 5. CINDYTIA PRASTARI : 1104136684 6. MARDIAH HAYATI : 1104120987 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2014
  • 2. i KATA PENGANTAR Alhamdulilah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Teknologi Transportasi Ikan Hidup guna lulus dengan nilai yang maksimal di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan FAPERIKA Universitas Riau. Makalah ini berjudul “Penggunaan Ms-222 dan Larutan Garam Pada Transportasi Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenii) Ukuran Sejari” berisi tentang tata cara transportasi ikan hidup guna meningkatkan nilai ekonomi dari ikan itu sendiri. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Pekanbaru, September 2014 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR.............................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR................................................................................ iii I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4 1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................... 4 II. ISI 2.1 Apa itu Transportasi Ikan Hidup................................................ 5 2.2 Deskripsi Ikan Jelawat................................................................ 7 2.3 Tricane methanesulfonate (MS-222).......................................... 8 2.4 Transportasi Ikan Jelawat Hidup dengan MS-222..................... 10 2.4.1 Tingkah Laku Ikan Pada Awal Transportasi.......................... 10 2.4.2 Waktu Induksi, Durasi Sedasi dan Kelangsungan Hidup..... 13 III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan................................................................................ 15 3.2 Saran.......................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 4. iii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Ikan Jelawat......................................................................................... 7 2.2 Tricane Methanosulfotane (MS-222).................................................. 8 2.3 Proses Pemingsanan Ikan dengan MS-222......................................... 14
  • 5. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar lokal yang budidayanya sudah cukup berkembang di masyarakat, baik pembesaran maupun pembenihannya. Saat ini benih ikan jelawat sudah dapat diproduksi secara masal melalui metode pemijahan buatan (Hardjamulia 1992). Keberhasilan pemijahan buatan tersebut harus didukung oleh penanganan pasca produksi benih yang baik, sehingga benih yang diproduksi memiliki kualitas yangbaik dan kuantitas yang cukup tinggi sampai menuju areal budidaya (pembesaran). Untuk itusebagai bagian dari teknologi pembenihan, penanganan aspek transportasi benih perlu dikuasai dengan baik. Pada transportasi ikan jelawat, kendala yang sering dihadapi biasanya adalah mortalitas benih yang tinggi, terutama untuk areal budidaya pembesaran ikan di daerah-daerah yang waktu tempuhnya lama dan atau jaraknya jauh. Mortalitas yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh stress dan kerusakan fisik karena kesalahan penanganan selama persiapan dan masa transportasi (Carrasco et al. 1984; Davis danGriffin 2004). Stres tersebut dipicu oleh tingginya tingkat metabolisme dan aktivitas ikan, sehingga kandungan oksigen terlarut cenderungmenurun cepat dan terjadinya akumulasi amoniak dalam media pengangkutan (Jhingran danPullin, 1985). Finstad et al. (2003) dan Davis dan Griffin(2004) mengemukakan bahwa berbagai obatbius sudah biasa digunakan untuk penanganan dan pengurangan stres dan kematian pada transportasiikan hidup. Salah satu bahan anastesitersebut
  • 6. 2 adalah tricaine methanesulfonate (MS-222) dengan rumus kimia C9H11O2N+CH3SO3H (Bourne 1984 dan Subashinge 1997). MS-222 adalah bahan anastesi yang digunakan pada transportasi ikan yang sifatnya terbius sementara, sehingga tidak peka terhadap getaran, mudah penggunaannya, waktu induksinya tergolong cepat serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ikan dan manusia pada kadar tertentu (Daud et al. 1997). Mutu MS-222 ditentukan oleh aminobenzenzoate yang memiliki sifat membius, melepas uap serta dapat memberikan bau yang tajam dalam air yang sifatnya menyengat (Borne 1984). Selain tidak bersifat racun terhadap ikan, obat bius harus dapat menimbulkan efek bius yang cukup lama dengan kadar yang sangat rendah, mudah didapat dan harganya terjangkau (Schreck dan Moyle 1990; Pirhonen dan Schreck 2003). Untuk transportasi ikan, beberapa negaratelah menggunakan MS-222 seperti: Indonesia, Singapura dan Amerika (Davis dan Griffin2004); Norwegia (Malmstrom 1992 dan Finstadet al. 2003); Jepang (Oikawa 1993); China dan India (Jhingran dan Pullin 1985). Obat bius tersebut bila dilarutkan dalam air akan mengurangi laju respirasi dan laju konsumsi oksigen(Schreck dan Moyle 1990). Dengan menekan metabolisme ikan melalui penurunan laju konsumsi oksigen, maka laju pengeluaran sisa metabolisme juga menjadi berkurang. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi ikan untuk dapat bertahan hidup selama proses pengangkutannya. Menurut Finstad et al. (2003), untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan selama transportasinya, penambahan air laut atau garam ke dalam air sebagai media pengangkutan juga biasanya dilakukan. Selanjutnya penambahan garam ke
  • 7. 3 media pengangkutan dapat menghambat penurunan konsentrasi sodium dan klorida pada plasma sel. Penambahan garam juga dapat meminimalisir peningkatan hormonkortisol yang kronis secara efektif(McDonald dan Miligan 1997). Selain itu keuntungan penambahan garam ke dalam media pengangkutan adalah pengurangan kerja osmotikyang diperlukan untuk pemeliharaan stabilitasion-ion, sehingga cadangan energi ikan digunakan secara stabil selama transportasi, dan memungkinkan untuk masa pengangkutan yanglebih lama (Nikinmaa et al. 1983). Penambahan garam sebanyak 0.1-0.3% cukup baik untuk transportasi ikan air tawar (Piper et al. 1982).Penambahan garam yang lebih tinggi yaitu 5 gL-1 yang dicampur dengan berbagai bahan anastesi telah dicobakan untuk transportasi ikan sunshine striped bass (Morone chrysops xMorone saxalitis) (Davis dan Griffin 2004). Respon yang diberikan ikan selama perlakuan pembiusan akan berbeda, dan salah satunya bergantung pada kadar bahan anastesi danukuran ikan. Daud et al. (1997) menyebutkan bahwa untuk ikan bandeng (Chanos chanos) ukuran panjang 16-17 cm dan bobot 60-67 g,kadar MS-222 yang efektif untuk transportasinya adalah 40-50 mg L-1. Arfah dan Supriyono(2002) merekomendasikan bahwa kadar MS-222 yang efektif untuk benih ikan patin (Pangasiussutchi) berukuran 1- 1.5 inchi adalah 25 mgL-1 selama masa transportasi 18 jam. Kemudian konsentrasi MS-222 yang efektif untuk pembiusan ikan sunshine bass (Morone chrysops xMorone saxalitis) berukuran 87±24,4 g adalah25-75 mg L-1 Davis dan Griffin (2004). KadarMS-222 15-66 mg L-1 efektif untuk pengangkutan ikan (Schnick, Meyer dan Grey 1986) MS-222 tersebut perlu dicobakan pada
  • 8. 4 transportasi ikan jelawat ukuran sejari pada kadar berbeda dengan media yang dicampur garam. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan, maka penting untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana penerapan transportasi ikan hidup, khususnya ikan jelawat. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apa itu Transportasi ikan hidup? 2. Bagaimana deskripsi dari ikan jelawat? 3. Apa itu MS-222? 4. Bagaimana penerapan MS-222 dalam melakukan transportasi ikan hidup? 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang ragam penanganan ikan khususnya untuk transportasi ikan hidup.
  • 9. II. ISI 2.1 Apa Itu Transportasi Ikan Hidup? Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya dan disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak (Hidayah 1998). Ada dua sistem transportasi yang digunakan untuk hasil perikanan hidup di lapangan. Sistem transportasi tersebut terdiri dari transportasi sistem basah dan transportasi sistem kering (Junianto 2003). Menurut Jailani (2000), pada transportasi sistem basah, ikan diangkut di dalam wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar tergantung jenis dan asal ikan. Pada pengangkutan dengan wadah tertutup, ikan diangkut di dalam wadah tertutup dan suplai oksigen diberikan secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan. Pada pengangkutan dalam wadah terbuka, ikan diangkut dengan wadah terbuka dengan suplai oksigen secara terus menerus dan aerasi selama perjalanan. Transportasi basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil perikanan hidup selama penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat pengumpul atau dari satu pengumpul ke pengumpul lainnya. Menurut Achmadi (2005), transportasi ikan hidup tanpa media air (sistem kering) merupakan sistem pengangkutan ikan hidup dengan media pengangkutan bukan air. Pada transportasi ikan hidup tanpa media air, ikan dibuat dalam kondisi tenang atau aktivitas respirasi dan metabolismenya rendah. Transportasi sistem
  • 10. 6 kering ini biasanya menggunakan teknik pembiusan pada ikan atau ikandipingsankan (imotilisasi) terlebih dahulu sebelum dikemas dalam media tanpa air (Suryaningrum et al. 2007). Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses penenangan terlebih dahulu. Kondisi ikan yang tenang akan mengurangi stress, mengurangi kecepatan metabolisme dan konsumsi oksigen. Pada kondisi ini tingkat kematian selama transportasi akan rendah sehingga memungkinkan jarak transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas angkut dapat ditingkatkan lagi. Metode penanganan ikan hidup dapat dilakukan dengan cara menurunkan suhu air atau dapat juga menggunakan zat anestesi. Perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan dipingsankan ini nantinya akan dikonsumsi, sehingga pemilihan metode imotilisasi harus memperhatikan aspek kesehatan (Nitibaskara et al. 2006). Syarat utama dalam pengangkutan ikan hidup adalah kesehatan ikan. Ikan harus dalam keadaan sehat, tidak berpenyakit dan dalam kondisi prima. Ikan yang sehat dan bugar biasanya sangat gesit, aktif, responsif sesuai dengan karakter masing-masing ikan (Nitibaskara et al. 2006). Menurut Achmadi (2005), ikan dalam keadaan hidup normal memiliki ciri-ciri reaktif terhadap rangsangan luar, keseimbangan dan kontraksi otot normal. Ikan yang kurang sehat atau lemah mempunyai daya tahan hidup yang rendah dan peluang untuk mati selama pemingsanan dan pengangkutan lebih besar (Sufianto 2008). Menurut Achmadi (2005), ikan hidup yang akan dikirim dipersyaratkan dalam keadaan sehat dan tidak cacat. Pemeriksaan kondisi kesehatan ikan selalu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan mortalitas yang tinggi, sedangkan
  • 11. 7 adanya cacat seperti cacat sirip, mata, kulit rusak dan sebagainya dapat menurunkan harga. Suryaningrum dan Bagus (1999) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kebugaran udang semakin lama udang dapat ditransportasikan dengan kelulusan hidup yang tinggi. Sedangkan menurut Praseno (1990), diacu dalam Suryaningrum et al. (2008), kualitas ikan yang diangkut merupakan kriteria yang sangat menentukan dalam keberhasilan proses transportasi ikan hidup. Menurut Ayres dan Wood (1977), diacu dalam Suryaningrum et al. (2008), salah satu syarat yang sangat menentukan keberhasilan transportasi lobster hidup adalah kondisi kesehatan dan kebugaran lobster sebelum ditransportasikan. 2.2 Deskripsi Ikan Jelawat Gambar 2.1 Ikan Jelawat Ikan jelawat menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut : ordo : Ostariophysi, sub ordo : Cyprinoidae, famili : Cyprinidae, genus : Leptobarbus, Spesies : Leptobarbus hoeveni. Ikan jelawat memiliki tubuh agak bulat, dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak
  • 12. 8 mendatar, mulit berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah-merahan, mempunyai 2 pasang sunggut (Ditjetkan, 2004). Jelawat tergolong ikan pemakan segalanya (omnivora). Dan diperairan umum ikan jelawat mempunyai kebiasaan berenang melawan arus menuju ke hulu (Asmawi, 2007). 2.3 Tricane methanesulfonate (MS-222) Gambar 2.2 Tricane Methanosulfotane (MS-222) Salah satu obat yang biasa digunakan untuk mengurangi stress dan kematian pada transportasi ikan hidup adalah tricaine methanesulfonate (MS-222) dengan rumus kimia C9H11O2N+CH3SO3H (Bourne, 1984 dan Subashinge, 1997). MS- 222 adalah bahan anestesi yang digunakan pada transportasi ikan yang sifatnya terbius sementara, sehingga tidak peka terhadap getaran, mudah penggunaannya,
  • 13. 9 waktu induksinya tergolong cepat serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ikan dan manusia pada kadar tertentu (Daud et al.,1997). Mutu MS-222 ditentukan oleh aminobenzenzoate yang memiliki sifat membius, melepas uap serta dapat memberikan bau yang tajam dalam air yang sifatnya menyengat (Borne, 1984). Selain tidak bersifat racun terhadap ikan, obat bius harus dapat menimbulkan efek bius yang cukup lama dengan kadar yang sangat rendah, mudah didapat dan harganya terjangkau (Scherck dan Moyle, 1990; Pirhonen dan Schreck, 2003). Untuk transportasi ikan, beberapa negara telah menggunakan MS-222 seperti: Indonesia, Singapura dan Amerika (Chen, 1994; Davis dan Griffin, 2004); Norwegia (Malmstrom, 1992 dan Finstad et al., 2003); Jepang (Oikawa, 1993); China dan India (Jhingran dan Pullin, 1985). Obat bius tersebut bila dilarutkan dalam air akan mengurangi laju respirasi dan aktivitas ikan (Scherck dan Moyle, 1990). Kemudian pembiusan ini mampu menekan metabolisme ikan, sehingga dapat meningkatkan kepadatan ikan (Huet, 1971). Dengan menurunnya metabolisme ikan, maka laju konsumsi oksigen menurun dan laju pengeluaran eksresi juga menjadi berkurang. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi ikan untuk dapat bertahan hidup selama pengangkutan dan peningkatan kepadatannya. Tricaine mesylate (Tricaine methanesulfonate, TMS, MS-222), adalah bubuk putih yang digunakan untuk anestesi , sedasi, atau euthanasia ikan. TMS adalah satu-satunya anestesi berlisensi di Amerika Serikat untuk ikan sirip yang dimaksudkan untuk konsumsi manusia. Obat dapat memiliki toksisitas selektif untuk poikilotherms karena tingkat yang lebih rendah dari metabolisme di hati.
  • 14. 10 TMS adalah relaksan otot yang beroperasi dengan mencegah potensi aksi. Dengan menghalangi potensial aksi, tidak ada sinyal dapat dipertukarkan antara otak dan ekstremitas. Tidak akan ada masukan sensorik atau otot kontraksi yang akan disebabkan oleh potensial aksi, yang mencakup sebagian besar otot. Konsentrasi optimum yang digunakan adalah 50-75 ppm (bagian per juta). Namun, optimal dapat bervariasi dengan ukuran dan jenis ikan, dan variabel lainnya. Hal ini mudah larut dalam air (baik tawar dan garam) tetapi secara drastis mengurangi pH air, meningkatkan keasaman, yang mungkin beracun untuk ikan. Natrium bikarbonat dapat digunakan untuk penyangga solusi untuk kisaran pH 6,5-7,5. Biasanya jumlah yang sama buffer ditambahkan untuk mencapai pH netral. Dalam air garam / laut / laut, penggunaan penyangga mungkin tidak diperlukan karena air laut itu sendiri memiliki kapasitas buffer. Solusi dari TMS perlu disiapkan baru setiap kali karena TMS sensitif terhadap cahaya dan bisa membentuk racun oleh-produk setelah terpapar cahaya. 2.4 Transportasi Ikan Jelawat Hidup dengan MS-222 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hendri yanto pada tahun 2007, dilakukan beberapa perlakuan kombinasi kadar MS-222 yang berbeda dalam media air garam didapatkan hasil sebagai berikut. 2.4.1 Tingkah Laku Ikan Pada Awal Transportasi Secara umum, ikan jelawat yang dimasukkan ke dalam wadah plastik yang berisi media air yang telah dicampur MS-222 yang berbeda dan garam
