SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 48
Downloaden Sie, um offline zu lesen
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
DAFTAR ISI

Hal.
i
ii

DASAR HUKUM HUTAN KOTA
UNDANG-UNDANG DASAR (UUD)
UNDANG-UNDANG (UU)
PERATURAN PEMERINTAH (PP)
KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES)
KEPUTUSAN MENTERI (KEPMEN)
PERATURAN MENTERI (PERMEN)
INSTRUKSI MENTERI (INMEN)

1
1
1
1
1
2
2
2

BAB I

PENDAHULUAN

3

BAB II

KOTA DAN PERMASALAHANNYA
1. Upaya Perbaikan Mutu Lingkungan Kota
2. Hutan Kota dan Hubungannya dengan Ketahanan/Masa
Depan Bangsa

4
4

BAB III

PENGERTIAN HUTAN KOTA

7

BAB IV

PERANAN HUTAN KOTA
1. Identitas Kota
2. Pelestarian Plasma Nutfah
3. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
4. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal
5. Penyerap dan Penjerap Debu Semen
6. Peredam Kebisingan
7. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
8. Penyerap Karbon-monoksida
9. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
10. Penahan Angin
11. Penyerap dan Penapis Bau
12. Mengatasi Penggenangan
13. Mengatasi Intrusi Air Laut
14. Produksi Terbatas
15. Ameliorasi Iklim
16. Pengelolaan Sampah
17. Pelestarian Air Tanah
18. Penapis Cahaya Silau
19. Meningkatkan Keindahan
20. Sebagai Habitat Burung
21. Mengurangi Stress
22. Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi
23. Meningkatkan Industri Pariwisata
24. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

4

8
8
8
8
8
9
10
10
10
10
11
11
11
12
12
12
13
13
13
14
14
15
15
15
15

ii
BAB V

TIPE DAN BENTUK HUTAN KOTA
1. Tipe Hutan Kota
a. Tipe Pemukiman
b. Tipe Kawasan Industri
c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
e. Tipe Perlindungan
f. Tipe Pengamanan
2. Bentuk Hutan Kota
a. Jalur Hijau
b. Taman Kota
c. Kebun dan Halaman
d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
e. Hutan Lindung
f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan

16
16
16
16
16
17
17
17
18
18
18
18
19
19
19

BAB VI

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA
1. Perencanaan
2. Kelembagaan dan Organisasi Pelaksanaannya
3. Pemilihan Jenis
4. Penentuan Luasan
Cara Lain Perhitungan Luas RTH Kota dari Dep. PU.
5. Komponen Pendukung

20
20
20
21
27
29
31

BAB VII PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN 32
1. Penanaman
a. Penyiapan Putaran
b. Penanaman Kembali
c. Penyiraman
d. Pemupukan
e. Penyanggaan/Pengairan
f. Pembalutan
g. Pemangkasan
h. Pemberian Hormon
2. Perawatan Luka pada Batang
3. Pemangkasan
4. Penebangan
a. Tumpangan (Toping)
b. Penggalan (Sectioning)
c. High-lining
d. Potong bawah (Bottoming)

32
33
34
34
34
35
35
35
36
36
37
37
38
38
38
38

BABVIII ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 39
BAB IX

PENUTUP

41

DAFTAR PUSTAKA

42

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kekuatan dan Kemajuan Bangsa Tergantung Kepada
Kualitas Lingkungan Kota
Gambar 2 Organisasi Pengelolaan Hutan Kota

6
21

DAFTAR TABEL
Tabel
1 Tanaman Hias
Tabel
2 Tanaman sebagai Peneduh Jalan
Tabel
3 Daftar Tanaman Taman Huta
Tabel
4 Daftar Tanaman Kebun dan Halaman
Tabel
5 Datar Tanaman yang dapat Ditanami di Pantai

23
25
26
27
27

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

iv
Dasar Hukum
Hutan Kota (Ruang Terbuka Hijau)
Kompilasi Dasar Hukum (Peraturan Perundang-undangan) RTH dan Perda Terkait
RTH :
UNDANG-UNDANG DASAR (UUD):
UUD 1945, terutama Bab VI Pemerintahan Daerah Pasal 18A tentang wewenang dan
pemanfaatan SDA, Bab XA HAM Pasal 28A, 28B (2), 28C (1), 28H (1), tentang hak
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, Bab XIV Perekonomian
Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 (3) tentang pengelolaan bumi dan air
dan kekayaan alam dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat.
UNDANG-UNDANG (UU):
1. UU No. 168 Staatsblad 1948 tentang Pembentukan Kota (UU Zaman Kolonial
Belanda)
2. UU No. 4/1982 yang disempurnakan dalam UU No. 23/1997 tentang Ketentutanketenutan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. UU No. 11/1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara
Republik Indonesia yang disempurnakan dalam UU No. 34/1999 tentang
Pemerintahan Khusus Ibu Kota Negara Jakarta.
4. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
5. UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
6. UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
7. UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang.
8. UU No. 5/1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Mengenai Keanekaragaman Hayati.
9. UU No. 6/1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim.
10. UU No. 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
11. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi.
12. UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.
13. UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung.
PERATURAN PEMERINTAH (PP):
1. PP No.18/1953 tentang Pelaksanaan Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah
Pusat mengenai Pekerjaan Umum kepada Provinsi-provinsi serta Penegasan
Tugas Mengenai Pekerjaan Umum dari Daerah Otonom Kabupaten, Kota Besar
dan Kota Kecil di Jawa.
2. PP No. 69/1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
3. PP No. 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
4. PP No. 4/2000 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan.
5. PP No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.
6. PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
7. PP No. 30/2000 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi.
8. PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
9. PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota.
KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES):
1. Keppres RI No. 23/1979 tentang Peningkatan Peran Serta Generasi Muda dalam
Pelestarian Sumber Daya Alam.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

1
2. Keppres No. 1/1987 tentang Pengesahan Amandemen 1979 atas Konvensi
Perdagangan Internasional Flora Fauna Langka (Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna, 1973).
3. Keppres No 23/1992 tentang Pengesahan Konvensi Viena dan Protokol Motreal
tentang Lapisan Ozon (Vienna Convention for the Ozone Layer, dan Montreal
Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and
Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June 1990).
KEPUTUSAN MENTERI (KEPMEN):
1. SKB Menhut dan Mendikbud No. 967A/Menhut-V/90 dan No. 0387/U/1990
tentang Peningkatan Peran Serta Pelajar, Mahasiswa dan Generasi Muda dalam
Melestarikan Hutan, Tanah dan Air serta Lingkungan Hidup melalui Pendidikan
Nasional.
2. Kepmendagri No. 363/1977 tentang Pedoman Pembentukan, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah.
3. Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota.
4. Kepmen PU No. 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi
Bangunan Indonesia, khususnya pada lampiran 22 mengenai Petunjuk
Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Dengan Permen PU No. 41/PRT/89
maka Standar Konstruksi ini telah disahkan menjadi Standar Nasional Indonesia
(SNI) 1733-1989-F (Kebijaksanaan Teknis Menyangkut Ruang Terbuka Hijau,
seperti Standar Perencanaan Sarana Olahraga dan Daerah Terbuka).
5. Kepmendagri No. 39/1992 tentang Organisasi Dinas Daerah.
6. Kepmendagri No. 80/1994 tentang Pedoman Organisasi dan tata Kerja Dinas
Lingkup Pekerjaan Umum Daerah.
7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/Kpts/M/2002
tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang
PERATURAN MENTERI (PERMEN):
1. Permendagri No. 2/1987 tentang Rencana Tata Ruang Kota.
2. Permendagri No. 4/1996 tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan
Perkotaan.
INSTRUKSI MENTERI (INMEN):
1. Inmendagri No. 14/1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah
Perkotaan.
2. Inmen PU No. 31/IN/N/1991 tentang Penghijauan dan Penanaman Pohon di
Sepanjang Jalan di Seluruh Indonesia.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

2
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kota sering lebih banyak dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik
kota yang lebih banyak ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Gejala
pembangunan kota pada masa yang lalu mempunyai kecenderungan untuk
meminimalkan ruang terbuka hijau dan juga menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan
bertumbuhan banyak dialih-fungsikan menjadi pertokoan, pemukiman, tempat
rekreasi, industri dan lain-lain.
Ternyata dengan semakin tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam
tetumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan di perkotaan menjadi hanya maju
secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara
ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi.
Oleh karena terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan, maka alam menunjukkan
reaksinya berupa : meningkatnya suhu udara di perkotaan, penurunan air tanah,
banjir/genangan, penurunan permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai,
pencemaran air berupa air minum berbau, mengandung logam berat, pencemaran
udara seperti meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan
belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor.
Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk namun aspek
kelestarian, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya alam, yang
pada giliran selanjutnya akan membaktikan jasa-jasa berupa kenyamanan,
kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan serta sehat dan cerdasnya
warga kota.
Dari catatan sejarah dinyatakan, taman kerajaan milik bangsawan, taman rumah milik
pedagang kaya raya, alun-alun dengan pohon beringin yang indah merupakan
cerminan kehidupan manusia sejak jaman dulu sangat membutuhkan tumbuhan.
Pada kenyataan selanjutnya dengan meningkatnya taraf hidup, kemampuan dan
kebutuhan manusia, maka sejak tahun 1950-an sampai dengan 1970-an ruang
terbuka hijau banyak dialih-fungsikan menjadi pemukiman, bandar udara, industri,
jalan raya, bangunan perbelanjaan dan lain-lain. Dengan semakin meningkatnya
kemampuan dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan fisik kota terus melaju
dengan pesat, di lain pihak korbannya antara lain menyusutnya luasan lahan
bervegetasi. Baru setelah manusia menyadari akan kekeliruannya selama ini, yakni
terjadinya kekurang-akraban manusia dengan tumbuhan/hutan, khususnya di
perkotaan, bahkan ada kecenderungan untuk memusnahkannya, maka hubungan
yang kurang baik tersebut ingin diperbaiki kembali. Hutan kota kemudian menjadi
perhatian utama untuk dibangun dan dikembangkan di seluruh kota, baik kota besar,
kota menengah, kota kecil bahkan sampai tingkat kecamatan.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

3
BAB II
KOTA DAN PERMASALAHANNYA

1. Upaya Perbaikan Mutu Lingkungan Kota
Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat
belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara,
tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik
dan manca negara, tempat rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Kota perlu dikembangkan untuk memenuhi tuntutannya yang terus meningkat. Di
dalam menentukan arah kebijakan pengembangannya perlu dibuatkan pola
perencanaan pengembangan berdasarkan data yang ada dan kebutuhan yang
harus dipenuhi kota tersebut.
Kota dengan perencanaan yang kurang memadai akan menjadi lesu, sakit dan
semrawut yang jika tidak dilakukan usaha penataan kembali, akan menghadapi
kematian. Kota-kota seperti itu layak diberi julukan miserapolis (ghetto) yang
berarti kota yang sakit, menyedihkan, melarat, kotor dan acak-acakan.
Kesadaran pemerintah akan perlunya pengelolaan lingkungan di perkotaan
sesungguhnya sudah sejak lama. Namun pada waktu itu gerakan tersebut masih
belum menyeluruh diterima oleh seluruh warga masyarakat dan belum semua
kota benar-benar mengusahakannya secara sungguh-sungguh.
Baru setelah tahun 1970-an pemerintah memperlombakan gelar "Adipura" bagi
kota yang bersih, maka gerakan kebersihan dan penataan kota mulai
memasyarakat. Maka semua kota berlomba menata dan mengelola kotanya
menjadi kota yang indah, sejuk, hijau, berbunga, nyaman dan bersih, selain
untuk mendapatkan gelar Adipura juga takut mendapat julukan kota paling kotor.
Bukti nyata perhatian pemerintah pusat dalam masalah ini antara lain berupa
dimasukkannya pembangunan perkotaan dalam Rencana Pembangunan Lima
Tahun kelima 1989/90-1993/94 seperti tercantum dalam Buku I halaman 423 :
"Perkotaan perlu dibangun secara terencana dan terpadu dst ... Perhatian
khusus perlu diberikan kepada perbaikan pengelolaan limbah kota,
pengangkutan umum, tata ruang kota, taman kota, dst ..." Pada halaman 431
juga dinyatakan : "... daerah hijau paru- paru kota dst ... dalam Repelita V akan
dilanjutkan pembangunannya untuk meningkatkan fungsi lindung daerah
tersebut". Selanjutnya pada Pekan Penghijauan Nasional ke 33 tahun 1990 di
Palu Bapak Presiden telah menyatakan tentang perlu dibangunnya hutan kota.
Banyak sekali landasan operasional yang dapat dipergunakan untuk
membangun hutan kota antara lain: Undang-undang No. 5 tahun 1974, No. 5
tahun 1979, No. 4 tahun 1982, No. 5 tahun 1990, No. 6 tahun 1990, Inmendagri
No. 14 tahun 1988 dan Keppres No. 32 tahun 1990.
Beberapa kegiatan dalam memacu masyarakat agar berperan aktif dalam upaya
pengelolaan lingkungan perkotaan di antaranya dengan membuat moto seperti :
beriman (Bogor dan Kebumen), bestari (Probolinggo), bercahaya (Cilacap),
berseri (Yogyakarta), bersemi (Cianjur), bersih manusiawi-wibawa (DKI Jakarta),
sihmponi (Ponorogo), berhiber (Bandung), Ikhlas (Pemalang)
dan Satria
(Purwokerto).

2. Hutan Kota dan Hubungannya dengan Ketahanan/Masa Depan
Bangsa
Dari Gambar 1 Dapat dijelaskan bahwa kota merupakan tempat untuk berbagai
kegiatan. Presiden, menteri, gubernur, walikota, bupati, dosen, guru, mahasiswa,
pelajar, pelancong, duta besar, tamu negara, pelaku ekonomi, olahragawan,

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

4
seniman dan komponen penting lainnya banyak melakukan kegiatannya dan
banyak pula yang tinggal di perkotaan.
Dengan meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan seperti pembangunan
jalan, kegiatan transportasi, industri, pemukiman dan kegiatan lainnya sering
mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau menurun dan sering juga disertai
dengan menurunnya mutu lingkungan hidup. Hal ini akan mengakibatkan kota
menjadi sakit, tercemar dan kotor. Pada keadaan yang menyedihkan seperti ini,
pejabat pemerintah mungkin tidak lagi dapat berpikir tenang, tajam dan terarah,
sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang kompleks dan
yang bersifat futuristik akan menurun.
Pelajar dan mahasiswa pada kota yang sakit dan tercemar mempunyai sifat yang
mengarah ke temperamental-brutal dengan daya asah otak yang kurang kuat,
karena selama perjalanan pergi dan pulangnya banyak tercemar oleh gas CO
dan logam berat Pb yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
Seniman dan olahragawan pun tidak dapat menunjukkan kemampuan secara
maksimal pada kondisi yang tercemar, bising dan panas.
Mereka semua dapat keracunan gas CO, NOx, SOx, O3 dan partikel Pb yang
diemisikan oleh kendaraan bermotor dan industri. Akibatnya, tingkat kesehatan
mereka menurun, bahkan pada tingkat yang lebih parah lagi dapat menemui
kematian. Bencana seperti ini pernah juga dilemparkan oleh Rachel Carson
dalam bukunya Silent Spring.
Mungkin gejala seperti ini sudah mulai merambah dan menghantui kota besar
seperti Jakarta. Hal ini diantaranya ditandai dengan udara kota yang semakin
panas serta udara di terminal terasa menyesakkan pernapasan dan memedihkan
mata. Oleh sebab itu nampaknya untuk menghindari keadaan tersebut, seminar,
konperensi, rapat dan beberapa kegiatan lainnya sering tidak lagi
diselenggarakan di dalam kota, namun di luar kota yang sejuk, bersih dan tidak
bising, seperti: Puncak, Cipanas, Cisarua, Gadog dan Ciawi. Ataupun jika
kegiatan tersebut dilakukan di Jakarta pada ruangan yang ber-AC.
Pada keadaan kota yang sakit seperti ini kesehatan, unjuk tampil (performance)
dan unjuk kerja (produktivitas) dari subjek penting di perkotaan, seperti yang
telah disebutkan di atas menjadi buruk dan pada akhirnya akan menghasilkan
kekuatan dan masa depan bangsa dan negara yang lemah dan suram.
Lain halnya dengan kota yang ditata dengan baik kualitas lingkungannya. Hutan
kota yang dibangun dan dikembangkan akan mengurangi monotonitas,
meningkatkan keindahan, membersihkan lingkungan dari pencemaran, meredam
kebisingan, menjadi lebih alami dan beberapa keuntungan lainnya yang akan
dijabarkan secara rinci pada bab selanjutnya, sehingga semua warga kota dan
tamu kota dan negara akan betah, karena lingkungannya yangbersih, nyaman
dan indah. Mereka hidup dalam kesehatan, keceriaan dan kecerahan dengan
unjuk tampil dan unjuk kerja yang tinggi. Dengan demikian negara akan menjadi
kuat dengan masa depan yang baik dan cerah.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

5
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

6
BAB III
PENGERTIAN HUTAN KOTA

Ada dua pendekatan yang dipakai dalam membangun hutan kota.
Pendekatan pertama, hutan kota dibangun pada lokasi-lokasi tertentu saja. Pada
pendekatan ini hutan kota merupakan bagian dari suatu kota. Penentuan luasannya
pun dapat berdasarkan :
(1) Prosentase, yaitu luasan hutan kota ditentukan dengan menghitungnya dari
luasan kota.
(2) Perhitungan per kapita, yaitu luasan hutan kota ditentukan berdasarkan jumlah
penduduknya.
(3) Berdasarkan isu utama yang muncul.
Misalnya untuk menghitung luasan hutan kota pada suatu kota dapat dihitung
berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan akan oksigen, air dan kebutuhan lainnya.
Perhitungan luasan hutan kota dari ketiga cara tersebut di atas akan dijelaskan lebih
lanjut pada Bab VI (Pembangunan).
Pendekatan kedua, semua areal yang ada di suatu kota pada dasarnya adalah areal
untuk hutan kota. Pada pendekatan ini komponen yang ada di kota seperti
pemukiman, perkantoran dan industri dipandang sebagai suatu enklave (bagian)
yang ada dalam suatu hutan kota.
Negara Malaysia dan Singapura membangun hutan kota dengan menggunakan
pendekatan kedua. Oleh sebab itu pada saat penulis berkunjung ke sana definisi
hutan kota tidak terlalu dipersoalkan benar. Yang penting kota harus dihijaukan
dengan tanaman secara maksimal, agar lingkungan menjadi bersih terbebas dari
pencemaran udara, sejuk , indah, alami dan nyaman. Walaupun mungkin pada lokasi
terbuka yang luasnya kurang dari 10 m2 saja, jika dimungkinkan untuk dapat
ditanami, maka akan ditanami dengan tanaman, sehingga akan diperoleh lingkungan
yang lebih indah dari segi tata letak, komposisi, aksentuasi, keseimbangan,
keserasian dan kealamian, tanpa melupakan persyaratan silvikulturnya.
Negara Indonesia menggunakan pendekatan pertama. Difinisi hutan kota (urban
forest) menurut Fakuara (1987) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah
perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam
kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus
lainnya. Sedangkan menurut hasil rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan
Pebruari 1991 hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan
pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah
milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air,
udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid
yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut ditetapkan
oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota.
Hutan kota merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka
Hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik
dalam bentuk membulat maupun dalam bentuk memanjang/jalur di mana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan (Instruksi
Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988). Pelaksanaan program pengembangan
Ruang Terbuka Hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alamiah
ataupun tanaman budidaya seperti pertanian, pertamanan, perkebunan dan
sebagainya.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

7
BAB IV
PERANAN HUTAN KOTA

1. Identitas Kota
Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota
dapat dikoleksi pada areal hutan kota. Propinsi Sumatera Barat misalnya, flora
yang dipertimbangkan untuk tujuan tersebut di atas adalah enau (Arenga pinnata)
dengan alasan pohon ini serba guna. Serta istilah pagar-ruyung menyiratkan
makna pagar enau. Jenis pilihan lainnya adalah kayu manis (Cinnamomum
burmanii), karena potensinya besar dan banyak diekspor dari daerah ini (PKBSI,
1989). Sedangkan untuk fauna yang diusulkan adalah : Trulek kayu, pelatuk
jambul jingga dan kambing gunung (Capricornis sumatranensis). Pilihan ini
berdasarkan pertimbangan khas dan endemik (PKBSI, 1989).

2. Pelestarian Plasma Nutfah
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I
Repelita V hal. 429). Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi
keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan
hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi,
karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu. Salah satu
tanaman yang langka adalah nam-nam (Cynometra cauliflora).

3. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh
kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel
padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh
tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini
jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang
melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada
permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai
permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata
daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.
Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang
mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith, 1981).
Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih
bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa
tajuk dari hutan kota.

4. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di
daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari
partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya
dan Bedi, 1986).
Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan
Sigit (1990) menyatakan :
1) Damar (Agathis alba),
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

8
2) Mahoni (Swietenia macrophylla),
3) Jamuju (Podocarpus imbricatus) dan
4) Pala (Mirystica fragrans),
5) Asam landi (Pithecelobiumdulce),
6) Johar (Cassia siamea),
mempunyai kemampuan yang sedang tinggi dalam menurunkan kandungan
timbal dari udara.
Untuk beberapa tanaman berikut ini :
1) Glodogan (Polyalthea longifolia)
2) Keben (Barringtonia asiatica) dan
3) Tanjung (Mimusops elengi),
walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman
tersebut tidak peka terhadap pencemar udara.
Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan kesumba
(Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak
tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.

5. Penyerap dan Penjerap Debu Semen
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena
dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang
terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
Studi ketahanan dan kemampuan dari 10 jenis akan yaitu :
1) Mahoni (Swietenia macrophylla),
2) Bisbul (Diospyrosdiscolor),
3) Tanjung (Mimusops elengi),
4) Kenari (Canarium commune),
5) Meranti merah (Shorealeprosula),
6) Kere payung (Filicium decipiens),
7) Kayu hitam (Diospyros clebica),
8) Duwet (Eugenia cuminii),
9) Medang lilin (Litsea roxburghii) dan
10) Sempur (Dillenia ovata)
telah diteliti oleh Irawati tahun 1990.
Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam
program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang
tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah :
1) mahoni,
2) bisbul,
3) tanjung,
4) kenari,
5) meranti merah,
6) kere payung dan
7) kayu hitam.
Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai
tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis
tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai
kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati,
1990).
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

9
6. Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh
daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam
suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey
dan Deneke, 1978).
Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup
rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan
yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978),
dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

7. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif
hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses
gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan
bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981).
Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai
hutan dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk
tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.
Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan
mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti
H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam
CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam
itu sendiri. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan
daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi
tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al.
(1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih
tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.

8. Penyerap Karbon-monoksida
Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah
(Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari.
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik
dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawan-kawan dalam
Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap
gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104
ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.

9. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton,
ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan
dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat
perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk
membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut.
Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota,
hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang
berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen.
Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat
menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia
dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini
menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.
Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas
CO2 dan penghasil oksigen adalah :
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

10
1)
2)
3)
4)
5)

damar (Agathis alba),
daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea),
lamtoro gung (Leucaena leucocephala),
akasia (Acacia auriculiformis) dan
beringin (ficus benyamina).

10. Penahan Angin
Dalam mendisain hutan kota untuk menahan angin faktor yang harus
diperhatikan adalah :
1. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang
kuat.
2. Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang.
3. Akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah. Jenis ini lebih tahan terhadap
hembusan angin yang besar daripada tanaman yang akarnya bertebaran
hanya di sekitar permukaan tanah.
4. Memiliki kerapatan yang cukup (50-60%).
5. Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi
wilayah yang diinginkan dengan baik (Grey dan Deneke, 1978).
Panfilov dalam Robinette (1983) mengemukakan, angin kencang dapat dikurangi
75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa hutan kota.

11. Penyerap dan Penapis Bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen
mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi
bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan
menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke,
1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat
mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya
dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain :
1) Cempaka (Michelia champaka) dan
2) Tanjung (Mimusops elengi).

12. Mengatasi Penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman
yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang
memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang
banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.
Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya
adalah :
1) Nangka (Artocarpus integra),
2) Albizia (Paraserianthes falcataria),
3) Acacia vilosa,
4) Indigofera galegoides,
5) Dalbergia spp.,
6) Mahoni (Swietenia spp),
7) Jati (Tectona grandis),
8) Kihujan (Samanea saman) dan
9) Lamtoro (Leucanea glauca).

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

11
13. Mengatasi Intrusi Air Laut
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun
terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut.
Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota yang
mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena:
1. Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam
yang sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh
dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian.
2. Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang
tinggi akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam
adalah tanah akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi
memecahkan masalah intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk
keadaannya.
Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan
kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan
air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan
tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.

14. Produksi Terbatas
Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di
Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran
Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau
buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga
masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan
masyarakat. Buah kenari untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil
bunganya. Buah sawo, kawista, pala, lengkeng, duku, asem, menteng dan lainlain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna meningkatkan gizi dan kesehatan
warga kota.

15. Ameliorasi Iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah
berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di
perkotaan.
Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada
saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung
bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio,
televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk
pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke,
1978 dan Robinette, 1983).
Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu
hutan sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur
tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang.
Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak
ditumbuhi oleh tanaman. Wenda (1991) telah melakukan pengukuran suhu dan
kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan,
tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan
pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa:
1. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0° C dengan
kelembaban 66-92%.
2. Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan
aspal suhu yang terjadi 27,7-33,1° C dengan kelembaban 62-78%.
3. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1° C dengan kelembaban 6278%.
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

12
Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar
Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan
memiliki suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di
taman parkir, padang rumput dan beton.

16. Pengelolaan Sampah
Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal : (1) sebagai
penyekat bau (2) sebagai penyerap bau (3) sebagai pelindung tanah hasil
bentukan dekomposisi dari sampah (4) sebagai penyerap zat yang berbahaya
yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta
bahan beracun dan berbahaya lainnya.

17. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis
dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air
tanah hutan akan meningkat.
Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya
ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
Di samping itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas
tanah, sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air
infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan
tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian
hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan
akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.
Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang
rendah antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet
(Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia
speciosa), Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera).
Po. K (1 + r - c)t - PAM – Pa
La = ---------------------------------z
La
Po
K
r
c
PAM
t
Pa
z

:
:
:
:
:
:
:
:
:

luas hutan kota yang harus dibangun
jumlah penduduk
konsumsi air per kapita 1/hari)
laju peningkatan pemakaian air
faktor pengendali
kapasitas suplai perusahaan air minum
tahun
potensi air tanah
kemampuan hutan kota dalam menyimpan air.

18. Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya
seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari
benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan
dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu,
cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

13
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung
pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian
maupun kerimbunan tajuknya.

19. Meningkatkan Keindahan
Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan,
minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan
pelengkap kebutuhan rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata
dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan teksturnya (Grey dan
Deneke, 1978), sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik.
Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur
yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan
yaitu tidak alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata.
Akan tetapi dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka
keindahan yang telah ada akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang
sangat disukai oleh setiap manusia.
Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan bendabenda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan
komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih
sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai
dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai
komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa
(bergradasi lembut).
Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga
pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah,
pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan
warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya
menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota
sebagai tabir penyekat di sana.

20. Sebagai Habitat Burung
Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran
angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat
menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.
Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.
Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil
artinya bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :
1. Membantu mengendalikan serangga hama,
2. Membantu proses penyerbukan bunga,
3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,
4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang
menyenangkan,
5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,
6. Sebagai sumber plasma nutfah,
7. Objek untuk pendidikan dan penelitian.
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari
makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di
antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh
burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.
Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung
antara lain :

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

14
1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F.
glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.).
2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis
burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga
antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak
(Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.
3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah
menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.
4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung
sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.
5. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar
(Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya
seperti : burung cacing (Cyornis banyumas), celepuk (Otus bakkamoena),
sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau ( Pachycephala cinerea) dan
perenjak kuning (Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya,
di antara dedaunan dan di dalam batangnya.

21. Mengurangi Stress
Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan
persaingan yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai
kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor
maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan
pemakai jalan lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan
oleh cemaran timbal dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu
gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah
ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau
mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota.
Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu
mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang
diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal,
CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota.
Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga
dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas.

22. Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi
Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran
ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan
demikian hutan kota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat
berperan dalam proses pembentukan daratan.

23. Meningkatkan Industri Pariwisata
Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun raya Bogor yang berbunga
setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi
di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun
manca-negara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika
berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota
yang unik, indah dan menawan.

24. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang
Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi
oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan
monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

15
BAB V
TIPE DAN BENTUK HUTAN KOTA

1. Tipe Hutan Kota
Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk
pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan
kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada
keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat
bermain dan bersantai.
Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar,
maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai
fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir
kendaraan dan keindahan.
Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah
intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai
penyerap, penyimpan dan pemasok air. Maka hutan yang cocok adalah hutan
lindung di daerah tangkapan airnya.

a. Tipe Pemukiman
Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi
tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan
rerumputan. Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di
dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat
dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan
untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya.

b. Tipe Kawasan Industri
Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa
kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan
cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat
menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu
kenyamanan.
Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam menyerap dan
menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari beberapa
jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Dengan
demikian informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di kawasan industri.

c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi
kebutuhan jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha
memenuhi kebutuhan rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan.
Rekreasi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia untuk
memanfaatkan waktu luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer
(1980) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan
yakni : (1) Rekreasi di dalam bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di
alam terbuka (outdoor recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi
dalam bangunan yaitu mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan
baik jasmani maupun rohani, serta meningkatkan ketrampilan.
Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk
perkotaan untuk rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan
pendapatan, peningkatan sarana transportasi, peningkatan sistem informasi
baik cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan semakin besar
kemungkinan untuk mendapat stress.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

16
Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali
kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap
menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan
suatu masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil
menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.

d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan
perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota
yang memenuhi kriteria ini antara lain : kebun raya, hutan raya dan kebun
binatang. Ada 2 sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma
nutfah yaitu :
1. Sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ.
2. Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau
dikembangkan
Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan
kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali
mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu
diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis
tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup
satwa yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk
keperluan bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur.
Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan
yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada
permukaan detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan
merupakan pemakan detritus (detritus feeder). Nampaknya organisme yang
memakan detritus ini, sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena
mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan
ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan
detritus pun akan musnah.

e. Tipe Perlindungan
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke
lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan
tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan
membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.
Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan
daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai.
Untuk beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang
sangat penting.
Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah
dangkal dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung
sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah
resapan airnya. Dengan demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat
dikurangi.

f. Tipe Pengamanan
Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di
sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan
dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum
secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur
jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun
karena pengendara mengantuk dapat dikurangi.
Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak
mengundang masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak
rasanya seperti pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

17
2. Bentuk Hutan Kota
a. Jalur Hijau
Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi,
jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di
luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna
diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang
ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang
rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi,
namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.
Kawasan riparian seperti : delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau
dan tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan
hutan kota. Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat
memperbaiki kuantitas dan kualitas air serta untuk memperkecil erosi.
Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang
terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta
tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat
berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan.
Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman
yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh
kendaraan bermotor.

b. Taman Kota
Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian
rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk
mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk,
warna dan teksturnya. Ada pohon yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus
(cemara lilin), tajuk pohon berbentuk piramida (cemara) dan ada juga yang
bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang (beringin).
Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi
taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur sedang
(duren) dan ada yang halus (lamtoro).
Bentuk percabangan juga dapat dijadikan sebagai komponen dari suatu
komposisi. Ada beberapa bentuk percabangan seperti : mendatar, menyudut
(acute), menjumbai (weeping) dan tegak.

c. Kebun dan Halaman
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang
dapat menghasilkan buah seperti : mangga, durian, sawo, rambutan, jambu,
pala, jeruk, delima, kelapa dan lain-lain serta dari jenis yang tidak diharapkan
hasil buahnya seperti : cemara, palem, pakis, filisium dan beberapa jenis
lainnya.
Halaman rumah dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman
rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan
keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang
memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam dengan
tanaman seperti tersebut di atas, namun dilengkapi juga dengan tanaman
bebungaan yang indah. Tanaman lainnya yang dapat dijumpai adalah :
sayuran, empon-empon dan tanaman apotik hidup lainnya. Pada halaman
rumah pun dapat dijumpai unggas, ikan dan heawan lainnya.
Menurut Soemarwoto (1983) tanaman halaman rumah mempunyai fungsi
integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi sosial-budaya-ekonomi
masyarakat.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

18
d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah
satu bentuk hutan kota.
Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik
dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.Soemarwoto (1983)
berpendapat, kebun raya ada yang bersifat ekonomi dan yang bertujuan
utama untuk ilmiah.

e. Hutan Lindung
Mintakat kota ke lima yaitu darah dengan lereng yang curam harus dijadikan
kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai
yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.

f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan
Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai
manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah
meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak
berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui
tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan
kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

19
BAB VI
PEMBANGUNAN HUTAN KOTA

1. Perencanaan
Dalam studi kajian perencanaan aspek yang diteliti meliputi : lokasi, fungsi dan
pemanfaatan, aspek tehnik silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana,
tehnik pengelolaan lingkungan.
Bahan informasi yang dibutuhkan dalam studi meliputi :
(1) Data fisik (letak, wilayah, tanah, iklim dan lain-lain);
(2) Sosial ekonomi (aktivitas di wilayah bersangkutan dan kondisinya);
(3) Keadaan lingkungan (lokasi dan sekitarnya);
(4) Rencana pembangunan wilayah (RUTR,RTK,RTH), serta
(5) Bahan-bahan penunjang lainnya.
Hasil studi berupa Rencana Pembangunan Hutan Kota yang terdiri dari tiga
bagian, yakni :
1. Rencana jangka panjang, yang memuat gambaran tentang hutan kota yang
dibangun, serta target dan tahapan pelaksanaannya.
2. Rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masingmasing komponen fisik hutan kota yang hendak dibangun serta tata letaknya.
3. Rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biayanya.

2. Kelembagaan dan Organisasi Pelaksanaannya
Organisasi pembangunan dan pengelolaan hutan kota sangat bergantung kepada
perangkat yang ada dan keperluannya. Sistem pengorganisasian di suatu daerah
mungkin
berbeda
dengan
daerah
lainnya.
Salah
satu
bentuk
pengorganisasiannya pembangunan dan pengelolaan hutan adalah seperti
tercantum pada Gambar 2. Walikota atau Bupati sebagai kepala wilayah
bertanggung jawab atas pembangunan dan pengembangan hutan kota di
wilayahnya. Bidang perencanaan dan pengendalian dipegang oleh Bappeda
Tingkat II yang dibantu oleh tim pembina yang terdiri dari Kanwil Departemen
Kehutanan, Kanwil Departemen Pertanian dan Perkebunan, Kanwil Departemen
Pekerjaan Umum, Kanwil Departemen Kesehatan, Biro Kependudukan dan
Lingkungan Hidup dan yang lainnya menurut kebutuhan masing- masing kota
atau daerah. Untuk pelaksanaannya dapat ditunjuk dinas-dinas yang berada di
wilayahnya.
Pengelolaan hutan kota pada areal yang dibebani hak milik diserahkan kepada
pemiliknya, namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan petunjuk dari
bidang perencanaan dan pengendalian. Guna memperlancar pelaksanaannya
kiranya perlu dipikirkan jasa atau imbalan apa yang dapat diberikan oleh
pemerintah kepada yang bersangkutan.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

20
3. Pemilihan Jenis
Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan
hidup di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan
pengembangan hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa
pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman
tersebut dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di tempat itu
dengan baik.
Untuk mendapat hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang
maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara
lain :
1. Persyaratan edaphis : pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain.
2. Persyaratan meteorologis : suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi
matahari.
3. Persyaratan silvikultur : kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan
kemudahan dalam tingkat pemeliharaan.
4. Persyaratan umum tanaman :
• Tahan terhadap hama dan penyakit,
• Cepat tumbuh,
• Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis,
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

21
•
•
•
•
•

Mempunyai umur yang panjang,
Mempunyai bentuk yang indah,
Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada,
Kompatibel dengan tanaman lain,
Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,

5. Persyaratan untuk pohon peneduh jalan :
• Mudah tumbuh pada tanah yang padat,
• Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah,
• Tanah terhadap hembusan angin yang kuat,
• Dahan dan ranting tidak mudah patah,
• Pohon tidak mudah tumbang,
• Buah tidak terlalu besar,
• Serasah yang dihasilkan sedikit,
• Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri,
• Luka akibat benturan mobil mudah sembuh,
• Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap,
• Kompatibel dengan tanaman lain,
• Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan
indah,
• Pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia,
• Berumur panjang,
• Pertumbuhannya cepat,
• Tahan terhadap hama dan penyakit.
6. Persyaratan estetika :
• Mempunyai tajuk dan bentuk percabangan yang indah,
• Bunga dan buahnya memiliki warna dan bentuk yang indah.
7. Persyaratan unruk pemanfaatan khusus. Pertimbangan ini harus disesuaikan
dengan tujuannya, sehingga memenuhi salah satu kriteria berikut ini :
• Tahan terhadap kadar garam yang relatif tinggi,
• Tahan terhadap pencemar dari industri dan kendaraan bermotor,
• Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap gas,
• Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap hujan asam,
• Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam pengelolaan tata air,
• Sebagai habitat burung,
• Penghasil wewangian dan lain-lain.
Selayaknya setiap jenis yang akan ditanam sudah diketahui terlebih dahulu data
tentang tanaman yang meliputi:
1. Nama Lokal dan nama latin :
2. Bentuk tajuk : oval/vase/round/irregular/fastigiate/pyramidal
3. Tanah :
•
rentangan pH;
•
tekstur;
•
jenis tanah;
•
ketinggian dpl.
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

22
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Kebutuhan akan naungan : butuh/tidak
Kerindangan tajuk : sangat rindang/sedang/kurang rindang
Ketahanan terhadap pangkasan : kuat/sedang/tidak tahan
Kelas Tinggi : pendek (< 3 m), sedang (3-7 m), tinggi (> 7 m)
Kelas diameter lebar naungan : sempit (< 3 m),sedang (3-6 m),tinggi (> 6 m)
Kecepatan Tumbuh : rendah/menengah/cepat
Kekuatan terhadap angin (dilihat dari kekuatan kayunya) : kuat/sedang/rapuh
Ketahanan terhadap robohan oleh angin (dilihat dari sistem perakarannya)
Sifat pengguguran daun : Deciduous/evergreen
Ketahanan terhadap gas (NOx,SOx,Ozon,CO,Hidrokarbon dan lain-lain) :
tinggi/sedang/rendah
Kemampuan dalam menyerap gas (NOx,SOx,Ozon,CO,Hidrokarbon dan lainlain) : tinggi/sedang/rendah
Ketahanan terhadap partikel padat (debu tanah, silikat, semen, asbes dan
lain-lain) : tinggi/sedang/rendah
Ketahanan terhadap genangan air : tinggi/sedang/rendah
Kemampuan dalam menguapkan air : tinggi/sedang/rendah
Ketahanan terhadap cahaya buatan : tinggi/sedang/rendah
Fungsi lansekap : hiasan rumah dan kantor/peneduh jalan/kebun/hutan

Beberapa jenis tanaman yang dapat dipilih untuk dipergunakan sebagai tanaman
hutan kota yang selama ini sering dijumpai di beberapa kota dapat dilihat pada :
Tabel 1
Tanamam Hias
No.
1

1
2
3
4

Nama
Daerah
2

Air mancur
Air mata
pengantin

5

Alamanda

6

Alokasia

7

Anyelir

8

Arairut

9

Bambu
kuning

10

Bakung

Nama Latin
3

No.

Nama
Daerah

4

5

6

Aechinea sp.
Aglaonema sp.
Jakobinia cornea
Antigonon
leptosus
Allamanda
cathartica
Alocasia sp.
Dianthus
caryophyllus
Marantha
arundinacea
Bambusa
vulgaris
Cainum
asiaticum

63
64
65

Kol banda
Koreopsis
Landep

66

Lidah mertua

67

Lili paris

Chlorophytum sp.

68

Mawar

Rosa hybrida

69

Melati

Jasminum sambac

70

Miyana
mangkuk

Iresina herbstii

71

Monstera

Monstera deliciosa

72

Nona makan
sirih

Clerodendrum sp.

Ciscus bicolor

73

Nusa indah

12
13

Begonia
rambut
Begonia rex
Bintang buni

Bigonia sp.
Crytanthus sp.

74
75

Ohna
Oleander

14

Bunga angsa

Aristolochia sp.

76

Pacar

15

Bunga
harumsari

Buddleja asiatica

77

Pacar cina

11

Nama Latin

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

Pisonia alba
Coreopsis sp.
Barleria crisfota
Sanseviera
trifasciata

Musaena
ahphillippica
Ochna kirkii
Nerium olender
Impatiens
balsamina
Agloia odorata

23
1

2

3

4

5

6

16

Bunga bokor

Hydrangea
hortensis

78

Pacing

Costus sp.

17

Bunga kana

Canna indica

79

Palem
australia

Bunga kupukupu
Bunga
kancing
Bunga kuku
macan
Bunga
matahari

Bauhinia
purpurea
Gomphrena
globosa

80

Palem bambu

Normanbya
normanbyi
Chamaedorea
erumpius

81

Palem bambu

Mascarena sp.

