Teks tersebut membahas tentang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar melalui pendidikan integratif. Pendidikan integratif bertujuan mengintegrasikan perkembangan kognitif, afektif, fisik, dan intuitif siswa secara optimal. Teks tersebut juga membahas tentang interaksi koperatif dan kompetitif dalam pembelajaran serta pembelajaran individualistik melalui modifikasi perilaku.
5. Latar Belakang
Mengingat dinegara kita belum ada upaya
yang sistematik untuk menanggulangi kesulitan
belajar maka diperlukan upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan
secara umum.
Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan
diharapkan dapat memperkecil jumlah anak yang
bermasalah dalam belajar.
6. Tujuan
yaitu agar anda dapat memahami:
1. Hakikat pendidikan integratif,
2. Hakikat interaksi koperatif,
3. Hakikat intekasi kompetitif, dan
4. Pembelajaran individualistik melalui modifikasi
perilaku.
7. I. Pendidikan Integratif
Barbara Clark (1983:404) menginterprestasikan
pendidikan intergratif sebagai pendidikan yang
berupaya mengoptimalkan perkembangan
fungsi kognitif, afektif,fisik dan intuitif secara
terintegrasi. Beberapa integratif dapat
ditafsirkan diantaranya.
1. Mengintegrasikan anak luar biasa dengan
anak normal.
2. Mengintegrasikan pendidikan luar biasa
dengan pendidikan pada umumnya.
8. 3. Mengintegrasikandan mengoptimalkan
perkembangan kognisi, emosi, jasmani,
dan intuisi.
4. Mengintegrasikan manusia sebagi
makhluk individual yang sekaligus juga
mahkluk sosial,
5. Mengintegrasikan antara apa yang
dipelajari anak disekolah dengan tugas
mereka di masa depan;
6. Mengintegrasikan antara pandangan
hidup ( pancasila), agama, ilmu, dan seni.
9. Empat alasan perlu adanya pendidikan intergratif
di tiap sekolah diantaranya ;
1. Alasana keilmuan,
2. Alasan filosofi,
3. Alasan eknomi,
4. Alasan fleksibilitas kurikulum LPTK.
Pendidikan tidak hanya serangkaian pencapaian
tujuan pembelajaran yang dapat diukur dan
diamati tetapi juga mencakup upaya menciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan
teraktualisasikannya semua potensi manusia
secara optimal dan teringrasi.
10. II. Interaksi Koperatif dalam Kegiatan
Pembelajaran
Johnson dan Johnson (1984:10) ada empat elemen
dasar pembelajaran koperatif diantaranya ; 1. Saling
ketergantungan positif, 2. Interaksi tatap muka, 3.
Akuntabilitas, 4. Keterampilan menjalin hubungan
interpersonal.
Pembelajaran koperatif wujud konkretnya berupa
belajar kelompok. Keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, bersikapsopan terhadap teman, mengkritik ide
orang lain, berani mempertahankan pikiran yang logis
adalah hubungan interpersonal yang sengaja dilatih.
11. Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari
2006:31) melakukan penelitian tentang
pembelajaran kooperatif model jigsaw yang
hasilnya menunjukan bahwa interaksi
kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif
terhadap perkembangan anak. Pengaruh
positif tersebut adalah :
a. Meningkatkan hasil belajar
b. Meningkatkan daya ingat
c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap
penalaran tingkat tinggi
d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik
12. d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik
(kesadaran individu)
e. Meningkatkan hubungan antar manusia
yang heterogen
f. Meningkatkan sikap anak yang positif
terhadap sekolah
g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru
h. Meningkatkan harga diri anak
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial
yang positif
j. Meningkatkan keterampilan hidup
bergotong royong.
13. Pembelajaran koperatif menuntut peranan guru
yang berbeda dari pembelajaran tradisional.
Berbagai perenan tersebut secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut :
a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
b. Menentukan Besarnya Kelompok Belajar
c. Menentukan Anak dalam Kelompok
d. Menentukan Tempat Duduk Anak.
e. Merancang bahan untuk meningkatkan saling
ketergantungan
f. Menentukan Peranan Anak untuk Menunjang
Saling Ketergantungan
14. g. Menjelaskan Tugas Akademik
h. Mengkomunikasikan kepada Anak tentang Tujuan
dan Keharusan Bekerja sama
i. Menyusun Akuntabilitas Individual
j. Menyusun Kerja Sama Antar kelompok
k. Menjelaskan Kriteria Keherhasilan
l. Mendefinisikan Perilaku Yang Diharapkan
m. Memantau Perilaku Anak
n. Memberi Bantuan kepada Anak dalam
Menyelesaikan Tugas
o. Intervensi untuk Mengajarkan Keterampilan
Bekerja Sama
15. III. Interaksi Kompetitif dalam kegiatan
pembelajaran
Ada dua prinsip yang sangat perlu diperhatikan oleh guru
dalam kenggunakan interaksi pembelajaran kompetitif,
yaitu
(1) kompetisi harus antar individu atau antar kelompok
yang berkemampuan seimbang dan
(2) kompetisi hanya dilakukan untuk selingan yang
menyenangkan, bukan kompetisi perjuangan hidup-
mati.
Jika guru ingin menciptakan kompetisi antar individu maka
individu yang saling berkompetisi harus memiliki peluang
yang sama untuk kalah atau menang. Begitu pula jika
kompetensi tersebut antar kelompok (Mulyono, 1990).
16. Ada empat jenis interaksi kompetifif yang efektif
diantaranya ;
1. Kompetisi antar individu yang
berkemampuan seimbang,
2. Kompetisi antarkelompok yang berkekuatan
relative sama,
3. Kompetisi dengan standar nilai minimum,
4. Kompetisi dengan diri sendiri.
Jika guru ingin menciptakan kompetisi antar
individu maka individu yang saling berkompetisi
harus memiliki peluang yang sama untuk kalah
atau menang. Begitu pula jika kompetensi
tersebut antar kelompok (Mulyono, 1990).
17. IV. Pembelajaran individualistic melalui
modifikasi perilaku
Empat kateristik utama dalam pendekatan
behavioral yaitu ;
1. Terfokus pada perilaku yang dapat diamati
2. Asesmen yang cermat terhadap perilaku
yang diubah atau dikembangkan,
3. Evaluasi terhadap pengaruh pogram
pengubahan perilaku,
4. Menekankan pada perubahan perilaku sosial
yang bermakna (Alan E. Kazdin, 1980).
18. Prinsip operant conditioning yang mendasari
strategi. modifikasi perilaku, yaitu :
memberikan Ulangan penguatan (reinforcement),
memberikan hukuman (punishment),
menghapus (extinction),
membentuk dan merangkaikan (shaping and
chaining),
menganjurkan dan memudarkan (prompting and
fading),
diskriminasi dan mengontrol rangsangan
(discrimination and stimulus control), dan
generalisasi (generalization)