Proposal ini membahas upaya peningkatan sikap peduli kebersihan siswa SDN 01 Josenan Madiun melalui penerapan kelas terbersih. Masalah yang dihadapi adalah siswa kurang peduli kebersihan karena masih banyak yang membuang sampah sembarangan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan sikap peduli kebersihan siswa melalui kelas terbersih. Hipotesisnya adalah jika diterapkannya kelas terbers
1. UPAYA PENINGKATAN SIKAP PEDULI KEBERSIHAN
MELALUI PELAKSANAAN KELAS TERBERSIH
PADA SISWA SDN 01 JOSENAN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Proposal
OLEH:
ENDAH NOVITASARI
NPM. 09.141.065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
2. KATA PENGANTAR
Teriring rasa puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
pada akhirnya proposal yang berjudul “Upaya Peningkatan Sikap Peduli
Kebersihan melalui Pelaksanaan Kelas Terbersih pada Siswa SDN 01 Josenan
Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian proposal ini, terutama kepada :
1. Bapak Drs. Edy Siswanto, M. Pd., selaku Dosen mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak Suprijadi, S. Pd., selaku kepala sekolah SDN 01 Josenan Madiun.
3. Teman-teman mahasiswa IKIP PGRI Madiun yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun
sangat penulis harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang. Besar harapan
penulis, proposal ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Madiun, Januari 2013
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap sekolah tentu memiliki situasi dan kondisi yang berbeda,
misalnya sekolah perkotaan yang penduduknya padat dan ramai tentu akan
berbeda dengan keadaan sekolah di daerah pedesaaan yang jauh dari
keramaian. Untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar perlu
adanya pengelolaan lingkungan kehidupan sekolah yang baik dan sehat.
Lingkugan kehidupan sekolah yang sehat harus ada, dibina dan
dikembangkan terus agar pendidikan mencapai hasil yang diharapkan.
Dari berbagai lingkungan fisik yang ada di sekolah, ruang kelas
merupakan salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian. Pada setiap
sekolah, ruang kelas adalah ruangan pertama yang harus dimiliki. Ruangan
ini merupakan teman belajar bagi siswa, tempat bagi para siswa untuk
tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual da emosional. Maka dari itu,
kelas hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan
teman belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Sebagai ruang pembelajaran, ruang kelas memiliki pengaruh yang
cukup besar bagi kondisi psikologis anak dan guru. Kondisi ruangan belajar
dapat memengaruhi kualitas pembelajaran.
Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam menciptakan kelas
yang nyaman dan menyenangkan adalah faktor kebersihan. Kebersihan
merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah satu
faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Kelas yang bersih akan nyaman
ditempati, membuat siswa betah dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran
tiap harinya. Sebaliknya, kondisi kelas yang kotor dapat mematikan keinginan
dan motivasi anak untuk belajar.
Saat ini tidak jarang siswa yang kurang peduli akan kebersihan.
Banyak di antara mereka yang membuangn sampah sembarangan sehingga
4. sampah banyak yang berserakan di kelas, dan kelas pun menjadi kotor.
Seperti halnya yang ditemui pada siswa SDN 01 Josenan Madiun.
Ditemukan fakta bahwa banyak siswa SDN 01 Josenan kurang
memiliki kepedulian terhadap kebersihan. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan. Ada yang
membuang sampah di lantai, di laci dan terkadang membuangnya lewat
jendela.
Guru setiap hari sudah menegur dan mengingatkan siswa untuk tidak
membuang sampah sembarangan. Namun tetap saja hal tersebut belum
membuat siswa peduli akan kebersihan kelasnya. Masih banyak sampah yang
berserakan serta tak jarang laci meja siswa juga penuh dengan kertas dan
bekas bungkus makanan. Meskipun setiap pagi sudah dibersihkan dan kelas
tampak rapi, saat pulang sekolah kelas kembali kotor dan banyak sampah
yang berserakan.
Penyebab masalah tersebut diduga bisa berasal dari faktor intern
maupun ekstern. Faktor intern seperti siswa memang malas dan kurang
mengerti pentingnya menjaga kebersihan. Sedangkan faktor ekstern seperti
tidak adanya sanksi yang tegas bagi siswa yang membuang sampah
sembarangan, jumlah peralatan kebersihan kurang dan di sekolah tersebut
pembiasaan untuk membersihkan lingkungan juga kurang eferktif.
Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan suatu tindakan yang
dapat meningkatkan sikap peduli siswa terhadap kebersihan yaitu melalui
penerapan kelas terbersih. Alasan dipilihnya tindakan ini adalah (a) siswa
akan lebih bertanggung jawab terhadap kebersihan kelasnya (b)
menumbuhkan kerja sama dan kekompakan di antara siswa (c) siswa terbiasa
menjaga kebersihan (d) siswa lebih termotivasi dalam menjaga kebersihan
dan (e) menigkatkan kepedulian siswa terhadap kebersihan. Jika diterapkan
adanya kelas terbersih, maka diduga sikap peduli siswa terhadap kebersihan
akan meningkat.
5. Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaboratif antara
peneliti dengan rekan sejawat sesama guru.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan
berupaya untuk meningkatkan sikap peduli siswa terhadap kebersihan melalui
kelas terbersih. Dengan adanya kelas terbersih ini, siswa akan saling
mengingatkan jika ada temannya yang membuang sampah sembarangan.
Untuk memotivasi mereka, peneliti dengan dibantu rekan guru memberikan
penghargaan berupa piala yang akan diberikan secara bergilir bagi kelas yang
menjadi pemenang. Pengumuman pemenang diadakan setiap seminggu sekali
pada waktu upacara bendera.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
a. Apakah pelaksanaan kelas terbersih dapat meningkatkan sikap peduli
kebersihan pada siswa SDN 01 Josenan Madiun tahun pelajaran
2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan pelaksanaan kelas terbersih dapat meningkatkan sikap
peduli kebersihan pada siswa SDN 01 Josenan Madiun tahun pelajaran
2012/2013.
D. Hipotesis Tindakan
6. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan di
atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Jika kelas terbersih diterapkan
maka sikap peduli kebersihan siswa SDN 01 Josenan Madiun tahun pelajaran
2012/2013 akan meningkat”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan sikap peduli siswa terhadap
kebersihan serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri siswa
untuk selalu menjaga kebersihan.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dimungkinkan dapat terus diterapkan kepada siswa
supaya menjadi kebiasaan sehingga dapat meningkatkan sikap peduli
kebersihan dalam diri siswa.
3. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini lingkungan sekolah menjadi bersih, rapi,
indah dan nyaman digunakan untuk belajar siswa.
7. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebersihan
Kebersihan berasal dari kata bersih. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, bersih berarti bebas dari kotoran, tidak tercemar, tidak bernoda,
suci, tidak dicampur dengan unsur atau zat lain. Sedangkan kebersihan itu
sendiri merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya debu,
bau dan sampah. Kebersihan merupakan upaya manusia untuk memelihara
diri dan lingkungan dari segala yang kotor dalam rangka mewujudkan dan
melestarikan kehidupan yang nyaman dan sehat. Kebersihan merupakan
syarat bagi terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah satu faktor yang
dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor tidak hanya merusak
keindahan tetapi juga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit.
B. Sikap Peduli Kebersihan
Peduli memiliki makna mengindahkan atau memperhatikan. Sikap
peduli kebersihan mengandung makna sikap yang peduli atau
8. memperhatikan lingkungan, baik lingkungan kelas maupun lingkungan
sekolah dari segala kotoran termasuk di antaranya debu, bau dan sampah
dalam rangka mewujudkan lingkungan yang indah, bersih dan asri sehingga
nyaman digunakan untuk belajar.
Sikap peduli kebersihan ini hendaknya diajarkan kepada anak
sejak dini, mulai dari menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan rumah,
menjaga kebersihan sekolah dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Penanaman sikap peduli kebersihan ini bisa dimulai dari lingkungan
keluarga, dimana keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak.
Dalam lingkungan keluarga ini, anak mulai diajarkan hal sederhana
mengenai perilaku menjaga kebersihan, misalnya membiasakan anak untuk
mandi, menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan dan lain-lain. Dengan pembiasaan sejak
dini akan membuat anak memiliki tanggung jawab untuk selalu menjaga
kebersihan.
Terkait dengan kebersihan di lingkungan sekolah, perlu adanya
kerja sama semua warga sekolah dalam meningkatkan kepedulian anak
terhadap kebersihan. Sehingga mereka memiliki tanggung jawab untuk
selalu menjaga kebersihan khususnya dalam hal ini adalah kebersihan kelas
masing-masing. Dengan banyknya siswa yang peduli kebersihan akan dapat
mensiptakan lingkungan sekolah yang bersih, rapi, asri dan nyaman
digunakan untuk belajar.
Sikap peduli kebersihan ini dapat ditunjukkan melalui kegiatan
membuang sampah pada tempatnya, segera memungut sampah yang
berserakan di lantai dan membuangnya pada tempat sampah yang tersedia,
tertib melaksanakan piket kelas, tidak mencoret-coret tembok dan bangku
yang merupakan sarana pembelajaran serta menegur dan menasihati teman
yang membuang sampah sembarangan.
Faktor yang dapat menyebabkan kurangnya kepedulian siswa
terhadap kebersihan antara lain kurangnya kesadaran dan kepedulian
terhadap lingkungan, gengsi, malas, kurang mengerti arti kebersihan, tidak
9. adanya sanksi yang tegas bagi siswa yang membuang sampah sembarangan,
dan kurang adanya kebiasaan membersihkan lingkungan.
Untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap kebersihan dapat
dilakukan dengan memberi teladan bagi siswa dalam menjaga kebersihan,
melaksanakan suatu program atau kegiatan yang dapat memotivasi siswa
untuk selalu menjaga kebersihan, melakukan pembiasaan membersihkan
lingkungan, menyediakan berbagai peralatan kebersihan yang memadai,
memberikan sanksi yang tegas bagi siswa yang membuang sampah
sembarangan dan pada saat tertentu memberikan hadiah bagi mereka yang
peduli terhadap kebersihan sekolah baik perorangan maupun kelas.
C. Ruang Kelas
Ruang kelas adalah syarat utama pengadaan sebuah sekolah. Kelas
adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi
intelektual dan emosional (Sudarmiani dan Hermawati D. S, 2009: 18). Di
kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan
segala kemampuannya, sesuai dengan latar belakang dan potensinya,
kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan segala
pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala
sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas.
Ruang kelas hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Ukuran ruang kelas sebaiknya panjang 8m, lebar 6m, tinggi 4m
sehingga setiap siswa mendapat ruangan sebesar 5 m3 dan lantai 1 m2-
1,30 m2
2. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan tak tembus debu
3. Tiap-tiap kelas hendaknya dilengkapi dengan 2 pintu dan daun pintu
menghadap ke luar
4. Luas jendela beserta lubang angin (ventilasi) minimal 20% dari luas
lantai, ventilasi diletakkan sedekat mungkin dengan langit-langit
10. 5. Sinar sebaiknya datang dari sebelah kiri dan kanan tetapi kalau tidak
mungkin sebaiknya dari sebelah kiri murid (Trisnowati Tamat, 2007:
5.6)
Ruang kelas memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kondisi
psikologis anak dan guru. Kondisi ruang kelas dapat memengaruhi kualitas
pembelajaran yang dibangun oleh ana dan guru. Jika kelas berantakan dan
kotor akan mengganggu konsentrasi belajar anak. Ruangan yang tidak tertata
rapi dapat mematikan keinginan dan motivasi anak untuk belajar. Maka dari
itu, kelas hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar nyaman
dan menyenangkan.
Menurut Dirjen PUOD dan Dikdasmen dalam Sudarmiani dan
Hermawati D. S (2009: 18) syarat-syarat kelas yang baik adalah (a) rapi,
bersih, sehat, tidak lembab (b) cukup cahaya yang meneranginya (c)
sirkulasi udara yang cukup (d) perabot dalam keadaan baik, cukup
jumlahnya dan ditata dengan rapi (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
D. Kebersihan Kelas
Salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan proses
belajar-mengajar adalah mengenai keadaan kelas yang menjadi tempat
berlangsungnya proses pembelajaran. Kebersihan kelas merupakan keadaan
yang menggambarkan kondisi kelas yang bersih, bebas dari sampah, kotoran
dan bau sehingga tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Dalam menciptakan kelas yang bersih, dibutuhkan kerja sama
antara siswa, guru, dan warga sekolah yang lainnya. Siswa adalah salah satu
pendukung kebersihan kelas. Kebersihan sangat mempengaruhi konsentrasi
belajar siswa. Jika kelas bersih, indah dan tertata rapi maka kemungkinan
besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai. Selain itu
konsentrasi pun bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan
semakin meningkat.
Adapun ciri-ciri dari kelas yang bersih antara lain bebas dari
sampah baik sampah yang berupa plastik, bekas bungkus makanan, kertas,
11. gelas aqua dan lain-lain. Selain itu dinding dan bangku bebas dari coretan-
coretan, kursi dan meja tertata dengan rapi, kelas tampak indah, serta
memiliki peralatan kebersihan yang lengkap.