82

Palem botol

Revaogehaganii

83

Palem ekor
ikan

Caryota mitis

84

Palem pilifina

Veitchia
philippinensis

85

Palem jari

Rhapis excelsa

86

Palem kipas

87

Palem kuning

88

Palem kol

89

Palem merah

90

Palem raja
Paku
pelanduk

18
19
20
21
22
23

Bunga
mentega
Bunga pukul
empat
Bunga tiga
hari

Mucuna bennetii
Helianthus
annus
Taberna
emontana
coronaria
Mirabilis jalapa

33

Daun
saputangan
Daun zebra

Brunfelsia
ansericana
Bougainvillea
spectabilis
Lagerstroemia
indica
Michelia
champaka
Lantana camara
Kalanchoe
pinnuta
Gynura
aurantiaca
Syngonium
albolineatum
Maniltoa
grandiflora
Zebrina pendula

34

Dilem

35
36

24
25

Bugenvil

26

Bungur

27

Cempaka

28

Cente

29

Cocor bebek

30

Daun beludru

31

Daun panah

32

37
38

91

93

Pinang irisan

Ptychosperma
macorthurii

96

Pisang hias

Drasena

Dracaena sp.

97

Duranta

Duranta erecta

98

Duri
cangkang
Ekor
cendrawasih

Opuntia
schumanii
Phylanthus
alternifolia
Sedum
morgalianum
Lycopodium
carinatum
Filicium
decipiens
Delonix regia
Gladiolus
hortulanus
Gloxinia
speciosa

Ekor musang

41

Kere payung

42

Flamboyan

43

Gladiol

44

Gloxinia

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

Pteris ensiformis
Pandanus dubius

Coleus sp.

40

Cyatostachys
lakka
Roystonea regia

Pandan hias

95

Ekor keledai

Licuala grandis

92

Pinang
monyet
Pinang tutul

39

Livistona
rotundifolia
Chrysalidocarpus
lutescens

94

Pohon
bahagia
Pohon
saputangan

Areca vestiara
Pinanga densiflora
Heliconia
Collinsiana
Dieffenbachia sp.
Browned sp.
Portulaca
grandiflora
Primula
denticulata

99

Portulaka

100

Primula

101

Pucuk emas

Galphinia gracilis

102

Pulkra

Kaemferia pluchra

103

Puring

104

Rane

Codeaum
variegatum
Selaginella plana

105

Sambang

Lapsia spinosa

106

Sambang
colok

Aerva sp.

24
1

2

3

4

45

Handeleum

Graptohylum
pictum

107

46

Hanjuang

Cordylin sp.

108

47

Herbras

48

Homalomena

49

Jarak

50

Kalatea

51

Gerbera
jamesonii
Homalomena
rubra
Jatropha
multifida

5

6

Hemigraphis
alternata
Spathiphylum
cannaefalium
Melastoma
malabathricum

Selandang
darah
Selandang
putih

109

Senduduk

110

Seruni

111

Sirih belanda

Calathea sp.

112

Sirih Gading

Kastuba

Euphorbia
pulcherrima

113

Sirih hias

52

Kecubung

Dafura metel

114

Suji

53

Keladi hias

Caladium sp.

115

Kembang
bulan
Kembang
emas
Kembang
merak

Tethonia
diversifolia
Stephanotis
floribunda
Caesalpinia
pulcherrima
Storophanthus
grandiflora

54
55
56
57
58
59
60
61

117

Scindapsus
aureus
Rhaphidophora
aurea
Peperomia
sanderii
Pleomele
angustifolia
Geogenanthus
undatus

Tanaman
lurik
Tanaman
mosaik
Tanaman
perak

Fittonia sp.
Pilea cadierei

118

Tapak darah

Catharanthus
rosea

119

Tatarompetan

Ipomoea tripida

Plumeria alba

120

Teratai kecil

Nymphaea lotus

Hibiscus
rosasinensis

121

Terompet
gading

Randia maculata

Ixora coccinea

Kembang pita
Kamboja
putih
Kembang
sepatu
Kembang
soka
Kembang
sungsang

116

Wedelia montana

122

Verbena

Verbena laciniata

Gloriosa superba

Tabel 2
Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan
No.

Nama
Daerah

Nama Latin

No.

Nama
Daerah

1

2

3

4

5

Nama Latin
6

1

Flamboyan

Delonix regia

14

Nyamplung

2
3
4

Angsana
Ketapang
Kupu-kupu

Pterocarpus indicus
Terminalia cattapa
Bauhinia purpurea

15
16
17

Jakaranda
Liang liu
Kismis

5

Kere payung

Filicium decipiens

18

Ganitri

6

Johar

Cassia multiyoga

19

Saga

7

Tanjung

Mimusops elengi

20

Antinganting

Calophyllum
inophyllum
Jacaranda filicifolia
Salix babilinica
Muehlenbeckia sp.
Elaeocarpus
spahaericus
Adenanthera
povoniana
Elaeocarpus
grandiflorus

8

Mahoni

21

Asam kranji

Pithecelobium dulce

9

Akasia

22

Johar

Cassia grandis

Swientenia
mahagoni
Acacia
auriculiformis

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

25
1

2

10

Bungur

11

Kenari

12
13

Johar
Damar

3

Lagerstroemia
loudonii
Canarium
commune
Cassia sp.
Agathis alba

4

5

6

23

Cemara

Cupresus papuana

24

Pinus

Pinus merkusii

25

Beringin

Ficus benjamina

Tabel 3
Daftar Tanaman Taman Hutan
No.

Nama
Daerah

1

2

1

Bungur

2

Jening

3

Khaya

4

Pingku

5
6
7

Lamtorogun
g
Puspa
Kenanga

8

Locust

9

Nama Latin
3

No.

Nama
Daerah

4

5

Nama Latin
6

Lagerstromia
speciosa
Pithecolobium
lobatum
Khaya anthotheca

32

Balam sudu

33

Sawo duren

34

Kedinding

35

Kepuh

36

Dadap

Erythrina cristagalli

37
38

Salam
Sungkai

39

Matoa/kasai

Eugenia polyantha
Pheronema
canescens
Pometia pinnata

Kisireum

Dysoxylum
excelsum
Leucaena
lecocephala
Schima wallichii
Canangium
adoratum
Hymenaena
courburil
Eugenia cymosa

Palaguium
sumatranum
Crysophyllum
cainito
Albizzia
leppecioides
Sterculia foetida

40

Locust

10

Manglid

Michelia velutina

41

11
12
13
14

Cengal
Flamboyan
Tanjung
Trembesi

Hopea sangkal
Delonix regia
Mimusops elengi
Samanea saman

42
43
44
45

Ebony/kayuhi
tam
Kempas
Sawo kecik
Asam
Pingku

15
16
17

Beringin
Kepuh
Angsret

46
47
48

18

Nyamplung

19

Leda

20

Tengkawan
glayar
Johar

Ficus benjamina
Sterculia foetida
Spathodea
campanulata
Callophylum
inophyllum
Eucalyptus
deglupta
Shorea
mecistopteryx
Cassia siamea

21
22

24

Merbau
pantai
Tengkawan
gmajau
Hoe

25

Merawan

23

Hymenaea
courbaril
Dyospiros celebica

49

Johar
Angsana
Tengkawang
layar
Kecapi

50

Palem Raja

Kompasia excelsa
Manilkara kauki
Tamarindus indica
Dysoxyllum
exelsum
Cassia grandis
Pterocarpus indicus
Shorea
mecistopteryx
Shandoricum
koetjape
Oerodoxa regia

51

Kalak

Poliantha lateriflora

52

Saputangan

Intsia bijuga

53

Bacang

Maniltoa
brawneodes
Manejitera foetida

Shorea
palembanica
Eucaliyptus
platyphylla
Hopea
mangarawan

54

Kayu manis

55

Kawista

56

Kenanga

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

Cinnamomun
burmanni
Feronia limonia
Canangium
odoratum

26
1

26
27
28
29

2

3

Blabag
Pala hutan
Cemara
sumatra
Palur raja

Terminalia citrina
Myristica fatua
Casuarina
sumatrana
Oreodoxa regia

4

5

57
58
59

-

60

Khaya

6

Hopea bancana
Shorea selanica
Pterogota alata
K. sinegalensis

Tabel 4
Daftar Tanaman Kebun dan Halaman

1

Nama
Daerah
Nangka

Artocarpus integra

15

Nama
Daerah
Durian

2

Kenanga

Canangium odoratum

16

Manggis

3
4
5
6
7
8
9

Sirsak
Srikaya
Pala
Alpokat
Belimbing
Jeruk
Mangga

17
18
19
20
21
22
23

Coklat
Duwet
Cengkeh
Jambu bol
Jambu air
Sawo manila
Sawo kecik

10

Rambutan

24

Kopi

Coffea robusta

11
12
13

Kedondong
Kemiri
Wuni
Jambu
monyet

Annona muricata
A. squamosa
Myristica fragrans
Persea americana
Averrhoa carambola
Citrus sp.
Mangifera indica
Nephelium
lappaceum
Spondias rarak
Aleurites moluccana
Antidesma bunius
Anacardium
occidentale

Durio zibethinus
Garcinia
mangostana
Theobroma cacao
Eugenia cuminii
E. aromatica
E. malaccensis
E. aquea
Achras zapota
Manilkara kauki

25
26
27

Kopi
Randu
Petai

C. Arabica
Ceiba pentandra
Parkia speciosa

No.

14

Nama Latin

No.

Nama Latin

Tabel 5
Daftar Tanaman yang dapat Ditanam di Pantai.
No.

Nama
Daerah

1

Lenggundi

2

Mengkuang

3

Cemara laut

4

Ketapang

5

Nama Latin
Vitex trifolia var
simplicifolia
Pandanus
odoratissimus
Casuarina
equisetifolia

No.

Nama
Daerah

Nama Latin
Hibiscus tiliaceus

9

Waru laut

10

Mempari

11

Gelam

Terminalia catappa

12

Keben

Bintangor
laut

Colophyllum
inophyllum

13

Menasi

6

Angsana

Pterocarpus indicus

14

Kelat Jambu
Laut

Eugenia grandis

7

Tembusu
padang

Fragraea fragrans

15

Dungun

Heritiera littoralis

8

Pong-pong

Cerbera odollam

16

Ambongambong

Scaevola taccada

Pongamia
pinnata
Melaleuca
cajuputi
Baringtonia
asiatica
Planchonella
obovata

4. Penentuan Luasan
Beberapa pakar mengemukakan luas hutan kota yang harus dibangun ditetapkan
menurut:
1. Persentase dari luas kota. Ada yang menyatakan 10%, 20%, 25%, 30%, 40%,
50% bahkan ada juga yang menetapkan 60%.
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

27
2. Penentuan luas lahan hutan kota dihitung berdasarkan jumlah penduduk.
Luasan hutan kota di Malasyia ditetapkan sebesar 1,9 m2/penduduk,
sedangkan di Jepang sebesar 5,0 m2/penduduk (Tong Yiew, 1991). Dewan
kota Lancashire Inggris menentukan 11,5 m2/penduduk dan Amerika 60
m2/penduduk sedangkan di DKI Jakarta taman untuk bermain dan
berolahraga diusulkan 1,5 m2/penduduk (Rifai, 1981).
3. Berdasarkan isu penting. Luas hutan kota yang harus dibangun pada kota
yang memiliki masalah kekurangan air bersih, dapt ditetapkan berdasarkan
pemenuhan kebutuhan akan air seperti rumus yan tertera pada halaman 38
(Sutisna dkk., 1987). Lain halnya dengan kota dengan penduduk yang padat
dan dengan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi, maka luas
hutan kota yang dibangun dapat dihitung berdasarkan pendekatan pemenuhan
oksigen (Kunto, 1986) dengan rumus :
a.V + b.W
L = ------------------20
L
a
b
V
W
20

:
:
:
:
:
:

luas hutan kota (m2)
kebutuhan oksigen per orang (kg/jam)
rerataan kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam)
jumlah penduduk
jumlah kendaraan bermotor
tetapan (kg/jam/ha)

Sistem penentuan luasan kota berdasarkan cara pertama dan kedua sangat
mudah dan sederhana. Tanpa turut diperhitungkan faktor lainnya. Namun keduaduanya tidak memeliki alasan (justification) yang mendasar dan kuat. Misalnya
jika ditetapkan 15%, mengapa dipilih 15%? Mengapa tidak 13 atau 16% bahkan
20 atau 30% ? Boleh jadi dengan perhitungan kedua cara ini, jika dikaji secara
ekonomi, efisiensi penggunaan sumberdaya alam menjadi tidak efisien, karena
hasil perhitungan sesungguhnya over estimate, atau malah hutan kota ini kurang
efektif karena perhitungan yang under estimate.
Dengan sistem perhitungan kedua dapat diterima akal, jika semakin tinggi
populasi manusia, hutan kota yang harus dibangun juga semakin luas. Namun
pada kenyataannya, dengan semakin padat dan semakin meningkatnya kegiatan
manusia, maka biasanya harga lahan akan semakin mahal dengan peruntukan
lahan yang semakin beragam. Sehingga pada pelaksanaannya sering mengalami
hambatan. Dengan menggunakan sistem perhitungan kedua, maka hutan kota
yang harus disediakan juga cenderung bergerak naik, sesuai dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk.
Cara ketiga memang nampak lebih padat memecahkan masalah yang muncul.
Bukankah hutan kota yang dibangun dimaksudkan untuk mengatasi masalah
tersebut? Walaupun dengan cara ini penentuan luasannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan, namun cara ini mempunyai beberapa kesulitan antara
lain :
1. Perhitungannya agak sulit.
2. Kadang-kadang sulit menentukan mana yang sesungguhnya menjadi masalah
utama.
3. Andaikata ada lebih dari satu isu utama, maka akan dihasilkan lebih dari satu
angka luasan hutan kota. Kemudian muncul masalah luasan mana yang harus
diambil.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

28
4. Karena penentuannya perlu penelitian, maka dibutuhkan waktu, tim peneliti,
sarana dan biaya yang mungkin tidak sedikit.
5. Nilai luasannya akan cenderung bergerak naik dengan bertambahnya waktu,
karena aktifitas dan populasi manusia, jumlah kendaraan dan industri akan
meningkat dengan bertambahnya waktu.
6. Boleh jadi luasan hutan kota yang harus disediakan melebihi luasan kota itu
secara administratifnya.
Cara Lain Perhitungan Luas RTH Kota dari Dep. PU.
Terdapat beberapa macam cara untuk menetapkan keluasan RTH kota, ditinjau
dari berbagai kebutuhan penduduk kota sebagai berikut :
(1) Pendekatan Gerakis melalui Perhitungan Kebutuhan Oksigen (O2):
2

Sebagai contoh, hasil penelitian di sebuah kota dengan luas 431 km , jumlah
penduduk 2,6 juta jiwa, jumlah kendaraan bermotor 200.000, maka :
Kebutuhan O2

= 5,352 X 10 gram atau setara 5.709 X 10 gram berat
kering tanaman,

Untuk memproduksi oksigen oleh kelompok tanaman sebesar jumlah tersebut
perlu dibuat :
2

(5.709 X 10) : 24 = 105.7 km atau 24.6% luas kota adalah RTH
2

Dengan catatan asumsi bahwa setiap meter persegi (m ) tanaman
menghasilkan 54 gram bahan kering.
(2) Perhitungan Berdasar Kebutuhan Air :
Kebutuhan air dalam kota tergantung dari faktor :
a. Kebutuhan air bersih per tahun
b. Jumlah air yang dapat disediakan oleh PAM
c. Potensi air saat ini
d. Kemampuan hutan menyimpan air
Faktor-faktor di atas dapat ditulis dalam persamaan :
L

=

Po.K (1 + r - c) t - PAM - Pa
Z

Keterangan :
L
= Luas hutan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air (dalam
Ha)
Po
= Jumlah penduduk kota pada tahun ke O
K
= Konsumsi air per kapita (liter/hari)
r
= Laju kebutuhan air bersih (biasanya seiring dengan laju
pertambahan penduduk kota setempat
t
= tahun
c
= faktor koreksi (besarnya tergantung dari upaya pemerintah dalam
penurunan laju pertumbuhan penduduk)
3
PAM = kapasitas suplai air oleh PAM (dalam M /tahun)
Pa
= potensi air tanah saat ini
3
z
= kemampuan lahan menyimpan air (M /Ha/tahun)

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

29
LAI diduga dengan menggunakan rumus :
LAI = CT [ Ls - 0,27 x EXP {0,035 CS 0.15 / ( (CS / 1,25) 2)} ]
Keterangan :
LS = Koefisien Bentuk Daun Rata-Rata (Mean Leaf-Shape Coefficient)
untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk hutan kota yang
merupakan nisbah antara lebar daun dan panjang daun rata-rata.
CS = Koefisen Bentuk Tajuk Rata-Rata (Mean Crown-Shape Coefficient)
untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk hutan kota,
yang merupakan nisbah antara lebar tajuk dan tinggi tajuk rata-rata.
CT = Koefisien Model Arsitektur Tumbuhan (Plant Architectural Mode
Coefficient), yang diperhitungkan berkisar antara 10-25, dengan ratarata sebesar 19,72. LS, CS dan CT tidak diukur secara langsung di
lapangan, melainkan dianaslisis (dirisalah) berdasarkan Model
Arsitektur Pohon yang diperkenalkan pada tahun 1975 oleh Halle &
Oldeman (Purnomohadi, 1995).
Berdasarkan pertimbangan isu-isu penting, luas RTH yang harus dibangun,
khususnya pada kota-kota yang memiliki masalah kekurangan air bersih,
sebaiknya ditetapkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan akan air seperti
rumus berikut (Sutisna et.al, 1987 dalam Dahlan, 1992) :
La

=

Po.K (1 + r - c) t – PAM . Pa
z

Keterangan :
La
= luas RTH kota yang harus dibangun
Po
= jumlah penduduk
K
= konsumsi air per kapita
r
= Laju peningkatan pemakaian air
C
= faktor pengendali
PAM = kapasitas Suplai Perusahaan Air Minum
t
= tahun
Pa
= potensi air tanah
z
= kemampuan hutan kota dalam menyimpan air
Lain halnya pada kota berpenduduk padat, dengan jumlah kendaraan
bermotor dan industri yang tinggi, maka luas RTH kota yang dibangun dapat
dihitung berdasar pendekatan pemenuhan oksigen (Kunto, 1986), dengan
rumus :
L

=

A.v+b.W
20

Keterangan :
L = luas RTH kota (m2)
a = kebutuhan oksigen per orang (kg/jam)
b = rerataan kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (Kg/jam)
V = jumlah Penduduk
W = jumlah kendaraan bermotor
20 = tetapan (kg/jam/Ha)

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

30
Kemudian dimodifikasi oleh Dahlan (2003) sebagai berikut :
L

A.i. Vi +

=

Bi. WI +
20

Ci .Zi

Keterangan :
L = Luas Hutan Kota (Ha)
Ai = Kebutuhan Oksigen (O2) per orang (ug/jam)
Bi = Kebutuhan Oksigen (O2) per satuan kendaraan bermotor (kg/jam)
Ci = Kebutuhan Oksigen (O2) per satuan industri (kg/jam)
Vi = jumlah Penduduk
Wi = jumlah kendaraan bernotor dari berbagai jenis
Zi = jumlah industri dari berbagai jenis
20 = konstanta (rerataan oksigen/O2) yang dihasilkan (20kg/jam/Ha)
Selain menggunakan pendekatan Metode Kunto, penentuan luasan RTH
berdasarkan kebutuhan oksigen, juga dapat dilakukan dengan Metode Gerakis
(1974) yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988) dengan rumus :
Lt

=

Pt + Kt + Tt
(54)(0,9375)

Keterangan :
Lt
= luas RTH Kota pada Tahun ke-t (m2)
Pt
= jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t
Kt
= jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun
ke–t
Tt
= jumlah Kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke-t
2
54
= tetapan yang menunjukan bahwa 1 m luas lahan menghasilkan 54
gram berat kering tanaman per hari
0,9375 = tetapan yang menunjukan bahwa 1 gram berat kering tanaman
adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375

5. Komponen Pendukung
Beberapa komponen pendukung yang diperlukan untuk pembangunan dan
pengembangan hutan kota antara lain:
1. Tersedianya kebun pembibitan yang dapat menyediakan bibit secara massal,
2. Ilmu dan teknologi yang memadai,
3. Pelayanan jasa konsultasi untuk umum,
4. Dukungan dari penentu kebijakan,
5. Peraturan-perundangan,
6. Dukungan masyarakat, dan
7. Tenaga ahli.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

