Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas perkembangan fisik dan kognitif anak pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, termasuk perkembangan berat badan, tinggi badan, motorik, memori, pemikiran kritis, intelegensi, kecerdasan emosional, spiritual, dan kreativitas.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menjalani setiap kehidupannya, yang dimulai sejak masih
dalam rahim ibu hingga dewasa dan akhirnya kembali kepada sang Khalik,
manusia terus mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat berupa
perkembangan fisik, kognitif dan perkembangan emosional. Akan tetapi masih
banyak sebagian orang yang belum mengetahui tentang bagaimana
perkembangan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, kami akan mencoba untuk membahas sedikit tentang
perkembangan kehidupan manusia. Akan tetapi dalam kesempatan ini, kami
hanya akan membahas tentang perkembangan fisik dan kognitif yang dialami
manusia (seorang anak) pada “Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak.”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah perkembangan fisik yang dialami seorang anak pada masa
pertengahan dan akhir anak-anak?
2. Apakah perkembangan kognitif yang dialami seorang anak pada masa
pertengahan dan akhir anak-anak?
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir
Anak-anak
A. Perkembangan Fisik
Masa pertengahan dan masa akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi
matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Karena
itu, masa ini sering juga disebut sebagai ”periode tenang” sebelum
pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “masa
tenang”,1
tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi
pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek
dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, di
antaranya keadaan berat badan dan tinggi badan, keterampilan motorik.
1. Keadaan Berat dan Tinggi Badan
Pada usia sekitar 6 hingga 11 tahun terjdi pertumbuhan yang lambat
dan konsisten. Badan anak bagian atas berkembang lebih lambat daripada
bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut
relatif masih besar . Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 2
hingga 3 inci setahun., dan berat bertambah sekitar 5 sampai 7 pon setahun.2
Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg.
Pada usia 8 tahun rata-rata anak perempuan dan laki-laki tingginya 4 kaki 2
1
Samsunuwiyati Mar’at. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya. Hlm153
2
John W. Santrock. 2007. Perkembangan Anak; Edisi Kesebelas; Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. Hlm 183
3. 3
inci, kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 80
hingga 42,5 kg.
Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak
daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan
panggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi
terutama karena peningkatan ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran
beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, kekuatan otot-otot secara
beransur-ansur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan
kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga).
Karena perbedaan jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih
kuat daripada anak perempuan.3
Pada permulaan pubertas (masa pertengahan dan akhir anak-anak),
umumnya seorang anak sudah mempunyai dua puluh dua (22) gigi tetap.
Keempat gigi yang terakhir disebut gigi kebijaksanaan, dan muncul selama
masa remaja.4
2. Perkembangan Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama
masa pertengahan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi
lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingan dengan masa awal anak-anak.
Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak
juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan,
seperti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam serta
aktivitas olahraga berkembang pesat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (visio-motorik)
yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga
berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih
menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8 hingga 10 tahun,
3
Samsunuwiyati Mar’at, Op Cit. Hlm 154
4
Elizabeth B. Hurlock. 2007. Psikologi Perkembangan; Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.
hlm 60
4. 4
tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koor-dinasi motorik
halus berkembang, di mana anak sudah dapat melukis dengan baik. Ukuran
huruf menjadi lebih kecil dan lebih rapi. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-
anak mulai memperlihatkan keterampilan-ketrampilan manipulatif menyerupai
kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan
gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk
menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrumen
musik tertentu.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-
anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan
dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal, permainan
yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan umpet-umpetan, di mana
anak menggunakan keterampilan motoriknya. Di samping itu, anak-anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal,
seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki.
B. Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan
kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk
sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah jelas, dan dengan meluasnya
minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang
sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak
usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur , sehingga anak benar-benar
berada dalam suatu stadium belajar. Perkembangan kognitif pada masa ini
terdiri dari beberapa bagian, yang akan kami bahas selanjutnya.
