Profesor Quraish Shihab menjelaskan pentingnya kesepahaman antara berbagai kelompok Islam, terutama Sunni dan Syi'ah. Ia menyatakan bahwa kesalahpahaman seringkali disebabkan oleh ketidakmampuan memahami diri sendiri dan pihak lain, serta mengaitkan pendapat satu kelompok dengan kelompok lain. Profesor Shihab menekankan perlunya merujuk kepada pendapat ulama kontemporer dari berbagai mazhab
1. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kali ini saya akan menuliskan apa yang telah dikatakan oleh Prof. DR. Quraish
Shihab tentang kesepahaman menuju persatuan.
"Tidak bisa ada perseteruan kalau tidak ada kesepahaman, tidak bisa ada
kesepahaman kalau kita tidak memahami diri kita dan memahami pihak lain".
kalau kita meneliti apa itu Syi'ah, kita harus berupaya untuk memahami siapa Syi'ah itu,
tetapi memahami Syi'ah saja tidak cukup untuk terwujudnya kesepahaman kalau pihak
yang diluar Syi'ah tidak memahami dirinya. karena itu kesepahaman perlu. boleh jadi
sebab utama dari apa yang terjadi dalam masyarakat Islam di dunia dan apa yang
terjadi di Indonesia itu sebabnya adalah kesalahpahaman. kalau kita persempit,
kesalahpahaman sementara orang-orang Syi'ah terhadap madzhab mereka dan orang-
orang Sunni terhadap madzhab mereka.
Prof Quraish Shihab memperjelas persoalan tidak dimungkiri oleh siapapun
bahwa Syi'ah itu atau yang dinamai Syi'ah itu banyak kelompoknya, sehingga kalau ada
pendapat dari satu kelompok Syi'ah yang dinisbahkan kepada kelompok lain maka
disini bisa timbul kesalapahaman.
satu contoh : ada Syi'ah Ismailiyah yang ada sekarang, ada Syi'ah Zaidiyah yang banyak
di Yaman sekarang, ada Syi'ah Ja'fariyah yang ada sekarang, ada perbedaan-perbedaan
antar mereka sekarang ini. dulu ada Syi'ah Al-Qatabiyah, ada Syi'ah Al-Qaramiqah, dan
bermacam-macam (puluhan). kalau anda mengambil pendapat Syi'ah, katakanlah Al-
Qaramiqah atau Al-Qatabiyah lalu anda nisbahkan kepada Al-Ja'fariyah akan terjadi
kesalapahaman dan anda mendzolimi salah satu dari kelompok itu. kita tidak bisa
memungkiri bahwa ada Syi'ah yang sesat, tidak bisa dipungkiri. bahkan ada kelompok
Syi'ah yang menyesatkan kelompok Syi'ah yang lain. salah satu keluhan adalah anda
mengambil pendapat-pendapat satu kelompok kemudian menyangka bahwa itu adalah
kelompok yang lain lalu atas dasarnya anda menyesatkan kelompok yang lain, "ini
karena tidak paham".
Kalau dilihat disisi sunnah pun, semua sepakat bahwa jangan mudah
mengkafirkan orang lain. Imam Ghazali berkata : "kalau seandainya anda mendengar
kalimat yang di ucapkan seseorang, 99% diantaranya menunjukkan bahwa yang
bersangkutan kafir, masih ada 1% yang memungkinkan dia dinilai beriman maka jangan
kafirkan dia". jadi tidak mengerti dirinya, bisa jadi tidak mengerti dirinya dan tidak
mengerti orang lain terjadilah cek-cok (perdebatan yang tidak menguntungkan).
