SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 10
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Sebuah cerita pendek (cerpen) yang terinspirasi oleh kisah nyata
                                     semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur
                                                                                 ****

                        Anak Sejuta Lumpur
                       Oleh : Firdaus Cahyadi


     “Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar,” teriak anak-

anak di Taman Kanak-kanak Al-Maun, Bogor, Jawa Barat. Mereka

tampak riang gembira bermain bersama teman-teman dan

gurunya. Tidak ada raut muka berduka di wajah-wajah mereka. TK

ini adalah salah satu TK yang ada di kompleks perumahan tempatku

tinggal. Anakku pun bersekolah di TK ini. Untuk ukuran masyarakat

kebanyakan, TK ini cukup mahal. TK ini diperuntukan bagi mereka

anak-anak yang keluarganya dari kelas menengah-atas. Sudah

barang tentu tidak ada anak dari keluarga miskin di TK ini.

     Hari ini, adalah hari pertama anakku masuk TK. Jadi aku

menyempatkan diri untuk menunggui anakku hingga pulang

sekolah. Beberapa orang tua anak juga tampak melakukan hal

yang sama. Hanya saja, aku menungguinya agak jauh dari sekolah.

Aku menunggu di sebuah masjid yang ada di kompleks sekolah TK
itu. Dari kejauhan, aku melihat anak-anak, termasuk anakku, begitu

riang gembira. Mereka nampak sangat bahagia.

     Trit..trit…Dan handphoneku pun berbunyi. Direkturku menelpon

dari kantor. “Adi, kamu ada dimana sekarang?” Tanya Mbak

Devianti, “Besok kamu harus berangkat ke Porong, Sidoarjo, Jawa

Timur untuk memberikan pelatihan penggunaan media social

selama seminggu untuk kawan-kawan di Posko korban lumpur

Lapindo, gimana, siap ‘kan?”

     Saya berpikir sejenak. Hmm..Sidoarjo. Di tempat itu saya

pernah tinggal beberapa saat sebelum mendapatkan pekerjaan di

Jakarta. Kini tempat itu telah hancur lebur karena semburan lumpur.

“Iya..iya Mbak..saya siap,” jawabku, “Jam berapa pesawat dari

Jakartanya, Mbak?”

     “Besok kamu berangkat jam 10.00 pagi,” jawab Mbak Devianti

singkat, “Ok, thanks ya.” Percakapan di telpon pun terputus.

Memberikan pelatihan kampanye, termasuk menggunakan media

social di internet, adalah salah satu pekerjaanku. Aku bekerja di

sebuah organisasi non-pemerintah atau sering disebut sebagai

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM tempatku bekerja
lumayan besar karena salah satu jaringan LSM internasional,

sehingga gaji yang aku terima pun lebih tinggi daripada staf LSM-

LSM lainnya. Dari segi pendapatan pun, aku masuk kedalam kelas

menengah-atas.

    Waktu pun berlalu, sekolah TK sudah usai. Anak-anak pun

berhamburan    keluar,   termasuk     anakku.   Aku   pun   segera

menghampiri anakku. “Gimana Firli, suka sekolah di sini?” tanyaku

kepadanya, “Iya, ayah, Firli suka” jawabnya. Dan kami pun menuju

mobil Baleno untuk menuju rumah.

                                    ***

    Waktu menunjukan jam 08.00 pagi, setalah berpamitan

kepada anak dan istriku, aku berangkat menuju Bandara Soekarno-

Hatta. Jika jalanan tidak macet, Bogor menuju Bandara ditempuh

dalam waktu sekitar 1,5 jam. Dan Alhamdulillah, jalanan Jakarta

tidak begitu macet, hingga taxi yang aku tumpangi dapat sampai

ke Bandara tepat waktu. Setelah check in dan boarding, aku dan

seorang temanku, Alamsyah, segera bergegas menuju pesawat.

    Tidak ada sesuatu yang baru selama perjalanan dari Jakarta

ke Bandara Juanda, Surabaya. Hal yang baru justru ketika
perjalanan dari Bandara Juanda ke sekretariat Posko korban lumpur

yang lokasinya tak jauh dari pusat semburan lumpur.

     “Gila bau apaan nih?” Tanya Alamsyah setengah berteriak.

Begitu memasuki Jalan Raya Porong, Sidoarjo, memang tercium

aroma yang begitu menyengat. Aroma seperti telur busuk. “Ini

aroma dari lumpur Lapindo,” jawab Pak Manto, sopir taxi yang

menghantarkanku dari Bandara Juanda, “sejak muncul semburan

lumpur Lapindo, di sepanjang jalan ini memang muncul aroma

busuk seperti ini”

     Aku pun menyempatkan diri melihat sekeliling jalan raya

Porong, Sidoarjo. Sebuah hamparan lumpur yang luas. “Dulu di

daerah itu ada rumah penduduk, pabrik, tempat ibadah dan

sekolah,” ujar Pak Manto, “Namun, sekarang sudah tenggelam oleh

lumpur Lapindo”

     Ya lumpur Lapindo. Tanggal 29 Mei 2006 semburan lumpur

Lapindo mulai muncul di kawasan ini. Semburan lumpur ini tidak

hanya meluluhlantakan rumah dan tanah tapi juga harapan warga

yang menjadi korban. Banyak berita di Koran yang menuliskan

bahwa banyak anak-anak korban lumpur yang terpaksa putus
sekolah. Anak-anak korban lumpur itu bukan hanya kehilangan

teman tapi juga indahnya masa anak-anak. Mereka tentu tidak bisa

lagi mandi di sungai, karena air sungai telah tercemar oleh lumpur

Lapindo. Sekolah tempat mereka berkumpul dengan teman-teman

sebayanya pun telah tenggelam. Mendadak aku jadi ingat anakku.

“Oh, betapa sedihnya anakku jika itu terjadi menimpanya,”

gumamku dalam hati.

     “Sudah sampai mas,” ujar Pak Manto menyadarkan aku dari

lamunan. “Wow,.cepat banget” kataku. “Eh..cepat, lama ini,

melamun aja sih loe” ujar Alamsyah dengan logat Jakartanya yang

begitu kental. Setelah membayar ongkos taxi, kamipun bergegas

masuk sekretariat Posko Korban lumpur.

     “Selamat datang mas,” ujar Hamdi, coordinator dari Posko

Korban lumpur, “Seadanya ya, maklum kita adalah korban lumpur” .

Meskipun ada duka yang mendalam di raut wajah mereka, mereka

tetap ramah menyambut tamu. “Oh, ga apa-apa” jawabku.

     Pelatihan   penggunaan    media     social   untuk   kampanye

dilakukan di malam hari selama seminggu. Tidak ada hal yang

berbeda dalam sesi pelatihannya. Hal baru dan berbeda justru
muncul dari perbincangan-perbincangan dengan pengelola posko

korban lumpur. Banyak cerita-cerita yang lebih mengenaskan dan

itu tidak pernah muncul di Koran, majalah, televisi atau portal berita

online.

     Salah satu cerita mengenaskan itu tentang kisah Mbok Jumik.

Ia adalah salah satu korban lumpur yang pernah tinggal di Pasar

Porong. Pada suatu hari, Mbok Jumik merasakan sakit yang luar

biasanya di perutnya. Keluarganya pun segera membawanya ke

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo. Pihak rumah sakit

mengatakan bahwa Mbok Jumik harus dirawat. Namun, karena

ketiadaan   biaya   akhirnya   Mbok    Jumik   kembali   dibawa    ke

pengunsian Pasar Baru Porong. Ia dirawat dengan pengobatan

tradisional. Dan akhirnya, Mbok Jumik meninggal di pengungsian

korban lumpur.

     Kawan-kawan Posko korban lumpur pun telah menyebarkan

berita ini dan meminta dukungan pendanaan untuk perawatan

Mbok Jumik. Permohonan dukungan dan bantuan itu disebarkan

melalui berbagai cara, salah satunya melalui internet. “Namun,
sampai akhir hayatnya tidak ada bantuan untuk Mbok Jumik” ujar

Hamdi.

    Aku terdiam. Mulutku seakan terkunci. Bagaimana tidak, di

Jakarta terjadi banjir dukungan terhadap Prita Mulyasari melawan

pelayanan Rumah Sakit OMNI Internasional. Di Porong, ada seorang

ibu yang kesulitan membayar RSUD, hingga akhir hayatnya justru

tidak ada satupun yang memberikan dukungan. “Kemana kelas

menengah yang digembar-gemborkan Bank Dunia? Kemana pula

lembaga    amil   zakat   yang   mengklaim   terpercaya   dalam

menyalurkan bantuan” gumamku dalam hati.

    Hatiku seperti disayat –sayat mendengar cerita tentang Mbok

Jumik itu. Aku adalah bagian dari kelas menengah di Indonesia.

Kehidupanku jauh lebih mapan daripada para korban lumpur. Tapi

aku tidak berbuat apa-apa ketika ada seorang korban lumpur yang

mengerang kesakitan dan tidak bisa membayar biaya rumah sakit

umum. Ini adalah dosaku sebagai bagaian kelas menengah yang

angkuh di negeri ini. “Maafkan aku Mbok Jumik,” ucapku dalam

hati, “Aku dan kelas menengah lainnya tidak pernah peduli

terhadap penderitaan panjangmu.”
Dan cerita-cerita mengenaskan itu tidak berhenti hingga disitu.

Ada cerita mengenaskan tentang seorang bayi usia 3,5 bulan yang

harus meninggal dunia. Bayi itu bernama Aulia Nadira Putri.

Rumahnya tak jauh dari pusat semburan lumpur Lapindo. Ia

meninggal dunia karena diduga terlalu banyak menghirup gas

beracun lumpur Lapindo.

     Sedih, marah dan kecewa bercampur baur ketika Hamdi

menceritakan kisah pilu Aulia Nadira Putri ini. Seorang bayi yang tak

berdosa pun harus meninggal dunia karena gas beracun lumpur

Lapindo. Padahal, jika ia bisa memilih, ia tentu tidak akan memilih

untuk dilahirkan di kawasan dekat semburan lumpur Lapindo. Jika

bisa memilih, bayi Aulia Nadira Putri tentu memilih di lahirkan di

tempat lain, yang udara dan lingkungan hidupnya masih sehat.

     Cerita tentang Aulia Nadira Putri ini kembali menyetak hatiku.

Tak terasa air mataku pun jatuh. Aku membayangkan jika ini terjadi

pada anakku. Dan sekali lagi aku merasa berdosa atas kematian

Aulia Nadira Putri. Harusnya aku sebagai kelas menengah ikut

mendesak     pemerintah    untuk   segera    memindahkan      semua

penduduk dari kawasan semburan lumpur. Kawasan semburan
lumpur    itu   sudah     tidak   layak    huni   bagi   manusia.     Alih-alih

memindahkan penduduk dari kawasan berbahaya semburn lumpur

Lapindo. Pemerintah justru memiliki ide untuk menjadikan kawasan

itu sebagai kawasan wisata geologi. Bahkan sebuah perusahaan

yang     dikaitkan   dengan       munculnya       semburan     lumpur    justru

berencana melakukan pengeboran lagi di Sidoarjo.

                                          ***

       Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sudah seminggu aku

tinggal di Porong, Sidoarjo. Berbaur dengan masyarakat korban

lumpur. Mengalami sendiri perihnya penderitaan warga dan juga

mendengar berbagai cerita pilu yang tak pernah muncul di media

massa. Namun, hari ini aku akan meninggalkan itu semua.

Meninggalkan udara dengan aroma busuk yang menyengat di

Porong, Sidoarjo.

       Selama di perjalanan pikiranku masih melayang di kawasan

Porong, Sidoarjo. Kisah pilu yang dialami Mbok Jumik dan Aulia

Nadira Putri masih membebani pikiran dan hatiku. Orang-orang

yang     tak    berdosa    itu    telah   menjadi    korban.    Ya,     korban

ketidakpedulian Negara dan kita semua.
Tak terasa taxi menghantarkanku di depan pintu rumah. Istri

dan anakku menyambut dengan suka cita. “Ayah pulang” teriak

anakku sambil memelukku. Akupun memeluk anakku, dengan

pikiran yang masih melayang ke kisah pilu Aulia Nadira Putri. Di

perumahan ini anakku dan anak-anak lainnya nampak sehat dan

ceria. Namun, tidak bagi anak-anak di Porong, Sidoarjo sana.

Keceriaan anak-anak Porong telah terampas. Bahkan, kini setiap

hari keselamatan mereka terus terancam akibat sejak semburan

lumpur Lapindo muncul di kawasannya. Mereka anak-anak yang

tidak berdosa, namun harus menderita. Dan kita kelas menengah

yang ada di kota sepertiku menutup mata dan telinga atas realita

kehidupan mereka.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Polisakarida : Pati sebagai Polimer Alami
Polisakarida : Pati sebagai Polimer AlamiPolisakarida : Pati sebagai Polimer Alami
Polisakarida : Pati sebagai Polimer Alamialihamda
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianFransiska Puteri
 
Jurnal Kimia Analisis Kuantitatif
Jurnal Kimia Analisis KuantitatifJurnal Kimia Analisis Kuantitatif
Jurnal Kimia Analisis KuantitatifRhyzerf Franly
 
Pengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranPengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranElizabethCo1
 
Tantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerahTantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerahKadal Terbang
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Satrio Arismunandar
 
Laporan praktikum kimia
Laporan praktikum kimiaLaporan praktikum kimia
Laporan praktikum kimiaNovi Widyawati
 
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"Nur Widdya Kurniati
 
Cerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktuCerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktuFungkiandisatria
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Fajar Sany
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...UNESA
 
Laporan percobaan enzim katalase
Laporan percobaan enzim katalase Laporan percobaan enzim katalase
Laporan percobaan enzim katalase DaPiDaBi
 

Was ist angesagt? (20)

Polisakarida : Pati sebagai Polimer Alami
Polisakarida : Pati sebagai Polimer AlamiPolisakarida : Pati sebagai Polimer Alami
Polisakarida : Pati sebagai Polimer Alami
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
 
Contoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatanContoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatan
 
Jurnal Kimia Analisis Kuantitatif
Jurnal Kimia Analisis KuantitatifJurnal Kimia Analisis Kuantitatif
Jurnal Kimia Analisis Kuantitatif
 
Elektroforesis
Elektroforesis Elektroforesis
Elektroforesis
 
Autobiografi
AutobiografiAutobiografi
Autobiografi
 
Pengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranPengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuran
 
Tantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerahTantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerah
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
 
Laporan praktikum kimia
Laporan praktikum kimiaLaporan praktikum kimia
Laporan praktikum kimia
 
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
 
Cerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktuCerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktu
 
Difusi Farmasi Fisika 2020
Difusi Farmasi Fisika 2020Difusi Farmasi Fisika 2020
Difusi Farmasi Fisika 2020
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
 
Sangkuriang
SangkuriangSangkuriang
Sangkuriang
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Laporan percobaan enzim katalase
Laporan percobaan enzim katalase Laporan percobaan enzim katalase
Laporan percobaan enzim katalase
 
Difusi dan difusi massa tunak
Difusi dan difusi massa tunakDifusi dan difusi massa tunak
Difusi dan difusi massa tunak
 
Laporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagenLaporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagen
 
Disakarida
DisakaridaDisakarida
Disakarida
 

Andere mochten auch

Cerpen (Cerita Pendek)
Cerpen (Cerita Pendek)Cerpen (Cerita Pendek)
Cerpen (Cerita Pendek)Anazatul Naim
 
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanSkrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanandry_dwi
 
Buku Pertama Kumpulan Cerita Anak
Buku Pertama Kumpulan Cerita AnakBuku Pertama Kumpulan Cerita Anak
Buku Pertama Kumpulan Cerita AnakTeman Takita
 
Buku Kedua Kumpulan Cerita Anak
Buku Kedua Kumpulan Cerita AnakBuku Kedua Kumpulan Cerita Anak
Buku Kedua Kumpulan Cerita AnakTeman Takita
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiDevi Putri
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaasdammantap
 
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)Resti Amin
 
Skrip (kisah dan teladan)
Skrip (kisah dan teladan)Skrip (kisah dan teladan)
Skrip (kisah dan teladan)lizapandi
 

Andere mochten auch (14)

Cerpen (Cerita Pendek)
Cerpen (Cerita Pendek)Cerpen (Cerita Pendek)
Cerpen (Cerita Pendek)
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanSkrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
 
Buku Pertama Kumpulan Cerita Anak
Buku Pertama Kumpulan Cerita AnakBuku Pertama Kumpulan Cerita Anak
Buku Pertama Kumpulan Cerita Anak
 
Buku Kedua Kumpulan Cerita Anak
Buku Kedua Kumpulan Cerita AnakBuku Kedua Kumpulan Cerita Anak
Buku Kedua Kumpulan Cerita Anak
 
3. cerpen
3. cerpen3. cerpen
3. cerpen
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman Pribadi
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
 
Naskah drama munafik
Naskah drama munafikNaskah drama munafik
Naskah drama munafik
 