E. Dampak Kebersihan Kelas
Kebersihan kelas menjadi sangat penting mengingat pengaruhnya
terhadap kenyamanan untuk proses belajar mengajar berlangsung. Tanpa
adanya kebersihan yang baik akan menimbulkan dampak sebagai berikut :
a. Timbulnya kemalasan siswa maupun guru dalam proses belajar
mengajar.
b. Siswa tidak betah dan mengantuk saat berada di kelas.
c. Lingkungan kelas terlihat kotor dan kumuh menyebabkan pelajaran atau
materi yang akan diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh siswa, hal
ini disebabkan karena pecahnya konsentrasi akibat situasi kelas yang
tidak nyaman
d. Dapat mendatangkan penyakit bagi siswa, guru dan semua warga
sekolah.
e. Karena timbulnya kemalasan belajar siswa dan guru, tentu prestasi
sekolah semakin buruk.
Jadi kebersihan kelas juga berperan penting dalam mencapai tujuan
pendidikan.
F. Kelas Terbersih
Kelas terbersih merupakan suatu keadaan dimana kondisi kelas
berdasar kriteria tertentu dinyatakan sebagai kelas yang paling bersih di
antara kelas yang lain. Pelaksanaan kelas terbersih ini merupakan salah satu
upaya sekolah dalam meningkatkan sikap peduli kebersihan pada siswa.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara menanamkan kebiasaan yang
nantinya akan membentuk kepedulian siswa terhadap kebersihan. Kebiasaan
tersebut meliputi kegiatan membuang sampah pada tempatnya, tidak
mencoret-coret tembok dan bangku, menegur teman yang membuang
12. sampah sembarangan serta memungut sampah yang berserakan di lantai dan
membuangnya pada tempat sampah yang tersedia. Dengan pelaksanaann
kegiatan ini, maka siswa dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawab
terhadap kebersihan kelas masing-masing.
Kegiatan kelas terbersih ini dilakukan dengan cara memberikan
gelar dan penghargaan pada hasil kerja siswa dalam menjaga kebersihan
kelasnya. Gelar dan penghargaan ini akan diberikan pada kelas yang paling
bersih. Melalui kegiatan ini, akan dipantau kondisi masing-masing kelas per
minggunya, dilakukan penilaian dan diberikan penghargaan berupa piala
bergilir bagi pemenang kelas terbersih.
Beberapa aspek yang dinilai dalam pelaksanaan kelas terbersih ini
meliputi :
1. Kebersihan ruang kelas
2. Kerapian kelas
3. Keindahan kelas
4. Kebersihan halaman
5. Kebersihan dan kerapian siswa
Untuk melaksanakan kelas terbersih ini, perlu adanya pengarahan
kepada para siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menyediakan
berbagai peralatan kebersihan yang memadai untuk tiap kelas seperti sapu,
tempat sampah, kemoceng, kain lap dan sapu lidi.
13. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini digunakan dengan pendekatan kualitatif karena analisis
data akan diuraikan secara verbal yang menggambarkan perencanaan,
pelaksanaan dan hasil tindakan pada siklus I dan II yang bertujuan untuk
meningkatkan sikap peduli siswa terhadap kebersihan melalui pelaksanaan
kelas terbersih.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan sekolah. Penelitian ini dimulai dari tahap identifikasi masalah
mengenai kebersihan lingkungan sekolah dan analisis penyebab munculnya
masalah. Tindakan penelitian menggunakan siklus yang terdiri atas tahap (1)
perencanaan yang merupakan upaya untuk memperbaiki masalah terkait
kebersihan sekolah, (2) pelaksanaan yaitu melaksanakan tindakan, (3)
pengamatan/observasi untuk mengetahui gejala-gejala yang tampak saat
pelaksanaan kegiatan, dan (4) tahap refleksi (perenungan, pemikiran dan
14. evaluasi) di setiap siklus untuk mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
hasil/dampak dari tindakan.
Siklus 1 terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi.
Perencanaan :
Berangkat dari masalah di atas, maka pada tahap perencanaan ini
peneliti melakukan :
1. Mempersiapkan skenario pelaksanaan kegiatan.
2. Menyusun kriteria penilaian kelas terbersih.
3. Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman
pengamatan, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi.
Pelaksanaan Tindakan :
Pada tahap ini peneliti menerapkan tindakan yang mengacu pada
skenario yang telah direncanakan yang meliputi :
1. Seminggu sebelum pelaksanaan, peneliti mengumpulkan terlebih dahulu
seluruh siswa di halaman sekolah, memberikan pengarahan tentang
pentingnya menjaga kebersihan dan memberikan pengumuman tentang
pelaksanaan kelas terbersih serta membagikan alat-alat kebersihan pada
masing-masing kelas seperti sapu lidi, sapu lantai, kemoceng, kain lap,
tempat sampah.
2. Siswa membersihkan dan tetap menjaga kebersihan kelas masing-masing
tiap harinya.
3. Melalui bantuan wali kelas, peneliti memantau kebersihan masing-masing
kelas.