31
BAB VII
PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN

1. Penanaman
Pohon-pohon yang kecil mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan
akibat pemindahan daripada pohon-pohon yang besar. Oleh sebab itu untuk
menanam pohon- pohon yang besar perlu ahli yang berpengalaman, alat-alat,
kendaraan dan biaya yang relatif mahal. Ukuran pohon yang optimum untuk dapat
dipindahkan sangat bervariasi tegantung kepada jenisnya. Walaupun demikian
ukuran pohon yang banyak ditanam yang mempunyai diameter batang antara 510 mm dan tingginya antara 30-100 cm.
Cara pemindahan pohon yang besar seperti yang pernah dilakukan di California
untuk pohon deodara (Cedrus deodara yang tingginya 26 m, peppertree (Schinus
molle) yang tingginya 47 m dan diameter batangnya 1,27 m dan beratnya 52 ton
serta pohon palm yang tingginya 32 m dan beratnya 35 ton adalah sebagai
berikut.
Pertama-tama akar diputar dengan membuat bongkahan tanah yang besarnya
seukuran daerah minimal perakaran tapi cukup besar untuk tidak terlalu
mengganggu pertumbuhan pohon itu sendiri. Dengan menggunakan dua buah
bulldozer yang satu mendorong dan lainnya mengangkatnya, maka akar berikut
tanahnya digali. Bulatan tanah (putaran) itu kemudian dibungkus dengan
menggunakan plastik atau karung yang kuat. Bungkusan itu kemudian diikat
dengan menggunakan rantai besi yang kuat. Rantai besi ini dipergunakan untuk
mengangkat tanaman berikut tanahnya dan dinaikkan ke atas truk/trailer untuk
dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan.
Lubang harus disiapkan sebelum tanaman dipindahkan ke tempat yang baru.
Ukuran lubang hendaknya lebih besar daripada ukuran daerah perakaran pohon
yang hendak ditanam, biasanya satu setengah atau dua kali dari ukuran bulatan
perakaran tanaman. Jika daerah perakaran mempunyai diameter 1,5 m dan 0,75
m dalamnya, maka diameter ukuran lubang sekitar 2,5 m dan tingginya 1,5 m.
Pada tanah kurang subur ukuran lubang ini harus betul-betul diperhatikan.
Pembuatan lubang dengan ukuran yang besar ini perlu dikerjakan mengingat
beberapa saat setelah tanaman itu dipindahkan ke tempat yang baru, akar akan
mulai tumbuh ke luar dari dalam putaran dan menembus media yang baru.
Satu atau dua minggu sebelum tanam, lubang ini diisi dengan pupuk kandang
atau kompos yang diperkaya dengan pupuk buatan, Jika daerah tersebut
merupakan tempat sarang rayap, maka perlu diberi insektisida butiran yang
persisten.
Bila tanah sangat asam dan tanaman yang hendak ditanam merupakan tanaman
yang membutuhkan kisaran pH tanah normal sampai basa, maka tanah perlu
diberi kapur 3-4 minggu sebelum tanam. Sebaliknya jika tanahnya agak basa,
sedangkan tanaman yang akan ditanam lebih menyenangi tanah asam, maka
tanah perlu diberi belerang atau pupuk yang bersifat asam seperti Amonium
sulfat. Pemberian media yang cocok dengan keperluan tanaman ini sangat perlu
untuk diperhatikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.
Saluran drainase perlu dibuatkan khususnya untuk tanah yang kandungan liat dan
humusnya sangat tinggi. Pada kondisi yang seperti ini air yang berlebih dapat
mengakibatkan akar menjadi busuk karena serangan penyakit atau karena
menderita kekurangan oksigen (asphyxia).
Akar harus pula cukup mendapatkan udara untuk pernapasannya. Oleh sebab itu,
pada saat akar tanaman ditimbun kembali dengan tanah tidak boleh terlalu
dipadatkan, agar tanah masih tetap berpori dan gembur.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

32
Pohon dapat dipindahkan ke tempat lain melalui dua cara. Cara yang pertama,
tanaman dipindahkan tanpa disertai dengan tanahnya. Cara ini lebih mudah
penggaliannya dan membawanyapun lebih ringan. Sedangkan cara kedua yaitu
tanaman dipindahkan dengan sedikit menyertakan tanahnya. Cara yang terakhir
ini lebih sulit karena lebih berat, namun mengingat nilai kegagalannya lebih kecil,
maka cara ini banyak juga dilakukan.
Untuk cara pertama yakni akar tanpa tanah, akar yang telanjang itu harus
dibungkus dengan karung, koran atau jerami yang sebelumnya telah direndam
dalam air. Akar perlu dihindarkan dari sengatan cahaya matahari. Apabila waktu
pengangkutan dan jarak waktu antara penggalian dan penanaman lebih dari satu
hari, maka cara ini hanya dapat dianjurkan dilakukan pada musim hujan. Selama
pengangkutan bahan penutup harus selalu basah dengan jalan menyemprot atau
menyiramnya selama dalam perjalanan.
Cara yang kedua yaitu mendapatkan tanaman beserta tanahnya atau yang lebih
dikenal dengan cara bola (putaran). Nama ini diberikan karena bentuk tanah yang
menyertai akar hampir menyerupai bola. Walaupun demikian pada kenyataannya
bentuknya tidak selalu bulat, kadang-kadang berupa silinder. Ukuran bola
hendaknya menurut proporsi ukuran pohon. Biasanya diameter bola 8-10 kali
lebih besar daripada diameter pohon.
a. Penyiapan Putaran
Untuk tanaman yang sudah tua sebaiknya penyiapan putaran (bola) tidak
dilakukan dalam jangka waktu yang sangat pendek. Penyiapan putaran sudah
dilakukan 5 bulan sampai 1 tahun sebelum pohon tersebut dipindah-tanamkan.
Pada bulan pertama bagian akar yang di luar putaran digali dan akarnya
dipotong dan dibuang ke luar. Batu dan kerikil juga diangkat dan dibuang,
lubang kemudian diurug kembali dengan tanah. Pada bulan ketiga perlakuan
seperti itu dilakukan lagi namun pada bulan ketiga ini pemotongan akar lebih
mendekat ke arah pohon yaitu tepat pada ukuran putaran yang akan kita
bentuk. Pada bulan kelima pohon siap diangkat dan dipindahkan ke tempat
lain. Semakin besar tinggi dan lebar tajuk, maka waktu yang diperlukan untuk
perlakuan tersebut semakin lama, bisa sampai satu tahun. Perlakuan yang
diberikan dalam jangka waktu 2-5 tahun tidak dianjurkan, karena memakan
waktu terlalu lama dan akar yang semula kecil akan tumbuh berubah menjadi
terlalu besar.
Perlakuan seperti diterangkan di atas dimaksudkan untuk merangsang
terbentuknya sistem perakaran yang kompak di dalam putaran. Selain itu
untuk melatih tanaman unuk dapat hidup dengan akar yang lebih sedikit.
Sehingga pada saat pemindahan nanti tidak terjadi guncangan (shock) hebat,
akibat akarnya banyak berkurang.
Ukuran yang tepat dari diameter dan tinggi putaran berlainan untuk setiap jenis
tanaman. Jenis tanaman yang mempunyai akar tunggang yang panjang
seperti cemara lilin, tinggi putaran harus jauh lebih besar daripada
diameternya. Demikian sebaliknya tanaman yang akarnya menyebar dangkal
seperti angsana dan kenari, ukuran diameter putaran harus lebih besar
daripada tingginya.
Putaran kemudian diletakkan di atas truk atau trailer. Putaran disimpan di
bagian depan, sedangkan bagian tajuk diletakkan di bagian belakang. Akan
sangat bermanfaat bila ada penyangga cabang dan pohon dari kayu agar
pohon dapat lebih stabil terhindar dari bobot cabang, ranting dan dedaunan,
khususnya
untuk
pengangkutan
yang
melewati
jalan
yang
bergelombnag/berlubang, karena ranting dan dedaunan yang berat dengan
guncangan yang kuat dapat mengakibatkan cabang/batang menjadi tertekuk
atau patah. Pohon atau batang yang bersinggungan dengan kayu penyangga
hendaknya dibalut dengan busa yang tebal untuk menghindarkan perlukaan
karena gesekan.
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

33
Ranting dan cabang diikat dengan ditali untuk mengurangi gerakan yang hebat
oleh angin selama dalam perjalanan.
Untuk pohon yang rindang dan besar sebaiknya pengangkutan dilakukan pada
kondisi angin yang lemah pada cuaca yang mendung. Pengangkutan sangat
dianjurkan di malam hari, jika jarak pengangkutannya sangat jauh.
Di negara maju pada saat ini telah tersedia kendaraan khusus pengangkut
untuk membawa pohon seperti Big John Tree Transpalnter atau Vermeer Tree
Spade (Haller, 1986).

b. Penanaman Kembali
Jika ukuran putaran sangat besar dan terlalu berat untuk dipindahkan dengan
tenaga manusia, maka pohon dapat dipindah-turunkan dengan menggunakan
crane. Kedalaman akar pada saat penanaman kembali harus sama dengan
kedalamannya semula. Jika pada tempat yang baru tanaman ditanam lebih
dalam, maka akarnya dapat menderita kekurangan udara (asphyixia).
Sebaliknya jika tanaman ditanam terlalu dangkal, maka dikhawatirkan
tanaman akan menderita kekeringan dan kepanasan akibat sengatan sinar
matahari
Sistem pemindahan tanaman dengan akar terbuka membutuhkan perhatian
yang lebih khusus daripada pemindahan tanaman dengan sistem putaran.
Akar yang rusak karena patah atau luka harus dipotong dan diberi parafin atau
media tumbuh disekelilingnya ditaburi dengan fungisida dan insektisida yang
persisten.
Pohon harus diletakkan ditengah-tengah lubang dengan arah yang tegak. Jika
pohon itu kecil seseorang dapat memegangnya supaya tegak dan yang
lainnya menguburnya dengan tanah.
Pada tanah yang kurang baik sistem drainasenya, di bagian bawah akar harus
diberi batu, kerikil dan pasir, agar akar tidak menjadi tergenang akibat
kelebihan air. Dengan menggunakan pipa paralon yang ujungnya telah dibalut
dengan ijuk yang disimpan di bawah putaran, kelebihan air ini dapat dibuang
ke saluran drainase.
Jika pengangkatan putaran dengan menggunakan plat besi di bagian bawah
putaran, maka putaran diturunkan dulu pada lokasi di luar posisi yang
diinginkan yang ada beberapa pohon kecil yang lurus. Pohon ini berguna
untuk mempermudah memindahkan putaran untuk diletakkan pada lokasi yang
diinginkan. Tali pengikat yang terbuat dari kawat atau plat dibuka dan dibuang
ke luar lubang, sedangkan tali serta karung goni pembungkus putaran yang
dapat hancur dapat dibiarkan saja tetap melilit dan membungkusnya.

c. Penyiraman
Segera setelah pohon selesai ditanam, pohon harus diberi air. Pemberian air
tidak dianjurkan diberikan pada saat atau sebelum pohon ditanam, karena
dapat mengakibatkan terbentuknya lumpur, tanah menjadi padat dan
pengerjaan penanaman menajdi sulit karena licin.
Pada musim kemarau pemberian air harus dilakukan pagi dan sore hari,
sedangkan pada musim penghujan hanya diberikan, jika tidak ada hujan untuk
beberapa hari atau apabila tanah terlihat sangat kering. Pemberian air tidak
boleh terlalu berlebihan dan tidak boleh terlalu sedikit. Penyiraman dianggap
cukup jika tanah terlihat lembab sampai basah.

d. Pemupukan
Mengingat tanah-tanah di perkotaan mempunyai kesuburan yang rendah,
maka untuk mempercepat pertumbuhan tanaman perlu pupuk organik dan
pupuk buatan. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos
dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dengan memberikan bahanbahan organik ke dalam tanah, tanah menjadi lebih dapat menyimpan air, lebih
gembur dan juga akar cukup mendapat oksigen. Pada tanah yang gembur
HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

34
akar lebih mudah menembus tanah. Selain itu air penyiraman akan lebih
mudah masuk ke dalam tanah yang lebih dalam. Karena pupuk organik juga
banyak mengandung mikroba, maka kesuburan hayati tanah akan dapat
meningkat pula.
Jumlah pupuk yang diberikan untuk setiap tanaman juga harus diperhatikan
benar. Jika pupuk yang diberikan terlalu sedikit, maka hasil pemupukan tidak
begitu nampak hasilnya. Sebaliknya jika jumlah pupuk yang diberikan terlalu
banyak, tanaman akan menderita keracunan.
Mengingat pupuk TSP agak sukar larut dalam air dan ketersediaannya bagi
tanaman lambat, maka pupuk ini biasanya diberikan pada saat tanam. Pupuk
urea diberikan sedikit pada saat tanaman telah berumur sebulan dan
pemberian dengan dosis sebenarnya hanya diberikan setelah tanaman terlihat
pertumbuhannya. Pupuk urea yang diberikan terlalu awal dan dalam jumlah
yang besar akan mengganggu pertumbuhan tanaman, karena akar masih
belum cukup kuat.
Yang harus diperhatikan dalam peletakan pupuk adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan pupuk tidak terlalu dekat ke pohon. Tempat pupuk diletakkan di
sekeliling pohon sebaiknya antara 3/4 sampai sama dengan jari-jari lebar
tajuk.
2. Tidak terlalu dangkal. Jika terlalu dangkal maka yang akan memanfaatkan
pupuk tersebut mungkin hanya rerumputan yang perakarannya berkeliaran
di sekitar permukaan tanah dan pupuk mungkin mengalami penguapan.
3. Juga tidak terlalu dalam. Selain aplikasinya sulit juga melalui proses
pencurian pupuk ini akan terbawa hanyut ke lapisan yang lebih bawah dari
mintakat perakaran.

e. Penyanggaan/Pengairan
Tanaman yang baru ditanam perlu penyangga buatan sampai tanaman
tersebut dapat menahan bebannya sendiri melalui penahanan dan
cengkraman akar-akarnya. Jika tidak diberi penyangga dengan hembusan
angin yang kecil saja tumbuhan akan mudah sekali roboh.
Untuk pohon yang sangat kecil dapat dipergunakan ajir yang terbuat dari
bambu atau kayu satu batang yang ditancapkan dekat tanaman. Tanaman
diikat dengan menggunakan tali. Ikatan tali pada batang tidak boleh terlalu
kencang, karena dapat mencekiknya. Simpul ikatan yangbaik adalah simpul
angka delapan.
Untuk tanaman yanglebih besar dipergunakan kayu atau bambu dua buah
yang ditancapkan ke tanah dan dua bilah lagi sebagai penggepit pohon. Bilah
penggepit ini dipakukan pada bilah yang ditancapkan. Agar pohon tidak
bergerak ke satu arah, maka bilah penggepit ini disekat lagi dengan bilah
penghalang.

f. Pembalutan
Pohon yang kecil perlu dibungkus dengan bahan yang lembut untuk
melindungi dari sengatan matahari, serangan penggerek batang, cakaran dan
gigitan binatang.
Pembalutan dimulai dari permukaan tanah sampai ke cabang-cabang utama
yang besar. Pembalutan dilakukan sedemikian rupa untuk menghasilkan
pembalutan yang menyeluruh, agar seluruh bagian batang betul-betul
terlindung dari bahaya tersebut di atas. Balutan dibiarkan satu atau dua tahun
sampai pohon itu dianggap kuat.

g. Pemangkasan
Pohon besar yang ditanam dengan sebagian besar akarnya dipotong harus
dilakukan pemangkasan cabang dan daun. Hal ini dimaksudkan untuk

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

35
mengurangi daya evapo-transpirasi daun yang akan jauh lebih besar daripada
kemampuan akar dalam menyerap air dari tanah.
Pemangkasan dapat dilakukan pada saat pohon tersebut digali di tempat
asalnya atau dapat pula di tempatnya yangbaru yaitu sebelum penanaman
dilakukan. Pemangkasan yang dilakukan pada saat penggalian bibit sangat
dianjurkan untuk pohon yang dipindahkan dengan sistem akar terbuka.
Pemangkasan akan mengurangi berat tanaman pada saat pencabutan dan
pengangkutan. Di samping itu juga dapat memperkecil kehilangan air selama
transportasi.
Jika pohon terlalu lebat, daunnya dapat dikurangi sampai 75%. Walaupun
demikian pemangkasan tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sampai
merusak bentuk asli dari pohon.
Apabila pohon dipindahkan dengan sistem putaran, pemangkasan tidak perlu
terlalu banyak, hanya di bagian puncaknya saja dan dilakukan pada saat
penanaman.

h. Pemberian Hormon
Sejumlah zat pengatur tumbuh yang diberikan untuk merangsang
pertumbuhan tanaman telah banyak ditemukan semenjak 50 tahun
belakangan ini. Hormon dan zat pengatur tumbuh ada yang bekerja
merangsang pembentukan akar, daun atau bunga dan buah. Beberapa jenis
seperti IBA (indole-butyric-acid), NAA (Naphthalein-acetic-acid), 2,4-D, IAA
(Indole-acetic-acid) dijual dalam beberapa merek dagang.
NAA (Naphthalein-acetic-acid) yang dicampur dengan Thiaminemono-nitrate
dijual dengan nama Vitamin B-1. Larutan ini dapat dipergunakan untuk
mengurangi guncangan (shock) akibat penanaman. Pemakaiannya dicampur
dengan air menurut petunjuk pabrik.
Pemberian larutan ini dapat dilakukan tiap minggu atau dua minggu sekali
selama beberapa bulan sampai tanaman itu dapat hidup mandiri.

2. Perawatan Luka pada Batang
Pohon redwood di Piercy, California, mempunyai tinggi 76 m berumur 2000 tahun
masih hidup dan tumbuh walaupun mempunyai luka bekas kebakaran lebih dari
seratus tahun yang lalu (Haller, 1986). Hal ini dikarenakan, luka pada pohon
tersebut telah dirawat dengan baik.
Pohon yang sempurna memiliki permukaan kulit yang mulus mulai dari akar
sampai ujung batang. Namun jika pohon tersebut dikuliti, terpotong, dipukul atau
dibakar, maka akan dapat terbentuk luka yang kemudian akan berubah menjadi
lubang.
Perlukaan pada jaringan kulit dan jaringan kayu harus disembuhkan, karena akan
menimbulkan infeksi yang lebih berat, sehingga dapat membahayakan
kelangsungan hidup tanaman tersebut.
Luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja.
2. Luka yan terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan
kayu teras.
Cara untuk mengobati luka kulit pohon reltif sederhana. Dengan menggunakan
pisau yang runcing dan tajam daerah tepi kulit yang luka dipotong/diiris tipis
dengan bentuk elif dan sejajar dengan aliran hara/pohon. Bagian yang baru
dipotong tersebut kemudian diberi fungisida dan ditutup dengan shellac, lilin,
malam atau parafin cair. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan dan
penyakit. Penyakit yang dapat menyerang misalnya cendawan Phytophthora
parasitica (Wudianto, 1989). Proses ini disebut tracing atau scribing.

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

36
Perlindungan luka kayu dengan pengecatan/pengolesan dengan bahan pencegah
penyakit pada areal luka yang besar dianjurkan untuk dilakukan 4 - 6 bulan sekali.
Hendaknya tidak digunakan kreosot atau karbolineum, karena bahan pengawet ini
merupakan racun untuk jaringan hidup (Haller, 1986).
Usaha perawatan terhadap lubang luka terdiri dari :
1. Membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang dapat menjadi sarang
hama dan sumber penyakit.
2. Membersihkan dan membentuk lubang agar menjadi lebih terbuka.
3. Mengecat dan menutup luka dan khususnya terhadap kambium yang terbuka.
4. Membuat saluran drainase.
5. Menyehatkan bagian dalam tanaman.
6. Pengisian lubang untuk memperoleh penampilan yang baik serta untuk
mengurangi kemungkinan lubang tersebut menjadi tempat persembunyian
binatang berbisa dan hama.
Kegunaan perlakuan tersebut selain untuk penyembuhan luka itu sendiri juga
mempunyai kegunaan :
1. Menyediakan permukaan yang kuat memungkinkan jaringan kalus baru dapat
tumbuh untuk merangsang penyembuhan luka tersebut.
2. Memperkuat pohon melalui perawatan dari dalam, sehingga jaringan kayu
dapat tumbuh lebih banyak yang akan menjadi pohon lebih kuat.
3. Menghilangkan sumber penularan hama dan penyakit serta menghilangkan
tempat persembunyian ular dan binatang berbahaya lainnya.
4. Memperbaiki citra/penampilan pohon secara keseluruhan.
Bahan-bahan pengisi lubang yang dapat dipakai adalah : potongan kayu, karet,
aspal yang telah dicampur dengan serbuk gergaji bahkan ada juga yang
menyarankan untuk digunakan semen. Sebagian orang menganggap pengisian
dengan semen tidak disukai karena bahan ini berat dan terlalu keras, sehingga
mempunyai kemungkinan proses penyembuhan pohon ini malah menjadi
terganggu karena adanya bahan tersebut.

