SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
APLIKASI PENGOLAHAN DIGITAL CITRA PENGINDERAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS
KASUS DI KABUPATEN BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH
Kartika Pratiwi
Tiwigeograf@yahoo.com
Sigit Heru Murti B.S.
Sigit@geo.ugm.ac.id
ABSTRACT
Critical lands occur due to land degradation that affecting the decline in land quality.
This phenomenon is observable in the Banjarnegara Regency. The purpose of this study are : (a)
to determine the ability of remote sensing ALOS AVNIR-2 imagery for identification of land use
as a parameter influence on critical land and (b) to determine the critical area at Banjarnegara
Regency under the influence of land use using the runoff curve number approach. Variables used
for the identification of critical lands are slope, land cover percentage, and runoff curve number.
Critical land identification use scoring methods showed that the majority of land in potentially
critical research areas, which covers 80,802.73 ha areas or 70.57% of the total area. The
condition caused by various ranges of topographic factor in the study area that dominated by
undulating to hilly topography, that refers to higher possibility of land erosion.
Keyword: remote sensing, digital image processing, land degradation, critical land, runoff curve
number. 
ABSTRAK
Lahan kritis terjadi akibat adanya kerusakan lahan yang berdampak pada terjadinya
penurunan kualitas lahan. Dewasa ini lahan kritis merupakan fenomena yang banyak dijumpai di
wilayah Kabupaten Banjarmegara. Tujuan penelitian ini adalah : (a) mengetahui kemampuan
citra penginderaan jauh ALOS AVNIR-2 untuk identifikasi penggunaan lahan sebagai parameter
pengaruh lahan kritis dan (b) mengetahui luas lahan kritis di Kabupaten Banjarnegara akibat
pengaruh penggunaan lahan menggunakan pendekatan bilangan kurva. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penginderaan jauh dengan menggunakan
pendekatan bilangan kurva. Variabel yang digunakan untuk identifikasi lahan kritis adalah
kemiringan lereng, persentase penutup lahan, dan nilai bilangan kurva. Identifikasi lahan kritis
menggunakan metode pengharkatan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar lahan di daerah
penelitian berpotensi kritis, yaitu seluas 80.802,73 Ha atau 70,57% dari luas keseluruhan.
Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh faktor topografi di daerah penelitian yang didominasi oleh
topografi bergelombang hingga berbukit, sehingga kerentanan terjadinya erosi besar.
Kata kunci: penginderaan jauh, pengolahan citra digital, kerusakan lahan, lahan kritis, bilangan
kurva.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
memiliki bentanglahan bervariasi. Tiap
bentanglahan memiliki karakteristik
lahan yang khas dengan potensi lahan
yang berbeda. Karakteristik yang
dimiliki suatu lahan mengarah pada
pengelolaan dan pemanfaatan lahan
sesuai dengan kemampuan dan
kesesuaian yang dimiliki lahan tersebut.
Lahan dengan vegetasi penutup lebat
memiliki karateristik yang berbeda
dengan lahan tidak bervegetasi, dengan
demikian pemanfaatan yang akan
diberlakukan pada lahan tersebut juga
akan berbeda. Vegetasi merupakan salah
satu faktor penting untuk keberlanjutan
pemanfaatan lahan, karena dengan
penanaman yang sesuai dengan
kemampuan dan kesesuaian lahan maka
lahan dapat dimanfaatkan dalam jangka
panjang dengan kualitas tanah yang
masih baik. Pemanfaatan lahan
hendaknya merujuk pada kaidah
konservasi yang ditentukan, sehingga
untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu
perwatakan lahan yang akan
dimanfaatkan, sesuai atau tidaknya
dengan tanaman yang akan atau sudah
ditanami.
Kabupaten Banjarnegara merupakan
salah satu dari enam Kabupaten yang
termasuk dalam Kawasan Dataran
Tinggi Dieng di wilayah Provinsi Jawa
Tengah dengan dominasi relief berbukit.
Lima Kabupaten lainnya adalah
Kabupaten Wonosobo, Temanggung,
Kendal, Batang dan Pekalongan.
Kabupaten Banjarnegara merupakan
salah satu lokasi pemanfaatan lahan yang
tidak sesuai dengan perwatakan tanah,
ditinjau dari penggunaan lahan pada
kondisi relief yang relatif terjal.
Direktorat dan Konservasi Tanah (1997)
menjelaskan lahan kritis adalah lahan
yang telah mengalami kerusakan
sehingga kehilangan atau berkurang
fungsinya sampai pada batas toleransi.
Pada beberapa daerah telah berkembang
penggunaan lahan yang menimbulkan
kekritisan lahan. Kekritisan lahan
kemudian dapat menimbulkan berbagai
macam dampak seperti penurunan hasil
produksi tanaman.
Citra ALOS AVNIR-2 merupakan citra
multispektral yang mampu memberikan
berbagai informasi kenampakan objek di
permukaan bumi. Salah satu paramater
yang dapat diperoleh melalui Citra
ALOS AVNIS-2 adalah informasi
vegetasi, yaitu daerah dengan tutupan
vegetasi yang tidak lebat akan
ditampilkan dengan reflektansi rendah
pada citra, demikian sebaliknya untuk
tutupan vegetasi yang lebat.
METODE PENELITIAN
Alat
1. Seperangkat alat PC (Personal
Computer) : (PC Intel Core 2 Duo
2Ghz, RAM 4 GB, HD 250 Gb).
2. Software ENVI 4.5, Arc GIS 9.3,
Microsoft Office 2007
3. Peralatan lapangan meliputi:
 GPS (Global Positioning System)
 Pita ukur
 Kamera digital
 Bor Tanah
 Abney level
 Alat tulis
 Plastik ukuran 1 kg untuk
pengambilan sampel tanah di
lapangan
 Tabel isian lapangan
Bahan
1. Citra ALOS AVNIR-2 perekaman
Tahun 2010 liputan Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
2. Peta RBI digital lembar Kabupaten
Banjarnegara skala 1:25.000
3. Peta Tanah lembar Kabupaten
Banjarnegara skala 1:250.000
4. Peta Geologi lembar Jawa Tengah
skala 1:100.000
Tahap Pengolahan Data
a. Koreksi radiometrik dan
geometrik citra ALOS AVNIR-2
Perlunya dilakukan koreksi
radiometrik diakibatkan adanya
distorsi radiometrik yang terjadi pada
saat proses perekaman. Gangguan
terjadi pada sinyal pantulan objek
yang pada saat proses perekaman
melewati lapisan atmosfer, sehingga
gangguan atmosfer tersebut harus
dihilangkan terlebih dahulu. Koreksi
radiometrik menghasilkan kualitas
visual citra yang lebih baik dan
memperbaiki nilai-nilai piksel yang
mengalami distorsi pada saat proses
perekaman data citra. Kesalahan
geometrik disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi
kesalahan geometrik sensor dan
bersifat sistematik, sedangkan faktor
eksternal meliputi kesalahan bentuk
dan karakter objek data. Pada data
ALOS AVNIR-2 masing-masing
kode koreksi disimbolkan dengan
level 1A, 1B1, 1B2.
b. Pemetaan satuan bentuklahan
Pemetaan satuan bentuklahan dapat
dilakukan dengan cara pendekatan
identifikasi menggunakan data
penginderaan jauh. Beberapa
pendekatan yang dapat digunakan
antara lain : pendekatan pola,
pendekatan geomorfologis/fisiografis,
dan pendekatan unsur/parameter
bentuklahan. Pendekatan pemetaan
satuan bentuklahan yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan unsur/parameter
bentuklahan. Pendekatan unsur
bentuklahan akan memberikan
gambaran informasi mengenai
distribusi dan struktur batuan
penyusun, menggunakan Peta
Geologi lembar Jawa Tengah.
c. Klasifikasi penggunaan lahan
Penggunaan lahan merupakan salah
satu parameter penting yang
digunakan dalam identifikasi dan
pemetaan lahan kritis. Informasi
penggunaan lahan dihubungkan
dengan tipe hidrologi tanah untuk
memperoleh nilai bilangan kurva
sebagai salah satu variabel penentu
kekritisan lahan. Identifikasi dan
pemetaan penggunaan lahan ditujukan
untuk memperoleh informasi
mengenai besar kecilnya pengaruh
penggunaan lahan dalam lahan kritis.
Dalam penelitian ini identifikasi
penggunaan lahan dilakukan dari
Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2010.
d. Pemotongan citra
Pemotongan citra merupakan proses
pemotongan citra dalam
preprocessing citra sebelum diolah
sesuai dengan daerah penelitian yang
dibutuhkan. Pemotongan citra
bertujuan untuk memfokuskan liputan
citra pada daerah penelitian saja,
sehingga proses pengolahan data,
interpretasi visual, dan analisis data
menjadi lebih sederhana atau fokus
pada daerah penelitian saja.
e. Transformasi indeks vegetasi
Transformasi yang digunakan untuk
menganalisis kerapatan vegetasi pada
daerah penelitian. Normalized
Difference Vegetation Index (NDVI)
merupakan kombinasi antara teknik
rasio dengan teknik pengurangan
citra. Kerapatan vegetasi dipetakan
berdasarkan beda kerapatan yang
dianalisis dari kondisi klorofil
tumbuhan. Julat nilai NDVI antara -1
sampai 1. Nilai positif
mengindikasikan bahwa vegetasi
hijau, sedangkan nilai negatif
mengindikasikan minimnya vegetasi
hijau atau lahan kosong, tubuh air,
dan liputan awan.
f. Tahap penentuan sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ditentukan
berdasarkan analisis satuan lahan.
Penentuan satuan lahan antara lain
berdasarkan : 1) bentuklahan, 2)
tanah, dan 3) penggunaan lahan.
Analisis satuan lahan merupakan
analisis yang digunakan pada
penelitian yang melibatkan parameter
vegetasi didalamnya, sehingga
diasumsikan sampel yang diperoleh
dari analisis satuan lahan dapat
mewakili kondisi vegetasi yang ada
pada lokasi penelitian. Variabel
satuan lahan yang digunakan antara
lain adalah variabel penggunaan
lahan, bentuklahan, dan tanah.
g. Tahap kerja lapangan
Pengukuran di lapangan yang
dilakukan antara lain adalah
pengukuran kemiringan lereng dan
pengamatan kondisi lapangan/
karakteristik medan (uji ketelitian
interpretasi). Pengukuran kemiringan
lereng dilakukan menggunakan abney
level dan pita ukur. Kegiatan
pengamatan kondisi lapangan atau uji
ketelitian interpretasi meliputi
pengamatan penggunaan lahan dan
perubahan yang terjadi. Pengamatan
lapangan juga meliputi pengambilan
dan pengecekan sampel tanah di
lapangan. Setelah dilakukan
pengecekan dan pengambilan sampel
di lapangan dilakukan uji ketelitian
interpretasi dengan membandingkan
hasil interpretasi visual dengan hasil
pengamatan di lapangan.
h. Analisis hasil
Memaparkan hasil pemetaan lahan
kritis menggunakan interpretasi visual
citra penginderaan jauh ALOS
AVNIR-2 dan hasil pengecekan di
lapangan, Kabupaten Banjarnegara.
Gambar 1. Diagram alir penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian berupa peta lahan kritis
dengan skala analisis untuk pemetaannya
menggunakan skala 1:100.000.
Klasifikasi citra
Citra ALOS AVNIR-2 perekaman
Tahun 2010 diklasifikasikan menjadi
lima kelas penutup lahan mengacu pada
klasifikasi Departemen Kehutanan
Tahun 2004. Kategori tersebut
didasarkan atas persentase kerapatan
vegetasi, dimana penutup lahan dengan
kategori sangat buruk memiliki
persentase tutupan vegetasi kurang dari
20%, kategori buruk memiliki persentase
21-40%, kategori sedang memiliki
persentase 41-60%, kategori baik
memiliki persentase 61-80% dan
kategori sangat baik memiliki persentase
lebih dari 80% (Tabel 1).
Tabel 1. Penutup Lahan Hasil Interpretasi
Citra ALOS di Kabupaten Banjarnegara
No.
Kelas Penutup
Lahan
Luas (Ha)
1 Baik 51066.85
2 Sedang 34059.36
3 Buruk 10523.46
4 Sangat Buruk 10919.16
Total 106568.85
Sumber: Analisis data, 2012.
Hasil analisis data menunjukkan
sebagian besar daerah penelitian
didominasi oleh tutupan vegetasi yang
termasuk dalam kategori baik, yaitu
seluas 51.066,85 Ha atau sebanyak
