3. Brain Drain
Brain drain adalah sebuah fenomena global yang banyak berkembang di
belahan dunia ketiga. Dalam istilah umum, brain drain sering dikaitkan dengan
SDM yang diantranya sebagian adalah orang-orang pintar juga ilmuwan yang
berambisi untuk memperluas kemampuannya dengan berpindah ke negara-negara
yang dianggapnya dapat menerima dan mampu mengembangkan ilmu yang
dimilikinya.
Pelaku brain drain sendiri tidak hanya berpindah dari negara asalnya untuk
menuntut ilmu ataupun mengaplikasikan kemampuannya di negara lain, bahkan
ada yang sampai pindah kewarganegaraan dan tidak sedikit yang menetap atau
enggan balik ke negara asalnya sendiri.
Peristiwa brain drain juga melibatkan Indonesia sebagai negara yang
masih belum mampu menampung sumber daya manusia (SDM) yang dimilkinya.
Tetapi tidak hanya di Indonesia, di negara lain pun juga demikian. Mayoritas
adalah negara-negara miskin dan kebanyakan pelaku brain drain hijrah ke
Amerika. Amerika sendiri merupakan negara yang dapat dikatakan negara dengan
banyaknya imigran yang berada di negara tersebut. Tetapi tidak menuntut pelaku
brain drain lari ke Amerika saja, mereka juga banyak tersebar di Eropa, Inggris,
Australia, dan di negara-negara lainnya.
Brain drain hampir terjadi di setiap negara miskin, dan pelakunya akan
berpindah ke negara yang sudah maju dan kaya. Sebuah sumber mengatakan
bahwa, untuk mencari dokter ahli asal Etiopia di USA jauh lebih gampang
dibandingkan dengan mencari dokter spesialis di Etiopia sendiri.
Fenomena Brain Drain di Indonesia
Indonesia merupakan negara berkembang, sehingga sumber daya manusia
yang dimilkinya masih tergolong minoritas saja. Meski demikian Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang cukup potensial pada orang-orang yang
cerdas dan ahli dalam bidangnya. Seperti data yang diperoleh dari Ikatan Ilmuwan
Indonesia Internasioanal, terdapat sekitar 7.000 PhD, master, bahkan profesor,
yang sudah tersebar di berbagai belahan dunia dan tengah meniti kariernya dan
ada pula yang tidak kembali ke tanah air. Kendati demikian, orang-orang hebat ini
merupakan potensi yang dimiliki oleh Indonesia, sudah seharusnya Indonesia
mampu mengembangkan dan memberi kesempatan bagi mereka.
Tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa mengembangkan sumber
daya manusia yang dimiliki bahkan sebagai negara destinasi para pelaku brain
drain. Akan tetapi, butuh waktu untuk ke arah sana. Indonesia sebaiknya melirik
Amerika yang dapat dijadikan contoh. Semboyan Amerika sendiri ialah destinasi
4. terhadap orang-orang pintar yang dikenal dengan semboyan “American Dream”
yang isinya mengandung inti bahwa setiap masyarakat Amerika berhak dan layak
untuk mendapatkan kebebasan dlam memperoleh ilmu yang lebiih baik dan
berkarir tanpa hambatan.
Alasan Terjadinya Brain Drain
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Indinesia juga memiliki beberapa
SDM yang hebat dan sangat potensial. Akan tetapi, yang menginginkan untuk
mengembangkan ilmu dan karirnya lebih maju dan dihargai mereka lebih memilih
untuk hijrah ke luar negeri. Atas dasar minimnya kesempatan dalam berkarya dan
memberdayakn dirinya di tanah air menjadi sebab orang memilih pindah ke
negara lain. Banyak pula mereke-mereka yang kini telah sukses akan
keberaniannya untuk mengembakngkan ilmu yang dimiliki.
Selain itu, para pelaku brain drain sendiri beranggapan bahwa di
negaranya sendiri ia merasa kurang dihargai dengan SDM yang sudah sangat
potensial, minimnya fasilitas perkembangan ilmu yang dimiliki oleh suatu negara
terhadap kepentingan ilmu pengetahuan., dan serta sulitnya akses dan minimnya
fasilitas ke dunia internasional.
Kesimpulannya brain drain sendiri menekankan pada anggapan bahwa
orang-orang yang ingin untuk tumbuh dan berkembang atas dasar kualitas sumber
daya manusia yang dimilikinya. Karena pada umumnya golongan muda lebih
perduli kepada pengembangan kapsitas diri yang dimilikinya. Logikanya yakni,
kalau di negeri sendiri tidak tersedia barulah Ia beralih ke negara lain yang
sanggup untuk menerimanya
Indonesia tentu saja bisa untuk mencegah fenomena brain drain yang
dialami oleh bangsa ini sendiri. Tentu saja dengan berkembang lebih baik dan
mampu memberi fasilitas kepada SDM SDM yang dimilkinya. Dengan demikian
Indonesia akan mampu untuk menarik kembali para ilmuwan yang tersebar di
seluruh dunia untuk kembali ke negara tercinta dan membuatnmya lebih baik dan
maju. Sebagai contoh, India sudah bisa dikatakan negara yang telah mampu
menarik masyarakatnya untuk kembali ke India dan mengembangkan SDM yang
mereka miliki.
Pelaku Brain Drain
Pada umumnya seseorang yang memiliki kemampuan diatas rata-rata
adalah para pelaku brain drain, apalagi mereka yang masih tergolong muda dan
memiliki potensi yang cukup besar. Mereka adalah para ilmuwan, insinyur, ahli
teknologi dan informasi, ahli komputer, dokter, dan para ahli yang lainnya. Masa
muda orang-orang seperti ini mereka habiskan dengan mengembangkan ilmu
5. mereka sampai jenjang yang memuaskan menurut mereka, mereka melakukan
research yang memperoleh biaya dari negara tujuannya. Oleh karena itu segala
bentuk temuan-temuan orang hebat ini dipatenkan di negara itu sendiri yang telah
mengembangkan SDM para pelaku brain drain. Melihat hal seperti ini, negara kita
sendiri dikenakan pembayaran royalti kepada negara asing untuk mengakses apa
yang telah menjadi temuan anak bangsanya tersebut.
Belum terdapat data empiris yang cukup akurat, akan tetapi diperkirakan
sebanyak 5% pelaku brain drain yang berasal dari negara kita, Indonesia. Jumlah
sebanyak 5% tersebut cukup signifikan ditengah terpuruknya SDM Indonesia yan
terjadi saat ini. Demikianlah yang dipaparkan oleh Hariyanto : 2008. Sebagai
contoh yaitu hengkangan dari Arif Budiman, Ariel Heryanto, dan beberapa
intelektual muda yang lainnya dikarenakan tekanan politik dari negara. Karena
tuduhan sebagai intelektual oposisi pada masa orde baru dan tuduhan subversibe.
Karir akademisnya di perguruan tinggi swasta di salah satu daerah di Jawa Tengah
diberangus melalui interverensi negara. Pada akhirnya mereka diterima dan
diangkat menjadi visiting proffesor di perguruan tinggi yang terdapat di negara
tetangga, Australia. Contoh kasus lain yakni yang dialami oleh mantan ahli
ekonomi dan keuangan yaitu Sri Mulyani. Kasus Sri Mulyani merupakan kasus
brain drain yang dilakukan kalangan elit tekhnokrat yang dimilki Indonesia.
Terlepas dari kemelut fenomena Skandal Century, terpuruk di negeri sendiri
namun saat ini Sri Mulyani berkibar di lembaga keuangan tingkat Internasional.
Memang dampak yang ditimbulkan akibat para pelaku brain drain sangat
mengecewakan bagi negara tersebut, disaat kondisi negeri sendiri sedang
membutuhkan SDM yang memapu menjembatani menuju negara yang
berkembang dan maju justru mereka memilih untuk berkarya di luar, di negara
yang sudah maju. Hal demikian juga tidak dapat menuntut terhadap para pelaku
brain drain, apalagi sampai mengkaitkan hal nasionalisme. Karena apa yang
dibutuhkan di negaranya tidak terpenuhi dan hanya terdapat di luar negeri. Karena
mereka juga punya hak untuk terus berkembang dan memanfaatkan
kemampuannya lebih jauh lagi dan melakukan yang terbaik.
Sudah saatnya Indonesia menyadari betapa banyak SDM yang dimilikinya
cukup berkualitas dan berpotensi besar dalam membangun Indonesia menjadi
negara yang lebih berkembang lewat temuan-temuan yang nantinya akan merubah
Indonesia. Tentu dengan merubah pola pikir dan menyediakan banyak wadah
untuk mengembangkan ilmu-ilmu dan mengaplikasikan apa yang dikuasai oleh
orang-orang hebat yang dimilikinya sehingga dapat terealisasikan dan membuat
masyarakatnya akan lebih maju dan membentuk negara ynag hebat.
6. Menjadi seseorang yang merasa memiliki kemampuan diatas rata-rata juga
perlu untuk berpikir bahwa mereka harus bisa berkembang dan memajukan
negaranya sendiri sebelum berpikir untuk pergi ke luar negeri mewujudkan citancitanya.
7. Menjadi seseorang yang merasa memiliki kemampuan diatas rata-rata juga
perlu untuk berpikir bahwa mereka harus bisa berkembang dan memajukan
negaranya sendiri sebelum berpikir untuk pergi ke luar negeri mewujudkan citancitanya.