Dokumen tersebut membahas 10 jenis teater tradisional Indonesia yaitu wayang, makyong, drama gong, randai, mamanda, longser, ketoprak, ludruk, lenong dan ubrug. Jenis-jenis teater tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan memiliki ciri khas masing-masing seperti bahasa, musik dan tarian yang digunakan.
2. Pengertian Dan Ciri
Teater Tradisional
• Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari
daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial
masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah.
• Ciri-ciri Teater Tradisional
• Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• 1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah),
• 2. Pementasan sederhana,
• 3. Ceritanya turun temurun.
3. Macam – Macam Teater
Tradisional
• 1. Wayang
• 2. Makyong
• 3. Drama Gong
• 4. Randai
• 5. Mamanda
• 6. Longser
• 7. Ketoprak
• 8. Ludruk
• 9. Lenong
• 10.Ubrug
4. 1. Wayang
• Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun
sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme
berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang,
yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama
berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui
oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan
yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah
dan sangat berharga.
• G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa
berarti: bayangan
5. 2. Makyong
• Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang
sampai sekarang masih digemari dan sering dipertunjukkan sebagai
dramatari dalam forum internasional. Makyong dipengaruhi oleh
budaya Hindu-Buddha Thai dan Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari
mak hyang, nama lain untuk dewi sri, dewi padi.
Makyong adalah teater tradisional yang berasal dari Pulau Bintan,
Riau. Makyong berasal dari kesenian istana sekitar abad ke-19
sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan pada siang hari atau malam
hari. Lama pementasan ± tiga jam
6. 3. Drama Gong
• Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih
relatif muda usianya yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur-
unsur drama modern (non tradisional Bali) dengan unsur-unsur
kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan
pencampuran dari unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater
tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh kesenian klasik
atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong
disebut "drama klasik". Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian
ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak pemain serta
peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong
Kebyar). Drama Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung
Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase (Gianyar).
Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak
kejayaannya adalah tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun
1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya, sekarang ini ada
sekitar 6 buah sekaaDrama Gong yang masih aktif.
7. 4. Randai
• Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau,
Sumatra Barat yang dimainkan oleh beberapa orang (berkelompok atau
beregu). Randai dapat diartikan sebagai “bersenang-senang sambil
membentuk lingkaran” karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah
lingkaran besar bergaris tengah yang panjangnya lima sampai
delapan meter. Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita
rakyat Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman,
Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon kabarnya,
randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang
Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari
laut.
Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia
dan bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah
pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di University of
Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat
Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam
seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari dan pencak silat.
8. 5. Mamanda
• Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang
berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan
yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan
yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat
penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang
disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
• Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa
rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di
Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan
kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan
bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau
lebih tenar dengan Badamuluk.
9. 6. Longser
• Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat
sunda, Jawa barat. Longser berasal dari akronim kata melong
(melihat dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang artinya
barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan
tergugah. Longser yang penekanannya pada tarian disebut ogel atau
doger. Sebelum longser lahir dan berkembang, terdapat bentuk
teater tradisional yang disebut lengger.
Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi mencolok
dari segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng.
Biasanya seorang ronggeng memakai kebaya dan kain samping batik.
Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog
dan ikat kepala.
10. 7. Ketoprak
• Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di
daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah.
• Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak
ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak.
• Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan,
yaitu:
- Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)
- Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi)
- Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)
Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja
penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa.
Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan
bahasa yang halus dan spesifik
11. 8. Ludruk
• Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang
cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh
pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama
tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang
di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita
tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik),
cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan
lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat
penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya,
meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain
seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang
berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat
dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak,
peronda, sopir angkutan umum, dll).
12. 9. Lenong
• "Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat
Betawi, Jakarta. Lenong berasal dari nama salah seorang Saudagar
China yang bernama Lien Ong.
• Pada zaman dahulu (zaman penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh
masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap tirani
penjajah.
• Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari
kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa
panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau
aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela
• Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman.
kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan;
lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu
tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan
sehari-hari.
13. 10. Ubrug
• "Ubrug" di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional rakyat
yang semakin hari semakin dilupakan oleh penggemarnya. Istilah
‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda ‘sagebrugan’ yang berarti
campur aduk dalam satu lokasi.
• Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan unsur lakon,
musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu dipentaskan secara
komedi.
• Bahasa yang digunakan dalam pementasan, terkadang penggabungan
dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi).
• Alat musik yang biasa dimainkan dalam pemenetasan adalah gendang,
kulanter, kempul, gong angkeb, rebab, kenong, kecrek, dan ketuk.