15. 4. Melakukan penilaian kebersihan pada masing-masing kelas.
5. Menetapkan kelas yang meraih gelar kelas terbersih dan mengumumkan
pada saat upacara bendera.
6. Memberikan penghargaan berupa piala bergilir kepada pemenang.
Observasi :
Pada tahap ini peneliti merekam berbagai peristiwa yang sesuai
dengan fokus masalah, yaitu membuat catatan hasil pengamatan terhadap
proses dan hasil pelaksanaan kelas terbersih, mengamati kegiatan siswa
ketika menyapu, membuang sampah di tempat sampah, mengamati
keantusiasan siswa dalam pelaksanaan program tersebut serta mengambil foto
kondisi kelas tiap harinya dan berbagai peristiwa yang terjadi terkait fokus
penelitian ini.
Refleksi :
Pada tahap ini peneliti merefleksi apakah hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan pada sikap peduli siswa terhadap
kebersihan atau tidak setelah kegiatan serta melakukan evaluasi tindakan
yang telah dilakukan. Jika masih terdapat kekurangan atau kesalahan maka
dapat dilanjutkan pada siklus II.
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Siklus I
Aspek Cara Mengukur
Keaktifan siswa dalam kegiatan Diamati ketika siswa membersihkan
kelas
Keantusiasan siswa terhadap Dilihat dari banyaknya siswa yang
pelaksanaan kelas terbersih membuang sampah pada tempatnya,
mengingatkan jika ada siswa lain yang
membuang sampah sembarangan
Hasil kegiatan Dilihat dari kebersihan kelas tiap
16. harinya dan dari perolehan nilai kelas
terbersih
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Josenan, Jl. Kalimosodo no. 75
Kota Madiun. Tindakan penelitian ini dikenakan pada seluruh siswa SDN 01
Josenan tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu dua bulan, yakni
dimulai pada bulan Januari sampai dengan Februari 2013. Sedangkan untuk
pengumuman pemenang kelas terbersih akan dilaksanakan setiap minggu.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar
observasi, alat dokumentasi, lembar penilaian kelas terbersih dan catatan
guru.
Lembar observasi ndigunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap pelaksanaan kelas terbersih. Alat dokumentasi digunakan untuk
merekam dan mendokumentasikan data tentang proses pelaksanaan kelas
terbersih. Lembar penilaian kelas terbersih digunakan untuk mengetahui
perolehan nilai masing-masing kelas dalam pelaksanaan kelas terbersih yang
nantinya dapat dijadikan pedoman untuk menentukan kelas yang menjadi
pemenang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
observasi, wawancara dan dokumentasi.
17. Observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak
dalam pelaksanaan kelas terbersih, tentang kesungguhan siswa dan
keterlibatan siswa ketika membersihkan kelas. Observasi juga digunakan
untuk mengamati kreativitas siswa dalam mengatur dan membuat kelas
menjadi bersih, rapi dan indah. Di samping itu, observasi juga digunakan
untuk mengamati dan merekam ketika siswa menegur dan mengingatkan
siswa yang membuang sampah sembarangan atau mengotori kelas.
Wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan
siswa ketika dilaksanakannya kelas terbersih, tentang faktor penyebab
kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan dan mengungkap perasaan
tentang kesulitan-kesulitan siswa dengan adanya kelas terbersih ini.
Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang
proses pelaksanaan kelas terbersih. Dokumen yang dimaksud dalam
penelitian ini mencakup dokumen foto siswa. Peristiwa-peristiwa yang
tampak dan sesuai dengan fokus masalah penelitian ini, misalnya ketika siswa
membuang sampah di tempat sampah, menyapu lantai, membersihkan kaca,
menata bangku dan merapikan gambar atau media yang dipajang di dinding
kelas. Selain itu kondisi kelas tiap harinya pun juga akan didokumentasikan.
E. Teknik Analisis Data
Data hasil observasi, dokumentasi dan catatan guru akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui peningkatan sikap peduli siswa
terhadap kebersihan. Peningkatan tersebut dapat diketahui dengan
membandingkan perolehan nilai masing-masing kelas dan hasil analisis data
per minggunya.
DAFTAR PUSTAKA
18. Ibadullah Malawi dan Edy Siswanto. 2012. PENELITIAN TINDAKAN KELAS.
Madiun: IKIP PGRI MADIUN.
Rita Mariyana, dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana.
Sudarmiani dan Hermawati Dwi Susari. 2009. Manajemen Kelas. Madiun: IKIP
PGRI Madiun.
Trisnowati Tamat dan Moekarto Mirman. 2007. Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas.
I.G.A.K Wardhani dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Rachiati Wiriatmadja. 2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.