2. Ada perkembangan pemikiran, karena pemikiran-pemikiran apapun termasuk
pemikiran keagamaan dipengaruhi oleh banyak faktor. bisa perkembangan ilmu,
kemaslahatan, bisa kecenderungan seseorang dan banyak lagi faktor sehingga semua
madzab pemikiran apapun pasti telah terjadi perubahan sedikit atau banyak
menyangkut pendapat-pendapat. pasti!!
seperti contoh darwin sudah diubah oleh pendapat darwinisme yang baru, pendapat
Syafi'i (jangankan dengan orang lain, dengan dirinya yang ada ketika dia di Irak akan
berbeda ketika dia di Mesir), Salaf, Salafiyah yang sekarang itu berbeda pandangannya
dengan pendapat Imam Ahmadi Muhammad, begitu juga dengan Syi'ah ada
perkembangan misalnya tulisan Imam Qumaini menyangkut Taqiyah, itu beda dengan
perkembangan sekarang. coba baca pendapat yang berkaitan dengan izin mengangkat
senjata terhadap penguasa (dahulu tidak ada izin itu sampai datang imam). semua ada
perkembangan pemikiran sehingga kalau orang ingin merujuk kepada suatu madzab
dengan melihat pendapat-pendapat lama tanpa memikirkan pendapat baru, itu adalah
salah paham.
Kemaslahatan umat Islam mengantar sebagian tokoh-tokohnya untuk melakukan
pendekatan-pendekatan berdasar pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan baru.
kalau tidak, itu adalah orang-orang yang terlambat lahir. jika ada seorang Sunni dan
Syi'ah berdampingan dan bergandengan tangan (hidup damai), banyak sebagian orang
yang membantah dan tidak setuju. karena mereka masih merujuk pada pendapat-
pendapat lama yang boleh jadi tidak bersumber dari apa yang diuraikan sekarang ini,
tapi cobalah kita harus membedakan antara pendapat intelektual ulama cendekiawan
dengan pendapat orang awam. "kesalahan kita disini", sering kali kita mengukur
pendapat suatu kelompok tidak merujuk pada pendapat para ulama-ulama (bisa jadi di
Sunni dan bisa jadi di Syi'ah), tidak akan mungkin ada kesepahaman kalau seperti itu.
maka dari itu rujuklah kepada pendapat ulama kelompok yang muktabar, jangan
merujuk pada kelompok apa itu namanya yang sebenarnya tidak diakui sebagaian
ulama, dan itu bukan hanya di Syi'ah, di Sunni pun banyak.
Yang terpenting dalam konteks kesepahaman ini kita bersatu dalam aqidah, dan
ketika kita bersatu dalam aqidah tidak harus rumusannya persis sama tapi yang penting
kandungannya sama dalam artian kita tidak terikat dengan rumusan, kita terikat
dengan kandungan apa yang dirumuskan itu maka akan terjadilah kesepahaman. tetapi
kalau kita mau persis sepaham redaksinya itu tidaklah mungkin, kalau kesepahaman ini
3. sudah terjadi maka akan mudah, apalagi kalau kita merujuk ke ulama-ulama kita
sekarang baik yang Sunni maupun Syi'ah itu sebabnya dalam semua konferensi
pertemuan-pertemuan yang diadakan berbagai ulama mereka sepakat. sejak tahun
1961 di Mesir sudah terbit apa yang dinamai dulu yaitu Mausu'at Jamal Abdul Nasir Al-
Faqiyah, 8 madzab yang masuk dalam pertemuan para ulama-ulama itu 4 madzab Sunni
dan 4 madzab Syi'ah dan mereka semua sepakat. tetapi sekarang banyak para ulama
yang bisa dikatakan ulama gagal yang menghembus-hembuskan perseturuan.
Kita harus kembali pada kesepakatan-kesepakatan yang selama ini sudah sangat
baik seperti kesepakatan yang ada di Turki, Saudi Arabia, Qatar semuanya itu merujuk
dan kita harus mampu untuk menjelaskan kepada masyarakat kita apalagi pada orang-
orang awam bahwa sebenarnya kita bersaudara dan tidak perlu ada saling tegang,
Surga terlalu luas sehingga tidak perlu hanya memonopoli Surga untuk diri
sendiri ( Prof. DR. Quraish Shihab ).
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh