SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 45
Rika Susanti
Dellery Mela Usman
   Buku II KUHP
   Untuk menilai berat ringannya cedera,
    penyidik memerlukan bantuan tenaga
    medis
   Berkaitan dengan pasal dan sanksi hukum
    thd pelaku
   Penyidik
   dalam menangani kasus luka, keracunan
    atau mati
   Yang diduga karena tindak pidana
   Dapat meminta bantuan dokter ahli
    kehakiman, dokter atau ahli lainnya
   Dokter gigi sebagai ahli lainnya
   Dapat dimintai bantuannya untuk
   Memberikan bantuan kepada penyidik dan
    hakim dalam rangka pengungkapan kasus
    tindak pidana
   Supaya berat cedera dapat ditentukan secara
    akurat
   Vonis dijatuhkan secara adil
   Yang bersalah dapat dihukum sesuai
    perbuatannya
   Yang tidak bersalah dapat dibebaskan
    Merupakan kewajiban hukum
    Jika dilanggar: sanksi pidana

1.   Ps. 224 KUHP: 9 bulan penjara
2.   Ps. 216 KUHP: 4 bulan penjara
   Kasus cedera pada daerah mulut
   Kasus susila: penentuan umur
   Kasus cedera/keracunan dengan komplikasi
    penyakit gigi dan mulut
   Kasus identifikasi: Bencana massal,
    pembunuhan
   Kasus kedokteran olahraga: jenis kelamin
   Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
   Pembuatan VeR bersama dokter
   Pembuatan surat keterangan ahli
   Pemberian kesaksian ahli di pengadilan

   Meyakinkan hakim mengenai TP yang terjadi
   Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana,
    kecuali dengan sekurangnya 2 ALAT BUKTI
    yang sah dia memperoleh KEYAKINAN bahwa
    benar terjadi Tindak Pidana dan benar
    terdakwalah yang bersalah melakukannya

   Sistim pembuktian negatif
    Alat bukti yang sah, adalah:
1.   Keterangan saksi
2.   Keterangan ahli *
3.   Surat *
4.   Petunjuk *
5.   Keterangan terdakwa
   Disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan
    memerlukan ahli kedokteran gigi khusus,
    bukan hanya dokter gigi yang berkualifikasi
    dalam pengobatan
   Ahli Odontologi Forensik sangat sedikit
   sulit mendatangkannya
   Jika ada kasus
     dipanggil
     material    pemeriksaan disimpan dan dikirim
1.   Interpretasi jejas gigitan
2.   Identitas korban: kasus individual dan bencana
     massal
   Bukti dental digunakan untuk
    mengidentifikasi pelaku suatu kejahatan
    yang meninggalkan bekas gigitan
     Penganiayaan anak
     Kejahatan seksual
   Pada bayi lokasi gigitan biasanya di lengan,
    tangan, bahu,pipi,bokong dan trunkus
   Pada kejahatan seksual : mamae dan puting
    susu
   Jejas gigitan tidak hanya terbentuk akibat
    gigi. Bibir dapat menyebabkan jejas jika
    terjadi hisapan yang kuat
   Jejas gigitan menggambarkan deretan gigi
    depan (6 gigi atas dan 6 gigi bawah bagian
    depan)
   Gigi seri dapat memberikan bantuan khusus
    ketika dia mencolok
   Gigitan manusia berbentuk oval yang dangkal
   Gigitan hewan berbentuk parabola/ U
   hilang karena proses abrasi hanya bertahan
    sampai penyembuhan kulit lengkap
   Jejas gigitan: abrasi, kemerahan, laserasi
    dan kombinasi
   Langkah pertama, jejas gigitan difoto dari
    beberapa sudut berbeda
   Langkah kedua adalah swab air liur di jejas
    gigitan lalu dikirim ke laboratorium serologi
   Langkah ketiga adalah membuat cetakan gigi
    di jejas gigitan
   Langkah keempat pengawetan area kulit
    yang meliputi daerah jejas gigitan dengan
    formalin untuk pemeriksaan selanjutnya
   Setelah beberapa hari periksa ulang jejas
    gigitan
   Pasien datang meminta pertolongan medis.
    Apakah dokter wajib lapor ke penyidik? Lihat
    pasal 108 KUHAP

   Pasien mengadu ke polisi, datang ke RS
    bersama polisi yang membawa SPV
   Pasien datang dengan membawa SPV tanpa
    diantar oleh penyidik. Keabsahan pasien
    sebagai barang bukti TP ?

