1. TUGAS MATA KULIAH
KRITIK SENI RUPA 2 SMESTER
ANTARA PRAGENAP 2012/2013
Nama : Sofa Bagus Panuntun
NIM : 2450406007
Prodi : Seni rupa murni
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2. Sekilas tentang kritik seni
Adalah sebuah aktifitas dalam rangka menanggapi sebuah karya seni, di mana sebuah
karya seni tersebut dapat mempunyai nilai tertentu baik dari segi kualitas (apa yang
terkandung di dalam karya seni tersebut), segi ekonomis (price/harga),dsb. Dalam aktifitas ini
dibutuhkan beberapa elemen penting di antaranya adalah seniman, karya seni, dan
masyarakat. Dalam pengklasifikasiannya pun, masing-masing elemen tersebut dibagi menjadi
beberapa bagian di antaranya sebagai berikut:
- Seniman : meliputi seniman rupa (perupa), seniman musik (musisi), seniman tari (penari),
seniman novel (novelis), seniman bahasa(sastrawan) ,seniman peran (aktor/aktris), dsb.
- Karya seni : Lukisan, patung, puisi, novel, lagu, film, dsb
- Masyarakat : Kritikus seni, kolektor seni, penikmat/pecinta seni, kurator, dsb.
Oleh karena itu, sebuah aktifitas kritik seni harus mempunyai beberapa bagian tersebut di
atas. Para ahli seni umumnya beranggapan bahwa kegiatan kritik dimulai dari kebutuhan
untuk memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari
kegiatan memperbincangkan berbagai hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Di sisi lain, kritik seni tersebut mempunyai jenis masing-masing sesuai dengan kebutuhan
dan porsinya. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pengategorian terhadap kritik seni tersebut
supaya sebuah kritik seni dapat dipahami dan tersampaikan kepada penikmat seni secara tepat.
Berikut ini adalah beberapa jenis kritik yang biasanya digunakan oleh para kritikus seni dalam
rangka menkritik sebuah karya seni.
1. Kritik Populer, Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi
massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum saja
lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya. Dalam tulisan kritik populer, umumnya
dipergunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.
2. Kritik Jurnalis, Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya
disampaikan secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritk ini
hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik
sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, tertama
karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya
3. Kritik Keilmuan, Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dengan
wawasan pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menilai /menanggapi sebuah
karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji
kepakarannya dalam bidang seni, atau kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah
atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali
3. dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai
lelang.
4. Kritik Kependidikan, Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan
mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik ini
umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas
karya seni yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis ini termasuk yang digunakan oleh guru
di sekolah umum dalam penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan seni.
Demikian sekilas penjabaran tentang kritik seni yang biasanya digunakan oleh para krikus
seni dalam mengkritik sebuah karya seni tertentu. Dari ulasan tersebut di atas, di sini kemudian
saya jabarkan kritik seni terhadap sebuah karya seni yang dibuat oleh seniman rupa “Putu
Sutawijaya”.
Biografi seniman
Nama : Putu Sutawijaya
Lahir : Angseri, Baturiti, Tabanan, Bali, 27 November 1970
Pendidikan : Sekolah Menengah Seni Rupa Denpasar, Bali (1987-1991),
Jurusan Seni Lukis Institut Seni Indonesia Yogyakarta
(1991-1998)
Penghargaan : Sketsa Terbaik Dari Departemen Seni Rupa, ISI, Yogyakarta (1991),
Lukisan Cat Air Terbaik Dari Departemen Seni Rupa, ISI, Yogyakarta (1991),
Lukisan Cat Minyak Terbaik dari Departemen Seni Rupa, ISI, Yogyakarta (1992),
Seni Rupa terbaik dari ISI Yogyakarta pada Dies Natalis ke-11 di ISI, Yogyakarta (1995),
The Best 10 Artists, Philip Morris Indonesia Art Awards (1999),
Lempad Prize dari Sanggar Dewata Indonesia (2000)
4. Gambar karya seni rupa murni
" Kau Sentuh dengan Energi " | Putu Sutawijaya (1970)
Kategori : Lukisan
Media : Cat minyak di atas canvas
Ukuran : 145 x 200 cm
5. Deskripsi karya
Pada karya dengan judul “Kau Sentuh dengan Energi” yang di buat oleh seniman rupa
Putu Sutawijaya ini dilukis menggunakan cat minyak pada kanvas berukuran 145x200 cm.
Terdapat enam obyek figur manusia yang telah distilisasi sesuai karakter/gaya lukis Putu
Sutawijaya. Penempatan obyek tergambar dengan komposisi sejajar horisontal dan vertikal
yang dibagi menjadi dua bagian diantaranya tiga obyek berada di atas sementara tiga obyek
lainnya berada di bawah.
Obyek pertama berada di pojok kiri atas yaitu figur manusia yang tergambar dengan
posisi kaki bersila dan membungkuk menghadap ke kiri dengan kepala merunduk di atas
tangan yang dilipat. Obyek kedua berada di bagian tengah atas. Obyek tersebut tergambar
dengan posisi horisontal membelakangi audience. Kedua tangan dan kaki obyek tersebut
terlipat dengan hanya terlihat masing-masing satu bagian saja. Obyek ketiga berada di pojok
kanan atas. Sama seperti obyek pertama, obyek ketiga ini menghadap ke kiri dengan kaki
bersila, tangan ditekuk dan kepala merunduk. Berlanjut pada obyek keempat, obyek ini
berada pada posisi kiri bawah lukisan. Obyek ini tergambar tengkurap seakan-akan melayang
dengan posisi kaki dan tangan lurus. Pada obyek kelima, figur manusia tergambar dengan
posisi hampir mirip dengan obyek keempat. Tetapi obyek kelima ini tidak dalam posisi
tengkurap melainkan berdiri membelakangi audience dengan kaki tegak lurus ke bawah dan
terlihat satu tangan yang ditekuk. Terakhir obyek keenam, figur manusia tergambar dengan
posisi berdiri membelakangi penonton dengan pinggang yang sedikit ditekuk ke kiri. Kedua
tangan dari obyek keenam ini ditekuk secara siku berhadapan ke kanan dan kiri.
Penggunaan warna pada karya ini meliputi warna merah, coklat, dan hitam. Warna
merah terdapat pada hampir seluruh background lukisan yang sedikit dikombinasikan dengan
warna coklat. Warna hitam terdapat figur manusia dan berfungsi sebagai outline dan rambut
figur manusia tersebut yang tergambar secara impresif. Terakhir warna coklat terdapat pada
keduanya (figur manusia dan background) dan tergambar secara impresif dan dinamis. Unsur
garis yang terdapat pada karya ini adalah garis-garis organis yang tergambar secara impresif
menggunakan warna-warna tersebut.
Analisis karya
Kekhasan karya seni yang dibuat oleh Putu Sutawijaya ini mempunyai cita rasa
ketimuran (nusantara pada khususnya). Khasanah nusantara tersebut dapat terlihat melalui
kombinasi warna yang digunakan yaitu warna coklat, merah, dan hitam. Sesuai dengan
daerah kelahiran Putu Sutawijaya yaitu Bali, daerah tersebut identik dengan warna merah,
putih, dan hitam. Mengusung Trimurti kuat secara landscape paling essential. (
http://republika.rumah123.com/detil-berita-properti/15988).
Putu Sutawijaya berhasil mengkombinasikan warna-warna tersebut sehingga
menghasilkan sebuah energi visual yang berlahan mampu memunculkan sebuah sugesti
ketenangan pada tahap tertentu. Hal itu dapat dilihat dari karya tersebut, betapa panjangnya
proses penjiwaan dan pendewasaan terhadap sebuah karya seni. Kedewasaan itu akhirnya
berpangkal pada tingkatan spiritualitas yang tinggi yang mungkin tidak dapat terjangkau oleh
6. nalar sehat manusia pada umumnya. Sebagai contoh tidak akan pernah ada satupun manusia
yang bisa mengukur kualitas cinta seseorang karena hal itu adalah relatif. Begitu pula
relatifitas yang terdapat pada karya ini. Terdapat sebuah refleksi pembentukan energi
kejiwaan yang mampu mewakili gejolak yang dialami oleh Putu Sutawijaya pada saat
berproses.
Ketika melihat kembali fungsi karya seni sebagai media refleksi dan interaksi, peran
karya ini cukup mewakili tentang ungkapan yang cukup lama tertahan, sehingga pada titik
tertentu ungkapan itu meluap menjadi sebuah realitas non fiktif. Realitas itu diwakili dengan
adanya sapuan-sapuan warna merah impresif yang menurut bahasa simbol adalah sebuah
amarah, kegigihan, emosional, tekanan yang bersatu padu menjadi sebuah gejolak.
Perbentukan-perbentukan figur manusia yang tedapat pada karya itu sebenarnya adalah
pengubahan sebuah esensi yang terdapat pada otak manusia yang berangsur terus-menerus
sehingga menjadi sebuah perbentukan padat kasap mata. Hal inilah yang biasa orang
menyebunya “kekuatan fikiran”.
Berbagai macam transisi dimensi yang telah ia lalui tahap demi tahap telah ia lampaui
karena perwujutan bentuk figur manusia yang terdapat pada karya tersebut menyimbolkan
akan hal tersebut. Mulai dari sebuah bentuk figur yang berusaha melompat tanpa tumpuan
apapun, kemudian dia mampu melayang dengan posisi mulai terbang, hingga akhirnya
terhempas tanpa batas ruang dan waktu. Mengingat kebanyakan orang timur meyakini bahwa
segala sesuatu yang terdapat pada alam semesta dikendalikan oleh sebuah energi atau
kekuatan besar yang menaunginya maka, dapat diprediksi bahwa Putu Sutawijaya
menjadikan intilah itu sebagai dasar dari karya dengan judul “Kau Sentuh dengan Energi” ini
bahwa, yang menjadikan seorang Putu Sutawijaya seperti ini bukanlah dirinya, melainkan
apa yang menguasainya.
Demikian kritik seni terhadap karya Putu Sutawijaya, sekian dan terima kasih.
Oleh : Bagus panuntun