Cerita pendek
Cerita pendekCerita pendek
Cerita pendek
 
Skrip (kisah dan teladan)
Skrip (kisah dan teladan)Skrip (kisah dan teladan)
Skrip (kisah dan teladan)
 

Ähnlich wie AnakLumpur

Sidoarjo bangkit melawan mei 2012
Sidoarjo bangkit melawan mei 2012Sidoarjo bangkit melawan mei 2012
Sidoarjo bangkit melawan mei 2012dausinstitute
 
Karangan berbentukk tindakan
Karangan berbentukk tindakanKarangan berbentukk tindakan
Karangan berbentukk tindakanBong Shuying
 
Contoh karangan
Contoh karanganContoh karangan
Contoh karanganNORINSON
 
AYO MENULIS .ppt
AYO MENULIS .pptAYO MENULIS .ppt
AYO MENULIS .ppttomybastomy
 
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiSekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiArif Rohman Pembangun
 
Laporan kegiatan kuliah candran
Laporan kegiatan kuliah candranLaporan kegiatan kuliah candran
Laporan kegiatan kuliah candranWicky_Lucky
 
Laporan&Pengalaman ketika di Bandung
Laporan&Pengalaman ketika di BandungLaporan&Pengalaman ketika di Bandung
Laporan&Pengalaman ketika di BandungIzzati Zulkafli
 

Ähnlich wie AnakLumpur (16)

Sidoarjo bangkit melawan mei 2012
Sidoarjo bangkit melawan mei 2012Sidoarjo bangkit melawan mei 2012
Sidoarjo bangkit melawan mei 2012
 
Karangan berbentukk tindakan
Karangan berbentukk tindakanKarangan berbentukk tindakan
Karangan berbentukk tindakan
 
Cerpen-cerpenku
Cerpen-cerpenkuCerpen-cerpenku
Cerpen-cerpenku
 
Contoh karangan
Contoh karanganContoh karangan
Contoh karangan
 
Teks anekdot 3 bidang
Teks anekdot 3 bidangTeks anekdot 3 bidang
Teks anekdot 3 bidang
 
AYO MENULIS .ppt
AYO MENULIS .pptAYO MENULIS .ppt
AYO MENULIS .ppt
 
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiSekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
 
Karangan narasi
Karangan narasiKarangan narasi
Karangan narasi
 
Autobiografi furjiansyah
Autobiografi furjiansyahAutobiografi furjiansyah
Autobiografi furjiansyah
 
Autobiografi furjiansyah
Autobiografi furjiansyahAutobiografi furjiansyah
Autobiografi furjiansyah
 
Para Penanti
Para PenantiPara Penanti
Para Penanti
 
Anekdot lucu
Anekdot lucuAnekdot lucu
Anekdot lucu
 
Success story pengalaman menjadi guru berprestasi tingkat nasional
Success story  pengalaman menjadi guru berprestasi tingkat nasionalSuccess story  pengalaman menjadi guru berprestasi tingkat nasional
Success story pengalaman menjadi guru berprestasi tingkat nasional
 
Laporan kegiatan kuliah candran
Laporan kegiatan kuliah candranLaporan kegiatan kuliah candran
Laporan kegiatan kuliah candran
 
3 skema jawapan bhg a,b,c
3 skema jawapan bhg a,b,c3 skema jawapan bhg a,b,c
3 skema jawapan bhg a,b,c
 
Laporan&Pengalaman ketika di Bandung
Laporan&Pengalaman ketika di BandungLaporan&Pengalaman ketika di Bandung
Laporan&Pengalaman ketika di Bandung
 

Mehr von dausinstitute

Materi Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta br
Materi Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta brMateri Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta br
Materi Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta brdausinstitute
 
Tinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_Harwieb
Tinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_HarwiebTinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_Harwieb
Tinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_Harwiebdausinstitute
 
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internetdausinstitute
 
Komentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurah
Komentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurahKomentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurah
Komentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurahdausinstitute
 
Pengantar km materi diskusi km rmi
Pengantar km materi diskusi km rmiPengantar km materi diskusi km rmi
Pengantar km materi diskusi km rmidausinstitute
 
Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1
Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1
Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1dausinstitute
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiadausinstitute
 
Infrastructure in indonesia lena 2
Infrastructure in indonesia lena 2Infrastructure in indonesia lena 2
Infrastructure in indonesia lena 2dausinstitute
 

Mehr von dausinstitute (8)