   SPV datang terlambat. Pemeriksaan yang
    mana yang akan dimasukkan dalam VER?
    Ingat dokter takut pasal 322 KUHP
Sebagai attending doctor (dokter klinik)
  - anamnesis, pemeriksaan fisik,
    laboratorium
  - Pengobatan untuk kesembuhan pasien
Sebagai assessing doctor (dokter ’forensik”)
  - anamnesis, pemeriksaan forensik klinik,
   pemeriksaan penunjang
 - dalam rangka pembuatan VER dan saksi ahli
   Dokter Unit Gawat Darurat RS
   Dokter spesialis bukan forensik, yang
    merawat pasien
   Dokter gigi
   Dokter spesialis forensik (klinik)

   Lihat penjelasan pasal 133(1) KUHAP
Anamnesis
• Riwayat kejadian
  – WHAT, WHEN, WHERE, HOW, WHO

• Luka-luka / cedera
• Penyebab luka
• Pengobatan yang telah diterima
• Riwayat penyakit / cedera terdahulu
   Pemeriksaan terhadap adanya noda, bercak,
    kotoran, debu
   Pemeriksaan terhadap adanya robekan
   Pengumpulan barang bukti
   Pakaian dilepaskan untuk memeriksa tubuh
    secara keseluruhan
   Dokumentasi
     Dekskripsi   tertulis
     Foto
   Menyeluruh (ujung rambut-ujung kaki)
   Pemeriksaan Umum:
     Kesadaran,   nadi, tekanan darah, nutrisi, berat, tinggi,
      dll
     Jantung, paru, perut, anggota badan
   Pemeriksaan Khusus:
     Luka-luka
     Pemeriksaan   lain: syaraf, radiologis, Lab, dll
   Deskripsi harus akurat dan menggunakan istilah yang
    tepat
   Gunakan bahasa yang dapat dimengerti Gunakan
    diagram tubuh untuk menggambarkan letak luka
   Foto bila perlu
   Analisa pola luka




Pemeriksaan Laboratorium
• Pengambilan dan pengiriman sampel
   Dilakukan secara lengkap
    Untuk menentukan jenis luka, posisi, gambaran
    luka, ukuran
   Penentuan penyebab luka
   Kalau perlu dengan dokumentasi foto atau
    gambaran skematis
   Luka lecet: lecet geser, lecet tekan, jejas kuku,
    jejas gantung, jejas jerat
   Memar: memar, memar kacamata, jejas ban,
    jejas pukulan rotan
   Luka terbuka tajam: luka iris, bacok dan tusuk
   Luka terbuka tumpul
   Luka tembak
   Luka bakar
   Bagian tubuh yang terkena, posisi luka, sisi
    kanan atau kiri
   Ketinggian dari tumit: perkiraan posisi dan
    ketinggian pelaku
   Pelaku kidal/kinan

   Rekonstruksi penyerangan
   Luka tajam: dari ukuran luka dapat
    diperkirakan ukuran pisau, bermata
    satu/dua
   Luka tembak: dari ukuran luka dapat
    diperkirakan sudut tembakan, perkiraan
    jarak tembak
   Luka lecet tekan dan perdarahan tepi:
    gambaran permukaan benda, cetakan
    ukuran benda
   Memar: dari warna dapat ditentukan saat
    perlukaan
   Lecet akibat basa atau asam: dari pola lelehan
    dapat diketahui posisi korban saat penyerangan
   Luka percobaan bunuh diri: pergelangan tangan,
    leher dan perut
   Luka perlawanan (tangkis)
   Pasien rawat jalan: pada saat kontrol/
    Masalah: jika berobat ke 2 tempat berbeda

