SlideShare a Scribd company logo
1 of 75
Download to read offline
muhammad dahlan balfas                                      GENESA BAHAN
                                                                        GALIAN

I. PENDAHULUAN
Laju pertumbuhan penduduk dunia yang terus meningkat disertai standar hidup
masyarakat yang semakin tinggi, menyebabkan kebutuhan produksi untuk semua jenis
mineral juga terus meningkat. Pada saat bersamaan, usaha pencarian cadangan bijih
menjadi semakin kompleks. Semakin jarang ditemukan cadangan yang tersingkap di
permukaan, sehingga pencarian terutama ditujukan pada cadangan yang berada di
bawah permukaan. Ini pun semakin lama semakin dalam dan semakin dalam.

Untuk itulah, dibutuhkan kerja lebih keras di lapangan dan analisa laboratorium lebih
teliti disertai kerja terpadu dari para ahli geologi, geokimia, geofisika, matematika dan
untuk semua itu dibutuhkan keahlian komputer dari setiap orang yang terlibat di
dalamnya. Disamping itu, industri pertambangan harus terus mengembangkan
―exploration thingking‖ yang berbasis pada pemahaman mendalam tentang geologi
struktur, stratigrafi, petrologi, mineralogi, dan bagaimana fluida bermigrasi di bawah
permukaan atau genesa dari suatu deposit bijih.

Genesa bahan galian adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara terbentuknya suatu
deposit bahan galian secara alamiah. Dengan mempelajari genesa bahan galian, maka
karakteristik suatu deposit bahan galian dapat diketahui, seperti bentuk deposit, letak
deposit, luas penyebaran, besar cadangan, dan dengan petunjuk itu dapatlah
ditentukan metode penambangan yang dapat dilakukan serta cara pengolahannya.

Dalam membahas genesa bahan galian, maka ada beberapa istilah yang sering
dipakai dan harus dipahami, antara lain :

• Bijih :                Suatu deposit yang meliputi mineral bijih, mineral gang, dan
  Ore                    batuan samping, dimana dari deposit tersebut dapat diekstraksi
                         satu atau lebih jenis logam. Pengertian bijih ini harus dibedakan
                         dengan pengertian mineral bijih.

• Mineral Bijih :        Kumpulan dari satu mineral (simple ore) atau beberapa mineral
  Ore Mineral            (complex ore) yang daripadanya dapat diekstraksi satu atau lebih
                         logam secara menguntungkan.
• Mineral Gang :         Mineral pengiring atau mineral yang biasanya berasosiasi dengan
  Gangue Mineral         mineral bijih dalam suatu deposit bijih. Biasanya bersifat tidak
                         ekonomis seperti kuarsa, kalsit, fluorit, pirit, siderit dan lain-lain.
• Batuan Samping : Batuan yang terdapat di sekeliling suatu deposit mineral.
  Country Rock
• Syngenetic :           Deposit yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan
                         disekelilingnya.
• Epigenetic :           Deposit yang terbentuk lebih dulu dari batuan disekitarnya.
• Deposit Mineral :      Istilah yang digunakan untuk suatu akumulasi atau konsentrasi
                         mineral dalam suatu tubuh mineral yang terbentuk secara alami
                         dan memiliki nilai ekonomis untuk ditambang (Bateman, 1950).
                         Dalam suatu deposit dapat dihasilkan beberapa mineral bijih yang
                         berbeda.




                                                                    Teknik Pertambangan Unmul - 1
muhammad dahlan balfas                                             GENESA BAHAN
                                                                                         GALIAN

 Mineral bijih dapat ditemukan dalam bentuk logam murni seperti emas dan tembaga, dan
  bisa juga dalam bentuk kombinasi logam dengan sulfur, arsenik, oksigen, silicon, atau
  elemen-elemen lainnya. Umumnya deposit bijih ditemukan dalam bentuk kombinasi sehingga
  untuk mendapatkan logam murni harus diekstraksi lebih dulu.
 Suatu jenis logam dapat diekstraksi dari beberapa mineral bijih yang berbeda seperti
  tembaga dari chalcocite, bornite, chalcopyrite, cuprite, dan malachite.
 Suatu mineral bijih dapat mengandung lebih dari satu logam seperti stannite yang
  mengandung tembaga dan timah.

 Mineral bijih dapat dibagi lagi menjadi :
  1. Bijih Primer :      Deposit bijih yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan.
     Hypogene            Deposit bijih yang merupakan hasil ubahan dari mineral-
  2. Bijih Sekunder : mineral/batuan yang telah terbentuk sebelumnya.
                   Supergene

                Pengertian mineral hypogene yang pertama kali diusulkan oleh Ransome sebenarnya tidak
                persis sama dengan pengertian mineral primer. Istilah hypogene menunjukkan mineral yang
                terbentuk langsung dari suatu larutan. Sehingga semua mineral hypogene adalah mineral
                primer, tapi sebaliknya tidak semua mineral primer termasuk mineral hypogene, seperti
                deposit hemati sedimenter dan bijih Kuroko.

Dalam aplikasinya, para ahli tambang membedakan pengertian antara cadangan
mineral (mineral reserves) dengan sumberdaya mineral (mineral resources).
   a. Sumberdaya mineral meliputi deposit mineral yang bersifat hipotetis dan
       spekulatif, deposit yang belum tersingkap, maupun deposit yang tidak
       ekonomis atau deposit yang belum diketahui ekonomis tidaknya (Gambar 1.1).
   b. Cadangan       mineral adalah konsentrasi mineral yang berguna atau pun
       komoditas energi, yang memiliki nilai ekonomis dengan pasti.

                                                                    Undiscovered Resources
                     Identified Resources
                                                        In known districts         In undiscovered districts
  Recoverable




                         RESERVES

                                                        HYPOTHETICAL                     SPECULATIVE
                                                         RESOURCES                       RESOURCES
  Subeconomic




                        CONDITIONAL
                        RESOURCES


                                               Degrees of certainty of existence
                                 Potential resources = Conditional + Hypothetical + Speculative

                               Gambar 1.1 Pengertian istilah reserve dan resources


1.1                PENGERTIAN BAHAN GALIAN

Pengertian umum bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi
dengan sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai
keperluan industrinya .

                                                                                     Teknik Pertambangan Unmul - 2
muhammad dahlan balfas                                       GENESA BAHAN
                                                                        GALIAN

    •    Menurut UU No. 11 thn . 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan; Bahan
         Galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam
         batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan alam.
    •    Bahan galian dapat berupa logam maupun bukan logam, dan dapat berupa
         bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan.

Di Indonesia, berdasarkan PP No. 27 thn. 1980 bahan galian dibagi atas tiga golongan
yaitu :
1. Golongan A : Golongan bahan galian strategis artinya strategis dalam Pertahanan
                 dan Keamanan Negara serta Perekonomian Negara.
                   Contoh : minyakbumi, gas alam, uranium, batubara, dan lain-lain.
2. Golongan B : Golongan bahan galian vital artinya dapat menjamin hajat hidup
                orang banyak atau yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan
                masyarakat secara luas.
                   Contoh : besi, mangan, kromit, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas,
                   platina, air raksa, dan lain-lain.
3. Golongan C : Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B.
                   Contoh : pasir, talk, magnesit, dan lain-lain.

Unsur-unsur yang membentuk bahan-bahan deposit bahan galian diperoleh dari
massa batuan cair pijar (magma) yang berasal dari mantel bumi bagian atas atau dari
kerak bumi bagian luar.

Dari 98 unsur yang diketahui, hanya ada 8 unsur saja yang dijumpai pada kerak bumi
dalam jumlah lebih dari 1%; sedangkan kerak luar bumi sendiri (sampai kedalaman
kurang lebih 15km) tersusun dari 13 unsur utama, yaitu : oksigen (O) silicon (Si).
aluminium (Al), besi (Fe), kalsium (Ca), natrium (Na), kalium (K), magnesium
(Mg),titanium (Ti), fosfor (P), hydrogen (H), karbon (C), dan mangan (Mn).

Termasuk dalam unsur-unsur yang jumlahnya sangat sedikit adalah kelompok logam
mulia dan bahan-bahan yang ekonomis seperti : platina , emas, perak, tembaga,
timbal, seng, timah putih, nikel, dan lain-lain. Jadi jelaslah, tanpa proses-proses geologi
yang dapat mengakumulasikan bahan-bahan tersebut, maka bahan-bahan tersebut
tidak dapat dijumpai dalam jumlah yang ekonomis.

       Memahami proses terakumulasinyanya suatu deposit mineral sangat penting
        dalam pekerjaan ekplorasi, dengan mengenal cara terbentuknya bermacam-
        macam endapan mineral maka pencariannya dapat lebih terarah.

Mineral-mineral pembentuk batuan jumlahnya juga sangat sedikit, dari lebih 1600 jenis
mineral yang dikenal, hanya kira-kira 50 jenis saja yang termasuk jenis mineral
pembentuk batuan dan dari 50 jenis mineral pembentuk batuan tersebut, hanya 29
jenis saja yang termasuk umum dijumpai.




                                                                    Teknik Pertambangan Unmul - 3
muhammad dahlan balfas                                GENESA BAHAN
                                                                   GALIAN

Tabel 1.1. Persentase mineral pembentuk batuan yang umum dijumpai pada kerak
          bumi (Bateman, 1950).

            Mineral                   Litosfera     Batuan Beku       Batuan Sedimen

•   Feldspar                             49              50                    16
•   Kwarsa                               21              21                    35
•   Piroksin, Amfibol, Olivin            15              17                     -
•   Mika                                  8               8                    15
•   Magnetit                              3               3                     -
•   Titanit, ilmenit                      1               1                     -
                                          3               -                     3
•   Lain-lain
                                          -               -                     9
•   Kaolin
                                          -               -                     9
•   Dolomit
                                          -               -                     5
•   Khlorit                               -               -                     4
•   Kalsit                                -               -                     4
•   Limonit
                  Jumlah (%) =          100             100                   100


       Mineral-mineral yang termasuk mineral ekonomi, kira-kira hanya sekitar 200
        jenis dan dalam jumlah presentase yang tidak sebanyak jenis mineral pembentuk
        batuan.

       Batuan adalah bahan yang terjadi dengan sendirinya di alam dan merupakan
        agregasi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral.
       Mineral adalah bahan anorganis yang terjadi dengan sendirinya di alam dan
        merupakan unsur pembentuk batuan. Mineral dapat terdiri dari satu jenis unsur
        kimia saja , misalnya mineral karbon yang hanya terdiri dari unsur C, atau lebih
        dari satu unsur, seperti pada mineral halit yang terdiri dari Na dan Cl, atau
        mineral silika yang terdiri dari SiO2.


1.2      KLASIFIKASI BAHAN GALIAN

Lingdren (1911) mengemukakan suatu klasifikasi yang didasarkan pada genetic suatu
deposit bijih. Dengan berfokus pada penelitian kumpulan mineral yang dilakukan baik
di lapangan maupun di laboratorium, Lingdren berusaha meneliti kondisi Tekanan (P)
dan Temperatur (T) pembentukan masing-masing mineral. Dari penelitian tersebut
disimpulkan bahwa kebanyakan deposit mineral terbentuk dari :
    (i)     proses fisika-kimia dalam intrusi dan ekstrusi batuan beku, larutan atau
            dalam gas, yang terkumpul dalam jumlah besar, dan
    (ii)    proses konsentrasi secara mekanik.




                                                               Teknik Pertambangan Unmul - 4
muhammad dahlan balfas                                   GENESA BAHAN
                                                                   GALIAN

Klasifikasi Bahan Galian (Lingdren, 1911) :
I. Deposit dari Proses Mekanik
II. Deposit dari Proses Kimia                                 o
                                                 Temperatur C               Tekanan
   A. Pada Permukaan Air
   1. Oleh Reaksi                                   0 – 70           Menengah – Tinggi
   2. Evaporasi
   B. Pada Tubuh Batuan
   1. Konsentrasi subtansi yang terkandung
      dalam batuan
      a. oleh pelapukan                             0 – 100               Menengah
      b. oleh airtanah                              0 – 100               Menengah
      c. oleh metamorfisme                          0 – 400                Tinggi
   2. Konsentrasi dari subtansi luar
      a. Tanpa aktifitas magma                      0 – 100               Menengah
      b. Berhubungan dengan aktifitas magma
          (i) Berkaitan dengan air
               - Deposit Epitermal                  50 – 200             Menengah
               - Deposit Mesotermal                200 – 500               Tinggi
               - Deposit Hipotermal                500 – 600            Sangat Tinggi
          (ii) Emanasi magma langsung
               - Deposit Pirometasomatik           500 – 800           Sangat Tinggi
               - Sublimasi                         100 – 600         Rendah - Menengah
   C. Konsentrasi dalam magma oleh difrensiasi
   1. Deposit Magmatik                            700 – 1500            Sangat Tinggi
   2. Pegmatites                                     ±575               Sangat tinggi

Karena dasar utama klasifikasi tersebut adalah T dan P pembentukan deposit yang
kadang hanya didasarkan pada pengamatan di laboratorium, beberapa deposit belum
dapat dimasukkan kedalam klasifikasi diatas dan harus dipisahkan dengan istilah lain
seperti deposits of native copper dan deposits resulting from oxidation and supergen
sulfide enrichment, serta regionally metamorphosed sulfide deposits.

Kesulitan lain dalam penempatan deposit tertentu dalam klasifikasi Lingdren adalah
seperti deposit yang terdapat di Cerro de Pesco Peru, dimana secara mineralogi
deposit tersebut termasuk deposit mesotermal, tapi menurut Craton dan Bowditch
mineral-mineral tersebut ternyata terbentuk pada kedalaman yang relatif dangkal
dengan kondisi pada tekanan rendah. Dengan demikian deposit tersebut bisa juga
dimasukkan kedalam deposit epitermal. Untuk itu, faktor-faktor pengontrol
terbentuknya suatu deposit bahan galian (selain temperatur dan tekanan) harus juga
mendapat perhatian seperti faktor struktur geologi, pengaruh fisika dan kimia batuan
samping, ratio relatif dari konsentrasi ion-ion yang berbeda dalam larutan asal, dan
kompleksitas kimiawi.

Niggli (1925) memperkenalkan suatu klasifikasi yang didasarkan pada pemisahan
proses magmatik menjadi plutonik dan vulkanik, yang terdiri atas :
   I. Plutonik :
        1. Hidrotermal
        2. Pegmatitik-Pneumatolitik
        3. Orto-magmatik
   II. Vulkanik :
        1. Exhalative to hydrothermal
        2. Pneumatolitik
        3. Ortomagmatik

                                                               Teknik Pertambangan Unmul - 5
muhammad dahlan balfas                                  GENESA BAHAN
                                                                      GALIAN

Schnederhohn (1932) mengembangkan klasifikasi genetic sebagai berikut :
A. Magmatic Rocks and Ore Deposition
   a. Intrusive Magmatic
       I.          Intrusive Rocks and Liquid Magmatic Deposits
       I-II.      Liquid Magmatic – Pneumatolytic
       II.         Pneumatolytic;
                   1. Pegmatite Veins,
                   2. Pneumatolytic Veins and Impregnations,
                   3. Contact Pneumatolytic
       II-III. Pneumatolytic – Hydrothermal
       III.        Hydrothermal
   c. Extrusive Magmatic
       I.          Extrusive – Hydrothermal
       II.         Exhalation
B. Sedimentary Deposits :
   1. Weathered Zone (Oxidation & Enrichment);
   2. Placers;
   3. Residual;
   4. Biochemical-inorganic;
   5. Salts;
   6. Fuels;
   7. Descending groundwater deposits.
C. Metamorphic Deposits
   1. Thermal Contact Metamorphism
   2. Metamorphism Rocks
   3. Metamorphosed Ore Deposits
   4. Rarely formed metamorphic deposits




                                                                  Teknik Pertambangan Unmul - 6
muhammad dahlan balfas                                                  GENESA BAHAN
                                                                                      GALIAN

Mead L. Jensen dan Alan M. Bateman (1981) mengembangkan klasifikasi sebagai
berikut :

         TEORI                              PROSES                                   TIPE DEPOSIT
Terbentuk oleh proses internal

Kristalisasi Magmatik        Presipitasi mineral bijih sebagai unsur       Disseminated intan di Kimberlit,
Magmatic crystallization     utama atau unsur minor batuan beku            Mineral REE di Carbonatites,
                             dalam bentuk disseminated grains              Semua deposit granit, basal,
                             atau segregations.                            dunit, nefelin-senit.

Segregasi Magmatik           Pemisahan mineral bijih oleh                  Layer kromit di Great Dyke
Magmatic segregation         kristalisasi fraksinasi dan proses            Zimbabwe dan Bushveld Co,plex,
                             yang berhubungan selama difrensiasi           RSA
                             magma.

                             Liquation, Pemisahan liquid (liquid           Tubuh bijih tembaga-nikel
                             immiscibility), pemisahan sulfida dari        Sudbury, Canada; Pechenga,
                             magma, larutan sulfida-oksida atau            USSR dan Yilgam Block, Western
                             oksida yang terakumulasidi bawah              Australia
                             silikat atau diinjeksikan ke batuan           Deposit Titanium Allard
                             samping atau pada sejumlah kasus              Lake, Quebec, Canada.
                             dierupsikan ke permukaan.

Hidrotermal                  Pengendapan dari hot aquaeous                 Vein dan stockwork timah-
Hydrothermal                 solution, yang bisa berasal dari              tungsten- tembaga Cornwall, UK
                             magmatik, metamorfik, permukaan               Deposit tembaga porfiri
                             atau sumber lainnya.                          Panguna, PNG dan Bingham,
                                                                           USA

Sekresi Lateral              Difusi material pembentuk bijih atau          Deposit tembaga
Lateral secretion            gangue dari batuan samping kedalam            Yellowknife, Canada.
                             patahan atau struktur lainnya.                Deposit emas Mother Lode, USA.

Proses Metamorfik            Metamorfisme kontak atau regional             Deposit Andalusit, Transvaal, RSA
Metamorphic Processes        yang menghasilkan deposit mineral             Deposit Garnet, NY, USA.
                             industri
                                                                           Deposit tembaga Mackay, USA dan
                             Deposit pirometasomatik (skarn)               Craigmont, Canada.
                             terbentuk oleh proses replasemen              Deposit talk, Luzenac, France
                             batuan samping disekitar intrusi.

                             Konsentrasi awal atau further elemen          Beberapa vein emas dan
                             bijih oleh proses metamorfisme,               deposit disseminated nikel dalam
                             seperti granitisasi, proses alterasi, dll.    tubuh ultramafik.




                                                                                 Teknik Pertambangan Unmul - 7
muhammad dahlan balfas                                              GENESA BAHAN
                                                                                GALIAN


         TEORI                           PROSES                                TIPE DEPOSIT
Terbentuk oleh proses eksternal

Akumulasi Mekanik          Konsentrasi gravitasi, mineral           Timah placer Malaysia
                           resisten ke dalam endapan placer.        Emas placer Yukon, Canada.
                                                                    Deposit kaolin Georgia, USA

Presipitasi Sedimenter     Presipitasi particular elements dalam    Banded iron formations of the
Sedimentary precipitates   suitable sedimentary environment,        Precambrian shields.
                           dengan atau tanpa intervensi             Deposit mangan Chiaturi, USSR
                           organisme biologis.                      Deposit evaporit Zechstein, Eropa.
                                                                    Deposit Posfat Florida, USA.

Proses Residual            Pencucian (leaching) elemen yang         Nikel laterit New Caledonia,
                           mudah larut dari batuan dan              Bauksit Hungaria, Prancis,
                           meninggalkan elemen yang tidak           Jamaika dan Arkansas, USA.
                           larut sebagai material sisa.

Pengayaan sekunder atau Pencucian (leaching) elemen                 Beberapa bonanza emas dan perak
supergen                berharga dari bagian atas suatu             Bagian atas sejumlah
Secondary or supergene  deposit mineral dan kemudian di-            deposit tembaga porfiri
enrichment              presipitasikan pada kedalaman untuk
                        membentuk konsentrasi yang tinggi.

Volcanic exhalatif         Exhalations larutan hidrotermal di       Deposit logam dasar
( = Sedimentary            permukaan, biasanya di bawah laut        Meggan, Jerman;
exhalatif)                 dan umumnya menghasilkan tubuh           Deposit Kuroko, Jepang; Black
                           bijih stratiform.                        Smoker deposits of modern oceans
                                                                    Merkuri Almaden, Spanyol
                                                                    Deposit solfatara (kaolin +
                                                                    alunit), Sisilia.



1.3     FLUIDA PEMBAWA BIJIH

Bagaimana suatu deposit bijih bisa terbentuk?

Pembentukan deposit mineral/bijih adalah suatu proses yang sangat kompleks. Setiap
jenis mineral/bijih (ore) dan mineral gangue, memiliki tipe deposit sendiri yang berbeda
dengan tipe deposit lainnya, baik proses pembentukannya, mineralogy, tekstur,
kandungan, bentuk, ukuran, dan lain-lain. Ada banyak hal yang saling menpengaruhi
dalam pembentukan suatu deposit mineral/bijih. Salah satu faktor yang paling dominan
dalam pembentukan deposit suatu mineral adalah fluida pembawa bijih.

Fluida pembawa bijih terdiri atas :
(1) fluida magmatik,
(2) fluida hidrotermal,
(3) air meteoric,
(4) air laut,
(5) air konat, dan
(6) fluida metamorfik.

Temperatur dan tekanan juga memegang peranan yang sangat penting, tapi sebagian
proses bekerja pada temperatur dan tekanan permukaan. Faktor lain yang cukup
berperan adalah gas, porositas dan permeabilitas batuan, atmosfer, organisme dan
batuan samping.

                                                                           Teknik Pertambangan Unmul - 8
muhammad dahlan balfas                                   GENESA BAHAN
                                                                  GALIAN

1.3.1. MAGMA

Magma adalah larutan pijar (a high temperature molten) yang bersifat mobil dan
terbentuk secara alamiah pada mantel bumi bagian atas atau pada kerak bumi.
Temperatur magma sangat tinggi, berkisar antara 625oC (magma felsik) hingga
>1200oC (magma mafik). Umumnya, komposisi magma tidak homogen; sebagian kaya
akan unsur-unsur ferromagnesian, sebagian lainnya banyak mengandung silika,
sodium atau potassium, volatile, xenolith reaktif, atau substansi-substansi lainnya.
Komposisi magma juga terus berubah karena adanya reaksi kimia selama proses
asimilasi dan difrensiasi dalam magma berlangsung. Disamping itu, magma bersifat
tidak static dan bukan merupakan suatu system yang tertutup. Magma terus menuju
suatu kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya.

    Asimilasi magma adalah proses larutnya batuan samping ke dalam magma
     akibat pergerakan magma. Pergerakan magma sendiri terjadi akibat adanya :
     1. Tekanan gravitasi batuan sekitarnya terhadap dapur magma
     2. Tekanan lateral karena gerakan tektonik
     3. Perubahan volume pada waktu magma mengkristal dimana gas-gas keluar
     4. Stoping (batuan samping yang jatuh ke dalam magma akibat
         pergerakan/desakan magma ke batuan samping).

    Difrensiasi magma adalah proses yang menyebabkan magma terpisah
     menjadi dua bagian atau lebih yang berbeda komposisi. Difrensiasi meliputi :
     1. Liquid Immiscibility; pembentukan dua liquid yang tidak bercampur dalam
         suatu tempat (seperti minyak dan air).
     2. Kristalisasi Fraksional; pemisahan kristal yang terbentuk lebih dulu dari
         larutan karena gaya gravity settling, mekanika filter pressing, atau pengaruh
         arus konveksi dalam dapur magma.
     3. Transport material dalam larutan (magma) oleh pemisahan gas dari magma
         terletak pada bagian atas dapur magma.
     4. Difusi thermal; gradient temperatur menyebabkan perbedaan mineral yang
         terbentuk.

Pada proses pendinginan magma, kristalisasi dan pemisahan ke dalam fraksi-fraksi
terjadi karena proses kristalisasi fraksinasi atau difrensiasi. Elemen logam (dalam hal
ini) dapat terkonsentrasi oleh suatu mekanisme pembentukan batuan dalam berbagai
bentuk (yang akan dibahas kemudian).

Selama difrensiasi berlangsung, bagian magma yang bersifat lebih mafik kaya akan
kromium, nikel, platinum dan terkadang fosforous dan elemen-elemen lainnya.
Sebaliknya, konsentrasi tin, zirconium, thorium dan berbagai elemen lain ditemukan
dalam unit silicic (felsik).
• Kumpulan mineral penyusun batuan beku (logam dan non-logam) dari kristalisasi
 magma merepresentasikan sifat-sifat magma asal mineral-mineral tersebut.
• Didalam dapur magma, terjadi beberapa       proses yang saling terkait dan
 berkesinambungan (tergantung sifat magma asalnya).




                                                              Teknik Pertambangan Unmul - 9
muhammad dahlan balfas                                   GENESA BAHAN
                                                                   GALIAN

1.3.2. FLUIDA HIDROTERMAL

Sisa magma semakin banyak mengandung air magmatik (juvenil). Air magmatik
tersebut mengandung volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup
rendah dan merupakan ―mother liquors‖ dari larutan hidrotermal. Bowen dan ahli
geologi lainnya menyatakan bahwa larutan hidrotermal adalah residu dari injeksi
pegmatite setelah unsur-unsur pegmatite mengkristal.

Kandungan volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup rendah
tersebut dikenal dengan istilah mineralizers. Mineralizers ini mengandung (1) elemen
bersifat mobil dalam jumlah cukup banyak dalam batuan, (2) elemen seperti tembaga,
lead, zinc, perak, emas dan lain-lain; LIL (large-ion lithophile), (3) elemen seperti Li,
Be, B, Rb, dan Cs; dan (4) dalam jumlah cukup banyak berupa alkali, alkali earth, dan
volatile khususnya Na, K, Ca, Cl, dan CO2. Kesemuanya itu memegang peranan
penting dalam transportasi metal pada proses hidrotermal.

Kandungan air magmatik menyebabkan turunnya viskositas magma, titik beku mineral
semakin rendah dan memungkinkan pembentukan mineral yang tidak bisa terbentuk
pada ―dry melt‖. White (1967) menyatakan bahwa komposisi air magmatik bisa
dideterminasi dari (1) tipe magma dan sejarah kristalisasi, (2) hubungan temperatur
dan tekanan selama dan setelah pemisahan dari magma, (3) jenis air lain yang
kemungkinan bercampur dengan air magma pada saat bergerak, dan (4) reaksi
dengan batuan samping.

Air adalah komponen bersifat mobil paling penting dalam magma, jumlahnya yang
terus bertambah seiring dengan proses difrensiasi memegang peranan penting dalam
transportasi komponen bijih. Jumlah air dalam magma berkisar antara 1 – 15 % yang
merupakan fungsi dari berbagai parameter seperti – kandungan air dalam magma
awal, banyaknya air yang masuk dari batuan samping, tingkat porositas-permeabiliatas
batuan samping, tekanan magma dan tekanan dinding dapur magma, dan temperatur.




                                                               Teknik Pertambangan Unmul - 10
muhammad dahlan balfas                                 GENESA BAHAN
                                                                GALIAN




  Gambar 1.2. Kandungan dan sirkulasi air dalam dapur magma (magma chamber)

Pemahaman sifat fluida (hidrotermal) sangat penting untuk menjelaskan potensi kimia
dan bagaimana fluida tersebut dapat bergerak disepanjang zona-zona lemah seperti
patahan, kekar, pori-pori batuan dan lain-lain. Disamping sifat air magmatik diatas,
maka hal-hal lain yang mempengaruhi pembentukan deposit bijih adalah kandungan
volatile, densitas fluida, salinitas dan kandungan senyawa-senyawa kompleks dalam
fluida tersebut.

    Kandungan volatile, meskipun jumlahnya kecil, sangat berperan dalam
     mengurangi viskositas larutan, menurunkan titik melting, mengumpulkan dan
     media transportasi logam, dan juga berperan penting dalam pembentukan
     deposit mineral.

    Densitas fluida hidrotermal mempengaruhi viskositas, dinamika aliran (flow
     dynamics) dan mengontrol kelarutan komponen bijih (Helgeson, 1964).

    Salinitas berhubungan langsung dengan konsentrasi logam pada temperatur
     tinggi, dimana semakin tinggi salinitas fluida semakin besar konsentrasi logam
     berat dalam larutan (Ellis, 1970).

    Senyawa kompleks yang paling penting dalam fluida adalah kompleks klorida
     karena perannya dalam transportasi dan pembentukan deposit bijih. Kompleks
     ini dapat membentuk bijih dengan berbagai unsur seperti Cu+2, Zn+2, Pb+2, Ag,
     Hg+2.




                                                            Teknik Pertambangan Unmul - 11
muhammad dahlan balfas                                 GENESA BAHAN
                                                                GALIAN

1.3.3. AIR METEORIK

Air yang berasal dari atmosfir (hujan, salju) disebut air meteorik. Air tersebut
mengalami perkolasi ke bawah dan bereaksi dengan lithosfer dalam proses supergen.
Dalam proses tersebut, air meteoric melarutkan oksigen, nitrogen, karbondioksida, dan
gas-gas lain serta berbagai elemen kerak bumi lainnya - sodium, calcium, magnesium,
sulfat dan karbonat – yang sangat penting untuk mengikat dan membentuk deposit
bijih.

1.3.4. AIR LAUT

Karakteristik air laut sebagai fluida pembentuk bijih adalah dalam konteks evaporit,
fosforit, submarine exhalites, nodul mangan, dan endapan kerak samudera. Air laut
diasumsikan dapat (1) berperan pasif sebagai medium dispersi untuk pelarutan ion,
molekul, dan partikel suspensi, dan (2) berperan aktif dalam melarutkan ion dalam
batuan di lantai dasar samudera (table 15.1).

1.3.5. AIR KONAT

Air yang terperangkap dalam batuan sedimen bersamaan dengan pengendapan
material sedimen disebut air konat. Air konat sangat banyak diteliti dalam
hubungannya dengan eksplorasi dan produksi lapangan minyak. Disamping itu air
konat sangat banyak mengandung sodium dan klorida, dan juga mengandung calcium,
magnesium, dan bikarbonat, dan kadang strontium, barium, dan nitrogen (White,
1968). Pada kondisi aktif, air konat memiliki daya pelarutan yang sangat tinggi
terhadap unsur-unsur logam.

1.3.6. FLUIDA METAMORFIK

Air konat dan air meteoric yang berada di dalam bumi karena pengaruh panas dan
tekanan (oleh pengaruh intrusi magma atau metamorfisme regional) menjadi sangat
reaktif (Shand, 1943). Perubahan inilah yang kemudian menjadi air metamorfik yang
diyakini sangat aktif sebagai pembawa bijih.




                                                            Teknik Pertambangan Unmul - 12
muhammad dahlan balfas   GENESA BAHAN GALIAN




                             Teknik Pertambangan Unmul - 13   13
II.   KONSENTRASI MAGMATIK
Deposit magmatik dihasilkan dari kristalisasi langsung, atau konsentrasi oleh proses
difrensiasi di dalam dapur magma. Beberapa bijih terbentuk karena adanya efek fisika
seperti gravitasi; misalnya pembentukan kristal kromit yang terendapkan pada lantai
dapur magma, dan sebagian lainnya terbentuk karena perubahan kimia, seperti
perubahan pH yang dihasilkan dari reaksi antara fluida pembawa bijih dengan batuan
induk (host rock). Turunnya temperatur dan tekanan, atau perubahan velocity media
transport, atau pemisahan larutan, juga dapat menyebabkan reaksi kimia yang
menghasilkan pengendapan bijih.

Secara umum dalam pembentukan deposit mineralnya, magma asal yang terbentuk
pada awalnya masih bersifat mafik, terutama yang terbentuk di sepanjang zona
subduksi (dibawah kerak kontinen atau pada kerak samudera). Magma mafik ini
sebagian besar mengandung komponen silikat dan dalam jumlah terbatas komponen
oksida dan sulfida (gambar 2.1). Pada kondisi ini elemen metal dapat terkonsentrasi
dalam berbagai bentuk oleh mekanisme pembentukan batuan berupa kristalisasi,
fraksinasi, dan difrensiasi magma (gambar 2.2).

• Kristalisasi magma mafik menghasilkan kromit, nikel, platinum dan lain-lain.

Kristalisasi magma selanjutnya, magma sisa (rest magma) semakin bersifat felsik dan
semakin banyak mengandung komponen sulfida dan oksida. Proses difrensiasi magma
pada tahapan ini memegang peranan penting dalam membentuk deposit-deposit
mineral berharga.

• Kristalisasi magma felsik menghasilkan tin, zirconium, thorium dan elemen lainnya.

Sebagian magma sisa kemudian menerobos batuan samping yang dikenal sebagai
peristiwa injeksi magmatik. Komponen berharga dari proses ini disebut deposit injeksi
magmatik.

Secara berangsur, kadar air dan konsentrasi volatile di dalam magma sisa (rest
magma) bertambah banyak. Disamping itu, banyak juga terkandung CO2, boron,
fluorine, chlorine, sulfur, phosphorus, dan elemen-elemen lainnya. Kesemua
komponen tersebut membantu mengurangi viskositas magma dan menurunkan titik
beku mineral. Magma sisa pada kondisi ini memasuki tahapan aqueo-igneous - yaitu
suatu peralihan antara fase igneous menjadi fase hidrotermal – yang disebut tahap
pegmatitik.

Jika kandungan gas dalam magma - yang terdiri atas unsur air (±90%); CO2, H2S, dan
S melimpah; dan CO, HCL, HF, H2, N, Cl, F, B dan lain-lain - semakin besar, proses
magmatik akan memasuki proses pneumatolitik yaitu proses yang disebabkan oleh
lepasnya gas dari dalam magma. Gas-gas tersebut merupakan agen yang baik untuk
memisahkan dan mengangkut material berharga dari magma. Proses pneumatolitik
adalah proses yang sangat penting dalam membentuk metasomatisme kontak
(Daubree, 1841).




                                                               Teknik Pertambangan Unmul - 14
Gambar 2.1.   Skema sekuen proses magmatik awal yang mengawali pembentukan ore
               magma dan penempatannya. Gambar ini menunjukkan proses difrensiasi yang
               semakin ke kanan semakin asam (digambar ulang dari A.J. Naldrett dalam
               Gulibert & Park, 1981).


Guilbert & Park, 1981, menyatakan bahwa pengendapan bijih magmatik dapat terjadi
melalui lima cara, yaitu :
    1. Sedimentasi Magmatik (magmatic sedimentation) atau pengendapan dan
        akumulasi mineral yang telah mengkristal (crystal settling).
    2. Kristalisasi langsung pada dinding atau lantai dapur magma.
    3. Pemisahan liquid magmatik dan pemadatannya.
    4. Konsolidasi batuan beku yang mengandung asesori mineral ekonomik.
    5. Kristalisasi magma secara keseluruhan.
Pengendapan terjadi karena pada saat terjadi konveksi, terjadi penurunan temperatur
magma yang memungkinkan mineral-mineral tertentu mulai terbentuk terutama pada
puncak dapur magma. Kristal mineral-mineral tersebut memiliki variasi berat jenis,
ukuran butir, dan bentuk kristal. Variasi ini menyebabkan kristal-kristal tersebut
bergerak kebagian bawah dapur magma karena gaya gravitasi dan didukung oleh
viskositas magma asal yang masih rendah. Akumulasi mineral tertentu dapat terjadi


                                                             Teknik Pertambangan Unmul - 15
karena hanya larutan bersifat mafik yang memiliki viskositas rendah yang              dapat
terbentuk melalui proses ini.
• Olivine membentuk dunit,
• Olivine dan ortopiroksin membentuk peridotit (90% atau lebih olivine),
• Olivine dan piroksin membentuk pyroxenite (90% atau lebih enstatite).




          Gambar 2.2 Modifikasi Bowen’s reaction series (Guilbert & Park, 1981)


Jensen & Bateman, 1981, membagi deposit bijih dari konsentrasi magmatik ke dalam
dua tipe, yaitu :
   1. Magmatik Awal (Early Magmatic)
          a. Dissemination
          b. Segregation
          c. Injection

   2. Magmatik Akhir (Late Magmatic)
          a.   Residual liquid segregation
          b.   Residual liquid injection
          -      Residual liquid Pegmatitic Injection
          c.   Immiscible liquid segregation
          d.   Immiscible liquid injection




                                                                 Teknik Pertambangan Unmul - 16
2.1.   Magmatik Awal (Early Magmatic).

Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung yang disebut
orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh (1) kristalisasi langsung
tanpa konsentrasi, (2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu, dan (3) injeksi
material padat ke tempat lain oleh difrensiasi. Mineral bijih mengkristal lebih dulu
dibanding batuan silikat dan sebagian kemudian terpisah karena difrensiasi kristalisasi.
2.1.1. Diseminasi (Dissemination)

Proses kristalisasi magma untuk pertama kali, terjadi relatif pada kedalaman besar,
menghasilkan batuan beku granular. Kristal mineral (termasuk mineral bijih dalam
bentuk fenokris) yang terbentuk dalam proses ini tidak terkonsentrasi, tapi tersebar
merata (disseminated) di dalam tubuh batuan beku intrusive, bisa berbentuk dike, pipa
atau massa berbentuk stok. Ukuran depositnya sangat besar dibandingkan jenis
deposit lainnya. Contoh deposit adalah pipa intan Afrika Selatan yang tersebar merata
dalam batuan kimberlite dan korundum yang tersebar dalam nephelin syenite di
Ontario.

2.1.2. Segregasi (Segregation)

Segregasi magmatik awal adalah konsentrasi pertama pertama yang menghasilkan
unsur-unsur berharga dari magma, terbentuk karena difrensiasi kristalisasi akibat gaya
gravitasi. Karena kristalisasi tersebut, sebagian material menjadi lebih berat dari
larutan sehingga material tersebut terendapkan dan terakumulasi pada bagian bawah
dapur magma. Bentuk deposit mineral jenis ini biasanya lenticular dan berukuran kecil.
Kadang juga ditemukan dalam bentuk layer dalam batuan induk. Contoh depositnya
adalah deposit kromit Bushveld Igneous Complex (BIC) di Afrika Selatan.

2.1.3. Injeksi (Injections)

Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih kemungkinan
terbentuk karena difrensiasi kristalisasi, lebih dulu atau bersamaan dengan dengan
mineral batuan silikat yang berasosiasi dengan mineral bijih tersebut. Mineral-mineral
yang terbentuk tidak terakumulasi pada tempatnya terendap, tapi di-injeksi-kan dan
terkonsentrasi pada batuan samping. Contoh deposit seperti ini adalah dike
titanoferous magnetit di Cumberland, dan pipa platinum di Afrika selatan.


2.2.   Magmatik Akhir (Late magmatic).

Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang mengkristal dari magma
residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai bagian akhir dari proses
magmatik. Gejala yang sering diperlihatkan berupa pembentukan mineral-mineral
kemudian yang memotong endapan magmatik awal, dicirikan oleh adanya reaction rim
pada sekeliling mineral yang telah terbentuk. Deposit yang terbentuk berasal dari
proses difrensiasi kristalisasi, akumulasi gravitatif dari heavy residual liquid, dan
pemisahan liqud sulfide droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai
bentuk difrensiasi lainnya.



                                                               Teknik Pertambangan Unmul - 17
Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit magmatik
awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku (magma) terbentuk dan
setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi perpindahan tempat. Sedang
pada deposit magmatik akhir, kadang-kadang akumulasi tersebut masih berpindah dan
diendapkan pada batuan samping.


2.2.1. Gravitative Liquid Accumulation

Residual Liquid Segregation

Pemisahan yang terjadi di dalam dapur magma oleh proses difrensiasi kristalisasi
sudah terjadi mulai dari tahap awal sampai konsolidasi akhir. Karena mineral-mineral
mafik mengkristal lebih dulu, maka magma residu yang lebih bersifat felsik menjadi
sangat kaya akan silika, alkali, dan air. Kristal yang terbentuk pertama cenderung
akan bergerak ke dasar dapur magma karena berat jenisnya lebih besar dari liquid
residu-nya. Deposit mineral pada tipe ini terbentuk karena adanya proses difrensiasi
kristalisasi dan akumulasi magma residual. Contoh endapannya adalah deposit
Titanomagnetik di Bushveld.

Residual Liquid Injection

Liquid residual yang banyak mengandung logam yang terakumulasi di dalam dapur
magma, sebelum terkonsolidasi, bisa mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke
tempat lain yang tekanannya lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk
atau tekanan dari dalam magmanya sendiri) membentuk mineral-mineral berikutnya
secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection).



2.2.2. Residual Liquid Pegmatitic Injection

Pembentukan pegmatitik dihasilkan dari injeksi fluida magmatik yang mengandung
bahan-bahan mineral pembentuk batuan yang masih tersisa, air, karbondioksida,
konsentrasi rare elements, mineralizers, dan logam. Beberapa deposit pegmatite
memiliki deposit mineral berharga dan layak untuk dieksploitasi. Tubuh pegmatitik
biasanya berupa intrusi dike atau intrusi irregular.

Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi dengan batuan beku felsik
seperti granit dan diorit. Deposit pegmatite dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar,
dan mika; mineral tersebut membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi.
Feldspar dan mika dominan pada bagian dinding hingga intermediet, kuarsa dominan
pada bagian inti. Kristal-kristal besar pada zona inti dihasilkan dari fluiditas magma
yang sangat tinggi (viskositas rendah) memungkinkan ion-ion dapat bergerak lebih
cepat untuk membentuk muka kristal. Deposit logam yang cukup penting adalah
tantalium, niobium, tin, tungsten, molybdenum, dan uranium. Disamping itu, terdapat
pula deposit mineral industri seperti feldspar, mika, kuarsa, korondum, kriolit,
gemstone, rare earth, dan mineral-mineral yang mengandung beryllium, lithium,
cesium, dan rubidium.



                                                              Teknik Pertambangan Unmul - 18
2.2.3. Immiscible Liquid

Immiscible Liquid Segregation

Pada tahap ini, terjadi penetrasi larutan magma yang tersisa dan kemudian
membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Immiscible Liquid
Separation & Acumulation). Skinner & Peck menemukan suatu larutan immiscible
sulfide melt pada tahap akhir pendinginan lava Hawai yang jenuh akan sulfide sulfur
pada temperatur 1065oC. Sulfide-rich phases terdiri atas dua – yang pertama
immiscible sulfide-rich liquid dan yang kedua adalah copper-rich pyrrhotite solid
solution. Sulfide-rich liquid terdiri atas kombinasi pyrrhotite, chalcopyrite, dan
magnetite. Larutan tersebut mengandung oksigen yang cukup banyak, yang
menurunkan permukaan sulfide liquidus. Skinner & Peck menyimpulkan bahwa pada
fase pertama yang mengkristal adalah copper-nickel-rich pyrrhotite solid solution. Jadi
fase pertama kristalisasi immiscible sulfide liquid dapat mengkonsentrasikan copper
dan nickel yang dapat menghasilkan suatu ore bodies yang komersial.

Vogt dalam Jensen & Bateman, 1981, melihat bahwa iron-nickel-copper sulfides larut
sekitar 6 atau 7 persen dalam magma mafik dan selama pendinginan larutan tersebut
memisahkan diri sebagai immiscible sulfide drops, yang kemudian terakumulasi pada
dasar dapur magma dan membentuk liquid sulfide segregation.

• Dalam hal ini segregasi tersebut akan menyerupai akumulasi molten copper (matte)
    yang terkumpul pada bagian bawah tungku peleburan.

Sulfida-sulfida akan tetap dalam bentuk liquid hingga semua silikat mengkristal;
karenanya sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang
terbentuk lebih dulu dan kemudian mengkristal disekitarnya. Jadi sulfida adalah
mineral pyrogenic yang mengkristal paling akhir, dan karena sulfida-sulfida tersebut
melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk sebelumnya, kadan mereka
dinterpretasikan sebagai hidrotermal.


Immiscible Liquid Injection

Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti dijelaskan diatas) dan
kemudian mengalami gangguan sebelum terkonsolidasi, fraksi tersebut akan
mendesak ke dinding dapur magma membentuk celah atau membentuk daerah
breksiasi pada batuan samping dan akhirnya terkonsolidasi membentuk immiscible
liquid injection.

•    Setelah proses-proses di atas terjadi (Early Magmatic Process dan Late Magmatic
     Process) jika magma asalnya banyak mengandung unsur volatile, maka unsure-
     unsur volatile tersebut bersama larutan sisa, disebut larutan magma sisa (rest
     magma) akan membentuk jebakan transisi ke pegmatitit-pneumatolitis.
•    Apabila pembentukan deposit pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka
     larutan sisa magmanya akan sangat encer, karena tekanan gasnya sudah
     menurun dengan cepat. Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan hidrotermal.




                                                              Teknik Pertambangan Unmul - 19
III. METASOMATISME KONTAK

            perubahan metamorfik yang disertai pengantaran material dari external source

Umumnya magma tidak sempat mencapai permukaan bumi, tapi terkonsolidasi di
dalam kerak bumi. selama proses konsolidasi tersebut (1) emanasi fluida
bertemperatur tinggi (selama atau sesaat setelah konsolidasi magma) menghasilkan
efek pada invaded rock, dan (2) kristalisasi cenderung menyebabkan konsentrasi
volatil dalam residual liquid bertambah, sehingga pada akhir konsolidasi terdapat volatil
dalam jumlah besar yang akan bereaksi dengan batuan samping.

Efek emanasi magma pada batuan samping terdiri atas dua tipe, yaitu (1) efek panas
tanpa aksesi dari magma yang menghasilkan metamorfisme kontak, dan (2) efek
panas yang disertai aksesi dari dapur magma yang menghasilkan metasomatisme
kontak. Kedua tipe tersebut agak sulit dibedakan, dalam kaitannya dengan deposit
mineral metamorfisme kontak jarang menghasilkan deposit mineral yang cukup
eonomis dan sebaliknya metasomatisme kontak sering menghasilkan deposit mineral
yang ekonomik.

Metamorfisme kontak memperlihatkan sifat-sifat yang dipengaruhi oleh (1) endogene
atau efek internal pada daerah diluar margin tubuh intrusif dan (2) exogene atau efek
eksternal pada batuan yang kontak dengan intrusi magma.

 Efek endogene berupa perubahan tekstur dan mineral pada border zone; mineral
  pegmatit seperti tourmalin, beryl, atau garnet bisa ditemukan.
 Efek exogene terdiri atas baking atau pengerasan pada batuan samping dan
  secara umum menyebabkan transformasi. Mineral lama diurai, dan ion-ionnya
  mengalami rekombinasi untuk membentuk mineral stabil pada kondisi tersebut.
  Sebagai contoh, mineral AB dan CD bisa ter-rekombinasi menjadi AC dan BD.
  Dalam impure limestone yang mengandung Calcium Carbonat, magnesium, iron,
  kuarsa dan lempung dapat terjadi alterasi seperti :
                     ⇒ Calcium oksida + kuarsa → wollastonite
                     ⇒ dolomit + kuarsa + air → termolite
                     ⇒ dolomit + kuarsa + air + iron → actinolite
                     ⇒ kalsit + lempung + kuarsa → grossularite garnet

Dalam semua alterasi tersebut komposisi kimia batuan hampir tidak ada perubahan.
Alterasi semakin kuat pada daerah yang dekat dengan tubuh intrusi dan menghasilkan
suatu metamorphic aureule disekitar intrusi dalam berbagai bentuk dan ukuran
tergantung pada bentuk dan ukuran intrusi.

Metasomatisme kontak berbeda dengan metamorfisme kontak dalam hal banyaknya
accessions dari magma yang terlibat dalam reaksi. Dalam reaksi metasomatik dengan
batuan kontak, mineral baru yang terbentuk dibawah kondisi temperatur dan tekanan
yang tinggi bisa terdiri atas sebagian atau seluruhnya berasal dari magma.
Mineraloginya pun lebih bervariasi dan kompleks dibanding metamorfisme kontak,
sedang depositnya terbentuk dengan baik terutama pada batuan calcareous.




                                                                         Teknik Pertambangan Unmul - 20
3.1.   PROSES DAN EFEK

Emanation membawa unsur-unsur yang me-replace the intruded rock membentuk
mineral logam dan non-logam yang terdistribusi secara tidak teratur dalam contact
aureule. Tapi tidak semua intrusi magma dapat menghasilkan deposit metasomatisme
kontak berharga karena sangat terkait dengan tipe magma dan lingkungan
pembentukannya. Magma harus mengandung unsur-unsur berharga, dan batuan
kontak harus berupa batuan yang reaktif dan pada the invaded zone sebaiknya dapat
dicapai oleh sirkulasi air konat dan air meteorik.

Temperatur. Semakin jauh dari zona kontak, temperatur semakin menurun.
Penurunan tersebut (secara gradual selama pendinginan magma yang lambat)
menyebabkan terjadinya zona mineralisasi disekitar tubuh intrusif. Disamping
temperatur, zonasi tersebut juga sangat tergantung pada chemical gradient. Kehadiran
mineral wollastonite, andalusite, sillimanite, kyanite, kuarsa, dan lain-lain,
mengindikasikan bahwa metasomatisme kontak terjadi pada temperatur antara 300o-
800oC, meski bisa juga (sangat jarang) terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi.

