SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 30
MAKALAH AKUNTANSI PAJAK
TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASLAN (PPh) PASAL 21/26

KELOMPOK 7
Disusun Oleh :
AFKARUL AZKA

(12030111060035)

M. KHAIRIZAL YOGATAMA

(12030111060109)

AZIE FAHRULI

(12030111060110)

YUDIT ELANG

(12030111060296)

BEKTI SYAHPUTRA

(12030111060200)

PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

1
PPh pasal 21
•

PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri

PPh pasal 26
•

Pengertiang PPh pasal 26 adalah pph yang dikenakan atau di potong atas
penghailan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh
wajib pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di
Indonesia.
PPh pasal 21 atau pasal 26 telah dijelas kan pada per-31/PJ/2012 serta PP

80 th 2010 sebagai berikut:

PEMOTONG PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26 MENURUT
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012
Pasal 2
(1) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:
a. pemberi kerja yang terdiri dari:
1) orang pribadi dan badan;
2) cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian
atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan,
atau unit tersebut.

2
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembagalembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar:

1.

honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang
pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak
untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya;

2.

honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang
pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri;

3.

honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta

pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang;

3
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi
yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi
serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang
membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk
apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu
kegiatan.
(2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban
untuk melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a adalah:
a. kantor perwakilan negara asing;
b.

organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas
pribadi

untuk

yang

semata-mata

mempekerjakan

orang

melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan

bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
(3)

Dalam

hal organisasi internasional tidak

memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, organisasi internasional
dimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan
pemotongan pajak.

4
PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21
DAN/ATAU PPh PASAL 26 MENURUT PERATURAN DIREKTUR
JENDERAL PAJAK NOMOR:
PER - 31/PJ/2012
Pasal 3
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
adalah orang pribadi yang merupakan:
a. pegawai;
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan
pemberian jasa, meliputi:
1.

tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;

2.

pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat pelukis, dan
seniman lainnya;

3. olahragawan;
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
5
6.

pemberi

jasa

komputer

dan

dalam

segala

bidang

termasuk

teknik,

sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika,

fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan;
7. agen iklan;
8. pengawas atau pengelola proyek;
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
10. petugas penjaja barang dagangan;
11. petugas dinas luar asuransi;
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;

d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
e. mantan pegawai;
f. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:

1. peserta

perlombaan

perlombaan

olah

dalam

segala

bidang,

antara

lain

raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,

teknologi dan perlombaan lainnya;
6
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan dan pelatihan;
5. peserta kegiatan lainnya.

Pasal 4
Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 adalah:

a.

pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik;

b. pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan
oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

7
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 80 TAHUN 2010
Pasal 4

8
(1)

Pajak

Penghasilan

Pasal

21

yang terutang

atas penghasilan

selain penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berupa
honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi
beban APBN atau APBD, dipotong oleh bendahara pemerintah yang
membayarkan honorarium atau imbalan lain tersebut.
(2)

Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
final dengan tarif:

a.

sebesar

0%

(nol

persen)

dari

jumlah

bruto honorarium atau

imbalan lain bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan
Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya;
b.

sebesar

5%

(lima

persen)

dari

imbalan lain bagi PNS Golongan III,
POLRI
c.

jumlah
Anggota

bruto honorarium atau
TNI

dan Anggota

Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya;

sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lain bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan
Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi, dan Pensiunannya.

Pasal 9
Peraturan Pemerintah ini
2011. Agar

setiap

mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan

Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
9
Dari PP 80 Th 2010 di atas dapat di simpulkan Penghasilan yang dipotong
PPh pasal 21 Final adalah:
1. Uang manfaat pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang
pendirinya telah disahkan oleh mentri keuangan dan tunjangan hari tua
atau tabungan hari tua yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja.
2. Uang pesangon .
3. Hadiah atau penghargaan perlombaan.
4. Honorarium atau komisi yang diyakan kepada penjaja barang dan petugas
dinas luar asuransi.
5. Penghasialan yang dibayarkan kepada pejabat Negara, pegawai negeri
sipil, anggota TNI/POLRI, selain pegawai negeri sipil golongan II/d ke
bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat pembantu letnan satu
kebawah, yang dibebankan ke APBN/APBD berupa Honorarium, uang
sidang, uang lembur, dan lain-lain dikenakan PPh pasal 21 bersifat Final
15%.

PPh Pasal 21
Dasar Hukum : UU Nomor 36
Tahun 2008
PERATURAN DIREKTUR
10
JENDERAL PAJAK NOMOR :
PER - 31/PJ/2012

1. Penghasilan yang diterima Pasal 17 PKP = PBatau

diperoleh

pegawai UU PPh

tetap

(BJ+JP)PTKP

2. Penghasilan yang diperoleh Pasal 17 PKP=(PB-BP)
Penerima pensiun secara UU PPh

- PTKP

teratur ( pensiun berkala)
berupa

pengsiun

atau

penghasilan sejenis.
3. Penghasilan pegawai tidak
tetap atau kerja lepas
kecuali tenaga ahli, berupa
upah harian, mingguan,
satuan, upah borongan, atau
upah yang
a.Dibayar secara bulanan

Pasal 17 PKP=PBUU PPh

PTKP

b.Tidak dibayarkan bulanan
-

Apabila

penghasilan 5%

Jumlah

sehari atau rata-rata

penghasilan

penghasilan

yang melebihi

telah

sehari
melebihi

Rp.200.000

Rp.200.000

sehari

sepanjang penghasilan
kumulatif
dalam
kalender

diterima
satu

bulan
belum
11
melebihi Rp.2.025.000
-

Apabila

penghasilan 5%

kumulatif
dalam

diterima
satu

-PTKP

bulan

kalender

PKP=(PB-IP)

untuk jumlah

sudah

melebihi Rp.2.025.000

hari

kerja

tetapi tidak melebihi

yang

Rp.7.000.000

sebenarnya
(PTKP sehari
ditetapkan
PTKP seatun
sesuai setatus
nya

dibagi

360)
-

Apabila

penghasilan Pasal 17 PKP= (PB-IP)

kumulatif
dalam

diterima UU PPh
satu

kalender

bulan

-PTKP

sudah

melebihi Rp.7.000.000
4. Imbalan bukan pegawai
antara lain berupa
honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya
dengan nama dan dalam
bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan
dengan pekerjaan jasa dan
kegiatan yang dilakukan
a. Imbalan

yang

tiadak Pasal 17 50% dari

bersifat

jumlah
12

Kumulatif
berkesinambungan

UU PPh

penghasilan
bruto

b. Imbalan yang bersiat
berkesinambugan
-

Memenuhi kententuan

Pasal 17 PKP= (50%x Kumulatif
UU PPh

-

PB)- PTKP

Tidak memenuhi

Pasal 17 50% dari

ketentuan

UU PPh

Kumulatif

jumlah
penghasilan
bruto

Ketentuan PER-31/PJ/2012
Pasal 13 ayat (1): yang
bersangkutan telah
mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak dan hanya
memperoleh penghasilan
dari hubungan kerja dengan
pemotong PPh pasal 21atau
PPh pasal 26 serta tidak
memperoleh penghasilan
lainnya
5. Tenaga

ahli

yang Pasal 17 50% dari

melakukan pekerjaan bebas UU PPh

jumlah

dan bertindak untuk dan

penghasilan

atas namanya sendiri

bruto

6. Imbalan

kepada

peserta Pasal 17 PB

kegiatan, antara lain berupa UU PPh
uang

saku

representasi,

,
uang

uang
rapat,
13

Kumulatif
honorarium,

hadiah

atau

penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun,
dan imbal sejenis dengan
nama apapun
7. Honorarium atau imbalan Pasal 17 PB

Kumulatif

yang bersifat tidak teratur UU PPh
yang

diterima

atau

diperoleh anggota dewan
komisaris

atau

pengawas

dewan

yang

tidak

merangkap
pegawai

sebagai
tetap

pada

perusahaan yang sama
8. Jasa

produksi,

gratifikasi,

Tantiem, Pasal 17 PB

bonus

Kumulatif

atau UU PPh

imbalan lain yang bersifat
tidak teratur yang diterima
atau

diperoleh

mantan

pegawai
9. Penarikan
oleh
pensiun

dana

pesertan

pensiun Pasal 17 PB
program UU PPh

yang

masih

berstatus sebagai pegawai,
dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan
oleh mentri keuangan

14

Kumulatif
10. Honorarium yang dananya
dari

keuangan

Negara/daerah

yang

diterima

oleh

pejabat

Negara,

PNS,

anggota

TNI/Polri
A .bagi PNS Golongan I 0%

PB

dan II, Anggota TNI
dan

anggota

berpangkat
dan

Polri

tamtama

bintara

dan

pensiunannya.
B. Bagi PNS bergolongan 0%

PB

III, Anggota TNI dan
anggota
berpangkat

Polri
Perwira

pertama

dan

pensiunannya.
C. Bagi PNS bergolongan

0%

IV, Anggota TNI dan
anggota Polri
berpangkat Perwira
Menengah, Perwira
Tingi dan pensiunannya.
11. Uang pesangon yang
diterima Pegawai atau
mantan pegawai,

15

PB
a. S.d. Rp.50.juta

5%

PB

b. >Rp.50 jt s.d. Rp100 jt

15%

PB

c. >Rp.100 jt s.d.Rp 500jt

25%

PB

d. >Rp.500 juta

30%

PB

a. S.d. Rp.50.juta

5%

PB

b. >Rp.50 jt s.d. Rp100 jt

15%

PB

12. Uang

manfaat

pensiun,

tunjangan hari tua, atau
jamnan hari tua:

13. Penghasilan dari pekerjaan, Pasal 17 PKP= (PBjasa, dan kegiatan yang UU PPh

(BJ+BP)-

diterima oleh tenaga Asing

PTKP)

(Expatriate)

yang

telah

berstatus sebagai WPDN

16
14. Penghasilan dari pekerjaan
yang diterima oleh tenaga
Asing (Expatriate) yang
bekerja padaPerusahaan
Pengebora migas:
a. General Manager

Pasal 17 US$ 11.275
UU PPh

b. Manager

Pasal 17 US$ 9.350 per
UU PPh

c. Supervisior/ Tool

UU PPh

d. Assisten Supervisior/
Tool Pusher

Catatan :
Bagi penerma penghasila yang
memiliki

NPWP

yang

bulan

Pasal 17 US$ 3.245 per
UU PPh

21

bulan

Pasal 17 US$ 4.510 per
UU PPh

e. Crew Lainnya

PPh

bulan

Pasal 17 US$ 5.830 per

Pusher

dipotong

per bulan

tidak

dikenakan

pemotongan PPh 21 denga tarif
lebih tinggi 20% daripadah tariff
yang diterapkan terhadap WP yang
17

bulan
memiliki NPWP
Keterangan :
PKP: Penghasilan kena pajak
PB: Penghasilan bruto
BJ: Biaya jabatan
IP: Iuran Pensiun
BP: Biaya Pensiun

PPh Pasal 26

20% atau

Dasar Hukum : UU Nomor 36
Tahun 2008

tariff
P3B

624/KMK.04/1994
SE – 25/PJ.4/1995
15. Dividen

20% atau Jumlah Bruto
18
tariff

Final

P3B
16. Bunga termasuk premium, 20% atau Jumlah Bruto
diskonto,

dan

imbalan tariff

sehubungan
jaminan

Final

dengan P3B
pengembalian

utang.
17. Royalti,

sewa,

dan 20% atau Jumlah Bruto

penghasilan

lain tariff

sehubungan

Final

dengan P3B

penggunaan harta
18. Imbalan

sehubungan 20% atau Jumlah Bruto

Final

dengan jasa, pekerjaan, dan tariff
kegiatan

P3B

19. Hadiah dan penghargaan

20% atau Jumlah Bruto

Final

tariff
P3B
20. Pensiunan dan pembayaran 20% atau Jumlah Bruto
berkala lainnya

Final

tariff
P3B

21. Premi Swap dan transaksi 20% atau Jumlah Bruto
lindung nilai lainnya

Final

tariff
P3B

22. Keuntungan
pembebasan utang

karena 20% atau Jumlah Bruto

Final

tariff
P3B

23. Penghasilan dari penjualan 20%

x Harga Jual

atau pengalihan harta di perkiraan
19

Final
Indonesia,

kecuali

yang phs neto

diatur dalam Pasal 4 ayat atau tarif
(2) UU PPh di terima WP P3B
LN

selain

BUT

di

Indonesia
24. Premi asuransi, termasuk

Premi

Premi Reasuransi

dibayar

c. Dibayarkan tertanggung 20%
kepada

yang Final

perusahaan 50

x Premi

yang Final

% dibayar

asuransi di LN baik atau 10%
secara

langsung atau tarif

maupun melalui pialang

P3B

d. Dibayarkan perusahaan 20%
asuransi di Indonesia 10
kepada

x Premi

yang Final

% dibayar

perusahaan atau 2%

asuransi di luar negeri, atau tarif
baik secara langsung P3B
maupun melalui pialang
e. Dibayarkan perusahaan 20%x5%

Premi

yang Final

reasuransi di Indonesia atau 1% dibayar
kepada

perusahaan atau

asuransi LN baik secara tariff
langsung

maupun P3B

melalui pialang
25. Penghasilan dari penjualan 20%x
atau

pengalihan

sebagaimana

saham perkiraan
dimaksud phs neto

dalam pasal 18 ayat (3c) atau tarif
UU PPh

P3B
20

Harga jual

Final
26. Penghasilan BUT, kecuali 20% atau

Pengha

di tanamkan kembali di tariff

silan

kena

Indonesia

pajak

PPh

BUT

Final

di

P3B

Indonesia

Contoh Penghitungan pajak Penghasilan pasal 21
Tn. Darusman adalah pegawai tetap

PT Nagoya telah ber-NPWP

memperoleh penghasilan setiap bulan sebesar Rp.2.500.000,00. Kewajiban setiap
bulan yang harus dibaar tuan Tn. Darusman adalah iuaran pensiun sebesar Rp.
50.000,00.Bedasarkan data tersebut , hitung lah PPh terutang setiap bulan yan
harus dibayar, apabila Tn Darusman telah menikah dan tidak punya tanggungan
serta bagai mana PT,Nagoya melakukan pencatatannya melalui ayat jurnal.
Penghitungan pajak penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan

Rp.2.500.000,00

Pengurangan
21
1. Biaya jabatan 5%x Rp.2.500.000,00 Rp.125.000,00
2. Iuran pensiunan

Rp.50.000,00
Rp.175.000,00

Penghasilan neto sebulan

Rp.2.325.000,00

Penghasilan neto setahun
(12xRp2.325.000,00)

Rp.27.900.000,00

PTKP
Untuk wajib pajak

Rp.24.300.000,00

Untuk status kawin

Rp.2.025.000,00

Penghailan kena pajak
Rp.26.325.000,00

Rp.1.575.000,00
PPh Pasal 21 Setahun

=5%xRp.1.575.000,00
=Rp.78.750,00

PPh Pasal 21 Sebulan

=1/12xRp.78.750,00
=Rp.6.600,00 (dibulat kan)

Ayat jurnal yang dibuat adalah
1. Pada saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan
Tgl

Akun

Debit

Biaya gaji

Rp,2.500.000,00

22

Kredit
Iuranpensiunan terutang

Rp,50.000,00

PPh pasal 21 terutang

Rp,6.600,00

Kas dan bank

Rp,2.493.400,00

2. Pada saat perusahan menyetor ke kas Negara dan pembayaan iuran
pensiun via bank
Tgl

Akun

Debit

PPh pasal 21 terutang

Rp,6.600,00

Iuran pensiunan terutang

Rp,50.000,00

Kas dan bank

Kredit

Rp.56.600,00

Secara umum pemotongan PPh pasal 21 juga menganut system self
assessment. Kewajiban menghitung PPh pasal 21 teruang, menyetor, dan
melaporkan berada pada pihak pemberi kerja. Kewajiban melaporkan
diwujudkan dengan menyampaikan SPT masa PPh pasal 21, walaupun si
penanggung pajaknya adalah para karyawan. Oleh karena itu, bila ada
kelebihan Pembayaran pajak dapat dikompensasikan pada bulan
berikutnya. Kemungkinan lain penanggung pajaknya sebagian atau
seluruhnya adalah

pemberi kerja, dapat berupa tunjangan pajak atau

berupa kenikmatan.
Perlakuan dalam pajak tersebut:
1. Bagi pihak pemberi kerja tunjangan pajak tersebut dapat dianggap
biaya dan penghasilan karyawan , sedangkan bagi pekerja tunjangan
pajak dianggap sebagai penghasilan.
2. Kenikmatan berupa pajak penghasilan pasal 21 atas pekerja yang
ditanggung oleh pemberi kerja tidak dapat dibiayakan oleh pemberi
23
kerja, demikian sebaliknya bagi pekerja tidak dinyatakan sebagai
penghasilan.
Tn Yamin. Berstatus kawin mempunyai tanggungan satu anak, bekerja
pada PT nirwana dengan gaji Rp.6000.000,00 sebulan dan diberikan
tunjangan pajak sebesar Rp.200.000,00 serta iuran pensiun Rp,150.000,00
sebulan untuk yayasan dana pensiun yang pendirinya disahkan oleh mentri
keuangan.
Gaji sebulan

Rp.6.000.000,00

Tunjangan

Rp.200.000,00

PPh pasal 21 terutang

Rp.214.000,00

Iuran Pensiunan yang dibayar

Rp.150.000,00

Ayat jurnal yang disusun:
1. Saat pembayaran gaji
Tgl

Akun

Debit (Rp)

24

Kredit (Rp)
Biaya Gaji

6.000.000,00

Tunjangan Pajak

200.000,00

PPh Pasal 21 Terutang

214.000,00

Iuran Pensiun Terutang

150.000,00

Kas dan Bank

5.863.000,00

2. Saat penyetoran PPh Pasal 21 dan iuran pensiun
Tgl

Akun

Debit (Rp)

PPh Pasal 21 Terutang

214.000,00

Iuran Pensiun Terutang

Kredit (Rp)

150.000,00

Kas dan Bank

364.000,00

3. Saat pembebanan biaya atas tunjangan pajak
Tgl

Akun

Debit (Rp)

Saldo Laba

Kredit (Rp)

200.000,00

Tunjangan Pajak

200.000,00

Contoh kasus pemotongan pajak dengan penghasilan harian
Polan (belum menikah) pada bulan Juli 2009 bekerja selama 15 hari kerja
pada sebagai upah harian pada penambahan ruang SD Negeri 007 Jakarta
Utara dengan menerima upah sebesar Rp140.000,00 per hari.
25
PPh Pasal 21 terutang:
Penghasilan per hari Rp140.000,00
Batas penghasilan bruto yang tidak dikenakan PPh atas upah
Rp 200.000,00
Sehingga tidak terutang PPh Pasal 21
Pada hari ke-15 dalam bulan Juli (bulan yg sama), Polan telah
menerima penghasilan melebihi Rp.2.025.000,00, yaitu Rp140.000,00 x
15 = Rp2.100.000,00. Maka PPh Pasal 21 atas penghasilan Polan dihitung
sebagai berikut:
PPh Pasal 21 terutang:
Penghasilan 15 hari

Rp2.100.000,00

PTKP 15 hari
15 x (Rp24.300.000,00/360)
Rp 1.012.500,00
Penghasilan harian terutang PPh Pasal 21

Rp 1.087.500,00

PPh Pasal 21 yg harus dipotong pada hari-15
( 5% x Rp1.087.500,00) = Rp 54.375,00
Apabila Polan tidak memiliki NPWP, maka akan dipotong Bendahara 20%
lebih tinggi dari tarif 5% atau menjadi dikenakan tarif 6%
Jurnal pencatatan nya:
Tgl

Akun

Debit (Rp)

26

Kredit (Rp)
Biaya Upah

2.100.000

Utang PPh ps 21

54.375

Kas atau Bank

1.045.625

Contoh kasus pemotongan pajak atas WP yang mendapatkan
tunjangan dan pembayaran atas premi.
Karyawati Ken Prameswari (tidak kawin), ber-NPWP, bekerja pada PT
Prabu Kedaton dengan memperoleh gaji sebesar Rp 2.750.000,00 sebulan.
Perusahaan ikut dalam program jamsostek. Premi Jaminan Kecelakaan
Kerja dan premi Jaminan Kematian dan Iuran Jaminan Hari Tua dibayar
oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%, 0,30% dan
3,70% dari gaji. Prameswari membayar iuran Pensiun Rp 50.000,00 dan
iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan.
Perhitungan PPh Pasal 21/bulan:
Gaji setahun (12xRp 2.750.000,00) =

Rp

33.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 27.500,00 =

Rp

330.000,00
Premi Jaminan Kematian12 x Rp 8.250,00 =

Rp

99.000,00
Jumlah

Rp

Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
27

33.429.000,00
5% x Rp 33.429.000,00=

Rp

1.671.450,00

2. Iuran pensiun setahun
12 x Rp 50.000,00=

Rp

600.000,00

Rp

660.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua
12 x Rp 55.000,00=
Jumlah

Rp

2.931.450,00

Penghasilan neto setahun =

Rp

30.497.550,00

- untuk WP sendiri

Rp

24.300.000,00

Penghasilan Kena Pajak

Rp

6.197.550,00

Pembulatan

Rp

6.200.000,00

PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 6.200.000,00=

Rp

310.000,00

PTKP

Jurnal Akuntansi:
1. Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan:
28
Tgl

Akun

Debit (Rp)

Biaya Gaji

Rp.2.750.000

Biaya Asuransi- JKK

Rp.27.500

Biaya Asuransi- Jaminan

Kredit (Rp)

Rp.8.250

kematian
Asuransi- JKK Terutang
Asuransi-Jaminan
Kematian Terutang
Iuran Pensiun Terutang
Iuran JHT Terutang

Rp.27.500
Rp.8.250
Rp.50.000
Rp.55.000
Rp.310.000

Pasal 21 Terutang

Rp.2.335.000

Kas dan Bank

2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran pensiun via
bank:
29
Tgl

Akun

Debit (Rp)

Kredit
(Rp)

Pasal 21 Terutang

Rp. 310.000

Asuransi- JKK Terutang

Rp.27.500

Asuransi- Jaminan Kematian Terutang

Rp.8.250

Iuran Pensiun Terutang

Rp.50.000

Iuran JHT Terutang

Rp.55.000

Kas dan Bank

30

Rp.450.750

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilaneryeryey
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Icha Icha
 
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang PribadiS-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadimateripenyuluhan
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeAsep suryadi
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaIkbalAdytiaNst
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan22091993GS
 
Buku petunjuk
Buku petunjukBuku petunjuk
Buku petunjukEka Manik
 
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Yesica Adicondro
 
Undang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak PenghasilanUndang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak PenghasilanDudi Wahyudi
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...Asep suryadi
 
Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013IdnJournal
 

Was ist angesagt? (20)

Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
Pph 21.ppt
Pph 21.pptPph 21.ppt
Pph 21.ppt
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26
 
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang PribadiS-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
2. subjek pajak
2. subjek pajak2. subjek pajak
2. subjek pajak
 
Buku petunjuk
Buku petunjukBuku petunjuk
Buku petunjuk
 
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
 
Pph pasal 21
Pph pasal 21Pph pasal 21
Pph pasal 21
 
Uu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPHUu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPH
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
Undang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak PenghasilanUndang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak Penghasilan
 
Pph 21
Pph 21Pph 21
Pph 21
 
PPh Pasal 26
PPh Pasal  26PPh Pasal  26
PPh Pasal 26
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 
PPh 21
PPh 21PPh 21
PPh 21
 
Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013
 

Ähnlich wie P ph pasal 21 new

Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Prie Yono
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21Fitri Bersahabat
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxIrwanMusic
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptHandiPurnomo8
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptBesarArdhiNugraha
 
Pajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptxPajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptxEka Meiyanti
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxLidyaYuni
 
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pptCesiliaArum1
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniRiki Ardoni
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMInoval dwi ridzkiana
 
Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23
Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23
Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23Kartika Lukitasari
 
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_newNatal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_newnatal kristiono
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfNathaniaAprillya
 
3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badanana razma
 
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiBahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiGendhuk Nugroho
 

Ähnlich wie P ph pasal 21 new (20)

Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
 
Makalah pph21
Makalah pph21Makalah pph21
Makalah pph21
 
Pajak Penghasilan
Pajak PenghasilanPajak Penghasilan
Pajak Penghasilan
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
 
Pajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptxPajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptx
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
 
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
 
Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23
Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23
Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23
 
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_newNatal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
 
3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan
 
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiBahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
 

Kürzlich hochgeladen

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 

P ph pasal 21 new

  • 1. MAKALAH AKUNTANSI PAJAK TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASLAN (PPh) PASAL 21/26 KELOMPOK 7 Disusun Oleh : AFKARUL AZKA (12030111060035) M. KHAIRIZAL YOGATAMA (12030111060109) AZIE FAHRULI (12030111060110) YUDIT ELANG (12030111060296) BEKTI SYAHPUTRA (12030111060200) PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 1
  • 2. PPh pasal 21 • PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri PPh pasal 26 • Pengertiang PPh pasal 26 adalah pph yang dikenakan atau di potong atas penghailan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. PPh pasal 21 atau pasal 26 telah dijelas kan pada per-31/PJ/2012 serta PP 80 th 2010 sebagai berikut: PEMOTONG PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26 MENURUT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 Pasal 2 (1) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi: a. pemberi kerja yang terdiri dari: 1) orang pribadi dan badan; 2) cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut. 2
  • 3. b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembagalembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar: 1. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya; 2. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri; 3. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang; 3
  • 4. e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan. (2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah: a. kantor perwakilan negara asing; b. organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan; c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas pribadi untuk yang semata-mata mempekerjakan orang melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. (3) Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, organisasi internasional dimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan pemotongan pajak. 4
  • 5. PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26 MENURUT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER - 31/PJ/2012 Pasal 3 Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang pribadi yang merupakan: a. pegawai; b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya; c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi: 1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; 2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat pelukis, dan seniman lainnya; 3. olahragawan; 4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; 5. pengarang, peneliti, dan penerjemah; 5
  • 6. 6. pemberi jasa komputer dan dalam segala bidang termasuk teknik, sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan; 7. agen iklan; 8. pengawas atau pengelola proyek; 9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara; 10. petugas penjaja barang dagangan; 11. petugas dinas luar asuransi; 12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya; d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama; e. mantan pegawai; f. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain: 1. peserta perlombaan perlombaan olah dalam segala bidang, antara lain raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya; 6
  • 7. 2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja; 3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu; 4. peserta pendidikan dan pelatihan; 5. peserta kegiatan lainnya. Pasal 4 Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 adalah: a. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; b. pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. 7
  • 8. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2010 Pasal 4 8
  • 9. (1) Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan selain penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau APBD, dipotong oleh bendahara pemerintah yang membayarkan honorarium atau imbalan lain tersebut. (2) Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat final dengan tarif: a. sebesar 0% (nol persen) dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya; b. sebesar 5% (lima persen) dari imbalan lain bagi PNS Golongan III, POLRI c. jumlah Anggota bruto honorarium atau TNI dan Anggota Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya; sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya. Pasal 9 Peraturan Pemerintah ini 2011. Agar setiap mulai berlaku pada tanggal 1 Januari orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 9
  • 10. Dari PP 80 Th 2010 di atas dapat di simpulkan Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 Final adalah: 1. Uang manfaat pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh mentri keuangan dan tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja. 2. Uang pesangon . 3. Hadiah atau penghargaan perlombaan. 4. Honorarium atau komisi yang diyakan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi. 5. Penghasialan yang dibayarkan kepada pejabat Negara, pegawai negeri sipil, anggota TNI/POLRI, selain pegawai negeri sipil golongan II/d ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat pembantu letnan satu kebawah, yang dibebankan ke APBN/APBD berupa Honorarium, uang sidang, uang lembur, dan lain-lain dikenakan PPh pasal 21 bersifat Final 15%. PPh Pasal 21 Dasar Hukum : UU Nomor 36 Tahun 2008 PERATURAN DIREKTUR 10
  • 11. JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 1. Penghasilan yang diterima Pasal 17 PKP = PBatau diperoleh pegawai UU PPh tetap (BJ+JP)PTKP 2. Penghasilan yang diperoleh Pasal 17 PKP=(PB-BP) Penerima pensiun secara UU PPh - PTKP teratur ( pensiun berkala) berupa pengsiun atau penghasilan sejenis. 3. Penghasilan pegawai tidak tetap atau kerja lepas kecuali tenaga ahli, berupa upah harian, mingguan, satuan, upah borongan, atau upah yang a.Dibayar secara bulanan Pasal 17 PKP=PBUU PPh PTKP b.Tidak dibayarkan bulanan - Apabila penghasilan 5% Jumlah sehari atau rata-rata penghasilan penghasilan yang melebihi telah sehari melebihi Rp.200.000 Rp.200.000 sehari sepanjang penghasilan kumulatif dalam kalender diterima satu bulan belum 11
  • 12. melebihi Rp.2.025.000 - Apabila penghasilan 5% kumulatif dalam diterima satu -PTKP bulan kalender PKP=(PB-IP) untuk jumlah sudah melebihi Rp.2.025.000 hari kerja tetapi tidak melebihi yang Rp.7.000.000 sebenarnya (PTKP sehari ditetapkan PTKP seatun sesuai setatus nya dibagi 360) - Apabila penghasilan Pasal 17 PKP= (PB-IP) kumulatif dalam diterima UU PPh satu kalender bulan -PTKP sudah melebihi Rp.7.000.000 4. Imbalan bukan pegawai antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan yang dilakukan a. Imbalan yang tiadak Pasal 17 50% dari bersifat jumlah 12 Kumulatif
  • 13. berkesinambungan UU PPh penghasilan bruto b. Imbalan yang bersiat berkesinambugan - Memenuhi kententuan Pasal 17 PKP= (50%x Kumulatif UU PPh - PB)- PTKP Tidak memenuhi Pasal 17 50% dari ketentuan UU PPh Kumulatif jumlah penghasilan bruto Ketentuan PER-31/PJ/2012 Pasal 13 ayat (1): yang bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotong PPh pasal 21atau PPh pasal 26 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya 5. Tenaga ahli yang Pasal 17 50% dari melakukan pekerjaan bebas UU PPh jumlah dan bertindak untuk dan penghasilan atas namanya sendiri bruto 6. Imbalan kepada peserta Pasal 17 PB kegiatan, antara lain berupa UU PPh uang saku representasi, , uang uang rapat, 13 Kumulatif
  • 14. honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbal sejenis dengan nama apapun 7. Honorarium atau imbalan Pasal 17 PB Kumulatif yang bersifat tidak teratur UU PPh yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau pengawas dewan yang tidak merangkap pegawai sebagai tetap pada perusahaan yang sama 8. Jasa produksi, gratifikasi, Tantiem, Pasal 17 PB bonus Kumulatif atau UU PPh imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai 9. Penarikan oleh pensiun dana pesertan pensiun Pasal 17 PB program UU PPh yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh mentri keuangan 14 Kumulatif
  • 15. 10. Honorarium yang dananya dari keuangan Negara/daerah yang diterima oleh pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri A .bagi PNS Golongan I 0% PB dan II, Anggota TNI dan anggota berpangkat dan Polri tamtama bintara dan pensiunannya. B. Bagi PNS bergolongan 0% PB III, Anggota TNI dan anggota berpangkat Polri Perwira pertama dan pensiunannya. C. Bagi PNS bergolongan 0% IV, Anggota TNI dan anggota Polri berpangkat Perwira Menengah, Perwira Tingi dan pensiunannya. 11. Uang pesangon yang diterima Pegawai atau mantan pegawai, 15 PB
  • 16. a. S.d. Rp.50.juta 5% PB b. >Rp.50 jt s.d. Rp100 jt 15% PB c. >Rp.100 jt s.d.Rp 500jt 25% PB d. >Rp.500 juta 30% PB a. S.d. Rp.50.juta 5% PB b. >Rp.50 jt s.d. Rp100 jt 15% PB 12. Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jamnan hari tua: 13. Penghasilan dari pekerjaan, Pasal 17 PKP= (PBjasa, dan kegiatan yang UU PPh (BJ+BP)- diterima oleh tenaga Asing PTKP) (Expatriate) yang telah berstatus sebagai WPDN 16
  • 17. 14. Penghasilan dari pekerjaan yang diterima oleh tenaga Asing (Expatriate) yang bekerja padaPerusahaan Pengebora migas: a. General Manager Pasal 17 US$ 11.275 UU PPh b. Manager Pasal 17 US$ 9.350 per UU PPh c. Supervisior/ Tool UU PPh d. Assisten Supervisior/ Tool Pusher Catatan : Bagi penerma penghasila yang memiliki NPWP yang bulan Pasal 17 US$ 3.245 per UU PPh 21 bulan Pasal 17 US$ 4.510 per UU PPh e. Crew Lainnya PPh bulan Pasal 17 US$ 5.830 per Pusher dipotong per bulan tidak dikenakan pemotongan PPh 21 denga tarif lebih tinggi 20% daripadah tariff yang diterapkan terhadap WP yang 17 bulan
  • 18. memiliki NPWP Keterangan : PKP: Penghasilan kena pajak PB: Penghasilan bruto BJ: Biaya jabatan IP: Iuran Pensiun BP: Biaya Pensiun PPh Pasal 26 20% atau Dasar Hukum : UU Nomor 36 Tahun 2008 tariff P3B 624/KMK.04/1994 SE – 25/PJ.4/1995 15. Dividen 20% atau Jumlah Bruto 18
  • 19. tariff Final P3B 16. Bunga termasuk premium, 20% atau Jumlah Bruto diskonto, dan imbalan tariff sehubungan jaminan Final dengan P3B pengembalian utang. 17. Royalti, sewa, dan 20% atau Jumlah Bruto penghasilan lain tariff sehubungan Final dengan P3B penggunaan harta 18. Imbalan sehubungan 20% atau Jumlah Bruto Final dengan jasa, pekerjaan, dan tariff kegiatan P3B 19. Hadiah dan penghargaan 20% atau Jumlah Bruto Final tariff P3B 20. Pensiunan dan pembayaran 20% atau Jumlah Bruto berkala lainnya Final tariff P3B 21. Premi Swap dan transaksi 20% atau Jumlah Bruto lindung nilai lainnya Final tariff P3B 22. Keuntungan pembebasan utang karena 20% atau Jumlah Bruto Final tariff P3B 23. Penghasilan dari penjualan 20% x Harga Jual atau pengalihan harta di perkiraan 19 Final
  • 20. Indonesia, kecuali yang phs neto diatur dalam Pasal 4 ayat atau tarif (2) UU PPh di terima WP P3B LN selain BUT di Indonesia 24. Premi asuransi, termasuk Premi Premi Reasuransi dibayar c. Dibayarkan tertanggung 20% kepada yang Final perusahaan 50 x Premi yang Final % dibayar asuransi di LN baik atau 10% secara langsung atau tarif maupun melalui pialang P3B d. Dibayarkan perusahaan 20% asuransi di Indonesia 10 kepada x Premi yang Final % dibayar perusahaan atau 2% asuransi di luar negeri, atau tarif baik secara langsung P3B maupun melalui pialang e. Dibayarkan perusahaan 20%x5% Premi yang Final reasuransi di Indonesia atau 1% dibayar kepada perusahaan atau asuransi LN baik secara tariff langsung maupun P3B melalui pialang 25. Penghasilan dari penjualan 20%x atau pengalihan sebagaimana saham perkiraan dimaksud phs neto dalam pasal 18 ayat (3c) atau tarif UU PPh P3B 20 Harga jual Final
  • 21. 26. Penghasilan BUT, kecuali 20% atau Pengha di tanamkan kembali di tariff silan kena Indonesia pajak PPh BUT Final di P3B Indonesia Contoh Penghitungan pajak Penghasilan pasal 21 Tn. Darusman adalah pegawai tetap PT Nagoya telah ber-NPWP memperoleh penghasilan setiap bulan sebesar Rp.2.500.000,00. Kewajiban setiap bulan yang harus dibaar tuan Tn. Darusman adalah iuaran pensiun sebesar Rp. 50.000,00.Bedasarkan data tersebut , hitung lah PPh terutang setiap bulan yan harus dibayar, apabila Tn Darusman telah menikah dan tidak punya tanggungan serta bagai mana PT,Nagoya melakukan pencatatannya melalui ayat jurnal. Penghitungan pajak penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut: Gaji sebulan Rp.2.500.000,00 Pengurangan 21