Materi Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta br
Materi Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta brMateri Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta br
Materi Presentasi Fenomena socmed1 kpap jakarta br
 
Tinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_Harwieb
Tinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_HarwiebTinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_Harwieb
Tinjauan HAM atas RUU Revisi UU Hak Cipta_Harwieb
 
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
 
Komentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurah
Komentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurahKomentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurah
Komentar komentar penandatangan petisi #save publictransport- #lawanmobilmurah
 
Pengantar km materi diskusi km rmi
Pengantar km materi diskusi km rmiPengantar km materi diskusi km rmi
Pengantar km materi diskusi km rmi
 
Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1
Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1
Curriculum vitae fc 2012 update-new_online1
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
Infrastructure in indonesia lena 2
Infrastructure in indonesia lena 2Infrastructure in indonesia lena 2
Infrastructure in indonesia lena 2
 

AnakLumpur

  • 1. Sebuah cerita pendek (cerpen) yang terinspirasi oleh kisah nyata semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur **** Anak Sejuta Lumpur Oleh : Firdaus Cahyadi “Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar,” teriak anak- anak di Taman Kanak-kanak Al-Maun, Bogor, Jawa Barat. Mereka tampak riang gembira bermain bersama teman-teman dan gurunya. Tidak ada raut muka berduka di wajah-wajah mereka. TK ini adalah salah satu TK yang ada di kompleks perumahan tempatku tinggal. Anakku pun bersekolah di TK ini. Untuk ukuran masyarakat kebanyakan, TK ini cukup mahal. TK ini diperuntukan bagi mereka anak-anak yang keluarganya dari kelas menengah-atas. Sudah barang tentu tidak ada anak dari keluarga miskin di TK ini. Hari ini, adalah hari pertama anakku masuk TK. Jadi aku menyempatkan diri untuk menunggui anakku hingga pulang sekolah. Beberapa orang tua anak juga tampak melakukan hal yang sama. Hanya saja, aku menungguinya agak jauh dari sekolah. Aku menunggu di sebuah masjid yang ada di kompleks sekolah TK
  • 2. itu. Dari kejauhan, aku melihat anak-anak, termasuk anakku, begitu riang gembira. Mereka nampak sangat bahagia. Trit..trit…Dan handphoneku pun berbunyi. Direkturku menelpon dari kantor. “Adi, kamu ada dimana sekarang?” Tanya Mbak Devianti, “Besok kamu harus berangkat ke Porong, Sidoarjo, Jawa Timur untuk memberikan pelatihan penggunaan media social selama seminggu untuk kawan-kawan di Posko korban lumpur Lapindo, gimana, siap ‘kan?” Saya berpikir sejenak. Hmm..Sidoarjo. Di tempat itu saya pernah tinggal beberapa saat sebelum mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Kini tempat itu telah hancur lebur karena semburan lumpur. “Iya..iya Mbak..saya siap,” jawabku, “Jam berapa pesawat dari Jakartanya, Mbak?” “Besok kamu berangkat jam 10.00 pagi,” jawab Mbak Devianti singkat, “Ok, thanks ya.” Percakapan di telpon pun terputus. Memberikan pelatihan kampanye, termasuk menggunakan media social di internet, adalah salah satu pekerjaanku. Aku bekerja di sebuah organisasi non-pemerintah atau sering disebut sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM tempatku bekerja