   Pasien rawat inap: perkembangan dicatat
    selama perawatan. Masalah: dokter yang
    menangani banyak
   Luka derajat I: identik dengan penganiayaan
    ringan
    - pasal 352 KUHP: maks 3 bulan
    -” Cedera tersebut tidak menyebabkan
    penyakit atau halangan daral menjalankan
    pekerjaan jabatan/pencaharian”
   Luka derajat II: identik dengan penganiayaan
   Pasal 351 (1): maks 2 tahun 8 bulan
   “ Luka tersebut TELAH menyebabkan
    penyakit atau halangan dalam menjalankan
    pekerajaan jabatan/pencaharian UNTUK
    SEMENTARA WAKTU”
   Luka derajat III: identik dengan
    penganiayaan berat
   Pasal 351(2) KUHP
   Luka tersebut telah menyebabkan …. (Pasal
    90 KUHP) ”
   Dapat menunjukkan   arah
   Dapat menunjukkan   benda penyebab
   Dapat menunjukkan   permukaan benda penyebab
   Dapat menunjukkan    perkiraan Waktu kekerasan
   Dapat menunjukkan    ciri pelaku: kidal/ kinan
   Dapat untuk memperkirakan waktu kekerasan:
    dari warnanya
   Dapat mrenunjukkan bentuk benda penyebab
   Letak: dapat menunjukkan aksi-reaksi korban dan
    pelaku (rekonstruksi)
   Dari bentuknya mungkin dapat menunjukkan
    kemungkinan benda penyebab
   Kadang dapat membantu rekonstruksi
   Efek luka umumnya berat dan mengundang
    banyak komplikasi
   Dokter klinik sering tidak memperhatikan
    perbedaannya
   Dampaknya besar secara hukum: menentukan
    senjata penyebab perlukaan
   Harus memperhatikan cerita kejadian dari
    pasiennya.
   Ketinggian pelaku
   Posisi pelaku pada saat penyerangan
   Kidal/kinan
   Kerokan kuku: golongan darah, DNA

   Kekerasan seksual: golongan darah dan DNA
Peran dokter gigi dlm tindak pidana.pptt

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Peran dokter gigi dlm tindak pidana.pptt

KULIAH FORENSIK ok.ppt
KULIAH FORENSIK ok.pptKULIAH FORENSIK ok.ppt
KULIAH FORENSIK ok.ppteeeeee35
 
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK.ppt
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK.pptILMU KEDOKTERAN FORENSIK.ppt
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK.ppteeeeee35
 
Buku clinical skill forensik
Buku clinical skill forensikBuku clinical skill forensik
Buku clinical skill forensikrahmadhini ELKRI
 
Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensikdacilganteng
 
Pem medikolegal korban hidup.ppt
Pem medikolegal korban hidup.pptPem medikolegal korban hidup.ppt
Pem medikolegal korban hidup.pptArsaAtiharsa
 
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptx
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptxPemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptx
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptxmuhammadyusufarrozhi
 
Forensic odontologist
Forensic odontologist Forensic odontologist
Forensic odontologist Terminal Purba
 
Saksi Ahli Forensik Medikolegal
Saksi Ahli Forensik MedikolegalSaksi Ahli Forensik Medikolegal
Saksi Ahli Forensik MedikolegalGalih Endradita M
 
Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1
Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1
Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1wadnag
 
Visum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensik
Visum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensikVisum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensik
Visum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensikReza Oktarama
 
6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdf
6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdf6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdf
6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdfM Setiawan
 
soal bab Etika dan Hukum
soal bab Etika dan Hukumsoal bab Etika dan Hukum
soal bab Etika dan HukumNia Indah
 