  • 22. 1. Biaya jabatan 5%x Rp.2.500.000,00 Rp.125.000,00 2. Iuran pensiunan Rp.50.000,00 Rp.175.000,00 Penghasilan neto sebulan Rp.2.325.000,00 Penghasilan neto setahun (12xRp2.325.000,00) Rp.27.900.000,00 PTKP Untuk wajib pajak Rp.24.300.000,00 Untuk status kawin Rp.2.025.000,00 Penghailan kena pajak Rp.26.325.000,00 Rp.1.575.000,00 PPh Pasal 21 Setahun =5%xRp.1.575.000,00 =Rp.78.750,00 PPh Pasal 21 Sebulan =1/12xRp.78.750,00 =Rp.6.600,00 (dibulat kan) Ayat jurnal yang dibuat adalah 1. Pada saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan Tgl Akun Debit Biaya gaji Rp,2.500.000,00 22 Kredit
  • 23. Iuranpensiunan terutang Rp,50.000,00 PPh pasal 21 terutang Rp,6.600,00 Kas dan bank Rp,2.493.400,00 2. Pada saat perusahan menyetor ke kas Negara dan pembayaan iuran pensiun via bank Tgl Akun Debit PPh pasal 21 terutang Rp,6.600,00 Iuran pensiunan terutang Rp,50.000,00 Kas dan bank Kredit Rp.56.600,00 Secara umum pemotongan PPh pasal 21 juga menganut system self assessment. Kewajiban menghitung PPh pasal 21 teruang, menyetor, dan melaporkan berada pada pihak pemberi kerja. Kewajiban melaporkan diwujudkan dengan menyampaikan SPT masa PPh pasal 21, walaupun si penanggung pajaknya adalah para karyawan. Oleh karena itu, bila ada kelebihan Pembayaran pajak dapat dikompensasikan pada bulan berikutnya. Kemungkinan lain penanggung pajaknya sebagian atau seluruhnya adalah pemberi kerja, dapat berupa tunjangan pajak atau berupa kenikmatan. Perlakuan dalam pajak tersebut: 1. Bagi pihak pemberi kerja tunjangan pajak tersebut dapat dianggap biaya dan penghasilan karyawan , sedangkan bagi pekerja tunjangan pajak dianggap sebagai penghasilan. 2. Kenikmatan berupa pajak penghasilan pasal 21 atas pekerja yang ditanggung oleh pemberi kerja tidak dapat dibiayakan oleh pemberi 23
  • 24. kerja, demikian sebaliknya bagi pekerja tidak dinyatakan sebagai penghasilan. Tn Yamin. Berstatus kawin mempunyai tanggungan satu anak, bekerja pada PT nirwana dengan gaji Rp.6000.000,00 sebulan dan diberikan tunjangan pajak sebesar Rp.200.000,00 serta iuran pensiun Rp,150.000,00 sebulan untuk yayasan dana pensiun yang pendirinya disahkan oleh mentri keuangan. Gaji sebulan Rp.6.000.000,00 Tunjangan Rp.200.000,00 PPh pasal 21 terutang Rp.214.000,00 Iuran Pensiunan yang dibayar Rp.150.000,00 Ayat jurnal yang disusun: 1. Saat pembayaran gaji Tgl Akun Debit (Rp) 24 Kredit (Rp)
  • 25. Biaya Gaji 6.000.000,00 Tunjangan Pajak 200.000,00 PPh Pasal 21 Terutang 214.000,00 Iuran Pensiun Terutang 150.000,00 Kas dan Bank 5.863.000,00 2. Saat penyetoran PPh Pasal 21 dan iuran pensiun Tgl Akun Debit (Rp) PPh Pasal 21 Terutang 214.000,00 Iuran Pensiun Terutang Kredit (Rp) 150.000,00 Kas dan Bank 364.000,00 3. Saat pembebanan biaya atas tunjangan pajak Tgl Akun Debit (Rp) Saldo Laba Kredit (Rp) 200.000,00 Tunjangan Pajak 200.000,00 Contoh kasus pemotongan pajak dengan penghasilan harian Polan (belum menikah) pada bulan Juli 2009 bekerja selama 15 hari kerja pada sebagai upah harian pada penambahan ruang SD Negeri 007 Jakarta Utara dengan menerima upah sebesar Rp140.000,00 per hari. 25
  • 26. PPh Pasal 21 terutang: Penghasilan per hari Rp140.000,00 Batas penghasilan bruto yang tidak dikenakan PPh atas upah Rp 200.000,00 Sehingga tidak terutang PPh Pasal 21 Pada hari ke-15 dalam bulan Juli (bulan yg sama), Polan telah menerima penghasilan melebihi Rp.2.025.000,00, yaitu Rp140.000,00 x 15 = Rp2.100.000,00. Maka PPh Pasal 21 atas penghasilan Polan dihitung sebagai berikut: PPh Pasal 21 terutang: Penghasilan 15 hari Rp2.100.000,00 PTKP 15 hari 15 x (Rp24.300.000,00/360) Rp 1.012.500,00 Penghasilan harian terutang PPh Pasal 21 Rp 1.087.500,00 PPh Pasal 21 yg harus dipotong pada hari-15 ( 5% x Rp1.087.500,00) = Rp 54.375,00 Apabila Polan tidak memiliki NPWP, maka akan dipotong Bendahara 20% lebih tinggi dari tarif 5% atau menjadi dikenakan tarif 6% Jurnal pencatatan nya: Tgl Akun Debit (Rp) 26 Kredit (Rp)
  • 27. Biaya Upah 2.100.000 Utang PPh ps 21 54.375 Kas atau Bank 1.045.625 Contoh kasus pemotongan pajak atas WP yang mendapatkan tunjangan dan pembayaran atas premi. Karyawati Ken Prameswari (tidak kawin), ber-NPWP, bekerja pada PT Prabu Kedaton dengan memperoleh gaji sebesar Rp 2.750.000,00 sebulan. Perusahaan ikut dalam program jamsostek. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dan Iuran Jaminan Hari Tua dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%, 0,30% dan 3,70% dari gaji. Prameswari membayar iuran Pensiun Rp 50.000,00 dan iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan. Perhitungan PPh Pasal 21/bulan: Gaji setahun (12xRp 2.750.000,00) = Rp 33.000.000,00 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 27.500,00 = Rp 330.000,00 Premi Jaminan Kematian12 x Rp 8.250,00 = Rp 99.000,00 Jumlah Rp Pengurangan : 1. Biaya Jabatan 27 33.429.000,00
  • 28. 5% x Rp 33.429.000,00= Rp 1.671.450,00 2. Iuran pensiun setahun 12 x Rp 50.000,00= Rp 600.000,00 Rp 660.000,00 3. Iuran Jaminan Hari Tua 12 x Rp 55.000,00= Jumlah Rp 2.931.450,00 Penghasilan neto setahun = Rp 30.497.550,00 - untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00 Penghasilan Kena Pajak Rp 6.197.550,00 Pembulatan Rp 6.200.000,00 PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 6.200.000,00= Rp 310.000,00 PTKP Jurnal Akuntansi: 1. Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan: 28
  • 29. Tgl Akun Debit (Rp) Biaya Gaji Rp.2.750.000 Biaya Asuransi- JKK Rp.27.500 Biaya Asuransi- Jaminan Kredit (Rp) Rp.8.250 kematian Asuransi- JKK Terutang Asuransi-Jaminan Kematian Terutang Iuran Pensiun Terutang Iuran JHT Terutang Rp.27.500 Rp.8.250 Rp.50.000 Rp.55.000 Rp.310.000 Pasal 21 Terutang Rp.2.335.000 Kas dan Bank 2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran pensiun via bank: 29
  • 30. Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp) Pasal 21 Terutang Rp. 310.000 Asuransi- JKK Terutang Rp.27.500 Asuransi- Jaminan Kematian Terutang Rp.8.250 Iuran Pensiun Terutang Rp.50.000 Iuran JHT Terutang Rp.55.000 Kas dan Bank 30 Rp.450.750