  • 15. 11 memperlihatkan tingkah laku yang sama pada setiap perlakuan, kecuali perlakuan kontrol. Pada perlakuan kontrol yang media airnya tidak diberi MS-222 (yang dicampur dan tidak dicampur garam), ikan jelawat bergerak seperti biasa dan tingkah lakunya normal. Kemudian ikan jelawat tersebut cukup reaktif dan memiliki respon yang tetap baik. Hal ini diperlihatkan dengan gerakan menghindar pada ikan jelawat bila wadahnya disentuh. Pada semua perlakuan yang diberi MS-222, pada mulanya semua ikan jelawat diam didasar wadah selama beberapa detik. Hal ini diduga sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan lingkungan. Selanjutnya ikan jelawat mulai stres yang ditunjukkan dengan gerakan tidak menentu ke segala arah, dan naik ke permukaan media air, serta pergerakan tutup insang (operculum) yang semakin cepat. Kemudian ikan jelawat mulai bergerak dengan posisi miringdan terbalik (terlentang), bagian perut ke atas dan punggung ke bawah. Pada kondisi tersebut operculum ikan jelawat masih bergerak,dan ikan tidak lagi respon terhadap lingkungan. Hal ini menunjukkan ikan sudah pingsan (Daudet al. 1997). Perbedaan antara perlakuan- perlakuan yang diberi MS-222 hanya pada waktu induksi yang merupakan lamanya waktu sampai ikan pingsan sejak dimasukkan ke media pengangkutan yang mengandung MS-222. Perlakuanyang memiliki kadar MS-222 tinggi cenderung memiliki waktu induksi yang singkat. Schreck dan Moyle (1990) menegaskan bahwa respon tingkah laku yang terjadi padaikan jelawat tersebut sebagai akibat akhir dariobat bius terlarut dalam air yang diakibatkan oleh berkurangnya laju respirasi ikan. Kondisi ini menyebabkan ikan gelisah, dan naik ke permukaan untuk selalu berupaya mencari oksigen. Penurunan laju respirasi tersebut menyebabkan hilangnya seluruh atau
  • 16. 12 sebagian rasa pada tubuhikan sebagai akibat dari penurunan fungsi syaraf,sehingga menghalangi aksi dan hantaran impuls syaraf (Bose et al. 1991). Selanjutnya dijelaskan juga bahwa secara langsung atau tidak langsung bahan- bahan anastesi akan mengganggu keseimbangan ionik dalam otak ikan. Hal ini terjadi karena penurunan kosentrasi kationK+ dan peningkatan kation Na+, Fe3+ danCa2+. Kemudian gangguan ini akan mempengaruhi kerja syaraf motorik dan pernafasan, sehingga menyebabkan kematian rasa atau pingsan. Selama ikan pingsan, proses fisiologis tetap terjadi dalam tubuh ikan. Pada saat ini biasanya ikan akan menyekresikan kortisol dan epinephrine, dan selanjutnya peningkatan glukosadan gangguan osmoregulasi sebagai indikator stres (Davis dan Griffin 2004). Sebagaisteroid hormon, kortisol diproduksi untuk berbagaiaktivitas biologis, termasuk glukoneo genesisdan peningkatan ketahanan tubuh. Padaikan chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha),kortisol meningkat setelah 6 jam diberianastesi (Cho dan Heath 2000), ikan stealheadtrout (Oncorhynchus mykiss) setelah 48 jam sejak diberi anastesi MS-222 dan minyak cengkeh(Pirhonen dan Schreck 2003). Setelah glukosa diproduksi melalui pemecahan glikogen di hati sebagai upaya pemenuhan kebutuhan energi selama stres, aktivasi sistem syaraf simpathetik menyekresikan katekholamin untuk mencegah mobilisasi glukosa yang berlebihan di hati (Mauzeaud and Mauzeaud 1981). Setelah masa stres, hormon kortisol tersebut menurun kembali. Hasil percobaan Davisdan Griffin (2004) menunjukkan bahwa pada ikan strip bass hibrid (Moronne chrysops x Moronnesaxatilis) yang telah dianastesikan dengan MS-222 sebanyak 25 mg L-1, kandungan hormon kortisol menurun kembali
