SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 84
ASISTENSI PRAKTIKUM ILMU GIZI
BAGIAN ILMU GIZI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTER
Diberikan dalam Praktikum Ilmu Gizi
Sistem Dasar Diagnostik dan Terapi
Program Studi Pendidikan Dokter Undata 2008/2009
PRAKTIKUM ILMU GIZI
SISTEM DASAR DIAGNOSTIK & TERAPI
• ILMU GIZI DASAR  Antropometrik
(bayi, anak & dewasa)
• ILMU GIZI KLINIK  Terapi Dietetik
(MPB, ML, MS, MC/MLP)
ILMU GIZI DASAR
PENILAIAN STATUS GIZI CARA
ANTROPOMETRIK
• Antropometrik → indikator status gizi dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter.
• Parameter → ukuran tunggal dari tubuh manusia
antara lain umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar panggul dan tebal lemak di bawah kulit.
Pendahuluan
PENILAIAN STATUS GIZI CARA
ANTROPOMETRIK
• DEWASA:
1) BB untuk TB
2) Lingkar Lengan Atas
• BAYI & ANAK:
1) BB untuk TB
2) Lingkar Lengan Atas (LLA)
3) LLA untuk TB umur 1- 10 tahun
PRAKTIKUM 1
(Kode Praktikum: GD/APM/A/I)
PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRI
BERAT BADAN (BB) UNTUK TINGGI BADAN (TB)
ORANG DEWASA
Pendahuluan
• Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang
dewasa (18 tahun ke atas) merupakan masalah
penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.
• Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
(BMI) merupakan alat atau cara sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa.
Alat yang digunakan untuk orang dewasa:
• BB : - Spring balance scale
- Platform balance scale
• TB : - Microtoice
Rumus penentuan status gizi:
 BBI : (TB – 100) – 10 % (TB – 100)
 IMT : BB / TB²
Satuan ukur:
 BBI : TB dalam cm
 IMT : BB dalam Kg dan TB dalam meter (m)
Klasifikasi Interpretasi Status Gizi IMT
Status IMT (Kg/m²) Resiko ko-morbiditas
BB Kurang < 18,5 Rendah
Normal 18,5 – 22,9 Normal
BB Lebih >23
Beresiko 23 - 24,9 Meningkat
Obesitas I 25 – 29,9 Moderat
Obesitas II >30 Berat
PRAKTIKUM 2
(Kode Praktikum: GD/APM/A/II)
PENILAIAN STATUS GIZI CARA
ANTROPOMETRI
LINGKARAN LENGAN ATAS (LLA) UNTUK
ORANG DEWASA
Pendahuluan:
• Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan
salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah
dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh
dengan harga yang lebih murah.
• Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks
status gizi misalnya kesalahan pengukuran pada LLA relatif
lebih besar dibandingkan TB.
• Alat yang digunakan :
Insertion tape → suatu pita pengukur yang
terbuat dari fiberglass atau jenis kertas
tertentu berlapis plastik
• Tempat pengukuran LLA :
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara
acromion dan olecranon.
• Syarat-syarat pengukuran LLA :
- lengan yang diukur adalah lengan yang tidak aktif
- lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak
tertutup kain/pakaian
- lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak
tegang atau kencang
- alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak
kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya
sudah tidak rata
• 3. Cara pengukuran LLA :
1. Tetapkan posisi acromion dan olecranon
2. Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon
3. Tentukan titik tengah lengan
4. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai
cukup terukur lingkar lengan
5. Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar
6. Cara pembacaan skala yang benar
• Nilai standar LLA :
Laki-laki : 29,5 cm
Perempuan : 28,5 cm
• Rumus Penentuan Status Gizi:
• Penilaian status gizi :
Baik : > 85%
Kurang : 75,1%-85%
Buruk : ≤ 75%
LLA yang diukur
LLA standar
X 100%% SG =
• Ө Lengan = LLA
3,14
• Ө Otot = Ө lengan – TLK
• О otot = Ө otot x 3,14
Insertion Tape
PRAKTIKUM 4
(Kode Praktikum: GD/APM/B/II)
PENILAIAN STATUS GIZI CARA
ANTROPOMETRI
LINGKARAN LENGAN ATAS (LLA) MENURUT
UMUR UNTUK BAYI & ANAK
LLA untuk Bayi & Anak:
• Alat yang digunakan :
Insertion tape → suatu pita pengukur yang terbuat dari
fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik
• Tempat pengukuran LLA :
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara acromion dan
olecranon.
• Syarat-syarat pengukuran LLA :
- lengan yang diukur adalah lengan yang tidak aktif
- lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak
tertutup kain/pakaian
- lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak
tegang atau kencang
- alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak
kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya
sudah tidak rata
• Cara pengukuran LLA :
1. Tetapkan posisi acromion dan olecranon
2. Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon
3. Tentukan titik tengah lengan
4. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai
cukup terukur lingkar lengan
5. Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar
6. Cara pembacaan skala yang benar
Status gizi berdasarkan warna pada pita shakir :
- merah : 7,5 - 12,5 cm : status gizi buruk
- kuning : 12,6 – 13,5 cm : status gizi kurang
- hijau : 13,5 – 17,5 cm : status gizi baik
- putih : > 17,5 cm : status gizi overweight
• Rumus penentuan status gizi berdasarkan daftar 6 (LLA untuk
umur) :
%SG = LLA diukur/LLA standar x 100%
• LLA standar = LLA baku (80%) pada daftar 1
• Interpretasi :
- Status gizi baik : > 85%
- Status gizi kurang : 70,1 – 85%
- Status gizi buruk : ≤ 70%
Insertion Tape/Pita Shakir
PRAKTIKUM 4
(Kode Praktikum: GD/APM/B/III)
PENILAIAN STATUS GIZI CARA
ANTROPOMETRI
LINGKARAN LENGAN ATAS (LLA) UNTUK
TINGGI BADAN (TB) ANAK UMUR 1-10
TAHUN
LLA untuk TB Anak 1- 10 tahun
• Alat yang digunakan :
TB : microtoice
LLA : pita shakir
Quac stick
• Rumus penentuan status gizi berdasarkan daftar (LLA untuk
TB) :
% SG = LLA diukur/LLA standar x 100%
• LLA standar = LLA baku (85%) pada daftar 2
• Interpretasi :
- Status gizi baik : > 85%
- Status gizi kurang : 70,1 – 85%
- Status gizi buruk : ≤ 70%
• Untuk menyeleksi secara cepat status gizi anak dengan cara
LLA untuk TB dikenal dengan menggunakan Quac stick.
• Cara memakai Quac stick :
- Hubungkan TB (cm) pada sisi kiri dengan LLA (cm)
pada sisi kanan
- Bila garis penghubung :
mendatar = gizi baik
menurun = gizi kurang
menanjak = gizi lebih
Quac Stick
Praktikum 5
PENENTUAN KEBUTUHAN ENERGI DENGAN
MENGGUNAKAN
RUMUS HARRIS BENEDICT
TAMBAHAN
PENILAIAN STATUS GIZI CARA
ANTROPOMETRI BERAT BADAN (BB) DAN
TINGGI BADAN (TB) UNTUK BAYI DAN ANAK
Alat yang digunakan :