3. Pemangkasan
Pemangkasan dimaksudkan untuk membuang bagian dahan/ranting tertentu
untuk mendapatkan bentuk tertentu (seperti binatang), mengendalikan
pertumbuhan tinggi pohon, membuang bagian yang terkena penyakit, untuk
keselamatan (jika patah dikhawatirkan dapat mengancam keselamatan pemakai
jalan raya atau karena dahan dapat mengganggu kabel listrik dan telepon), untuk
memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk tumbuh lebih baik atau untuk
mempercepat munculnya bunga.

4. Penebangan
Pohon-pohon yang harus dihilangkan adalah pohon-pohon yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
• Mati,
• Membahayakan,
• Saling berhimpitan,
• Pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon-pohon lain,
• Pohon-pohon pada jalur jalan dan bangunan,
• Mengganggu jalur listrik dan telepon.
Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk menebang pohon adalah :

HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

37
Buku hutan kota
Buku hutan kota
Buku hutan kota
Buku hutan kota
Buku hutan kota
Buku hutan kota
Buku hutan kota

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanabdul gonde
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BloraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BloraPenataan Ruang
 
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaras Kun Rahmanti Putri
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGDadang Solihin
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPenataan Ruang
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaAji Qan D
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1laboratorium pwkuinam
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasdenotsudiana
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kdenny KARWUR
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangSri Wahyuni
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)npgkuja
 

Was ist angesagt? (20)

Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
Tempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampahTempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampah
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BloraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora
 
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5:   Jenis-jenis Peta dan FungsiBab 5:   Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
 
Amdal
AmdalAmdal
Amdal
 
Ruang Lingkup Ekologi
Ruang Lingkup EkologiRuang Lingkup Ekologi
Ruang Lingkup Ekologi
 
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
 
Hutan Kota
Hutan KotaHutan Kota
Hutan Kota
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan das
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata Ruang
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
 

Andere mochten auch

DESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
DESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT  KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATANDESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT  KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
DESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATANNaufal Achmad
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPenataan Ruang
 
Telaah Literatur "TAMAN KOTA"
Telaah Literatur "TAMAN KOTA"Telaah Literatur "TAMAN KOTA"
Telaah Literatur "TAMAN KOTA"Anto Priy
 
Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung
Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung
Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung Iqlima Pebrianti
 
Tugas sistem jaringan - membangun jaringan komputer
Tugas sistem jaringan - membangun jaringan komputerTugas sistem jaringan - membangun jaringan komputer
Tugas sistem jaringan - membangun jaringan komputerTakwa Priambodo
 
Proposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptProposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptAulia Hamunta
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...bramantiyo marjuki
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MedanRencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MedanPenataan Ruang
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Septinia Silviana
 
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...Bos Ariadi Muis
 
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016ayi sugandhi
 
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPIKelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPINanda Reda
 

Andere mochten auch (20)

DESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
DESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT  KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATANDESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT  KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
DESAIN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
 
Tugas 7
Tugas 7Tugas 7
Tugas 7
 
Tugas 4
Tugas 4Tugas 4
Tugas 4
 
Tugas 3
Tugas 3Tugas 3
Tugas 3
 
Tugas 5
Tugas 5Tugas 5
Tugas 5
 
Tugas 8
Tugas 8Tugas 8
Tugas 8
 
Tugas 10
Tugas 10Tugas 10
Tugas 10
 
Tugas 9
Tugas 9Tugas 9
Tugas 9
 
Telaah Literatur "TAMAN KOTA"
Telaah Literatur "TAMAN KOTA"Telaah Literatur "TAMAN KOTA"
Telaah Literatur "TAMAN KOTA"
 
BANDUNG
BANDUNGBANDUNG
BANDUNG
 
Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung
Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung
Kondisi Fisik & Sosial Kota Bandung
 
Tugas sistem jaringan - membangun jaringan komputer
Tugas sistem jaringan - membangun jaringan komputerTugas sistem jaringan - membangun jaringan komputer
Tugas sistem jaringan - membangun jaringan komputer
 
Proposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptProposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian ppt
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MedanRencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
 
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air...
 
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
 
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPIKelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
 

Ähnlich wie Buku hutan kota

Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang KotaWebinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang KotaKukuh Sungkawa
 
Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007071090is
 
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!jong arsitek
 
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...Penataan Ruang
 
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik PerkotaanPraktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik PerkotaanOswar Mungkasa
 
Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17CIkumparan
 
Amdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukimanAmdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukimanKurniawan Yusril
 
Perhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdf
Perhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdfPerhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdf
Perhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdfheru946800
 
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...Fitri Indra Wardhono
 
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kota
Pp 63 tahun  2002  ttg hutan kotaPp 63 tahun  2002  ttg hutan kota
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kotawalhiaceh
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
 
Perda rtrw kab tangerang 2002
Perda  rtrw kab tangerang 2002Perda  rtrw kab tangerang 2002
Perda rtrw kab tangerang 2002Virza Arizal
 
Paparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi ivPaparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi ivUjang Sukarna
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...infosanitasi
 
Kak rdtr kab.donggala
Kak rdtr kab.donggalaKak rdtr kab.donggala
Kak rdtr kab.donggalaDanang Abrori
 
asas-asas pengetahuan lingkungan
asas-asas pengetahuan lingkunganasas-asas pengetahuan lingkungan
asas-asas pengetahuan lingkunganthiarramadhan
 

Ähnlich wie Buku hutan kota (20)

Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang KotaWebinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
 
Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007Mendagri 1 2007
Mendagri 1 2007
 
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
 
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
 
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik PerkotaanPraktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
 
Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17
 
Peraturan perundang
Peraturan perundangPeraturan perundang
Peraturan perundang
 
RUTRK GARUT
RUTRK GARUTRUTRK GARUT
RUTRK GARUT
 
Sustainable city's paper
Sustainable city's paperSustainable city's paper
Sustainable city's paper
 
Amdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukimanAmdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukiman
 
Perhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdf
Perhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdfPerhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdf
Perhitungan Emisi untuk inventarisasi GRK.pdf
 
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...
 
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kota
Pp 63 tahun  2002  ttg hutan kotaPp 63 tahun  2002  ttg hutan kota
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kota
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
 
Perda rtrw kab tangerang 2002
Perda  rtrw kab tangerang 2002Perda  rtrw kab tangerang 2002
Perda rtrw kab tangerang 2002
 
Paparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi ivPaparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi iv
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
 
Kak rdtr kab.donggala
Kak rdtr kab.donggalaKak rdtr kab.donggala
Kak rdtr kab.donggala
 
asas-asas pengetahuan lingkungan
asas-asas pengetahuan lingkunganasas-asas pengetahuan lingkungan
asas-asas pengetahuan lingkungan
 

Mehr von Achmad Wahid

Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerahSurat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerahAchmad Wahid
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiAchmad Wahid
 
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahSk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahAchmad Wahid
 
Peta karakteristik
Peta karakteristikPeta karakteristik
Peta karakteristikAchmad Wahid
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangAchmad Wahid
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiAchmad Wahid
 
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jatengP jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jatengAchmad Wahid
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017 Achmad Wahid
 
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018Achmad Wahid
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018Achmad Wahid
 
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISPP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISAchmad Wahid
 
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desaPermendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desaAchmad Wahid
 
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanPermen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanAchmad Wahid
 
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...Achmad Wahid
 

Mehr von Achmad Wahid (20)

Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerahSurat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
Surat edaran pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang di daerah
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
 
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahSk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
 
Lampiran1
Lampiran1Lampiran1
Lampiran1
 
Sk.8.menlhk2018
Sk.8.menlhk2018Sk.8.menlhk2018
Sk.8.menlhk2018
 
Peta penetapan
Peta penetapanPeta penetapan
Peta penetapan
 
Peta karakteristik
Peta karakteristikPeta karakteristik
Peta karakteristik
 
Lampiran2
Lampiran2Lampiran2
Lampiran2
 
Jawa
JawaJawa
Jawa
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
 
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan InvestasiSE ATR/BPN Percepatan Investasi
SE ATR/BPN Percepatan Investasi
 
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jatengP jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
P jateng 22_2003 pengelolaan kawasan lindung jateng
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2017
 
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
KEPUTUSAN MENTERI ATR / KA BPN NOMOR 73/KEP-4.1/II/2018
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2018
 
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISPP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
 
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desaPermendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
Permendagri 114 th 2014 ttg pedoman pembangunan desa
 
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanPermen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
 
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR :  620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 620/2/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN ST...
 
UU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERAUU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERA
 