Rekristalisasi, Rekombinasi, dan Accessions. Rekristalisasi dan rekombinasi
mineral penyusun batuan terjadi pada alteration halo. Rekristalisasi adalah indikasi
paling ringan dalam aksi kontak magma dengan invaded rock, terbentuk pada zona
alterasi terluar. Rekombinasi ion-ion terjadi dengan penambahan material dari magma.
Sebagai contoh, mineral AB dan CD te-rekombinasi menjadi AC dan BD, kemudian
menjadi ACX dan BDY, dimana X dan Y adalah Accessions dari magma.
    • Dolomit + kuarsa (+ temperatur tinggi) → tremolite, kemudian seiring dengan
        naiknya temperatur terbentuk forsterite, diopside, periclase, wollastonite,
        monticellite, spurrite, merwinite, dan larnite.
    • Magmatic accession terutama terdiri atas logam-logam, silika, sulfur, boron,
        chloride, fluorine, potassium, magnesium, dan sejumlah sodium.

Perubahan Volume. Berbagai penelitian menunjukkan adanya ekspansi volume
dalam metasomatisme kontak. Lingdren yang meneliti deposit metasomatik di
Morenici, Arizona, menunjukkan jika CaO dalam 1cc CaCO3 dikonversi menjadi
andradit garnet, volume CaO akan berubah menjadi 1,40cc, atau terjadi ekspansi
volume hampir setengah dari volume semula.

Tahap Pembentukan. Metasomatisme kontak mulai terjadi sesaat setelah intrusi dan
berlanjut hingga setelah bagian terluar intrusif terkonsolidasi. Secara umum, tahap
pertama terjadi rekristalisasi dan rekombinasi dengan atau tanpa accessions dari
magma. Mineral yang pertama terbentuk adalah mineral-mineral silikat. Magnetit dan
hematite kadang terbentuk bersamaan atau sesudah pembentukan mineral-mineral
silikat tersebut, tapi secara umum kedua jenis mineral tersebut (silikat dan oksida)
mendahului pembentukan mineral-mineral sulfida. Berturut-turut terbentuk pyrite dan
arsenopyrite, disusul oleh pyrhotite, molybdenite, sphalerite, chalcopyrite, galena, dan
paling akhir terbentuk sulfo-salts. Pada beberapa tempat, sulfida ditemukan terbentuk
bersamaan dengan silikat, namun ini sangat jarang terjadi.

Transfer material antara fluida magmatik dengan batuan samping terutama terjadi
pada periode akhir konsolidasi magma, yaitu setelah pendinginan border atau chill
zone dan selama akumulasi magma sisa dimana mineralizer mulai terbentuk.




                                                               Teknik Pertambangan Unmul - 21
3.2.   HUBUNGAN METASOMATISME KONTAK DENGAN INTRUSI

Pembentukan deposit metasomatisme kontak sangat tergantung pada komposisi
magma, batuan induk (host rock), dan kaitan antara ukuran dan kedalaman tubuh
intrusif. Tubuh ekstrusif juga menghasilkan efek pada batuan samping seperti baking,
pengerasan, atau efek lain pada daerah kontak, tapi sangat jarang menghasilkan
deposit mineral.

Komposisi Intrusi. Efek metamorfisme dapat terjadi pada semua jenis magma, tapi
metasomatisme kontak umumnya hanya terbentuk pada intrusi yang bersifat
intermediet hingga felsik. Jarang deposit yang dijumpai pada intrusi mafik dan hampir
tidak ada dalam intrusi ultramafik. Penyebabnya adalah karena pada material felsik
lebih banyak mengandung fluida dibanding material mafik.

Ukuran dan Bentuk Intrusi. Umumnya deposit metasomatik kontak berasosiasi
dengan tubuh intrusi yang berukuran besar seperti stocks dan batholith. Jarang
ditemukan deposit yang berasosiasi dengan intrusi yang lebih kecil seperti laccolith,
sill, ataupun dike. Disamping itu, tubuh intrusi yang membentuk kontak dengan
kemiringan landai dengan batuan samping menghasilkan zona mineralisasi yang lebih
luas dibanding kontak intrusi dengan kemiringan besar.

Kedalaman Intrusi. Kedalaman intrusi adalah faktor yang penting dalam pembentukan
deposit metasomatisme, karena deposit hanya terbentuk pada batuan dengan massa
dasar granular, yang mengindikasikan pendinginan yang relatif lambat pada
kedalaman yang besar (±1000~2100m). Tidak adanya deposit pada batuan dengan
tekstur glassy atau afanitik yang mengindikasikan pendinginan yang cepat pada
kedalaman dangkal, menunjukkan bahwa kondisi dekat permukaan tidak cocok untuk
pembentukan deposit metasomatik.

Alterasi pada Intrusi. Tubuh intrusi juga mengalami alterasi selama terjadinya
metamorfisme kontak. Epidote misalnya, adalah mineral utama dalam tubuh intrusi
yang kemungkinan dihasilkan dari absorpsi CaO dan CO2 dari the invaded rock.
Mineral lain yang terbentuk dengan cara yang sama adalah sebagian garnet,
vesuvianite, chlorite, diopside, disamping serisitisasi yang juga kadang ditemukan.

3.3.   HUBUNGAN METASOMATISME KONTAK DENGAN THE INVADED ROCK

Karakter dan penyebaran alterasi pada the invaded rock tergantung pada komposisi
dan struktur (baik primer maupun sekunder) the invaded rock tersebut.

Komposisi The Invaded Rock. Batuan karbonat adalah batuan yang paling penting
dalam pembentukan deposit metasomatik. Pure limestone dan dolomit mudah
mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan elemen-elemen dari external source.
Sedang kehadiran unsur-unsur pengotor seperti silika, alumina, dan besi dalam impure
carbonate rocks memungkinkan terbentuknya lebih banyak kombinasi mineral.
Batupasir juga mengalami rekristalisasi menjadi kuarsit dan kadang mengandung pula
mineral-mineral metasomatik. Serpih (shale) dan slate teraltersi menjadi hornfels yang
mengandung andalusite, sillimanite, staurolite, dan garnet, namun secara umum
batuan-batuan argillaceous jarang mengandung deposit metasomatisme yang bernilai
ekonomis.



                                                             Teknik Pertambangan Unmul - 22
Struktur The Invaded Rock. Struktur yang terdapat pada the invaded rock baik primer
maupun sekunder, seperti kemiringan bidang perlapisan dan sesar, mempengaruhi
luas dan posisi zona metasomatik kontak. Kemiringan perlapisan yang condong kearah
tubuh intrusi sangat baik untuk pembentukan zona metasomatik. Demikian juga sesar
dapat menjadi channelway untuk fluida metasomatik menyebar.

3.4.     DEPOSIT METASOMATISME KONTAK

Deposit metasomatisme kontak umumnya ukurannya relatif kecil dengan dimensi
sekitar 30 - 120m, distribusinya tidak merata di dalam contact aureule dan cenderung
terkonsentrasi pada sisi tubuh intrusi yang landai. Bentuknya umumnya irregular atau
mengikuti bidang perlapisan, kekar-kekar, atau struktur lainnya.

Mineral-mineral gang yang biasa ditemukan dalam deposit metasomatik antara lain
adalah grossularite dan andradite garnet, hedenbergite, tremolite, actinolite,
wollastonite, epidote, zoesite, vesuvianite, diopside, forsterite, anorthite, albite, fluorite,
chlorite, mika dan lain-lain. Kuarsa dan mineral-mineral karbonat selalu ditemukan.
Sebagai tambahan, silikat yang mengandung mineralizers seperti tourmaline, axinite,
scapolite, ludwigite, chondrodite, dan topaz, kadang-kadang ditemukan juga.

Mineral bijih terdiri atas oksida, logam murni (native), dan sulfida, arsenides, dan sulfo-
salts. Bijih oksida terdiri atas magnetite (paling banyak), ilmenite, hematite
(specularite), corondum, dan spinel. Logam murni yang paling banyak adalah graphite,
sedang emas dan platinum dijumpai dalam jumlah sedikit. Sulfida terutama terdiri atas
base-metal sulfides. Kadang juga ditemukan sulfo-arsenides dan antimonides,
tellurides, sceelit, dan wolframit.


Tabel 3.1    Tipe-tipe deposit mineral, mineral utama, dan contoh deposit yang terbentuk oleh
             Metasomatisme Kontak (Bateman & Jensen, 1981)
Deposit                          Chief Minerals                      Example of Deposit
Iron           Magnetite and hematite                               Cornwal. Pa. Mex
Copper         Chalcopyrite and bornite, with pyrite, pyrhotite,    Some deposits of Morenci
(Tembaga)      sphalerite, molybdenite, and iron oxides             and Bisbee, Arizona
Zinc           Sphalerite with magnetite, sulfides of iron and lead Hanover, N. Mexico
               Galena, magnetite,and sulphides of iron, copper,
Lead                                                                Magdalena, N. Mexico
                and zinc
                Cassiterite, wolframit, magnetite, scheelite,
Tin                                                                Pitkaranta, Finland
                pyrrhotite
                Scheelite and minor sulphides, or wolframit with
Tungsten                                                           Mill City, Nevada
           molybdenite and minor sulfides
Molybdenum Molybdenite, pyrite, garnet                             Yetholm, Australia
Graphite   Graphite and contact silicates                          South Australia
           Gold with arsenopyrite, magnetite, and sulfides of
Gold                                                               Cable, Mont.; Suan, Korea
           iron and copper
           Argentite, native, argentiferous galena                 Bingham district-Lark and
Silver
                                                                   U.S. Mines
Manganese      Manganese and iron oxides and silicates             Langban, Swedwn
               Magnetite and corondum, with ilmenite and spinel    Virginia, Peekskil, N.Y.;
Emery
                                                                   Turkey; Greece
Garnet         Garnet and silicates
               Corondum with magnetite, garnet, and other          Peekskil, N.Y.; Chester,
Corondum                                                           Mass.
                silicates

                                                                    Teknik Pertambangan Unmul - 23
IV. HIDROTERMAL
Proses pembentukan bijih secara primer pertama kali terbentuk dalam dapur magma,
yang diikuti oleh proses-proses di luar dapur magma selama dan sesaat setelah
proses konsolidasi berlangsung.

Hydrothermal mineralizing solution sebagian berasosiasi dengan magma dan sebagian
lagi tidak. Istilah hidrotermal secara harfiah diartikan sebagai air panas, dan air panas
bisa saja berasal dari proses lain selain proses magmatik. Dia bisa berupa air meteorik
atau air konat atau kandungan air yang dilepaskan dari dalam batuan selama proses
metamorfisme dan membentuk larutan hidrotemal. Menurut Helgeson, larutan
hidrotermal adalah larutan yang kental, weakly dissociated, dan larutan elektrolit yang
kaya akan chloride. Dengan kandungan chloride dan hadirnya ion H+, menunjukkan
bahwa bahwa larutan hidrotemal tersebut bersifat asam. Tentu saja hal ini sangat
tergantung pada derajat disosiasi HCl menjadi ion H+ dan Cl-. Pada temperatur 100oC
atau kurang, HCl hampir komplit mengalami disosiasi dan pH menjadi rendah.

Lingdren berdasarkan pada temperatur, tekanan dan asosiasi mineral deposit
hidrotermal, membagi deposit hidrotermal kedalam tiga kelas :
      1. Hipotremal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatur tinggi (300o
         – 500oC) dan tekanan sangat tinggi didekat intrusif
      2. Mesotremal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatur intermediet
         (200o – 300oC), tekanan tinggi, dan terletak cukup jauh dari intrusif.
      3. Epitermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatu rendah (50o –
         200oC), tekanan menengah, dan terletak jauh dari intrusif.
Buddington menambahkan dua kelas :
      4. Teletermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk setelah larutan bermigrasi
         jauh dari intrusif dimana kemungkinan sebagian materialnya tidak berasal dari
         intrusif, temperatur dan tekanan rendah.
      5. Xenotermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk oleh larutan dekat
         permukaan pada kondisi temperatur awal dan tekanan awal tinggi
         menyebabkan terjadinya reaksi dan pengendapan yang cepat

Dalam perjalanan melewati batuan, larutan hidrotermal secara berangsur
mengendapkan mineralnya dalam bentuk (1) pengendapan dalam berbagai jenis
bukaan (cavity filling) dalam batuan, membentuk cavity-filling deposits, atau (2)
replasemen metasomatik dalam batuan membentuk replacement deposits. Pengisian
bukaan oleh presipitasi bisa bersamaan dengan replasemen batuan samping. Namun
secara umum, terjadi gradasi antara kedua tipe deposit mineral tersebut. Replasemen
dominan terbentuk relatif dekat dari tubuh intrusif dan dibawah kondisi temperatur dan
tekanan yang tinggi menghasilkan deposit hipotermal. Pengisian bukaan terbentuk
relatif jauh dari tubuh intrusif dan dibawah kondisi temperatur dan tekanan yang rendah
yang menghasilkan deposit epitermal. Sedang pada deposit mesotermal, kedua
bentuk tersebut dapat ditemukan.

4.1.   PRINSIP DASAR PROSES HIDROTERMAL

Proses hidrotermal menghasilkan deposit mineral yang merupakan sumber suplai
utama dari berbagai jenis mineral seperti emas, perak, tembaga, timah, antimon,
kobalt, merkuri, molybdenum, uranium, tungsten, fluorspar, barite, gems, dan lain-lain.


                                                               Teknik Pertambangan Unmul - 24
Beberapa hal yang menjadi syarat pembentukan deposit hidrotermal adalah :
 1. Tersedia mineralizing solutions (mineralizers) yang cukup banyak untuk
    melarutkan dan menjadi media transport bahan-bahan mineral,
 2. Tersedianya bukaan (opening) dalam batuan sebagai saluran migrasi larutan
    hidrotermal,
 3. Tersedia tempat untuk pengendapan kandungan mineral,
 4. Reaksi kimia yang menghasilkan deposit, dan
 5. Konsentrasi larutan cukup mengandung bahan-bahan mineral deposit untuk
    membentuk deposit yang baik.

Kandungan volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup rendah tersebut
dikenal dengan istilah mineralizers. Mineralizers ini mengandung (1) elemen bersifat mobil
dalam jumlah cukup banyak dalam batuan, (2) elemen seperti tembaga, lead, zinc, perak, emas
dan lain-lain; LIL (large-ion lithophile), (3) elemen seperti Li, Be, B, Rb, dan Cs; dan (4)
dalam jumlah cukup banyak berupa alkali, alkali earth, dan volatile khususnya Na, K, Ca, Cl,
        2
dan CO . Kesemuanya itu memegang peranan penting dalam transportasi metal pada proses
hidrotermal.

4.1.1. Pergerakan Larutan Hidrotermal Melalui Batuan

Pergerakan larutan hidrotermal dari sumber ke tempat pengendapan sangat
tergantung pada tersedianya bukaan (opening) dalam batuan, sedang pembentukan
tubuh bijih yang besar tergantung kepada banyaknya suplai material yang bisa
terangkut melalui bukaan tersebut. Dengan demikian bukaan tersebut harus saling
berhubungan antara satu dengan lainnya. Berbagai tipe bukaan dalam batuan yang
dapat menjadi saluran migrasi larutan disajikan pada tabel 3.1.

                        Tabel 3.1. Tipe-tipe bukaan dalam batuan
                                     Original Cavities
Pore spaces                                              Cooling cracks
Crystal lattices                                         Igneous breccia cavities
Vesicles or ―blow holes‖                                 Bedding Planes
Lava drain channel
                                     Induced Channel
Fissures, with or without faulting                       Volcanic pipes
Shear-zone cavities                                      Tectonic pipes
Cavities due to folding and warping                      Collapse breccias
      Saddle reefs                                       Solution caves
      Pitches and flats                                  Rock alteration openings
      Anticlinal and synclinal cracking and slumping


Porositas. Porositas batuan adalah persentase pori dalam batuan. Pada batuan
dengan butiran berbentuk bulat, kisaran posositas dari minimum 25,95% dan
maksimum 47,64%. Namun perlu diingat bahwa butiran batuan tidak pernah
sepenuhnya bulat. Material berbentuk angular memiliki porositas yang lebih besar
dibanding yang berbentuk bulat, dan material berukuran halus relatif lebih besar
posositasnya dibanding material berukuran kasar.




                                                                 Teknik Pertambangan Unmul - 25
Persentase porositas dari beberapa sampel batuan adalah sebagai berikut :

                                Rata-rata          Maksimum               Minimum
 Granit                          0,369               0,62                   0,19
 Batugamping                      4,88               13,36                  0,53
 Batupasdir                       15,9               28,28                  4,81
 Oil sands                        19,4
 Batulempung                     28,43

Permeabilitas. Permeabilitas adalah kemampuan material meluluskan air.
Permeabilitas tergantung pada porositas batuan, tapi batuan yang porous belum tentu
permeabilitasnya bagus. Permeabilitas tergantung pada ukuran pori, banyaknya pori,
dan interkoneksi antar pori. Beberapa lava vesikular berporositas tinggi, tapi karena
tidak salin berhubungan menyebabkan permeabilitasnya rendah.

Pore Spaces. Pori batuan adalah ruang antar butiran. Pore spaces ini menyebabkan
batuan menjadi permeabel dan memungkinkan transport dan akumulasi bijih-bijih,
petroleum, gas, dan air.

Bedding Planes. Kenampakan pada formasi sedimen berupa bidang perlapisan.

Vesicles or ―Blow Holes‖. Vesicles ar ―blow holes‖ adalah bukaan yang dihasilkan
oleh ekspansi vapor seperti terlihat pada bagian atas beberapa aliran lava basal. Jika
vesicle tersebut terisi disebut amygdaloid.

Volcanic Flow Drains. Volcanic Flow Drains terbentuk pada aliran lava manakala sisi
luar lava telah solid dan lava cair pada bagian dalam keluar membentuk pipa/saluran.

Cooling Cracks. Terbentuk sebagai hasil kontraksi betuan beku yang mendingin.
Cooling cracks bisa berbentuk blok, paralel, atau irregular.

Fissures. Fissures adalah bukaan berbentuk tabular memanjang dalam batuan.
Terbentuk oleh gaya kompresi, tensile, atau torsion yang bekerja pada batuan dan
kadang diikuti oleh patahan. Jadi patahan termasuk fissures, tapi tidak semua fissures
diikuti oleh patahan. Fissures ini merupakan saluran yang sangat baik untuk
transportasi larutan. Jika fissures tersebut terisi oleh logam atau mineral, disebut
fissures veins.

Folding and Warping. Pelenturan dan lipatan lapisan sedimen menghasilkan bentuk :
(1) bukaan saddle reef pada puncak lipatan yang tertutup, (2) pitches and flats adalah
bukaan yang terbentuk oleh pemisahan lapisan pada gentle slumping, dan (3)
longitudinal cracks sepanjang puncak antiklin atau sinklin.

Igneous breccia Cavities. Breksi batuan beku ada dua tipe, yaitu : breksi vulkanik
yang membentuk aglomerat dan breksi intrusif.

Volcanic Pipe. Pada saat terjadi aktifitas vulkanik terbentuk bukaan berbentuk pipa
akibat adanya material yang terlempar keluar. Material yang terlempar keluar tersebut
kadang kembali jatuh ke dalam lubang vulkanik membentuk breksi dan menyisakan
ruang antar fragmen.



                                                              Teknik Pertambangan Unmul - 26
Tectonic Breccia, Collapse Breccia, etc. Breksi juga bisa terbentuk akibat adanya
penghancuran pada batuan brittle disebabkan oleh lipatan, sesar, intrusi atau berbagai
gaya tektonik lain. Sama seperti breksi yang terbentuk pada volcanic pipes, fragmen
breksi yang terkonsolidasi menyisakan ruang antar fragmen.

Rock Alteration Openings. Batuan yang mengalami alterasi bersifat lebih          porous
dibanding batuan yang tidak teralterasi.

Pergerakan larutan melalui batuan umumnya melalui bukaan yang berbentuk fissures
karena sifatnya yang saling berhubungan, atau melalui bukaan lain yang lebih kecil
seperti shear zone, lapisan lava vesikuler, atau sedimen yang porous.

Disamping tersedianya bukaan, ukuran butir partikel batuan juga cukup penting dalam
pembentukan deposit hidrotermal, bukan hanya dalam kaitannya dengan pergerakan
larutan dalam batuan, tapi juga dalam kaitannya dengan reaksi kimia antara batuan
samping dengan larutan. Batuan dengan ukuran partikel kecil (seperti claystone)
menunjukkan luas permukaan yang kontak dengan larutan lebih besar dari batuan
dengan ukuran partikel besar (seperti sandstone), hal ini memungkinkan terjadinya
reaksi kimia yang lebih banyak antara batuan dengan larutan. Sedang ukuran porinya
sangat kecil sehingga permeabilitasnya menjadi rendah. Kondisi demikian memang
kurang baik untuk migrasi larutan, tapi sebaliknya sangat baik untuk pengendapan
mineral.

Pengendapan mineral terjadi seiring dengan turunnya temperatur dan berkurangnya
tekanan dalam larutan. Turunnya temperatur sangat tergantung pada jumlah larutan
yang bergerak dan kapasitas batuan samping untuk menerima panas dari larutan.
Sementara akan berkurang seiring dengan semakin berkurangnya kedalaman akibat
pergerakan larutan relatif ke atas.

4.2.   ALTERASI BATUAN SAMPING DAN GANGUE

Batuan samping (country rock) yang ditempati deposit bijih dari proses hidrotermal,
hampir selalu memperlihatkan adanya efek reaksi yang dihasilkan dari fluida panas
yang mengalami sirkulasi menuju kesetimbangan. Efek tersebut berbentuk selubung
(isolasi) yang membatasi antara batuan segar dengan terobosan magma sisa.
Selubung tersebut disebut alterasi batuan samping.

Alterasi hidrotermal adalah setiap perubahan komposisi mineral batuan (baik fisik
maupun kimia) karena pengaruh fluida hidrotermal. Alterasi bisa disebabkan antara
lain oleh :
    1. Diagenesis dalam sedimen
    2. Proses regional, termasuk metamorfisme
    3. Proses postmagmatic atau postvolcanic yang berasosiasi dengan proses
        pendinginan
    4. Proses mineralisasi langsung

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan intensitas alterasi hidrotermal
adalah :
   1. Karakteristik dan komposisi batuan induk (host rock)
   2. Komposisi fluida hidrotermal yang meliputi Eh, pH, tekanan vapor, komposisi
       anion-kation, dan derajad hydrolysis.

                                                             Teknik Pertambangan Unmul - 27
3. Kondisi temperatur dan tekanan dan perubahan fase hidrotermal
    4. Perubahan akibat penguraian unsur-unsur dalam larutan, seperti penguraian
       H2S yang menyebabkan larutan menjadi lebih asam.

Luas daerah alterasi untuk setiap deposit sangat bervariasi, kadang bisa mencapai
beberapa kilometer jika alterasi tersebut dipengaruhi oleh a network of vein.
Perubahan minor dalam distribusi mineral gangue bisa menunjukkan arah penyebaran
vein yang mengandung bijih.

                             Mineral Bijih             Mineral Gang                     Wall-rock
                              Ore Minerals            Ganggue Minerals                  Alteration
                       HgS                       m      k
                                                 a     a                      b
                                                 r     l                      a
         Epithermal Sb2S3                        k     s                      r         Montmorillonite
                                                 a     e            r    f    i              Kaolinite
                       Au          AgS           s     d            o     l   t     V
                                                 i     o            d    u          a
                                                 t     n        s   o    o
                       Barren                                   i   k    r
                                                                                    r
                                                                d   r    i          i
G                      AgS         Ag3SbS3                      e   o    t          a
e                                                               r   s               b
n                                  Cu12Sb4S13                   i   i
                       PbS                                                          l
                                                                t   t
e                                                p     ku   k                       e
r     Mesothermal      ZnS                        i    a    a                                 Chlorite
a                                                r     r    l                       S      Carbonates
l                      CuFeS2                    i     s    s                       e
                                                 t     a    i
i                                                           t
                                                                                    q
z                      Au                                                           u
e                                                                                   e          Sericite
d                      FeAsS       Bi                                               n          Quartz
                                                                                    c           Pyrite
       Hypothermal MoS2                                                             e

                       CaWO4       (Fe,Mn)WO4

                       SnO2
                                                                         Diopsit              Diopside
Metasomatik kontak Fe3O4           CaWO2                                 Garnet                 Garnet
                                                                         Idocrase
Contact Metasomatic                                                      Tremolit             Idocrase
                      SnO2        Be3Al2Si6O18                  o   t
                                                                r    u
                                                                t   r                          Quartz
      Pegmatik        LiAlSi2O6                                 o   m                       Muscovite
      pegmatite                                                 k    a                     Tourmaline
                                                                l   l                          Topaz
                      (Fe,Mn)(Nb,Ta)2O6                         a   i
                                                                s   n
Gambar 4.2.   Kondisi kimia dan mineralogi secara umum yang berasosiasi dengan zona epi-
              meso-hypothermal, metasomatik kontak, dan pegmatik (D. Garlick).



