SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 32
5/5/2015Meiriska Meiriska
Pajak bumi dan bangunan
(pbb)
Perpajakan I
Perpajakan I
Dasar hukum
5/5/2015Meiriska
2
 UU Nomor 12 Tahun 1985
 UU Nomor 12 Tahun 1994
 UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pengertian
PBB adalah pajak negara yang dikenakan atas bumi dan atau bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak atas bumi dan atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
Sifat pengenaan PBB
Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan.
Sedangkan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya
pajak.
Latar belakang
5/5/2015Meiriska
3
•Negara sebagai organisasi yang mengatur dan memerintah rakyat serta
kehidupan negara demi mencapai kemakmuran dan kesejateraan rakyatnya
berkewajiban untuk mengatur tata hidup dan pendayagunaan tanah baik sebagai
barang ekonomi maupun tempat tinggal
•Pengaturan pendayagunaan tanah disamping melalui Undang-undang Pokok
Peraturan Agraria, Land Use dan Land Reform adalah melalui Perpajakan Atas
Tanah.
•Sebelum tahun 1985, pengenaan pajak atas tanah dan bangunan yang diciptakan
sejak jaman Belanda, telah menimbulkan pajak yang tumpang tindih dalam
pengenaan pajak dan menimbulkan pajak berganda.
•Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam GBHN perlu diadakan
pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya serta
memenuhi haknya di bidang perpajakan sehingga dapat mewujudkan perluasan
dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan serta meratakan pendapatan
masyarakat
Sejarah pbb
5/5/2015Meiriska
4
•Pada masa sebelum penjajahan, pajak atas tanah telah dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan Hindu
berkuasa di Nusantara dengan nama drwyahaji. Keajaan mataram dalam sejarah telah menerapkan tanah
pertanian sebagai objek pajak yang dipungut berdasarkan luas tanah
•Pada masa penjajahan, dikenal adanya jenis pajak bumi yang disebut Land Rent yang diperkenalkan
Gubernur Jenderal Inggris pada tahun 1811-1816. Land Rent dikenakan terhadap semua jenis tanah produktif
dan wajib pajaknya adalah desa (kepala desa) bukan perseorangan, karena para kepala desa dianggap sebagai
penyewa yang harus membayar sewa tanah. Tarif Land Rent bervariasi antara 20% - 50% dari hasil produksi
pertanian tergantung pada jenis produksinya. Pada masa penjajahan Belanda (1816) pemungutan Land Rent
tetap dipertahankan dengan mengganti namanya menjadi Landrente dan besarnya tarif juga diubah menjadi
20% dari produksi pertanian. Pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia (1942-1945), nama Land Rent
atau Landrente diubah menjadi Land Tax.
•Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, nama Land Tax atau pajak tanah disebut
dengan Pajak Bumi dan pada tahun 1951 sampai dengan 1959 dengan pengelolanya Jawatan Pendaftaran
Tanah Milik Indonesia (PTMI). Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 11 Prp Tahun 1959 tentang
Pajak Hasil Bumi, terhadap tanah yang tunduk kepada hukum adat dipungut pajak yang dikenal sebagai Iuran
Pembangunan Daerah (Ipeda). Selain Ipeda, pada masa itu dipungut pula 6 (enam) pajak kekayaan dan
pungutan lain atas tanah dan bangunan yang menimbulkan tumpang tindih antara satu pajak dengan pajak
lainnya dan menyebabkan adanya beban pajak berganda bagi masyarakat. Dengan adanya reformasi
perpajakan pertama yang dimulai pada tahun 1983, antara lain dengan penyederhanaan jumlah dan jenis
pajak atas tanah dan bangunan melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985, maka 7 (tujuh) jenis pajak
kebendaan dan kekayaan atas tanah dan bangunan disederhanakan mejadi PBB.
•
Objek pajak (pasal 2)
5/5/2015Meiriska
5
1. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan /atau bangunan.
2. Klasifikasi objek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur oleh Menteri
Keuangan.
Bumi dapat diartikan sebagai permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Sedangkan permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan / atau perairan. Di dalam penjelasan UU PBB yang termasuk bangunan adalah :
jalan lingkungan dalam suatu komplek bangunan
jalan tol
kolam renang
pagar mewah , taman mewah
tempat olah raga
galangan kapal , dermaga
tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
fasilitas lain yang memberi manfaat
Objek pajak yang dikecualikan (pasal 3)
5/5/2015Meiriska
6
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan
itu.
3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum
dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakukan
timbal balik
5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintah,
penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
subjek pajak (pasal 4)
5/5/2015Meiriska
7
1. Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau
memperoleh manfaat atas bumi,dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
2. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak
menjadi wajib pajak menurut UU PBB.
3. Subjek pajak atas suatu objek yang belum jelas diketahui siapa
Wajib Pajaknya, dapat ditetapkan oleh Dirjen Pajak sebagai
Wajib Pajaknya.
Pendaftaran objek pajak (Pasal 9)
5/5/2015Meiriska
8
Subjek Pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan cara mengisi Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
1. SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data
objek pajak menurut ketentuan UU.
2. SPOP harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap.
 Jelas berarti penulisan data sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir
 Benar berarti data yang diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
 Lengkap berarti semua data telah diisikan ke dalam SPOP dan
ditandatangani oleh Subjek Pajak/Wajib Pajak.
3. SPOP yang telah diisi WP disampaikan kembali ke Kantor Pelayanan PBB
setempat selambat-lambatnya 30 hari setelah formulir SPOP diterima WP.
4. Bagi Objek Pajak/Wajib Pajak PBB yang mengalami perubahan, WP
melaporkan perubahan tersebut kepada Kantor Pelayanan PBB setempat
dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan/perubahan.
Pengisian spop
5/5/2015Meiriska
9
Pengisian dan pengembalian SPOP oleh WP dilakukan dalam hal sbb :
1. Objek pajak belum terdaftar
2. Objek pajak sudah terdaftar, tetapi data objeknya belum/tidak
lengkap atau belum/tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
3. Objek pajak yang dimutasikan, sebagaimana dilaporkan oleh
instansi yang berkaitan langsung dengan objek pajak (seperti jual
beli, hibah, waris, hadiah, dll)
4. Karena perubahan peruntukan objek pajak atau Nilai Jual Objek
Pajak (NPOP) berubah (contoh : tanah kosong berubah menjadi
daerah pemukiman)
5. Dalam hal dilakukan pendataan ulang di satu wilayah administrasi
kelurahan atau desa.
Dasar penagihan pbb
5/5/2015Meiriska
10
1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
2. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
3. Surat Tagihan Pajak (STP)
SPPT adalah surat yang digunakan oleh KPP untuk memberitahukan besarnya PBB yang
terutang kepada Wajib Pajak.
PBB yang terutang dalam SPPT harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan setelah
tanggal penerbitan SPPT.
Pajak yang terutang dalam SPPT/SKP yang tidak/kurang dibayar setelah lewat jatuh
tempo pembayaran akan ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) termasuk denda
administrasi-nya.
Jumlah tagihan yang tercantum dalam STP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan
sejak STP diterima oleh Wajib Pajak (WP).
Setelah tujuh hari sejak jatuh tempo yang tercantum dalam STP, utang pajak beserta
denda belum dibayar, maka akan dilakukan langkah-langkah dalam tindakan penagihan
pajak dimulai dari Surat Teguran, Surat Paksa, dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan,
diikuti tindakan lelang.
Dasar pengenaan pbb (Pasal 6)
5/5/2015Meiriska
11
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Penentuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan Kep. 523/KMK.04/1998.
Mulai tanggal 1 Januari 2011 akan berlaku NJOP yang diatur dalam PMK
150/PMK.03/2010.
Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP
ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau nilai
perolehan baru, atau NKOP pengganti.
Nilai Jual Objek Pajak meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah, perairan,
pedalaman, serta laut wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yang berada diatas
maupun dibawahnya dan/atau bangunan yang melekat di atasnya.
Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menteri keuangan, kecuali untuk
daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.
Pendekatan penilaian untuk njop
5/5/2015Meiriska
12
1. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)
yaitu menentukan nilai suatu objek (properti) dengan jalan membandingkan
objek yang dinilai dengan objek lain yang sejenis yang telah diketahui nilai
jualnya. Pendekatan ini dapat juga disebut dengan Metode Perbandingan Harga.
2. Pendekatan Biaya ( Cost Approach )
yaitu menentukan nilai suatu objek (properti) dengan jalan menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut. Biaya yang
diperhitungkan adalah biaya bangunan baru kemudian dikurangi dengan
penyusutan yang ada.
3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
yaitu menentukan nilai suatu objek (properti) dengan jalan mengkapitalisasikan
pendapatan bersih dari objek tersebut dengan suatu tingkat kapitalisasi tertentu.
Pendekatan ini dapat juga disebut Pendekatan Kapitalisasi.
Dasar penghitungan pajak
5/5/2015Meiriska
13
Yang menjadi dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).
NJKP ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP).
Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
PP No. 25 tahun 2002, besarnya NJKP ditetapkan sbb :
 Obyek pajak perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40 % (empat puluh
persen ) dari Nilai jual Objek Pajak;
 Objek pajak lainnya :
- Sebesar 40 % ( empat puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual
Objek Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah ) atau lebih
- Sebesar 20 % (dua puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai
Jual Pajak Objeknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Njop tkp
5/5/2015Meiriska
14
Di dalam pengenaan PBB terdapat suatu batas nilai yang tidak dikenakan
pajak yang disebut Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No: 201/KMK.04/2000 tanggal
6 Juni 2000 ditetapkan batas NJOPTKP maksimum sebesar Rp 12 juta per
Wajib Pajak dan ditetapkan secara regional.
Mulai tanggal 1 Januari 2012 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 67/PMK.03/2011 NJOPTKP untuk setiap Wajib Pajak ditetapkan
paling tinggi sebesar Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
Ketentuan NJOP TKP sebagai berikut :
 Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu Tahun Pajak.
 Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang
nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.
Tarif dan cara menghitung pajak
5/5/2015Meiriska
15
Pasal 5
Tarif Pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah 0,5%
Pada saat mulai berlakunya UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, tarif PBB turun menjadi 0,3%.
Pasal 7
Pajak yang terhutang = 0,5% X NJKP (Nilai Jual Kena Pajak)
Cara Perhitungan :
Formula = PBB = Tarif x NJKP x (NJOP - NJOPTKP)
= 0,5% x 20% x (NJOP - NJOPTKP) atau
= 0,5% x 40% x (NJOP - NJOPTKP)
NJOP Tanah = Luas (m2) X Nilai Konversi = XXXXXXX
NJOP Bangunan = Luas (m2) X Nilai Konversi = XXXXXXX
NJOP Tanah dan Bangunan = XXXXXXX
NJOP TKP = XXXXXXX
NJOP untuk perhitungan PBB = XXXXXXX
NJKP = …% X NJOP PBB = XXXXXXX
PBB terhutang = Tarif X NJKP = XXXXXXX
Tahun pajak, saat dan tempat pajak terhutang (pasal 8)
5/5/2015Meiriska
16
1. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun takwim
2. Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut
keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari
3. Tempat pajak yang terutang adalah :
 Untuk daerah Jakarta, di wilayah DKI Jakarta
 Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II atau Kotamadya Daerah Tingkat II yang
meliputi letak objek pajak.
Tatacara penagihan
5/5/2015Meiriska
17
Jatuh tempo SPPT adalah 6(enam) bulan.
Pembayaran setelah lewat jatuh tempo WP akan dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan
maksimum 24 bulan (48%).
Setelah jatuh tempo dan WP belum juga membayar PBB akan
dikeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang jatuh temponya
1(satu) bulan.
Kemudian berturut-turut akan dikeluarkan Surat Paksa (SP),
Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan akhirnya
barang sitaan akan dilelang untuk membayar PBB ( Tata Urutan
Penagihan diatur lebih lanjut dalam Undang Undang Penagihan
Pajak).
Penerbitan skp
5/5/2015Meiriska
18
1. SPOP tidak kembali.
SPOP yang dikirim ke Wajib Pajak harus dikembalikan dalam waktu 30
(tigapuluh) hari sejak tanggal diterima oleh WP. Lewat waktu akan
ditetapkan secara jabatan dengan mengeluarkan SKP. Jumlah ketetapan pajak
dalam SKP adalah jumlah pokok pajak (secara jabatan) ditambah denda
administrasi sebesar 25%.
Jatuh tempo SKP adalah 1(satu) bulan. Lewat jatuh tempo akan diberlakukan
UU Penagihan Pajak.
2. SPOP dikembalikan oleh WP kemudian diproses menjadi SPPT.
Setelah terbit SPPT terdapat data baru hasil pemeriksaan SPOP yang
menyebabkan Pajak Terutang tambah besar. Atas kekurangan pajak tersebut
akan diterbitkan SKP yang jumlahnya adalah sebesar kekurangan ditambah
denda administrasi 25% dari kekurangan tersebut.
SPPT, SKP dan STP adalah merupakan dasar penagihan PBB.
Keberatan pbb (pasal 15)
5/5/2015Meiriska
19
WP dapat mengajukan keberatan atas SPPT atau SKP mengenai :
- Luas tanah/luas bangunan
- NJOP/ klasifikasi tanah dan atau bangunan
- Perbedaan penafsiran UU/Peraturan
Keberatan diajukan dalam waktu 3(tiga) bulan setelah terima SPPT/SKP, lewat
waktu tidak dianggap sebagai permohonan keberatan dan tidak
dipertimbangkan.
Setelah menerima surat keberatan dari WP, KPPBB/KPP Pratama meneruskan
ke Kanwil DJP yang harus memproses dalam waktu 12 bulan, lewat waktu
keberatan dianggap diterima
Hasil proses berupa : diterima seluruhnya/sebagian, ditolak atau menambah
besar pajak terutang
Pengajuan keberatan oleh WP tidak menunda kewajiban membayar pajak
WP yang tidak setuju atas SK Keberatan dapat mengajukan banding ke
Pengadilan Pajak.
Banding pbb
5/5/2015Meiriska
20
Pengajuan banding dilakukan dalam waktu 3(tiga) bulan sejak
WP menerima SK Keberatan, lewat waktu tidak dipertimbangkan
dengan syarat :
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan dilakukan
oleh WP/ahli waris/kuasanya
Melampirkan salinan surat Keputusan Dirjen Pajak yang
berkaitan dengan pengajuan keberatan.
Satu surat pengajuan banding untuk satu SK Keberatan.
Jumlah pajak terutang harus dibayar lebih dahulu sesuai dengan
yang disepakati dalam berita acara pemeriksaan keberatan.
Pengurangan pbb (110/PMK.03/2009)
5/5/2015Meiriska
21
Pengurangan PBB dapat diberikan kepada WP dalam hal :
1. Kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau sebab
sebab tertentu lainnya yaitu :
a. Objek pajak pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat
terbatas dan merupakan milik orang pribadi.
b. Objek pajak milik orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang NJOPnya
meningkat karena dampak dari pembangunan.
c. Objek pajak milik orang pribadi yang penghasilannya semata-mata dari
pensiunan.
d. Objek pajak milik orang pribadi yang berpenghasilan rendah.
e. Objek pajak milik anggota veteran.
f. Objek pajak milik Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas
sepanjang tahun.
2. Objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.
3. WP merupakan anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela
kemerdekaan.
4. Wajib Pajak Badan yang mengalami kesulitan likuiditas pada tahun pajak sebelumnya,
sehingga tidak bisa memenuhi kewajiban rutin.
Cara pengajuan pengurangan pbb
5/5/2015Meiriska
22
 Pengurangan diajukan dalam bahasa Indonesia dan dalam jangka waktu
3(tiga) bulan setelah terima SPPT/SKP, lewat waktu tidak dipertimbangkan.
 Dalam permohonan dicantumkan besarnya pengurangan yang diinginkan
dalam prosentase (misal 50%, 75%)
 Untuk bencana alam dapat diajukan secara kolektif melalui Lurah/Camat
 Permohonan akan diproses oleh KPPBB/KPP Pratama/Kanwil DJP dalam
waktu 3(tiga) bulan sejak diterima dari WP, lewat waktu dianggap diterima
 KPP akan memproses permohonan dengan ketetapan sampai Rp 500 juta,
lewat Rp500 juta akan diproses oleh Kanwil DJP
 Keputusan terhadap permohonan berupa mengabulkan seluruhnya/sebagian
atau menolak.
Besarnya pengurangan pbb
5/5/2015Meiriska
23
 Sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang dalam
hal kondisi tertentu objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi
veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan,
penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/ dudanya ;
 Sebesar paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang
terutang dalam hal kondisi tertentu Wajib Pajak orang pribadi atau
sebab-sebab lainnya
 Sebesar paling tinggi 75% dari PBB yang terutang dalam hal WP
badan yang mengalami kerugian atau kesulitan likuiditas
 sebesar paling tinggi 100% (seratus persen) dari PBB yang terutang
dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar
biasa.

Pembetulan dan pembatalan
5/5/2015Meiriska
24
 Apabila terjadi salah tulis, salah hitung atau kekeliruan dalam penerapan perundang
- undangan perpajakan yang terdapat dalam SPPT, SKP maupun STP dapat
dibetulkan baik atas permintaan WP maupun tidak.
 Pembetulan dapat dilakukan tanpa batas waktu akan tetapi apabila pembetulan
 tersebut mengakibatkan jumlah pajak terutang bertambah besar, maka pembetulan
tersebut hanya dapat dilakukan apabila hak untuk menetapkan pajak belum
kadaluwarsa (10 tahun).
 Hasil proses pembetulan berupa sama, lebih kecil atau lebih besar dari pajak
terutang.
 Dalam hal objek pajak tidak ada, atau hak dari subjek pajak terhadap objek pajak
batal karena putusan pengadilan, atau objek pajak berubah peruntukan menjadi
fasilitas umum atau fasilitas sosial atau bukti tertentu lainnya, maka dapat dilakukan
pembatalan atas SPPT, SKP maupun STP.
Daluwarsa pbb (pasal 26)
5/5/2015Meiriska
25
1. Daluwarsa Penetapan
Penetapan pajak menjadi daluwarsa setelah lewat waktu 10 tahun. Namun demikian
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
dibayar atau kurang bayar atau wajib pajak dikenai hukuman karena tindak pidana
perpajakan, maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP ditambah sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 48% dari pajak yang belum dibayar.
2. Daluwarsa Penagihan
Hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan menjadi daluwarsa setelah masa 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
bersangkutan.
Namun daluwarsa penagihan ini juga menjadi tertangguh apabila :
diterbitkan Surat Tegoran atau Surat Paksa
ada pengakuan hutang dari WP
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar / KB Tambahan
Pembagian hasil penerimaan pbb
5/5/2015Meiriska
26
1.10 % untuk bagian Pemerintah Pusat
2.9 % untuk bagian Biaya Pemungutan
3.16,2 % untuk bagian Pemerintah Propinsi
4.64,8 % untuk bagian Pemerintah Kabupaten/Kota
Sejak tahun anggaran 1994/1995 bagian Pemerintah Pusat sebesar
10% dilimpahkan kembali kepada daerah Kabupaten/Kota dengan
imbangan sbb :
6,5 % dibagikan merata keseluruh daerah Kabupaten/Kota
3,5 % dibagikan sebagai insentif kepada daerah Kabupaten/Kota
yang mengalami surplus rencana penerimaan sektor pedesaan dan
perkotaan.
Sanksi administrasi
5/5/2015Meiriska
27
 Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka akan
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa
denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.
 Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata
tidak benar (lebih kecil), maka akan diterbitkan SKP dengan
sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih
besarnya PBB yang terutang.
Ketentuan pidana (pasal 24 & 25)
5/5/2015Meiriska
28
Apabila WP :
1. Karena alpa/lupa :
tidak mengembalikan SPOP
mengembalikan SPOP tapi isinya tidak benar atau lampiran tidak benar
sehingga menimbulkan kerugian kepada negara maka akan dikenakan sanksi berupa kurungan
maksimum 6(enam) bulan atau denda sebanyak dua kali pajak terutang.
2. Karena sengaja :
tidak mengembalikan SPOP
mengembalikan SPOP tapi isinya tidak benar atau lampiran tidak benar
menunjukkan/memberikan surat-surat palsu atau asli tapi palsu
tidak menunjukkan surat-surat/dokumen yang diperlukan
tidak menunjukkan data/keterangan yang diperlukan
sehingga menyebabkan kerugian kepada negara maka dapat dikenakan sanksi berupa hukuman
penjara maksimum dua tahun atau dikenakan denda sebanyak lima kali pajak terutang.
Bila hal tersebut diulangi lagi maka sanksi tersebut menjadi dua kali lipat.
Terhadap yang bukan WP bila melakukan hal-hal tersebut diatas maka dikenakan sanksi
berupa hukuman kurungan maksimum satu tahun atau denda maksimum dua juta rupiah.
Apabila lewat waktu 10 tahun (kadaluwarsa) maka ketentuan pidana tersebut tidak dapat
dituntut.
Pelimpahan penagihan pbb (pasal 14)
5/5/2015Meiriska
29
Menteri Keuangan dapat melimpahkan kewenangan penagihan
pajak kepada Gubernur Kepada Daerah Tingkat I dan atau Bupati /
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
Kewenangan penagihan yang dilimpahkan bukan pelimpahan
urusan penagihan, tetapi hanya sebagai pemungut pajak.
Sedangkan pendataan objek pajak dan perhitungan pajak yang
terutang tetap menjadi kewenangan Menteri Keuangan.
Sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009, pengalihan kewenangan
pemungutan PBB dari pemerintah pusat kepada daerah masing-
masing akan berlaku mulai 1 Januari 2014 (desentralisasi)
Soal latihan
5/5/2015Meiriska
30
1. Dono memiliki tanah dan bangunan dengan rincian sbb :
Luas tanah : 500 M2; nilai tanah : Rp 120.000.000,-
Luas bangunan : 150 M2; nilai bangunan : Rp 150.000.000,-
Hitung besarnya PBB atas tanah dan bangunan Dono tersebut
apabila NJOPTKP sebesar Rp 10.000.000,-
2. Dodi seorang pedagang memiliki harta tetap dengan rincian sbb :
Luas tanah : 800 M2 ; nilai tanah : Rp 1.750.000.000,-
Luas bangunan : 600 M2 ; nilai bangunan : Rp 850.000.000,-
Hitung besarnya PBB yang harus dibayar bila NJOP.TKP = Rp12
juta
Soal latihan
5/5/2015Meiriska
31
3. Ibu Budi memiliki sebidang tanah yang dibangun rumah tinggal dan sebuah
toko sebagai tempat usaha.
Nilai tanah dan bangunannya beragam sbb :
Luas tanah 1 : 3.000 M2 ; nilainya : Rp2.100.000.000,-
Luas tanah 2 : 5.000 M2 ; nilainya : Rp3.000.000.000,-
Luas bangunan 1 : 1.500 M2 ; nilainya : Rp375.000.000,-
Luas bangunan 2 : 2.000 M2 ; nilainya : Rp600.000.000,-
Hitung besarnya PBB atas toko Ibu Budi tersebut bila NJOP.TKP = Rp10 juta
4. Pak Ali memiliki rumah dan toko yang letaknya terpisah di Jl. Kyai Tapa dan
Jl. Tanjung Gedong.
Rumah : Luas tanah : 500 M2 ; NJOPnya = Rp3.745.000,-/ M2 ( kls B.49 )
Luas bangunan : 300 M2 ; NJOPnya = Rp1.516.000,- / M2 ( kls B.20 )
Toko : Luas tanah : 500 M2 ; NJOPnya = Rp4.605.000,- / M2 ( kls B.47 )
Luas bangunan. : 400 M2 ; NJOPnya = Rp1.833.000,- / M2 ( kls B.25 )
Hitung besarnya PBB atas rumah dan toko Ibu Rita tersebut bila NJOP.TKP =
Rp12 juta
Soal latihan
5/5/2015Meiriska
32
5. Pada tanggal 5 Maret 2007, Pak Edo menerima SPPT sebesar Rp 250.000
Berapa jumlah PBB yang harus dibayar oleh Pak Edo apabila PBB tersebut dibayar
pada tanggal :
1 September 2007
5 September 2007
30 September 2007
31 Desember 2007
31 Desember 2009
6. Pak Mamat tidak menyampaikan SPOP. Maka oleh kantor pajak diterbitkan SKP.
Jumlah PBB yang terhutang adalah Rp 1.200.000.
Hitunglah jumlah pajak terutang yang tercantum dalam SKP!
7. Pak Abu sudah menyampaikan SPOP ke kantor PBB dan atas pajak yang terhutang
sudah dibayar sebelum jatuh tempo sebesar Rp 1.500.000. Setelah diperiksa, ternyata
SPOP tersebut tidak benar, yang menyebabkan jumlah pajak yang terhutang
seharusnya adalah Rp 2.000.000. Berapa jumlah hutang pajak yang masih harus
dibayar oleh Pak Abu?

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Tobagus Makmun
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPSujatmiko Wibowo
 
Soal Myob Perusahaan Jasa
Soal Myob Perusahaan JasaSoal Myob Perusahaan Jasa
Soal Myob Perusahaan JasaKhori riya
 
SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...
SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...
SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...Roko Subagya
 
Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25Endah Kusumarini
 
Akuntansi Biaya : Metode Harga Pokok Proses
Akuntansi Biaya : Metode Harga Pokok ProsesAkuntansi Biaya : Metode Harga Pokok Proses
Akuntansi Biaya : Metode Harga Pokok ProsesHasan Romadon
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAMahyuni Bjm
 
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1EnvaPya
 
Jurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasa
Jurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasaJurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasa
Jurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasaJogo Hera
 
1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptx
1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptx1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptx
1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptxSyahrulFujiana
 
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannyaRPG Gultom
 
Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...
Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...
Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...Fox Broadcasting
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanSujatmiko Wibowo
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Maiya Maiya
 
Akuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDAAkuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDAMahyuni Bjm
 
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetapMuhamad Jaenudin
 
Sejarah perkembangan akuntansi di asia
Sejarah perkembangan akuntansi di asiaSejarah perkembangan akuntansi di asia
Sejarah perkembangan akuntansi di asiaPeter SimanungkaLitz
 
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting IntermediateCh10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting IntermediateMaiya Maiya
 
Bab 3 piutang wesel
Bab 3 piutang weselBab 3 piutang wesel
Bab 3 piutang weselRian Ekawati
 

Was ist angesagt? (20)

Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
 
Soal Myob Perusahaan Jasa
Soal Myob Perusahaan JasaSoal Myob Perusahaan Jasa
Soal Myob Perusahaan Jasa
 
SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...
SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...
SEQUEL MODUL PPN ::: Ditambah Pertanyaan-Pertanyaan Singkat Pajak Pertambahan...
 
Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25
 
Akuntansi Biaya : Metode Harga Pokok Proses
Akuntansi Biaya : Metode Harga Pokok ProsesAkuntansi Biaya : Metode Harga Pokok Proses
Akuntansi Biaya : Metode Harga Pokok Proses
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
 
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
 
Jurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasa
Jurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasaJurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasa
Jurnal penyesuaian dan kertas kerja perusahaan jasa
 
1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptx
1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptx1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptx
1 Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi.pptx
 
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
 
Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...
Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...
Makalah - PSAP NO. 10 KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN ...
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
 
Akuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDAAkuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDA
 
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
 
Sejarah perkembangan akuntansi di asia
Sejarah perkembangan akuntansi di asiaSejarah perkembangan akuntansi di asia
Sejarah perkembangan akuntansi di asia
 
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting IntermediateCh10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
 
Rangkuman audit
Rangkuman auditRangkuman audit
Rangkuman audit
 
Bab 3 piutang wesel
Bab 3 piutang weselBab 3 piutang wesel
Bab 3 piutang wesel
 

Ähnlich wie Pertemuan 9 & 10 pajak

1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunanSidik Abdullah
 
Pbb pelatihan nindya praja smt 6
Pbb pelatihan nindya praja smt 6Pbb pelatihan nindya praja smt 6
Pbb pelatihan nindya praja smt 6Nandya Guvita
 
Pajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunanPajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunanHesni Tiara
 
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)Bbe Mee
 
Pajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docx
Pajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docxPajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docx
Pajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docxFiqarJusfikar
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunanPajeg Lempung
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Bbe Mee
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di IndonesiaJulham Efendi
 

Ähnlich wie Pertemuan 9 & 10 pajak (20)

Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
5
55
5
 
Makalah pbb
Makalah pbbMakalah pbb
Makalah pbb
 
PBB & BPHTB.pptx
PBB & BPHTB.pptxPBB & BPHTB.pptx
PBB & BPHTB.pptx
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
 
Pbb pelatihan nindya praja smt 6
Pbb pelatihan nindya praja smt 6Pbb pelatihan nindya praja smt 6
Pbb pelatihan nindya praja smt 6
 
Pajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunanPajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunan
 
Pbb1
Pbb1Pbb1
Pbb1
 
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
 
1. sejarah pbb
1. sejarah pbb1. sejarah pbb
1. sejarah pbb
 
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNANMAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
 
Pajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docx
Pajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docxPajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docx
Pajak_Bumi_dan_Bangunan_PBB.docx
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
2. subjek pbb
2. subjek pbb2. subjek pbb
2. subjek pbb
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 
Booklet pbb
Booklet pbbBooklet pbb
Booklet pbb
 
Materi PBB.pptx
Materi PBB.pptxMateri PBB.pptx
Materi PBB.pptx
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesia
 

Mehr von Defina Sulastiningtiyas (20)

Employee satisfaction survey
Employee satisfaction surveyEmployee satisfaction survey
Employee satisfaction survey
 
TQM Paper-kel.1_MM Trisakti (prof. syamsir abduh)
TQM Paper-kel.1_MM Trisakti (prof. syamsir abduh)TQM Paper-kel.1_MM Trisakti (prof. syamsir abduh)
TQM Paper-kel.1_MM Trisakti (prof. syamsir abduh)
 
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir) Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
 
The competency development process
The competency development processThe competency development process
The competency development process
 
Haki (hak atas kekayaan intelektual)
Haki (hak atas kekayaan intelektual)Haki (hak atas kekayaan intelektual)
Haki (hak atas kekayaan intelektual)
 
Pengertian sengketa ekonomi
Pengertian sengketa ekonomiPengertian sengketa ekonomi
Pengertian sengketa ekonomi
 
Soal linear equation
Soal linear equationSoal linear equation
Soal linear equation
 
Pertemuan 13&14 pjk
Pertemuan 13&14 pjkPertemuan 13&14 pjk
Pertemuan 13&14 pjk
 
Pertemuan 12 pjk
Pertemuan 12 pjkPertemuan 12 pjk
Pertemuan 12 pjk
 
Pertemuan 11 pajak
Pertemuan 11 pajakPertemuan 11 pajak
Pertemuan 11 pajak
 
Pertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajakPertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajak
 
Epd week 2
Epd week 2Epd week 2
Epd week 2
 
Johariwindowdiagram
JohariwindowdiagramJohariwindowdiagram
Johariwindowdiagram
 
Epd week 12
Epd week 12Epd week 12
Epd week 12
 
Epd week 11
Epd week 11Epd week 11
Epd week 11
 
Epd week 9
Epd week 9Epd week 9
Epd week 9
 
Epd week 6
Epd week 6Epd week 6
Epd week 6
 
Epd week 5
Epd week 5Epd week 5
Epd week 5
 
Epd week 4
Epd week 4Epd week 4
Epd week 4
 
Epd week 3
Epd week 3Epd week 3
Epd week 3
 

Kürzlich hochgeladen

matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxArvaAthallahSusanto
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxadel876203
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 

Kürzlich hochgeladen (20)

matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 

Pertemuan 9 & 10 pajak

  • 1. 5/5/2015Meiriska Meiriska Pajak bumi dan bangunan (pbb) Perpajakan I Perpajakan I
  • 2. Dasar hukum 5/5/2015Meiriska 2  UU Nomor 12 Tahun 1985  UU Nomor 12 Tahun 1994  UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pengertian PBB adalah pajak negara yang dikenakan atas bumi dan atau bangunan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Sifat pengenaan PBB Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
  • 3. Latar belakang 5/5/2015Meiriska 3 •Negara sebagai organisasi yang mengatur dan memerintah rakyat serta kehidupan negara demi mencapai kemakmuran dan kesejateraan rakyatnya berkewajiban untuk mengatur tata hidup dan pendayagunaan tanah baik sebagai barang ekonomi maupun tempat tinggal •Pengaturan pendayagunaan tanah disamping melalui Undang-undang Pokok Peraturan Agraria, Land Use dan Land Reform adalah melalui Perpajakan Atas Tanah. •Sebelum tahun 1985, pengenaan pajak atas tanah dan bangunan yang diciptakan sejak jaman Belanda, telah menimbulkan pajak yang tumpang tindih dalam pengenaan pajak dan menimbulkan pajak berganda. •Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam GBHN perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya serta memenuhi haknya di bidang perpajakan sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan serta meratakan pendapatan masyarakat
  • 4. Sejarah pbb 5/5/2015Meiriska 4 •Pada masa sebelum penjajahan, pajak atas tanah telah dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan Hindu berkuasa di Nusantara dengan nama drwyahaji. Keajaan mataram dalam sejarah telah menerapkan tanah pertanian sebagai objek pajak yang dipungut berdasarkan luas tanah •Pada masa penjajahan, dikenal adanya jenis pajak bumi yang disebut Land Rent yang diperkenalkan Gubernur Jenderal Inggris pada tahun 1811-1816. Land Rent dikenakan terhadap semua jenis tanah produktif dan wajib pajaknya adalah desa (kepala desa) bukan perseorangan, karena para kepala desa dianggap sebagai penyewa yang harus membayar sewa tanah. Tarif Land Rent bervariasi antara 20% - 50% dari hasil produksi pertanian tergantung pada jenis produksinya. Pada masa penjajahan Belanda (1816) pemungutan Land Rent tetap dipertahankan dengan mengganti namanya menjadi Landrente dan besarnya tarif juga diubah menjadi 20% dari produksi pertanian. Pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia (1942-1945), nama Land Rent atau Landrente diubah menjadi Land Tax. •Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, nama Land Tax atau pajak tanah disebut dengan Pajak Bumi dan pada tahun 1951 sampai dengan 1959 dengan pengelolanya Jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI). Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 11 Prp Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi, terhadap tanah yang tunduk kepada hukum adat dipungut pajak yang dikenal sebagai Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda). Selain Ipeda, pada masa itu dipungut pula 6 (enam) pajak kekayaan dan pungutan lain atas tanah dan bangunan yang menimbulkan tumpang tindih antara satu pajak dengan pajak lainnya dan menyebabkan adanya beban pajak berganda bagi masyarakat. Dengan adanya reformasi perpajakan pertama yang dimulai pada tahun 1983, antara lain dengan penyederhanaan jumlah dan jenis pajak atas tanah dan bangunan melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985, maka 7 (tujuh) jenis pajak kebendaan dan kekayaan atas tanah dan bangunan disederhanakan mejadi PBB. •
  • 5. Objek pajak (pasal 2) 5/5/2015Meiriska 5 1. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan /atau bangunan. 2. Klasifikasi objek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur oleh Menteri Keuangan. Bumi dapat diartikan sebagai permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Sedangkan permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan / atau perairan. Di dalam penjelasan UU PBB yang termasuk bangunan adalah : jalan lingkungan dalam suatu komplek bangunan jalan tol kolam renang pagar mewah , taman mewah tempat olah raga galangan kapal , dermaga tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak fasilitas lain yang memberi manfaat
  • 6. Objek pajak yang dikecualikan (pasal 3) 5/5/2015Meiriska 6 1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. 2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu. 3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. 4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakukan timbal balik 5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintah, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
  • 7. subjek pajak (pasal 4) 5/5/2015Meiriska 7 1. Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi,dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. 2. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut UU PBB. 3. Subjek pajak atas suatu objek yang belum jelas diketahui siapa Wajib Pajaknya, dapat ditetapkan oleh Dirjen Pajak sebagai Wajib Pajaknya.
  • 8. Pendaftaran objek pajak (Pasal 9) 5/5/2015Meiriska 8 Subjek Pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) 1. SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak menurut ketentuan UU. 2. SPOP harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap.  Jelas berarti penulisan data sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan salah tafsir  Benar berarti data yang diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya  Lengkap berarti semua data telah diisikan ke dalam SPOP dan ditandatangani oleh Subjek Pajak/Wajib Pajak. 3. SPOP yang telah diisi WP disampaikan kembali ke Kantor Pelayanan PBB setempat selambat-lambatnya 30 hari setelah formulir SPOP diterima WP. 4. Bagi Objek Pajak/Wajib Pajak PBB yang mengalami perubahan, WP melaporkan perubahan tersebut kepada Kantor Pelayanan PBB setempat dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan/perubahan.
  • 9. Pengisian spop 5/5/2015Meiriska 9 Pengisian dan pengembalian SPOP oleh WP dilakukan dalam hal sbb : 1. Objek pajak belum terdaftar 2. Objek pajak sudah terdaftar, tetapi data objeknya belum/tidak lengkap atau belum/tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya 3. Objek pajak yang dimutasikan, sebagaimana dilaporkan oleh instansi yang berkaitan langsung dengan objek pajak (seperti jual beli, hibah, waris, hadiah, dll) 4. Karena perubahan peruntukan objek pajak atau Nilai Jual Objek Pajak (NPOP) berubah (contoh : tanah kosong berubah menjadi daerah pemukiman) 5. Dalam hal dilakukan pendataan ulang di satu wilayah administrasi kelurahan atau desa.
  • 10. Dasar penagihan pbb 5/5/2015Meiriska 10 1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) 2. Surat Ketetapan Pajak (SKP) 3. Surat Tagihan Pajak (STP) SPPT adalah surat yang digunakan oleh KPP untuk memberitahukan besarnya PBB yang terutang kepada Wajib Pajak. PBB yang terutang dalam SPPT harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan setelah tanggal penerbitan SPPT. Pajak yang terutang dalam SPPT/SKP yang tidak/kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran akan ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) termasuk denda administrasi-nya. Jumlah tagihan yang tercantum dalam STP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak STP diterima oleh Wajib Pajak (WP). Setelah tujuh hari sejak jatuh tempo yang tercantum dalam STP, utang pajak beserta denda belum dibayar, maka akan dilakukan langkah-langkah dalam tindakan penagihan pajak dimulai dari Surat Teguran, Surat Paksa, dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan, diikuti tindakan lelang.