Berat badan
• Anak : -Platform balance scale
-Spring balance scale
• Bayi : Dacin
Tinggi badan
• Anak : Microtoice
• Bayi : Infantometer
FORMULA
US-NCHS (National centre for health
statistic)
Skor baku rujukan
Nilai individual subyek (NIS) – Nilai median baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan (NSBR)
Z-score = BB sekarang – median
+1SD – median
Interpretasi :
• Baik : > -2 SD
• Kurang : (-2) – (-3) SD
• Buruk : < -3 SD
Contoh :
Anak 36 bulan, BB = 15,2 Kg, TB = 96 cm♂
Z-score ?
PB/U = Z-score = 96 – 96,5 = -0,139
100,1 – 96,5
BB/U = ?
BB/TB = ?
ILMU GIZI KLINIK
TERAPI DIETETIK
PRAKTIKUM 1
(Kode Praktikum: GK/TDE/A/I)
MAKANAN PADAT BIASA
PRAKTIKUM 1 :
MAKANAN PADAT (BIASA)
• Makanan padat (biasa) adalah bentuk makanan yang
diberikan pada orang normal.
• Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari
yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk,
tekstur dan aroma yang normal.
• Makanan biasa terdiri dari golongan makanan pokok,
golongan lauk-pauk, golongan sayuran dan golongan
buah.
Syarat-syarat diet makanan biasa
1. Energi sesuai kebutuhan normal orang
dewasa dalam keadaan istirahat.
2. Protein 10-15% dari kebutuhan energi total
3. Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi
5. Cukup mineral, vitamin dam kaya serat
6. Makanan tidak merangsang saluran cerna
7. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan
bervariasi
Indikasi pemberian makanan biasa
• Makanan biasa diberikan kepada pasien yang
tidak memerlukan diet khusus berhubungan
dengan penyakitnya.
Makanan yang dianjurkan
• Walau tidak ada pantangan secara khusus,
makanan sebaiknya dalam bentuk yang
mudah dicerna dan tidak merangsang pada
saluran cerna
Makanan yang tidak dianjurkan
• Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet
makanan biasa adalah makanan yang
merangsang seperti makanan yang berlemak
tinggi, terlalu manis, terlalu berbumbu dan
minuman yang mengandung alkohol.
• Bahan makanan tersebut dapat ditukar
dengan bahan makanan lain sesuai dengan
makanan yang ada di daerah dan kebiasaan
makanan setempat.
• Bahan makanan pada tiap golongan dalam
jumlah yang dinyatakan pada daftar URT
bernilai gizi hampir sama, oleh karena itu satu
sama lain dapat saling menukar.
• Contohnya : Nasi 100 g = ¾ gls
Kentang 200 g = 2 biji sedang
Keduanya mengandung 175 kkal, 4 gr protein,
40 gr HA
PRAKTIKUM 2
(Kode Praktikum: GK/TDE/A/II)
MAKANAN LUNAK
(SOFT DIET)
PRAKTIKUM 2 :
MAKANAN LUNAK (SOFT DIET)
• Makanan lunak adalah makanan yang
memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan dan dicerna dibandingkan makanan
biasa.
• Makanan lunak merupakan perpindahan dari
makanan saring ke makanan biasa.
Syarat-syarat diet makanan lunak
1. Energi, protein dan zat gizi lain cukup
2. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau
lunak, sesuai dengan keadaan penyakit dan
kemampuan makan pasien.
3. Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali
makan lengkap dan 2 kali selingan.
4. Makanan mudah cerna, rendah serat dan tidak
mengandung bumbu yang tajam.
Indikasi pemberian makanan lunak
• Pasien sesudah operasi tertentu
• Pasien dengan penyakit infeksi dengan
kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi
• Pasien dengan kesulitan mengunyah dan
menelan
• Sebagai perpindahan dari makanan saring ke
makanan biasa.
Makanan yang boleh diberikan
• Sumber HA : beras ditim, dibubur, kentang
direbus, makaroni, soun, mi, misoa direbus,
roti, biskuit, tepung sagu, tapioka, maizena,
hunkwe dibubur atau dibuat puding, gula,
madu
• Sumber protein hewani : daging, ikan, ayam,
tidak berlemak direbus, dikukus, ditim, telur
direbus, diceplok air, diorak-arik, bakso ikan,
sapi atau ayam direbus, susu, milkshake,
yoghurt, keju.
Makanan yang boleh diberikan
• Sumber protein nabati : tempe dan tahu direbus,
dikukus, ditumis, dipanggang, kacang hijau
direbus, susu kedelai.
• Sayuran : sayuran tidak banyak serat dan dimasak
seperti daun bayam, daun kangkung, kacang
panjang muda, buncis muda, labu siam, labu
kuning, tomat, wortel.
• Buah-buahan : buah segar dihaluskan atau dipure
tanpa kulit seperti pisang matang, pepaya, jeruk
manis dan jus buah.
Makanan yang tidak boleh diberikan
• Sumber HA : nasi digoreng,beras ketan, ubi,
singkong, tales, cantel
• Sumber protein hewani : daging dan ayam
berlemak dan berurat banyak, daging ayam,
ikan dan telur digoreng, ikan banyak duri
seperti bandeng, mujair, mas dan selar
• Sumber protein nabati : tempe, tahu dan
kacang-kacangan digoreng, kacang merah
Makanan yang tidak boleh diberikan
• Sayuran : sayuran banyak serat seperti daun
singkong, daun katuk, daun melinjo, nangka muda,
pare, sayuran yang menimbulkan gas seperti kol,
sawi, lobak, sayuran mentah
• Buah-buahan : buah banyak serat dan menimbulkan
gas seperti nenas, nangka masak, dan durian, buah
lain dalam keadaan utuh kecuali pisang, buah kering.
PRAKTIKUM 3
(Kode Praktikum: GK/TDE/A/III)
MAKANAN SARING
(SEMI LIQUID DIET)
PRAKTIKUM 3 :
MAKANAN SARING (SEMI LIQUID DIET)
• Makanan saring adalah makanan semipadat
yang mempunyai tekstur lebih halus daripada
makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan
dan dicerna.
• Makanan saring merupakan perpindahan dari
makanan cair kental ke makanan lunak.
Syarat-syarat diet makanan saring
1. Hanya diberikan untuk jangka waktu singkat
selama 1-3 hari, karena kurang memenuhi
kebutuhan gizi, terutama energi dan tiamin.
2. Rendah serat, mudah dicerna, tidak membentuk
gas dalam saluran cerna, tidak merangsang saluran
cerna, diberikan dalam bentuk disaring atau
diblender.
3. Diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali
sehari.
Indikasi pemberian makanan saring
• Pasien sesudah mengalami operasi tertentu
• Pasien pada infeksi akut termasuk infeksi
saluran cerna (misal : typhus abdominalis atau
gastroenteritis)
• Pasien dengan kesulitan mengunyah dan
menelan
• Sebagai perpindahan dari makanan cair kental
ke makanan lunak
Makanan yang boleh diberikan
• Sumber HA : beras dibubur saring atau
dihaluskan (diblender), roti dipanggang atau
dibubur, krakers, biskuit, tepung-tepungan
seperti tepung beras, maizena, sagu, hunkwe ,
havermout dibubur atau dibuat puding, gula
pasir, gula merah, gula aren, sirop.
• Sumber protein hewani : daging, ayam dan
ikan tanpa duri digiling, dihaluskan, telur ayam
rebus ½ masak atau dicampur dalam makanan