                                                                         Teknik Pertambangan Unmul - 28
Reaksi yang penting untuk alterasi ada beberapa tipe yaitu :
   1. Hidrolisis; Hidrolisis batuan samping sangat penting karena berfungsi untuk :
           a. merubah anhydrous silicates seperti feldspar menjadi hydrolyzed.
           b. Mempertahankan pH fluida yang pada gilirannya mempengaruhi
               solubility dan hubungan asosiasi-dissosiasi dalam fluida.
       Hydrolisis mengontrol transfer K+, Na+, Ca2+, Mg2+, dan ion-ion lainnya dari
       batuan silikat ke dalam larutan (solution).
   2. Hydration-Dehydration
   3. Metasomatisme alkali atau alkali tanah
   4. Serpentinisasi mineral olivin dan rombik-piroksin
   5. Kloritisasi mineral-mineral ferromagnesian
   6. Saussuritisation atau alterasi basic plagiclase menjadi sodic plagioclase,
       epidote, kalsit, dan lain-lain.
   7. Uralitisation atau alterasi piroksin menjadi amfibol
   8. Propylitisation atau alterasi batuan beku berbutir halus (terutama andesit)
       menjadi klorit, epidot, serisit, dan lain-lain
   9. Kaolinitisation atau alterasi feldspar menjadi mineral lempung.

4.3.   DEPOSIT MINERAL YANG DIHASILKAN

Pengisian celah (cavity filling) adalah pengendapan larutan mineral dalam bukaan
yang terdapat pada batuan samping (rock opening). Larutannya sendiri bisa dalam
kondisi cair atau kental, panas atau dingin, dan berasal dari magmatik atau bukan.
Umumnya mereka dalam bentuk cair dan panas. Mineral pertama tumbuh dari dinding
bukaan kearah dalam bukaan.

Dalam beberapa kasus, satu atau beberapa mineral terendapkan pada semua bagian
dinding bukaan menghasilkan homogeneus atau massive ore. Dalam bukaan juga
kadang terlihat adanya crustificatian atau adanya perulangan pengendapan mineral
dari arah luar ke arah dalam bukaan. Perulangan tersebut bisa dalam bentuk simetris
jika terjadi perulangan secara sistematis (123454321) atau bentuk asimetris jika
perulangannya tidak sistematis (acbdbebfbgbka).
Perulangan asimetris bisa terjadi jika ada reopening pada deposit yang telah terbentuk
sebelumnya, misalnya pertama terendapkan abba yang kemudian setelah reopening
celah abba diisi oleh mineral lain c,d,e,f, dan seterusnya.

Jika pengendapan mineral terjadi disekeliling fragmen-fragmen breksi, maka dihasilkan
cockade ore. Jika kristal mineral utama tumbuh dari dinding kearah dalam bukaan,
terbentuk comb structure. Jika pengisiian bukaan tidak komplit dalam seluruh bukaan
batuan, terbentuk vugs yang kadang bisa dimasuki manusia.

Pengisian celah meliputi dua proses utama, yaitu : (1) pembentukan bukaan, dan (2)
pengendapan mineral. Keduanya bisa terjadi secara bersamaan, namun umumnya
keduanya terbentuk secara terpisah.

Deposit pengisian celah (cavity filling) ditemukan dalam bentuk-bentuk berikut :
   1. Fissure veins; tubuh bijih berbentuk tabular yang meliputi satu atau lebih
       fissure. Fissure veins adalah bentuk deposit cavity filling yang paling penting
       dan paling banyak ditemukan. Fissure veins terbentuk (1) oleh stresses yang
       bekerja pada kerak bumi dan bisa diikuti oleh pen-sesar-an, dan (2) oleh gaya
       dari dalam tubuh intrusi selama mineralisasi berlangsung. Vein matter pada


                                                             Teknik Pertambangan Unmul - 29
fissure terdiri atas beberapa mineral gang dan bijih. Tidak seperti pada deposit
       cavity filling lainnya, fissure veins umumnya mengandung lebih dari satu
       mineral gang seperti kuarsa, kalsit, dan rhodochrosite. Mineral bijih yang sering
       ditemukan dalam kelas ini adalah gold, silver, silver-lead, copper, lead, zinc, tin,
       antimony, cobalt, mercury, molybdenum, uranium, tungsten, fluorspar, barite,
       dan gems. Beberapa bentuk fissure veins adalah :
           a. Chambered veins; jika dinding fissure veins berbentuk irregular dan ter-
              breksiasi terutama pada hanging wall-nya.
           b. Dilation (lenticular) veins dalam batuan sekiss; jika fissure veins
               berbentuk lensa gemuk yang saling berhubungan.
            c. En echelon veins dalam batuan sekiss; jika fissure veins berbentuk
               lensa gemuk yang tidak saling berhubungan.
            d. Sheeted veins; kelompok fissure veins yang rapat dan paralel.
            e. Linked veins; kelompok fissure veins yang paralel dan dihubungkan oleh
               diagonal veinlets.
   2. Shear-zone deposits; tubuh bijih yang tipis, melembar, bukaan yang saling
       berhubungan sehingga sangat baik dalam pembentukan deposit cavity filling.
       Bijih yang sering ditemukan dalam bentuk ini adalah gold dan pyrite.
   3. Stockwork; veinlet pembawa bijih berukuran kecil, membentuk network, dan
       saling berhubungan. Bijih yang biasa ditemukan dalam bentuk ini adalah tin,
       gold, silver, copper, molybdenum, cobalt, lead, zinc, mercury, dan asbestos.
   4. Saddle reef; suatu celah (ruang) pada puncak lipatan antiklin berbentuk sadel
       kuda, yang kemudian terisi dengan deposit cavity filling.
   5. Ladder veins; vein pendek yang biasanya adalah cabang dike.
   6. Pitches and flat- fold cracks
   7. Breccia-filling deposits, volcanic, collapse, and tectonic
   8. Solution cavity filling : cave, channel, and gash vein
   9. Pore-space filling
   10. Vesicular filling.

Metasomatic replacement atau simply replacement adalah proses yang sangat penting
dalam pembentukan deposit mineral hipotermal, mesotermal, dan penting dalam
pembentukan deposit mineral epitermal. Metasomatic replacement umumnya
menghasilkan deposit mineral-mineral bijih seperti iron, copper, lead, zinc, gold, silver,
tin, mercury, molybdenum, manganese, barite, fluorite, magnesite, dan kyanite. Bentuk
depositnya adalah disseminated, massive, dan lode.




                                                                Teknik Pertambangan Unmul - 30
V. GENESA DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI

Tambang tembaga tertua yang diketahui terletak di Maadi pada zaman pra-dinasti
Egiptian sekitar 10 km dari Kairo dan artefak tembaga yang ditemukan menunjukkan
bahwa industri peleburan bijih tembaga telah dimulai sejak 3300SM. Di Zambia juga
ditemukan tambang tembaga di daerah Bwana Mkubwa dekat Ndola. Selanjutnya
diketahui pula bahwa di Asia Kecil dan Siprus telah ada peleburan dan pengolahan
tembaga, dan mencapai puncaknya pada zama Egiptian (Bowen & Gunatilaka, 1977).

Catatan sejarah menunjukkan bahwa antara tahun 1580 – 1850 produksi tembaga per
tahun 10.000 ton. Jadi pada saat itu, hanya deposit tembaga berkadar tinggi yang telah
dieksploitasi. Di Eropa Utara, bijih tembaga yang ditambang pada tahun 1540 berkadar
8% tembaga. Pada tahun 1890 deposit tembaga berkadar 6% tembaga sudah mulai
digarap dan menjelang 1906, berkat kemajuan teknologi penambangan, deposit
tembaga dengan kadar 2% tembaga sudah dianggap ekonomis.

Dewasa ini Amerika Serikat, Kanada, Cili, Peru, dan Zambia merupakan negara-
negara penghasil tembaga utama dunia. Sedangkan negara-negara konsumen
tembaga utama adalah Eropa barat, Jepang, dan negara-negara di Amerika Utara.
Penggunaan tembaga umumnya adalah untuk keperluan industri listrik,
telekomunikasi, keteknikan, transportasi, dan lain-lain.
• Meski terdapat logam pengganti tembaga, seperti aluminium, kenyataan
  menunjukkan bahwa kebutuhan akan tembaga terus meningkat seiring dengan
  kemajuan teknologogi dan taraf hidup masyarakat yang membaik.

Sistem pengolahan tembaga dilakukan dengan ekstraksi tembaga, dimana tembaga
dipisahkan dengan cara flotasi. Bijih tembaga pekat dari flotasi tersebut kemudian
dibakar dalam tanur pada temperatur tinngi sehingga tembaganya memisah.
Pengolahan tahap akhir dilakukan dengan elektrolisis atau pemurnian tembaga
(Moeller, 1968).

5.1.   HAKEKAT DAN KLASIFIKASI TEMBAGA

Tembaga adalah salah satu unsur transisi periode keempat dan anggota golongan IB
dalam sistem periodik. Sebagaimana unsur transisi lainnya, tembaga juga merupakan
logam padat dengan sifat kimia seperti pada tabel 5.1. Unsur ini di alam dapat
berbentuk logam bebas atau dalam bentuk senyawa-senyawa sulfida dan oksida,
berwarna merah tembaga, berat jenis 8 dan kekerasan 3.

                      Tabel 5.1 Sifat kimia tembaga (Goates, 1981)
                        Sifat Kimia                   Tembaga (Cu)
                 Jari-jari Atom (A)                      1,28
                              o
                 Titik leleh ( C)                        1080
                 Elektronegativitas                      1,8
                 Konfigurasi elektron                    3d104s1
                 Tingkat oksidasi                        +1, +2, +3
                 Nomor atom                              29
                 Berat atom                              63,54
                 Titik didih (oC)                        2310




                                                                Teknik Pertambangan Unmul - 31
Berdasarkan asosiasi batuannya, Jacobsen (1975) dalam Bowen dan Gunatilaka
(1977) telah membagi deposit tembaga ke dalam empat kategori yang terdiri atas :
   1. Plutonik; termasuk kompleks ultramafik dan mafik, kompleks karbonat dan
        porfiri, dan pirometasomatik skarn
   2. Hidrotermal; termasuk vein hidrotermal, replasemen dan bijih pipa breksi
        (breccia pipe ores).
   3. Volkanogenik; termasuk stratabound massive base metal sulphides dan
        disseminated sulphides dalam tufa dan aglomerat.
   4. Sedimen; termasuk deposit yang terbentuk dalam lapisan merah kontinen
        (continental red beds) dan calc-arenites.
Sebenarnya keempat kelas tersebut di atas sedikit banyak telah mengalami pengaruh
hidrotermal. Alasan untuk memisahkan hidrotermal ke dalam kelas tersendiri karena
kenyataan menunjukkan bahwa sebagian deposit tembaga yang berhubungan genetik
dengan hidrotermal, seperti tipe deposit hidrotermal residu, tidak bisa dimasukkan ke
dalam ketiga kelas lainnya. Contoh deposit tembaga seperti ini adalah deposit bijih
tembaga Butte di Montana yang berasosiasi dengan vein berbentuk anyaman.

Selanjutnya dari keempat kelas di atas, terdapat empat jenis deposit tembaga utama
yaitu (1) deposit bijih tembaga porfiri, (2) deposit bijih tembaga hidrotermal, (3) deposit
bijih tembaga sedimen vulkanik, dan (4) deposit bijih tembaga stratiform.




Gambar 5.1   Total produksi per tahun dari empat jenis deposit tembaga utama dan umur relatif
             masing-masing deposit (Bowen dan Gunatilaka, 1977)

Dari histogram di atas, menunjukkan bahwa secara ekonomi, produksi tembaga
terbesar berasal dari deposit porfiri yang juga merupakan deposit berumur relatif
muda.

5.2.   DEFINISI DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI DAN PENYEBARANNYA

Istilah tembaga porfiri berasal dari hubungan mineralisasi tembaga dengan batuan
plutonik. Deposit ini dicirikan oleh tembaga dan molibdenit dalam bentuk hamburan
(disseminated) atau fenokris dalam batuan dengan tekstur porfiritik. Tembaga porfiri
didefinisikan sebagai suatu deposit besar, berkadar rendah hingga menengah dalam


                                                                  Teknik Pertambangan Unmul - 32
sulfida hipogen yang dikontrol oleh struktur primer dan umumnya berasosiasi dengan
intrusi asam atau intermediat porfiri (Kirkham, 1971, dalam Guilbert dan Park, 1987).

•   Deposit besar adalah untuk menggambarkan total produksi tembaga dari deposit
    tembaga porfiri yang sangat besar, sekitar 15 milyar ton per tahun.
•   Deposit berkadar rendah hingga menengah adalah untuk menjelaskan konsentrasi
    tembaga dalam deposit tembaga porfiri. Umumnya kandungan tembaga berkisar
    antara 0,6 – 0,9% Cu, yang paling tinggi sekitar 1 – 2% Cu seperti di El Teniente
    dan Chuquimata, sedang yang paling rendah adalah 0,35% Cu hingga saat ini
    dianggap belum ekonomis. Mineral tembaga yang paling umum dijumpai adalah
    kalkopirit, sedang jenis lain seperti bornit dan kalkosit jumlahnya sangat kecil.

Umumnya deposit tembaga porfiri berumur post-Paleozoikum, khususnya antara kala
Kapur dan Paleogen. Sillitoe (1972) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menyatakan
penyebaran tembaga porfiri tergantung pada tingkat erosi yang menyebabkan
tersingkapnya rantai plutonik-vilkanik dan pembentukannya berhubungan erat dengan
generasi magma pada zona-zona subduksi.

Deposit tembaga porfiri yang utama ditemukan pada daerah bagian barat benua
Amerika yang memanjang dari Alaska, Kolumbia, Amerika Serikat (Wasington),
Montana, Idaho, Kolorado, Utah, Nevada, New Mexico, Peru dan Cili bagian utara
hingga Argentina, dan kemungkinan memanjang hingga Antartika. Sementara itu di
bagian barat Pasifik ditemukan juga deposit tembaga porfiri memanjang dari
Kepulauan Solomon, Papua New Guinea, Papua Barat, Kalimantan Timur, Filifina
hingga Taiwan.

Tempat lain dimana deposit tembaga porfiri ditemukan adalah Rumania, Bulgaria, Iran,
Pakistan, dan di negara-negara bekas Uni Soviet seperti Armenia dan Kazakhtan.

5.3.   HUBUNGAN TEKTONIK LEMPENG DENGAN PEMBENTUKAN DEPOSIT
       TEMBAGA PORFIRI

Variasi gerakan arus konveksi pada lapisan astenolit mengakibatkan terjadinya tiga
jenis pola gerakan lempeng bumi yaitu konvergen, divergen, dan transform.
Sehubungan dengan pembentukan deposit tembaga porfiri, maka pola gerakan
lempeng yang paling penting menurut Sillitoe (1972) dalam Bateman (1979) adalah
konvergen dimana terjadi gerakan saling mendekati antara dua lempeng menyebabkan
terjadinya suatu benturan, pembentukan palung dan banyak menimbulkan gempabumi
serta gunungapi benua. Akibat benturan-benturan lempeng tersebut membentuk zona
subduksi yang umumnya terjadi antara lempeng benua dan lempeng samudera, yang
diikuti oleh peleburan sebagian akibat tekanan dan temperatur yang tinggi
menghasilkan magma calc-alkali.




                                                             Teknik Pertambangan Unmul - 33
Gambar 5.2 Hubungan antara pembentukan deposit tembaga porfiri dengan zona subduksi
           (Sillitoe, 1972, dalam Bateman, 1979).




Gambar 5.3 Hubungan penyebaran deposit tembaga porfiri dengan jalur subduksi
           Mesozoikum-Kenozoikum (Sillitoe, 1972, dalam Bateman, 1979).


Kandungan logam di dalam magma calc-alkali umumnya berasal dari kerak samudera
yang terdiri atas tiga layer, dimana layer 1 adalah endapan sedimen laut yang banyak
mengandung logam, dan dibawahnya layer 2 dan 3 adalah basal dan gabro.

Sejak zaman Kapur terjadi gerakan konvergen antara benua Amerika dengan lempeng
Pasifik disepanjang bagian barat Amerika. Tabrakan ini membentuk rantai vulkanik
disepanjang jalur subduksi tersebut, sekaligus juga membentuk deposit tembaga
porfiri. Sedangkan pada bagian barat Pasifik juga terjadi subduksi akibat gerakan
lempeng Eurasia ke arah timur membentuk deposit tembaga porfiri di sepanjang
bagian barat Pasifik termasuk kepulauan Solomon, Papua New Guinea, Jepang, dan
lain-lain. Sementara itu gerakan relatif lempeng Eurasia dan Afrika membentuk juga
deposit tembaga porfiri di Iran, Pakistan, dan Turki.




                                                            Teknik Pertambangan Unmul - 34
5.4.   MEKANISME PEMBENTUKAN DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI

Deposit tembaga porfiri dihasilkan melalui suatu proses geokimia-fisika dari rangkaian
berupa magmatik akhir, magmatik hidrotermal, meteorik hidrotermal, hingga normal
hidrotermal seiring dengan berkurannya kedalaman. Intrusi calc-alkali atau alkali
menghasilkan batuan berkomposisi tertentu dari monzonit kuarsa hingga granodiorit
atau diorit hingga senit. Batuan samping yang melarut ke dalam magma akan turut
mempengaruhi komposisi magma danstruktur kemas magma. Umumnya deposit
tembaga porfiri berukuran jauh lebih besar dari deposit hidrotermal lainnya. Bentuk
deposit ini memperlihatkan bahwa struktur berskala besar ikut mengontrol mineralisasi
dan kedalaman pembentukannya.

Gustafon dan Hunt, 1975, dalam Park dan Guilbert, 1986, yang menyelidiki proses
pembentukan deposit tembaga porfiri di El Salvador Chili menyimpulkan tiga hal, yaitu :
   1. Stok porfiri terbentuk di dalam atau di atas zona cupola dalam bentuk kompleks
       dike (dike swarm).
   2. Transfer tembaga, logam lain dan sulfur ke dalam stok porfiri dan batuan
       samping terjadi karena adanya pemisahan fluida magma dan metasomatik
       secara menyeluruh.
   3. Transfer panas dari magma ke batuan samping menyebabkan terjadinya
       sirkulasi airtanah.

Hampir semua deposit tembaga porfiri memiliki kondisi yang sama dengan kondisi di
atas. Perbedaan proses tergantung pada kedalaman pembentukan, kehadiran
airtanah, volume dan tingkatan magma, konsentrasi logam, sulfur, dan volatil lainnya.

Gambar 5.4 menunjukkan bahwa mineralisasi awal (b) terjadi pada kondisi airtanah
minimum dan invasi larutan magmatik ke batuan samping menyebabkan terjadinya
alterasi K-feldspar dari pusat invasi ke arah luar, membentuk zona alterasi potasik dan
zona alterasi propilitik. Selanjutnya (c) invasi airtanah yang berkonveksi menghasilkan
larutan meteorik hidrotermal dan bersama dengan larutan magmatik hidrotermal yang
sudah ada sebelumnya disertai oleh penurunan temperatur yang tajam, membentuk
serisit dan pirit yang memotong alterasi potasik-propilitik yang terbentuk duluan.
Peristiwa ini menghasilkan zona altersi serisitisasi (phyllic) yang dikenal sebagai phyllic
overprint. Tahap akhir (d) didominasi oleh larutan meteorik hidrotermal hingga normal
hidrotermal membentuk zona alterasi argilik.
• Pembentukan zona alterasi yang lengkap sangat tergantung pada kandungan dan
   suplai airtanah dari batuan samping.


5.4.1. PROSES PEMISAHAN TEMBAGA SELAMA KRISTALISASI MAGMA

Ringwood dan Curtis (1955) dalam Bown dan Gunatilaka (1977) menjelaskan bahwa
kandungan tembaga dalam magma basal sekitar 200 ppm, sebaliknya dalam magma
ultrabasa dan granitis kandungannya hanya sekitar 20 ppm. Selama difrensiasi magma
basal, kandungan Fe, Co, dan Ni cenderung terbentuk duluan dalam fraksinasi
kristalisasi, sedang tembaga belum terbentuk dalam silikat atau bentuk lainnya dan
cenderung menjadi konsentrasi residu dalam fraksi larutan. Tembaga akan cepat
terbentuk tergantung pada fS2 (fugacity sulphur = tekanan parsial sulfur), fO2, dan pH
larutan. Tembaga dalam larutan tidak terbentuk dengan baik pada kondisi fS2 rendah.



                                                                 Teknik Pertambangan Unmul - 35
Demikian pula pembentukan tembaga sebagai elemen chalcophile (logam-S)
berlangsung dengan baik pada pH tertentu.

Houghton (1974) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menerangkan pengaruh fS2 dan
fO2 dalam pembentukan fase sulfida. Sulfur memisahkan diri dari larutan silikat dan
digantikan oleh oksigen kemudian membentuk logam S (chalcophile). Reduksi dalam
fO2 dikontrol oleh kristalisasi fraksinasi mineral yang kaya Fe-O. Dengan kata lain,
kelarutan sulfur dalam magma tergantung pada besarnya kandungan Fe2+. Kristalisasi
fraksinasi akan meningkatkan fO2 dan tembaga dalam fraksi larutan, kemudian
memisah dalam fase sulfida.

Pendinginan intrusi basa sangat jarang yang menghasilkan konsentrasi logam dalam
fraksi hidrotermal. Hal ini karena kandungan air dalam magma primer sangat rendah.
Magma basa baru bisa membentuk fluida hidrotermal setelah berasimilasi dengan
material yang mengandung air. Jadi proses pengayaan untuk membentuk larutan bijih
kurang efektif dalam magma basa dibanding dengan magma intermedit. Umumnya
deposit porfiri berasosiasi dengan batuan beku intermedit. Hubungan genetik antara
Cu-Mo dengan batuan intermedit terlihat pada penyebaran geografisnya seperti dalam
zona alterasi-mineralisasi model Lowell-Guilbert yang akan dibahas kemudian. Zona
tersebut menjelaskan bagaimana perubahan temperatur, tekanan, dan reaktifitas
konveksi fluida dari pusat panas, dan sekaligus juga menerangkan bagaimana
pergerakan fluida selama proses pendinginan berlangsung. Pembentukan bijih adalah
mekanisme difrensiasi logam yang terkonsentrasi dari normal magma. Dalam kasus
ini, asosiasi batuan bekunya akan menentukan kandungan logam yang terbentuk.

5.4.2. KONDISI MAGMATIK-HIDROTERMAL SELAMA PEMBENTUKAN DEPOSIT
       TEMBAGA PORFIRI

Kehadiran air atau fase aquatik dalam magma selama pembentukan tembaga porfiri
merupakan hal yang sangat penting. Kontak air dengan magma yang sedang memisah
terjadi dalam beberapa tahap. Fluida hidrotermal pertama yang memisah relatif kaya
akan CO2 dibanding fluida yang memisah kemudian. Juga fraksi awal banyak
mengandung klorida (NaCl>KCl>HCl>CaCl).

Kehadiran air dalam magma menurunkan temperatur kristalisasi. Burnham (1967)
dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menjelaskan bahwa pada saat magma yang tidak
jenuh mengintrusi lapisan permeabel yang mengandung fluida, perbedaan tekanan
akan menyebabkan migrasi fluida tersebut. Jika tekanan fluida lebih besar dibanding
tekanan hidrostatik, volatil akan keluar dari magma hingga tekanan kembali normal.
Magma bisa jenuh dengan komponen volatil hanya jika tersedia cukup suplai fluida dari
batuan samping, pada saat tekanan lebih besar dari tekanan litostatik. Sirkulasi
konveksi fluida dapat terjadi karena perbedaan temperatur, kerapatan fluida dekat
magma, dan masuknya fluida dingin dari sekitar magma. Pola sirkulasi dikontrol oleh
permeabilitas batuan samping. Perbedaan temperatur yang besar bisa menyebabkan
terjadinya pemusatan dan kristalisasi besar-besaran secara serentak dalam magma.
Pada saat kristalisasi berlangsung pada suatu kisaran temperatur, pemisahan kristal
komponen non volatil menyebabkan bertambahnya konsentrasi volatil dalam fraksi
cairan dan selanjutnya menambah tekanan gas dalam larutan. Jika tekanan gas
selama pendinginan dan kristalisasi lebih besar dari tekanan batas, akan
menyebabkan terjadinya vesikulasi.



                                                            Teknik Pertambangan Unmul - 36
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL
GENESA MINERAL

More Related Content

What's hot

pembentukan.mineral di alam
pembentukan.mineral di alampembentukan.mineral di alam
pembentukan.mineral di alamRahmawati03
 
Bab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianBab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianisa saleh
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogihariia
 
Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIYogiShidiq
 
Pengolahan dan ekstraksi mineral xenotime
Pengolahan dan ekstraksi mineral xenotimePengolahan dan ekstraksi mineral xenotime
Pengolahan dan ekstraksi mineral xenotimeBenediktusMadika1
 
Rangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuanRangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuanMirzha Rihadini
 
4. makalah unsur tanah jarang final
4. makalah unsur tanah jarang final4. makalah unsur tanah jarang final
4. makalah unsur tanah jarang finalMuhammad Alwan
 
Petrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanPetrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanMahdi Salam
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdfPT Antam Tbk
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Nanda Reda
 
Penambangan andesit
Penambangan andesitPenambangan andesit
Penambangan andesitAdhi Kusnadi
 
PERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFI
PERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFIPERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFI
PERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFISMAN 3 Jombang
 

What's hot (20)

pembentukan.mineral di alam
pembentukan.mineral di alampembentukan.mineral di alam
pembentukan.mineral di alam
 
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
ANALISA EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
 
Bab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianBab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galian
 
Mineral dan Batuan
Mineral dan Batuan Mineral dan Batuan
Mineral dan Batuan
 
Paper
PaperPaper
Paper
 
Batuan dan mineral
Batuan dan mineralBatuan dan mineral
Batuan dan mineral
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
 
Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGI
 
Piroksen
PiroksenPiroksen
Piroksen
 
Pengolahan dan ekstraksi mineral xenotime
Pengolahan dan ekstraksi mineral xenotimePengolahan dan ekstraksi mineral xenotime
Pengolahan dan ekstraksi mineral xenotime
 
Rangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuanRangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuan
 
4. makalah unsur tanah jarang final
4. makalah unsur tanah jarang final4. makalah unsur tanah jarang final
4. makalah unsur tanah jarang final
 
Petrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanPetrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluan
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
 
Penambangan andesit
Penambangan andesitPenambangan andesit
Penambangan andesit
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
PERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFI
PERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFIPERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFI
PERSEBARAN BARANG TAMBANG - GEOGRAFI
 
Dasar
DasarDasar
Dasar
 
Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 

Viewers also liked

32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2rramdan383
 
Proposal ta injatama
Proposal ta injatamaProposal ta injatama
Proposal ta injatamaIvanboscho
 
Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2
Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2
Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2Jefri Mulyani
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapGiyanti Gie
 
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industriBahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industriSylvester Saragih
 

Viewers also liked (11)

Genesa Bahan Galian
Genesa Bahan GalianGenesa Bahan Galian
Genesa Bahan Galian
 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
 
Tugas ganesa bahan galian i
Tugas ganesa bahan galian iTugas ganesa bahan galian i
Tugas ganesa bahan galian i
 
Bauxite mining
Bauxite miningBauxite mining
Bauxite mining
 
Proposal ta injatama
Proposal ta injatamaProposal ta injatama
Proposal ta injatama
 
Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2
Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2
Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2
 
Genesa bahan galian
Genesa bahan galian Genesa bahan galian
Genesa bahan galian
 
Bauxite
BauxiteBauxite
Bauxite
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
 
Karya tulis ilmiah (Complete)
Karya tulis ilmiah (Complete)Karya tulis ilmiah (Complete)
Karya tulis ilmiah (Complete)
 
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industriBahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
 

Similar to GENESA MINERAL

Analisis mata pencarian pasca penambangan timah
Analisis mata pencarian pasca penambangan timahAnalisis mata pencarian pasca penambangan timah
Analisis mata pencarian pasca penambangan timahaymazaya
 
Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)MTR
 
Materi part 5 barang tambang
Materi part 5 barang tambangMateri part 5 barang tambang
Materi part 5 barang tambangjopiwildani
 
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alampengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya AlamRodhiyah N. Zulaikhoh
 
Persebaran dan pemanfaatan sumber daya alam
Persebaran dan pemanfaatan sumber daya alamPersebaran dan pemanfaatan sumber daya alam
Persebaran dan pemanfaatan sumber daya alamSrestha Anindyanari
 
Jenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
Jenis jenis dan Persebaran SDA di IndonesiaJenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
Jenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesiagifariwk
 
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUANPEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUANGuntur Indra
 
Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...
Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...
Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...noorfuad_007
 
Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA
Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA
Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Sebaran barang tambang di indonesia
Sebaran barang tambang di indonesiaSebaran barang tambang di indonesia
Sebaran barang tambang di indonesiaFarah Della
 
Ppt Potensi SDA.pptx
Ppt Potensi SDA.pptxPpt Potensi SDA.pptx
Ppt Potensi SDA.pptxRidwan451977
 
PPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptx
PPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptxPPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptx
PPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptxkomarah462
 

Similar to GENESA MINERAL (20)

Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 
Analisis mata pencarian pasca penambangan timah
Analisis mata pencarian pasca penambangan timahAnalisis mata pencarian pasca penambangan timah
Analisis mata pencarian pasca penambangan timah
 
Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)
 
Materi part 5 barang tambang
Materi part 5 barang tambangMateri part 5 barang tambang
Materi part 5 barang tambang
 
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alampengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
 
fungsi
fungsifungsi
fungsi
 
Persebaran dan pemanfaatan sumber daya alam
Persebaran dan pemanfaatan sumber daya alamPersebaran dan pemanfaatan sumber daya alam
Persebaran dan pemanfaatan sumber daya alam
 
laporan sifat fisik mineral
laporan sifat fisik minerallaporan sifat fisik mineral
laporan sifat fisik mineral
 
Tugas b indo
Tugas b indoTugas b indo
Tugas b indo
 
Jenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
Jenis jenis dan Persebaran SDA di IndonesiaJenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
Jenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
 
Sumber Daya Alam
Sumber Daya AlamSumber Daya Alam
Sumber Daya Alam
 
Pertambangan geografi
Pertambangan geografiPertambangan geografi
Pertambangan geografi
 
Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUANPEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
 
Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...
Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...
Permen esdm 07-th_2012-peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan peng...
 
Makalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alamMakalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alam
 
Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA
Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA
Makalah pemanfaatan sumber daya alam STIP KABUPATEN MUNA
 
Sebaran barang tambang di indonesia
Sebaran barang tambang di indonesiaSebaran barang tambang di indonesia
Sebaran barang tambang di indonesia
 
Ppt Potensi SDA.pptx
Ppt Potensi SDA.pptxPpt Potensi SDA.pptx
Ppt Potensi SDA.pptx
 
PPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptx
PPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptxPPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptx
PPT SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.pptx
 