Kürzlich hochgeladen

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

Buku hutan kota

  • 1.
  • 2. DAFTAR ISI HALAMAN COVER DAFTAR ISI Hal. i ii DASAR HUKUM HUTAN KOTA UNDANG-UNDANG DASAR (UUD) UNDANG-UNDANG (UU) PERATURAN PEMERINTAH (PP) KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) KEPUTUSAN MENTERI (KEPMEN) PERATURAN MENTERI (PERMEN) INSTRUKSI MENTERI (INMEN) 1 1 1 1 1 2 2 2 BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II KOTA DAN PERMASALAHANNYA 1. Upaya Perbaikan Mutu Lingkungan Kota 2. Hutan Kota dan Hubungannya dengan Ketahanan/Masa Depan Bangsa 4 4 BAB III PENGERTIAN HUTAN KOTA 7 BAB IV PERANAN HUTAN KOTA 1. Identitas Kota 2. Pelestarian Plasma Nutfah 3. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara 4. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal 5. Penyerap dan Penjerap Debu Semen 6. Peredam Kebisingan 7. Mengurangi Bahaya Hujan Asam 8. Penyerap Karbon-monoksida 9. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen 10. Penahan Angin 11. Penyerap dan Penapis Bau 12. Mengatasi Penggenangan 13. Mengatasi Intrusi Air Laut 14. Produksi Terbatas 15. Ameliorasi Iklim 16. Pengelolaan Sampah 17. Pelestarian Air Tanah 18. Penapis Cahaya Silau 19. Meningkatkan Keindahan 20. Sebagai Habitat Burung 21. Mengurangi Stress 22. Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi 23. Meningkatkan Industri Pariwisata 24. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 4 8 8 8 8 8 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 13 13 13 14 14 15 15 15 15 ii
  • 3. BAB V TIPE DAN BENTUK HUTAN KOTA 1. Tipe Hutan Kota a. Tipe Pemukiman b. Tipe Kawasan Industri c. Tipe Rekreasi dan Keindahan d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah e. Tipe Perlindungan f. Tipe Pengamanan 2. Bentuk Hutan Kota a. Jalur Hijau b. Taman Kota c. Kebun dan Halaman d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang e. Hutan Lindung f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan 16 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 BAB VI PEMBANGUNAN HUTAN KOTA 1. Perencanaan 2. Kelembagaan dan Organisasi Pelaksanaannya 3. Pemilihan Jenis 4. Penentuan Luasan Cara Lain Perhitungan Luas RTH Kota dari Dep. PU. 5. Komponen Pendukung 20 20 20 21 27 29 31 BAB VII PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN 32 1. Penanaman a. Penyiapan Putaran b. Penanaman Kembali c. Penyiraman d. Pemupukan e. Penyanggaan/Pengairan f. Pembalutan g. Pemangkasan h. Pemberian Hormon 2. Perawatan Luka pada Batang 3. Pemangkasan 4. Penebangan a. Tumpangan (Toping) b. Penggalan (Sectioning) c. High-lining d. Potong bawah (Bottoming) 32 33 34 34 34 35 35 35 36 36 37 37 38 38 38 38 BABVIII ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 39 BAB IX PENUTUP 41 DAFTAR PUSTAKA 42 HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP iii
  • 4. DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kekuatan dan Kemajuan Bangsa Tergantung Kepada Kualitas Lingkungan Kota Gambar 2 Organisasi Pengelolaan Hutan Kota 6 21 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tanaman Hias Tabel 2 Tanaman sebagai Peneduh Jalan Tabel 3 Daftar Tanaman Taman Huta Tabel 4 Daftar Tanaman Kebun dan Halaman Tabel 5 Datar Tanaman yang dapat Ditanami di Pantai 23 25 26 27 27 HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP iv
  • 5. Dasar Hukum Hutan Kota (Ruang Terbuka Hijau) Kompilasi Dasar Hukum (Peraturan Perundang-undangan) RTH dan Perda Terkait RTH : UNDANG-UNDANG DASAR (UUD): UUD 1945, terutama Bab VI Pemerintahan Daerah Pasal 18A tentang wewenang dan pemanfaatan SDA, Bab XA HAM Pasal 28A, 28B (2), 28C (1), 28H (1), tentang hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, Bab XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 (3) tentang pengelolaan bumi dan air dan kekayaan alam dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat. UNDANG-UNDANG (UU): 1. UU No. 168 Staatsblad 1948 tentang Pembentukan Kota (UU Zaman Kolonial Belanda) 2. UU No. 4/1982 yang disempurnakan dalam UU No. 23/1997 tentang Ketentutanketenutan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3. UU No. 11/1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia yang disempurnakan dalam UU No. 34/1999 tentang Pemerintahan Khusus Ibu Kota Negara Jakarta. 4. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 5. UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. 6. UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya. 7. UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang. 8. UU No. 5/1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati. 9. UU No. 6/1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim. 10. UU No. 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. 11. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi. 12. UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. 13. UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. PERATURAN PEMERINTAH (PP): 1. PP No.18/1953 tentang Pelaksanaan Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Pusat mengenai Pekerjaan Umum kepada Provinsi-provinsi serta Penegasan Tugas Mengenai Pekerjaan Umum dari Daerah Otonom Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil di Jawa. 2. PP No. 69/1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. 3. PP No. 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 4. PP No. 4/2000 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan. 5. PP No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 6. PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 7. PP No. 30/2000 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi. 8. PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 9. PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES): 1. Keppres RI No. 23/1979 tentang Peningkatan Peran Serta Generasi Muda dalam Pelestarian Sumber Daya Alam. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 1
  • 6. 2. Keppres No. 1/1987 tentang Pengesahan Amandemen 1979 atas Konvensi Perdagangan Internasional Flora Fauna Langka (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna, 1973). 3. Keppres No 23/1992 tentang Pengesahan Konvensi Viena dan Protokol Motreal tentang Lapisan Ozon (Vienna Convention for the Ozone Layer, dan Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June 1990). KEPUTUSAN MENTERI (KEPMEN): 1. SKB Menhut dan Mendikbud No. 967A/Menhut-V/90 dan No. 0387/U/1990 tentang Peningkatan Peran Serta Pelajar, Mahasiswa dan Generasi Muda dalam Melestarikan Hutan, Tanah dan Air serta Lingkungan Hidup melalui Pendidikan Nasional. 2. Kepmendagri No. 363/1977 tentang Pedoman Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. 3. Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota. 4. Kepmen PU No. 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, khususnya pada lampiran 22 mengenai Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Dengan Permen PU No. 41/PRT/89 maka Standar Konstruksi ini telah disahkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) 1733-1989-F (Kebijaksanaan Teknis Menyangkut Ruang Terbuka Hijau, seperti Standar Perencanaan Sarana Olahraga dan Daerah Terbuka). 5. Kepmendagri No. 39/1992 tentang Organisasi Dinas Daerah. 6. Kepmendagri No. 80/1994 tentang Pedoman Organisasi dan tata Kerja Dinas Lingkup Pekerjaan Umum Daerah. 7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/Kpts/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang PERATURAN MENTERI (PERMEN): 1. Permendagri No. 2/1987 tentang Rencana Tata Ruang Kota. 2. Permendagri No. 4/1996 tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan Perkotaan. INSTRUKSI MENTERI (INMEN): 1. Inmendagri No. 14/1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. 2. Inmen PU No. 31/IN/N/1991 tentang Penghijauan dan Penanaman Pohon di Sepanjang Jalan di Seluruh Indonesia. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 2
  • 7. BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kota sering lebih banyak dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Gejala pembangunan kota pada masa yang lalu mempunyai kecenderungan untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan juga menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan bertumbuhan banyak dialih-fungsikan menjadi pertokoan, pemukiman, tempat rekreasi, industri dan lain-lain. Ternyata dengan semakin tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam tetumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan di perkotaan menjadi hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi. Oleh karena terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan, maka alam menunjukkan reaksinya berupa : meningkatnya suhu udara di perkotaan, penurunan air tanah, banjir/genangan, penurunan permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai, pencemaran air berupa air minum berbau, mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor. Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk namun aspek kelestarian, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya alam, yang pada giliran selanjutnya akan membaktikan jasa-jasa berupa kenyamanan, kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan serta sehat dan cerdasnya warga kota. Dari catatan sejarah dinyatakan, taman kerajaan milik bangsawan, taman rumah milik pedagang kaya raya, alun-alun dengan pohon beringin yang indah merupakan cerminan kehidupan manusia sejak jaman dulu sangat membutuhkan tumbuhan. Pada kenyataan selanjutnya dengan meningkatnya taraf hidup, kemampuan dan kebutuhan manusia, maka sejak tahun 1950-an sampai dengan 1970-an ruang terbuka hijau banyak dialih-fungsikan menjadi pemukiman, bandar udara, industri, jalan raya, bangunan perbelanjaan dan lain-lain. Dengan semakin meningkatnya kemampuan dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan fisik kota terus melaju dengan pesat, di lain pihak korbannya antara lain menyusutnya luasan lahan bervegetasi. Baru setelah manusia menyadari akan kekeliruannya selama ini, yakni terjadinya kekurang-akraban manusia dengan tumbuhan/hutan, khususnya di perkotaan, bahkan ada kecenderungan untuk memusnahkannya, maka hubungan yang kurang baik tersebut ingin diperbaiki kembali. Hutan kota kemudian menjadi perhatian utama untuk dibangun dan dikembangkan di seluruh kota, baik kota besar, kota menengah, kota kecil bahkan sampai tingkat kecamatan. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 3
  • 8. BAB II KOTA DAN PERMASALAHANNYA 1. Upaya Perbaikan Mutu Lingkungan Kota Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara, tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan manca negara, tempat rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kota perlu dikembangkan untuk memenuhi tuntutannya yang terus meningkat. Di dalam menentukan arah kebijakan pengembangannya perlu dibuatkan pola perencanaan pengembangan berdasarkan data yang ada dan kebutuhan yang harus dipenuhi kota tersebut. Kota dengan perencanaan yang kurang memadai akan menjadi lesu, sakit dan semrawut yang jika tidak dilakukan usaha penataan kembali, akan menghadapi kematian. Kota-kota seperti itu layak diberi julukan miserapolis (ghetto) yang berarti kota yang sakit, menyedihkan, melarat, kotor dan acak-acakan. Kesadaran pemerintah akan perlunya pengelolaan lingkungan di perkotaan sesungguhnya sudah sejak lama. Namun pada waktu itu gerakan tersebut masih belum menyeluruh diterima oleh seluruh warga masyarakat dan belum semua kota benar-benar mengusahakannya secara sungguh-sungguh. Baru setelah tahun 1970-an pemerintah memperlombakan gelar "Adipura" bagi kota yang bersih, maka gerakan kebersihan dan penataan kota mulai memasyarakat. Maka semua kota berlomba menata dan mengelola kotanya menjadi kota yang indah, sejuk, hijau, berbunga, nyaman dan bersih, selain untuk mendapatkan gelar Adipura juga takut mendapat julukan kota paling kotor. Bukti nyata perhatian pemerintah pusat dalam masalah ini antara lain berupa dimasukkannya pembangunan perkotaan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun kelima 1989/90-1993/94 seperti tercantum dalam Buku I halaman 423 : "Perkotaan perlu dibangun secara terencana dan terpadu dst ... Perhatian khusus perlu diberikan kepada perbaikan pengelolaan limbah kota, pengangkutan umum, tata ruang kota, taman kota, dst ..." Pada halaman 431 juga dinyatakan : "... daerah hijau paru- paru kota dst ... dalam Repelita V akan dilanjutkan pembangunannya untuk meningkatkan fungsi lindung daerah tersebut". Selanjutnya pada Pekan Penghijauan Nasional ke 33 tahun 1990 di Palu Bapak Presiden telah menyatakan tentang perlu dibangunnya hutan kota. Banyak sekali landasan operasional yang dapat dipergunakan untuk membangun hutan kota antara lain: Undang-undang No. 5 tahun 1974, No. 5 tahun 1979, No. 4 tahun 1982, No. 5 tahun 1990, No. 6 tahun 1990, Inmendagri No. 14 tahun 1988 dan Keppres No. 32 tahun 1990. Beberapa kegiatan dalam memacu masyarakat agar berperan aktif dalam upaya pengelolaan lingkungan perkotaan di antaranya dengan membuat moto seperti : beriman (Bogor dan Kebumen), bestari (Probolinggo), bercahaya (Cilacap), berseri (Yogyakarta), bersemi (Cianjur), bersih manusiawi-wibawa (DKI Jakarta), sihmponi (Ponorogo), berhiber (Bandung), Ikhlas (Pemalang) dan Satria (Purwokerto). 2. Hutan Kota dan Hubungannya dengan Ketahanan/Masa Depan Bangsa Dari Gambar 1 Dapat dijelaskan bahwa kota merupakan tempat untuk berbagai kegiatan. Presiden, menteri, gubernur, walikota, bupati, dosen, guru, mahasiswa, pelajar, pelancong, duta besar, tamu negara, pelaku ekonomi, olahragawan, HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 4
  • 9. seniman dan komponen penting lainnya banyak melakukan kegiatannya dan banyak pula yang tinggal di perkotaan. Dengan meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan seperti pembangunan jalan, kegiatan transportasi, industri, pemukiman dan kegiatan lainnya sering mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau menurun dan sering juga disertai dengan menurunnya mutu lingkungan hidup. Hal ini akan mengakibatkan kota menjadi sakit, tercemar dan kotor. Pada keadaan yang menyedihkan seperti ini, pejabat pemerintah mungkin tidak lagi dapat berpikir tenang, tajam dan terarah, sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang kompleks dan yang bersifat futuristik akan menurun. Pelajar dan mahasiswa pada kota yang sakit dan tercemar mempunyai sifat yang mengarah ke temperamental-brutal dengan daya asah otak yang kurang kuat, karena selama perjalanan pergi dan pulangnya banyak tercemar oleh gas CO dan logam berat Pb yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Seniman dan olahragawan pun tidak dapat menunjukkan kemampuan secara maksimal pada kondisi yang tercemar, bising dan panas. Mereka semua dapat keracunan gas CO, NOx, SOx, O3 dan partikel Pb yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dan industri. Akibatnya, tingkat kesehatan mereka menurun, bahkan pada tingkat yang lebih parah lagi dapat menemui kematian. Bencana seperti ini pernah juga dilemparkan oleh Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring. Mungkin gejala seperti ini sudah mulai merambah dan menghantui kota besar seperti Jakarta. Hal ini diantaranya ditandai dengan udara kota yang semakin panas serta udara di terminal terasa menyesakkan pernapasan dan memedihkan mata. Oleh sebab itu nampaknya untuk menghindari keadaan tersebut, seminar, konperensi, rapat dan beberapa kegiatan lainnya sering tidak lagi diselenggarakan di dalam kota, namun di luar kota yang sejuk, bersih dan tidak bising, seperti: Puncak, Cipanas, Cisarua, Gadog dan Ciawi. Ataupun jika kegiatan tersebut dilakukan di Jakarta pada ruangan yang ber-AC. Pada keadaan kota yang sakit seperti ini kesehatan, unjuk tampil (performance) dan unjuk kerja (produktivitas) dari subjek penting di perkotaan, seperti yang telah disebutkan di atas menjadi buruk dan pada akhirnya akan menghasilkan kekuatan dan masa depan bangsa dan negara yang lemah dan suram. Lain halnya dengan kota yang ditata dengan baik kualitas lingkungannya. Hutan kota yang dibangun dan dikembangkan akan mengurangi monotonitas, meningkatkan keindahan, membersihkan lingkungan dari pencemaran, meredam kebisingan, menjadi lebih alami dan beberapa keuntungan lainnya yang akan dijabarkan secara rinci pada bab selanjutnya, sehingga semua warga kota dan tamu kota dan negara akan betah, karena lingkungannya yangbersih, nyaman dan indah. Mereka hidup dalam kesehatan, keceriaan dan kecerahan dengan unjuk tampil dan unjuk kerja yang tinggi. Dengan demikian negara akan menjadi kuat dengan masa depan yang baik dan cerah. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 5
  • 10. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 6
  • 11. BAB III PENGERTIAN HUTAN KOTA Ada dua pendekatan yang dipakai dalam membangun hutan kota. Pendekatan pertama, hutan kota dibangun pada lokasi-lokasi tertentu saja. Pada pendekatan ini hutan kota merupakan bagian dari suatu kota. Penentuan luasannya pun dapat berdasarkan : (1) Prosentase, yaitu luasan hutan kota ditentukan dengan menghitungnya dari luasan kota. (2) Perhitungan per kapita, yaitu luasan hutan kota ditentukan berdasarkan jumlah penduduknya. (3) Berdasarkan isu utama yang muncul. Misalnya untuk menghitung luasan hutan kota pada suatu kota dapat dihitung berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan akan oksigen, air dan kebutuhan lainnya. Perhitungan luasan hutan kota dari ketiga cara tersebut di atas akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab VI (Pembangunan). Pendekatan kedua, semua areal yang ada di suatu kota pada dasarnya adalah areal untuk hutan kota. Pada pendekatan ini komponen yang ada di kota seperti pemukiman, perkantoran dan industri dipandang sebagai suatu enklave (bagian) yang ada dalam suatu hutan kota. Negara Malaysia dan Singapura membangun hutan kota dengan menggunakan pendekatan kedua. Oleh sebab itu pada saat penulis berkunjung ke sana definisi hutan kota tidak terlalu dipersoalkan benar. Yang penting kota harus dihijaukan dengan tanaman secara maksimal, agar lingkungan menjadi bersih terbebas dari pencemaran udara, sejuk , indah, alami dan nyaman. Walaupun mungkin pada lokasi terbuka yang luasnya kurang dari 10 m2 saja, jika dimungkinkan untuk dapat ditanami, maka akan ditanami dengan tanaman, sehingga akan diperoleh lingkungan yang lebih indah dari segi tata letak, komposisi, aksentuasi, keseimbangan, keserasian dan kealamian, tanpa melupakan persyaratan silvikulturnya. Negara Indonesia menggunakan pendekatan pertama. Difinisi hutan kota (urban forest) menurut Fakuara (1987) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya. Sedangkan menurut hasil rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan Pebruari 1991 hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota. Hutan kota merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun dalam bentuk memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988). Pelaksanaan program pengembangan Ruang Terbuka Hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alamiah ataupun tanaman budidaya seperti pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 7
  • 12. BAB IV PERANAN HUTAN KOTA 1. Identitas Kota Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota dapat dikoleksi pada areal hutan kota. Propinsi Sumatera Barat misalnya, flora yang dipertimbangkan untuk tujuan tersebut di atas adalah enau (Arenga pinnata) dengan alasan pohon ini serba guna. Serta istilah pagar-ruyung menyiratkan makna pagar enau. Jenis pilihan lainnya adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii), karena potensinya besar dan banyak diekspor dari daerah ini (PKBSI, 1989). Sedangkan untuk fauna yang diusulkan adalah : Trulek kayu, pelatuk jambul jingga dan kambing gunung (Capricornis sumatranensis). Pilihan ini berdasarkan pertimbangan khas dan endemik (PKBSI, 1989). 2. Pelestarian Plasma Nutfah Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I Repelita V hal. 429). Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu. Salah satu tanaman yang langka adalah nam-nam (Cynometra cauliflora). 3. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith, 1981). Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota. 4. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan Bedi, 1986). Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan : 1) Damar (Agathis alba), HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 8
  • 13. 2) Mahoni (Swietenia macrophylla), 3) Jamuju (Podocarpus imbricatus) dan 4) Pala (Mirystica fragrans), 5) Asam landi (Pithecelobiumdulce), 6) Johar (Cassia siamea), mempunyai kemampuan yang sedang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini : 1) Glodogan (Polyalthea longifolia) 2) Keben (Barringtonia asiatica) dan 3) Tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan kesumba (Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. 5. Penyerap dan Penjerap Debu Semen Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Studi ketahanan dan kemampuan dari 10 jenis akan yaitu : 1) Mahoni (Swietenia macrophylla), 2) Bisbul (Diospyrosdiscolor), 3) Tanjung (Mimusops elengi), 4) Kenari (Canarium commune), 5) Meranti merah (Shorealeprosula), 6) Kere payung (Filicium decipiens), 7) Kayu hitam (Diospyros clebica), 8) Duwet (Eugenia cuminii), 9) Medang lilin (Litsea roxburghii) dan 10) Sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah : 1) mahoni, 2) bisbul, 3) tanjung, 4) kenari, 5) meranti merah, 6) kere payung dan 7) kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990). HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 9
  • 14. 6. Peredam Kebisingan Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978). Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. 7. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981). Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al. (1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon. 8. Penyerap Karbon-monoksida Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja. 9. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah : HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 10
  • 15. 1) 2) 3) 4) 5) damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin (ficus benyamina). 10. Penahan Angin Dalam mendisain hutan kota untuk menahan angin faktor yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat. 2. Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang. 3. Akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah. Jenis ini lebih tahan terhadap hembusan angin yang besar daripada tanaman yang akarnya bertebaran hanya di sekitar permukaan tanah. 4. Memiliki kerapatan yang cukup (50-60%). 5. Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan dengan baik (Grey dan Deneke, 1978). Panfilov dalam Robinette (1983) mengemukakan, angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa hutan kota. 11. Penyerap dan Penapis Bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain : 1) Cempaka (Michelia champaka) dan 2) Tanjung (Mimusops elengi). 12. Mengatasi Penggenangan Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula. Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya adalah : 1) Nangka (Artocarpus integra), 2) Albizia (Paraserianthes falcataria), 3) Acacia vilosa, 4) Indigofera galegoides, 5) Dalbergia spp., 6) Mahoni (Swietenia spp), 7) Jati (Tectona grandis), 8) Kihujan (Samanea saman) dan 9) Lamtoro (Leucanea glauca). HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 11
  • 16. 13. Mengatasi Intrusi Air Laut Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena: 1. Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian. 2. Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan masalah intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya. Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. 14. Produksi Terbatas Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil bunganya. Buah sawo, kawista, pala, lengkeng, duku, asem, menteng dan lainlain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna meningkatkan gizi dan kesehatan warga kota. 15. Ameliorasi Iklim Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983). Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda (1991) telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa: 1. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0° C dengan kelembaban 66-92%. 2. Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal suhu yang terjadi 27,7-33,1° C dengan kelembaban 62-78%. 3. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1° C dengan kelembaban 6278%. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 12
  • 17. Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan memiliki suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman parkir, padang rumput dan beton. 16. Pengelolaan Sampah Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal : (1) sebagai penyekat bau (2) sebagai penyerap bau (3) sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah (4) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya. 17. Pelestarian Air Tanah Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah hutan akan meningkat. Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan. Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik. Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet (Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera). Po. K (1 + r - c)t - PAM – Pa La = ---------------------------------z La Po K r c PAM t Pa z : : : : : : : : : luas hutan kota yang harus dibangun jumlah penduduk konsumsi air per kapita 1/hari) laju peningkatan pemakaian air faktor pengendali kapasitas suplai perusahaan air minum tahun potensi air tanah kemampuan hutan kota dalam menyimpan air. 18. Penapis Cahaya Silau Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 13