  • 11. Dasar pengenaan pbb (Pasal 6) 5/5/2015Meiriska 11 Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Penentuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Kep. 523/KMK.04/1998. Mulai tanggal 1 Januari 2011 akan berlaku NJOP yang diatur dalam PMK 150/PMK.03/2010. Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru, atau NKOP pengganti. Nilai Jual Objek Pajak meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah, perairan, pedalaman, serta laut wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yang berada diatas maupun dibawahnya dan/atau bangunan yang melekat di atasnya. Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.
  • 12. Pendekatan penilaian untuk njop 5/5/2015Meiriska 12 1. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) yaitu menentukan nilai suatu objek (properti) dengan jalan membandingkan objek yang dinilai dengan objek lain yang sejenis yang telah diketahui nilai jualnya. Pendekatan ini dapat juga disebut dengan Metode Perbandingan Harga. 2. Pendekatan Biaya ( Cost Approach ) yaitu menentukan nilai suatu objek (properti) dengan jalan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya bangunan baru kemudian dikurangi dengan penyusutan yang ada. 3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yaitu menentukan nilai suatu objek (properti) dengan jalan mengkapitalisasikan pendapatan bersih dari objek tersebut dengan suatu tingkat kapitalisasi tertentu. Pendekatan ini dapat juga disebut Pendekatan Kapitalisasi.
  • 13. Dasar penghitungan pajak 5/5/2015Meiriska 13 Yang menjadi dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). NJKP ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. PP No. 25 tahun 2002, besarnya NJKP ditetapkan sbb :  Obyek pajak perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40 % (empat puluh persen ) dari Nilai jual Objek Pajak;  Objek pajak lainnya : - Sebesar 40 % ( empat puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah ) atau lebih - Sebesar 20 % (dua puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Pajak Objeknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
  • 14. Njop tkp 5/5/2015Meiriska 14 Di dalam pengenaan PBB terdapat suatu batas nilai yang tidak dikenakan pajak yang disebut Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No: 201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 ditetapkan batas NJOPTKP maksimum sebesar Rp 12 juta per Wajib Pajak dan ditetapkan secara regional. Mulai tanggal 1 Januari 2012 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.03/2011 NJOPTKP untuk setiap Wajib Pajak ditetapkan paling tinggi sebesar Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). Ketentuan NJOP TKP sebagai berikut :  Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.  Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.
  • 15. Tarif dan cara menghitung pajak 5/5/2015Meiriska 15 Pasal 5 Tarif Pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah 0,5% Pada saat mulai berlakunya UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif PBB turun menjadi 0,3%. Pasal 7 Pajak yang terhutang = 0,5% X NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) Cara Perhitungan : Formula = PBB = Tarif x NJKP x (NJOP - NJOPTKP) = 0,5% x 20% x (NJOP - NJOPTKP) atau = 0,5% x 40% x (NJOP - NJOPTKP) NJOP Tanah = Luas (m2) X Nilai Konversi = XXXXXXX NJOP Bangunan = Luas (m2) X Nilai Konversi = XXXXXXX NJOP Tanah dan Bangunan = XXXXXXX NJOP TKP = XXXXXXX NJOP untuk perhitungan PBB = XXXXXXX NJKP = …% X NJOP PBB = XXXXXXX PBB terhutang = Tarif X NJKP = XXXXXXX
  • 16. Tahun pajak, saat dan tempat pajak terhutang (pasal 8) 5/5/2015Meiriska 16 1. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun takwim 2. Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari 3. Tempat pajak yang terutang adalah :  Untuk daerah Jakarta, di wilayah DKI Jakarta  Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II atau Kotamadya Daerah Tingkat II yang meliputi letak objek pajak.
  • 17. Tatacara penagihan 5/5/2015Meiriska 17 Jatuh tempo SPPT adalah 6(enam) bulan. Pembayaran setelah lewat jatuh tempo WP akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan maksimum 24 bulan (48%). Setelah jatuh tempo dan WP belum juga membayar PBB akan dikeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang jatuh temponya 1(satu) bulan. Kemudian berturut-turut akan dikeluarkan Surat Paksa (SP), Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan akhirnya barang sitaan akan dilelang untuk membayar PBB ( Tata Urutan Penagihan diatur lebih lanjut dalam Undang Undang Penagihan Pajak).
  • 18. Penerbitan skp 5/5/2015Meiriska 18 1. SPOP tidak kembali. SPOP yang dikirim ke Wajib Pajak harus dikembalikan dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal diterima oleh WP. Lewat waktu akan ditetapkan secara jabatan dengan mengeluarkan SKP. Jumlah ketetapan pajak dalam SKP adalah jumlah pokok pajak (secara jabatan) ditambah denda administrasi sebesar 25%. Jatuh tempo SKP adalah 1(satu) bulan. Lewat jatuh tempo akan diberlakukan UU Penagihan Pajak. 2. SPOP dikembalikan oleh WP kemudian diproses menjadi SPPT. Setelah terbit SPPT terdapat data baru hasil pemeriksaan SPOP yang menyebabkan Pajak Terutang tambah besar. Atas kekurangan pajak tersebut akan diterbitkan SKP yang jumlahnya adalah sebesar kekurangan ditambah denda administrasi 25% dari kekurangan tersebut. SPPT, SKP dan STP adalah merupakan dasar penagihan PBB.
  • 19. Keberatan pbb (pasal 15) 5/5/2015Meiriska 19 WP dapat mengajukan keberatan atas SPPT atau SKP mengenai : - Luas tanah/luas bangunan - NJOP/ klasifikasi tanah dan atau bangunan - Perbedaan penafsiran UU/Peraturan Keberatan diajukan dalam waktu 3(tiga) bulan setelah terima SPPT/SKP, lewat waktu tidak dianggap sebagai permohonan keberatan dan tidak dipertimbangkan. Setelah menerima surat keberatan dari WP, KPPBB/KPP Pratama meneruskan ke Kanwil DJP yang harus memproses dalam waktu 12 bulan, lewat waktu keberatan dianggap diterima Hasil proses berupa : diterima seluruhnya/sebagian, ditolak atau menambah besar pajak terutang Pengajuan keberatan oleh WP tidak menunda kewajiban membayar pajak WP yang tidak setuju atas SK Keberatan dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.
  • 20. Banding pbb 5/5/2015Meiriska 20 Pengajuan banding dilakukan dalam waktu 3(tiga) bulan sejak WP menerima SK Keberatan, lewat waktu tidak dipertimbangkan dengan syarat : Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan dilakukan oleh WP/ahli waris/kuasanya Melampirkan salinan surat Keputusan Dirjen Pajak yang berkaitan dengan pengajuan keberatan. Satu surat pengajuan banding untuk satu SK Keberatan. Jumlah pajak terutang harus dibayar lebih dahulu sesuai dengan yang disepakati dalam berita acara pemeriksaan keberatan.
  • 21. Pengurangan pbb (110/PMK.03/2009) 5/5/2015Meiriska 21 Pengurangan PBB dapat diberikan kepada WP dalam hal : 1. Kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau sebab sebab tertentu lainnya yaitu : a. Objek pajak pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas dan merupakan milik orang pribadi. b. Objek pajak milik orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang NJOPnya meningkat karena dampak dari pembangunan. c. Objek pajak milik orang pribadi yang penghasilannya semata-mata dari pensiunan. d. Objek pajak milik orang pribadi yang berpenghasilan rendah. e. Objek pajak milik anggota veteran. f. Objek pajak milik Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas sepanjang tahun. 2. Objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. 3. WP merupakan anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan. 4. Wajib Pajak Badan yang mengalami kesulitan likuiditas pada tahun pajak sebelumnya, sehingga tidak bisa memenuhi kewajiban rutin.