GENESA MINERAL

  • 1. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan penduduk dunia yang terus meningkat disertai standar hidup masyarakat yang semakin tinggi, menyebabkan kebutuhan produksi untuk semua jenis mineral juga terus meningkat. Pada saat bersamaan, usaha pencarian cadangan bijih menjadi semakin kompleks. Semakin jarang ditemukan cadangan yang tersingkap di permukaan, sehingga pencarian terutama ditujukan pada cadangan yang berada di bawah permukaan. Ini pun semakin lama semakin dalam dan semakin dalam. Untuk itulah, dibutuhkan kerja lebih keras di lapangan dan analisa laboratorium lebih teliti disertai kerja terpadu dari para ahli geologi, geokimia, geofisika, matematika dan untuk semua itu dibutuhkan keahlian komputer dari setiap orang yang terlibat di dalamnya. Disamping itu, industri pertambangan harus terus mengembangkan ―exploration thingking‖ yang berbasis pada pemahaman mendalam tentang geologi struktur, stratigrafi, petrologi, mineralogi, dan bagaimana fluida bermigrasi di bawah permukaan atau genesa dari suatu deposit bijih. Genesa bahan galian adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara terbentuknya suatu deposit bahan galian secara alamiah. Dengan mempelajari genesa bahan galian, maka karakteristik suatu deposit bahan galian dapat diketahui, seperti bentuk deposit, letak deposit, luas penyebaran, besar cadangan, dan dengan petunjuk itu dapatlah ditentukan metode penambangan yang dapat dilakukan serta cara pengolahannya. Dalam membahas genesa bahan galian, maka ada beberapa istilah yang sering dipakai dan harus dipahami, antara lain : • Bijih : Suatu deposit yang meliputi mineral bijih, mineral gang, dan Ore batuan samping, dimana dari deposit tersebut dapat diekstraksi satu atau lebih jenis logam. Pengertian bijih ini harus dibedakan dengan pengertian mineral bijih. • Mineral Bijih : Kumpulan dari satu mineral (simple ore) atau beberapa mineral Ore Mineral (complex ore) yang daripadanya dapat diekstraksi satu atau lebih logam secara menguntungkan. • Mineral Gang : Mineral pengiring atau mineral yang biasanya berasosiasi dengan Gangue Mineral mineral bijih dalam suatu deposit bijih. Biasanya bersifat tidak ekonomis seperti kuarsa, kalsit, fluorit, pirit, siderit dan lain-lain. • Batuan Samping : Batuan yang terdapat di sekeliling suatu deposit mineral. Country Rock • Syngenetic : Deposit yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan disekelilingnya. • Epigenetic : Deposit yang terbentuk lebih dulu dari batuan disekitarnya. • Deposit Mineral : Istilah yang digunakan untuk suatu akumulasi atau konsentrasi mineral dalam suatu tubuh mineral yang terbentuk secara alami dan memiliki nilai ekonomis untuk ditambang (Bateman, 1950). Dalam suatu deposit dapat dihasilkan beberapa mineral bijih yang berbeda. Teknik Pertambangan Unmul - 1
  • 2. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN  Mineral bijih dapat ditemukan dalam bentuk logam murni seperti emas dan tembaga, dan bisa juga dalam bentuk kombinasi logam dengan sulfur, arsenik, oksigen, silicon, atau elemen-elemen lainnya. Umumnya deposit bijih ditemukan dalam bentuk kombinasi sehingga untuk mendapatkan logam murni harus diekstraksi lebih dulu.  Suatu jenis logam dapat diekstraksi dari beberapa mineral bijih yang berbeda seperti tembaga dari chalcocite, bornite, chalcopyrite, cuprite, dan malachite.  Suatu mineral bijih dapat mengandung lebih dari satu logam seperti stannite yang mengandung tembaga dan timah.  Mineral bijih dapat dibagi lagi menjadi : 1. Bijih Primer : Deposit bijih yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan. Hypogene Deposit bijih yang merupakan hasil ubahan dari mineral- 2. Bijih Sekunder : mineral/batuan yang telah terbentuk sebelumnya. Supergene Pengertian mineral hypogene yang pertama kali diusulkan oleh Ransome sebenarnya tidak persis sama dengan pengertian mineral primer. Istilah hypogene menunjukkan mineral yang terbentuk langsung dari suatu larutan. Sehingga semua mineral hypogene adalah mineral primer, tapi sebaliknya tidak semua mineral primer termasuk mineral hypogene, seperti deposit hemati sedimenter dan bijih Kuroko. Dalam aplikasinya, para ahli tambang membedakan pengertian antara cadangan mineral (mineral reserves) dengan sumberdaya mineral (mineral resources). a. Sumberdaya mineral meliputi deposit mineral yang bersifat hipotetis dan spekulatif, deposit yang belum tersingkap, maupun deposit yang tidak ekonomis atau deposit yang belum diketahui ekonomis tidaknya (Gambar 1.1). b. Cadangan mineral adalah konsentrasi mineral yang berguna atau pun komoditas energi, yang memiliki nilai ekonomis dengan pasti. Undiscovered Resources Identified Resources In known districts In undiscovered districts Recoverable RESERVES HYPOTHETICAL SPECULATIVE RESOURCES RESOURCES Subeconomic CONDITIONAL RESOURCES Degrees of certainty of existence Potential resources = Conditional + Hypothetical + Speculative Gambar 1.1 Pengertian istilah reserve dan resources 1.1 PENGERTIAN BAHAN GALIAN Pengertian umum bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi dengan sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan industrinya . Teknik Pertambangan Unmul - 2
  • 3. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN • Menurut UU No. 11 thn . 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan; Bahan Galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan alam. • Bahan galian dapat berupa logam maupun bukan logam, dan dapat berupa bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan. Di Indonesia, berdasarkan PP No. 27 thn. 1980 bahan galian dibagi atas tiga golongan yaitu : 1. Golongan A : Golongan bahan galian strategis artinya strategis dalam Pertahanan dan Keamanan Negara serta Perekonomian Negara. Contoh : minyakbumi, gas alam, uranium, batubara, dan lain-lain. 2. Golongan B : Golongan bahan galian vital artinya dapat menjamin hajat hidup orang banyak atau yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas. Contoh : besi, mangan, kromit, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina, air raksa, dan lain-lain. 3. Golongan C : Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B. Contoh : pasir, talk, magnesit, dan lain-lain. Unsur-unsur yang membentuk bahan-bahan deposit bahan galian diperoleh dari massa batuan cair pijar (magma) yang berasal dari mantel bumi bagian atas atau dari kerak bumi bagian luar. Dari 98 unsur yang diketahui, hanya ada 8 unsur saja yang dijumpai pada kerak bumi dalam jumlah lebih dari 1%; sedangkan kerak luar bumi sendiri (sampai kedalaman kurang lebih 15km) tersusun dari 13 unsur utama, yaitu : oksigen (O) silicon (Si). aluminium (Al), besi (Fe), kalsium (Ca), natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg),titanium (Ti), fosfor (P), hydrogen (H), karbon (C), dan mangan (Mn). Termasuk dalam unsur-unsur yang jumlahnya sangat sedikit adalah kelompok logam mulia dan bahan-bahan yang ekonomis seperti : platina , emas, perak, tembaga, timbal, seng, timah putih, nikel, dan lain-lain. Jadi jelaslah, tanpa proses-proses geologi yang dapat mengakumulasikan bahan-bahan tersebut, maka bahan-bahan tersebut tidak dapat dijumpai dalam jumlah yang ekonomis.  Memahami proses terakumulasinyanya suatu deposit mineral sangat penting dalam pekerjaan ekplorasi, dengan mengenal cara terbentuknya bermacam- macam endapan mineral maka pencariannya dapat lebih terarah. Mineral-mineral pembentuk batuan jumlahnya juga sangat sedikit, dari lebih 1600 jenis mineral yang dikenal, hanya kira-kira 50 jenis saja yang termasuk jenis mineral pembentuk batuan dan dari 50 jenis mineral pembentuk batuan tersebut, hanya 29 jenis saja yang termasuk umum dijumpai. Teknik Pertambangan Unmul - 3
  • 4. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN Tabel 1.1. Persentase mineral pembentuk batuan yang umum dijumpai pada kerak bumi (Bateman, 1950). Mineral Litosfera Batuan Beku Batuan Sedimen • Feldspar 49 50 16 • Kwarsa 21 21 35 • Piroksin, Amfibol, Olivin 15 17 - • Mika 8 8 15 • Magnetit 3 3 - • Titanit, ilmenit 1 1 - 3 - 3 • Lain-lain - - 9 • Kaolin - - 9 • Dolomit - - 5 • Khlorit - - 4 • Kalsit - - 4 • Limonit Jumlah (%) = 100 100 100  Mineral-mineral yang termasuk mineral ekonomi, kira-kira hanya sekitar 200 jenis dan dalam jumlah presentase yang tidak sebanyak jenis mineral pembentuk batuan.  Batuan adalah bahan yang terjadi dengan sendirinya di alam dan merupakan agregasi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral.  Mineral adalah bahan anorganis yang terjadi dengan sendirinya di alam dan merupakan unsur pembentuk batuan. Mineral dapat terdiri dari satu jenis unsur kimia saja , misalnya mineral karbon yang hanya terdiri dari unsur C, atau lebih dari satu unsur, seperti pada mineral halit yang terdiri dari Na dan Cl, atau mineral silika yang terdiri dari SiO2. 1.2 KLASIFIKASI BAHAN GALIAN Lingdren (1911) mengemukakan suatu klasifikasi yang didasarkan pada genetic suatu deposit bijih. Dengan berfokus pada penelitian kumpulan mineral yang dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium, Lingdren berusaha meneliti kondisi Tekanan (P) dan Temperatur (T) pembentukan masing-masing mineral. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa kebanyakan deposit mineral terbentuk dari : (i) proses fisika-kimia dalam intrusi dan ekstrusi batuan beku, larutan atau dalam gas, yang terkumpul dalam jumlah besar, dan (ii) proses konsentrasi secara mekanik. Teknik Pertambangan Unmul - 4
  • 5. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN Klasifikasi Bahan Galian (Lingdren, 1911) : I. Deposit dari Proses Mekanik II. Deposit dari Proses Kimia o Temperatur C Tekanan A. Pada Permukaan Air 1. Oleh Reaksi 0 – 70 Menengah – Tinggi 2. Evaporasi B. Pada Tubuh Batuan 1. Konsentrasi subtansi yang terkandung dalam batuan a. oleh pelapukan 0 – 100 Menengah b. oleh airtanah 0 – 100 Menengah c. oleh metamorfisme 0 – 400 Tinggi 2. Konsentrasi dari subtansi luar a. Tanpa aktifitas magma 0 – 100 Menengah b. Berhubungan dengan aktifitas magma (i) Berkaitan dengan air - Deposit Epitermal 50 – 200 Menengah - Deposit Mesotermal 200 – 500 Tinggi - Deposit Hipotermal 500 – 600 Sangat Tinggi (ii) Emanasi magma langsung - Deposit Pirometasomatik 500 – 800 Sangat Tinggi - Sublimasi 100 – 600 Rendah - Menengah C. Konsentrasi dalam magma oleh difrensiasi 1. Deposit Magmatik 700 – 1500 Sangat Tinggi 2. Pegmatites ±575 Sangat tinggi Karena dasar utama klasifikasi tersebut adalah T dan P pembentukan deposit yang kadang hanya didasarkan pada pengamatan di laboratorium, beberapa deposit belum dapat dimasukkan kedalam klasifikasi diatas dan harus dipisahkan dengan istilah lain seperti deposits of native copper dan deposits resulting from oxidation and supergen sulfide enrichment, serta regionally metamorphosed sulfide deposits. Kesulitan lain dalam penempatan deposit tertentu dalam klasifikasi Lingdren adalah seperti deposit yang terdapat di Cerro de Pesco Peru, dimana secara mineralogi deposit tersebut termasuk deposit mesotermal, tapi menurut Craton dan Bowditch mineral-mineral tersebut ternyata terbentuk pada kedalaman yang relatif dangkal dengan kondisi pada tekanan rendah. Dengan demikian deposit tersebut bisa juga dimasukkan kedalam deposit epitermal. Untuk itu, faktor-faktor pengontrol terbentuknya suatu deposit bahan galian (selain temperatur dan tekanan) harus juga mendapat perhatian seperti faktor struktur geologi, pengaruh fisika dan kimia batuan samping, ratio relatif dari konsentrasi ion-ion yang berbeda dalam larutan asal, dan kompleksitas kimiawi. Niggli (1925) memperkenalkan suatu klasifikasi yang didasarkan pada pemisahan proses magmatik menjadi plutonik dan vulkanik, yang terdiri atas : I. Plutonik : 1. Hidrotermal 2. Pegmatitik-Pneumatolitik 3. Orto-magmatik II. Vulkanik : 1. Exhalative to hydrothermal 2. Pneumatolitik 3. Ortomagmatik Teknik Pertambangan Unmul - 5
  • 6. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN Schnederhohn (1932) mengembangkan klasifikasi genetic sebagai berikut : A. Magmatic Rocks and Ore Deposition a. Intrusive Magmatic I. Intrusive Rocks and Liquid Magmatic Deposits I-II. Liquid Magmatic – Pneumatolytic II. Pneumatolytic; 1. Pegmatite Veins, 2. Pneumatolytic Veins and Impregnations, 3. Contact Pneumatolytic II-III. Pneumatolytic – Hydrothermal III. Hydrothermal c. Extrusive Magmatic I. Extrusive – Hydrothermal II. Exhalation B. Sedimentary Deposits : 1. Weathered Zone (Oxidation & Enrichment); 2. Placers; 3. Residual; 4. Biochemical-inorganic; 5. Salts; 6. Fuels; 7. Descending groundwater deposits. C. Metamorphic Deposits 1. Thermal Contact Metamorphism 2. Metamorphism Rocks 3. Metamorphosed Ore Deposits 4. Rarely formed metamorphic deposits Teknik Pertambangan Unmul - 6
  • 7. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN Mead L. Jensen dan Alan M. Bateman (1981) mengembangkan klasifikasi sebagai berikut : TEORI PROSES TIPE DEPOSIT Terbentuk oleh proses internal Kristalisasi Magmatik Presipitasi mineral bijih sebagai unsur  Disseminated intan di Kimberlit, Magmatic crystallization utama atau unsur minor batuan beku  Mineral REE di Carbonatites, dalam bentuk disseminated grains  Semua deposit granit, basal, atau segregations. dunit, nefelin-senit. Segregasi Magmatik Pemisahan mineral bijih oleh  Layer kromit di Great Dyke Magmatic segregation kristalisasi fraksinasi dan proses Zimbabwe dan Bushveld Co,plex, yang berhubungan selama difrensiasi RSA magma. Liquation, Pemisahan liquid (liquid  Tubuh bijih tembaga-nikel immiscibility), pemisahan sulfida dari Sudbury, Canada; Pechenga, magma, larutan sulfida-oksida atau USSR dan Yilgam Block, Western oksida yang terakumulasidi bawah Australia silikat atau diinjeksikan ke batuan  Deposit Titanium Allard samping atau pada sejumlah kasus Lake, Quebec, Canada. dierupsikan ke permukaan. Hidrotermal Pengendapan dari hot aquaeous  Vein dan stockwork timah- Hydrothermal solution, yang bisa berasal dari tungsten- tembaga Cornwall, UK magmatik, metamorfik, permukaan  Deposit tembaga porfiri atau sumber lainnya. Panguna, PNG dan Bingham, USA Sekresi Lateral Difusi material pembentuk bijih atau  Deposit tembaga Lateral secretion gangue dari batuan samping kedalam Yellowknife, Canada. patahan atau struktur lainnya.  Deposit emas Mother Lode, USA. Proses Metamorfik Metamorfisme kontak atau regional  Deposit Andalusit, Transvaal, RSA Metamorphic Processes yang menghasilkan deposit mineral  Deposit Garnet, NY, USA. industri  Deposit tembaga Mackay, USA dan Deposit pirometasomatik (skarn) Craigmont, Canada. terbentuk oleh proses replasemen  Deposit talk, Luzenac, France batuan samping disekitar intrusi. Konsentrasi awal atau further elemen  Beberapa vein emas dan bijih oleh proses metamorfisme, deposit disseminated nikel dalam seperti granitisasi, proses alterasi, dll. tubuh ultramafik. Teknik Pertambangan Unmul - 7
  • 8. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN TEORI PROSES TIPE DEPOSIT Terbentuk oleh proses eksternal Akumulasi Mekanik Konsentrasi gravitasi, mineral  Timah placer Malaysia resisten ke dalam endapan placer.  Emas placer Yukon, Canada.  Deposit kaolin Georgia, USA Presipitasi Sedimenter Presipitasi particular elements dalam  Banded iron formations of the Sedimentary precipitates suitable sedimentary environment, Precambrian shields. dengan atau tanpa intervensi  Deposit mangan Chiaturi, USSR organisme biologis.  Deposit evaporit Zechstein, Eropa.  Deposit Posfat Florida, USA. Proses Residual Pencucian (leaching) elemen yang  Nikel laterit New Caledonia, mudah larut dari batuan dan  Bauksit Hungaria, Prancis, meninggalkan elemen yang tidak Jamaika dan Arkansas, USA. larut sebagai material sisa. Pengayaan sekunder atau Pencucian (leaching) elemen  Beberapa bonanza emas dan perak supergen berharga dari bagian atas suatu  Bagian atas sejumlah Secondary or supergene deposit mineral dan kemudian di- deposit tembaga porfiri enrichment presipitasikan pada kedalaman untuk membentuk konsentrasi yang tinggi. Volcanic exhalatif Exhalations larutan hidrotermal di  Deposit logam dasar ( = Sedimentary permukaan, biasanya di bawah laut Meggan, Jerman; exhalatif) dan umumnya menghasilkan tubuh  Deposit Kuroko, Jepang; Black bijih stratiform. Smoker deposits of modern oceans  Merkuri Almaden, Spanyol  Deposit solfatara (kaolin + alunit), Sisilia. 1.3 FLUIDA PEMBAWA BIJIH Bagaimana suatu deposit bijih bisa terbentuk? Pembentukan deposit mineral/bijih adalah suatu proses yang sangat kompleks. Setiap jenis mineral/bijih (ore) dan mineral gangue, memiliki tipe deposit sendiri yang berbeda dengan tipe deposit lainnya, baik proses pembentukannya, mineralogy, tekstur, kandungan, bentuk, ukuran, dan lain-lain. Ada banyak hal yang saling menpengaruhi dalam pembentukan suatu deposit mineral/bijih. Salah satu faktor yang paling dominan dalam pembentukan deposit suatu mineral adalah fluida pembawa bijih. Fluida pembawa bijih terdiri atas : (1) fluida magmatik, (2) fluida hidrotermal, (3) air meteoric, (4) air laut, (5) air konat, dan (6) fluida metamorfik. Temperatur dan tekanan juga memegang peranan yang sangat penting, tapi sebagian proses bekerja pada temperatur dan tekanan permukaan. Faktor lain yang cukup berperan adalah gas, porositas dan permeabilitas batuan, atmosfer, organisme dan batuan samping. Teknik Pertambangan Unmul - 8
  • 9. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN 1.3.1. MAGMA Magma adalah larutan pijar (a high temperature molten) yang bersifat mobil dan terbentuk secara alamiah pada mantel bumi bagian atas atau pada kerak bumi. Temperatur magma sangat tinggi, berkisar antara 625oC (magma felsik) hingga >1200oC (magma mafik). Umumnya, komposisi magma tidak homogen; sebagian kaya akan unsur-unsur ferromagnesian, sebagian lainnya banyak mengandung silika, sodium atau potassium, volatile, xenolith reaktif, atau substansi-substansi lainnya. Komposisi magma juga terus berubah karena adanya reaksi kimia selama proses asimilasi dan difrensiasi dalam magma berlangsung. Disamping itu, magma bersifat tidak static dan bukan merupakan suatu system yang tertutup. Magma terus menuju suatu kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya.  Asimilasi magma adalah proses larutnya batuan samping ke dalam magma akibat pergerakan magma. Pergerakan magma sendiri terjadi akibat adanya : 1. Tekanan gravitasi batuan sekitarnya terhadap dapur magma 2. Tekanan lateral karena gerakan tektonik 3. Perubahan volume pada waktu magma mengkristal dimana gas-gas keluar 4. Stoping (batuan samping yang jatuh ke dalam magma akibat pergerakan/desakan magma ke batuan samping).  Difrensiasi magma adalah proses yang menyebabkan magma terpisah menjadi dua bagian atau lebih yang berbeda komposisi. Difrensiasi meliputi : 1. Liquid Immiscibility; pembentukan dua liquid yang tidak bercampur dalam suatu tempat (seperti minyak dan air). 2. Kristalisasi Fraksional; pemisahan kristal yang terbentuk lebih dulu dari larutan karena gaya gravity settling, mekanika filter pressing, atau pengaruh arus konveksi dalam dapur magma. 3. Transport material dalam larutan (magma) oleh pemisahan gas dari magma terletak pada bagian atas dapur magma. 4. Difusi thermal; gradient temperatur menyebabkan perbedaan mineral yang terbentuk. Pada proses pendinginan magma, kristalisasi dan pemisahan ke dalam fraksi-fraksi terjadi karena proses kristalisasi fraksinasi atau difrensiasi. Elemen logam (dalam hal ini) dapat terkonsentrasi oleh suatu mekanisme pembentukan batuan dalam berbagai bentuk (yang akan dibahas kemudian). Selama difrensiasi berlangsung, bagian magma yang bersifat lebih mafik kaya akan kromium, nikel, platinum dan terkadang fosforous dan elemen-elemen lainnya. Sebaliknya, konsentrasi tin, zirconium, thorium dan berbagai elemen lain ditemukan dalam unit silicic (felsik). • Kumpulan mineral penyusun batuan beku (logam dan non-logam) dari kristalisasi magma merepresentasikan sifat-sifat magma asal mineral-mineral tersebut. • Didalam dapur magma, terjadi beberapa proses yang saling terkait dan berkesinambungan (tergantung sifat magma asalnya). Teknik Pertambangan Unmul - 9
  • 10. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN 1.3.2. FLUIDA HIDROTERMAL Sisa magma semakin banyak mengandung air magmatik (juvenil). Air magmatik tersebut mengandung volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup rendah dan merupakan ―mother liquors‖ dari larutan hidrotermal. Bowen dan ahli geologi lainnya menyatakan bahwa larutan hidrotermal adalah residu dari injeksi pegmatite setelah unsur-unsur pegmatite mengkristal. Kandungan volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup rendah tersebut dikenal dengan istilah mineralizers. Mineralizers ini mengandung (1) elemen bersifat mobil dalam jumlah cukup banyak dalam batuan, (2) elemen seperti tembaga, lead, zinc, perak, emas dan lain-lain; LIL (large-ion lithophile), (3) elemen seperti Li, Be, B, Rb, dan Cs; dan (4) dalam jumlah cukup banyak berupa alkali, alkali earth, dan volatile khususnya Na, K, Ca, Cl, dan CO2. Kesemuanya itu memegang peranan penting dalam transportasi metal pada proses hidrotermal. Kandungan air magmatik menyebabkan turunnya viskositas magma, titik beku mineral semakin rendah dan memungkinkan pembentukan mineral yang tidak bisa terbentuk pada ―dry melt‖. White (1967) menyatakan bahwa komposisi air magmatik bisa dideterminasi dari (1) tipe magma dan sejarah kristalisasi, (2) hubungan temperatur dan tekanan selama dan setelah pemisahan dari magma, (3) jenis air lain yang kemungkinan bercampur dengan air magma pada saat bergerak, dan (4) reaksi dengan batuan samping. Air adalah komponen bersifat mobil paling penting dalam magma, jumlahnya yang terus bertambah seiring dengan proses difrensiasi memegang peranan penting dalam transportasi komponen bijih. Jumlah air dalam magma berkisar antara 1 – 15 % yang merupakan fungsi dari berbagai parameter seperti – kandungan air dalam magma awal, banyaknya air yang masuk dari batuan samping, tingkat porositas-permeabiliatas batuan samping, tekanan magma dan tekanan dinding dapur magma, dan temperatur. Teknik Pertambangan Unmul - 10
  • 11. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN Gambar 1.2. Kandungan dan sirkulasi air dalam dapur magma (magma chamber) Pemahaman sifat fluida (hidrotermal) sangat penting untuk menjelaskan potensi kimia dan bagaimana fluida tersebut dapat bergerak disepanjang zona-zona lemah seperti patahan, kekar, pori-pori batuan dan lain-lain. Disamping sifat air magmatik diatas, maka hal-hal lain yang mempengaruhi pembentukan deposit bijih adalah kandungan volatile, densitas fluida, salinitas dan kandungan senyawa-senyawa kompleks dalam fluida tersebut.  Kandungan volatile, meskipun jumlahnya kecil, sangat berperan dalam mengurangi viskositas larutan, menurunkan titik melting, mengumpulkan dan media transportasi logam, dan juga berperan penting dalam pembentukan deposit mineral.  Densitas fluida hidrotermal mempengaruhi viskositas, dinamika aliran (flow dynamics) dan mengontrol kelarutan komponen bijih (Helgeson, 1964).  Salinitas berhubungan langsung dengan konsentrasi logam pada temperatur tinggi, dimana semakin tinggi salinitas fluida semakin besar konsentrasi logam berat dalam larutan (Ellis, 1970).  Senyawa kompleks yang paling penting dalam fluida adalah kompleks klorida karena perannya dalam transportasi dan pembentukan deposit bijih. Kompleks ini dapat membentuk bijih dengan berbagai unsur seperti Cu+2, Zn+2, Pb+2, Ag, Hg+2. Teknik Pertambangan Unmul - 11
  • 12. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN 1.3.3. AIR METEORIK Air yang berasal dari atmosfir (hujan, salju) disebut air meteorik. Air tersebut mengalami perkolasi ke bawah dan bereaksi dengan lithosfer dalam proses supergen. Dalam proses tersebut, air meteoric melarutkan oksigen, nitrogen, karbondioksida, dan gas-gas lain serta berbagai elemen kerak bumi lainnya - sodium, calcium, magnesium, sulfat dan karbonat – yang sangat penting untuk mengikat dan membentuk deposit bijih. 1.3.4. AIR LAUT Karakteristik air laut sebagai fluida pembentuk bijih adalah dalam konteks evaporit, fosforit, submarine exhalites, nodul mangan, dan endapan kerak samudera. Air laut diasumsikan dapat (1) berperan pasif sebagai medium dispersi untuk pelarutan ion, molekul, dan partikel suspensi, dan (2) berperan aktif dalam melarutkan ion dalam batuan di lantai dasar samudera (table 15.1). 1.3.5. AIR KONAT Air yang terperangkap dalam batuan sedimen bersamaan dengan pengendapan material sedimen disebut air konat. Air konat sangat banyak diteliti dalam hubungannya dengan eksplorasi dan produksi lapangan minyak. Disamping itu air konat sangat banyak mengandung sodium dan klorida, dan juga mengandung calcium, magnesium, dan bikarbonat, dan kadang strontium, barium, dan nitrogen (White, 1968). Pada kondisi aktif, air konat memiliki daya pelarutan yang sangat tinggi terhadap unsur-unsur logam. 1.3.6. FLUIDA METAMORFIK Air konat dan air meteoric yang berada di dalam bumi karena pengaruh panas dan tekanan (oleh pengaruh intrusi magma atau metamorfisme regional) menjadi sangat reaktif (Shand, 1943). Perubahan inilah yang kemudian menjadi air metamorfik yang diyakini sangat aktif sebagai pembawa bijih. Teknik Pertambangan Unmul - 12
  • 13. muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN Teknik Pertambangan Unmul - 13 13
  • 14. II. KONSENTRASI MAGMATIK Deposit magmatik dihasilkan dari kristalisasi langsung, atau konsentrasi oleh proses difrensiasi di dalam dapur magma. Beberapa bijih terbentuk karena adanya efek fisika seperti gravitasi; misalnya pembentukan kristal kromit yang terendapkan pada lantai dapur magma, dan sebagian lainnya terbentuk karena perubahan kimia, seperti perubahan pH yang dihasilkan dari reaksi antara fluida pembawa bijih dengan batuan induk (host rock). Turunnya temperatur dan tekanan, atau perubahan velocity media transport, atau pemisahan larutan, juga dapat menyebabkan reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan bijih. Secara umum dalam pembentukan deposit mineralnya, magma asal yang terbentuk pada awalnya masih bersifat mafik, terutama yang terbentuk di sepanjang zona subduksi (dibawah kerak kontinen atau pada kerak samudera). Magma mafik ini sebagian besar mengandung komponen silikat dan dalam jumlah terbatas komponen oksida dan sulfida (gambar 2.1). Pada kondisi ini elemen metal dapat terkonsentrasi dalam berbagai bentuk oleh mekanisme pembentukan batuan berupa kristalisasi, fraksinasi, dan difrensiasi magma (gambar 2.2). • Kristalisasi magma mafik menghasilkan kromit, nikel, platinum dan lain-lain. Kristalisasi magma selanjutnya, magma sisa (rest magma) semakin bersifat felsik dan semakin banyak mengandung komponen sulfida dan oksida. Proses difrensiasi magma pada tahapan ini memegang peranan penting dalam membentuk deposit-deposit mineral berharga. • Kristalisasi magma felsik menghasilkan tin, zirconium, thorium dan elemen lainnya. Sebagian magma sisa kemudian menerobos batuan samping yang dikenal sebagai peristiwa injeksi magmatik. Komponen berharga dari proses ini disebut deposit injeksi magmatik. Secara berangsur, kadar air dan konsentrasi volatile di dalam magma sisa (rest magma) bertambah banyak. Disamping itu, banyak juga terkandung CO2, boron, fluorine, chlorine, sulfur, phosphorus, dan elemen-elemen lainnya. Kesemua komponen tersebut membantu mengurangi viskositas magma dan menurunkan titik beku mineral. Magma sisa pada kondisi ini memasuki tahapan aqueo-igneous - yaitu suatu peralihan antara fase igneous menjadi fase hidrotermal – yang disebut tahap pegmatitik. Jika kandungan gas dalam magma - yang terdiri atas unsur air (±90%); CO2, H2S, dan S melimpah; dan CO, HCL, HF, H2, N, Cl, F, B dan lain-lain - semakin besar, proses magmatik akan memasuki proses pneumatolitik yaitu proses yang disebabkan oleh lepasnya gas dari dalam magma. Gas-gas tersebut merupakan agen yang baik untuk memisahkan dan mengangkut material berharga dari magma. Proses pneumatolitik adalah proses yang sangat penting dalam membentuk metasomatisme kontak (Daubree, 1841). Teknik Pertambangan Unmul - 14