atau minuman, susu sapi, yoghurt.
Makanan yang boleh diberikan
• Sumber protein nabati : tempe dan tahu digiling,
kacang hijau disaring atau dihaluskan, susu kedelai.
• Sayuran : sayuran rendah serat dan disaring atau
dihaluskan seperti bayam, labu siam, labu kuning,
tomat, wortel.
• Buah-buahan : buah yang tidak banyak serat disaring
atau dibuat jus atau dihaluskan seperti pepaya,
semangka, melon, pisang,
Makanan yang tidak boleh diberikan
• Sumber HA : beras ketan, jagung, cantel, ubi,
talas, singkong.
• Sumber protein hewani : daging dan ayam
berlemak, daging ayam, ikan dan telur
digoreng, daging diawet seperti dendeng,
diasap, ikan diawet seperti dendeng dan
diasap, ikan banyak duri seperti bandeng,
mujair, mas dan selar.
Makanan yang tidak boleh diberikan
• Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan hasil
olah seperti tempedan tahu digoreng.
• Sayuran : sayuran banyak serat seperti daun
singkong, daun katuk, daun melinjo, nangka muda,
pare, sayuran yang menimbulkan gas seperti kol,
sawi, lobak.
• Buah-buahan : buah banyak serat dan menimbulkan
gas seperti nenas, nangka , durian dan kedondong
Contoh Menu Makanan Saring:
PRAKTIKUM 4
(Kode Praktikum: GK/TDE/A/IV)
MAKANAN CAIR
(FULL LIQUID DIET)
PRAKTIKUM 4 :
MAKANAN CAIR ( FULL LIQUID DIET)
• Makanan cair adalah makanan yang
mempunyai konsistensi cair hingga kental.
• Makanan dapat diberikan secara oral atau
parenteral
• Menurut konsistensi makanan, makanan cair
terdiri atas 3 jenis yaitu:
makanan cair jernih,
makanan cair penuh dan
makanan cair kental.
Syarat-syarat diet makanan cair jernih
1. Makanan yang diberikan dalam bentuk cair jernih
yang tembus pandang
2. Bahan makanan hanya terdiri dari sumber
karbohidrat
3. Tidak merangsang saluran cerna dan mudah
diserap
4. Sangat rendah sisa (residu)
5. Diberikan hanya selama 1-2 hari
6. Diberikan dalam porsi kecil tapi interval sering
Indikasi pemberian makanan cair jernih
• Pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu
• Pasien yang intakenya tidak adekuat (mis:
mual dan muntah)
• Pasien pasca perdarahan saluran cerna
Makanan yang boleh diberikan
• Teh, sari buah, sirop, air gula, kaldu jernih
serta cairan mudah cerna seperti cairan yang
mengandung maltodekstrin.
• Makanan dapat ditambah dengan suplemen
energi tinggi dan rendah sisa.
Syarat-syarat diet makanan cair penuh
1. Tidak merangsang saluran cerna
2. Bila diberikan lebih dari 3 hari harus dapat
memenuhi kebutuhan energi dan protein
3. Kandungan energi minimal 1 kkal/ml.
Konsentrasi cairan dapat diberikan secara
bertahap dari ½,1/4 sampai penuh
Syarat-syarat diet makanan cair penuh
4. Berdasarkan masalah pasien, dapat
diberikan formula rendah atau bebas
laktosa, dan sebagainya
5. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan
mineral dapat diberikan tambahan
ferosulfat, vitamin B kompleks dan vitamin C
6. Sebaiknya osmolaritas < 400 Mosml
Indikasi pemberian makanan cair
penuh
• Pasien yang mempunyai masalah untuk
mengunyah, menelan atau mencernakan
makanan padat misalnya pada operasi mulut
atau tenggorokan, dan atau pada pasien
dengan kesadaran menurun.
Makanan yang boleh diberikan
• Makanan dapat diberikan melalui oral,pipa
tau enteral (Naso Gastric Tube) secara bolus
atau drip (tetes)
• Makanan cair dengan susu penuh/skim =>
susu penuh, maizena, telur ayam, margarin,
inyak, gula, sari buah
• Makanan diblender => nasi tim, telur ayam,
daging giling, ikan, tahu, tempe ,wortel, labu
kuning, sari buah
Syarat-syarat diet makanan cair kental
1. Mudah ditelan dan tidak merangsang
saluran cerna
2. Cukup energi dan protein
3. Diberikan bertahap menuju ke makanan
lunak
4. Porsi diberikan kecil dan sering (tiap 2-3 jam)
Indikasi pemberian makanan cair kental
• Pasien yang tidak mampu mengunyah,
menelan serta untuk mencegah aspirasi
(cairan masuk ke dalam saluran napas) seperti
pada penyakit yang disertai peradangan, ulkus
peptikum, atau gangguan struktural atau
motorik pada rongga mulut.
Makanan yang boleh diberikan
• Sumber HA : kentang, gelatin, tapioka dibuat
puding
• Sumber protein : susu, es krim, yoghurt, telur
ayam, tahu giling
• Sumber lemak : margarin, mentega
• Sayuran : sayuran dibuat jus dan dikentalkan
dengan gelatin
• Buah-buahan : buah dibuat jus, jeli dan pure
Contoh Menu Makanan Cair & MLP:
PRAKTIKUM 5
(Kode Praktikum: GK/TDE/A/V)
APLIKASI KOMPREHENSIF
DIETETIK PADA ORANG SAKIT
Sistem “SOAP”
A. Subjective data
B. Objective data
C. Assessment
D. Plan
A. Subjective Data
• Riwayat penyakit
• Food recall 24 jam
• Frekuensi konsumsi makanan
• Ketidakmampuan untuk makan sendiri
• Pengetahuan tentang zat gizi
B. Objective Data
• Evaluasi hubungan kebiasaan makan dan cara
hidup
• Evaluasi asupan makanan 3 hari berturut-turut
(recall diet)
• Evaluasi kebiasaan makan dan asupan makan
sebelumnya, antropometrik, laboratorium dan
pemeriksaan klinis.
• Interpretasi hasil laboratorium
• Evaluasi kemampuan penderita untuk dapat
menerima dan mengerti intruksi diit yang
diberikan.
C. Assessment
• Evaluasi and interpretasi subjective
dan objective data
• Menentukan masalah gizi utama
D. P l a n
• Tindakan diambil berdasarkan data Subjektif,
Objektif, Assessment
• Rekomendasi untuk melakukan komunikasi dan
evaluasi antara anggota team
• Implementasi, monitoring dan perbaikan rencana
asuhan nutrisi termasuk tujuan objektif untuk
memecahkan masalah gizi penderita, termasuk
follow-upnya
Energi : orang sehat dan sakit
• Dapat dihitung menggunakan rumus Harris-
Benedict sbb:
Laki-laki : BEE=66 + 13.7W + 5H – 6.8A
Perempuan : BEE=655 + 9.6W + 1.7H – 4.7A
• Untuk mendapatkan hasil yg akurat perlu
diperhitungkan aktivitas dan injury factor
utamanya pada penderita yang sakit
– Aktivitas faktor:
1.2 pt bedrest
1.3 ambulatory pt
1.5-1.75 normal pt
2.0 extremely active
– Injury factor 1.2 minor operasi
1.35 skeletal trauma
1.44 elective operasi
1.6-1.9 major sepsis
1.88 trauma + steroid
2.1-2.5 luka bakar berat
• Total daily expenditure [TDE] penderita dpt dihitung
dg mengalikan BEE dg aktifitas faktor [AF] dan injury
faktor [IF]
Keadaan Khusus
• Untuk mempertahankan BB :
BEE x 1,2-1,5
• Untuk peningkatan BB pada
pasien yang stabil :
BEE x 2
CARA CEPAT :
- Laki-laki : 1 kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan : 0,95 x kg BB x 24 jam
- Laki-laki : 30 kkal x kg BB
Perempuan : 25 kkal x kg BB
Asistensi ddt reguler undana 2008 2009