  • 18. Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya. 19. Meningkatkan Keindahan Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan teksturnya (Grey dan Deneke, 1978), sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik. Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu tidak alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap manusia. Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan bendabenda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut). Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota sebagai tabir penyekat di sana. 20. Sebagai Habitat Burung Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) : 1. Membantu mengendalikan serangga hama, 2. Membantu proses penyerbukan bunga, 3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi, 4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, 5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, 6. Sebagai sumber plasma nutfah, 7. Objek untuk pendidikan dan penelitian. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya. Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung antara lain : HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 14
  • 19. 1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F. glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.). 2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak (Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu. 3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting. 4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya. 5. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar (Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : burung cacing (Cyornis banyumas), celepuk (Otus bakkamoena), sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau ( Pachycephala cinerea) dan perenjak kuning (Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan dan di dalam batangnya. 21. Mengurangi Stress Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota. Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas. 22. Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan kota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan. 23. Meningkatkan Industri Pariwisata Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun raya Bogor yang berbunga setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun manca-negara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota yang unik, indah dan menawan. 24. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 15
  • 20. BAB V TIPE DAN BENTUK HUTAN KOTA 1. Tipe Hutan Kota Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan bersantai. Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan. Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air. Maka hutan yang cocok adalah hutan lindung di daerah tangkapan airnya. a. Tipe Pemukiman Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya. b. Tipe Kawasan Industri Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan. Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam menyerap dan menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari beberapa jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Dengan demikian informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di kawasan industri. c. Tipe Rekreasi dan Keindahan Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia untuk memanfaatkan waktu luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer (1980) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yakni : (1) Rekreasi di dalam bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi dalam bangunan yaitu mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun rohani, serta meningkatkan ketrampilan. Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk perkotaan untuk rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan, peningkatan sarana transportasi, peningkatan sistem informasi baik cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan untuk mendapat stress. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 16
  • 21. Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan. d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang memenuhi kriteria ini antara lain : kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada 2 sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu : 1. Sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ. 2. Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur. Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan pemakan detritus (detritus feeder). Nampaknya organisme yang memakan detritus ini, sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan detritus pun akan musnah. e. Tipe Perlindungan Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran. Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting. Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah dangkal dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya. Dengan demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi. f. Tipe Pengamanan Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi. Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak mengundang masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 17
  • 22. 2. Bentuk Hutan Kota a. Jalur Hijau Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan. Kawasan riparian seperti : delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau dan tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan hutan kota. Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas air serta untuk memperkecil erosi. Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. b. Taman Kota Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang (beringin). Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur sedang (duren) dan ada yang halus (lamtoro). Bentuk percabangan juga dapat dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisi. Ada beberapa bentuk percabangan seperti : mendatar, menyudut (acute), menjumbai (weeping) dan tegak. c. Kebun dan Halaman Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah seperti : mangga, durian, sawo, rambutan, jambu, pala, jeruk, delima, kelapa dan lain-lain serta dari jenis yang tidak diharapkan hasil buahnya seperti : cemara, palem, pakis, filisium dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam dengan tanaman seperti tersebut di atas, namun dilengkapi juga dengan tanaman bebungaan yang indah. Tanaman lainnya yang dapat dijumpai adalah : sayuran, empon-empon dan tanaman apotik hidup lainnya. Pada halaman rumah pun dapat dijumpai unggas, ikan dan heawan lainnya. Menurut Soemarwoto (1983) tanaman halaman rumah mempunyai fungsi integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi sosial-budaya-ekonomi masyarakat. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 18
  • 23. d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.Soemarwoto (1983) berpendapat, kebun raya ada yang bersifat ekonomi dan yang bertujuan utama untuk ilmiah. e. Hutan Lindung Mintakat kota ke lima yaitu darah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung. f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 19
  • 24. BAB VI PEMBANGUNAN HUTAN KOTA 1. Perencanaan Dalam studi kajian perencanaan aspek yang diteliti meliputi : lokasi, fungsi dan pemanfaatan, aspek tehnik silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana, tehnik pengelolaan lingkungan. Bahan informasi yang dibutuhkan dalam studi meliputi : (1) Data fisik (letak, wilayah, tanah, iklim dan lain-lain); (2) Sosial ekonomi (aktivitas di wilayah bersangkutan dan kondisinya); (3) Keadaan lingkungan (lokasi dan sekitarnya); (4) Rencana pembangunan wilayah (RUTR,RTK,RTH), serta (5) Bahan-bahan penunjang lainnya. Hasil studi berupa Rencana Pembangunan Hutan Kota yang terdiri dari tiga bagian, yakni : 1. Rencana jangka panjang, yang memuat gambaran tentang hutan kota yang dibangun, serta target dan tahapan pelaksanaannya. 2. Rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masingmasing komponen fisik hutan kota yang hendak dibangun serta tata letaknya. 3. Rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biayanya. 2. Kelembagaan dan Organisasi Pelaksanaannya Organisasi pembangunan dan pengelolaan hutan kota sangat bergantung kepada perangkat yang ada dan keperluannya. Sistem pengorganisasian di suatu daerah mungkin berbeda dengan daerah lainnya. Salah satu bentuk pengorganisasiannya pembangunan dan pengelolaan hutan adalah seperti tercantum pada Gambar 2. Walikota atau Bupati sebagai kepala wilayah bertanggung jawab atas pembangunan dan pengembangan hutan kota di wilayahnya. Bidang perencanaan dan pengendalian dipegang oleh Bappeda Tingkat II yang dibantu oleh tim pembina yang terdiri dari Kanwil Departemen Kehutanan, Kanwil Departemen Pertanian dan Perkebunan, Kanwil Departemen Pekerjaan Umum, Kanwil Departemen Kesehatan, Biro Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan yang lainnya menurut kebutuhan masing- masing kota atau daerah. Untuk pelaksanaannya dapat ditunjuk dinas-dinas yang berada di wilayahnya. Pengelolaan hutan kota pada areal yang dibebani hak milik diserahkan kepada pemiliknya, namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan petunjuk dari bidang perencanaan dan pengendalian. Guna memperlancar pelaksanaannya kiranya perlu dipikirkan jasa atau imbalan apa yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada yang bersangkutan. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 20
  • 25. 3. Pemilihan Jenis Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di tempat itu dengan baik. Untuk mendapat hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara lain : 1. Persyaratan edaphis : pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain. 2. Persyaratan meteorologis : suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari. 3. Persyaratan silvikultur : kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan kemudahan dalam tingkat pemeliharaan. 4. Persyaratan umum tanaman : • Tahan terhadap hama dan penyakit, • Cepat tumbuh, • Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis, HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 21
  • 26. • • • • • Mempunyai umur yang panjang, Mempunyai bentuk yang indah, Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada, Kompatibel dengan tanaman lain, Serbuk sarinya tidak bersifat alergis, 5. Persyaratan untuk pohon peneduh jalan : • Mudah tumbuh pada tanah yang padat, • Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, • Tanah terhadap hembusan angin yang kuat, • Dahan dan ranting tidak mudah patah, • Pohon tidak mudah tumbang, • Buah tidak terlalu besar, • Serasah yang dihasilkan sedikit, • Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri, • Luka akibat benturan mobil mudah sembuh, • Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap, • Kompatibel dengan tanaman lain, • Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah, • Pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia, • Berumur panjang, • Pertumbuhannya cepat, • Tahan terhadap hama dan penyakit. 6. Persyaratan estetika : • Mempunyai tajuk dan bentuk percabangan yang indah, • Bunga dan buahnya memiliki warna dan bentuk yang indah. 7. Persyaratan unruk pemanfaatan khusus. Pertimbangan ini harus disesuaikan dengan tujuannya, sehingga memenuhi salah satu kriteria berikut ini : • Tahan terhadap kadar garam yang relatif tinggi, • Tahan terhadap pencemar dari industri dan kendaraan bermotor, • Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap gas, • Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap hujan asam, • Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam pengelolaan tata air, • Sebagai habitat burung, • Penghasil wewangian dan lain-lain. Selayaknya setiap jenis yang akan ditanam sudah diketahui terlebih dahulu data tentang tanaman yang meliputi: 1. Nama Lokal dan nama latin : 2. Bentuk tajuk : oval/vase/round/irregular/fastigiate/pyramidal 3. Tanah : • rentangan pH; • tekstur; • jenis tanah; • ketinggian dpl. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 22
  • 27. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Kebutuhan akan naungan : butuh/tidak Kerindangan tajuk : sangat rindang/sedang/kurang rindang Ketahanan terhadap pangkasan : kuat/sedang/tidak tahan Kelas Tinggi : pendek (< 3 m), sedang (3-7 m), tinggi (> 7 m) Kelas diameter lebar naungan : sempit (< 3 m),sedang (3-6 m),tinggi (> 6 m) Kecepatan Tumbuh : rendah/menengah/cepat Kekuatan terhadap angin (dilihat dari kekuatan kayunya) : kuat/sedang/rapuh Ketahanan terhadap robohan oleh angin (dilihat dari sistem perakarannya) Sifat pengguguran daun : Deciduous/evergreen Ketahanan terhadap gas (NOx,SOx,Ozon,CO,Hidrokarbon dan lain-lain) : tinggi/sedang/rendah Kemampuan dalam menyerap gas (NOx,SOx,Ozon,CO,Hidrokarbon dan lainlain) : tinggi/sedang/rendah Ketahanan terhadap partikel padat (debu tanah, silikat, semen, asbes dan lain-lain) : tinggi/sedang/rendah Ketahanan terhadap genangan air : tinggi/sedang/rendah Kemampuan dalam menguapkan air : tinggi/sedang/rendah Ketahanan terhadap cahaya buatan : tinggi/sedang/rendah Fungsi lansekap : hiasan rumah dan kantor/peneduh jalan/kebun/hutan Beberapa jenis tanaman yang dapat dipilih untuk dipergunakan sebagai tanaman hutan kota yang selama ini sering dijumpai di beberapa kota dapat dilihat pada : Tabel 1 Tanamam Hias No. 1 1 2 3 4 Nama Daerah 2 Air mancur Air mata pengantin 5 Alamanda 6 Alokasia 7 Anyelir 8 Arairut 9 Bambu kuning 10 Bakung Nama Latin 3 No. Nama Daerah 4 5 6 Aechinea sp. Aglaonema sp. Jakobinia cornea Antigonon leptosus Allamanda cathartica Alocasia sp. Dianthus caryophyllus Marantha arundinacea Bambusa vulgaris Cainum asiaticum 63 64 65 Kol banda Koreopsis Landep 66 Lidah mertua 67 Lili paris Chlorophytum sp. 68 Mawar Rosa hybrida 69 Melati Jasminum sambac 70 Miyana mangkuk Iresina herbstii 71 Monstera Monstera deliciosa 72 Nona makan sirih Clerodendrum sp. Ciscus bicolor 73 Nusa indah 12 13 Begonia rambut Begonia rex Bintang buni Bigonia sp. Crytanthus sp. 74 75 Ohna Oleander 14 Bunga angsa Aristolochia sp. 76 Pacar 15 Bunga harumsari Buddleja asiatica 77 Pacar cina 11 Nama Latin HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Pisonia alba Coreopsis sp. Barleria crisfota Sanseviera trifasciata Musaena ahphillippica Ochna kirkii Nerium olender Impatiens balsamina Agloia odorata 23
  • 28. 1 2 3 4 5 6 16 Bunga bokor Hydrangea hortensis 78 Pacing Costus sp. 17 Bunga kana Canna indica 79 Palem australia Bunga kupukupu Bunga kancing Bunga kuku macan Bunga matahari Bauhinia purpurea Gomphrena globosa 80 Palem bambu Normanbya normanbyi Chamaedorea erumpius 81 Palem bambu Mascarena sp. 82 Palem botol Revaogehaganii 83 Palem ekor ikan Caryota mitis 84 Palem pilifina Veitchia philippinensis 85 Palem jari Rhapis excelsa 86 Palem kipas 87 Palem kuning 88 Palem kol 89 Palem merah 90 Palem raja Paku pelanduk 18 19 20 21 22 23 Bunga mentega Bunga pukul empat Bunga tiga hari Mucuna bennetii Helianthus annus Taberna emontana coronaria Mirabilis jalapa 33 Daun saputangan Daun zebra Brunfelsia ansericana Bougainvillea spectabilis Lagerstroemia indica Michelia champaka Lantana camara Kalanchoe pinnuta Gynura aurantiaca Syngonium albolineatum Maniltoa grandiflora Zebrina pendula 34 Dilem 35 36 24 25 Bugenvil 26 Bungur 27 Cempaka 28 Cente 29 Cocor bebek 30 Daun beludru 31 Daun panah 32 37 38 91 93 Pinang irisan Ptychosperma macorthurii 96 Pisang hias Drasena Dracaena sp. 97 Duranta Duranta erecta 98 Duri cangkang Ekor cendrawasih Opuntia schumanii Phylanthus alternifolia Sedum morgalianum Lycopodium carinatum Filicium decipiens Delonix regia Gladiolus hortulanus Gloxinia speciosa Ekor musang 41 Kere payung 42 Flamboyan 43 Gladiol 44 Gloxinia HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Pteris ensiformis Pandanus dubius Coleus sp. 40 Cyatostachys lakka Roystonea regia Pandan hias 95 Ekor keledai Licuala grandis 92 Pinang monyet Pinang tutul 39 Livistona rotundifolia Chrysalidocarpus lutescens 94 Pohon bahagia Pohon saputangan Areca vestiara Pinanga densiflora Heliconia Collinsiana Dieffenbachia sp. Browned sp. Portulaca grandiflora Primula denticulata 99 Portulaka 100 Primula 101 Pucuk emas Galphinia gracilis 102 Pulkra Kaemferia pluchra 103 Puring 104 Rane Codeaum variegatum Selaginella plana 105 Sambang Lapsia spinosa 106 Sambang colok Aerva sp. 24
  • 29. 1 2 3 4 45 Handeleum Graptohylum pictum 107 46 Hanjuang Cordylin sp. 108 47 Herbras 48 Homalomena 49 Jarak 50 Kalatea 51 Gerbera jamesonii Homalomena rubra Jatropha multifida 5 6 Hemigraphis alternata Spathiphylum cannaefalium Melastoma malabathricum Selandang darah Selandang putih 109 Senduduk 110 Seruni 111 Sirih belanda Calathea sp. 112 Sirih Gading Kastuba Euphorbia pulcherrima 113 Sirih hias 52 Kecubung Dafura metel 114 Suji 53 Keladi hias Caladium sp. 115 Kembang bulan Kembang emas Kembang merak Tethonia diversifolia Stephanotis floribunda Caesalpinia pulcherrima Storophanthus grandiflora 54 55 56 57 58 59 60 61 117 Scindapsus aureus Rhaphidophora aurea Peperomia sanderii Pleomele angustifolia Geogenanthus undatus Tanaman lurik Tanaman mosaik Tanaman perak Fittonia sp. Pilea cadierei 118 Tapak darah Catharanthus rosea 119 Tatarompetan Ipomoea tripida Plumeria alba 120 Teratai kecil Nymphaea lotus Hibiscus rosasinensis 121 Terompet gading Randia maculata Ixora coccinea Kembang pita Kamboja putih Kembang sepatu Kembang soka Kembang sungsang 116 Wedelia montana 122 Verbena Verbena laciniata Gloriosa superba Tabel 2 Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan No. Nama Daerah Nama Latin No. Nama Daerah 1 2 3 4 5 Nama Latin 6 1 Flamboyan Delonix regia 14 Nyamplung 2 3 4 Angsana Ketapang Kupu-kupu Pterocarpus indicus Terminalia cattapa Bauhinia purpurea 15 16 17 Jakaranda Liang liu Kismis 5 Kere payung Filicium decipiens 18 Ganitri 6 Johar Cassia multiyoga 19 Saga 7 Tanjung Mimusops elengi 20 Antinganting Calophyllum inophyllum Jacaranda filicifolia Salix babilinica Muehlenbeckia sp. Elaeocarpus spahaericus Adenanthera povoniana Elaeocarpus grandiflorus 8 Mahoni 21 Asam kranji Pithecelobium dulce 9 Akasia 22 Johar Cassia grandis Swientenia mahagoni Acacia auriculiformis HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 25
  • 30. 1 2 10 Bungur 11 Kenari 12 13 Johar Damar 3 Lagerstroemia loudonii Canarium commune Cassia sp. Agathis alba 4 5 6 23 Cemara Cupresus papuana 24 Pinus Pinus merkusii 25 Beringin Ficus benjamina Tabel 3 Daftar Tanaman Taman Hutan No. Nama Daerah 1 2 1 Bungur 2 Jening 3 Khaya 4 Pingku 5 6 7 Lamtorogun g Puspa Kenanga 8 Locust 9 Nama Latin 3 No. Nama Daerah 4 5 Nama Latin 6 Lagerstromia speciosa Pithecolobium lobatum Khaya anthotheca 32 Balam sudu 33 Sawo duren 34 Kedinding 35 Kepuh 36 Dadap Erythrina cristagalli 37 38 Salam Sungkai 39 Matoa/kasai Eugenia polyantha Pheronema canescens Pometia pinnata Kisireum Dysoxylum excelsum Leucaena lecocephala Schima wallichii Canangium adoratum Hymenaena courburil Eugenia cymosa Palaguium sumatranum Crysophyllum cainito Albizzia leppecioides Sterculia foetida 40 Locust 10 Manglid Michelia velutina 41 11 12 13 14 Cengal Flamboyan Tanjung Trembesi Hopea sangkal Delonix regia Mimusops elengi Samanea saman 42 43 44 45 Ebony/kayuhi tam Kempas Sawo kecik Asam Pingku 15 16 17 Beringin Kepuh Angsret 46 47 48 18 Nyamplung 19 Leda 20 Tengkawan glayar Johar Ficus benjamina Sterculia foetida Spathodea campanulata Callophylum inophyllum Eucalyptus deglupta Shorea mecistopteryx Cassia siamea 21 22 24 Merbau pantai Tengkawan gmajau Hoe 25 Merawan 23 Hymenaea courbaril Dyospiros celebica 49 Johar Angsana Tengkawang layar Kecapi 50 Palem Raja Kompasia excelsa Manilkara kauki Tamarindus indica Dysoxyllum exelsum Cassia grandis Pterocarpus indicus Shorea mecistopteryx Shandoricum koetjape Oerodoxa regia 51 Kalak Poliantha lateriflora 52 Saputangan Intsia bijuga 53 Bacang Maniltoa brawneodes Manejitera foetida Shorea palembanica Eucaliyptus platyphylla Hopea mangarawan 54 Kayu manis 55 Kawista 56 Kenanga HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Cinnamomun burmanni Feronia limonia Canangium odoratum 26
  • 31. 1 26 27 28 29 2 3 Blabag Pala hutan Cemara sumatra Palur raja Terminalia citrina Myristica fatua Casuarina sumatrana Oreodoxa regia 4 5 57 58 59 - 60 Khaya 6 Hopea bancana Shorea selanica Pterogota alata K. sinegalensis Tabel 4 Daftar Tanaman Kebun dan Halaman 1 Nama Daerah Nangka Artocarpus integra 15 Nama Daerah Durian 2 Kenanga Canangium odoratum 16 Manggis 3 4 5 6 7 8 9 Sirsak Srikaya Pala Alpokat Belimbing Jeruk Mangga 17 18 19 20 21 22 23 Coklat Duwet Cengkeh Jambu bol Jambu air Sawo manila Sawo kecik 10 Rambutan 24 Kopi Coffea robusta 11 12 13 Kedondong Kemiri Wuni Jambu monyet Annona muricata A. squamosa Myristica fragrans Persea americana Averrhoa carambola Citrus sp. Mangifera indica Nephelium lappaceum Spondias rarak Aleurites moluccana Antidesma bunius Anacardium occidentale Durio zibethinus Garcinia mangostana Theobroma cacao Eugenia cuminii E. aromatica E. malaccensis E. aquea Achras zapota Manilkara kauki 25 26 27 Kopi Randu Petai C. Arabica Ceiba pentandra Parkia speciosa No. 14 Nama Latin No. Nama Latin Tabel 5 Daftar Tanaman yang dapat Ditanam di Pantai. No. Nama Daerah 1 Lenggundi 2 Mengkuang 3 Cemara laut 4 Ketapang 5 Nama Latin Vitex trifolia var simplicifolia Pandanus odoratissimus Casuarina equisetifolia No. Nama Daerah Nama Latin Hibiscus tiliaceus 9 Waru laut 10 Mempari 11 Gelam Terminalia catappa 12 Keben Bintangor laut Colophyllum inophyllum 13 Menasi 6 Angsana Pterocarpus indicus 14 Kelat Jambu Laut Eugenia grandis 7 Tembusu padang Fragraea fragrans 15 Dungun Heritiera littoralis 8 Pong-pong Cerbera odollam 16 Ambongambong Scaevola taccada Pongamia pinnata Melaleuca cajuputi Baringtonia asiatica Planchonella obovata 4. Penentuan Luasan Beberapa pakar mengemukakan luas hutan kota yang harus dibangun ditetapkan menurut: 1. Persentase dari luas kota. Ada yang menyatakan 10%, 20%, 25%, 30%, 40%, 50% bahkan ada juga yang menetapkan 60%. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 27
  • 32. 2. Penentuan luas lahan hutan kota dihitung berdasarkan jumlah penduduk. Luasan hutan kota di Malasyia ditetapkan sebesar 1,9 m2/penduduk, sedangkan di Jepang sebesar 5,0 m2/penduduk (Tong Yiew, 1991). Dewan kota Lancashire Inggris menentukan 11,5 m2/penduduk dan Amerika 60 m2/penduduk sedangkan di DKI Jakarta taman untuk bermain dan berolahraga diusulkan 1,5 m2/penduduk (Rifai, 1981). 3. Berdasarkan isu penting. Luas hutan kota yang harus dibangun pada kota yang memiliki masalah kekurangan air bersih, dapt ditetapkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan akan air seperti rumus yan tertera pada halaman 38 (Sutisna dkk., 1987). Lain halnya dengan kota dengan penduduk yang padat dan dengan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi, maka luas hutan kota yang dibangun dapat dihitung berdasarkan pendekatan pemenuhan oksigen (Kunto, 1986) dengan rumus : a.V + b.W L = ------------------20 L a b V W 20 : : : : : : luas hutan kota (m2) kebutuhan oksigen per orang (kg/jam) rerataan kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam) jumlah penduduk jumlah kendaraan bermotor tetapan (kg/jam/ha) Sistem penentuan luasan kota berdasarkan cara pertama dan kedua sangat mudah dan sederhana. Tanpa turut diperhitungkan faktor lainnya. Namun keduaduanya tidak memeliki alasan (justification) yang mendasar dan kuat. Misalnya jika ditetapkan 15%, mengapa dipilih 15%? Mengapa tidak 13 atau 16% bahkan 20 atau 30% ? Boleh jadi dengan perhitungan kedua cara ini, jika dikaji secara ekonomi, efisiensi penggunaan sumberdaya alam menjadi tidak efisien, karena hasil perhitungan sesungguhnya over estimate, atau malah hutan kota ini kurang efektif karena perhitungan yang under estimate. Dengan sistem perhitungan kedua dapat diterima akal, jika semakin tinggi populasi manusia, hutan kota yang harus dibangun juga semakin luas. Namun pada kenyataannya, dengan semakin padat dan semakin meningkatnya kegiatan manusia, maka biasanya harga lahan akan semakin mahal dengan peruntukan lahan yang semakin beragam. Sehingga pada pelaksanaannya sering mengalami hambatan. Dengan menggunakan sistem perhitungan kedua, maka hutan kota yang harus disediakan juga cenderung bergerak naik, sesuai dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Cara ketiga memang nampak lebih padat memecahkan masalah yang muncul. Bukankah hutan kota yang dibangun dimaksudkan untuk mengatasi masalah tersebut? Walaupun dengan cara ini penentuan luasannya lebih dapat dipertanggungjawabkan, namun cara ini mempunyai beberapa kesulitan antara lain : 1. Perhitungannya agak sulit. 2. Kadang-kadang sulit menentukan mana yang sesungguhnya menjadi masalah utama. 3. Andaikata ada lebih dari satu isu utama, maka akan dihasilkan lebih dari satu angka luasan hutan kota. Kemudian muncul masalah luasan mana yang harus diambil. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 28