  • 3. lumayan besar karena salah satu jaringan LSM internasional, sehingga gaji yang aku terima pun lebih tinggi daripada staf LSM- LSM lainnya. Dari segi pendapatan pun, aku masuk kedalam kelas menengah-atas. Waktu pun berlalu, sekolah TK sudah usai. Anak-anak pun berhamburan keluar, termasuk anakku. Aku pun segera menghampiri anakku. “Gimana Firli, suka sekolah di sini?” tanyaku kepadanya, “Iya, ayah, Firli suka” jawabnya. Dan kami pun menuju mobil Baleno untuk menuju rumah. *** Waktu menunjukan jam 08.00 pagi, setalah berpamitan kepada anak dan istriku, aku berangkat menuju Bandara Soekarno- Hatta. Jika jalanan tidak macet, Bogor menuju Bandara ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam. Dan Alhamdulillah, jalanan Jakarta tidak begitu macet, hingga taxi yang aku tumpangi dapat sampai ke Bandara tepat waktu. Setelah check in dan boarding, aku dan seorang temanku, Alamsyah, segera bergegas menuju pesawat. Tidak ada sesuatu yang baru selama perjalanan dari Jakarta ke Bandara Juanda, Surabaya. Hal yang baru justru ketika
  • 4. perjalanan dari Bandara Juanda ke sekretariat Posko korban lumpur yang lokasinya tak jauh dari pusat semburan lumpur. “Gila bau apaan nih?” Tanya Alamsyah setengah berteriak. Begitu memasuki Jalan Raya Porong, Sidoarjo, memang tercium aroma yang begitu menyengat. Aroma seperti telur busuk. “Ini aroma dari lumpur Lapindo,” jawab Pak Manto, sopir taxi yang menghantarkanku dari Bandara Juanda, “sejak muncul semburan lumpur Lapindo, di sepanjang jalan ini memang muncul aroma busuk seperti ini” Aku pun menyempatkan diri melihat sekeliling jalan raya Porong, Sidoarjo. Sebuah hamparan lumpur yang luas. “Dulu di daerah itu ada rumah penduduk, pabrik, tempat ibadah dan sekolah,” ujar Pak Manto, “Namun, sekarang sudah tenggelam oleh lumpur Lapindo” Ya lumpur Lapindo. Tanggal 29 Mei 2006 semburan lumpur Lapindo mulai muncul di kawasan ini. Semburan lumpur ini tidak hanya meluluhlantakan rumah dan tanah tapi juga harapan warga yang menjadi korban. Banyak berita di Koran yang menuliskan bahwa banyak anak-anak korban lumpur yang terpaksa putus
  • 5. sekolah. Anak-anak korban lumpur itu bukan hanya kehilangan teman tapi juga indahnya masa anak-anak. Mereka tentu tidak bisa lagi mandi di sungai, karena air sungai telah tercemar oleh lumpur Lapindo. Sekolah tempat mereka berkumpul dengan teman-teman sebayanya pun telah tenggelam. Mendadak aku jadi ingat anakku. “Oh, betapa sedihnya anakku jika itu terjadi menimpanya,” gumamku dalam hati. “Sudah sampai mas,” ujar Pak Manto menyadarkan aku dari lamunan. “Wow,.cepat banget” kataku. “Eh..cepat, lama ini, melamun aja sih loe” ujar Alamsyah dengan logat Jakartanya yang begitu kental. Setelah membayar ongkos taxi, kamipun bergegas masuk sekretariat Posko Korban lumpur. “Selamat datang mas,” ujar Hamdi, coordinator dari Posko Korban lumpur, “Seadanya ya, maklum kita adalah korban lumpur” . Meskipun ada duka yang mendalam di raut wajah mereka, mereka tetap ramah menyambut tamu. “Oh, ga apa-apa” jawabku. Pelatihan penggunaan media social untuk kampanye dilakukan di malam hari selama seminggu. Tidak ada hal yang berbeda dalam sesi pelatihannya. Hal baru dan berbeda justru
  • 6. muncul dari perbincangan-perbincangan dengan pengelola posko korban lumpur. Banyak cerita-cerita yang lebih mengenaskan dan itu tidak pernah muncul di Koran, majalah, televisi atau portal berita online. Salah satu cerita mengenaskan itu tentang kisah Mbok Jumik. Ia adalah salah satu korban lumpur yang pernah tinggal di Pasar Porong. Pada suatu hari, Mbok Jumik merasakan sakit yang luar biasanya di perutnya. Keluarganya pun segera membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Mbok Jumik harus dirawat. Namun, karena ketiadaan biaya akhirnya Mbok Jumik kembali dibawa ke pengunsian Pasar Baru Porong. Ia dirawat dengan pengobatan tradisional. Dan akhirnya, Mbok Jumik meninggal di pengungsian korban lumpur. Kawan-kawan Posko korban lumpur pun telah menyebarkan berita ini dan meminta dukungan pendanaan untuk perawatan Mbok Jumik. Permohonan dukungan dan bantuan itu disebarkan melalui berbagai cara, salah satunya melalui internet. “Namun,
  • 7. sampai akhir hayatnya tidak ada bantuan untuk Mbok Jumik” ujar Hamdi. Aku terdiam. Mulutku seakan terkunci. Bagaimana tidak, di Jakarta terjadi banjir dukungan terhadap Prita Mulyasari melawan pelayanan Rumah Sakit OMNI Internasional. Di Porong, ada seorang ibu yang kesulitan membayar RSUD, hingga akhir hayatnya justru tidak ada satupun yang memberikan dukungan. “Kemana kelas menengah yang digembar-gemborkan Bank Dunia? Kemana pula lembaga amil zakat yang mengklaim terpercaya dalam menyalurkan bantuan” gumamku dalam hati. Hatiku seperti disayat –sayat mendengar cerita tentang Mbok Jumik itu. Aku adalah bagian dari kelas menengah di Indonesia. Kehidupanku jauh lebih mapan daripada para korban lumpur. Tapi aku tidak berbuat apa-apa ketika ada seorang korban lumpur yang mengerang kesakitan dan tidak bisa membayar biaya rumah sakit umum. Ini adalah dosaku sebagai bagaian kelas menengah yang angkuh di negeri ini. “Maafkan aku Mbok Jumik,” ucapku dalam hati, “Aku dan kelas menengah lainnya tidak pernah peduli terhadap penderitaan panjangmu.”
  • 8. Dan cerita-cerita mengenaskan itu tidak berhenti hingga disitu. Ada cerita mengenaskan tentang seorang bayi usia 3,5 bulan yang harus meninggal dunia. Bayi itu bernama Aulia Nadira Putri. Rumahnya tak jauh dari pusat semburan lumpur Lapindo. Ia meninggal dunia karena diduga terlalu banyak menghirup gas beracun lumpur Lapindo. Sedih, marah dan kecewa bercampur baur ketika Hamdi menceritakan kisah pilu Aulia Nadira Putri ini. Seorang bayi yang tak berdosa pun harus meninggal dunia karena gas beracun lumpur Lapindo. Padahal, jika ia bisa memilih, ia tentu tidak akan memilih untuk dilahirkan di kawasan dekat semburan lumpur Lapindo. Jika bisa memilih, bayi Aulia Nadira Putri tentu memilih di lahirkan di tempat lain, yang udara dan lingkungan hidupnya masih sehat. Cerita tentang Aulia Nadira Putri ini kembali menyetak hatiku. Tak terasa air mataku pun jatuh. Aku membayangkan jika ini terjadi pada anakku. Dan sekali lagi aku merasa berdosa atas kematian Aulia Nadira Putri. Harusnya aku sebagai kelas menengah ikut mendesak pemerintah untuk segera memindahkan semua penduduk dari kawasan semburan lumpur. Kawasan semburan
  • 9. lumpur itu sudah tidak layak huni bagi manusia. Alih-alih memindahkan penduduk dari kawasan berbahaya semburn lumpur Lapindo. Pemerintah justru memiliki ide untuk menjadikan kawasan itu sebagai kawasan wisata geologi. Bahkan sebuah perusahaan yang dikaitkan dengan munculnya semburan lumpur justru berencana melakukan pengeboran lagi di Sidoarjo. *** Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sudah seminggu aku tinggal di Porong, Sidoarjo. Berbaur dengan masyarakat korban lumpur. Mengalami sendiri perihnya penderitaan warga dan juga mendengar berbagai cerita pilu yang tak pernah muncul di media massa. Namun, hari ini aku akan meninggalkan itu semua. Meninggalkan udara dengan aroma busuk yang menyengat di Porong, Sidoarjo. Selama di perjalanan pikiranku masih melayang di kawasan Porong, Sidoarjo. Kisah pilu yang dialami Mbok Jumik dan Aulia Nadira Putri masih membebani pikiran dan hatiku. Orang-orang yang tak berdosa itu telah menjadi korban. Ya, korban ketidakpedulian Negara dan kita semua.
  • 10. Tak terasa taxi menghantarkanku di depan pintu rumah. Istri dan anakku menyambut dengan suka cita. “Ayah pulang” teriak anakku sambil memelukku. Akupun memeluk anakku, dengan pikiran yang masih melayang ke kisah pilu Aulia Nadira Putri. Di perumahan ini anakku dan anak-anak lainnya nampak sehat dan ceria. Namun, tidak bagi anak-anak di Porong, Sidoarjo sana. Keceriaan anak-anak Porong telah terampas. Bahkan, kini setiap hari keselamatan mereka terus terancam akibat sejak semburan lumpur Lapindo muncul di kawasannya. Mereka anak-anak yang tidak berdosa, namun harus menderita. Dan kita kelas menengah yang ada di kota sepertiku menutup mata dan telinga atas realita kehidupan mereka.