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN pjj_kemenkes
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisicuttriahajaton
 
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Indri Wati
 
PRAKTIKUM GIZI DDT FK UMI
PRAKTIKUM GIZI DDT FK UMIPRAKTIKUM GIZI DDT FK UMI
PRAKTIKUM GIZI DDT FK UMIRiany Zahrah
 
PRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMIPRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMIRiany Zahrah
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisipjj_kemenkes
 
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMIPRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMIRiany Zahrah
 
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula MakananPeran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula MakananYohanes Kristianto
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN pjj_kemenkes
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN pjj_kemenkes
 

Was ist angesagt? (20)

Modul iii gizi kb 1
Modul iii gizi kb 1Modul iii gizi kb 1
Modul iii gizi kb 1
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
 
Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011
 
Modul 3
Modul 3Modul 3
Modul 3
 
Masalah Kebutuhan Nutrisi
Masalah Kebutuhan NutrisiMasalah Kebutuhan Nutrisi
Masalah Kebutuhan Nutrisi
 
Modul iii gizi kb 4
Modul iii gizi kb 4Modul iii gizi kb 4
Modul iii gizi kb 4
 
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
 
PRAKTIKUM GIZI DDT FK UMI
PRAKTIKUM GIZI DDT FK UMIPRAKTIKUM GIZI DDT FK UMI
PRAKTIKUM GIZI DDT FK UMI
 
3 modul gizi kb 1 3
3 modul gizi kb 1 33 modul gizi kb 1 3
3 modul gizi kb 1 3
 
Modul iii gizi kb 3
Modul iii gizi kb 3Modul iii gizi kb 3
Modul iii gizi kb 3
 
PRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMIPRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI NEUROPSIKIATRI FK UMI
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
 
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMIPRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
 
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula MakananPeran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
 
Modul iii gizi kb 2
Modul iii gizi kb 2Modul iii gizi kb 2
Modul iii gizi kb 2
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
 

Andere mochten auch

Evaluation of growth indicates
Evaluation of growth indicatesEvaluation of growth indicates
Evaluation of growth indicatesFirda Amalia
 
Buku sk-antropometri-2010
Buku sk-antropometri-2010Buku sk-antropometri-2010
Buku sk-antropometri-2010dawam
 
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT pjj_kemenkes
 
Growth ASSESSMENT
Growth ASSESSMENTGrowth ASSESSMENT
Growth ASSESSMENTAnkur Gupta
 