1. Perkembangan Memori
Selama tahun-tahun pertengahan dan akhir, anak-anak menunjukan
perubahan-perubahan penting bagaimana mereka mengorganisasi dan
mengingat informasi. Setelah anak berusia 7 tahun tidak terlihat peningkatan
yang berarti. Cara mereka memproses informasi menunjukan keterbatasan-
keterbatasan dibandingkan dengan orang dewasa. Meskipun begitu, selama
5. 5
periode ini mereka berusaha mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut
dengan menggunakan apa yang disebut dengan strategi memori (memory
strategy)5
, yaitu perilaku yang disengaja digunakan untuk meningkatkan
memori. Anak-anak yang lebih muda mungkin mencoba menggunakan
beberapa strategi, tetapi mungkin strategi-strategi itu keliru dan mereka
mungkin tidak menggunakan strategi secara efektif. Sebaliknya, anak-anak
yang lebih tua berusaha menggunakan strategi-strategi ini secara lebih
konsistan. Selain dengan strategi memori, juga terdapat hal-hal yang
mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat-sifat anak (termasuk
sikap, motivasi, dan kesehatan), serta pengetahuan yang telah diperoleh anak
sebelumnya.
2. Perkembangan Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka
bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai
begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau
tulisan), dan berfikir secara reflektif dan evaluatif.
Meskipun istilah “kritis” lebih merupakan masalah disposisi (watak)
daripada kecakapan (ability) dan tidak merujuk pada pikiran, namun
sebagaimana dinyatkan oleh Perkins, Jay dan Tishman (1993) bahwa
pemikiran yang baik meliputi disposisi-disposisi untuk: (1) berfikir terbuka,
fleksibel dan berani mengambil resiko; (2) mendorong keingintahuan
inteklektual; (3) mencari dan memperjelas pemahaman; (4) merencanakan dan
menyusun strategi; (5) berhati-hati secara intelektual; (6) mencari dan
mengevaluasi pertimbangan-pertimbangan rasional; dan (7) mengembangkan
metakognitif. Meskipun masing-masing disposisi akan menjadi sedikit
berguna tanpa dihubungkan dengan kecakapan kognitif, namun kecakapan-
kecakapan itu mungkin tak berarti tanpa dihubungkan dengan disposisi-
disposisi6
.
5
Samsunuwiyati Mar’at. Op Cit. Hlm 158
6
Ibid, hlm 160
6. 6
4. Perkembangan Inteligensi
Dalam pembahasan tentang perkembangan kognitif anak usia sekolah,
masalah kecerdasan atau inteligensi mendapat perhatian dikalangan psikolog.
Hal ini adalah karena inteligensi telah dianggap sebagai suatu norma yang
menentukan perkembangan kemampuan dan pencapaian optimal hasil belajar
anak di sekolah. Dengan mengetahui inteligensinya, seorang anak dapat
dikatagorikan sebagai anak yang pandai atau cerdas (genius), sedang, atau
bodoh (idiot).
Secara umum definisi inteligensi dapat dimasukkan ke dalam salah
satu dari tiga klasifikasi berikut: (1) kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan, dan beradaptasi dengan situasi-situasi baru; (2) Kemampuan
untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan; dan (3) kemampuan
untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan
menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep-konsep.
5. Perkembangan Kecerdasan Emosional (EQ)
(IQ) atau kecerdasan intelektual merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam mencapai prestasi belajar atau dalam meraih kesuksesan
dalam hidup. Akan tetapi, menurut pandangan kontemporer, kesuksesan hidup
seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (Intelligence
Quotient-IQ), melainkan juga oleh kecerdasan emosi (Emotional Intelligence-
EI atau Emotional Quotient-EQ).7
Menurut Goleman (1995), kecerdasan emosional merujuk kepada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi
saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu
kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur denagn IQ.
7
Ibid. hlm 163
7. 7
Daniel Goleman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima
kompenen penting, yaitu: (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3)
motivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina
hubungan.
5. Perkembangan Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient) adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Menurut Yadi Purwanto (2003), ada dua hal yang dianggap penting
oleh Zohar dan Marshall, yaitu aspek nilai dan makna sebagai unsur penting
dari SQ. Hal ini terlihat dari beberapa ungkapan Zohar dan Marshall sendiri,
diantaranya:
SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah
makna dan nilai.
SQ adalah kecerdasan untuk menempatakan perilaku dan hidup manusia
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.
SQ adalah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
SQ adalah kecerdasan yang tidak hanya untuk mengetahuai nilai-nilai
yang ada, tetapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
7. Perkembangan Kreativitas
Secara luas’ kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Wujudnya adalah tindakan manusia. Melalui proses kreatif yang
berlangsung dalam benak orang atau sekelompok orang, produk-produk
kreatif tercinta. Produk itu sendiri sangat beragam, mulai dari penemuan
mekanis, proses kimia baru, solusi baru atau pernyataan baru mengenai suatu
masalah dalam matematika dan ilmu pengetahuan; komposisi musik yang
8. 8
segar, puisi, cerita pendek; lukisan dengan sudut pandang yang baru; seni
patung atau fotografi yang belum ada sebelumnya; sampai denagn terobosan
dalam aturan hukum, agama, dan pandangan filsafat.
Namun, sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif,
ditentukan oleh ciri-ciri non-aptitude (afektif).8
Utami Munandar (1977)
melalui penelitiannya di Indonesia, menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif
yang diharapkan oleh bangsa Indonesia, yaitu:
1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
2. Mempunyai inisiatif.
3. Mempunyai minat yang luas.
4. Mempunyai kebebasan dalam berfikir.
5. Bersifat ingin tahu.
6. Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
7. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat.
8. Penuh semangat.
9. Berani mengambil resiko.
10. Berani mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan.
8. Perkembangan Bahasa
Selama masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Pembendaharaan kosa kata anak meningkat dan cara anak-anak menggunakan
kata dan kalimat bertambah kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang
dewasa. Ketika anak masuk kelas satu sekolah dasar pembendaharaan kosa
katanya sekitar 20.000 hingga 24.000 kata. Pada saat anak duduk dikelas
enam, pembendaharaan kosa katanya meningkat sekitar 50.000 kata.9
Peningkatan kemampuan analitis terhadap kata-kata juga disertai
dengan kemajuan dalam tata bahasa. Anak usia 6 tahun sudah menguasai
hampir semua jenis struktur kalimat. Dari usia 6 hingga 9 atau 10 tahun,
8
Ibid. hlm 175
9
Ibid. hlm 168
9. 9
panjang kalimat semakin bertambah. Setelah usia 9 tahun, secara bertahap
anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat
menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
9. Fikiran, Ingatan, dan Fantasi Anak
Dalam keadaan normal, fikiran anak usia Sekolah Dasar berkembang
secara beransur-ansur dan secara tenang. Banyak keterampilan mulai dikuasai,
dan kebiasaan-kebiasaan tertentu mulai dikembangkannya. Dari iklim yang
egosentris, anak memasuki dunia obyektif benda dan peristiwa-peristiwa yang
mendorong anak untuk meneliti dan melakukan eksperimen.10
Ingatan anak usia 8-12 tahun ini mencapai intensitas paling besar, dan
paling kuat. Daya menghafal ban daya memorisasi (sengaja memasukkan dan
meletakkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Pada masa ini
pula kehidupan fantasi anak mengalami perubahan penting , anak mulai
menyukai cerita-cerita dongeng, kemudian lambat laun’ unsur kritis mulai
muncul, dan anak mulai mengoreksi peristiwa yang dihayati.
10
Dr. Kartini Kartono. 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV
Mandar Maju. Hlm 138
10. 10
BAB III
KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan tentang ” Perkembangan Masa Pertengahan
dan Akhir Anak-anak ” di atas, dapat diambil kesimpulan’ sebagai berikut:
1. Masa pertengahan dan masa akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi
matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat.
Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai ”periode tenang” sebelum
pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Beberapa aspek dari
pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, di
antaranya keadaan berat badan dan tinggi badan, keterampilan motorik.
2. Pada masa pertengahan dan masa akhir anak-anak, seiring dengan mulai
masuknya anak ke Sekolah Dasar, maka kemampuan kognitifnya turut
mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah,
berarti dunia dan minat anak bertambah jelas, dan dengan meluasnya
minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek
yang sebelumnya kurang berarti bagi anak
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara
berangsur-angsur, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium
belajar. Perkembangan kognitif pada masa ini terdiri dari beberapa bagian,
seperti; perkembangan memori, perkembangan pemikiran kritis,
perkembanagn inteligensi, perkembangan kecerdasan emosional (EQ),
perkembangan kecerdasan intelegensi (SQ), perkembangan kreativitas,
perkembangan bahasa, dan fikiran, ingatan, dan fantasi anak.