  • 15. Gambar 2.1. Skema sekuen proses magmatik awal yang mengawali pembentukan ore magma dan penempatannya. Gambar ini menunjukkan proses difrensiasi yang semakin ke kanan semakin asam (digambar ulang dari A.J. Naldrett dalam Gulibert & Park, 1981). Guilbert & Park, 1981, menyatakan bahwa pengendapan bijih magmatik dapat terjadi melalui lima cara, yaitu : 1. Sedimentasi Magmatik (magmatic sedimentation) atau pengendapan dan akumulasi mineral yang telah mengkristal (crystal settling). 2. Kristalisasi langsung pada dinding atau lantai dapur magma. 3. Pemisahan liquid magmatik dan pemadatannya. 4. Konsolidasi batuan beku yang mengandung asesori mineral ekonomik. 5. Kristalisasi magma secara keseluruhan. Pengendapan terjadi karena pada saat terjadi konveksi, terjadi penurunan temperatur magma yang memungkinkan mineral-mineral tertentu mulai terbentuk terutama pada puncak dapur magma. Kristal mineral-mineral tersebut memiliki variasi berat jenis, ukuran butir, dan bentuk kristal. Variasi ini menyebabkan kristal-kristal tersebut bergerak kebagian bawah dapur magma karena gaya gravitasi dan didukung oleh viskositas magma asal yang masih rendah. Akumulasi mineral tertentu dapat terjadi Teknik Pertambangan Unmul - 15
  • 16. karena hanya larutan bersifat mafik yang memiliki viskositas rendah yang dapat terbentuk melalui proses ini. • Olivine membentuk dunit, • Olivine dan ortopiroksin membentuk peridotit (90% atau lebih olivine), • Olivine dan piroksin membentuk pyroxenite (90% atau lebih enstatite). Gambar 2.2 Modifikasi Bowen’s reaction series (Guilbert & Park, 1981) Jensen & Bateman, 1981, membagi deposit bijih dari konsentrasi magmatik ke dalam dua tipe, yaitu : 1. Magmatik Awal (Early Magmatic) a. Dissemination b. Segregation c. Injection 2. Magmatik Akhir (Late Magmatic) a. Residual liquid segregation b. Residual liquid injection - Residual liquid Pegmatitic Injection c. Immiscible liquid segregation d. Immiscible liquid injection Teknik Pertambangan Unmul - 16
  • 17. 2.1. Magmatik Awal (Early Magmatic). Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung yang disebut orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh (1) kristalisasi langsung tanpa konsentrasi, (2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu, dan (3) injeksi material padat ke tempat lain oleh difrensiasi. Mineral bijih mengkristal lebih dulu dibanding batuan silikat dan sebagian kemudian terpisah karena difrensiasi kristalisasi. 2.1.1. Diseminasi (Dissemination) Proses kristalisasi magma untuk pertama kali, terjadi relatif pada kedalaman besar, menghasilkan batuan beku granular. Kristal mineral (termasuk mineral bijih dalam bentuk fenokris) yang terbentuk dalam proses ini tidak terkonsentrasi, tapi tersebar merata (disseminated) di dalam tubuh batuan beku intrusive, bisa berbentuk dike, pipa atau massa berbentuk stok. Ukuran depositnya sangat besar dibandingkan jenis deposit lainnya. Contoh deposit adalah pipa intan Afrika Selatan yang tersebar merata dalam batuan kimberlite dan korundum yang tersebar dalam nephelin syenite di Ontario. 2.1.2. Segregasi (Segregation) Segregasi magmatik awal adalah konsentrasi pertama pertama yang menghasilkan unsur-unsur berharga dari magma, terbentuk karena difrensiasi kristalisasi akibat gaya gravitasi. Karena kristalisasi tersebut, sebagian material menjadi lebih berat dari larutan sehingga material tersebut terendapkan dan terakumulasi pada bagian bawah dapur magma. Bentuk deposit mineral jenis ini biasanya lenticular dan berukuran kecil. Kadang juga ditemukan dalam bentuk layer dalam batuan induk. Contoh depositnya adalah deposit kromit Bushveld Igneous Complex (BIC) di Afrika Selatan. 2.1.3. Injeksi (Injections) Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih kemungkinan terbentuk karena difrensiasi kristalisasi, lebih dulu atau bersamaan dengan dengan mineral batuan silikat yang berasosiasi dengan mineral bijih tersebut. Mineral-mineral yang terbentuk tidak terakumulasi pada tempatnya terendap, tapi di-injeksi-kan dan terkonsentrasi pada batuan samping. Contoh deposit seperti ini adalah dike titanoferous magnetit di Cumberland, dan pipa platinum di Afrika selatan. 2.2. Magmatik Akhir (Late magmatic). Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang mengkristal dari magma residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai bagian akhir dari proses magmatik. Gejala yang sering diperlihatkan berupa pembentukan mineral-mineral kemudian yang memotong endapan magmatik awal, dicirikan oleh adanya reaction rim pada sekeliling mineral yang telah terbentuk. Deposit yang terbentuk berasal dari proses difrensiasi kristalisasi, akumulasi gravitatif dari heavy residual liquid, dan pemisahan liqud sulfide droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai bentuk difrensiasi lainnya. Teknik Pertambangan Unmul - 17
  • 18. Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit magmatik awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku (magma) terbentuk dan setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi perpindahan tempat. Sedang pada deposit magmatik akhir, kadang-kadang akumulasi tersebut masih berpindah dan diendapkan pada batuan samping. 2.2.1. Gravitative Liquid Accumulation Residual Liquid Segregation Pemisahan yang terjadi di dalam dapur magma oleh proses difrensiasi kristalisasi sudah terjadi mulai dari tahap awal sampai konsolidasi akhir. Karena mineral-mineral mafik mengkristal lebih dulu, maka magma residu yang lebih bersifat felsik menjadi sangat kaya akan silika, alkali, dan air. Kristal yang terbentuk pertama cenderung akan bergerak ke dasar dapur magma karena berat jenisnya lebih besar dari liquid residu-nya. Deposit mineral pada tipe ini terbentuk karena adanya proses difrensiasi kristalisasi dan akumulasi magma residual. Contoh endapannya adalah deposit Titanomagnetik di Bushveld. Residual Liquid Injection Liquid residual yang banyak mengandung logam yang terakumulasi di dalam dapur magma, sebelum terkonsolidasi, bisa mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke tempat lain yang tekanannya lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk atau tekanan dari dalam magmanya sendiri) membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection). 2.2.2. Residual Liquid Pegmatitic Injection Pembentukan pegmatitik dihasilkan dari injeksi fluida magmatik yang mengandung bahan-bahan mineral pembentuk batuan yang masih tersisa, air, karbondioksida, konsentrasi rare elements, mineralizers, dan logam. Beberapa deposit pegmatite memiliki deposit mineral berharga dan layak untuk dieksploitasi. Tubuh pegmatitik biasanya berupa intrusi dike atau intrusi irregular. Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi dengan batuan beku felsik seperti granit dan diorit. Deposit pegmatite dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar, dan mika; mineral tersebut membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi. Feldspar dan mika dominan pada bagian dinding hingga intermediet, kuarsa dominan pada bagian inti. Kristal-kristal besar pada zona inti dihasilkan dari fluiditas magma yang sangat tinggi (viskositas rendah) memungkinkan ion-ion dapat bergerak lebih cepat untuk membentuk muka kristal. Deposit logam yang cukup penting adalah tantalium, niobium, tin, tungsten, molybdenum, dan uranium. Disamping itu, terdapat pula deposit mineral industri seperti feldspar, mika, kuarsa, korondum, kriolit, gemstone, rare earth, dan mineral-mineral yang mengandung beryllium, lithium, cesium, dan rubidium. Teknik Pertambangan Unmul - 18
  • 19. 2.2.3. Immiscible Liquid Immiscible Liquid Segregation Pada tahap ini, terjadi penetrasi larutan magma yang tersisa dan kemudian membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Immiscible Liquid Separation & Acumulation). Skinner & Peck menemukan suatu larutan immiscible sulfide melt pada tahap akhir pendinginan lava Hawai yang jenuh akan sulfide sulfur pada temperatur 1065oC. Sulfide-rich phases terdiri atas dua – yang pertama immiscible sulfide-rich liquid dan yang kedua adalah copper-rich pyrrhotite solid solution. Sulfide-rich liquid terdiri atas kombinasi pyrrhotite, chalcopyrite, dan magnetite. Larutan tersebut mengandung oksigen yang cukup banyak, yang menurunkan permukaan sulfide liquidus. Skinner & Peck menyimpulkan bahwa pada fase pertama yang mengkristal adalah copper-nickel-rich pyrrhotite solid solution. Jadi fase pertama kristalisasi immiscible sulfide liquid dapat mengkonsentrasikan copper dan nickel yang dapat menghasilkan suatu ore bodies yang komersial. Vogt dalam Jensen & Bateman, 1981, melihat bahwa iron-nickel-copper sulfides larut sekitar 6 atau 7 persen dalam magma mafik dan selama pendinginan larutan tersebut memisahkan diri sebagai immiscible sulfide drops, yang kemudian terakumulasi pada dasar dapur magma dan membentuk liquid sulfide segregation. • Dalam hal ini segregasi tersebut akan menyerupai akumulasi molten copper (matte) yang terkumpul pada bagian bawah tungku peleburan. Sulfida-sulfida akan tetap dalam bentuk liquid hingga semua silikat mengkristal; karenanya sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk lebih dulu dan kemudian mengkristal disekitarnya. Jadi sulfida adalah mineral pyrogenic yang mengkristal paling akhir, dan karena sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk sebelumnya, kadan mereka dinterpretasikan sebagai hidrotermal. Immiscible Liquid Injection Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti dijelaskan diatas) dan kemudian mengalami gangguan sebelum terkonsolidasi, fraksi tersebut akan mendesak ke dinding dapur magma membentuk celah atau membentuk daerah breksiasi pada batuan samping dan akhirnya terkonsolidasi membentuk immiscible liquid injection. • Setelah proses-proses di atas terjadi (Early Magmatic Process dan Late Magmatic Process) jika magma asalnya banyak mengandung unsur volatile, maka unsure- unsur volatile tersebut bersama larutan sisa, disebut larutan magma sisa (rest magma) akan membentuk jebakan transisi ke pegmatitit-pneumatolitis. • Apabila pembentukan deposit pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka larutan sisa magmanya akan sangat encer, karena tekanan gasnya sudah menurun dengan cepat. Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan hidrotermal. Teknik Pertambangan Unmul - 19
  • 20. III. METASOMATISME KONTAK perubahan metamorfik yang disertai pengantaran material dari external source Umumnya magma tidak sempat mencapai permukaan bumi, tapi terkonsolidasi di dalam kerak bumi. selama proses konsolidasi tersebut (1) emanasi fluida bertemperatur tinggi (selama atau sesaat setelah konsolidasi magma) menghasilkan efek pada invaded rock, dan (2) kristalisasi cenderung menyebabkan konsentrasi volatil dalam residual liquid bertambah, sehingga pada akhir konsolidasi terdapat volatil dalam jumlah besar yang akan bereaksi dengan batuan samping. Efek emanasi magma pada batuan samping terdiri atas dua tipe, yaitu (1) efek panas tanpa aksesi dari magma yang menghasilkan metamorfisme kontak, dan (2) efek panas yang disertai aksesi dari dapur magma yang menghasilkan metasomatisme kontak. Kedua tipe tersebut agak sulit dibedakan, dalam kaitannya dengan deposit mineral metamorfisme kontak jarang menghasilkan deposit mineral yang cukup eonomis dan sebaliknya metasomatisme kontak sering menghasilkan deposit mineral yang ekonomik. Metamorfisme kontak memperlihatkan sifat-sifat yang dipengaruhi oleh (1) endogene atau efek internal pada daerah diluar margin tubuh intrusif dan (2) exogene atau efek eksternal pada batuan yang kontak dengan intrusi magma.  Efek endogene berupa perubahan tekstur dan mineral pada border zone; mineral pegmatit seperti tourmalin, beryl, atau garnet bisa ditemukan.  Efek exogene terdiri atas baking atau pengerasan pada batuan samping dan secara umum menyebabkan transformasi. Mineral lama diurai, dan ion-ionnya mengalami rekombinasi untuk membentuk mineral stabil pada kondisi tersebut. Sebagai contoh, mineral AB dan CD bisa ter-rekombinasi menjadi AC dan BD. Dalam impure limestone yang mengandung Calcium Carbonat, magnesium, iron, kuarsa dan lempung dapat terjadi alterasi seperti : ⇒ Calcium oksida + kuarsa → wollastonite ⇒ dolomit + kuarsa + air → termolite ⇒ dolomit + kuarsa + air + iron → actinolite ⇒ kalsit + lempung + kuarsa → grossularite garnet Dalam semua alterasi tersebut komposisi kimia batuan hampir tidak ada perubahan. Alterasi semakin kuat pada daerah yang dekat dengan tubuh intrusi dan menghasilkan suatu metamorphic aureule disekitar intrusi dalam berbagai bentuk dan ukuran tergantung pada bentuk dan ukuran intrusi. Metasomatisme kontak berbeda dengan metamorfisme kontak dalam hal banyaknya accessions dari magma yang terlibat dalam reaksi. Dalam reaksi metasomatik dengan batuan kontak, mineral baru yang terbentuk dibawah kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi bisa terdiri atas sebagian atau seluruhnya berasal dari magma. Mineraloginya pun lebih bervariasi dan kompleks dibanding metamorfisme kontak, sedang depositnya terbentuk dengan baik terutama pada batuan calcareous. Teknik Pertambangan Unmul - 20
  • 21. 3.1. PROSES DAN EFEK Emanation membawa unsur-unsur yang me-replace the intruded rock membentuk mineral logam dan non-logam yang terdistribusi secara tidak teratur dalam contact aureule. Tapi tidak semua intrusi magma dapat menghasilkan deposit metasomatisme kontak berharga karena sangat terkait dengan tipe magma dan lingkungan pembentukannya. Magma harus mengandung unsur-unsur berharga, dan batuan kontak harus berupa batuan yang reaktif dan pada the invaded zone sebaiknya dapat dicapai oleh sirkulasi air konat dan air meteorik. Temperatur. Semakin jauh dari zona kontak, temperatur semakin menurun. Penurunan tersebut (secara gradual selama pendinginan magma yang lambat) menyebabkan terjadinya zona mineralisasi disekitar tubuh intrusif. Disamping temperatur, zonasi tersebut juga sangat tergantung pada chemical gradient. Kehadiran mineral wollastonite, andalusite, sillimanite, kyanite, kuarsa, dan lain-lain, mengindikasikan bahwa metasomatisme kontak terjadi pada temperatur antara 300o- 800oC, meski bisa juga (sangat jarang) terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi. Rekristalisasi, Rekombinasi, dan Accessions. Rekristalisasi dan rekombinasi mineral penyusun batuan terjadi pada alteration halo. Rekristalisasi adalah indikasi paling ringan dalam aksi kontak magma dengan invaded rock, terbentuk pada zona alterasi terluar. Rekombinasi ion-ion terjadi dengan penambahan material dari magma. Sebagai contoh, mineral AB dan CD te-rekombinasi menjadi AC dan BD, kemudian menjadi ACX dan BDY, dimana X dan Y adalah Accessions dari magma. • Dolomit + kuarsa (+ temperatur tinggi) → tremolite, kemudian seiring dengan naiknya temperatur terbentuk forsterite, diopside, periclase, wollastonite, monticellite, spurrite, merwinite, dan larnite. • Magmatic accession terutama terdiri atas logam-logam, silika, sulfur, boron, chloride, fluorine, potassium, magnesium, dan sejumlah sodium. Perubahan Volume. Berbagai penelitian menunjukkan adanya ekspansi volume dalam metasomatisme kontak. Lingdren yang meneliti deposit metasomatik di Morenici, Arizona, menunjukkan jika CaO dalam 1cc CaCO3 dikonversi menjadi andradit garnet, volume CaO akan berubah menjadi 1,40cc, atau terjadi ekspansi volume hampir setengah dari volume semula. Tahap Pembentukan. Metasomatisme kontak mulai terjadi sesaat setelah intrusi dan berlanjut hingga setelah bagian terluar intrusif terkonsolidasi. Secara umum, tahap pertama terjadi rekristalisasi dan rekombinasi dengan atau tanpa accessions dari magma. Mineral yang pertama terbentuk adalah mineral-mineral silikat. Magnetit dan hematite kadang terbentuk bersamaan atau sesudah pembentukan mineral-mineral silikat tersebut, tapi secara umum kedua jenis mineral tersebut (silikat dan oksida) mendahului pembentukan mineral-mineral sulfida. Berturut-turut terbentuk pyrite dan arsenopyrite, disusul oleh pyrhotite, molybdenite, sphalerite, chalcopyrite, galena, dan paling akhir terbentuk sulfo-salts. Pada beberapa tempat, sulfida ditemukan terbentuk bersamaan dengan silikat, namun ini sangat jarang terjadi. Transfer material antara fluida magmatik dengan batuan samping terutama terjadi pada periode akhir konsolidasi magma, yaitu setelah pendinginan border atau chill zone dan selama akumulasi magma sisa dimana mineralizer mulai terbentuk. Teknik Pertambangan Unmul - 21
  • 22. 3.2. HUBUNGAN METASOMATISME KONTAK DENGAN INTRUSI Pembentukan deposit metasomatisme kontak sangat tergantung pada komposisi magma, batuan induk (host rock), dan kaitan antara ukuran dan kedalaman tubuh intrusif. Tubuh ekstrusif juga menghasilkan efek pada batuan samping seperti baking, pengerasan, atau efek lain pada daerah kontak, tapi sangat jarang menghasilkan deposit mineral. Komposisi Intrusi. Efek metamorfisme dapat terjadi pada semua jenis magma, tapi metasomatisme kontak umumnya hanya terbentuk pada intrusi yang bersifat intermediet hingga felsik. Jarang deposit yang dijumpai pada intrusi mafik dan hampir tidak ada dalam intrusi ultramafik. Penyebabnya adalah karena pada material felsik lebih banyak mengandung fluida dibanding material mafik. Ukuran dan Bentuk Intrusi. Umumnya deposit metasomatik kontak berasosiasi dengan tubuh intrusi yang berukuran besar seperti stocks dan batholith. Jarang ditemukan deposit yang berasosiasi dengan intrusi yang lebih kecil seperti laccolith, sill, ataupun dike. Disamping itu, tubuh intrusi yang membentuk kontak dengan kemiringan landai dengan batuan samping menghasilkan zona mineralisasi yang lebih luas dibanding kontak intrusi dengan kemiringan besar. Kedalaman Intrusi. Kedalaman intrusi adalah faktor yang penting dalam pembentukan deposit metasomatisme, karena deposit hanya terbentuk pada batuan dengan massa dasar granular, yang mengindikasikan pendinginan yang relatif lambat pada kedalaman yang besar (±1000~2100m). Tidak adanya deposit pada batuan dengan tekstur glassy atau afanitik yang mengindikasikan pendinginan yang cepat pada kedalaman dangkal, menunjukkan bahwa kondisi dekat permukaan tidak cocok untuk pembentukan deposit metasomatik. Alterasi pada Intrusi. Tubuh intrusi juga mengalami alterasi selama terjadinya metamorfisme kontak. Epidote misalnya, adalah mineral utama dalam tubuh intrusi yang kemungkinan dihasilkan dari absorpsi CaO dan CO2 dari the invaded rock. Mineral lain yang terbentuk dengan cara yang sama adalah sebagian garnet, vesuvianite, chlorite, diopside, disamping serisitisasi yang juga kadang ditemukan. 3.3. HUBUNGAN METASOMATISME KONTAK DENGAN THE INVADED ROCK Karakter dan penyebaran alterasi pada the invaded rock tergantung pada komposisi dan struktur (baik primer maupun sekunder) the invaded rock tersebut. Komposisi The Invaded Rock. Batuan karbonat adalah batuan yang paling penting dalam pembentukan deposit metasomatik. Pure limestone dan dolomit mudah mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan elemen-elemen dari external source. Sedang kehadiran unsur-unsur pengotor seperti silika, alumina, dan besi dalam impure carbonate rocks memungkinkan terbentuknya lebih banyak kombinasi mineral. Batupasir juga mengalami rekristalisasi menjadi kuarsit dan kadang mengandung pula mineral-mineral metasomatik. Serpih (shale) dan slate teraltersi menjadi hornfels yang mengandung andalusite, sillimanite, staurolite, dan garnet, namun secara umum batuan-batuan argillaceous jarang mengandung deposit metasomatisme yang bernilai ekonomis. Teknik Pertambangan Unmul - 22
  • 23. Struktur The Invaded Rock. Struktur yang terdapat pada the invaded rock baik primer maupun sekunder, seperti kemiringan bidang perlapisan dan sesar, mempengaruhi luas dan posisi zona metasomatik kontak. Kemiringan perlapisan yang condong kearah tubuh intrusi sangat baik untuk pembentukan zona metasomatik. Demikian juga sesar dapat menjadi channelway untuk fluida metasomatik menyebar. 3.4. DEPOSIT METASOMATISME KONTAK Deposit metasomatisme kontak umumnya ukurannya relatif kecil dengan dimensi sekitar 30 - 120m, distribusinya tidak merata di dalam contact aureule dan cenderung terkonsentrasi pada sisi tubuh intrusi yang landai. Bentuknya umumnya irregular atau mengikuti bidang perlapisan, kekar-kekar, atau struktur lainnya. Mineral-mineral gang yang biasa ditemukan dalam deposit metasomatik antara lain adalah grossularite dan andradite garnet, hedenbergite, tremolite, actinolite, wollastonite, epidote, zoesite, vesuvianite, diopside, forsterite, anorthite, albite, fluorite, chlorite, mika dan lain-lain. Kuarsa dan mineral-mineral karbonat selalu ditemukan. Sebagai tambahan, silikat yang mengandung mineralizers seperti tourmaline, axinite, scapolite, ludwigite, chondrodite, dan topaz, kadang-kadang ditemukan juga. Mineral bijih terdiri atas oksida, logam murni (native), dan sulfida, arsenides, dan sulfo- salts. Bijih oksida terdiri atas magnetite (paling banyak), ilmenite, hematite (specularite), corondum, dan spinel. Logam murni yang paling banyak adalah graphite, sedang emas dan platinum dijumpai dalam jumlah sedikit. Sulfida terutama terdiri atas base-metal sulfides. Kadang juga ditemukan sulfo-arsenides dan antimonides, tellurides, sceelit, dan wolframit. Tabel 3.1 Tipe-tipe deposit mineral, mineral utama, dan contoh deposit yang terbentuk oleh Metasomatisme Kontak (Bateman & Jensen, 1981) Deposit Chief Minerals Example of Deposit Iron Magnetite and hematite Cornwal. Pa. Mex Copper Chalcopyrite and bornite, with pyrite, pyrhotite, Some deposits of Morenci (Tembaga) sphalerite, molybdenite, and iron oxides and Bisbee, Arizona Zinc Sphalerite with magnetite, sulfides of iron and lead Hanover, N. Mexico Galena, magnetite,and sulphides of iron, copper, Lead Magdalena, N. Mexico and zinc Cassiterite, wolframit, magnetite, scheelite, Tin Pitkaranta, Finland pyrrhotite Scheelite and minor sulphides, or wolframit with Tungsten Mill City, Nevada molybdenite and minor sulfides Molybdenum Molybdenite, pyrite, garnet Yetholm, Australia Graphite Graphite and contact silicates South Australia Gold with arsenopyrite, magnetite, and sulfides of Gold Cable, Mont.; Suan, Korea iron and copper Argentite, native, argentiferous galena Bingham district-Lark and Silver U.S. Mines Manganese Manganese and iron oxides and silicates Langban, Swedwn Magnetite and corondum, with ilmenite and spinel Virginia, Peekskil, N.Y.; Emery Turkey; Greece Garnet Garnet and silicates Corondum with magnetite, garnet, and other Peekskil, N.Y.; Chester, Corondum Mass. silicates Teknik Pertambangan Unmul - 23
  • 24. IV. HIDROTERMAL Proses pembentukan bijih secara primer pertama kali terbentuk dalam dapur magma, yang diikuti oleh proses-proses di luar dapur magma selama dan sesaat setelah proses konsolidasi berlangsung. Hydrothermal mineralizing solution sebagian berasosiasi dengan magma dan sebagian lagi tidak. Istilah hidrotermal secara harfiah diartikan sebagai air panas, dan air panas bisa saja berasal dari proses lain selain proses magmatik. Dia bisa berupa air meteorik atau air konat atau kandungan air yang dilepaskan dari dalam batuan selama proses metamorfisme dan membentuk larutan hidrotemal. Menurut Helgeson, larutan hidrotermal adalah larutan yang kental, weakly dissociated, dan larutan elektrolit yang kaya akan chloride. Dengan kandungan chloride dan hadirnya ion H+, menunjukkan bahwa bahwa larutan hidrotemal tersebut bersifat asam. Tentu saja hal ini sangat tergantung pada derajat disosiasi HCl menjadi ion H+ dan Cl-. Pada temperatur 100oC atau kurang, HCl hampir komplit mengalami disosiasi dan pH menjadi rendah. Lingdren berdasarkan pada temperatur, tekanan dan asosiasi mineral deposit hidrotermal, membagi deposit hidrotermal kedalam tiga kelas : 1. Hipotremal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatur tinggi (300o – 500oC) dan tekanan sangat tinggi didekat intrusif 2. Mesotremal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatur intermediet (200o – 300oC), tekanan tinggi, dan terletak cukup jauh dari intrusif. 3. Epitermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatu rendah (50o – 200oC), tekanan menengah, dan terletak jauh dari intrusif. Buddington menambahkan dua kelas : 4. Teletermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk setelah larutan bermigrasi jauh dari intrusif dimana kemungkinan sebagian materialnya tidak berasal dari intrusif, temperatur dan tekanan rendah. 5. Xenotermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk oleh larutan dekat permukaan pada kondisi temperatur awal dan tekanan awal tinggi menyebabkan terjadinya reaksi dan pengendapan yang cepat Dalam perjalanan melewati batuan, larutan hidrotermal secara berangsur mengendapkan mineralnya dalam bentuk (1) pengendapan dalam berbagai jenis bukaan (cavity filling) dalam batuan, membentuk cavity-filling deposits, atau (2) replasemen metasomatik dalam batuan membentuk replacement deposits. Pengisian bukaan oleh presipitasi bisa bersamaan dengan replasemen batuan samping. Namun secara umum, terjadi gradasi antara kedua tipe deposit mineral tersebut. Replasemen dominan terbentuk relatif dekat dari tubuh intrusif dan dibawah kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi menghasilkan deposit hipotermal. Pengisian bukaan terbentuk relatif jauh dari tubuh intrusif dan dibawah kondisi temperatur dan tekanan yang rendah yang menghasilkan deposit epitermal. Sedang pada deposit mesotermal, kedua bentuk tersebut dapat ditemukan. 4.1. PRINSIP DASAR PROSES HIDROTERMAL Proses hidrotermal menghasilkan deposit mineral yang merupakan sumber suplai utama dari berbagai jenis mineral seperti emas, perak, tembaga, timah, antimon, kobalt, merkuri, molybdenum, uranium, tungsten, fluorspar, barite, gems, dan lain-lain. Teknik Pertambangan Unmul - 24
  • 25. Beberapa hal yang menjadi syarat pembentukan deposit hidrotermal adalah : 1. Tersedia mineralizing solutions (mineralizers) yang cukup banyak untuk melarutkan dan menjadi media transport bahan-bahan mineral, 2. Tersedianya bukaan (opening) dalam batuan sebagai saluran migrasi larutan hidrotermal, 3. Tersedia tempat untuk pengendapan kandungan mineral, 4. Reaksi kimia yang menghasilkan deposit, dan 5. Konsentrasi larutan cukup mengandung bahan-bahan mineral deposit untuk membentuk deposit yang baik. Kandungan volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup rendah tersebut dikenal dengan istilah mineralizers. Mineralizers ini mengandung (1) elemen bersifat mobil dalam jumlah cukup banyak dalam batuan, (2) elemen seperti tembaga, lead, zinc, perak, emas dan lain-lain; LIL (large-ion lithophile), (3) elemen seperti Li, Be, B, Rb, dan Cs; dan (4) dalam jumlah cukup banyak berupa alkali, alkali earth, dan volatile khususnya Na, K, Ca, Cl, 2 dan CO . Kesemuanya itu memegang peranan penting dalam transportasi metal pada proses hidrotermal. 4.1.1. Pergerakan Larutan Hidrotermal Melalui Batuan Pergerakan larutan hidrotermal dari sumber ke tempat pengendapan sangat tergantung pada tersedianya bukaan (opening) dalam batuan, sedang pembentukan tubuh bijih yang besar tergantung kepada banyaknya suplai material yang bisa terangkut melalui bukaan tersebut. Dengan demikian bukaan tersebut harus saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Berbagai tipe bukaan dalam batuan yang dapat menjadi saluran migrasi larutan disajikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Tipe-tipe bukaan dalam batuan Original Cavities Pore spaces Cooling cracks Crystal lattices Igneous breccia cavities Vesicles or ―blow holes‖ Bedding Planes Lava drain channel Induced Channel Fissures, with or without faulting Volcanic pipes Shear-zone cavities Tectonic pipes Cavities due to folding and warping Collapse breccias Saddle reefs Solution caves Pitches and flats Rock alteration openings Anticlinal and synclinal cracking and slumping Porositas. Porositas batuan adalah persentase pori dalam batuan. Pada batuan dengan butiran berbentuk bulat, kisaran posositas dari minimum 25,95% dan maksimum 47,64%. Namun perlu diingat bahwa butiran batuan tidak pernah sepenuhnya bulat. Material berbentuk angular memiliki porositas yang lebih besar dibanding yang berbentuk bulat, dan material berukuran halus relatif lebih besar posositasnya dibanding material berukuran kasar. Teknik Pertambangan Unmul - 25