Nutrición enteral en el paciente quirúrgico.
Nutrición enteral en el paciente quirúrgico. Nutrición enteral en el paciente quirúrgico.
Nutrición enteral en el paciente quirúrgico. Julián Zilli
 
Importance of nutritional management during hospitalization
Importance of nutritional management during hospitalizationImportance of nutritional management during hospitalization
Importance of nutritional management during hospitalizationBushra Tariq
 
Diet pada penyakit saluran cerna
Diet pada penyakit saluran cernaDiet pada penyakit saluran cerna
Diet pada penyakit saluran cernaarfian vhio
 

Andere mochten auch (9)

Evaluation of growth indicates
Evaluation of growth indicatesEvaluation of growth indicates
Evaluation of growth indicates
 
Buku sk-antropometri-2010
Buku sk-antropometri-2010Buku sk-antropometri-2010
Buku sk-antropometri-2010
 
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
 
Growth ASSESSMENT
Growth ASSESSMENTGrowth ASSESSMENT
Growth ASSESSMENT
 
Nutrición enteral en el paciente quirúrgico.
Nutrición enteral en el paciente quirúrgico. Nutrición enteral en el paciente quirúrgico.
Nutrición enteral en el paciente quirúrgico.
 
Protein Energy malnutrition
Protein Energy malnutritionProtein Energy malnutrition
Protein Energy malnutrition
 
Anthropometry
AnthropometryAnthropometry
Anthropometry
 
Importance of nutritional management during hospitalization
Importance of nutritional management during hospitalizationImportance of nutritional management during hospitalization
Importance of nutritional management during hospitalization
 
Diet pada penyakit saluran cerna
Diet pada penyakit saluran cernaDiet pada penyakit saluran cerna
Diet pada penyakit saluran cerna
 

Ähnlich wie Asistensi ddt reguler undana 2008 2009

materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.pptmateri gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.pptNicholasGmarzai1
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI pjj_kemenkes
 
antropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdfantropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdfPkmBadean1
 
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziYakoovAbadi
 
Antropometri gizi
Antropometri giziAntropometri gizi
Antropometri giziYenniJanggu
 
Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Zakiah dr
 
PEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptx
PEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptxPEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptx
PEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptxRianAlDavid
 
penilaianstatusgizibalitaantropometri.pdf
penilaianstatusgizibalitaantropometri.pdfpenilaianstatusgizibalitaantropometri.pdf
penilaianstatusgizibalitaantropometri.pdfNurulKusbandiyah
 
Antropometri 1
Antropometri 1Antropometri 1
Antropometri 1_fitria
 
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfTopik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfEka Safitri
 
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptPERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptastroboy40
 
antropometri-1.ppt
antropometri-1.pptantropometri-1.ppt
antropometri-1.pptrose125620
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxssuserdfff78
 
Gizi pada Remaja.pdf
Gizi pada Remaja.pdfGizi pada Remaja.pdf
Gizi pada Remaja.pdfRiefClasher
 

Ähnlich wie Asistensi ddt reguler undana 2008 2009 (20)

Kebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status giziKebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status gizi
 
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.pptmateri gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
 
antropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdfantropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdf
 
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
 
Antropometri gizi
Antropometri giziAntropometri gizi
Antropometri gizi
 
Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016
 
PEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptx
PEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptxPEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptx
PEMERIKSAAN STATUS GIZI.pptx
 
penilaianstatusgizibalitaantropometri.pdf
penilaianstatusgizibalitaantropometri.pdfpenilaianstatusgizibalitaantropometri.pdf
penilaianstatusgizibalitaantropometri.pdf
 
Antropometri 1
Antropometri 1Antropometri 1
Antropometri 1
 
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfTopik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
 
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptPERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
 
Ltm 1
Ltm 1Ltm 1
Ltm 1
 
antropometri-1.ppt
antropometri-1.pptantropometri-1.ppt
antropometri-1.ppt
 
antropometri-1.ppt
antropometri-1.pptantropometri-1.ppt
antropometri-1.ppt
 
antropometri
antropometriantropometri
antropometri
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptx
 
Gizi pada Remaja.pdf
Gizi pada Remaja.pdfGizi pada Remaja.pdf
Gizi pada Remaja.pdf
 
FIX PPT MATERI STUNTING.pptx
FIX PPT MATERI STUNTING.pptxFIX PPT MATERI STUNTING.pptx
FIX PPT MATERI STUNTING.pptx
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 

Asistensi ddt reguler undana 2008 2009

  • 1. ASISTENSI PRAKTIKUM ILMU GIZI BAGIAN ILMU GIZI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER Diberikan dalam Praktikum Ilmu Gizi Sistem Dasar Diagnostik dan Terapi Program Studi Pendidikan Dokter Undata 2008/2009
  • 2. PRAKTIKUM ILMU GIZI SISTEM DASAR DIAGNOSTIK & TERAPI • ILMU GIZI DASAR  Antropometrik (bayi, anak & dewasa) • ILMU GIZI KLINIK  Terapi Dietetik (MPB, ML, MS, MC/MLP)
  • 3. ILMU GIZI DASAR PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRIK
  • 4. • Antropometrik → indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. • Parameter → ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak di bawah kulit. Pendahuluan
  • 5. PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRIK • DEWASA: 1) BB untuk TB 2) Lingkar Lengan Atas • BAYI & ANAK: 1) BB untuk TB 2) Lingkar Lengan Atas (LLA) 3) LLA untuk TB umur 1- 10 tahun
  • 6. PRAKTIKUM 1 (Kode Praktikum: GD/APM/A/I) PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRI BERAT BADAN (BB) UNTUK TINGGI BADAN (TB) ORANG DEWASA
  • 7. Pendahuluan • Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit- penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. • Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa.
  • 8. Alat yang digunakan untuk orang dewasa: • BB : - Spring balance scale - Platform balance scale • TB : - Microtoice
  • 9. Rumus penentuan status gizi:  BBI : (TB – 100) – 10 % (TB – 100)  IMT : BB / TB² Satuan ukur:  BBI : TB dalam cm  IMT : BB dalam Kg dan TB dalam meter (m)
  • 10. Klasifikasi Interpretasi Status Gizi IMT Status IMT (Kg/m²) Resiko ko-morbiditas BB Kurang < 18,5 Rendah Normal 18,5 – 22,9 Normal BB Lebih >23 Beresiko 23 - 24,9 Meningkat Obesitas I 25 – 29,9 Moderat Obesitas II >30 Berat
  • 11. PRAKTIKUM 2 (Kode Praktikum: GD/APM/A/II) PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRI LINGKARAN LENGAN ATAS (LLA) UNTUK ORANG DEWASA
  • 12. Pendahuluan: • Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. • Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi misalnya kesalahan pengukuran pada LLA relatif lebih besar dibandingkan TB.
  • 13. • Alat yang digunakan : Insertion tape → suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik • Tempat pengukuran LLA : Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara acromion dan olecranon.
  • 14. • Syarat-syarat pengukuran LLA : - lengan yang diukur adalah lengan yang tidak aktif - lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain/pakaian - lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang - alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata
  • 15. • 3. Cara pengukuran LLA : 1. Tetapkan posisi acromion dan olecranon 2. Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon 3. Tentukan titik tengah lengan 4. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai cukup terukur lingkar lengan 5. Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar 6. Cara pembacaan skala yang benar
  • 16. • Nilai standar LLA : Laki-laki : 29,5 cm Perempuan : 28,5 cm • Rumus Penentuan Status Gizi: • Penilaian status gizi : Baik : > 85% Kurang : 75,1%-85% Buruk : ≤ 75% LLA yang diukur LLA standar X 100%% SG =
  • 17. • Ө Lengan = LLA 3,14 • Ө Otot = Ө lengan – TLK • О otot = Ө otot x 3,14
  • 19. PRAKTIKUM 4 (Kode Praktikum: GD/APM/B/II) PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRI LINGKARAN LENGAN ATAS (LLA) MENURUT UMUR UNTUK BAYI & ANAK
  • 20. LLA untuk Bayi & Anak: • Alat yang digunakan : Insertion tape → suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik • Tempat pengukuran LLA : Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara acromion dan olecranon.
  • 21. • Syarat-syarat pengukuran LLA : - lengan yang diukur adalah lengan yang tidak aktif - lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain/pakaian - lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang - alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata
  • 22. • Cara pengukuran LLA : 1. Tetapkan posisi acromion dan olecranon 2. Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon 3. Tentukan titik tengah lengan 4. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai cukup terukur lingkar lengan 5. Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar 6. Cara pembacaan skala yang benar
  • 23. Status gizi berdasarkan warna pada pita shakir : - merah : 7,5 - 12,5 cm : status gizi buruk - kuning : 12,6 – 13,5 cm : status gizi kurang - hijau : 13,5 – 17,5 cm : status gizi baik - putih : > 17,5 cm : status gizi overweight
  • 24. • Rumus penentuan status gizi berdasarkan daftar 6 (LLA untuk umur) : %SG = LLA diukur/LLA standar x 100% • LLA standar = LLA baku (80%) pada daftar 1 • Interpretasi : - Status gizi baik : > 85% - Status gizi kurang : 70,1 – 85% - Status gizi buruk : ≤ 70%
  • 26. PRAKTIKUM 4 (Kode Praktikum: GD/APM/B/III) PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRI LINGKARAN LENGAN ATAS (LLA) UNTUK TINGGI BADAN (TB) ANAK UMUR 1-10 TAHUN
  • 27. LLA untuk TB Anak 1- 10 tahun • Alat yang digunakan : TB : microtoice LLA : pita shakir Quac stick • Rumus penentuan status gizi berdasarkan daftar (LLA untuk TB) : % SG = LLA diukur/LLA standar x 100% • LLA standar = LLA baku (85%) pada daftar 2 • Interpretasi : - Status gizi baik : > 85% - Status gizi kurang : 70,1 – 85% - Status gizi buruk : ≤ 70%
  • 28. • Untuk menyeleksi secara cepat status gizi anak dengan cara LLA untuk TB dikenal dengan menggunakan Quac stick. • Cara memakai Quac stick : - Hubungkan TB (cm) pada sisi kiri dengan LLA (cm) pada sisi kanan - Bila garis penghubung : mendatar = gizi baik menurun = gizi kurang menanjak = gizi lebih
  • 30. Praktikum 5 PENENTUAN KEBUTUHAN ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS HARRIS BENEDICT
  • 31. TAMBAHAN PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRI BERAT BADAN (BB) DAN TINGGI BADAN (TB) UNTUK BAYI DAN ANAK
  • 32. Alat yang digunakan : Berat badan • Anak : -Platform balance scale -Spring balance scale • Bayi : Dacin Tinggi badan • Anak : Microtoice • Bayi : Infantometer
  • 33. FORMULA US-NCHS (National centre for health statistic) Skor baku rujukan Nilai individual subyek (NIS) – Nilai median baku rujukan Nilai simpang baku rujukan (NSBR) Z-score = BB sekarang – median +1SD – median
