Logika adalah metode berpikir yang membedakan penalaran benar dan salah. Terdapat dua jenis penalaran logika yaitu induktif dan deduktif. Silogisme adalah proses deduktif yang terdiri dari tiga proposisi dimana dua proposisi pertama adalah premis dan ketiga adalah kesimpulan. Ada tiga jenis silogisme yaitu kategorik, hipotetik, dan disyungtif.
2. PENGERTIAN LOGIKA
Istilah logika berasal dari kata “logos”
(bahasa Yunani) yang berarti kata
atau pikiran yang benar ( Bakry, 1981
: 18).
Dalam Kamus Filsafat, logika yang
dalam bahasa Inggris “logic”. Latin
“logica”, Yunani “logike” atau “logikos”
berarti apa yang dapat dimengerti
atau akal budi yang berfungsi baik,
teratur, dan sistematis (Bagus, 1996:
519).
3. Dalam arti luas logika adalah sebuah
metode dan prinsip-prinsip yang dapat
memisahkan secara tegas antara
penalaran yang benar dengan
penalaran yang salah (Kusumah,
1986 : 2 ).
Logika sebagai cabang filsafat
membicarakan aturan-aturan berpikir
agar dapat mengambil kesimpulan
yang benar. Menurut Louis O. Kattsoff
(1986:71)
4. Logika mempunyai tujuan untuk
memperjelas isi suatu istilah.
Fungsi logika diantaranya adalah
untuk membedakan satu ilmu dengan
yang lainnya jika objeknya sama dan
menjadi dasar ilmu pada umumnya
dan falsafah pada khususnya
(Kasmadi, dkk. 1990 : 45).
5. Dasar – Dasar Logika
Konsep bentuk logis adalah inti dari
logika.
Konsep itu menyatakan
bahwa kesahihan (validitas) sebuah
argumen ditentukan oleh bentuk
logisnya, bukan oleh isinya.
Ini menununjukkan logika menjadi alat
untuk menganalisis argumen, yakni
hubungan antara kesimpulan dan
bukti atau bukti-bukti yang diberikan
6. Dasar – dasar logika terbagi dua, yaitu
:
◦ Penalaran Induktif - logika induktif :
penalaran yang berangkat dari
serangkaian fakta-fakta khusus untuk
mencapai kesimpulan umum.
Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
7. Contoh :
a) Setiap mamalia punya sebuah
jantung
b) Semua kuda adalah mamalia
∴ Setiap kuda punya sebuah
jantung
8. ◦ Penalaran Deduktif - logika deduktif :
penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif.
Dinyatakan deduktif jika kebenaran dari
kesimpulan ditarik atau merupakan
konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Sebuah argumen deduktif dinyatakan
valid jika dan hanya jika kesimpulannya
merupakan konsekuensi logis dari
premis-premisnya.
9. Penalaran deduktif adalah kegiatan
berpikir yang merupakan kebalikan dari
penalaran induktif.
Contoh :
a) Kuda Sumba punya sebuah jantung
b) Kuda Australia punya sebuah jantung
c) Kuda Amerika punya sebuah jantung
d) Kuda Inggris punya sebuah jantung
∴ Setiap kuda punya sebuah
jantung
10. Deduktif Induktif
Jika premis benar,
Jika semua premis benar
kesimpulan mungkin benar,
maka kesimpulan pasti benar
tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta Kesimpulan memuat
pada kesimpulan sudah ada, informasi yang tak ada,
sekurangnya secara implisit, bahkan secara implisit, dalam
dalam premis. premis.
11. SILOGISME
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme adalah proses logis yang
terdiri dari tiga proposisi.
Dua proposisi pertama merupakan
premis-premis atau titik tolak
penyimpulan silogistis. Sedangkan
proposisi ketiga merupakan
kesimpulan yang ditarik dari kedua
proposisi pertama.
12. Silogisme terbagi menjadi tiga, yaitu :
◦ Silogisme Katagorik,
◦ Silogisme Hipotetik , dan
◦ Silogisme Disyungtif.
13. a). Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik : Silogisme
yang semua proposisinya merupakan
katagorik.
Contoh :
a). Semua Tanaman membutuhkan air
(premis mayor)
b). Akasia adalah Tanaman (premis minor)
∴ Akasia membutuhkan air (konklusi)
14. b). Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik : argumen yang
premis mayornya berupa proposisi
hipotetik, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotetik:
◦ Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian
antecedent.
Contoh : Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi, saya naik becak.
15. ◦ Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya.
Contoh : Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi, hujan telah turun.
- Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
Contoh : Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan
dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
16. ◦ Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh :
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak
gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
17. c). Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif : silogisme
yang premis mayornya keputusan
disyungtif, sedangkan premis
minornya kategorik yang mengakui
atau mengingkari salah satu alternatif
yang disebut oleh premis mayor.
Seperti silogisme hipotetik, istilah
premis mayor dan premis minor
adalah secara analog bukan yang
semestinya.
18. Contoh :
Hasan di rumah atau di pasar
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
19. KESIMPULAN
Dalam arti luas logika adalah sebuah
metode dan prinsip-prinsip yang dapat
memisahkan secara tegas antara
penalaran yang benar dengan penalaran
yang salah.
Logika mempunyai tujuan untuk
memperjelas isi suatu istilah.
Fungsi logika diantaranya adalah untuk
membedakan satu ilmu dengan yang
lainnya jika objeknya sama dan menjadi
dasar ilmu pada umumnya dan falsafah
20. Dasar – dasar logika terbagi menjadi dua,
yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif.
Silogisme adalah suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif.
Silogisme terbagi menjadi tiga, yaitu
Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik ,
dan Silogisme Disyungtif.
21. Silogisme hipotetik terbagi menjadi
empat, yaitu :
◦ silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent.
◦ Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya.
◦ Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
◦ Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
22. Referensi
http://www.gudangmateri.com/2011/06/ma
cam-silogisme-dalam-logika.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Logika
Suriasumantri, Jujun S. 1996. Filsafat
Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Baktiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Surajio. 2009. Filafat ilmu dan
perkembangannya di indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara.