SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 14
DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA
I. PENDAHULUAN

Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media
percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam bermain drama
(modern) karena ia merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada
unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make
up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.

II. NASKAH
Naskah di sini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah
dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya.
Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat
berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat di mana
dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh dan plot
atau rangka cerita.

Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti
sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk
mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.

Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari
tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.

Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena
itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Disamping itu, dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang
ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh dan cirri-ciri muka.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan,
peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan
kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita
perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.


Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah.
Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1.Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini
diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan
sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi
sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.

2. Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini
mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.

3. Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah
satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.

4. Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa
klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.




III. LATIHAN DASAR
Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog (yang tertulis di
dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup
membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar
(volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati sesuai dengan
tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan
dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa
(blocking baik) tidak ragu ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam
kehidupan), dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah.

BLOCKING
Blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik
sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak
merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian
serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak
yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku
sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting.

Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya:
1. Dimengerti (jelas)

Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan.
Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri,
dsb.
Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah
harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.

2. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting)
tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua
bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih
lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi
Pentas".

3. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan
gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.

4. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-
komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan
kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang
sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.

5. Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya
untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik
pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga
akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.

6. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-
buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan
kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking.
Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh
kestabilan diri.

Tujuan Meditasi:
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam
pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita
singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam
latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan
berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan
membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

Cara meditasi:
1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga
tubuh sebelah dalam.

2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan
seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan.
Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita
untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.

Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam
setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal
ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah
dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat
mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan
pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan
pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

Cara konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah
ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap
berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat
ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan
memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.

Catatan:
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan
sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut.
Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik
ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat
pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik
dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:

1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada
kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena
disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu
gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.

2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut
kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak
mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.

3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara
yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis
panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
4. Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang
dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-
banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar
mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian
belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan
diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan
dengan pernapasan perut.

Latihan latihan pernapasan:
Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian
turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun
sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas
kita keluarkan kembali.

Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis,
menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah
beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula.
"Baik" di sini diartikan sebagai berikut:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak monoton.

Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang
dilakukan untuk melatih vokal, antara lain:
1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…" dengan energi
suara. Lakukan ini berulang kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…" (suara keluar
lewat hidung).

3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang
terakhir. Nada suara jangan berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu
tarikan napas)
6. Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
7. Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio aiu oui oua uei
uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan
berbagai variasi lainnnya.

*Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila
kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita
bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara
(larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya.
Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan
akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan
sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati
karunia Tuhan.

ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar
serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada
pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang
kurang/tidak benar, yaitu:
1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang
sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "r", dan sebagainya.
2. Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini
sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan,
menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.

Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan
sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu
cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.


Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan:
Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap
huruf dengan nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.


INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa
monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang
diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:

Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang
memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap
tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)

Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti
biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun
dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya
suatu kata.

Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan
untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan
tempo yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti.

WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi
warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda.
Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan
perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan
suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus
memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah rubah warna suara dengan
menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.

Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu
penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan
cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil,
pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk
mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?!
Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada
sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja
fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata
dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat
"Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" ,
"Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal
kata pada sebuah dialog. Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata
berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan.
Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya
memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada
kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…." (mendapat tekanan).


OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus
mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum
kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau
kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot
otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama
latihan-latihan nanti.

Pelaksanaan olah tubuh:
Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai. Dengan
memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
1. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher
dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
2. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke
belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
3. Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu,
baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.

4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula
sebaliknya.

5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan.
Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.

6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga
jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki
kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
8. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat.

Macam Macam Gerak:
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam
latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan
mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang
teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak
yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu
memainkan naskah drama.

Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater
(gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak
halus dan gerak kasar.

Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi
dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira,
dan sebagainya.
Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya
pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan
secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau
kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan
memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara
sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu,
misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak
hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb.

Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan
berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang
sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar
diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia
melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak dasar".
Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
- Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak
sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
- Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan
bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
- Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak
yang bebas, indah dan artistik.


Latihan-latihan gerak yang lain:
1. Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain
menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin.
Latihan ini dilakukan bergantian.

2. Latihan gerak dan tatap mata
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua
pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.

3. Latihan melenturkan tubuh
Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan
temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut
diputar-putar terlebih dahulu.

4. Latihan gerak bersama
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh
pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.

5. Latihan gerak mengalir
Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran.
Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain
mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita
jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan
konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk
memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain
mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga
bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali
bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita
tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.

PENGGUNAAN PANCAINDERA
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-
hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-
sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu
peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat
perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat
dilakukan, antara lain:

Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan
menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.

Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa
macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan
pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja
yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda
motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada
disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap
rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar
bagaimana baunya.

Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita
itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau
panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan
mata terpejam.

Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan
sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan
yang berkeringat,dsb.

KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan.
Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik
harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian
penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja,
melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih
dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis.
Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia
seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan
jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk,
orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada
temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi
suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi,
imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah
lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala
sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita
menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami
sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang
dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.

IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau
ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan.
Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit.
Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi
walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi
benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.

Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci
disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada.
Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai
berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi
dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa
beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan
saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam
pentas.

Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini
segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan
sebuah benda lebih dari satu kali.

Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda
itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap
sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan
memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi
asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.

EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci,
bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai
emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang
karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka
(ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya
setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya
pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi
berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah
yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.

Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah,
problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran
tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu
pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
IV. KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini
dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri.

Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada
bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri
atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai
agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan
terlalu dibuat-buat.




DRAMA SEBAGAI SENI
A. Pengertian Drama
Berdasarkan etimologi (asalusul bentuk kata), kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Drama
sering disebut juga dengan sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi yang berarti rahasia dan
warah yang berarti ajaran. Jadi sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan.
Teater diambil dari bahasa Inggris theater yang berarti gedung pertunjukan atau dunia sandiwara. Kata theater bahasa
Inggris itu berasal dari bahasa Yunani Theatron yang artinya takjub melihat.
Dewasa ini kata teater mempunyai 2 makna yaitu
1. teater berarti gedung pertunjukan, yaitu tempat diselenggarakannya suatu pertunjukan,
2. teater berarti bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak.
Teater sebagai tontonan mempunyai 2 bentuk yaitu
1. teater tradisional, tidak menggunakan naskah (ketoprak, ludruk, lenong),
2. teater modern, menggunakan naskah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa drama mempunyai dua arti yaitu :
1. Drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan di depan orang
banyak. (teater tradisional)
2. Drama dalam arti sempit adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung, disajikan
dalam bentuk dialog dan gerak berdasarkannaskah, didukung oleh tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias dan tata
busana. (teater modern)
B. Seni Drama
Seni drama diwujudkan dari berbagai bahan dasar karena dalam seni drama terkandung seni-seni yang lain, karena
merupakan perpaduan sejumlah cabang seni yaitu
1. seni sastra (naskah cerita),
2. seni lukis (tata rias dan tata panggung),
3. seni musik (musik pengiring),
4. seni tari (gerak-gerik pemain), dan
5. seni peran ( pemeranan tokoh).
Sehingga dapat dipertegas bahwa keberadaan drama sebagai karya seni, sebab :
1. Drama termasuk salah satu jenis seni atau lengkapnya seni drama karena di dalamnya terdapat berbagai keindahan
yang dinikmati penonton.
2. Drama adalah satu-satunya jenis seni yang paling kompleks karena untuk mewujudkan perlu melibatkan berbagai
seniman, seperti sastrawan, pemain, komponis, dan pelukis.
3. Drama merupakan perpaduan berbagai jensi seni yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
C. Jenis Drama
1. Berdasarkan Penyajian Lakon
a. Tragedi
Tragedi atau cerita duka adalah drama yang penuh kesedihan dan pelaku utama dari awal sampai akhir pertunjukan selalu
sia-sia (gagal) dalam memperjuangkan nasibnya yang jelek. Ujung cerita berakhir dengan kedukaan yang mendalam
karena maut menjemput tokoh utama.
b. Komedi
Komedi atau cerita suka adalah drama penggeli hati, drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton.
c. Tragekomedi
Perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi lakonya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang
mengembirakan dan menggelikan hati.
d. Opera
Drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
Opera pendek namanya operet.
e. Melodrama
Drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi/musik.
Asal usul melodrama sebenarnya opera, dari opera yang dialog para pemainnya dinyanyikan dan diiringi musik itu, lahir
jenis melodrama.
f. Farce
Drama menyerupau dagelan tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
g. Tablo
Jenis drama yang mengutamakan gerak. Pemain tidak mengucapkan dialog, tetapi dapat diketahui lewat gerakan-gerakan
itu. Bunyi-bunyian pengiring untuk memperkuar kesan gerakan yang dilakukan pemain.
h. Sendratari
Gabungan antara seni drama dan tari, yang diiringi musik.
2. Berdasarkan Sarana
a. Drama Panggung
b. Drama Radio
c. Drama Televsi
d. Drama Film
e. Drama Wayang
f. Drama Boneka
3. Berdasarkan Ada atau Tidaknya Naskah
a. Drama tradisional
b. Drama modern
D. Istilah dalam Drama
1. Babak
Merupakan bagian dari lakon drama
2. Adegan
Merupakan bagian dari babak, sebuah adegan hanya mengambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian
suasana-suasana dalam babak.
3. Prolog
Kata pendahuluan dalam lakon drama.
Prolog memiliki peran besar dalam menyiapankan pikiran penonton agar dapat mengikuti cerita yang disajikan. Prolog dapat
berupa sinopsis, perkenalan tokoh-tokoh, serta konflik-konflik yang akan terjadi
4. Epilog
Kata penutup yang mengakhiri pementasan. (Berisi simpulan atau pesan / ajaran)
5. Dialog
Percakapan para pemain dalam drama
6. Monolog
Percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri
7. Mimik
Ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang diamali pemain.
8. Pantomim
Ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
9. Pantomimik
Perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah denga gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
10. Gestur
Gerak-gerak besar yaitu tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain.
11. Bloking
Aturan perpindahan tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya agar penampilan pemain tidak menjemukan
12. Gait
Tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara gerak pemain
13. Akting
Gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimaikannya.
14. Aktor
Orang yang melakukan akting. (aktris = pemain wanita)
15. Improvisasi
Gerak-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan pemeranan.
16. Ilustrasi
Iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang digambarkan.
17. Komtemporer
Lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan atau kelaziman
18. Kostum
Pakaian para pemain yang dikenakannya pada saat memerankan tokoh cerita di panggung.
19. Skenario
Susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain
20. Panggung
Tempat para aktor memainkan drama
21. Layar
Kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan kebutuhan.

LAKON DRAMA
Setiap drama pasti memiliki lakon atau judul cerita. Lakon disesuaikan dengan kejadian (peristiwa) : (1) kelahiran atau
kematian, (2) perkawinan atau perceraian, (3) perbuatan sosial atau kejahatan, (4) perdamaian atau peperangan dan lain-
lain.
Lakon drama bersumber dari kehidupan manusia, karena itu drama sebenarnya merupakan penyajian ulang kisah yang
dialami manusia.
1. Tema
Merupakan pokok pikiran yang mendasari lakon drama.
Contoh tema keluarga yang mungkin sering kita angkat dalam drama, tentu masih telalu luas karena masalah keluarga itu
beraneka ragam. Untuk menyempitkannya, perlu dipilih topik. Topik adalah sesuatu yang lebih khusus daripada tema.
Sebagai contoh tema masalah keluarga, topik : pilih kasih. Sebagai contoh dalam cerita Ciderella, di dalam cerita tersebut
menceritakan seorang ibu dan anak-anaknya. Diceritan ibu tersebut memperlakukan anaknya tidak adil, artinya ada yang
kelewat disayang dan ada yang disia-siakan.
2. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama.
Tetapi pesan itu tidak disampaikan secara langsung, itulah sebabnya nama lain drama adalah sandiwara.
3. Plot
Rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita (jalan cerita drama)
Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana, konflik yang kompleks sampai pada
penyelesaian konflik.
Penyelesaian sebuah konflik terkadang tidak jelas supaya penonton menafsirkan sendiri penyelesaian konflik tadi.
6 tahapan dalam plot :
a. Eksposisi
Tahap perkenalan, meskipun hanya dengan gambaran selintas, wujud perkenalan ini berupa penjelasan untuk
mengantarkan penonton pada situasi awal lakon drama.
b. Konflik
Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam tahap ini sudah mulai ada insiden, dan insiden inilah yang
memulai plot drama sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar sebuah drama.
c. Komplikasi
Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet.
d. Krisis
Pada tahap ini konflik sampai pada puncak atau klimaks. Dari sudut penotonon sudut ini sebagai puncak ketegangan atau
klimaks. Klimaks ini merupakan titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis dan pemain antagonis.
e. Resolusi
Tahap penyelesaian konflik, jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah tampak jelas.
f. Keputusan
Semua konflik telah berakhir dan sebentar lagi cerita akan selesai.
4. Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja
berwatak sabar, ramah dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja berwatak pemberang, suka marah, dan sangat keji.
Karakter ini diciptakan penulis lakon untuk diwujudkan oleh pe,ain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapar
mewujudkan, pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama.
Dalam meleburkan diri menjadi tokoh yangdiperankan pemain dibantu penata rias, busana dan akting. Unsur-unsur ini
merupakan pendukung satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
5. Setting
Setting adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung
maka panggung harus bisa menggambarkan setting yang dikehendaki.
6. Dialog
Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus
mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menujukkan plot lakon drama. Dialog juga harus berkembang
mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap plot lakon drama.

PELATIHAN AKTOR
A. Siapa itu Aktor?
Orang yang memperagakan cerita. Dalam seni pedalangan, aktor dapat disamakan dengan wayang, hanya digerakkan dan
dibicarakan (dibuat berbicara) oleh dalang, sedangkan aktor bergerak dan berbicara sendiri. Apa yang diperagakan oleh
aktor, itulah yang dinikmati penonton. Karena itu, kesuksesan suatu pertunjukan drama sangat ditentukan oleh kepiawaian
aktor.
Aktor termasuk seniman unik, karena seniman lain menghasilkan karya seni yang bisa disimpan dan dinikmati bersama
orang lain. Misal seniman pelukis menghasilkan lukisan, lukisan itu dapat dipasang dan dinikmati berulang-ulang. Tetapi
aktor tak dapat mewujudkan benda nyata sebagai hasil karya seninya. Sebab hasil karya aktor melekat pada tubuhnya
sendiri. Bagaiman ia bergerak dan berbicara di panggung itulah karya seni yang dihasilkannya.
Jadi hasil karya seorang aktor adalah peragaan cerita, dan hasil karya aktor adalah akting.
B. Latihan Dasar
1. Pontensi Tubuh
Tubuh harus bagus dan menarik. Arti bagus dan menarik buka harus tampan dan cantik. Tetapi harus lentur, sanggung
memainkan semua peran dan mudah diarahkan, tidak kaku. Latihan dasarnya antara lain :
a) Latihan tari supaya aktor mengenal gerak berirama dan dapat mengatur waktu
b) Latihan samadi supaya aktor mengenal lebih dalam arti, diam, merenung secara insani
c) Latihan silat supaya aktor mengenal diri dan percaya diri
d) Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas
2. Potensi Driya
Driya adalah semua pancaindra : penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Semua perlu dilatih supaya peka.
Cara melatih melalui driya ganda, artinya suatu pengindaraan disertai pengindraan yang lain. Contoh melihat dan
mendengar
3. Potensi Akal
Aktor harus cerdik dan tangkas. Kecerdikan dan ketangkasan itu bisa dimiliki kalau ia terbiasa menggunakan akal antara
lain dengan kegiatan membaca dan berolahraga.
4. Potensi Hati
Hati merupakan landasan perasaan. Perasaan manusia beragam dan silih berganti. Kadang-kadang senanng dan tertawa,
sedih dan lainnya. Semua berurusan dengan hati, karena itu melatih hati sebenarnya melatih kepekaan perasaan. Jika
perasaan peka, ia dapat merasakan apa yang datang dalam suasana batinnya dengan cepat dan dengan cepat pula ia
dapat memberikan reaksi.
5. Potensi Imajinasi
Akting baru terjadi apabila dalam hati ada kehendak (niat), niat itu harus dilengkapi dengan imajinasi.
6. Potensi Vokal
Aktor harus mempunyai vokal yang kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas. Latihan dasar untuk menguatkan vokal antara
lain dengan deklamasi dan menyanyi.
7. Potensi Jiwa
Seorang aktor harus mampu memerankan tokoh dengan penjiwaan. Artinya, ia harus berusaha melebur dalam tokoh yang
diperankan. Penjiwaan ini dapat dibangkitkan dengan pengalaman dan pengamatan.




C. Asas-Asas Akting
1. Asas Pengendalian
Jika kita memerankan sebagai tokoh Pak Sakerah dan tokoh ini adalah keras, pemarah, maka kita harus tampil sperti sosok
Pak Sakerah. Namun dalam pikiran kita harus tetap sadar bahwa apa yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh itu
sesungguhnya hanya pemainan, bukan Pak Sakeran sesungguhnya. Jadi jika dia marah, meskipun marahnya tampak
sungguh-sungguh, sebenarnya yang dilakukan itu hanya permainan. Pikiran kita tetap mengendalikan hal itu supaya dia
sungguh-sungguh menendang, memukul, atau membacok lawan mainnya.
2. Asas Keutuhan
Akting adalah kerjasama yang membentuk satu kesatuan keutuhan. Meskipun bagian-bagiannya mempunyai sifat dan
fungsi yang berbeda-beda, tunjuannya sama. Karena drama meliputi banyak seni di dalamnya.
3. Asas Kerapian
Seni menuntut kita rapi, sebab seni berhubungan dengan keindahan, dan keindahan menuntut kerapian, artinya aktor
melakukan akting yang teratur, terkendali dan tidak kacau.

D. Pelatihan Aktor
1. Membaca Puisi
Calon aktor perlu membaca puisi dengan suara lantang di depan teman-temannya. Manfaatnya supaya terbiasa melakukan
perubahan nada suara sbeagai akibat perubahan perasaan dalam berbagai situasi. Baik ekspresi wajah, gerak tubuh dan
tangan akan membangkitkan suasana dalam membaca puisi. Jika perlu dilakukan di alam terbuka untuk melatih vokal kita
supaya kuat dan ditonton teman kita. Selain itu melatih mental kita, umumnya tampil di muka umum merasa malu, grogi,
dan takut. Akibatnya kita tak mampu tampil baik karena konsentrasinya terganggu.
2. Menirukan Binatang
Calon aktor mencoba menirukan gerakan khas macam-macam binatang. Contoh meniru gerakan kera, mulai dari ekspresi
wajah, gerakan tubuh, suara harus seperti kera. Jika kita dilakukan didepan teman-teman akan melatih mental kita juga.
Beberapa anggota tubuh kaki, tangan dan kepala digerakan menirukan berbagai binatang secara berulang-ulang melatih
tubuh kita lentur dan mudah digerak-gerakan, tidak kaku.
3. Menirukan Orang
Calon aktor mencoba menirukan orang yang sudah dikenalnya, lebih baik orang yang ditiru itu juga dikenal oleh teman kita.
Dengan demikian teman kita dapat menebak siapa yang kita tiru. Misalnya orang yang sering dilihat guru, teman, orang
yang sering muncul di televisi dan lain-lain. Jika teman kita dengan mudah menebak tiruan orang yang kita peragakan,
berarti kita berhasil, tetapi jika susah maka kita belum berhasil.
4. Tertawa dan Menanggis
Calon aktor mencoba tertawa terus menerus sampai benar-benar bisa tertawa kalau ia ingin tertawa, demikian pula
menangis seolah-olah dia sedang mengalami hal yang menyedihkan. Aktor juga perlu mencoba seolah-olah sedang marah,
putus asa, menyerah atau lainnya. Kemampuan ini tidak dapat datang dengan sendirinya, perlu latihan berulang-ulang di
depan teman dan langsung minta komentar dari teman kita. Jika perlu latihan di depan cermin dan merekam suara kita
serta lakukan berulang-ulang. Sehingga aktor mampu melakukan perubahan cepat dari menangis menuju tertawa.
Begitulah cara memperoleh kemahiran bermain drama.
5. Berdialog
Calon aktor mencoba berdialog, mula-mula dialognya bebas tanpa naskah, seolah-olah sedang memerankan tokoh tertentu
dalam drama. Jika sudah lancar aktor mencoba berdialog dengan membaca naskah dibaca berulang-ulang dan silih
berganti dengan lawan mainnya. Setelah lancar baru dengan gerakkan ekspresi wajah, dan angota badan.
6. Gerak Panggung
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Gerak panggung hanya dikerjakan kalau ada maksud dan tujuan.
b. Gerak panggung menarik perhatian penonton.
c. Gerak panggung boleh dikerjakan sambil berbicara. Kalau berbicara dulu lalu bergerak, yang diutamakan gerakannya
(gerakan menjadi menonjol). Kalau bergerak dulu lalu berbicara yang diutamakan bicaranya (kalimat yang diucapkan
menjadi lebih berbobot dan bertenaga.
d. Gerak panggung hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerak mundur atau menyamping, kecuali ada alasan
tertentu.
e. Gerak panggung yang cepat menunjukkan adanya sesuatu yang penting. Sebaliknya gerak lambat menunjukkan
kesedihan, keputusasaan atau khidmadmatan.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

B. Indonesia - Pementasan Drama
B. Indonesia - Pementasan DramaB. Indonesia - Pementasan Drama
B. Indonesia - Pementasan DramaRamadhani Sardiman
 
B. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan DramaB. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan DramaRamadhani Sardiman
 
Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama
Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan dramaMengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama
Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan dramaalfiyofa007
 
B. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan DramaB. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan DramaRamadhani Sardiman
 
Merancang naskah adaptasi
Merancang naskah adaptasiMerancang naskah adaptasi
Merancang naskah adaptasishelviaa
 
Bagian Fragmen kls 7
Bagian Fragmen kls 7Bagian Fragmen kls 7
Bagian Fragmen kls 7mochprastyo
 

Was ist angesagt? (9)

B. Indonesia - Pementasan Drama
B. Indonesia - Pementasan DramaB. Indonesia - Pementasan Drama
B. Indonesia - Pementasan Drama
 
Ppt drama
Ppt dramaPpt drama
Ppt drama
 
B. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan DramaB. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 6.2 Memerankan Tokoh Pementasan Drama
 
Ceramah komsas
Ceramah komsasCeramah komsas
Ceramah komsas
 
Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama
Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan dramaMengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama
Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama
 
Bintan puisi
Bintan puisiBintan puisi
Bintan puisi
 
B. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan DramaB. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan Drama
B. Indonesia - KD 5.1 Mengidentifikasi Pementasan Drama
 
Merancang naskah adaptasi
Merancang naskah adaptasiMerancang naskah adaptasi
Merancang naskah adaptasi
 
Bagian Fragmen kls 7
Bagian Fragmen kls 7Bagian Fragmen kls 7
Bagian Fragmen kls 7
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (20)

Naskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatanNaskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
 
Contoh naskah drama lengkap
Contoh naskah drama lengkapContoh naskah drama lengkap
Contoh naskah drama lengkap
 
Naskah drama munafik
Naskah drama munafikNaskah drama munafik
Naskah drama munafik
 
NASKAH DRAMA "Kebencian sahabat hanya sesaat"
NASKAH DRAMA "Kebencian sahabat hanya sesaat"NASKAH DRAMA "Kebencian sahabat hanya sesaat"
NASKAH DRAMA "Kebencian sahabat hanya sesaat"
 
Naskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabatNaskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabat
 
Drama 6 orang
Drama 6 orangDrama 6 orang
Drama 6 orang
 
Naskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orangNaskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orang
 
Taubatnya Preman Sekolah
Taubatnya Preman SekolahTaubatnya Preman Sekolah
Taubatnya Preman Sekolah
 
Naskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orangNaskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orang
 
Drama i mimpiku di haru kelabu
Drama i mimpiku di haru kelabuDrama i mimpiku di haru kelabu
Drama i mimpiku di haru kelabu
 
Contoh naskah drama lengkap
Contoh naskah drama lengkapContoh naskah drama lengkap
Contoh naskah drama lengkap
 
Contoh naskah-drama-20-orang-pemain
Contoh naskah-drama-20-orang-pemainContoh naskah-drama-20-orang-pemain
Contoh naskah-drama-20-orang-pemain
 
Tugas drama
Tugas dramaTugas drama
Tugas drama
 
Naskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatanNaskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatan
 
Naskah teater perahu kertas
Naskah teater perahu kertasNaskah teater perahu kertas
Naskah teater perahu kertas
 
Naskah drama
Naskah dramaNaskah drama
Naskah drama
 
Drama 7 orang sunda
Drama 7 orang sundaDrama 7 orang sunda
Drama 7 orang sunda
 
Naskah drama 5 orang tentang persahabatan
Naskah drama 5 orang tentang persahabatanNaskah drama 5 orang tentang persahabatan
Naskah drama 5 orang tentang persahabatan
 
Naskah Drama " Pak Bayan Gagal Nyaleg "
Naskah Drama " Pak Bayan Gagal Nyaleg "Naskah Drama " Pak Bayan Gagal Nyaleg "
Naskah Drama " Pak Bayan Gagal Nyaleg "
 
Contoh teks-naskah-drama-komedi
Contoh teks-naskah-drama-komediContoh teks-naskah-drama-komedi
Contoh teks-naskah-drama-komedi
 

Ähnlich wie Drama

Asas lakonan 1
Asas lakonan 1Asas lakonan 1
Asas lakonan 1Ismail Noh
 
UNSUR - UNSUR TEATER
UNSUR - UNSUR TEATERUNSUR - UNSUR TEATER
UNSUR - UNSUR TEATERIsmail Noh
 
DOC-20230510-WA0047..pptx
DOC-20230510-WA0047..pptxDOC-20230510-WA0047..pptx
DOC-20230510-WA0047..pptxGilangTaufik1
 
RANGKUMAN MATERI.docx
RANGKUMAN MATERI.docxRANGKUMAN MATERI.docx
RANGKUMAN MATERI.docxUmiHabibah22
 
Laporan praktik membaca janah
Laporan praktik membaca janahLaporan praktik membaca janah
Laporan praktik membaca janahAsih Sukarsih
 
Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1
Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1
Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1Rachardy Andriyanto
 
PPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATER
PPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATERPPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATER
PPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATERPPGhybrid3
 
Makalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIH
Makalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIHMakalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIH
Makalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIHRachardy Andriyanto
 
Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"
Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"
Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"alvina ayudha
 
Materi bahasa indonesia kelas 8 tentang teks drama
Materi bahasa indonesia kelas 8 tentang teks dramaMateri bahasa indonesia kelas 8 tentang teks drama
Materi bahasa indonesia kelas 8 tentang teks dramaAanSutrisno
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageCitra Siskaliana
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageCitra Siskaliana
 
Berteater meningkatkan inteligensi ganda
Berteater meningkatkan inteligensi gandaBerteater meningkatkan inteligensi ganda
Berteater meningkatkan inteligensi gandaSolihin Utjok
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskah
Unsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskahUnsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskah
Unsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskahsiti sangidah
 
Metode Dramaturgi Erving Goffman.ppt
Metode Dramaturgi Erving Goffman.pptMetode Dramaturgi Erving Goffman.ppt
Metode Dramaturgi Erving Goffman.pptentahsiapa3
 

Ähnlich wie Drama (20)

Metode terapan latihan teater
Metode terapan latihan teaterMetode terapan latihan teater
Metode terapan latihan teater
 
Asas lakonan 1
Asas lakonan 1Asas lakonan 1
Asas lakonan 1
 
UNSUR - UNSUR TEATER
UNSUR - UNSUR TEATERUNSUR - UNSUR TEATER
UNSUR - UNSUR TEATER
 
DOC-20230510-WA0047..pptx
DOC-20230510-WA0047..pptxDOC-20230510-WA0047..pptx
DOC-20230510-WA0047..pptx
 
RANGKUMAN MATERI.docx
RANGKUMAN MATERI.docxRANGKUMAN MATERI.docx
RANGKUMAN MATERI.docx
 
Laporan praktik membaca janah
Laporan praktik membaca janahLaporan praktik membaca janah
Laporan praktik membaca janah
 
Tari Bertema
Tari BertemaTari Bertema
Tari Bertema
 
Teori dramaturgi
Teori dramaturgiTeori dramaturgi
Teori dramaturgi
 
Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1
Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1
Kritik Seni Film Pendek Mau Kamu apa sih X MM1
 
PPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATER
PPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATERPPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATER
PPT VI KEGIATAN BELAJAR 4: KREASI TEATER
 
Istilah
IstilahIstilah
Istilah
 
Makalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIH
Makalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIHMakalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIH
Makalah kritik apresiasi seni MAU KAMU APASIH
 
Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"
Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"
Seni budaya kelas 10 "Pemeranan"
 
Materi bahasa indonesia kelas 8 tentang teks drama
Materi bahasa indonesia kelas 8 tentang teks dramaMateri bahasa indonesia kelas 8 tentang teks drama
Materi bahasa indonesia kelas 8 tentang teks drama
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body language
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body language
 
Berteater meningkatkan inteligensi ganda
Berteater meningkatkan inteligensi gandaBerteater meningkatkan inteligensi ganda
Berteater meningkatkan inteligensi ganda
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskah
Unsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskahUnsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskah
Unsur intrinsik dan ekstrinsik drama sebagai naskah
 
Metode Dramaturgi Erving Goffman.ppt
Metode Dramaturgi Erving Goffman.pptMetode Dramaturgi Erving Goffman.ppt
Metode Dramaturgi Erving Goffman.ppt
 
Apa itu drama?
Apa itu drama?Apa itu drama?
Apa itu drama?
 

Drama

  • 1. DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA I. PENDAHULUAN Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya. II. NASKAH Naskah di sini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat di mana dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh dan plot atau rangka cerita. Dialog Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta. Tema Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya. Tokoh Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu, dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu: Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh dan cirri-ciri muka. Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya. Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya. Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati. Plot Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: 1.Pemaparan (eksposisi) Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis. 2. Komplikasi awal atau konflik awal Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama. 3. Klimaks dan krisis Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks. 4. Penyelesaian (denouement) Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian. III. LATIHAN DASAR
  • 2. Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog (yang tertulis di dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar (volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa (blocking baik) tidak ragu ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah. BLOCKING Blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya: 1. Dimengerti (jelas) Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah. 2. Seimbang Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi Pentas". 3. Utuh Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi. 4. Bervariasi Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi- komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah. 5. Memiliki titik pusat Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian. 6. Wajar Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat- buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan. Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya. MEDITASI Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri. Tujuan Meditasi: 1. Mengosongkan pikiran. Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
  • 3. 2. Meditasi sebagai jembatan. Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan. Cara meditasi: 1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam. 2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi. Catatan: Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan. KONSENTRASI Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan. Cara konsentrasi: Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi. Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater. Catatan: Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain. PERNAPASAN Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan. Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan: 1. Pernapasan dada Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku. 2. Pernapasan perut Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada. 3. Pernapasan lengkap Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
  • 4. 4. Pernapasan diafragma Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak- banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut. Latihan latihan pernapasan: Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali. Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat. Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal. *Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain. VOKAL Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" di sini diartikan sebagai berikut: - dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang), - jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat), - tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan - tidak monoton. Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain: 1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…" dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali. 2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…" (suara keluar lewat hidung). 3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……." 4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah. 5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas) 6. Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus. 7. Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya. 8. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris. 9. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya. *Catatan: Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar. Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan. ARTIKULASI Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu: 1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang
  • 5. sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "r", dan sebagainya. 2. Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog. Misalnya: Kehormatan menjadi kormatan, menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya. Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali. Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan: Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut. INTONASI Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu: Tekanan Dinamik (keras lemah) Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal: SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain) Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual) Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis) Tekanan Nada (tinggi) Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata. Tekanan Tempo Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti. WARNA SUARA Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya. Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas. (Kang Dul masuk tergopoh gopoh) Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas. Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk mengusirnya ? Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang). Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk. Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu ! (kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ? Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
  • 6. GESTIKULASI Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog. Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…." (mendapat tekanan). OLAH TUBUH Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti. Pelaksanaan olah tubuh: Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita. 1. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk. 2. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan ! 3. Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak. 4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya. 5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama. 6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya. 7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas. 8. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat. Macam Macam Gerak: Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater. Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu Gerak teaterikal Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama. Gerak non teaterikal Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar. Gerak Halus Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
  • 7. Gerak Kasar Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu: Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya: - sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik. - sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar. Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb. Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb. Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu: - Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita. - Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala. - Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas. Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik. Latihan-latihan gerak yang lain: 1. Latihan cermin. Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian. 2. Latihan gerak dan tatap mata Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti. 3. Latihan melenturkan tubuh Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu. 4. Latihan gerak bersama Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka. 5. Latihan gerak mengalir Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik. GERAK DAN VOKAL Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal. PENGGUNAAN PANCAINDERA
  • 8. Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari- hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri- sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula. Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain: Mata Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin. Telinga Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan. Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb. Hidung Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb. Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya. Kulit Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh. Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam. Lidah Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya. Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb. KARAKTERISASI Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut. Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat. Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya: Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut) Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah) Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut: Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas) Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring. Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu. OBSERVASI Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah
  • 9. lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini. ILUSI Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya. Cara-cara melatihnya antara lain: Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb. Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb. Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb. Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb. Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb. IMAJINASI Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim. Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas. Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut: Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali. Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb. Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal. Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb. EMOSI Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb. PENGHAYATAN Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama. Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah: Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah. Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan. Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
  • 10. IV. KOMPOSISI PENTAS Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri. Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat. DRAMA SEBAGAI SENI A. Pengertian Drama
  • 11. Berdasarkan etimologi (asalusul bentuk kata), kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Drama sering disebut juga dengan sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Jadi sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Teater diambil dari bahasa Inggris theater yang berarti gedung pertunjukan atau dunia sandiwara. Kata theater bahasa Inggris itu berasal dari bahasa Yunani Theatron yang artinya takjub melihat. Dewasa ini kata teater mempunyai 2 makna yaitu 1. teater berarti gedung pertunjukan, yaitu tempat diselenggarakannya suatu pertunjukan, 2. teater berarti bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak. Teater sebagai tontonan mempunyai 2 bentuk yaitu 1. teater tradisional, tidak menggunakan naskah (ketoprak, ludruk, lenong), 2. teater modern, menggunakan naskah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa drama mempunyai dua arti yaitu : 1. Drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan di depan orang banyak. (teater tradisional) 2. Drama dalam arti sempit adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak berdasarkannaskah, didukung oleh tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias dan tata busana. (teater modern) B. Seni Drama Seni drama diwujudkan dari berbagai bahan dasar karena dalam seni drama terkandung seni-seni yang lain, karena merupakan perpaduan sejumlah cabang seni yaitu 1. seni sastra (naskah cerita), 2. seni lukis (tata rias dan tata panggung), 3. seni musik (musik pengiring), 4. seni tari (gerak-gerik pemain), dan 5. seni peran ( pemeranan tokoh). Sehingga dapat dipertegas bahwa keberadaan drama sebagai karya seni, sebab : 1. Drama termasuk salah satu jenis seni atau lengkapnya seni drama karena di dalamnya terdapat berbagai keindahan yang dinikmati penonton. 2. Drama adalah satu-satunya jenis seni yang paling kompleks karena untuk mewujudkan perlu melibatkan berbagai seniman, seperti sastrawan, pemain, komponis, dan pelukis. 3. Drama merupakan perpaduan berbagai jensi seni yang membentuk satu kesatuan yang utuh. C. Jenis Drama 1. Berdasarkan Penyajian Lakon a. Tragedi Tragedi atau cerita duka adalah drama yang penuh kesedihan dan pelaku utama dari awal sampai akhir pertunjukan selalu sia-sia (gagal) dalam memperjuangkan nasibnya yang jelek. Ujung cerita berakhir dengan kedukaan yang mendalam karena maut menjemput tokoh utama. b. Komedi Komedi atau cerita suka adalah drama penggeli hati, drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton. c. Tragekomedi Perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi lakonya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang mengembirakan dan menggelikan hati. d. Opera Drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Opera pendek namanya operet. e. Melodrama Drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi/musik. Asal usul melodrama sebenarnya opera, dari opera yang dialog para pemainnya dinyanyikan dan diiringi musik itu, lahir jenis melodrama. f. Farce Drama menyerupau dagelan tetapi tidak sepenuhnya dagelan. g. Tablo Jenis drama yang mengutamakan gerak. Pemain tidak mengucapkan dialog, tetapi dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu. Bunyi-bunyian pengiring untuk memperkuar kesan gerakan yang dilakukan pemain. h. Sendratari Gabungan antara seni drama dan tari, yang diiringi musik. 2. Berdasarkan Sarana a. Drama Panggung b. Drama Radio c. Drama Televsi d. Drama Film e. Drama Wayang f. Drama Boneka 3. Berdasarkan Ada atau Tidaknya Naskah a. Drama tradisional b. Drama modern D. Istilah dalam Drama 1. Babak Merupakan bagian dari lakon drama 2. Adegan
  • 12. Merupakan bagian dari babak, sebuah adegan hanya mengambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak. 3. Prolog Kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memiliki peran besar dalam menyiapankan pikiran penonton agar dapat mengikuti cerita yang disajikan. Prolog dapat berupa sinopsis, perkenalan tokoh-tokoh, serta konflik-konflik yang akan terjadi 4. Epilog Kata penutup yang mengakhiri pementasan. (Berisi simpulan atau pesan / ajaran) 5. Dialog Percakapan para pemain dalam drama 6. Monolog Percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri 7. Mimik Ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang diamali pemain. 8. Pantomim Ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. 9. Pantomimik Perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah denga gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. 10. Gestur Gerak-gerak besar yaitu tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain. 11. Bloking Aturan perpindahan tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya agar penampilan pemain tidak menjemukan 12. Gait Tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara gerak pemain 13. Akting Gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimaikannya. 14. Aktor Orang yang melakukan akting. (aktris = pemain wanita) 15. Improvisasi Gerak-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan pemeranan. 16. Ilustrasi Iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang digambarkan. 17. Komtemporer Lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan atau kelaziman 18. Kostum Pakaian para pemain yang dikenakannya pada saat memerankan tokoh cerita di panggung. 19. Skenario Susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain 20. Panggung Tempat para aktor memainkan drama 21. Layar Kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan kebutuhan. LAKON DRAMA Setiap drama pasti memiliki lakon atau judul cerita. Lakon disesuaikan dengan kejadian (peristiwa) : (1) kelahiran atau kematian, (2) perkawinan atau perceraian, (3) perbuatan sosial atau kejahatan, (4) perdamaian atau peperangan dan lain- lain. Lakon drama bersumber dari kehidupan manusia, karena itu drama sebenarnya merupakan penyajian ulang kisah yang dialami manusia. 1. Tema Merupakan pokok pikiran yang mendasari lakon drama. Contoh tema keluarga yang mungkin sering kita angkat dalam drama, tentu masih telalu luas karena masalah keluarga itu beraneka ragam. Untuk menyempitkannya, perlu dipilih topik. Topik adalah sesuatu yang lebih khusus daripada tema. Sebagai contoh tema masalah keluarga, topik : pilih kasih. Sebagai contoh dalam cerita Ciderella, di dalam cerita tersebut menceritakan seorang ibu dan anak-anaknya. Diceritan ibu tersebut memperlakukan anaknya tidak adil, artinya ada yang kelewat disayang dan ada yang disia-siakan. 2. Amanat Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Tetapi pesan itu tidak disampaikan secara langsung, itulah sebabnya nama lain drama adalah sandiwara. 3. Plot Rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita (jalan cerita drama) Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana, konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian sebuah konflik terkadang tidak jelas supaya penonton menafsirkan sendiri penyelesaian konflik tadi. 6 tahapan dalam plot : a. Eksposisi Tahap perkenalan, meskipun hanya dengan gambaran selintas, wujud perkenalan ini berupa penjelasan untuk mengantarkan penonton pada situasi awal lakon drama. b. Konflik Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam tahap ini sudah mulai ada insiden, dan insiden inilah yang
  • 13. memulai plot drama sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar sebuah drama. c. Komplikasi Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet. d. Krisis Pada tahap ini konflik sampai pada puncak atau klimaks. Dari sudut penotonon sudut ini sebagai puncak ketegangan atau klimaks. Klimaks ini merupakan titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis dan pemain antagonis. e. Resolusi Tahap penyelesaian konflik, jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah tampak jelas. f. Keputusan Semua konflik telah berakhir dan sebentar lagi cerita akan selesai. 4. Karakter Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar, ramah dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja berwatak pemberang, suka marah, dan sangat keji. Karakter ini diciptakan penulis lakon untuk diwujudkan oleh pe,ain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapar mewujudkan, pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama. Dalam meleburkan diri menjadi tokoh yangdiperankan pemain dibantu penata rias, busana dan akting. Unsur-unsur ini merupakan pendukung satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. 5. Setting Setting adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting yang dikehendaki. 6. Dialog Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menujukkan plot lakon drama. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap plot lakon drama. PELATIHAN AKTOR A. Siapa itu Aktor? Orang yang memperagakan cerita. Dalam seni pedalangan, aktor dapat disamakan dengan wayang, hanya digerakkan dan dibicarakan (dibuat berbicara) oleh dalang, sedangkan aktor bergerak dan berbicara sendiri. Apa yang diperagakan oleh aktor, itulah yang dinikmati penonton. Karena itu, kesuksesan suatu pertunjukan drama sangat ditentukan oleh kepiawaian aktor. Aktor termasuk seniman unik, karena seniman lain menghasilkan karya seni yang bisa disimpan dan dinikmati bersama orang lain. Misal seniman pelukis menghasilkan lukisan, lukisan itu dapat dipasang dan dinikmati berulang-ulang. Tetapi aktor tak dapat mewujudkan benda nyata sebagai hasil karya seninya. Sebab hasil karya aktor melekat pada tubuhnya sendiri. Bagaiman ia bergerak dan berbicara di panggung itulah karya seni yang dihasilkannya. Jadi hasil karya seorang aktor adalah peragaan cerita, dan hasil karya aktor adalah akting. B. Latihan Dasar 1. Pontensi Tubuh Tubuh harus bagus dan menarik. Arti bagus dan menarik buka harus tampan dan cantik. Tetapi harus lentur, sanggung memainkan semua peran dan mudah diarahkan, tidak kaku. Latihan dasarnya antara lain : a) Latihan tari supaya aktor mengenal gerak berirama dan dapat mengatur waktu b) Latihan samadi supaya aktor mengenal lebih dalam arti, diam, merenung secara insani c) Latihan silat supaya aktor mengenal diri dan percaya diri d) Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas 2. Potensi Driya Driya adalah semua pancaindra : penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Semua perlu dilatih supaya peka. Cara melatih melalui driya ganda, artinya suatu pengindaraan disertai pengindraan yang lain. Contoh melihat dan mendengar 3. Potensi Akal Aktor harus cerdik dan tangkas. Kecerdikan dan ketangkasan itu bisa dimiliki kalau ia terbiasa menggunakan akal antara lain dengan kegiatan membaca dan berolahraga. 4. Potensi Hati Hati merupakan landasan perasaan. Perasaan manusia beragam dan silih berganti. Kadang-kadang senanng dan tertawa, sedih dan lainnya. Semua berurusan dengan hati, karena itu melatih hati sebenarnya melatih kepekaan perasaan. Jika perasaan peka, ia dapat merasakan apa yang datang dalam suasana batinnya dengan cepat dan dengan cepat pula ia dapat memberikan reaksi. 5. Potensi Imajinasi Akting baru terjadi apabila dalam hati ada kehendak (niat), niat itu harus dilengkapi dengan imajinasi. 6. Potensi Vokal Aktor harus mempunyai vokal yang kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas. Latihan dasar untuk menguatkan vokal antara lain dengan deklamasi dan menyanyi. 7. Potensi Jiwa Seorang aktor harus mampu memerankan tokoh dengan penjiwaan. Artinya, ia harus berusaha melebur dalam tokoh yang diperankan. Penjiwaan ini dapat dibangkitkan dengan pengalaman dan pengamatan. C. Asas-Asas Akting 1. Asas Pengendalian
  • 14. Jika kita memerankan sebagai tokoh Pak Sakerah dan tokoh ini adalah keras, pemarah, maka kita harus tampil sperti sosok Pak Sakerah. Namun dalam pikiran kita harus tetap sadar bahwa apa yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh itu sesungguhnya hanya pemainan, bukan Pak Sakeran sesungguhnya. Jadi jika dia marah, meskipun marahnya tampak sungguh-sungguh, sebenarnya yang dilakukan itu hanya permainan. Pikiran kita tetap mengendalikan hal itu supaya dia sungguh-sungguh menendang, memukul, atau membacok lawan mainnya. 2. Asas Keutuhan Akting adalah kerjasama yang membentuk satu kesatuan keutuhan. Meskipun bagian-bagiannya mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda-beda, tunjuannya sama. Karena drama meliputi banyak seni di dalamnya. 3. Asas Kerapian Seni menuntut kita rapi, sebab seni berhubungan dengan keindahan, dan keindahan menuntut kerapian, artinya aktor melakukan akting yang teratur, terkendali dan tidak kacau. D. Pelatihan Aktor 1. Membaca Puisi Calon aktor perlu membaca puisi dengan suara lantang di depan teman-temannya. Manfaatnya supaya terbiasa melakukan perubahan nada suara sbeagai akibat perubahan perasaan dalam berbagai situasi. Baik ekspresi wajah, gerak tubuh dan tangan akan membangkitkan suasana dalam membaca puisi. Jika perlu dilakukan di alam terbuka untuk melatih vokal kita supaya kuat dan ditonton teman kita. Selain itu melatih mental kita, umumnya tampil di muka umum merasa malu, grogi, dan takut. Akibatnya kita tak mampu tampil baik karena konsentrasinya terganggu. 2. Menirukan Binatang Calon aktor mencoba menirukan gerakan khas macam-macam binatang. Contoh meniru gerakan kera, mulai dari ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara harus seperti kera. Jika kita dilakukan didepan teman-teman akan melatih mental kita juga. Beberapa anggota tubuh kaki, tangan dan kepala digerakan menirukan berbagai binatang secara berulang-ulang melatih tubuh kita lentur dan mudah digerak-gerakan, tidak kaku. 3. Menirukan Orang Calon aktor mencoba menirukan orang yang sudah dikenalnya, lebih baik orang yang ditiru itu juga dikenal oleh teman kita. Dengan demikian teman kita dapat menebak siapa yang kita tiru. Misalnya orang yang sering dilihat guru, teman, orang yang sering muncul di televisi dan lain-lain. Jika teman kita dengan mudah menebak tiruan orang yang kita peragakan, berarti kita berhasil, tetapi jika susah maka kita belum berhasil. 4. Tertawa dan Menanggis Calon aktor mencoba tertawa terus menerus sampai benar-benar bisa tertawa kalau ia ingin tertawa, demikian pula menangis seolah-olah dia sedang mengalami hal yang menyedihkan. Aktor juga perlu mencoba seolah-olah sedang marah, putus asa, menyerah atau lainnya. Kemampuan ini tidak dapat datang dengan sendirinya, perlu latihan berulang-ulang di depan teman dan langsung minta komentar dari teman kita. Jika perlu latihan di depan cermin dan merekam suara kita serta lakukan berulang-ulang. Sehingga aktor mampu melakukan perubahan cepat dari menangis menuju tertawa. Begitulah cara memperoleh kemahiran bermain drama. 5. Berdialog Calon aktor mencoba berdialog, mula-mula dialognya bebas tanpa naskah, seolah-olah sedang memerankan tokoh tertentu dalam drama. Jika sudah lancar aktor mencoba berdialog dengan membaca naskah dibaca berulang-ulang dan silih berganti dengan lawan mainnya. Setelah lancar baru dengan gerakkan ekspresi wajah, dan angota badan. 6. Gerak Panggung Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Gerak panggung hanya dikerjakan kalau ada maksud dan tujuan. b. Gerak panggung menarik perhatian penonton. c. Gerak panggung boleh dikerjakan sambil berbicara. Kalau berbicara dulu lalu bergerak, yang diutamakan gerakannya (gerakan menjadi menonjol). Kalau bergerak dulu lalu berbicara yang diutamakan bicaranya (kalimat yang diucapkan menjadi lebih berbobot dan bertenaga. d. Gerak panggung hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerak mundur atau menyamping, kecuali ada alasan tertentu. e. Gerak panggung yang cepat menunjukkan adanya sesuatu yang penting. Sebaliknya gerak lambat menunjukkan kesedihan, keputusasaan atau khidmadmatan.