Tatalaksana KtPA.pdf
Tatalaksana  KtPA.pdfTatalaksana  KtPA.pdf
Tatalaksana KtPA.pdfIndahMaulina2
 

Ähnlich wie Peran dokter gigi dlm tindak pidana.pptt (20)

KULIAH FORENSIK ok.ppt
KULIAH FORENSIK ok.pptKULIAH FORENSIK ok.ppt
KULIAH FORENSIK ok.ppt
 
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK.ppt
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK.pptILMU KEDOKTERAN FORENSIK.ppt
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK.ppt
 
Buku clinical skill forensik
Buku clinical skill forensikBuku clinical skill forensik
Buku clinical skill forensik
 
Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensik
 
ppt refarat.pptx
ppt refarat.pptxppt refarat.pptx
ppt refarat.pptx
 
Pem medikolegal korban hidup.ppt
Pem medikolegal korban hidup.pptPem medikolegal korban hidup.ppt
Pem medikolegal korban hidup.ppt
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptx
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptxPemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptx
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptx
 
ver.ppt
ver.pptver.ppt
ver.ppt
 
Forensic odontologist
Forensic odontologist Forensic odontologist
Forensic odontologist
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Saksi Ahli Forensik Medikolegal
Saksi Ahli Forensik MedikolegalSaksi Ahli Forensik Medikolegal
Saksi Ahli Forensik Medikolegal
 
Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1
Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1
Pengantar ilmu-kedokteran-forensik1
 
VeR_copy.pdf
VeR_copy.pdfVeR_copy.pdf
VeR_copy.pdf
 
Contoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rmContoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rm
 
Visum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensik
Visum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensikVisum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensik
Visum et repertum dan prosedur pemeriksaan kedokteran forensik
 
6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdf
6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdf6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdf
6. Kejahatan Terhadap Nyawa_compressed.pdf
 
Ve r copy
Ve r copyVe r copy
Ve r copy
 
soal bab Etika dan Hukum
soal bab Etika dan Hukumsoal bab Etika dan Hukum
soal bab Etika dan Hukum
 
Tatalaksana KtPA.pdf
Tatalaksana  KtPA.pdfTatalaksana  KtPA.pdf
Tatalaksana KtPA.pdf
 