  • 33. 4. Karena penentuannya perlu penelitian, maka dibutuhkan waktu, tim peneliti, sarana dan biaya yang mungkin tidak sedikit. 5. Nilai luasannya akan cenderung bergerak naik dengan bertambahnya waktu, karena aktifitas dan populasi manusia, jumlah kendaraan dan industri akan meningkat dengan bertambahnya waktu. 6. Boleh jadi luasan hutan kota yang harus disediakan melebihi luasan kota itu secara administratifnya. Cara Lain Perhitungan Luas RTH Kota dari Dep. PU. Terdapat beberapa macam cara untuk menetapkan keluasan RTH kota, ditinjau dari berbagai kebutuhan penduduk kota sebagai berikut : (1) Pendekatan Gerakis melalui Perhitungan Kebutuhan Oksigen (O2): 2 Sebagai contoh, hasil penelitian di sebuah kota dengan luas 431 km , jumlah penduduk 2,6 juta jiwa, jumlah kendaraan bermotor 200.000, maka : Kebutuhan O2 = 5,352 X 10 gram atau setara 5.709 X 10 gram berat kering tanaman, Untuk memproduksi oksigen oleh kelompok tanaman sebesar jumlah tersebut perlu dibuat : 2 (5.709 X 10) : 24 = 105.7 km atau 24.6% luas kota adalah RTH 2 Dengan catatan asumsi bahwa setiap meter persegi (m ) tanaman menghasilkan 54 gram bahan kering. (2) Perhitungan Berdasar Kebutuhan Air : Kebutuhan air dalam kota tergantung dari faktor : a. Kebutuhan air bersih per tahun b. Jumlah air yang dapat disediakan oleh PAM c. Potensi air saat ini d. Kemampuan hutan menyimpan air Faktor-faktor di atas dapat ditulis dalam persamaan : L = Po.K (1 + r - c) t - PAM - Pa Z Keterangan : L = Luas hutan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air (dalam Ha) Po = Jumlah penduduk kota pada tahun ke O K = Konsumsi air per kapita (liter/hari) r = Laju kebutuhan air bersih (biasanya seiring dengan laju pertambahan penduduk kota setempat t = tahun c = faktor koreksi (besarnya tergantung dari upaya pemerintah dalam penurunan laju pertumbuhan penduduk) 3 PAM = kapasitas suplai air oleh PAM (dalam M /tahun) Pa = potensi air tanah saat ini 3 z = kemampuan lahan menyimpan air (M /Ha/tahun) HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 29
  • 34. LAI diduga dengan menggunakan rumus : LAI = CT [ Ls - 0,27 x EXP {0,035 CS 0.15 / ( (CS / 1,25) 2)} ] Keterangan : LS = Koefisien Bentuk Daun Rata-Rata (Mean Leaf-Shape Coefficient) untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk hutan kota yang merupakan nisbah antara lebar daun dan panjang daun rata-rata. CS = Koefisen Bentuk Tajuk Rata-Rata (Mean Crown-Shape Coefficient) untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk hutan kota, yang merupakan nisbah antara lebar tajuk dan tinggi tajuk rata-rata. CT = Koefisien Model Arsitektur Tumbuhan (Plant Architectural Mode Coefficient), yang diperhitungkan berkisar antara 10-25, dengan ratarata sebesar 19,72. LS, CS dan CT tidak diukur secara langsung di lapangan, melainkan dianaslisis (dirisalah) berdasarkan Model Arsitektur Pohon yang diperkenalkan pada tahun 1975 oleh Halle & Oldeman (Purnomohadi, 1995). Berdasarkan pertimbangan isu-isu penting, luas RTH yang harus dibangun, khususnya pada kota-kota yang memiliki masalah kekurangan air bersih, sebaiknya ditetapkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan akan air seperti rumus berikut (Sutisna et.al, 1987 dalam Dahlan, 1992) : La = Po.K (1 + r - c) t – PAM . Pa z Keterangan : La = luas RTH kota yang harus dibangun Po = jumlah penduduk K = konsumsi air per kapita r = Laju peningkatan pemakaian air C = faktor pengendali PAM = kapasitas Suplai Perusahaan Air Minum t = tahun Pa = potensi air tanah z = kemampuan hutan kota dalam menyimpan air Lain halnya pada kota berpenduduk padat, dengan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi, maka luas RTH kota yang dibangun dapat dihitung berdasar pendekatan pemenuhan oksigen (Kunto, 1986), dengan rumus : L = A.v+b.W 20 Keterangan : L = luas RTH kota (m2) a = kebutuhan oksigen per orang (kg/jam) b = rerataan kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (Kg/jam) V = jumlah Penduduk W = jumlah kendaraan bermotor 20 = tetapan (kg/jam/Ha) HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 30
  • 35. Kemudian dimodifikasi oleh Dahlan (2003) sebagai berikut : L A.i. Vi + = Bi. WI + 20 Ci .Zi Keterangan : L = Luas Hutan Kota (Ha) Ai = Kebutuhan Oksigen (O2) per orang (ug/jam) Bi = Kebutuhan Oksigen (O2) per satuan kendaraan bermotor (kg/jam) Ci = Kebutuhan Oksigen (O2) per satuan industri (kg/jam) Vi = jumlah Penduduk Wi = jumlah kendaraan bernotor dari berbagai jenis Zi = jumlah industri dari berbagai jenis 20 = konstanta (rerataan oksigen/O2) yang dihasilkan (20kg/jam/Ha) Selain menggunakan pendekatan Metode Kunto, penentuan luasan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen, juga dapat dilakukan dengan Metode Gerakis (1974) yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988) dengan rumus : Lt = Pt + Kt + Tt (54)(0,9375) Keterangan : Lt = luas RTH Kota pada Tahun ke-t (m2) Pt = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t Kt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke–t Tt = jumlah Kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke-t 2 54 = tetapan yang menunjukan bahwa 1 m luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari 0,9375 = tetapan yang menunjukan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 5. Komponen Pendukung Beberapa komponen pendukung yang diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan hutan kota antara lain: 1. Tersedianya kebun pembibitan yang dapat menyediakan bibit secara massal, 2. Ilmu dan teknologi yang memadai, 3. Pelayanan jasa konsultasi untuk umum, 4. Dukungan dari penentu kebijakan, 5. Peraturan-perundangan, 6. Dukungan masyarakat, dan 7. Tenaga ahli. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 31
  • 36. BAB VII PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN 1. Penanaman Pohon-pohon yang kecil mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan akibat pemindahan daripada pohon-pohon yang besar. Oleh sebab itu untuk menanam pohon- pohon yang besar perlu ahli yang berpengalaman, alat-alat, kendaraan dan biaya yang relatif mahal. Ukuran pohon yang optimum untuk dapat dipindahkan sangat bervariasi tegantung kepada jenisnya. Walaupun demikian ukuran pohon yang banyak ditanam yang mempunyai diameter batang antara 510 mm dan tingginya antara 30-100 cm. Cara pemindahan pohon yang besar seperti yang pernah dilakukan di California untuk pohon deodara (Cedrus deodara yang tingginya 26 m, peppertree (Schinus molle) yang tingginya 47 m dan diameter batangnya 1,27 m dan beratnya 52 ton serta pohon palm yang tingginya 32 m dan beratnya 35 ton adalah sebagai berikut. Pertama-tama akar diputar dengan membuat bongkahan tanah yang besarnya seukuran daerah minimal perakaran tapi cukup besar untuk tidak terlalu mengganggu pertumbuhan pohon itu sendiri. Dengan menggunakan dua buah bulldozer yang satu mendorong dan lainnya mengangkatnya, maka akar berikut tanahnya digali. Bulatan tanah (putaran) itu kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik atau karung yang kuat. Bungkusan itu kemudian diikat dengan menggunakan rantai besi yang kuat. Rantai besi ini dipergunakan untuk mengangkat tanaman berikut tanahnya dan dinaikkan ke atas truk/trailer untuk dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Lubang harus disiapkan sebelum tanaman dipindahkan ke tempat yang baru. Ukuran lubang hendaknya lebih besar daripada ukuran daerah perakaran pohon yang hendak ditanam, biasanya satu setengah atau dua kali dari ukuran bulatan perakaran tanaman. Jika daerah perakaran mempunyai diameter 1,5 m dan 0,75 m dalamnya, maka diameter ukuran lubang sekitar 2,5 m dan tingginya 1,5 m. Pada tanah kurang subur ukuran lubang ini harus betul-betul diperhatikan. Pembuatan lubang dengan ukuran yang besar ini perlu dikerjakan mengingat beberapa saat setelah tanaman itu dipindahkan ke tempat yang baru, akar akan mulai tumbuh ke luar dari dalam putaran dan menembus media yang baru. Satu atau dua minggu sebelum tanam, lubang ini diisi dengan pupuk kandang atau kompos yang diperkaya dengan pupuk buatan, Jika daerah tersebut merupakan tempat sarang rayap, maka perlu diberi insektisida butiran yang persisten. Bila tanah sangat asam dan tanaman yang hendak ditanam merupakan tanaman yang membutuhkan kisaran pH tanah normal sampai basa, maka tanah perlu diberi kapur 3-4 minggu sebelum tanam. Sebaliknya jika tanahnya agak basa, sedangkan tanaman yang akan ditanam lebih menyenangi tanah asam, maka tanah perlu diberi belerang atau pupuk yang bersifat asam seperti Amonium sulfat. Pemberian media yang cocok dengan keperluan tanaman ini sangat perlu untuk diperhatikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Saluran drainase perlu dibuatkan khususnya untuk tanah yang kandungan liat dan humusnya sangat tinggi. Pada kondisi yang seperti ini air yang berlebih dapat mengakibatkan akar menjadi busuk karena serangan penyakit atau karena menderita kekurangan oksigen (asphyxia). Akar harus pula cukup mendapatkan udara untuk pernapasannya. Oleh sebab itu, pada saat akar tanaman ditimbun kembali dengan tanah tidak boleh terlalu dipadatkan, agar tanah masih tetap berpori dan gembur. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 32
  • 37. Pohon dapat dipindahkan ke tempat lain melalui dua cara. Cara yang pertama, tanaman dipindahkan tanpa disertai dengan tanahnya. Cara ini lebih mudah penggaliannya dan membawanyapun lebih ringan. Sedangkan cara kedua yaitu tanaman dipindahkan dengan sedikit menyertakan tanahnya. Cara yang terakhir ini lebih sulit karena lebih berat, namun mengingat nilai kegagalannya lebih kecil, maka cara ini banyak juga dilakukan. Untuk cara pertama yakni akar tanpa tanah, akar yang telanjang itu harus dibungkus dengan karung, koran atau jerami yang sebelumnya telah direndam dalam air. Akar perlu dihindarkan dari sengatan cahaya matahari. Apabila waktu pengangkutan dan jarak waktu antara penggalian dan penanaman lebih dari satu hari, maka cara ini hanya dapat dianjurkan dilakukan pada musim hujan. Selama pengangkutan bahan penutup harus selalu basah dengan jalan menyemprot atau menyiramnya selama dalam perjalanan. Cara yang kedua yaitu mendapatkan tanaman beserta tanahnya atau yang lebih dikenal dengan cara bola (putaran). Nama ini diberikan karena bentuk tanah yang menyertai akar hampir menyerupai bola. Walaupun demikian pada kenyataannya bentuknya tidak selalu bulat, kadang-kadang berupa silinder. Ukuran bola hendaknya menurut proporsi ukuran pohon. Biasanya diameter bola 8-10 kali lebih besar daripada diameter pohon. a. Penyiapan Putaran Untuk tanaman yang sudah tua sebaiknya penyiapan putaran (bola) tidak dilakukan dalam jangka waktu yang sangat pendek. Penyiapan putaran sudah dilakukan 5 bulan sampai 1 tahun sebelum pohon tersebut dipindah-tanamkan. Pada bulan pertama bagian akar yang di luar putaran digali dan akarnya dipotong dan dibuang ke luar. Batu dan kerikil juga diangkat dan dibuang, lubang kemudian diurug kembali dengan tanah. Pada bulan ketiga perlakuan seperti itu dilakukan lagi namun pada bulan ketiga ini pemotongan akar lebih mendekat ke arah pohon yaitu tepat pada ukuran putaran yang akan kita bentuk. Pada bulan kelima pohon siap diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Semakin besar tinggi dan lebar tajuk, maka waktu yang diperlukan untuk perlakuan tersebut semakin lama, bisa sampai satu tahun. Perlakuan yang diberikan dalam jangka waktu 2-5 tahun tidak dianjurkan, karena memakan waktu terlalu lama dan akar yang semula kecil akan tumbuh berubah menjadi terlalu besar. Perlakuan seperti diterangkan di atas dimaksudkan untuk merangsang terbentuknya sistem perakaran yang kompak di dalam putaran. Selain itu untuk melatih tanaman unuk dapat hidup dengan akar yang lebih sedikit. Sehingga pada saat pemindahan nanti tidak terjadi guncangan (shock) hebat, akibat akarnya banyak berkurang. Ukuran yang tepat dari diameter dan tinggi putaran berlainan untuk setiap jenis tanaman. Jenis tanaman yang mempunyai akar tunggang yang panjang seperti cemara lilin, tinggi putaran harus jauh lebih besar daripada diameternya. Demikian sebaliknya tanaman yang akarnya menyebar dangkal seperti angsana dan kenari, ukuran diameter putaran harus lebih besar daripada tingginya. Putaran kemudian diletakkan di atas truk atau trailer. Putaran disimpan di bagian depan, sedangkan bagian tajuk diletakkan di bagian belakang. Akan sangat bermanfaat bila ada penyangga cabang dan pohon dari kayu agar pohon dapat lebih stabil terhindar dari bobot cabang, ranting dan dedaunan, khususnya untuk pengangkutan yang melewati jalan yang bergelombnag/berlubang, karena ranting dan dedaunan yang berat dengan guncangan yang kuat dapat mengakibatkan cabang/batang menjadi tertekuk atau patah. Pohon atau batang yang bersinggungan dengan kayu penyangga hendaknya dibalut dengan busa yang tebal untuk menghindarkan perlukaan karena gesekan. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 33
  • 38. Ranting dan cabang diikat dengan ditali untuk mengurangi gerakan yang hebat oleh angin selama dalam perjalanan. Untuk pohon yang rindang dan besar sebaiknya pengangkutan dilakukan pada kondisi angin yang lemah pada cuaca yang mendung. Pengangkutan sangat dianjurkan di malam hari, jika jarak pengangkutannya sangat jauh. Di negara maju pada saat ini telah tersedia kendaraan khusus pengangkut untuk membawa pohon seperti Big John Tree Transpalnter atau Vermeer Tree Spade (Haller, 1986). b. Penanaman Kembali Jika ukuran putaran sangat besar dan terlalu berat untuk dipindahkan dengan tenaga manusia, maka pohon dapat dipindah-turunkan dengan menggunakan crane. Kedalaman akar pada saat penanaman kembali harus sama dengan kedalamannya semula. Jika pada tempat yang baru tanaman ditanam lebih dalam, maka akarnya dapat menderita kekurangan udara (asphyixia). Sebaliknya jika tanaman ditanam terlalu dangkal, maka dikhawatirkan tanaman akan menderita kekeringan dan kepanasan akibat sengatan sinar matahari Sistem pemindahan tanaman dengan akar terbuka membutuhkan perhatian yang lebih khusus daripada pemindahan tanaman dengan sistem putaran. Akar yang rusak karena patah atau luka harus dipotong dan diberi parafin atau media tumbuh disekelilingnya ditaburi dengan fungisida dan insektisida yang persisten. Pohon harus diletakkan ditengah-tengah lubang dengan arah yang tegak. Jika pohon itu kecil seseorang dapat memegangnya supaya tegak dan yang lainnya menguburnya dengan tanah. Pada tanah yang kurang baik sistem drainasenya, di bagian bawah akar harus diberi batu, kerikil dan pasir, agar akar tidak menjadi tergenang akibat kelebihan air. Dengan menggunakan pipa paralon yang ujungnya telah dibalut dengan ijuk yang disimpan di bawah putaran, kelebihan air ini dapat dibuang ke saluran drainase. Jika pengangkatan putaran dengan menggunakan plat besi di bagian bawah putaran, maka putaran diturunkan dulu pada lokasi di luar posisi yang diinginkan yang ada beberapa pohon kecil yang lurus. Pohon ini berguna untuk mempermudah memindahkan putaran untuk diletakkan pada lokasi yang diinginkan. Tali pengikat yang terbuat dari kawat atau plat dibuka dan dibuang ke luar lubang, sedangkan tali serta karung goni pembungkus putaran yang dapat hancur dapat dibiarkan saja tetap melilit dan membungkusnya. c. Penyiraman Segera setelah pohon selesai ditanam, pohon harus diberi air. Pemberian air tidak dianjurkan diberikan pada saat atau sebelum pohon ditanam, karena dapat mengakibatkan terbentuknya lumpur, tanah menjadi padat dan pengerjaan penanaman menajdi sulit karena licin. Pada musim kemarau pemberian air harus dilakukan pagi dan sore hari, sedangkan pada musim penghujan hanya diberikan, jika tidak ada hujan untuk beberapa hari atau apabila tanah terlihat sangat kering. Pemberian air tidak boleh terlalu berlebihan dan tidak boleh terlalu sedikit. Penyiraman dianggap cukup jika tanah terlihat lembab sampai basah. d. Pemupukan Mengingat tanah-tanah di perkotaan mempunyai kesuburan yang rendah, maka untuk mempercepat pertumbuhan tanaman perlu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dengan memberikan bahanbahan organik ke dalam tanah, tanah menjadi lebih dapat menyimpan air, lebih gembur dan juga akar cukup mendapat oksigen. Pada tanah yang gembur HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 34
  • 39. akar lebih mudah menembus tanah. Selain itu air penyiraman akan lebih mudah masuk ke dalam tanah yang lebih dalam. Karena pupuk organik juga banyak mengandung mikroba, maka kesuburan hayati tanah akan dapat meningkat pula. Jumlah pupuk yang diberikan untuk setiap tanaman juga harus diperhatikan benar. Jika pupuk yang diberikan terlalu sedikit, maka hasil pemupukan tidak begitu nampak hasilnya. Sebaliknya jika jumlah pupuk yang diberikan terlalu banyak, tanaman akan menderita keracunan. Mengingat pupuk TSP agak sukar larut dalam air dan ketersediaannya bagi tanaman lambat, maka pupuk ini biasanya diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan sedikit pada saat tanaman telah berumur sebulan dan pemberian dengan dosis sebenarnya hanya diberikan setelah tanaman terlihat pertumbuhannya. Pupuk urea yang diberikan terlalu awal dan dalam jumlah yang besar akan mengganggu pertumbuhan tanaman, karena akar masih belum cukup kuat. Yang harus diperhatikan dalam peletakan pupuk adalah sebagai berikut : 1. Meletakkan pupuk tidak terlalu dekat ke pohon. Tempat pupuk diletakkan di sekeliling pohon sebaiknya antara 3/4 sampai sama dengan jari-jari lebar tajuk. 2. Tidak terlalu dangkal. Jika terlalu dangkal maka yang akan memanfaatkan pupuk tersebut mungkin hanya rerumputan yang perakarannya berkeliaran di sekitar permukaan tanah dan pupuk mungkin mengalami penguapan. 3. Juga tidak terlalu dalam. Selain aplikasinya sulit juga melalui proses pencurian pupuk ini akan terbawa hanyut ke lapisan yang lebih bawah dari mintakat perakaran. e. Penyanggaan/Pengairan Tanaman yang baru ditanam perlu penyangga buatan sampai tanaman tersebut dapat menahan bebannya sendiri melalui penahanan dan cengkraman akar-akarnya. Jika tidak diberi penyangga dengan hembusan angin yang kecil saja tumbuhan akan mudah sekali roboh. Untuk pohon yang sangat kecil dapat dipergunakan ajir yang terbuat dari bambu atau kayu satu batang yang ditancapkan dekat tanaman. Tanaman diikat dengan menggunakan tali. Ikatan tali pada batang tidak boleh terlalu kencang, karena dapat mencekiknya. Simpul ikatan yangbaik adalah simpul angka delapan. Untuk tanaman yanglebih besar dipergunakan kayu atau bambu dua buah yang ditancapkan ke tanah dan dua bilah lagi sebagai penggepit pohon. Bilah penggepit ini dipakukan pada bilah yang ditancapkan. Agar pohon tidak bergerak ke satu arah, maka bilah penggepit ini disekat lagi dengan bilah penghalang. f. Pembalutan Pohon yang kecil perlu dibungkus dengan bahan yang lembut untuk melindungi dari sengatan matahari, serangan penggerek batang, cakaran dan gigitan binatang. Pembalutan dimulai dari permukaan tanah sampai ke cabang-cabang utama yang besar. Pembalutan dilakukan sedemikian rupa untuk menghasilkan pembalutan yang menyeluruh, agar seluruh bagian batang betul-betul terlindung dari bahaya tersebut di atas. Balutan dibiarkan satu atau dua tahun sampai pohon itu dianggap kuat. g. Pemangkasan Pohon besar yang ditanam dengan sebagian besar akarnya dipotong harus dilakukan pemangkasan cabang dan daun. Hal ini dimaksudkan untuk HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 35
  • 40. mengurangi daya evapo-transpirasi daun yang akan jauh lebih besar daripada kemampuan akar dalam menyerap air dari tanah. Pemangkasan dapat dilakukan pada saat pohon tersebut digali di tempat asalnya atau dapat pula di tempatnya yangbaru yaitu sebelum penanaman dilakukan. Pemangkasan yang dilakukan pada saat penggalian bibit sangat dianjurkan untuk pohon yang dipindahkan dengan sistem akar terbuka. Pemangkasan akan mengurangi berat tanaman pada saat pencabutan dan pengangkutan. Di samping itu juga dapat memperkecil kehilangan air selama transportasi. Jika pohon terlalu lebat, daunnya dapat dikurangi sampai 75%. Walaupun demikian pemangkasan tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sampai merusak bentuk asli dari pohon. Apabila pohon dipindahkan dengan sistem putaran, pemangkasan tidak perlu terlalu banyak, hanya di bagian puncaknya saja dan dilakukan pada saat penanaman. h. Pemberian Hormon Sejumlah zat pengatur tumbuh yang diberikan untuk merangsang pertumbuhan tanaman telah banyak ditemukan semenjak 50 tahun belakangan ini. Hormon dan zat pengatur tumbuh ada yang bekerja merangsang pembentukan akar, daun atau bunga dan buah. Beberapa jenis seperti IBA (indole-butyric-acid), NAA (Naphthalein-acetic-acid), 2,4-D, IAA (Indole-acetic-acid) dijual dalam beberapa merek dagang. NAA (Naphthalein-acetic-acid) yang dicampur dengan Thiaminemono-nitrate dijual dengan nama Vitamin B-1. Larutan ini dapat dipergunakan untuk mengurangi guncangan (shock) akibat penanaman. Pemakaiannya dicampur dengan air menurut petunjuk pabrik. Pemberian larutan ini dapat dilakukan tiap minggu atau dua minggu sekali selama beberapa bulan sampai tanaman itu dapat hidup mandiri. 2. Perawatan Luka pada Batang Pohon redwood di Piercy, California, mempunyai tinggi 76 m berumur 2000 tahun masih hidup dan tumbuh walaupun mempunyai luka bekas kebakaran lebih dari seratus tahun yang lalu (Haller, 1986). Hal ini dikarenakan, luka pada pohon tersebut telah dirawat dengan baik. Pohon yang sempurna memiliki permukaan kulit yang mulus mulai dari akar sampai ujung batang. Namun jika pohon tersebut dikuliti, terpotong, dipukul atau dibakar, maka akan dapat terbentuk luka yang kemudian akan berubah menjadi lubang. Perlukaan pada jaringan kulit dan jaringan kayu harus disembuhkan, karena akan menimbulkan infeksi yang lebih berat, sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup tanaman tersebut. Luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja. 2. Luka yan terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Cara untuk mengobati luka kulit pohon reltif sederhana. Dengan menggunakan pisau yang runcing dan tajam daerah tepi kulit yang luka dipotong/diiris tipis dengan bentuk elif dan sejajar dengan aliran hara/pohon. Bagian yang baru dipotong tersebut kemudian diberi fungisida dan ditutup dengan shellac, lilin, malam atau parafin cair. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan dan penyakit. Penyakit yang dapat menyerang misalnya cendawan Phytophthora parasitica (Wudianto, 1989). Proses ini disebut tracing atau scribing. HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 36
  • 41. Perlindungan luka kayu dengan pengecatan/pengolesan dengan bahan pencegah penyakit pada areal luka yang besar dianjurkan untuk dilakukan 4 - 6 bulan sekali. Hendaknya tidak digunakan kreosot atau karbolineum, karena bahan pengawet ini merupakan racun untuk jaringan hidup (Haller, 1986). Usaha perawatan terhadap lubang luka terdiri dari : 1. Membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang dapat menjadi sarang hama dan sumber penyakit. 2. Membersihkan dan membentuk lubang agar menjadi lebih terbuka. 3. Mengecat dan menutup luka dan khususnya terhadap kambium yang terbuka. 4. Membuat saluran drainase. 5. Menyehatkan bagian dalam tanaman. 6. Pengisian lubang untuk memperoleh penampilan yang baik serta untuk mengurangi kemungkinan lubang tersebut menjadi tempat persembunyian binatang berbisa dan hama. Kegunaan perlakuan tersebut selain untuk penyembuhan luka itu sendiri juga mempunyai kegunaan : 1. Menyediakan permukaan yang kuat memungkinkan jaringan kalus baru dapat tumbuh untuk merangsang penyembuhan luka tersebut. 2. Memperkuat pohon melalui perawatan dari dalam, sehingga jaringan kayu dapat tumbuh lebih banyak yang akan menjadi pohon lebih kuat. 3. Menghilangkan sumber penularan hama dan penyakit serta menghilangkan tempat persembunyian ular dan binatang berbahaya lainnya. 4. Memperbaiki citra/penampilan pohon secara keseluruhan. Bahan-bahan pengisi lubang yang dapat dipakai adalah : potongan kayu, karet, aspal yang telah dicampur dengan serbuk gergaji bahkan ada juga yang menyarankan untuk digunakan semen. Sebagian orang menganggap pengisian dengan semen tidak disukai karena bahan ini berat dan terlalu keras, sehingga mempunyai kemungkinan proses penyembuhan pohon ini malah menjadi terganggu karena adanya bahan tersebut. 3. Pemangkasan Pemangkasan dimaksudkan untuk membuang bagian dahan/ranting tertentu untuk mendapatkan bentuk tertentu (seperti binatang), mengendalikan pertumbuhan tinggi pohon, membuang bagian yang terkena penyakit, untuk keselamatan (jika patah dikhawatirkan dapat mengancam keselamatan pemakai jalan raya atau karena dahan dapat mengganggu kabel listrik dan telepon), untuk memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk tumbuh lebih baik atau untuk mempercepat munculnya bunga. 4. Penebangan Pohon-pohon yang harus dihilangkan adalah pohon-pohon yang memenuhi kriteria sebagai berikut : • Mati, • Membahayakan, • Saling berhimpitan, • Pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon-pohon lain, • Pohon-pohon pada jalur jalan dan bangunan, • Mengganggu jalur listrik dan telepon. Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk menebang pohon adalah : HUTAN KOTA UNTUK PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 37