44,6% dari luas keseluruhan penutup
lahan (Gambar 2). Namun demikian,
belum dapat disimpulkan bahwa dengan
persentase penutup lahan yang baik,
maka daerah penelitian tidak tergolong
daerah yang rawan kritis. Kritis tidaknya
suatu lahan ditentukan oleh banyak
parameter, yaitu kemiringan lereng,
tekstur tanah, jenis penggunaan lahan,
dan besar limpasan.
Gambar 2. Peta penutup lahan di
Kabupaten Banjarnegara
Analisis bilangan kurva
Bilangan kurva merupakan nilai yang
menunjukkan besar kecilnya limpasan
yang terjadi. Nilai bilangan kurva
diperoleh dari data hasil interpretasi
penggunaan lahan dan analisis tekstur
tanah di lapangan. Setelah itu dilakukan
pengelompokkan tekstur tanah dengan
jenis penggunaan lahan.
Pengelompokkan jenis penggunaan
lahan dikaitkan dengan baik buruknya
kondisi penggunaan lahan pada
kelompok jenis tanah tertentu. Kelas
tekstur tanah terbagi menjadi empat
kelompok, yaitu kelompok A, B, C, dan
D. Kelompok tanah A memiliki sifat
tekstur pasiran, kelompok B geluh
lempung pasiran, kelompok C liat, dan
kelompok D sangat liat.
Gambar 3. Peta limpasan di Kabupaten
Banjarnegara
Tabel 2. Perbandingan nilai limpasan
dengan luas area
Kelas
Nilai
Limpasan
Luas
Area (ha)
Sangat tinggi 76-100 30743.12
Tinggi 51-75 70126.90
Sedang 21-50 3597.10
Rendah ≤ 20 485.59
Sumber: Analisis data, 2012
Distribusi besaran limpasan diperoleh
berdasarkan nilai bilangan kurva. Nilai
limpasan yang tinggi menunjukkan nilai
bilangan kurva yang besar. Rata-rata
nilai limpasan yang diperoleh di lokasi
penelitian adalah tinggi (Gambar 3;
Tabel 2).
Analisis lahan kritis
Lahan kritis dalam penelitian ini
merupakan lahan yang telah mengalami
kerusakan dan ketidaksesuaian dalam
pemanfaatan lahan. Kerusakan yang
dimaksud meliputi penurunan kualitas
lahan dalam menghasilkan produktivitas
pertanian dan kerentanan lahan terhadap
erosi yang cenderung tinggi.
Ketidaksesuaian dalam pemanfaatan
lahan misalnya terdapat jenis
penggunaan lahan berupa tegalan pada
lereng miring dengan jenis tanah yang
rentan tererosi, misalnya tanah andosol.
Pemanfaatan lahan tersebut memicu
terjadinya penurunan kualitas lahan,
yang kemudian berdampak pada
menurunnya produktifitas hasil
pertanian. Pengecekan lapangan
menunjukkan beberapa titik dengan
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai,
yaitu berupa jenis penggunaan lahan
kebun jagung dan tegalan pada lereng
miring.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
sebagian besar luas wilayah penelitian
berpotensi kritis. Identifikasi citra ALOS
AVNIR-2 dan hasil pegecekan lapangan
yang dilakukan menunjukkan bahwa
seluas 80.802,73 Ha atau 70,57 %
Kabupaten Banjarnegara berpotensi
kritis (Gambar 4; Tabel 1). Pengamatan
menggunakan skala menengah
memberikan hasil bahwa faktor utama
penyebab terbentuknya lahan kritis
didaerah penelitian adalah faktor
topografi dan jenis penggunaan lahan
yang dikelola di daerah penelitian.
Gambar 4. Peta lahan kritis di Kabupaten
Banjarnegara
Kondisi topografi yang cenderung
bergelombang sampai berbukit terjal
merupakan faktor utama pemicu
terjadinya lahan kritis, hal tersebut
didukung oleh penggunaan lahan yang
tidak sesuai, seperti penanaman
perkebunan sayur pada lereng
miring/topografi berbukit. Pengelolaan
lahan sebaiknya mengacu pada kaedah
konservasi lahan agar kemungkinan
terjadinya kerusakan lahan dapat
ditekan.
Tabel 3. Perbandingan kelas lahan kritis
dengan luasannya
Sumber: Analisis data, 2012
No. Kelas Lahan Kritis Luas (Ha)
1 Sangat Kritis 91.03
2 Kritis 734.57
3 Agak Kritis 15129.76
4 Potensial Kritis 80802.73
5 Tidak Kritis 9810.69
Total 106568.79
KESIMPULAN
1. Kemampuan citra penginderaan jauh
ALOS AVNIR-2 dalam
mengidentifikasi penggunaan lahan di
Kabupaten Banjarnegara sebagai
salah satu parameter dalam analisis
lahan kritis memiliki akurasi sebesar
83%. Nilai akurasi yang diperoleh
tergolong kurang baik, karena <85%.
2. Perhitungan Luas lahan kritis
menggunakan analisis pendekatan
bilangan kurva memperoleh hasil
luasan dengan masing-masing kelas
lahan sangat kritis sebesar 0,08%,
kritis 0,64%, agak kritis 13,21%,
potensial kritis 70,57%, dan tidak
kritis 8,57%.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sinatala, 1989. Konservasi
Tanah dan Air. Penerbit IPB, Bogor.
Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan
Citra Digital – Teori dan Aplikasinya
dalam Bidang Penginderaan Jauh.
Diktat Kuliah. Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Gunawan, Totok. 1991. Penerapan
Teknik Penginderaan Jauh Untuk
Menduga Debit Pucak Menggunakan
Karakteristik Lingkungan Fisik DAS.
Disertasi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Lillesand, T.M, Kiefer, R.W. &
Chipman, J.W. 2004. Penginderaan
Jauh dan Interpretasi Peta (terj.
Sutanto, dkk), Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Malingreau, J.P. 1977. A Proposed Land
Cover/Land Use Classification and its
Use With Remote Sensing Data in
Indonesia. Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Sadewo, Nur Muhammad. 2011.
Pemodelan Hidrologi Dengan
Penginderaan Jauh Dan Sistem
Informasi Geografis Untuk
Penyusunan SDSS Penanggulangan
Banjir. Skripsi. Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid
2. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Verstappen. H. Th and Zuidam, R. A.
Van. 1975. ITC Textbook of Photo-
interpretation vol VII, Chapter VII.2
ITC System of Geomorphological
Survey: Use of Aerial of Photographs
in Geomorphology. Enschede:
International Institute for aerial
survey and earth sciences.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianjufrikarim
 
Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043ferosiscaa
 
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...Alorka 114114
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangPrahara Iqbal
 
4726 8849-1-sm
4726 8849-1-sm4726 8849-1-sm
4726 8849-1-smAngga Iman
 
Penerapan indraaja
Penerapan indraajaPenerapan indraaja
Penerapan indraajaKoko Harnoko
 
96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametriridhooo9898
 
Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanAqyu DenganMyu
 
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIAMANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIANesha Mutiara
 
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...bramantiyo marjuki
 
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...Repository Ipb
 
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Eka Wifayañti
 
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...Repository Ipb
 
229006726 rpp-yestita-karisna
229006726 rpp-yestita-karisna229006726 rpp-yestita-karisna
229006726 rpp-yestita-karisnaHildiana Gusti
 
Petunjuk Teknis Survei Keanekaragaman Hayati
Petunjuk Teknis Survei Keanekaragaman HayatiPetunjuk Teknis Survei Keanekaragaman Hayati
Petunjuk Teknis Survei Keanekaragaman HayatiWado Surono
 
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015Seniarwan Arifin
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaOperator Warnet Vast Raha
 

Was ist angesagt? (20)

Power Point
Power PointPower Point
Power Point
 
Seminar Nasional - Chindy
Seminar Nasional - ChindySeminar Nasional - Chindy
Seminar Nasional - Chindy
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
 
Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043
 
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
 
4726 8849-1-sm
4726 8849-1-sm4726 8849-1-sm
4726 8849-1-sm
 
Penerapan indraaja
Penerapan indraajaPenerapan indraaja
Penerapan indraaja
 
96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri
 
Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahan
 
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIAMANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
 
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...
 
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...
 
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
 
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GARUT BERBASIS DAYA DUKUNG LINGKUN...
 
229006726 rpp-yestita-karisna
229006726 rpp-yestita-karisna229006726 rpp-yestita-karisna
229006726 rpp-yestita-karisna
 
Petunjuk Teknis Survei Keanekaragaman Hayati
Petunjuk Teknis Survei Keanekaragaman HayatiPetunjuk Teknis Survei Keanekaragaman Hayati
Petunjuk Teknis Survei Keanekaragaman Hayati
 
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
 
Hitung cadangan
Hitung cadanganHitung cadangan
Hitung cadangan
 

Andere mochten auch

03510025 ahmad-syahirul-a
03510025 ahmad-syahirul-a03510025 ahmad-syahirul-a
03510025 ahmad-syahirul-a085646355944
 
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...borgolsaja
 
Summer Preschool and Family Support Program
Summer Preschool and Family Support ProgramSummer Preschool and Family Support Program
Summer Preschool and Family Support ProgramAnne Vakfi
 
As media evaluation
As media evaluationAs media evaluation
As media evaluationrorylumsden
 
TradePlatform.NET simple tutorial
TradePlatform.NET simple tutorialTradePlatform.NET simple tutorial
TradePlatform.NET simple tutorialKen Au
 
Writing a comprehensive_report_in_special_education_01
Writing a comprehensive_report_in_special_education_01Writing a comprehensive_report_in_special_education_01
Writing a comprehensive_report_in_special_education_01sumairamanzoor
 
Un s rf-rd-
Un s rf-rd-Un s rf-rd-
Un s rf-rd-ronnymp
 
Responsable Técnico Comercial Digital
Responsable Técnico Comercial DigitalResponsable Técnico Comercial Digital
Responsable Técnico Comercial DigitalGParrabera
 
Mída II - Aula 2 crossmedia
Mída II - Aula 2  crossmediaMída II - Aula 2  crossmedia
Mída II - Aula 2 crossmediaTaise Cruz
 
Fábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreira
Fábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreiraFábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreira
Fábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreiraNATALIAMF
 
Webquest aquecimento global (natália e nirlene)
Webquest aquecimento global (natália e nirlene)Webquest aquecimento global (natália e nirlene)
Webquest aquecimento global (natália e nirlene)NATALIAMF
 
Aprende java como si estuviera en primero pre
Aprende java como si estuviera en primero preAprende java como si estuviera en primero pre
Aprende java como si estuviera en primero prejtk1
 

Andere mochten auch (20)

03510025 ahmad-syahirul-a
03510025 ahmad-syahirul-a03510025 ahmad-syahirul-a
03510025 ahmad-syahirul-a
 
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
 
Jc1
Jc1Jc1
Jc1
 
Slideshow
SlideshowSlideshow
Slideshow
 
Summer Preschool and Family Support Program
Summer Preschool and Family Support ProgramSummer Preschool and Family Support Program
Summer Preschool and Family Support Program
 
As media evaluation
As media evaluationAs media evaluation
As media evaluation
 
Cliffside Inspiration
Cliffside InspirationCliffside Inspiration
Cliffside Inspiration
 
Staffing Industrybriefing
Staffing IndustrybriefingStaffing Industrybriefing
Staffing Industrybriefing
 
TradePlatform.NET simple tutorial
TradePlatform.NET simple tutorialTradePlatform.NET simple tutorial
TradePlatform.NET simple tutorial
 
Writing a comprehensive_report_in_special_education_01
Writing a comprehensive_report_in_special_education_01Writing a comprehensive_report_in_special_education_01
Writing a comprehensive_report_in_special_education_01
 
Genética
GenéticaGenética
Genética
 
Direito constitucional
Direito constitucionalDireito constitucional
Direito constitucional
 
Cultura chikrin
Cultura chikrinCultura chikrin
Cultura chikrin
 
Un s rf-rd-
Un s rf-rd-Un s rf-rd-
Un s rf-rd-
 
Responsable Técnico Comercial Digital
Responsable Técnico Comercial DigitalResponsable Técnico Comercial Digital
Responsable Técnico Comercial Digital
 
Mída II - Aula 2 crossmedia
Mída II - Aula 2  crossmediaMída II - Aula 2  crossmedia
Mída II - Aula 2 crossmedia
 
Fábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreira
Fábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreiraFábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreira
Fábula (o mosquito e o touro) claudiana queiroz e natália moreira
 
Webquest aquecimento global (natália e nirlene)
Webquest aquecimento global (natália e nirlene)Webquest aquecimento global (natália e nirlene)
Webquest aquecimento global (natália e nirlene)
 
Aprende java como si estuviera en primero pre
Aprende java como si estuviera en primero preAprende java como si estuviera en primero pre
Aprende java como si estuviera en primero pre
 
Rethink communications
Rethink communicationsRethink communications
Rethink communications
 

Ähnlich wie 51 99-1-sm

Review Jurnal PJ.pptx
Review Jurnal PJ.pptxReview Jurnal PJ.pptx
Review Jurnal PJ.pptxOriharaIzaya4
 
Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2
Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2
Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2deyanakanos
 
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdfBillyChristovel
 
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)January YunGky
 
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...Luhur Moekti Prayogo
 
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...NurdinUng
 
Andrew hidayat aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...
Andrew hidayat  aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...Andrew hidayat  aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...
Andrew hidayat aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...Andrew Hidayat
 
ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...
ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...
ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...iftidah
 
Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...
Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...
Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...Griya Nugroho
 
Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...
Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...
Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...Luhur Moekti Prayogo
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruPurwandaru Widyasunu
 
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...bramantiyo marjuki
 
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p dasZaidil Firza
 
Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929
Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929
Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929lisa7900
 

Ähnlich wie 51 99-1-sm (20)

Review Jurnal PJ.pptx
Review Jurnal PJ.pptxReview Jurnal PJ.pptx
Review Jurnal PJ.pptx
 
Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2
Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2
Tugas kerangka proposal metlit geo 2014 tahap 2
 
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
 
Miranda
Miranda Miranda
Miranda
 
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
 
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
Comparison of Normalized Difference Water Index (NDWI) and Sobel Filter Metho...
 
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
Evaluasi kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-pisang-di-kabupaten-boalemo-2 se...
 
Kerentanan air
Kerentanan airKerentanan air
Kerentanan air
 
Laporan q
Laporan qLaporan q
Laporan q
 
Andrew hidayat aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...
Andrew hidayat  aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...Andrew hidayat  aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...
Andrew hidayat aplikasi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan de...
 
ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...
ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...
ANALISIS SPASIAL LAHAN KRITIS DI KOTA BANDUNG UTARA MENGGUNAKAN OPEN SOURCE G...
 
Makalah_43 Metode survey berskala
Makalah_43 Metode survey berskalaMakalah_43 Metode survey berskala
Makalah_43 Metode survey berskala
 
Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...
Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...
Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Te...
 
Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...
Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...
Perbandingan Metode Roberts’ Filter, Segmentasi dan Band Ratio Pada Citra Lan...
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
 
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
 
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
 
12 kustamar-itn
 12  kustamar-itn 12  kustamar-itn
12 kustamar-itn
 
Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929
Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929
Manfaatpenginderaanjauhdanlembagapenginderaanjauhdiindonesia 160728123929
 
Pj terapan
Pj terapanPj terapan
Pj terapan
 

51 99-1-sm

  • 1. APLIKASI PENGOLAHAN DIGITAL CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS KASUS DI KABUPATEN BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH Kartika Pratiwi Tiwigeograf@yahoo.com Sigit Heru Murti B.S. Sigit@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Critical lands occur due to land degradation that affecting the decline in land quality. This phenomenon is observable in the Banjarnegara Regency. The purpose of this study are : (a) to determine the ability of remote sensing ALOS AVNIR-2 imagery for identification of land use as a parameter influence on critical land and (b) to determine the critical area at Banjarnegara Regency under the influence of land use using the runoff curve number approach. Variables used for the identification of critical lands are slope, land cover percentage, and runoff curve number. Critical land identification use scoring methods showed that the majority of land in potentially critical research areas, which covers 80,802.73 ha areas or 70.57% of the total area. The condition caused by various ranges of topographic factor in the study area that dominated by undulating to hilly topography, that refers to higher possibility of land erosion. Keyword: remote sensing, digital image processing, land degradation, critical land, runoff curve number.  ABSTRAK Lahan kritis terjadi akibat adanya kerusakan lahan yang berdampak pada terjadinya penurunan kualitas lahan. Dewasa ini lahan kritis merupakan fenomena yang banyak dijumpai di wilayah Kabupaten Banjarmegara. Tujuan penelitian ini adalah : (a) mengetahui kemampuan citra penginderaan jauh ALOS AVNIR-2 untuk identifikasi penggunaan lahan sebagai parameter pengaruh lahan kritis dan (b) mengetahui luas lahan kritis di Kabupaten Banjarnegara akibat pengaruh penggunaan lahan menggunakan pendekatan bilangan kurva. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penginderaan jauh dengan menggunakan pendekatan bilangan kurva. Variabel yang digunakan untuk identifikasi lahan kritis adalah kemiringan lereng, persentase penutup lahan, dan nilai bilangan kurva. Identifikasi lahan kritis menggunakan metode pengharkatan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar lahan di daerah penelitian berpotensi kritis, yaitu seluas 80.802,73 Ha atau 70,57% dari luas keseluruhan. Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh faktor topografi di daerah penelitian yang didominasi oleh topografi bergelombang hingga berbukit, sehingga kerentanan terjadinya erosi besar. Kata kunci: penginderaan jauh, pengolahan citra digital, kerusakan lahan, lahan kritis, bilangan kurva.
  • 2. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki bentanglahan bervariasi. Tiap bentanglahan memiliki karakteristik lahan yang khas dengan potensi lahan yang berbeda. Karakteristik yang dimiliki suatu lahan mengarah pada pengelolaan dan pemanfaatan lahan sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian yang dimiliki lahan tersebut. Lahan dengan vegetasi penutup lebat memiliki karateristik yang berbeda dengan lahan tidak bervegetasi, dengan demikian pemanfaatan yang akan diberlakukan pada lahan tersebut juga akan berbeda. Vegetasi merupakan salah satu faktor penting untuk keberlanjutan pemanfaatan lahan, karena dengan penanaman yang sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan maka lahan dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang dengan kualitas tanah yang masih baik. Pemanfaatan lahan hendaknya merujuk pada kaidah konservasi yang ditentukan, sehingga untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu perwatakan lahan yang akan dimanfaatkan, sesuai atau tidaknya dengan tanaman yang akan atau sudah ditanami. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu dari enam Kabupaten yang termasuk dalam Kawasan Dataran Tinggi Dieng di wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan dominasi relief berbukit. Lima Kabupaten lainnya adalah Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Kendal, Batang dan Pekalongan. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu lokasi pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan perwatakan tanah, ditinjau dari penggunaan lahan pada kondisi relief yang relatif terjal. Direktorat dan Konservasi Tanah (1997) menjelaskan lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas toleransi. Pada beberapa daerah telah berkembang penggunaan lahan yang menimbulkan kekritisan lahan. Kekritisan lahan kemudian dapat menimbulkan berbagai macam dampak seperti penurunan hasil produksi tanaman. Citra ALOS AVNIR-2 merupakan citra multispektral yang mampu memberikan berbagai informasi kenampakan objek di permukaan bumi. Salah satu paramater yang dapat diperoleh melalui Citra ALOS AVNIS-2 adalah informasi vegetasi, yaitu daerah dengan tutupan vegetasi yang tidak lebat akan ditampilkan dengan reflektansi rendah pada citra, demikian sebaliknya untuk tutupan vegetasi yang lebat. METODE PENELITIAN Alat 1. Seperangkat alat PC (Personal Computer) : (PC Intel Core 2 Duo 2Ghz, RAM 4 GB, HD 250 Gb). 2. Software ENVI 4.5, Arc GIS 9.3, Microsoft Office 2007 3. Peralatan lapangan meliputi:  GPS (Global Positioning System)  Pita ukur  Kamera digital  Bor Tanah  Abney level  Alat tulis  Plastik ukuran 1 kg untuk pengambilan sampel tanah di lapangan  Tabel isian lapangan
  • 3. Bahan 1. Citra ALOS AVNIR-2 perekaman Tahun 2010 liputan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. 2. Peta RBI digital lembar Kabupaten Banjarnegara skala 1:25.000 3. Peta Tanah lembar Kabupaten Banjarnegara skala 1:250.000 4. Peta Geologi lembar Jawa Tengah skala 1:100.000 Tahap Pengolahan Data a. Koreksi radiometrik dan geometrik citra ALOS AVNIR-2 Perlunya dilakukan koreksi radiometrik diakibatkan adanya distorsi radiometrik yang terjadi pada saat proses perekaman. Gangguan terjadi pada sinyal pantulan objek yang pada saat proses perekaman melewati lapisan atmosfer, sehingga gangguan atmosfer tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu. Koreksi radiometrik menghasilkan kualitas visual citra yang lebih baik dan memperbaiki nilai-nilai piksel yang mengalami distorsi pada saat proses perekaman data citra. Kesalahan geometrik disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kesalahan geometrik sensor dan bersifat sistematik, sedangkan faktor eksternal meliputi kesalahan bentuk dan karakter objek data. Pada data ALOS AVNIR-2 masing-masing kode koreksi disimbolkan dengan level 1A, 1B1, 1B2. b. Pemetaan satuan bentuklahan Pemetaan satuan bentuklahan dapat dilakukan dengan cara pendekatan identifikasi menggunakan data penginderaan jauh. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan antara lain : pendekatan pola, pendekatan geomorfologis/fisiografis, dan pendekatan unsur/parameter bentuklahan. Pendekatan pemetaan satuan bentuklahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan unsur/parameter bentuklahan. Pendekatan unsur bentuklahan akan memberikan gambaran informasi mengenai distribusi dan struktur batuan penyusun, menggunakan Peta Geologi lembar Jawa Tengah. c. Klasifikasi penggunaan lahan Penggunaan lahan merupakan salah satu parameter penting yang digunakan dalam identifikasi dan pemetaan lahan kritis. Informasi penggunaan lahan dihubungkan dengan tipe hidrologi tanah untuk memperoleh nilai bilangan kurva sebagai salah satu variabel penentu kekritisan lahan. Identifikasi dan pemetaan penggunaan lahan ditujukan untuk memperoleh informasi mengenai besar kecilnya pengaruh penggunaan lahan dalam lahan kritis. Dalam penelitian ini identifikasi penggunaan lahan dilakukan dari Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2010. d. Pemotongan citra Pemotongan citra merupakan proses pemotongan citra dalam preprocessing citra sebelum diolah sesuai dengan daerah penelitian yang dibutuhkan. Pemotongan citra bertujuan untuk memfokuskan liputan citra pada daerah penelitian saja, sehingga proses pengolahan data, interpretasi visual, dan analisis data
  • 4. menjadi lebih sederhana atau fokus pada daerah penelitian saja. e. Transformasi indeks vegetasi Transformasi yang digunakan untuk menganalisis kerapatan vegetasi pada daerah penelitian. Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan kombinasi antara teknik rasio dengan teknik pengurangan citra. Kerapatan vegetasi dipetakan berdasarkan beda kerapatan yang dianalisis dari kondisi klorofil tumbuhan. Julat nilai NDVI antara -1 sampai 1. Nilai positif mengindikasikan bahwa vegetasi hijau, sedangkan nilai negatif mengindikasikan minimnya vegetasi hijau atau lahan kosong, tubuh air, dan liputan awan. f. Tahap penentuan sampel Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ditentukan berdasarkan analisis satuan lahan. Penentuan satuan lahan antara lain berdasarkan : 1) bentuklahan, 2) tanah, dan 3) penggunaan lahan. Analisis satuan lahan merupakan analisis yang digunakan pada penelitian yang melibatkan parameter vegetasi didalamnya, sehingga diasumsikan sampel yang diperoleh dari analisis satuan lahan dapat mewakili kondisi vegetasi yang ada pada lokasi penelitian. Variabel satuan lahan yang digunakan antara lain adalah variabel penggunaan lahan, bentuklahan, dan tanah. g. Tahap kerja lapangan Pengukuran di lapangan yang dilakukan antara lain adalah pengukuran kemiringan lereng dan pengamatan kondisi lapangan/ karakteristik medan (uji ketelitian interpretasi). Pengukuran kemiringan lereng dilakukan menggunakan abney level dan pita ukur. Kegiatan pengamatan kondisi lapangan atau uji ketelitian interpretasi meliputi pengamatan penggunaan lahan dan perubahan yang terjadi. Pengamatan lapangan juga meliputi pengambilan dan pengecekan sampel tanah di lapangan. Setelah dilakukan pengecekan dan pengambilan sampel di lapangan dilakukan uji ketelitian interpretasi dengan membandingkan hasil interpretasi visual dengan hasil pengamatan di lapangan. h. Analisis hasil Memaparkan hasil pemetaan lahan kritis menggunakan interpretasi visual citra penginderaan jauh ALOS AVNIR-2 dan hasil pengecekan di lapangan, Kabupaten Banjarnegara.
  • 5. Gambar 1. Diagram alir penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berupa peta lahan kritis dengan skala analisis untuk pemetaannya menggunakan skala 1:100.000. Klasifikasi citra Citra ALOS AVNIR-2 perekaman Tahun 2010 diklasifikasikan menjadi lima kelas penutup lahan mengacu pada klasifikasi Departemen Kehutanan Tahun 2004. Kategori tersebut didasarkan atas persentase kerapatan vegetasi, dimana penutup lahan dengan kategori sangat buruk memiliki persentase tutupan vegetasi kurang dari 20%, kategori buruk memiliki persentase 21-40%, kategori sedang memiliki persentase 41-60%, kategori baik memiliki persentase 61-80% dan kategori sangat baik memiliki persentase lebih dari 80% (Tabel 1).
  • 6. Tabel 1. Penutup Lahan Hasil Interpretasi Citra ALOS di Kabupaten Banjarnegara No. Kelas Penutup Lahan Luas (Ha) 1 Baik 51066.85 2 Sedang 34059.36 3 Buruk 10523.46 4 Sangat Buruk 10919.16 Total 106568.85 Sumber: Analisis data, 2012. Hasil analisis data menunjukkan sebagian besar daerah penelitian didominasi oleh tutupan vegetasi yang termasuk dalam kategori baik, yaitu seluas 51.066,85 Ha atau sebanyak 44,6% dari luas keseluruhan penutup lahan (Gambar 2). Namun demikian, belum dapat disimpulkan bahwa dengan persentase penutup lahan yang baik, maka daerah penelitian tidak tergolong daerah yang rawan kritis. Kritis tidaknya suatu lahan ditentukan oleh banyak parameter, yaitu kemiringan lereng, tekstur tanah, jenis penggunaan lahan, dan besar limpasan. Gambar 2. Peta penutup lahan di Kabupaten Banjarnegara Analisis bilangan kurva Bilangan kurva merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya limpasan yang terjadi. Nilai bilangan kurva diperoleh dari data hasil interpretasi penggunaan lahan dan analisis tekstur tanah di lapangan. Setelah itu dilakukan pengelompokkan tekstur tanah dengan jenis penggunaan lahan. Pengelompokkan jenis penggunaan lahan dikaitkan dengan baik buruknya kondisi penggunaan lahan pada kelompok jenis tanah tertentu. Kelas tekstur tanah terbagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok A, B, C, dan D. Kelompok tanah A memiliki sifat tekstur pasiran, kelompok B geluh lempung pasiran, kelompok C liat, dan kelompok D sangat liat. Gambar 3. Peta limpasan di Kabupaten Banjarnegara Tabel 2. Perbandingan nilai limpasan dengan luas area Kelas Nilai Limpasan Luas Area (ha) Sangat tinggi 76-100 30743.12 Tinggi 51-75 70126.90 Sedang 21-50 3597.10 Rendah ≤ 20 485.59 Sumber: Analisis data, 2012
  • 7. Distribusi besaran limpasan diperoleh berdasarkan nilai bilangan kurva. Nilai limpasan yang tinggi menunjukkan nilai bilangan kurva yang besar. Rata-rata nilai limpasan yang diperoleh di lokasi penelitian adalah tinggi (Gambar 3; Tabel 2). Analisis lahan kritis Lahan kritis dalam penelitian ini merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan dan ketidaksesuaian dalam pemanfaatan lahan. Kerusakan yang dimaksud meliputi penurunan kualitas lahan dalam menghasilkan produktivitas pertanian dan kerentanan lahan terhadap erosi yang cenderung tinggi. Ketidaksesuaian dalam pemanfaatan lahan misalnya terdapat jenis penggunaan lahan berupa tegalan pada lereng miring dengan jenis tanah yang rentan tererosi, misalnya tanah andosol. Pemanfaatan lahan tersebut memicu terjadinya penurunan kualitas lahan, yang kemudian berdampak pada menurunnya produktifitas hasil pertanian. Pengecekan lapangan menunjukkan beberapa titik dengan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai, yaitu berupa jenis penggunaan lahan kebun jagung dan tegalan pada lereng miring. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar luas wilayah penelitian berpotensi kritis. Identifikasi citra ALOS AVNIR-2 dan hasil pegecekan lapangan yang dilakukan menunjukkan bahwa seluas 80.802,73 Ha atau 70,57 % Kabupaten Banjarnegara berpotensi kritis (Gambar 4; Tabel 1). Pengamatan menggunakan skala menengah memberikan hasil bahwa faktor utama penyebab terbentuknya lahan kritis didaerah penelitian adalah faktor topografi dan jenis penggunaan lahan yang dikelola di daerah penelitian. Gambar 4. Peta lahan kritis di Kabupaten Banjarnegara Kondisi topografi yang cenderung bergelombang sampai berbukit terjal merupakan faktor utama pemicu terjadinya lahan kritis, hal tersebut didukung oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai, seperti penanaman perkebunan sayur pada lereng miring/topografi berbukit. Pengelolaan lahan sebaiknya mengacu pada kaedah konservasi lahan agar kemungkinan terjadinya kerusakan lahan dapat ditekan. Tabel 3. Perbandingan kelas lahan kritis dengan luasannya Sumber: Analisis data, 2012 No. Kelas Lahan Kritis Luas (Ha) 1 Sangat Kritis 91.03 2 Kritis 734.57 3 Agak Kritis 15129.76 4 Potensial Kritis 80802.73 5 Tidak Kritis 9810.69 Total 106568.79
  • 8. KESIMPULAN 1. Kemampuan citra penginderaan jauh ALOS AVNIR-2 dalam mengidentifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu parameter dalam analisis lahan kritis memiliki akurasi sebesar 83%. Nilai akurasi yang diperoleh tergolong kurang baik, karena <85%. 2. Perhitungan Luas lahan kritis menggunakan analisis pendekatan bilangan kurva memperoleh hasil luasan dengan masing-masing kelas lahan sangat kritis sebesar 0,08%, kritis 0,64%, agak kritis 13,21%, potensial kritis 70,57%, dan tidak kritis 8,57%. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Sinatala, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB, Bogor. Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital – Teori dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan Jauh. Diktat Kuliah. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Gunawan, Totok. 1991. Penerapan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Menduga Debit Pucak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lillesand, T.M, Kiefer, R.W. & Chipman, J.W. 2004. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Peta (terj. Sutanto, dkk), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Malingreau, J.P. 1977. A Proposed Land Cover/Land Use Classification and its Use With Remote Sensing Data in Indonesia. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sadewo, Nur Muhammad. 2011. Pemodelan Hidrologi Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Penyusunan SDSS Penanggulangan Banjir. Skripsi. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Verstappen. H. Th and Zuidam, R. A. Van. 1975. ITC Textbook of Photo- interpretation vol VII, Chapter VII.2 ITC System of Geomorphological Survey: Use of Aerial of Photographs in Geomorphology. Enschede: International Institute for aerial survey and earth sciences.