Peran dokter gigi dlm tindak pidana.pptt

  • 2. Buku II KUHP  Untuk menilai berat ringannya cedera, penyidik memerlukan bantuan tenaga medis  Berkaitan dengan pasal dan sanksi hukum thd pelaku
  • 3. Penyidik  dalam menangani kasus luka, keracunan atau mati  Yang diduga karena tindak pidana  Dapat meminta bantuan dokter ahli kehakiman, dokter atau ahli lainnya
  • 4. Dokter gigi sebagai ahli lainnya  Dapat dimintai bantuannya untuk  Memberikan bantuan kepada penyidik dan hakim dalam rangka pengungkapan kasus tindak pidana
  • 5. Supaya berat cedera dapat ditentukan secara akurat  Vonis dijatuhkan secara adil  Yang bersalah dapat dihukum sesuai perbuatannya  Yang tidak bersalah dapat dibebaskan
  • 6. Merupakan kewajiban hukum  Jika dilanggar: sanksi pidana 1. Ps. 224 KUHP: 9 bulan penjara 2. Ps. 216 KUHP: 4 bulan penjara
  • 7. Kasus cedera pada daerah mulut  Kasus susila: penentuan umur  Kasus cedera/keracunan dengan komplikasi penyakit gigi dan mulut  Kasus identifikasi: Bencana massal, pembunuhan  Kasus kedokteran olahraga: jenis kelamin
  • 8. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan  Pembuatan VeR bersama dokter  Pembuatan surat keterangan ahli  Pemberian kesaksian ahli di pengadilan  Meyakinkan hakim mengenai TP yang terjadi
  • 9. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana, kecuali dengan sekurangnya 2 ALAT BUKTI yang sah dia memperoleh KEYAKINAN bahwa benar terjadi Tindak Pidana dan benar terdakwalah yang bersalah melakukannya  Sistim pembuktian negatif
  • 10. Alat bukti yang sah, adalah: 1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli * 3. Surat * 4. Petunjuk * 5. Keterangan terdakwa
  • 11.
  • 12. Disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan memerlukan ahli kedokteran gigi khusus, bukan hanya dokter gigi yang berkualifikasi dalam pengobatan
  • 13. Ahli Odontologi Forensik sangat sedikit  sulit mendatangkannya  Jika ada kasus  dipanggil  material pemeriksaan disimpan dan dikirim
  • 14. 1. Interpretasi jejas gigitan 2. Identitas korban: kasus individual dan bencana massal
  • 15. Bukti dental digunakan untuk mengidentifikasi pelaku suatu kejahatan yang meninggalkan bekas gigitan  Penganiayaan anak  Kejahatan seksual
  • 16. Pada bayi lokasi gigitan biasanya di lengan, tangan, bahu,pipi,bokong dan trunkus  Pada kejahatan seksual : mamae dan puting susu
  • 17. Jejas gigitan tidak hanya terbentuk akibat gigi. Bibir dapat menyebabkan jejas jika terjadi hisapan yang kuat  Jejas gigitan menggambarkan deretan gigi depan (6 gigi atas dan 6 gigi bawah bagian depan)  Gigi seri dapat memberikan bantuan khusus ketika dia mencolok
  • 18. Gigitan manusia berbentuk oval yang dangkal  Gigitan hewan berbentuk parabola/ U  hilang karena proses abrasi hanya bertahan sampai penyembuhan kulit lengkap  Jejas gigitan: abrasi, kemerahan, laserasi dan kombinasi
  • 19. Langkah pertama, jejas gigitan difoto dari beberapa sudut berbeda  Langkah kedua adalah swab air liur di jejas gigitan lalu dikirim ke laboratorium serologi  Langkah ketiga adalah membuat cetakan gigi di jejas gigitan
  • 20. Langkah keempat pengawetan area kulit yang meliputi daerah jejas gigitan dengan formalin untuk pemeriksaan selanjutnya  Setelah beberapa hari periksa ulang jejas gigitan
  • 21. Pasien datang meminta pertolongan medis. Apakah dokter wajib lapor ke penyidik? Lihat pasal 108 KUHAP  Pasien mengadu ke polisi, datang ke RS bersama polisi yang membawa SPV
  • 22. Pasien datang dengan membawa SPV tanpa diantar oleh penyidik. Keabsahan pasien sebagai barang bukti TP ?  SPV datang terlambat. Pemeriksaan yang mana yang akan dimasukkan dalam VER? Ingat dokter takut pasal 322 KUHP
  • 23. Sebagai attending doctor (dokter klinik) - anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium - Pengobatan untuk kesembuhan pasien Sebagai assessing doctor (dokter ’forensik”) - anamnesis, pemeriksaan forensik klinik, pemeriksaan penunjang - dalam rangka pembuatan VER dan saksi ahli