  • 22. Cara pengajuan pengurangan pbb 5/5/2015Meiriska 22  Pengurangan diajukan dalam bahasa Indonesia dan dalam jangka waktu 3(tiga) bulan setelah terima SPPT/SKP, lewat waktu tidak dipertimbangkan.  Dalam permohonan dicantumkan besarnya pengurangan yang diinginkan dalam prosentase (misal 50%, 75%)  Untuk bencana alam dapat diajukan secara kolektif melalui Lurah/Camat  Permohonan akan diproses oleh KPPBB/KPP Pratama/Kanwil DJP dalam waktu 3(tiga) bulan sejak diterima dari WP, lewat waktu dianggap diterima  KPP akan memproses permohonan dengan ketetapan sampai Rp 500 juta, lewat Rp500 juta akan diproses oleh Kanwil DJP  Keputusan terhadap permohonan berupa mengabulkan seluruhnya/sebagian atau menolak.
  • 23. Besarnya pengurangan pbb 5/5/2015Meiriska 23  Sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang dalam hal kondisi tertentu objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/ dudanya ;  Sebesar paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang terutang dalam hal kondisi tertentu Wajib Pajak orang pribadi atau sebab-sebab lainnya  Sebesar paling tinggi 75% dari PBB yang terutang dalam hal WP badan yang mengalami kerugian atau kesulitan likuiditas  sebesar paling tinggi 100% (seratus persen) dari PBB yang terutang dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. 
  • 24. Pembetulan dan pembatalan 5/5/2015Meiriska 24  Apabila terjadi salah tulis, salah hitung atau kekeliruan dalam penerapan perundang - undangan perpajakan yang terdapat dalam SPPT, SKP maupun STP dapat dibetulkan baik atas permintaan WP maupun tidak.  Pembetulan dapat dilakukan tanpa batas waktu akan tetapi apabila pembetulan  tersebut mengakibatkan jumlah pajak terutang bertambah besar, maka pembetulan tersebut hanya dapat dilakukan apabila hak untuk menetapkan pajak belum kadaluwarsa (10 tahun).  Hasil proses pembetulan berupa sama, lebih kecil atau lebih besar dari pajak terutang.  Dalam hal objek pajak tidak ada, atau hak dari subjek pajak terhadap objek pajak batal karena putusan pengadilan, atau objek pajak berubah peruntukan menjadi fasilitas umum atau fasilitas sosial atau bukti tertentu lainnya, maka dapat dilakukan pembatalan atas SPPT, SKP maupun STP.
  • 25. Daluwarsa pbb (pasal 26) 5/5/2015Meiriska 25 1. Daluwarsa Penetapan Penetapan pajak menjadi daluwarsa setelah lewat waktu 10 tahun. Namun demikian apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak dibayar atau kurang bayar atau wajib pajak dikenai hukuman karena tindak pidana perpajakan, maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari pajak yang belum dibayar. 2. Daluwarsa Penagihan Hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan menjadi daluwarsa setelah masa 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Namun daluwarsa penagihan ini juga menjadi tertangguh apabila : diterbitkan Surat Tegoran atau Surat Paksa ada pengakuan hutang dari WP diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar / KB Tambahan
  • 26. Pembagian hasil penerimaan pbb 5/5/2015Meiriska 26 1.10 % untuk bagian Pemerintah Pusat 2.9 % untuk bagian Biaya Pemungutan 3.16,2 % untuk bagian Pemerintah Propinsi 4.64,8 % untuk bagian Pemerintah Kabupaten/Kota Sejak tahun anggaran 1994/1995 bagian Pemerintah Pusat sebesar 10% dilimpahkan kembali kepada daerah Kabupaten/Kota dengan imbangan sbb : 6,5 % dibagikan merata keseluruh daerah Kabupaten/Kota 3,5 % dibagikan sebagai insentif kepada daerah Kabupaten/Kota yang mengalami surplus rencana penerimaan sektor pedesaan dan perkotaan.
  • 27. Sanksi administrasi 5/5/2015Meiriska 27  Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.  Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih kecil), maka akan diterbitkan SKP dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih besarnya PBB yang terutang.
  • 28. Ketentuan pidana (pasal 24 & 25) 5/5/2015Meiriska 28 Apabila WP : 1. Karena alpa/lupa : tidak mengembalikan SPOP mengembalikan SPOP tapi isinya tidak benar atau lampiran tidak benar sehingga menimbulkan kerugian kepada negara maka akan dikenakan sanksi berupa kurungan maksimum 6(enam) bulan atau denda sebanyak dua kali pajak terutang. 2. Karena sengaja : tidak mengembalikan SPOP mengembalikan SPOP tapi isinya tidak benar atau lampiran tidak benar menunjukkan/memberikan surat-surat palsu atau asli tapi palsu tidak menunjukkan surat-surat/dokumen yang diperlukan tidak menunjukkan data/keterangan yang diperlukan sehingga menyebabkan kerugian kepada negara maka dapat dikenakan sanksi berupa hukuman penjara maksimum dua tahun atau dikenakan denda sebanyak lima kali pajak terutang. Bila hal tersebut diulangi lagi maka sanksi tersebut menjadi dua kali lipat. Terhadap yang bukan WP bila melakukan hal-hal tersebut diatas maka dikenakan sanksi berupa hukuman kurungan maksimum satu tahun atau denda maksimum dua juta rupiah. Apabila lewat waktu 10 tahun (kadaluwarsa) maka ketentuan pidana tersebut tidak dapat dituntut.
  • 29. Pelimpahan penagihan pbb (pasal 14) 5/5/2015Meiriska 29 Menteri Keuangan dapat melimpahkan kewenangan penagihan pajak kepada Gubernur Kepada Daerah Tingkat I dan atau Bupati / Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Kewenangan penagihan yang dilimpahkan bukan pelimpahan urusan penagihan, tetapi hanya sebagai pemungut pajak. Sedangkan pendataan objek pajak dan perhitungan pajak yang terutang tetap menjadi kewenangan Menteri Keuangan. Sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009, pengalihan kewenangan pemungutan PBB dari pemerintah pusat kepada daerah masing- masing akan berlaku mulai 1 Januari 2014 (desentralisasi)
  • 30. Soal latihan 5/5/2015Meiriska 30 1. Dono memiliki tanah dan bangunan dengan rincian sbb : Luas tanah : 500 M2; nilai tanah : Rp 120.000.000,- Luas bangunan : 150 M2; nilai bangunan : Rp 150.000.000,- Hitung besarnya PBB atas tanah dan bangunan Dono tersebut apabila NJOPTKP sebesar Rp 10.000.000,- 2. Dodi seorang pedagang memiliki harta tetap dengan rincian sbb : Luas tanah : 800 M2 ; nilai tanah : Rp 1.750.000.000,- Luas bangunan : 600 M2 ; nilai bangunan : Rp 850.000.000,- Hitung besarnya PBB yang harus dibayar bila NJOP.TKP = Rp12 juta
  • 31. Soal latihan 5/5/2015Meiriska 31 3. Ibu Budi memiliki sebidang tanah yang dibangun rumah tinggal dan sebuah toko sebagai tempat usaha. Nilai tanah dan bangunannya beragam sbb : Luas tanah 1 : 3.000 M2 ; nilainya : Rp2.100.000.000,- Luas tanah 2 : 5.000 M2 ; nilainya : Rp3.000.000.000,- Luas bangunan 1 : 1.500 M2 ; nilainya : Rp375.000.000,- Luas bangunan 2 : 2.000 M2 ; nilainya : Rp600.000.000,- Hitung besarnya PBB atas toko Ibu Budi tersebut bila NJOP.TKP = Rp10 juta 4. Pak Ali memiliki rumah dan toko yang letaknya terpisah di Jl. Kyai Tapa dan Jl. Tanjung Gedong. Rumah : Luas tanah : 500 M2 ; NJOPnya = Rp3.745.000,-/ M2 ( kls B.49 ) Luas bangunan : 300 M2 ; NJOPnya = Rp1.516.000,- / M2 ( kls B.20 ) Toko : Luas tanah : 500 M2 ; NJOPnya = Rp4.605.000,- / M2 ( kls B.47 ) Luas bangunan. : 400 M2 ; NJOPnya = Rp1.833.000,- / M2 ( kls B.25 ) Hitung besarnya PBB atas rumah dan toko Ibu Rita tersebut bila NJOP.TKP = Rp12 juta
  • 32. Soal latihan 5/5/2015Meiriska 32 5. Pada tanggal 5 Maret 2007, Pak Edo menerima SPPT sebesar Rp 250.000 Berapa jumlah PBB yang harus dibayar oleh Pak Edo apabila PBB tersebut dibayar pada tanggal : 1 September 2007 5 September 2007 30 September 2007 31 Desember 2007 31 Desember 2009 6. Pak Mamat tidak menyampaikan SPOP. Maka oleh kantor pajak diterbitkan SKP. Jumlah PBB yang terhutang adalah Rp 1.200.000. Hitunglah jumlah pajak terutang yang tercantum dalam SKP! 7. Pak Abu sudah menyampaikan SPOP ke kantor PBB dan atas pajak yang terhutang sudah dibayar sebelum jatuh tempo sebesar Rp 1.500.000. Setelah diperiksa, ternyata SPOP tersebut tidak benar, yang menyebabkan jumlah pajak yang terhutang seharusnya adalah Rp 2.000.000. Berapa jumlah hutang pajak yang masih harus dibayar oleh Pak Abu?