  • 34. Interpretasi : • Baik : > -2 SD • Kurang : (-2) – (-3) SD • Buruk : < -3 SD
  • 35. Contoh : Anak 36 bulan, BB = 15,2 Kg, TB = 96 cm♂ Z-score ? PB/U = Z-score = 96 – 96,5 = -0,139 100,1 – 96,5 BB/U = ? BB/TB = ?
  • 37. PRAKTIKUM 1 (Kode Praktikum: GK/TDE/A/I) MAKANAN PADAT BIASA
  • 38. PRAKTIKUM 1 : MAKANAN PADAT (BIASA) • Makanan padat (biasa) adalah bentuk makanan yang diberikan pada orang normal. • Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. • Makanan biasa terdiri dari golongan makanan pokok, golongan lauk-pauk, golongan sayuran dan golongan buah.
  • 39. Syarat-syarat diet makanan biasa 1. Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa dalam keadaan istirahat. 2. Protein 10-15% dari kebutuhan energi total 3. Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total 4. Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi 5. Cukup mineral, vitamin dam kaya serat 6. Makanan tidak merangsang saluran cerna 7. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi
  • 40. Indikasi pemberian makanan biasa • Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet khusus berhubungan dengan penyakitnya.
  • 41. Makanan yang dianjurkan • Walau tidak ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna
  • 42. Makanan yang tidak dianjurkan • Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan biasa adalah makanan yang merangsang seperti makanan yang berlemak tinggi, terlalu manis, terlalu berbumbu dan minuman yang mengandung alkohol.
  • 43. • Bahan makanan tersebut dapat ditukar dengan bahan makanan lain sesuai dengan makanan yang ada di daerah dan kebiasaan makanan setempat. • Bahan makanan pada tiap golongan dalam jumlah yang dinyatakan pada daftar URT bernilai gizi hampir sama, oleh karena itu satu sama lain dapat saling menukar. • Contohnya : Nasi 100 g = ¾ gls Kentang 200 g = 2 biji sedang Keduanya mengandung 175 kkal, 4 gr protein, 40 gr HA
  • 44. PRAKTIKUM 2 (Kode Praktikum: GK/TDE/A/II) MAKANAN LUNAK (SOFT DIET)
  • 45. PRAKTIKUM 2 : MAKANAN LUNAK (SOFT DIET) • Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan dan dicerna dibandingkan makanan biasa. • Makanan lunak merupakan perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.
  • 46. Syarat-syarat diet makanan lunak 1. Energi, protein dan zat gizi lain cukup 2. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien. 3. Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makan lengkap dan 2 kali selingan. 4. Makanan mudah cerna, rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
  • 47. Indikasi pemberian makanan lunak • Pasien sesudah operasi tertentu • Pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi • Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan • Sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.
  • 48. Makanan yang boleh diberikan • Sumber HA : beras ditim, dibubur, kentang direbus, makaroni, soun, mi, misoa direbus, roti, biskuit, tepung sagu, tapioka, maizena, hunkwe dibubur atau dibuat puding, gula, madu • Sumber protein hewani : daging, ikan, ayam, tidak berlemak direbus, dikukus, ditim, telur direbus, diceplok air, diorak-arik, bakso ikan, sapi atau ayam direbus, susu, milkshake, yoghurt, keju.
  • 49. Makanan yang boleh diberikan • Sumber protein nabati : tempe dan tahu direbus, dikukus, ditumis, dipanggang, kacang hijau direbus, susu kedelai. • Sayuran : sayuran tidak banyak serat dan dimasak seperti daun bayam, daun kangkung, kacang panjang muda, buncis muda, labu siam, labu kuning, tomat, wortel. • Buah-buahan : buah segar dihaluskan atau dipure tanpa kulit seperti pisang matang, pepaya, jeruk manis dan jus buah.
  • 50. Makanan yang tidak boleh diberikan • Sumber HA : nasi digoreng,beras ketan, ubi, singkong, tales, cantel • Sumber protein hewani : daging dan ayam berlemak dan berurat banyak, daging ayam, ikan dan telur digoreng, ikan banyak duri seperti bandeng, mujair, mas dan selar • Sumber protein nabati : tempe, tahu dan kacang-kacangan digoreng, kacang merah
  • 51. Makanan yang tidak boleh diberikan • Sayuran : sayuran banyak serat seperti daun singkong, daun katuk, daun melinjo, nangka muda, pare, sayuran yang menimbulkan gas seperti kol, sawi, lobak, sayuran mentah • Buah-buahan : buah banyak serat dan menimbulkan gas seperti nenas, nangka masak, dan durian, buah lain dalam keadaan utuh kecuali pisang, buah kering.
  • 52. PRAKTIKUM 3 (Kode Praktikum: GK/TDE/A/III) MAKANAN SARING (SEMI LIQUID DIET)
  • 53. PRAKTIKUM 3 : MAKANAN SARING (SEMI LIQUID DIET) • Makanan saring adalah makanan semipadat yang mempunyai tekstur lebih halus daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. • Makanan saring merupakan perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak.
  • 54. Syarat-syarat diet makanan saring 1. Hanya diberikan untuk jangka waktu singkat selama 1-3 hari, karena kurang memenuhi kebutuhan gizi, terutama energi dan tiamin. 2. Rendah serat, mudah dicerna, tidak membentuk gas dalam saluran cerna, tidak merangsang saluran cerna, diberikan dalam bentuk disaring atau diblender. 3. Diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali sehari.
  • 55. Indikasi pemberian makanan saring • Pasien sesudah mengalami operasi tertentu • Pasien pada infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna (misal : typhus abdominalis atau gastroenteritis) • Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan • Sebagai perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak
  • 56. Makanan yang boleh diberikan • Sumber HA : beras dibubur saring atau dihaluskan (diblender), roti dipanggang atau dibubur, krakers, biskuit, tepung-tepungan seperti tepung beras, maizena, sagu, hunkwe , havermout dibubur atau dibuat puding, gula pasir, gula merah, gula aren, sirop. • Sumber protein hewani : daging, ayam dan ikan tanpa duri digiling, dihaluskan, telur ayam rebus ½ masak atau dicampur dalam makanan atau minuman, susu sapi, yoghurt.
  • 57. Makanan yang boleh diberikan • Sumber protein nabati : tempe dan tahu digiling, kacang hijau disaring atau dihaluskan, susu kedelai. • Sayuran : sayuran rendah serat dan disaring atau dihaluskan seperti bayam, labu siam, labu kuning, tomat, wortel. • Buah-buahan : buah yang tidak banyak serat disaring atau dibuat jus atau dihaluskan seperti pepaya, semangka, melon, pisang,