  • 17. 13 (sama dengankontrol) setelah 2 jam, dan glukosa darah menurun setelah 15 menit sejak waktu sedasi selesai. Ikan steelhead trout (Oncorhynchus mykiss) sudah dapat menerima pakan setelah 4jam, dan terus meningkat setelah 24 jam sejak waktu sedasi selesai dengan menggunakan MS-222 sebanyak 80 mg L-1 (Pirhonen dan Schreck2003). 2.4.2 Waktu Induksi, Durasi Sedasi dan Kelangsungan Hidup Kadar MS-222 yang berbeda-beda pada media air garam yang sama yaitu 3 g L-1 berpengaruh nyata (p < 0.05) terhadap waktu induksi(Tabel 1). Waktu induksi paling cepat dihasilkan oleh kadar MS-222 sebesar 60 mg L-1 yaitu rata-rata 24.67±2.52 detik, dan yang paling rendah adalah kadar MS-222 10 mg L-1. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar MS-222, semakin rendah (cepat) waktu induksi, tetapi waktu induksi kadar MS-222 60 mg L-1 dan50 mg L-1 tidak berbeda nyata (p > 0.05). Sedangkan waktu induksi pada kadar MS-222 50mg L-1 juga tidak berbeda nyata dengan kadar MS-222 40 mg L-1 (p > 0.05). Siwicki (1984) inDaud et al. (1997) menyatakan bahwa dalamanastesi diharapkan waktu induksi relatif cepat sehingga mengurangi lamanya stres pada ikan. Karakteristik bahan anastesi yang baik yaitu memiliki waktu induksi kurang dari 15 menit dan lebih baik bila kurang dari 3 menit (Shreck dan Moyle 1990). Secara umum dapat dinyatakan bahwa kadar MS-222 dalam percobaan ini sudah tergolong baik karena kurang dari 15 menit, dan bahkan kadar MS-222 60, 50 dan 40 mgL-1 kurang dari 3 menit untuk waktu induksinya. Durasi sedasi dipengaruhi oleh kadar MS-222 pada transportasi ikan jelawat. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar MS-222, semakin lama durasi sedasi (Davis dan Grifin 2004) menyatakan bahwa MS-222 bertindak sebagai
  • 18. 14 bahan yang dapat menekan respirasi dan fungsi otonomi syaraf pusat. Selanjutnya selama durasi sedasi, ikan dalam keadaan pingsan sehingga dapat mengurangi metabolisme tubuh, dan kebutuhannya akan oksigen dan pembuangan sisa metabolisme menjadi rendah. Kondisi seperti ini sangat diharapkan dalam transportasi ikan (Arfah dan Supriyono 2002). Gambar 2.3 Proses Pemingsanan Ikan dengan MS-222
  • 19. III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kendala yang sering dihadapi pada saat transportasi ikan jelawat hidup adalah tingginya tingkat mortalitas. Mortalitas yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh stress dan kerusakan fisik karena kesalahan penanganan selama persiapan dan masa transportasi. Stres tersebut dipicu oleh tingginya tingkat metabolisme dan aktivitas ikan, sehingga kandungan oksigen terlarut cenderung menurun cepat dan terjadinya akumulasi amoniak dalam media pengangkutan. Salah satu bahan anastesi yang digunakan untuk mengurangi tingkat kematian adalah dengan menggunakan MS-222. MS-222 adalah bahan anastesi yang digunakan pada transportasi ikan yang sifatnya terbius sementara, sehingga tidak peka terhadap getaran, mudah penggunaannya, waktu induksinya tergolong cepat serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ikan dan manusia pada kadar tertentu. 3.2 Saran Penggunaan MS-222 harus sesuai takaran yang dianjurkan untuk mencegah terjadinya kematian ikan akibat berlebihnya dosis yang diberikan pada ikan. selain itu, dikarenakan MS-222 sensitif terhadap cahaya untuk itu dalam penggunaannya sebaiknya menghindari paparan cahaya.
  • 20. 16 DAFTAR PUSTAKA Asmawi, S. 2007. Pemeliharaan ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta. 1-78 hal. Hizkia, H. 2012. Pengaruh Waktu Pemanasan Terhadap Mutu Pindang Presto Ikan Jelawat (Kelemak) (Leptobarbus hoeveni Blkr). Universitas Riau. Pekanbaru Ditjenkan. 2004. Pembenihan ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni). www.google.com Saanin. S.T., 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung. 250 hal. Departement of Health, Education and Walfare., 1972. Food composition table for use in East Asia.http:www.fao.org (6 Desember 2013). Dolli, O. (2012). Pengertian hyegiene dan sanitasi. Dipetik Maret 03, 2014, dari Arti Pengetahuan: artipengetahuan.blogspot.com/2012/11/pengertian- hygiene-dan-sanitasi-adalah.html