  • 26. Persentase porositas dari beberapa sampel batuan adalah sebagai berikut : Rata-rata Maksimum Minimum Granit 0,369 0,62 0,19 Batugamping 4,88 13,36 0,53 Batupasdir 15,9 28,28 4,81 Oil sands 19,4 Batulempung 28,43 Permeabilitas. Permeabilitas adalah kemampuan material meluluskan air. Permeabilitas tergantung pada porositas batuan, tapi batuan yang porous belum tentu permeabilitasnya bagus. Permeabilitas tergantung pada ukuran pori, banyaknya pori, dan interkoneksi antar pori. Beberapa lava vesikular berporositas tinggi, tapi karena tidak salin berhubungan menyebabkan permeabilitasnya rendah. Pore Spaces. Pori batuan adalah ruang antar butiran. Pore spaces ini menyebabkan batuan menjadi permeabel dan memungkinkan transport dan akumulasi bijih-bijih, petroleum, gas, dan air. Bedding Planes. Kenampakan pada formasi sedimen berupa bidang perlapisan. Vesicles or ―Blow Holes‖. Vesicles ar ―blow holes‖ adalah bukaan yang dihasilkan oleh ekspansi vapor seperti terlihat pada bagian atas beberapa aliran lava basal. Jika vesicle tersebut terisi disebut amygdaloid. Volcanic Flow Drains. Volcanic Flow Drains terbentuk pada aliran lava manakala sisi luar lava telah solid dan lava cair pada bagian dalam keluar membentuk pipa/saluran. Cooling Cracks. Terbentuk sebagai hasil kontraksi betuan beku yang mendingin. Cooling cracks bisa berbentuk blok, paralel, atau irregular. Fissures. Fissures adalah bukaan berbentuk tabular memanjang dalam batuan. Terbentuk oleh gaya kompresi, tensile, atau torsion yang bekerja pada batuan dan kadang diikuti oleh patahan. Jadi patahan termasuk fissures, tapi tidak semua fissures diikuti oleh patahan. Fissures ini merupakan saluran yang sangat baik untuk transportasi larutan. Jika fissures tersebut terisi oleh logam atau mineral, disebut fissures veins. Folding and Warping. Pelenturan dan lipatan lapisan sedimen menghasilkan bentuk : (1) bukaan saddle reef pada puncak lipatan yang tertutup, (2) pitches and flats adalah bukaan yang terbentuk oleh pemisahan lapisan pada gentle slumping, dan (3) longitudinal cracks sepanjang puncak antiklin atau sinklin. Igneous breccia Cavities. Breksi batuan beku ada dua tipe, yaitu : breksi vulkanik yang membentuk aglomerat dan breksi intrusif. Volcanic Pipe. Pada saat terjadi aktifitas vulkanik terbentuk bukaan berbentuk pipa akibat adanya material yang terlempar keluar. Material yang terlempar keluar tersebut kadang kembali jatuh ke dalam lubang vulkanik membentuk breksi dan menyisakan ruang antar fragmen. Teknik Pertambangan Unmul - 26
  • 27. Tectonic Breccia, Collapse Breccia, etc. Breksi juga bisa terbentuk akibat adanya penghancuran pada batuan brittle disebabkan oleh lipatan, sesar, intrusi atau berbagai gaya tektonik lain. Sama seperti breksi yang terbentuk pada volcanic pipes, fragmen breksi yang terkonsolidasi menyisakan ruang antar fragmen. Rock Alteration Openings. Batuan yang mengalami alterasi bersifat lebih porous dibanding batuan yang tidak teralterasi. Pergerakan larutan melalui batuan umumnya melalui bukaan yang berbentuk fissures karena sifatnya yang saling berhubungan, atau melalui bukaan lain yang lebih kecil seperti shear zone, lapisan lava vesikuler, atau sedimen yang porous. Disamping tersedianya bukaan, ukuran butir partikel batuan juga cukup penting dalam pembentukan deposit hidrotermal, bukan hanya dalam kaitannya dengan pergerakan larutan dalam batuan, tapi juga dalam kaitannya dengan reaksi kimia antara batuan samping dengan larutan. Batuan dengan ukuran partikel kecil (seperti claystone) menunjukkan luas permukaan yang kontak dengan larutan lebih besar dari batuan dengan ukuran partikel besar (seperti sandstone), hal ini memungkinkan terjadinya reaksi kimia yang lebih banyak antara batuan dengan larutan. Sedang ukuran porinya sangat kecil sehingga permeabilitasnya menjadi rendah. Kondisi demikian memang kurang baik untuk migrasi larutan, tapi sebaliknya sangat baik untuk pengendapan mineral. Pengendapan mineral terjadi seiring dengan turunnya temperatur dan berkurangnya tekanan dalam larutan. Turunnya temperatur sangat tergantung pada jumlah larutan yang bergerak dan kapasitas batuan samping untuk menerima panas dari larutan. Sementara akan berkurang seiring dengan semakin berkurangnya kedalaman akibat pergerakan larutan relatif ke atas. 4.2. ALTERASI BATUAN SAMPING DAN GANGUE Batuan samping (country rock) yang ditempati deposit bijih dari proses hidrotermal, hampir selalu memperlihatkan adanya efek reaksi yang dihasilkan dari fluida panas yang mengalami sirkulasi menuju kesetimbangan. Efek tersebut berbentuk selubung (isolasi) yang membatasi antara batuan segar dengan terobosan magma sisa. Selubung tersebut disebut alterasi batuan samping. Alterasi hidrotermal adalah setiap perubahan komposisi mineral batuan (baik fisik maupun kimia) karena pengaruh fluida hidrotermal. Alterasi bisa disebabkan antara lain oleh : 1. Diagenesis dalam sedimen 2. Proses regional, termasuk metamorfisme 3. Proses postmagmatic atau postvolcanic yang berasosiasi dengan proses pendinginan 4. Proses mineralisasi langsung Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan intensitas alterasi hidrotermal adalah : 1. Karakteristik dan komposisi batuan induk (host rock) 2. Komposisi fluida hidrotermal yang meliputi Eh, pH, tekanan vapor, komposisi anion-kation, dan derajad hydrolysis. Teknik Pertambangan Unmul - 27
  • 28. 3. Kondisi temperatur dan tekanan dan perubahan fase hidrotermal 4. Perubahan akibat penguraian unsur-unsur dalam larutan, seperti penguraian H2S yang menyebabkan larutan menjadi lebih asam. Luas daerah alterasi untuk setiap deposit sangat bervariasi, kadang bisa mencapai beberapa kilometer jika alterasi tersebut dipengaruhi oleh a network of vein. Perubahan minor dalam distribusi mineral gangue bisa menunjukkan arah penyebaran vein yang mengandung bijih. Mineral Bijih Mineral Gang Wall-rock Ore Minerals Ganggue Minerals Alteration HgS m k a a b r l a Epithermal Sb2S3 k s r Montmorillonite a e r f i Kaolinite Au AgS s d o l t V i o d u a t n s o o Barren i k r r d r i i G AgS Ag3SbS3 e o t a e r s b n Cu12Sb4S13 i i PbS l t t e p ku k e r Mesothermal ZnS i a a Chlorite a r r l S Carbonates l CuFeS2 i s s e t a i i t q z Au u e e Sericite d FeAsS Bi n Quartz c Pyrite Hypothermal MoS2 e CaWO4 (Fe,Mn)WO4 SnO2 Diopsit Diopside Metasomatik kontak Fe3O4 CaWO2 Garnet Garnet Idocrase Contact Metasomatic Tremolit Idocrase SnO2 Be3Al2Si6O18 o t r u t r Quartz Pegmatik LiAlSi2O6 o m Muscovite pegmatite k a Tourmaline l l Topaz (Fe,Mn)(Nb,Ta)2O6 a i s n Gambar 4.2. Kondisi kimia dan mineralogi secara umum yang berasosiasi dengan zona epi- meso-hypothermal, metasomatik kontak, dan pegmatik (D. Garlick). Teknik Pertambangan Unmul - 28
  • 29. Reaksi yang penting untuk alterasi ada beberapa tipe yaitu : 1. Hidrolisis; Hidrolisis batuan samping sangat penting karena berfungsi untuk : a. merubah anhydrous silicates seperti feldspar menjadi hydrolyzed. b. Mempertahankan pH fluida yang pada gilirannya mempengaruhi solubility dan hubungan asosiasi-dissosiasi dalam fluida. Hydrolisis mengontrol transfer K+, Na+, Ca2+, Mg2+, dan ion-ion lainnya dari batuan silikat ke dalam larutan (solution). 2. Hydration-Dehydration 3. Metasomatisme alkali atau alkali tanah 4. Serpentinisasi mineral olivin dan rombik-piroksin 5. Kloritisasi mineral-mineral ferromagnesian 6. Saussuritisation atau alterasi basic plagiclase menjadi sodic plagioclase, epidote, kalsit, dan lain-lain. 7. Uralitisation atau alterasi piroksin menjadi amfibol 8. Propylitisation atau alterasi batuan beku berbutir halus (terutama andesit) menjadi klorit, epidot, serisit, dan lain-lain 9. Kaolinitisation atau alterasi feldspar menjadi mineral lempung. 4.3. DEPOSIT MINERAL YANG DIHASILKAN Pengisian celah (cavity filling) adalah pengendapan larutan mineral dalam bukaan yang terdapat pada batuan samping (rock opening). Larutannya sendiri bisa dalam kondisi cair atau kental, panas atau dingin, dan berasal dari magmatik atau bukan. Umumnya mereka dalam bentuk cair dan panas. Mineral pertama tumbuh dari dinding bukaan kearah dalam bukaan. Dalam beberapa kasus, satu atau beberapa mineral terendapkan pada semua bagian dinding bukaan menghasilkan homogeneus atau massive ore. Dalam bukaan juga kadang terlihat adanya crustificatian atau adanya perulangan pengendapan mineral dari arah luar ke arah dalam bukaan. Perulangan tersebut bisa dalam bentuk simetris jika terjadi perulangan secara sistematis (123454321) atau bentuk asimetris jika perulangannya tidak sistematis (acbdbebfbgbka). Perulangan asimetris bisa terjadi jika ada reopening pada deposit yang telah terbentuk sebelumnya, misalnya pertama terendapkan abba yang kemudian setelah reopening celah abba diisi oleh mineral lain c,d,e,f, dan seterusnya. Jika pengendapan mineral terjadi disekeliling fragmen-fragmen breksi, maka dihasilkan cockade ore. Jika kristal mineral utama tumbuh dari dinding kearah dalam bukaan, terbentuk comb structure. Jika pengisiian bukaan tidak komplit dalam seluruh bukaan batuan, terbentuk vugs yang kadang bisa dimasuki manusia. Pengisian celah meliputi dua proses utama, yaitu : (1) pembentukan bukaan, dan (2) pengendapan mineral. Keduanya bisa terjadi secara bersamaan, namun umumnya keduanya terbentuk secara terpisah. Deposit pengisian celah (cavity filling) ditemukan dalam bentuk-bentuk berikut : 1. Fissure veins; tubuh bijih berbentuk tabular yang meliputi satu atau lebih fissure. Fissure veins adalah bentuk deposit cavity filling yang paling penting dan paling banyak ditemukan. Fissure veins terbentuk (1) oleh stresses yang bekerja pada kerak bumi dan bisa diikuti oleh pen-sesar-an, dan (2) oleh gaya dari dalam tubuh intrusi selama mineralisasi berlangsung. Vein matter pada Teknik Pertambangan Unmul - 29
  • 30. fissure terdiri atas beberapa mineral gang dan bijih. Tidak seperti pada deposit cavity filling lainnya, fissure veins umumnya mengandung lebih dari satu mineral gang seperti kuarsa, kalsit, dan rhodochrosite. Mineral bijih yang sering ditemukan dalam kelas ini adalah gold, silver, silver-lead, copper, lead, zinc, tin, antimony, cobalt, mercury, molybdenum, uranium, tungsten, fluorspar, barite, dan gems. Beberapa bentuk fissure veins adalah : a. Chambered veins; jika dinding fissure veins berbentuk irregular dan ter- breksiasi terutama pada hanging wall-nya. b. Dilation (lenticular) veins dalam batuan sekiss; jika fissure veins berbentuk lensa gemuk yang saling berhubungan. c. En echelon veins dalam batuan sekiss; jika fissure veins berbentuk lensa gemuk yang tidak saling berhubungan. d. Sheeted veins; kelompok fissure veins yang rapat dan paralel. e. Linked veins; kelompok fissure veins yang paralel dan dihubungkan oleh diagonal veinlets. 2. Shear-zone deposits; tubuh bijih yang tipis, melembar, bukaan yang saling berhubungan sehingga sangat baik dalam pembentukan deposit cavity filling. Bijih yang sering ditemukan dalam bentuk ini adalah gold dan pyrite. 3. Stockwork; veinlet pembawa bijih berukuran kecil, membentuk network, dan saling berhubungan. Bijih yang biasa ditemukan dalam bentuk ini adalah tin, gold, silver, copper, molybdenum, cobalt, lead, zinc, mercury, dan asbestos. 4. Saddle reef; suatu celah (ruang) pada puncak lipatan antiklin berbentuk sadel kuda, yang kemudian terisi dengan deposit cavity filling. 5. Ladder veins; vein pendek yang biasanya adalah cabang dike. 6. Pitches and flat- fold cracks 7. Breccia-filling deposits, volcanic, collapse, and tectonic 8. Solution cavity filling : cave, channel, and gash vein 9. Pore-space filling 10. Vesicular filling. Metasomatic replacement atau simply replacement adalah proses yang sangat penting dalam pembentukan deposit mineral hipotermal, mesotermal, dan penting dalam pembentukan deposit mineral epitermal. Metasomatic replacement umumnya menghasilkan deposit mineral-mineral bijih seperti iron, copper, lead, zinc, gold, silver, tin, mercury, molybdenum, manganese, barite, fluorite, magnesite, dan kyanite. Bentuk depositnya adalah disseminated, massive, dan lode. Teknik Pertambangan Unmul - 30
  • 31. V. GENESA DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI Tambang tembaga tertua yang diketahui terletak di Maadi pada zaman pra-dinasti Egiptian sekitar 10 km dari Kairo dan artefak tembaga yang ditemukan menunjukkan bahwa industri peleburan bijih tembaga telah dimulai sejak 3300SM. Di Zambia juga ditemukan tambang tembaga di daerah Bwana Mkubwa dekat Ndola. Selanjutnya diketahui pula bahwa di Asia Kecil dan Siprus telah ada peleburan dan pengolahan tembaga, dan mencapai puncaknya pada zama Egiptian (Bowen & Gunatilaka, 1977). Catatan sejarah menunjukkan bahwa antara tahun 1580 – 1850 produksi tembaga per tahun 10.000 ton. Jadi pada saat itu, hanya deposit tembaga berkadar tinggi yang telah dieksploitasi. Di Eropa Utara, bijih tembaga yang ditambang pada tahun 1540 berkadar 8% tembaga. Pada tahun 1890 deposit tembaga berkadar 6% tembaga sudah mulai digarap dan menjelang 1906, berkat kemajuan teknologi penambangan, deposit tembaga dengan kadar 2% tembaga sudah dianggap ekonomis. Dewasa ini Amerika Serikat, Kanada, Cili, Peru, dan Zambia merupakan negara- negara penghasil tembaga utama dunia. Sedangkan negara-negara konsumen tembaga utama adalah Eropa barat, Jepang, dan negara-negara di Amerika Utara. Penggunaan tembaga umumnya adalah untuk keperluan industri listrik, telekomunikasi, keteknikan, transportasi, dan lain-lain. • Meski terdapat logam pengganti tembaga, seperti aluminium, kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan akan tembaga terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologogi dan taraf hidup masyarakat yang membaik. Sistem pengolahan tembaga dilakukan dengan ekstraksi tembaga, dimana tembaga dipisahkan dengan cara flotasi. Bijih tembaga pekat dari flotasi tersebut kemudian dibakar dalam tanur pada temperatur tinngi sehingga tembaganya memisah. Pengolahan tahap akhir dilakukan dengan elektrolisis atau pemurnian tembaga (Moeller, 1968). 5.1. HAKEKAT DAN KLASIFIKASI TEMBAGA Tembaga adalah salah satu unsur transisi periode keempat dan anggota golongan IB dalam sistem periodik. Sebagaimana unsur transisi lainnya, tembaga juga merupakan logam padat dengan sifat kimia seperti pada tabel 5.1. Unsur ini di alam dapat berbentuk logam bebas atau dalam bentuk senyawa-senyawa sulfida dan oksida, berwarna merah tembaga, berat jenis 8 dan kekerasan 3. Tabel 5.1 Sifat kimia tembaga (Goates, 1981) Sifat Kimia Tembaga (Cu) Jari-jari Atom (A) 1,28 o Titik leleh ( C) 1080 Elektronegativitas 1,8 Konfigurasi elektron 3d104s1 Tingkat oksidasi +1, +2, +3 Nomor atom 29 Berat atom 63,54 Titik didih (oC) 2310 Teknik Pertambangan Unmul - 31
  • 32. Berdasarkan asosiasi batuannya, Jacobsen (1975) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) telah membagi deposit tembaga ke dalam empat kategori yang terdiri atas : 1. Plutonik; termasuk kompleks ultramafik dan mafik, kompleks karbonat dan porfiri, dan pirometasomatik skarn 2. Hidrotermal; termasuk vein hidrotermal, replasemen dan bijih pipa breksi (breccia pipe ores). 3. Volkanogenik; termasuk stratabound massive base metal sulphides dan disseminated sulphides dalam tufa dan aglomerat. 4. Sedimen; termasuk deposit yang terbentuk dalam lapisan merah kontinen (continental red beds) dan calc-arenites. Sebenarnya keempat kelas tersebut di atas sedikit banyak telah mengalami pengaruh hidrotermal. Alasan untuk memisahkan hidrotermal ke dalam kelas tersendiri karena kenyataan menunjukkan bahwa sebagian deposit tembaga yang berhubungan genetik dengan hidrotermal, seperti tipe deposit hidrotermal residu, tidak bisa dimasukkan ke dalam ketiga kelas lainnya. Contoh deposit tembaga seperti ini adalah deposit bijih tembaga Butte di Montana yang berasosiasi dengan vein berbentuk anyaman. Selanjutnya dari keempat kelas di atas, terdapat empat jenis deposit tembaga utama yaitu (1) deposit bijih tembaga porfiri, (2) deposit bijih tembaga hidrotermal, (3) deposit bijih tembaga sedimen vulkanik, dan (4) deposit bijih tembaga stratiform. Gambar 5.1 Total produksi per tahun dari empat jenis deposit tembaga utama dan umur relatif masing-masing deposit (Bowen dan Gunatilaka, 1977) Dari histogram di atas, menunjukkan bahwa secara ekonomi, produksi tembaga terbesar berasal dari deposit porfiri yang juga merupakan deposit berumur relatif muda. 5.2. DEFINISI DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI DAN PENYEBARANNYA Istilah tembaga porfiri berasal dari hubungan mineralisasi tembaga dengan batuan plutonik. Deposit ini dicirikan oleh tembaga dan molibdenit dalam bentuk hamburan (disseminated) atau fenokris dalam batuan dengan tekstur porfiritik. Tembaga porfiri didefinisikan sebagai suatu deposit besar, berkadar rendah hingga menengah dalam Teknik Pertambangan Unmul - 32
  • 33. sulfida hipogen yang dikontrol oleh struktur primer dan umumnya berasosiasi dengan intrusi asam atau intermediat porfiri (Kirkham, 1971, dalam Guilbert dan Park, 1987). • Deposit besar adalah untuk menggambarkan total produksi tembaga dari deposit tembaga porfiri yang sangat besar, sekitar 15 milyar ton per tahun. • Deposit berkadar rendah hingga menengah adalah untuk menjelaskan konsentrasi tembaga dalam deposit tembaga porfiri. Umumnya kandungan tembaga berkisar antara 0,6 – 0,9% Cu, yang paling tinggi sekitar 1 – 2% Cu seperti di El Teniente dan Chuquimata, sedang yang paling rendah adalah 0,35% Cu hingga saat ini dianggap belum ekonomis. Mineral tembaga yang paling umum dijumpai adalah kalkopirit, sedang jenis lain seperti bornit dan kalkosit jumlahnya sangat kecil. Umumnya deposit tembaga porfiri berumur post-Paleozoikum, khususnya antara kala Kapur dan Paleogen. Sillitoe (1972) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menyatakan penyebaran tembaga porfiri tergantung pada tingkat erosi yang menyebabkan tersingkapnya rantai plutonik-vilkanik dan pembentukannya berhubungan erat dengan generasi magma pada zona-zona subduksi. Deposit tembaga porfiri yang utama ditemukan pada daerah bagian barat benua Amerika yang memanjang dari Alaska, Kolumbia, Amerika Serikat (Wasington), Montana, Idaho, Kolorado, Utah, Nevada, New Mexico, Peru dan Cili bagian utara hingga Argentina, dan kemungkinan memanjang hingga Antartika. Sementara itu di bagian barat Pasifik ditemukan juga deposit tembaga porfiri memanjang dari Kepulauan Solomon, Papua New Guinea, Papua Barat, Kalimantan Timur, Filifina hingga Taiwan. Tempat lain dimana deposit tembaga porfiri ditemukan adalah Rumania, Bulgaria, Iran, Pakistan, dan di negara-negara bekas Uni Soviet seperti Armenia dan Kazakhtan. 5.3. HUBUNGAN TEKTONIK LEMPENG DENGAN PEMBENTUKAN DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI Variasi gerakan arus konveksi pada lapisan astenolit mengakibatkan terjadinya tiga jenis pola gerakan lempeng bumi yaitu konvergen, divergen, dan transform. Sehubungan dengan pembentukan deposit tembaga porfiri, maka pola gerakan lempeng yang paling penting menurut Sillitoe (1972) dalam Bateman (1979) adalah konvergen dimana terjadi gerakan saling mendekati antara dua lempeng menyebabkan terjadinya suatu benturan, pembentukan palung dan banyak menimbulkan gempabumi serta gunungapi benua. Akibat benturan-benturan lempeng tersebut membentuk zona subduksi yang umumnya terjadi antara lempeng benua dan lempeng samudera, yang diikuti oleh peleburan sebagian akibat tekanan dan temperatur yang tinggi menghasilkan magma calc-alkali. Teknik Pertambangan Unmul - 33
  • 34. Gambar 5.2 Hubungan antara pembentukan deposit tembaga porfiri dengan zona subduksi (Sillitoe, 1972, dalam Bateman, 1979). Gambar 5.3 Hubungan penyebaran deposit tembaga porfiri dengan jalur subduksi Mesozoikum-Kenozoikum (Sillitoe, 1972, dalam Bateman, 1979). Kandungan logam di dalam magma calc-alkali umumnya berasal dari kerak samudera yang terdiri atas tiga layer, dimana layer 1 adalah endapan sedimen laut yang banyak mengandung logam, dan dibawahnya layer 2 dan 3 adalah basal dan gabro. Sejak zaman Kapur terjadi gerakan konvergen antara benua Amerika dengan lempeng Pasifik disepanjang bagian barat Amerika. Tabrakan ini membentuk rantai vulkanik disepanjang jalur subduksi tersebut, sekaligus juga membentuk deposit tembaga porfiri. Sedangkan pada bagian barat Pasifik juga terjadi subduksi akibat gerakan lempeng Eurasia ke arah timur membentuk deposit tembaga porfiri di sepanjang bagian barat Pasifik termasuk kepulauan Solomon, Papua New Guinea, Jepang, dan lain-lain. Sementara itu gerakan relatif lempeng Eurasia dan Afrika membentuk juga deposit tembaga porfiri di Iran, Pakistan, dan Turki. Teknik Pertambangan Unmul - 34
  • 35. 5.4. MEKANISME PEMBENTUKAN DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI Deposit tembaga porfiri dihasilkan melalui suatu proses geokimia-fisika dari rangkaian berupa magmatik akhir, magmatik hidrotermal, meteorik hidrotermal, hingga normal hidrotermal seiring dengan berkurannya kedalaman. Intrusi calc-alkali atau alkali menghasilkan batuan berkomposisi tertentu dari monzonit kuarsa hingga granodiorit atau diorit hingga senit. Batuan samping yang melarut ke dalam magma akan turut mempengaruhi komposisi magma danstruktur kemas magma. Umumnya deposit tembaga porfiri berukuran jauh lebih besar dari deposit hidrotermal lainnya. Bentuk deposit ini memperlihatkan bahwa struktur berskala besar ikut mengontrol mineralisasi dan kedalaman pembentukannya. Gustafon dan Hunt, 1975, dalam Park dan Guilbert, 1986, yang menyelidiki proses pembentukan deposit tembaga porfiri di El Salvador Chili menyimpulkan tiga hal, yaitu : 1. Stok porfiri terbentuk di dalam atau di atas zona cupola dalam bentuk kompleks dike (dike swarm). 2. Transfer tembaga, logam lain dan sulfur ke dalam stok porfiri dan batuan samping terjadi karena adanya pemisahan fluida magma dan metasomatik secara menyeluruh. 3. Transfer panas dari magma ke batuan samping menyebabkan terjadinya sirkulasi airtanah. Hampir semua deposit tembaga porfiri memiliki kondisi yang sama dengan kondisi di atas. Perbedaan proses tergantung pada kedalaman pembentukan, kehadiran airtanah, volume dan tingkatan magma, konsentrasi logam, sulfur, dan volatil lainnya. Gambar 5.4 menunjukkan bahwa mineralisasi awal (b) terjadi pada kondisi airtanah minimum dan invasi larutan magmatik ke batuan samping menyebabkan terjadinya alterasi K-feldspar dari pusat invasi ke arah luar, membentuk zona alterasi potasik dan zona alterasi propilitik. Selanjutnya (c) invasi airtanah yang berkonveksi menghasilkan larutan meteorik hidrotermal dan bersama dengan larutan magmatik hidrotermal yang sudah ada sebelumnya disertai oleh penurunan temperatur yang tajam, membentuk serisit dan pirit yang memotong alterasi potasik-propilitik yang terbentuk duluan. Peristiwa ini menghasilkan zona altersi serisitisasi (phyllic) yang dikenal sebagai phyllic overprint. Tahap akhir (d) didominasi oleh larutan meteorik hidrotermal hingga normal hidrotermal membentuk zona alterasi argilik. • Pembentukan zona alterasi yang lengkap sangat tergantung pada kandungan dan suplai airtanah dari batuan samping. 5.4.1. PROSES PEMISAHAN TEMBAGA SELAMA KRISTALISASI MAGMA Ringwood dan Curtis (1955) dalam Bown dan Gunatilaka (1977) menjelaskan bahwa kandungan tembaga dalam magma basal sekitar 200 ppm, sebaliknya dalam magma ultrabasa dan granitis kandungannya hanya sekitar 20 ppm. Selama difrensiasi magma basal, kandungan Fe, Co, dan Ni cenderung terbentuk duluan dalam fraksinasi kristalisasi, sedang tembaga belum terbentuk dalam silikat atau bentuk lainnya dan cenderung menjadi konsentrasi residu dalam fraksi larutan. Tembaga akan cepat terbentuk tergantung pada fS2 (fugacity sulphur = tekanan parsial sulfur), fO2, dan pH larutan. Tembaga dalam larutan tidak terbentuk dengan baik pada kondisi fS2 rendah. Teknik Pertambangan Unmul - 35
  • 36. Demikian pula pembentukan tembaga sebagai elemen chalcophile (logam-S) berlangsung dengan baik pada pH tertentu. Houghton (1974) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menerangkan pengaruh fS2 dan fO2 dalam pembentukan fase sulfida. Sulfur memisahkan diri dari larutan silikat dan digantikan oleh oksigen kemudian membentuk logam S (chalcophile). Reduksi dalam fO2 dikontrol oleh kristalisasi fraksinasi mineral yang kaya Fe-O. Dengan kata lain, kelarutan sulfur dalam magma tergantung pada besarnya kandungan Fe2+. Kristalisasi fraksinasi akan meningkatkan fO2 dan tembaga dalam fraksi larutan, kemudian memisah dalam fase sulfida. Pendinginan intrusi basa sangat jarang yang menghasilkan konsentrasi logam dalam fraksi hidrotermal. Hal ini karena kandungan air dalam magma primer sangat rendah. Magma basa baru bisa membentuk fluida hidrotermal setelah berasimilasi dengan material yang mengandung air. Jadi proses pengayaan untuk membentuk larutan bijih kurang efektif dalam magma basa dibanding dengan magma intermedit. Umumnya deposit porfiri berasosiasi dengan batuan beku intermedit. Hubungan genetik antara Cu-Mo dengan batuan intermedit terlihat pada penyebaran geografisnya seperti dalam zona alterasi-mineralisasi model Lowell-Guilbert yang akan dibahas kemudian. Zona tersebut menjelaskan bagaimana perubahan temperatur, tekanan, dan reaktifitas konveksi fluida dari pusat panas, dan sekaligus juga menerangkan bagaimana pergerakan fluida selama proses pendinginan berlangsung. Pembentukan bijih adalah mekanisme difrensiasi logam yang terkonsentrasi dari normal magma. Dalam kasus ini, asosiasi batuan bekunya akan menentukan kandungan logam yang terbentuk. 5.4.2. KONDISI MAGMATIK-HIDROTERMAL SELAMA PEMBENTUKAN DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI Kehadiran air atau fase aquatik dalam magma selama pembentukan tembaga porfiri merupakan hal yang sangat penting. Kontak air dengan magma yang sedang memisah terjadi dalam beberapa tahap. Fluida hidrotermal pertama yang memisah relatif kaya akan CO2 dibanding fluida yang memisah kemudian. Juga fraksi awal banyak mengandung klorida (NaCl>KCl>HCl>CaCl). Kehadiran air dalam magma menurunkan temperatur kristalisasi. Burnham (1967) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menjelaskan bahwa pada saat magma yang tidak jenuh mengintrusi lapisan permeabel yang mengandung fluida, perbedaan tekanan akan menyebabkan migrasi fluida tersebut. Jika tekanan fluida lebih besar dibanding tekanan hidrostatik, volatil akan keluar dari magma hingga tekanan kembali normal. Magma bisa jenuh dengan komponen volatil hanya jika tersedia cukup suplai fluida dari batuan samping, pada saat tekanan lebih besar dari tekanan litostatik. Sirkulasi konveksi fluida dapat terjadi karena perbedaan temperatur, kerapatan fluida dekat magma, dan masuknya fluida dingin dari sekitar magma. Pola sirkulasi dikontrol oleh permeabilitas batuan samping. Perbedaan temperatur yang besar bisa menyebabkan terjadinya pemusatan dan kristalisasi besar-besaran secara serentak dalam magma. Pada saat kristalisasi berlangsung pada suatu kisaran temperatur, pemisahan kristal komponen non volatil menyebabkan bertambahnya konsentrasi volatil dalam fraksi cairan dan selanjutnya menambah tekanan gas dalam larutan. Jika tekanan gas selama pendinginan dan kristalisasi lebih besar dari tekanan batas, akan menyebabkan terjadinya vesikulasi. Teknik Pertambangan Unmul - 36