  • 58. Makanan yang tidak boleh diberikan • Sumber HA : beras ketan, jagung, cantel, ubi, talas, singkong. • Sumber protein hewani : daging dan ayam berlemak, daging ayam, ikan dan telur digoreng, daging diawet seperti dendeng, diasap, ikan diawet seperti dendeng dan diasap, ikan banyak duri seperti bandeng, mujair, mas dan selar.
  • 59. Makanan yang tidak boleh diberikan • Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan hasil olah seperti tempedan tahu digoreng. • Sayuran : sayuran banyak serat seperti daun singkong, daun katuk, daun melinjo, nangka muda, pare, sayuran yang menimbulkan gas seperti kol, sawi, lobak. • Buah-buahan : buah banyak serat dan menimbulkan gas seperti nenas, nangka , durian dan kedondong
  • 61. PRAKTIKUM 4 (Kode Praktikum: GK/TDE/A/IV) MAKANAN CAIR (FULL LIQUID DIET)
  • 62. PRAKTIKUM 4 : MAKANAN CAIR ( FULL LIQUID DIET) • Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental. • Makanan dapat diberikan secara oral atau parenteral • Menurut konsistensi makanan, makanan cair terdiri atas 3 jenis yaitu: makanan cair jernih, makanan cair penuh dan makanan cair kental.
  • 63. Syarat-syarat diet makanan cair jernih 1. Makanan yang diberikan dalam bentuk cair jernih yang tembus pandang 2. Bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat 3. Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap 4. Sangat rendah sisa (residu) 5. Diberikan hanya selama 1-2 hari 6. Diberikan dalam porsi kecil tapi interval sering
  • 64. Indikasi pemberian makanan cair jernih • Pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu • Pasien yang intakenya tidak adekuat (mis: mual dan muntah) • Pasien pasca perdarahan saluran cerna
  • 65. Makanan yang boleh diberikan • Teh, sari buah, sirop, air gula, kaldu jernih serta cairan mudah cerna seperti cairan yang mengandung maltodekstrin. • Makanan dapat ditambah dengan suplemen energi tinggi dan rendah sisa.
  • 66. Syarat-syarat diet makanan cair penuh 1. Tidak merangsang saluran cerna 2. Bila diberikan lebih dari 3 hari harus dapat memenuhi kebutuhan energi dan protein 3. Kandungan energi minimal 1 kkal/ml. Konsentrasi cairan dapat diberikan secara bertahap dari ½,1/4 sampai penuh
  • 67. Syarat-syarat diet makanan cair penuh 4. Berdasarkan masalah pasien, dapat diberikan formula rendah atau bebas laktosa, dan sebagainya 5. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dapat diberikan tambahan ferosulfat, vitamin B kompleks dan vitamin C 6. Sebaiknya osmolaritas < 400 Mosml
  • 68. Indikasi pemberian makanan cair penuh • Pasien yang mempunyai masalah untuk mengunyah, menelan atau mencernakan makanan padat misalnya pada operasi mulut atau tenggorokan, dan atau pada pasien dengan kesadaran menurun.
  • 69. Makanan yang boleh diberikan • Makanan dapat diberikan melalui oral,pipa tau enteral (Naso Gastric Tube) secara bolus atau drip (tetes) • Makanan cair dengan susu penuh/skim => susu penuh, maizena, telur ayam, margarin, inyak, gula, sari buah • Makanan diblender => nasi tim, telur ayam, daging giling, ikan, tahu, tempe ,wortel, labu kuning, sari buah
  • 70. Syarat-syarat diet makanan cair kental 1. Mudah ditelan dan tidak merangsang saluran cerna 2. Cukup energi dan protein 3. Diberikan bertahap menuju ke makanan lunak 4. Porsi diberikan kecil dan sering (tiap 2-3 jam)
  • 71. Indikasi pemberian makanan cair kental • Pasien yang tidak mampu mengunyah, menelan serta untuk mencegah aspirasi (cairan masuk ke dalam saluran napas) seperti pada penyakit yang disertai peradangan, ulkus peptikum, atau gangguan struktural atau motorik pada rongga mulut.
  • 72. Makanan yang boleh diberikan • Sumber HA : kentang, gelatin, tapioka dibuat puding • Sumber protein : susu, es krim, yoghurt, telur ayam, tahu giling • Sumber lemak : margarin, mentega • Sayuran : sayuran dibuat jus dan dikentalkan dengan gelatin • Buah-buahan : buah dibuat jus, jeli dan pure
  • 73. Contoh Menu Makanan Cair & MLP:
  • 74. PRAKTIKUM 5 (Kode Praktikum: GK/TDE/A/V) APLIKASI KOMPREHENSIF DIETETIK PADA ORANG SAKIT
  • 75. Sistem “SOAP” A. Subjective data B. Objective data C. Assessment D. Plan
  • 76. A. Subjective Data • Riwayat penyakit • Food recall 24 jam • Frekuensi konsumsi makanan • Ketidakmampuan untuk makan sendiri • Pengetahuan tentang zat gizi
  • 77. B. Objective Data • Evaluasi hubungan kebiasaan makan dan cara hidup • Evaluasi asupan makanan 3 hari berturut-turut (recall diet) • Evaluasi kebiasaan makan dan asupan makan sebelumnya, antropometrik, laboratorium dan pemeriksaan klinis. • Interpretasi hasil laboratorium • Evaluasi kemampuan penderita untuk dapat menerima dan mengerti intruksi diit yang diberikan.
  • 78. C. Assessment • Evaluasi and interpretasi subjective dan objective data • Menentukan masalah gizi utama
  • 79. D. P l a n • Tindakan diambil berdasarkan data Subjektif, Objektif, Assessment • Rekomendasi untuk melakukan komunikasi dan evaluasi antara anggota team • Implementasi, monitoring dan perbaikan rencana asuhan nutrisi termasuk tujuan objektif untuk memecahkan masalah gizi penderita, termasuk follow-upnya
  • 80. Energi : orang sehat dan sakit • Dapat dihitung menggunakan rumus Harris- Benedict sbb: Laki-laki : BEE=66 + 13.7W + 5H – 6.8A Perempuan : BEE=655 + 9.6W + 1.7H – 4.7A • Untuk mendapatkan hasil yg akurat perlu diperhitungkan aktivitas dan injury factor utamanya pada penderita yang sakit
  • 81. – Aktivitas faktor: 1.2 pt bedrest 1.3 ambulatory pt 1.5-1.75 normal pt 2.0 extremely active – Injury factor 1.2 minor operasi 1.35 skeletal trauma 1.44 elective operasi 1.6-1.9 major sepsis 1.88 trauma + steroid 2.1-2.5 luka bakar berat • Total daily expenditure [TDE] penderita dpt dihitung dg mengalikan BEE dg aktifitas faktor [AF] dan injury faktor [IF]
  • 82. Keadaan Khusus • Untuk mempertahankan BB : BEE x 1,2-1,5 • Untuk peningkatan BB pada pasien yang stabil : BEE x 2
  • 83. CARA CEPAT : - Laki-laki : 1 kkal x kg BB x 24 jam Perempuan : 0,95 x kg BB x 24 jam - Laki-laki : 30 kkal x kg BB Perempuan : 25 kkal x kg BB