  • 24. Dokter Unit Gawat Darurat RS  Dokter spesialis bukan forensik, yang merawat pasien  Dokter gigi  Dokter spesialis forensik (klinik)  Lihat penjelasan pasal 133(1) KUHAP
  • 25. Anamnesis • Riwayat kejadian – WHAT, WHEN, WHERE, HOW, WHO • Luka-luka / cedera • Penyebab luka • Pengobatan yang telah diterima • Riwayat penyakit / cedera terdahulu
  • 26. Pemeriksaan terhadap adanya noda, bercak, kotoran, debu  Pemeriksaan terhadap adanya robekan  Pengumpulan barang bukti  Pakaian dilepaskan untuk memeriksa tubuh secara keseluruhan  Dokumentasi  Dekskripsi tertulis  Foto
  • 27. Menyeluruh (ujung rambut-ujung kaki)  Pemeriksaan Umum:  Kesadaran, nadi, tekanan darah, nutrisi, berat, tinggi, dll  Jantung, paru, perut, anggota badan  Pemeriksaan Khusus:  Luka-luka  Pemeriksaan lain: syaraf, radiologis, Lab, dll
  • 28. Deskripsi harus akurat dan menggunakan istilah yang tepat  Gunakan bahasa yang dapat dimengerti Gunakan diagram tubuh untuk menggambarkan letak luka  Foto bila perlu  Analisa pola luka Pemeriksaan Laboratorium • Pengambilan dan pengiriman sampel
  • 29.
  • 30. Dilakukan secara lengkap  Untuk menentukan jenis luka, posisi, gambaran luka, ukuran  Penentuan penyebab luka  Kalau perlu dengan dokumentasi foto atau gambaran skematis
  • 31. Luka lecet: lecet geser, lecet tekan, jejas kuku, jejas gantung, jejas jerat  Memar: memar, memar kacamata, jejas ban, jejas pukulan rotan  Luka terbuka tajam: luka iris, bacok dan tusuk  Luka terbuka tumpul  Luka tembak  Luka bakar
  • 32. Bagian tubuh yang terkena, posisi luka, sisi kanan atau kiri  Ketinggian dari tumit: perkiraan posisi dan ketinggian pelaku  Pelaku kidal/kinan  Rekonstruksi penyerangan
  • 33. Luka tajam: dari ukuran luka dapat diperkirakan ukuran pisau, bermata satu/dua  Luka tembak: dari ukuran luka dapat diperkirakan sudut tembakan, perkiraan jarak tembak  Luka lecet tekan dan perdarahan tepi: gambaran permukaan benda, cetakan ukuran benda
  • 34. Memar: dari warna dapat ditentukan saat perlukaan  Lecet akibat basa atau asam: dari pola lelehan dapat diketahui posisi korban saat penyerangan  Luka percobaan bunuh diri: pergelangan tangan, leher dan perut  Luka perlawanan (tangkis)
  • 35. Pasien rawat jalan: pada saat kontrol/ Masalah: jika berobat ke 2 tempat berbeda  Pasien rawat inap: perkembangan dicatat selama perawatan. Masalah: dokter yang menangani banyak
  • 36. Luka derajat I: identik dengan penganiayaan ringan - pasal 352 KUHP: maks 3 bulan -” Cedera tersebut tidak menyebabkan penyakit atau halangan daral menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian”
  • 37. Luka derajat II: identik dengan penganiayaan  Pasal 351 (1): maks 2 tahun 8 bulan  “ Luka tersebut TELAH menyebabkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerajaan jabatan/pencaharian UNTUK SEMENTARA WAKTU”
  • 38. Luka derajat III: identik dengan penganiayaan berat  Pasal 351(2) KUHP  Luka tersebut telah menyebabkan …. (Pasal 90 KUHP) ”
  • 39.
  • 40. Dapat menunjukkan arah  Dapat menunjukkan benda penyebab  Dapat menunjukkan permukaan benda penyebab  Dapat menunjukkan perkiraan Waktu kekerasan  Dapat menunjukkan ciri pelaku: kidal/ kinan
  • 41. Dapat untuk memperkirakan waktu kekerasan: dari warnanya  Dapat mrenunjukkan bentuk benda penyebab  Letak: dapat menunjukkan aksi-reaksi korban dan pelaku (rekonstruksi)
  • 42. Dari bentuknya mungkin dapat menunjukkan kemungkinan benda penyebab  Kadang dapat membantu rekonstruksi  Efek luka umumnya berat dan mengundang banyak komplikasi
  • 43. Dokter klinik sering tidak memperhatikan perbedaannya  Dampaknya besar secara hukum: menentukan senjata penyebab perlukaan  Harus memperhatikan cerita kejadian dari pasiennya.
  • 44. Ketinggian pelaku  Posisi pelaku pada saat penyerangan  Kidal/kinan  Kerokan kuku: golongan darah, DNA  Kekerasan seksual: golongan darah dan DNA